SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Makalah bakteri Toxoplasma gondii DAN

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada umumnya, suatu peristiwa timbulnya penyakit akibat makanan dapat disebabkan
oleh kontaminasi yang ada pada makanan yang berupa agen biologi atau patogen (contohnya
virus, bakteri, parasit, prion), agen kimiawi (contohnya senyawa toksin atau logam) atau agen
fisik (contohnya pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan ditemukannya lebih dari 200
penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan, patogen-patogen tersebut merupakan penyebab
utamanya. Hampir semua patogen pembawa yang berasal dari makanan berukuran mikroskopis,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit lainnya.
Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler yang memiliki dinding sel namun tidak
memiliki nukleus. Mereka memiliki bentuk, jenis dan properti yang bermacam-macam. Beberapa
bakteri patogen dapat membentuk spora dan resisten terhadap panas tinggi (contohnya
Clostridium botulinum, C. perfringens, Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri lainnya dapat
memproduksi toksin yang membuat mereka resisten terhadap panas (contohnya Staphylococcus
aureus).
Protozoa parasit merupakan mikroorganisme uniseluler yang tidak memiliki dinding sel
yang rigid (kaku) namun memiliki nukleus yang sistematis. Protozoa tersebut lebih besar
daripada bakteri. Seperti layaknya virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan, hanya di
sel inang saja. Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst. Protozoa ini dapat
bekerjasama dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui air, contohnya yaitu
Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia, Crytosporidium parvum dan
Cyclospora cayatenensis.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana spesifikasi Toxoplasma gondii?
2. Apa etiologi dari penyakit Toksoplasmosis?
3. Bagaimana cara penularan Toxoplasma gondii?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Toksoplasmosis?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui daur hidup dari Toxoplasma gondii
2. Mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Toksoplasmosis
3. Mengetahui cara pencegahan terhadap penyakit Toksoplasmosis
4. Mengetahui daur hidup bakteri Toxoplasma Gondii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SPESIFIKASI TOXOPLASMA GONDII
Gambar :

Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa dalam genus Toxoplasma dengan sifat alami dan
perjalanan akut atau menahun. Toxoplasma gondii juga merupakan parasit pada manusia, kucing,
anjing, ayam, babi, marmot, kambing, ternak dan merpati, dan pada manusia menimbulkan
penyakit toxoplasmosis.
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan
penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi
manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia. Pada hewan berdarah
panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, sedangkan kucing dan
berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan
sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai
penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa
penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan
prevalensinya.
Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan
parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan
banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). Manusia dapat terkena
infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak
dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia
mengalami infeksi penyakit ini.
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel
darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan
sistem syaraf pusat.
Kejadian Toxoplasmosis
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang secara alami dapat menyerang
manusia, ternak, hewan peliharaan lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Kejadian
toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa daerah di dunia ini yang geografiknya sangat luas.
Survei terhadap kejadian ini memberi gambaran bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa
sedemikian hebatnya hingga setiap hewan memperlihatkan gejala toxoplasmosis. Survei yang
telah diadakan di Amerika Serikat.
Toxoplasmosis juga sering terjadi melalui jalur atau rute makanan yaitu bentuk jaringan
dari parasit (kista mikroskopis terdiri dari bradyzoites) dapat ditularkan kepada manusia oleh
makanan. Manusia menjadi terinfeksi karena :
 Makanan setengah matang, atau daging yang terkontaminasi (terutama daging babi, domba, dan
daging rusa).
 Menelan makanan setengah matang, memegang daging yang terkontaminasi dan tidak mencuci
tangan dengan bersih (Toxoplasma tidak dapat diserap melalui kulit utuh).
 Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau, peralatan, talenan, atau makanan lain yang
pernah kontak dengan daging mentah yang terkontaminasi.
Pada manusia, penyakit toxoplasmosis ini sering menginfeksi melalui saluran
pencernaan. Biasanya melalui perantara makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan
agen penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan
daging yang belum matang sempurna dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis.
Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah
yang biasanya disebut dengan mink. Pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi
karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging
dari rumah potong hewan.
2.2 SEJARAH TOXOPLASMA GONDII
Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada
limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di
Brazil. Lebih lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di Italia,
sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada penderita korioretinitis.
Lalu Wolf pada tahun 1937 telah mengisolasinya dari neonatus dengan ensefalitis dan
dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin
secara transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi
jelas ketika ditemukan daur seksualnya pacta kucing.
2.3 EPIDEMIOLOGI TOXOPLASMA GONDII
Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi, di mana ada kucing yang
mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat
menular pacta manusia atau hewan lain. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di
seluruh dunia, termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari
penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan pernah
terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang sering terjadi dengan hewan
terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi
di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang
yang menangani daging mentah seperti juru masak.
Krista T. gondii dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -4°C sampai tiga minggu.
Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu -15OC selama tiga hari dan
pada suhu -20OC selama dua hari. Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu
65OC selama empat sampai lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak
mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam
dan nitrat.
Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi
pada manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini
pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran T. gondii. Di
Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah sebagai berikut: kucing 35-73%, babi
11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%.
2.4 ETIOLOGI TOXOPLASMA GONDII
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada monocyte dan sel-sel endothelial pada
berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan
dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti
pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin
lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan
seterusnya. Belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni.
Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat di bawah mikroskop bentuk yang oval agak panjang
dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan
di antara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya
terletak di bagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, namun
para peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.
Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endotelial, sel alat
tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri menjadi 2, 4
dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit akan menyebar
melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.
Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan.
Toxoplasma gondii juga cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk
semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyte dalam
jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara kronis. Bentuk
pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.
2.5 MORFOLOGI DAN KLASIFlKASI
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk
yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk
takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat.
Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak
di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi.
Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk
dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit
dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes
dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Kista tersebut
mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada
perkembangan selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista.
Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah
benda residu.
Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang
biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Selain itu Toxoplasma gondii
terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan Ookista. Trofozoit berbentuk oval
dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat
ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis, trofozoit
dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.
Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran
10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot
jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ketiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 1012 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces
kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus seksual
atau gametogeni dan sporogoni yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces
kucing.
Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan
jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau
kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok
trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual
tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista
maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
o Menurut Levine (1990) klasifikasi parasit sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Sub kingdom

: Protozoa

Filum

: Apicomplexa

Kelas

: Sporozoasida

Sub Kelas

: Coccidiasina

Ordo

: Eucoccidiorida

Sub ordo

: Eimeriorina

Famili

: Sarcocystidae

Genus

: Toxoplasma
Spesies

: Toxoplasma gondii

2.6 DAUR HIDUP TOXOPLASMA GONDII
Siklus hidup T. gondii memiliki dua fase. Bagian seksual dari siklus hidup hanya terjadi
pada kucing, baik domestik maupun liar (keluarga Felidae), yang membuat kucing menjadi tuan
rumah utama parasit. Tahap kedua, bagian aseksual dari siklus hidup, dapat terjadi di lain hewan
berdarah panas, termasuk kucing, tikus, manusia, dan burung. Host dimana reproduksi aseksual
terjadi disebut hospes perantara.
Hewan Pengerat adalah hospes perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit
Toxoplasma menyerang sel dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam vakuola
khusus yang disebut vakuola parasitophorous, bentuk parasit bradyzoites, perlahan mereplikasi
parasit.
Vakuola yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites terutama dalam jaringan otot
dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka aman dari sistem kekebalan inang yang
tidak menanggapi kista.
Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus
kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit
membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan
banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit
masuk ke dalam sel epitel danmembentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi
makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang
akan dikeluarkan bersama kotoran kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan
berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni).
Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung,
maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit.
Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian
terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada
infeksi menahun (infeksi laten).
Resistensi Toxoplasma untuk antibiotik bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk
diberantas sepenuhnya. Di dalam vakuola, T. Gondii itu sendiri (dengan endodyogeni) sampai
pada sel yang terinfeksi parasit dan mengisi dengan semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan
motil secara reproduksi aseksual parasit. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas
biasanya efisien dibersihkan oleh sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka
berhasil menginfeksi sel dan bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi pada jaringan
kista yang tertelan oleh kucing (misalnya, dengan memberi makan pada tikus yang terinfeksi).
Kista bertahan hidup melalui perut kucing dan parasit menginfeksi epitel dari usus kecil
di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista. Ookista berasal dari
feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya, dengan makan sayuran yang tidak
dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam daging yang dimasak secara tidak benar. Parasit
memasuki makrofag pada lapisan usus dan didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
Serupa dengan mekanisme yang digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu
mendisregulasi siklus sel inang dengan mengadakan pembelahan sel sebelum mitosis (perbatasan
G2 / M). Disregulasi siklus sel inang disebabkan oleh sekresi peka panas sel yang terinfeksi
sehingga mengeluarkan faktor yang menghambat siklus sel tetangga. Alasan untuk disregulasi
Toxoplasma tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah khusus
untuk host sel-sel dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan Toxoplasma
sehingga tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel.
Infeksi tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala
seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus sangat jarang terjadi)
lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan, yang mengarah ke tahap laten. Infeksi
laten biasanya tanpa gejala, namun dalam kasus pasien immunocompromised (seperti mereka
yang terinfeksi HIV atau penerima transplantasi pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis
dapat berkembang.
Manifestasi yang paling menonjol dari toksoplasmosis pada pasien immunocompromised
adalah ensefalitis toksoplasma, yang dapat mematikan. Jika infeksi T. gondii terjadi untuk
pertama kali selama kehamilan, misalkan pada kotoran kucing yang terinfeksi T. gondii, parasit
dapat melewati plasenta, mungkin menyebabkan hidrosefalus atau mikrosefali, kalsifikasi
intrakranial, korioretinitis dan kemungkinan bisa terjadi aborsi spontan (keguguran) atau
kematian intrauterin.
Gambar Daur Hidup :
2.7 CARA PENULARAN
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan daging mentah
atau kurang masak yang mengandung kista T. gondii, ternakan atau tertelan bentuk ookista dari
kotoran kucing, misalnya bersama buah-buahan dan sayur-sayuran yang terkontaminasi. Juga
mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten
kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi
melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh T. Gondii serta infeksi
kongenital yang terjadi intra uterin melalui plasenta.
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga
tahap yaitu parasitemia, dimana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri
dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan
retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan
antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik,
terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa
menimbulkan peradangan lokal.
2.8 GEJALA
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplasmosis
dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan Toksoplasmosis
kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau
tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang
nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain.
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala.
Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa
50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang
dewasa maupun anak-anak umumnya ringan.
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah
limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati
sering dijumpai pada kelenjer getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas
dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa
ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi
pneumonia interstisial.
Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak
normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari
hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan
psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan
menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting
dan juga pada sistem syaraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental
dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada
masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan
dewasa biasanya akibat infeksi kongenital.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacammacam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan
trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir
mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi
serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang
lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan
syaraf pusat dan lesi mata.
2.9 MANIFESTASI KLINIS
Infeksi T. gondii pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan manifestasi
penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada derajat imunodefisiensinya.
Menurut Gandahusada dkk.,(1992), pada penderita imunodefisiensi, infeksi T. gondii menjadi
nyata, misalnya pada penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain yang diberi pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang timbul biasanya demam tinggi, disertai
gejala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalitis difus. Gejala klinis yang berat ini mungkin
disebabkan oleh eksaserbasi akut dari infeksi yang terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru
yang menunjukkan gejala klinis yang dramati karena adanya imuno-defisiensi. Pada penderita
AIDS, infeksi T. gondii sering menyebabkan ensefalitis dan kematian. Sebagian besar penderita
AIDS dengan ensefalitis akibat T. gondii tidak menunjukkan pembentukan antibodi dalam
serum.
2.10 PENCEGAHAN
Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis,
karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai
satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka terjadinya
infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga
kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui
makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini
hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan
ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia
seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC yang disiramkan
pada tinja kucing
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani
sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang
dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada
sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang
dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber
infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan sampai matang
sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum
matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak)
sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah
terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan
retardasi mental dan gangguan motorik.

BAB III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di
berbagai negara dan juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari
pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa memberikan beban berat bagi
masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris
cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap Toxoplasma gondii
akan dapat diketahui status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara
berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan
toxoplasmosis.
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang dapat menyebabkan
penyakit toxoplasmosis konginetal dan toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T. gondii
adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia
lainnya dan burung.
4.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Ir. Indra Chahaya S., M.Si , 2003 , Epidemiologi “Toxoplasma gondii” . Fakultas

Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dharmana, Edi , 2007 , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut : Semarang .

Kakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro
Blader, Ira J. , 2009 , Communication between Toxoplasma gondii and its host:
parasite growth, development, immune evasion, and virulence :

impact on

Okhlahoma . University of

Okhlahoma Health Sciences Center.
Schmidt, Ronald H. , 2003 , General Overview of the Causative Agents of
Illness : Florida . University of Florida

Foodborne

More Related Content

What's hot (20)

Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Rantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan PenyakitRantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan Penyakit
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis
 
Definisi dan klasifikasi hiv
Definisi dan klasifikasi hivDefinisi dan klasifikasi hiv
Definisi dan klasifikasi hiv
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 
Proses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiProses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksi
 
Konsep infeksi
Konsep infeksiKonsep infeksi
Konsep infeksi
 
Pengantar parasitologi-new
Pengantar parasitologi-newPengantar parasitologi-new
Pengantar parasitologi-new
 
Antiinflamasi
AntiinflamasiAntiinflamasi
Antiinflamasi
 
Jenis spuit dan ukurannya
Jenis spuit dan ukurannyaJenis spuit dan ukurannya
Jenis spuit dan ukurannya
 
Diare - Power Point
Diare - Power PointDiare - Power Point
Diare - Power Point
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 
Farmakologi
Farmakologi Farmakologi
Farmakologi
 
Persentasi vaksin
Persentasi vaksinPersentasi vaksin
Persentasi vaksin
 
Laporan akhir praktikum mikrobiologi
Laporan akhir praktikum mikrobiologiLaporan akhir praktikum mikrobiologi
Laporan akhir praktikum mikrobiologi
 
Sterilisasi, Desinfektan, dan Fermentasi
Sterilisasi, Desinfektan, dan FermentasiSterilisasi, Desinfektan, dan Fermentasi
Sterilisasi, Desinfektan, dan Fermentasi
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

Q4 fy14 quarterly earnings presentation
Q4 fy14 quarterly earnings presentationQ4 fy14 quarterly earnings presentation
Q4 fy14 quarterly earnings presentation
 
Sevlievo
SevlievoSevlievo
Sevlievo
 
Textual Analysis
Textual AnalysisTextual Analysis
Textual Analysis
 
Office storage systems
Office storage systemsOffice storage systems
Office storage systems
 
16658576_Inst-Poli-Prim
16658576_Inst-Poli-Prim16658576_Inst-Poli-Prim
16658576_Inst-Poli-Prim
 
Brendel Group Presentation: 17 Oct 2013
Brendel Group Presentation: 17 Oct 2013Brendel Group Presentation: 17 Oct 2013
Brendel Group Presentation: 17 Oct 2013
 
Resume - David Lazarus 21.05.2015 - Demand Planner
Resume - David Lazarus 21.05.2015 - Demand PlannerResume - David Lazarus 21.05.2015 - Demand Planner
Resume - David Lazarus 21.05.2015 - Demand Planner
 
Coaching
CoachingCoaching
Coaching
 
KTI ISMA
KTI ISMAKTI ISMA
KTI ISMA
 
Teknik jitu-menguasai-photoshop-cs
Teknik jitu-menguasai-photoshop-csTeknik jitu-menguasai-photoshop-cs
Teknik jitu-menguasai-photoshop-cs
 
Aterosklerosis
AterosklerosisAterosklerosis
Aterosklerosis
 
Production Log
Production LogProduction Log
Production Log
 
Makalah pyelonephritis
Makalah pyelonephritisMakalah pyelonephritis
Makalah pyelonephritis
 
Gout (Reporte)
Gout (Reporte)Gout (Reporte)
Gout (Reporte)
 
Κατασκευές Τεχνολογίας 2015-16
Κατασκευές Τεχνολογίας 2015-16Κατασκευές Τεχνολογίας 2015-16
Κατασκευές Τεχνολογίας 2015-16
 
makalah Menopause
makalah Menopausemakalah Menopause
makalah Menopause
 
MEDIA STUDIES - EVALUATION QUESTION 1
MEDIA STUDIES - EVALUATION QUESTION 1MEDIA STUDIES - EVALUATION QUESTION 1
MEDIA STUDIES - EVALUATION QUESTION 1
 
The Wolverine - Opening Sequence Analysis
The Wolverine - Opening Sequence AnalysisThe Wolverine - Opening Sequence Analysis
The Wolverine - Opening Sequence Analysis
 
Final q3 fy16 quarterly earnings presentation
Final q3 fy16 quarterly earnings presentationFinal q3 fy16 quarterly earnings presentation
Final q3 fy16 quarterly earnings presentation
 
Tugas bahasa indonesia
Tugas bahasa indonesiaTugas bahasa indonesia
Tugas bahasa indonesia
 

Similar to Makalah bakteri toxoplasma gondi

Similar to Makalah bakteri toxoplasma gondi (20)

Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosis
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosis
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Paper toksoplasmosis pdf
Paper toksoplasmosis pdfPaper toksoplasmosis pdf
Paper toksoplasmosis pdf
 
Toxoplasma.pptx
Toxoplasma.pptxToxoplasma.pptx
Toxoplasma.pptx
 
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSISASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
 
Print full
Print fullPrint full
Print full
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptxDASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
 
Toxoplasma
ToxoplasmaToxoplasma
Toxoplasma
 
Toxoplasma npm 19 20
Toxoplasma npm 19 20Toxoplasma npm 19 20
Toxoplasma npm 19 20
 
Makalah bakteri lengkap dengan gambarnya
Makalah bakteri lengkap dengan gambarnyaMakalah bakteri lengkap dengan gambarnya
Makalah bakteri lengkap dengan gambarnya
 
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
 
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
 
Makalah Multiceps spp
Makalah Multiceps sppMakalah Multiceps spp
Makalah Multiceps spp
 

More from dery laskar/ kahadari (20)

Propsal usaha aksesorois wanita
Propsal usaha aksesorois wanitaPropsal usaha aksesorois wanita
Propsal usaha aksesorois wanita
 
Abtrak deliana oke
Abtrak  deliana okeAbtrak  deliana oke
Abtrak deliana oke
 
Tugas hematologi
Tugas hematologiTugas hematologi
Tugas hematologi
 
Sel-sel pada leukosit
Sel-sel pada leukositSel-sel pada leukosit
Sel-sel pada leukosit
 
Abstrakdevi dan inggrisnya
Abstrakdevi dan inggrisnyaAbstrakdevi dan inggrisnya
Abstrakdevi dan inggrisnya
 
Abstrak deli BIDAN
Abstrak deli BIDANAbstrak deli BIDAN
Abstrak deli BIDAN
 
Daftar pustaka
Daftar pustaka Daftar pustaka
Daftar pustaka
 
Contoh surat lamaran kerja
Contoh surat lamaran kerja Contoh surat lamaran kerja
Contoh surat lamaran kerja
 
Bersih itu indan
Bersih itu indan Bersih itu indan
Bersih itu indan
 
Autobiografi
AutobiografiAutobiografi
Autobiografi
 
Surat pernyataan bukan perokok aktif
Surat pernyataan bukan perokok aktif Surat pernyataan bukan perokok aktif
Surat pernyataan bukan perokok aktif
 
Serahterima
SerahterimaSerahterima
Serahterima
 
Femeriksaan fisik pada bayi
Femeriksaan fisik pada bayiFemeriksaan fisik pada bayi
Femeriksaan fisik pada bayi
 
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat daun sukun Bagi Kesehatan
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat daun sukun Bagi Kesehatan Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat daun sukun Bagi Kesehatan
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat daun sukun Bagi Kesehatan
 
Lamaran kerja
Lamaran kerjaLamaran kerja
Lamaran kerja
 
Daftar hadir responden
Daftar hadir respondenDaftar hadir responden
Daftar hadir responden
 
Kamar hitung trambosit
Kamar hitung trambositKamar hitung trambosit
Kamar hitung trambosit
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Leaflet kanker serviks
Leaflet kanker serviksLeaflet kanker serviks
Leaflet kanker serviks
 
maklah Hormon
maklah Hormonmaklah Hormon
maklah Hormon
 

Makalah bakteri toxoplasma gondi

  • 1. Makalah bakteri Toxoplasma gondii DAN PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya, suatu peristiwa timbulnya penyakit akibat makanan dapat disebabkan oleh kontaminasi yang ada pada makanan yang berupa agen biologi atau patogen (contohnya virus, bakteri, parasit, prion), agen kimiawi (contohnya senyawa toksin atau logam) atau agen fisik (contohnya pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan ditemukannya lebih dari 200 penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan, patogen-patogen tersebut merupakan penyebab utamanya. Hampir semua patogen pembawa yang berasal dari makanan berukuran mikroskopis, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit lainnya. Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler yang memiliki dinding sel namun tidak memiliki nukleus. Mereka memiliki bentuk, jenis dan properti yang bermacam-macam. Beberapa bakteri patogen dapat membentuk spora dan resisten terhadap panas tinggi (contohnya Clostridium botulinum, C. perfringens, Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri lainnya dapat memproduksi toksin yang membuat mereka resisten terhadap panas (contohnya Staphylococcus aureus). Protozoa parasit merupakan mikroorganisme uniseluler yang tidak memiliki dinding sel yang rigid (kaku) namun memiliki nukleus yang sistematis. Protozoa tersebut lebih besar daripada bakteri. Seperti layaknya virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan, hanya di sel inang saja. Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst. Protozoa ini dapat bekerjasama dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui air, contohnya yaitu Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia, Crytosporidium parvum dan Cyclospora cayatenensis. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana spesifikasi Toxoplasma gondii? 2. Apa etiologi dari penyakit Toksoplasmosis? 3. Bagaimana cara penularan Toxoplasma gondii? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Toksoplasmosis?
  • 2. 1.3 TUJUAN 1. Mengetahui daur hidup dari Toxoplasma gondii 2. Mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Toksoplasmosis 3. Mengetahui cara pencegahan terhadap penyakit Toksoplasmosis 4. Mengetahui daur hidup bakteri Toxoplasma Gondii
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 SPESIFIKASI TOXOPLASMA GONDII Gambar : Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa dalam genus Toxoplasma dengan sifat alami dan perjalanan akut atau menahun. Toxoplasma gondii juga merupakan parasit pada manusia, kucing, anjing, ayam, babi, marmot, kambing, ternak dan merpati, dan pada manusia menimbulkan penyakit toxoplasmosis. Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia. Pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, sedangkan kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.
  • 4. Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat. Kejadian Toxoplasmosis Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang secara alami dapat menyerang manusia, ternak, hewan peliharaan lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Kejadian toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa daerah di dunia ini yang geografiknya sangat luas. Survei terhadap kejadian ini memberi gambaran bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa sedemikian hebatnya hingga setiap hewan memperlihatkan gejala toxoplasmosis. Survei yang telah diadakan di Amerika Serikat. Toxoplasmosis juga sering terjadi melalui jalur atau rute makanan yaitu bentuk jaringan dari parasit (kista mikroskopis terdiri dari bradyzoites) dapat ditularkan kepada manusia oleh makanan. Manusia menjadi terinfeksi karena :  Makanan setengah matang, atau daging yang terkontaminasi (terutama daging babi, domba, dan daging rusa).  Menelan makanan setengah matang, memegang daging yang terkontaminasi dan tidak mencuci tangan dengan bersih (Toxoplasma tidak dapat diserap melalui kulit utuh).  Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau, peralatan, talenan, atau makanan lain yang pernah kontak dengan daging mentah yang terkontaminasi. Pada manusia, penyakit toxoplasmosis ini sering menginfeksi melalui saluran pencernaan. Biasanya melalui perantara makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum matang sempurna dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink. Pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan. 2.2 SEJARAH TOXOPLASMA GONDII Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil. Lebih lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di Italia,
  • 5. sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada penderita korioretinitis. Lalu Wolf pada tahun 1937 telah mengisolasinya dari neonatus dengan ensefalitis dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin secara transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas ketika ditemukan daur seksualnya pacta kucing. 2.3 EPIDEMIOLOGI TOXOPLASMA GONDII Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi, di mana ada kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat menular pacta manusia atau hewan lain. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang menangani daging mentah seperti juru masak. Krista T. gondii dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -4°C sampai tiga minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu -15OC selama tiga hari dan pada suhu -20OC selama dua hari. Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 65OC selama empat sampai lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam dan nitrat. Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi pada manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran T. gondii. Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah sebagai berikut: kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%. 2.4 ETIOLOGI TOXOPLASMA GONDII Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada monocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti
  • 6. pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya. Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya. Belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat di bawah mikroskop bentuk yang oval agak panjang dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan di antara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak di bagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, namun para peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya. Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endotelial, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit akan menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya. Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Toxoplasma gondii juga cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyte dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara kronis. Bentuk pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis. 2.5 MORFOLOGI DAN KLASIFlKASI Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Kista tersebut mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista.
  • 7. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda residu. Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Selain itu Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis, trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ketiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 1012 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus seksual atau gametogeni dan sporogoni yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut. o Menurut Levine (1990) klasifikasi parasit sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub kingdom : Protozoa Filum : Apicomplexa Kelas : Sporozoasida Sub Kelas : Coccidiasina Ordo : Eucoccidiorida Sub ordo : Eimeriorina Famili : Sarcocystidae Genus : Toxoplasma
  • 8. Spesies : Toxoplasma gondii 2.6 DAUR HIDUP TOXOPLASMA GONDII Siklus hidup T. gondii memiliki dua fase. Bagian seksual dari siklus hidup hanya terjadi pada kucing, baik domestik maupun liar (keluarga Felidae), yang membuat kucing menjadi tuan rumah utama parasit. Tahap kedua, bagian aseksual dari siklus hidup, dapat terjadi di lain hewan berdarah panas, termasuk kucing, tikus, manusia, dan burung. Host dimana reproduksi aseksual terjadi disebut hospes perantara. Hewan Pengerat adalah hospes perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit Toxoplasma menyerang sel dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam vakuola khusus yang disebut vakuola parasitophorous, bentuk parasit bradyzoites, perlahan mereplikasi parasit. Vakuola yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites terutama dalam jaringan otot dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka aman dari sistem kekebalan inang yang tidak menanggapi kista. Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel danmembentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama kotoran kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Resistensi Toxoplasma untuk antibiotik bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk diberantas sepenuhnya. Di dalam vakuola, T. Gondii itu sendiri (dengan endodyogeni) sampai pada sel yang terinfeksi parasit dan mengisi dengan semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan motil secara reproduksi aseksual parasit. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas
  • 9. biasanya efisien dibersihkan oleh sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka berhasil menginfeksi sel dan bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi pada jaringan kista yang tertelan oleh kucing (misalnya, dengan memberi makan pada tikus yang terinfeksi). Kista bertahan hidup melalui perut kucing dan parasit menginfeksi epitel dari usus kecil di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista. Ookista berasal dari feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya, dengan makan sayuran yang tidak dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam daging yang dimasak secara tidak benar. Parasit memasuki makrofag pada lapisan usus dan didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Serupa dengan mekanisme yang digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu mendisregulasi siklus sel inang dengan mengadakan pembelahan sel sebelum mitosis (perbatasan G2 / M). Disregulasi siklus sel inang disebabkan oleh sekresi peka panas sel yang terinfeksi sehingga mengeluarkan faktor yang menghambat siklus sel tetangga. Alasan untuk disregulasi Toxoplasma tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah khusus untuk host sel-sel dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan Toxoplasma sehingga tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel. Infeksi tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus sangat jarang terjadi) lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan, yang mengarah ke tahap laten. Infeksi laten biasanya tanpa gejala, namun dalam kasus pasien immunocompromised (seperti mereka yang terinfeksi HIV atau penerima transplantasi pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis dapat berkembang. Manifestasi yang paling menonjol dari toksoplasmosis pada pasien immunocompromised adalah ensefalitis toksoplasma, yang dapat mematikan. Jika infeksi T. gondii terjadi untuk pertama kali selama kehamilan, misalkan pada kotoran kucing yang terinfeksi T. gondii, parasit dapat melewati plasenta, mungkin menyebabkan hidrosefalus atau mikrosefali, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis dan kemungkinan bisa terjadi aborsi spontan (keguguran) atau kematian intrauterin. Gambar Daur Hidup :
  • 10. 2.7 CARA PENULARAN Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan daging mentah atau kurang masak yang mengandung kista T. gondii, ternakan atau tertelan bentuk ookista dari kotoran kucing, misalnya bersama buah-buahan dan sayur-sayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh T. Gondii serta infeksi kongenital yang terjadi intra uterin melalui plasenta. Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, dimana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal. 2.8 GEJALA Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan Toksoplasmosis
  • 11. kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain. Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial. Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem syaraf penderita. Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital. Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacammacam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata.
  • 12. 2.9 MANIFESTASI KLINIS Infeksi T. gondii pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan manifestasi penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada derajat imunodefisiensinya. Menurut Gandahusada dkk.,(1992), pada penderita imunodefisiensi, infeksi T. gondii menjadi nyata, misalnya pada penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain yang diberi pengobatan kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang timbul biasanya demam tinggi, disertai gejala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalitis difus. Gejala klinis yang berat ini mungkin disebabkan oleh eksaserbasi akut dari infeksi yang terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru yang menunjukkan gejala klinis yang dramati karena adanya imuno-defisiensi. Pada penderita AIDS, infeksi T. gondii sering menyebabkan ensefalitis dan kematian. Sebagian besar penderita AIDS dengan ensefalitis akibat T. gondii tidak menunjukkan pembentukan antibodi dalam serum. 2.10 PENCEGAHAN Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka terjadinya infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut. Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum
  • 13. matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik. BAB III PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai negara dan juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap Toxoplasma gondii
  • 14. akan dapat diketahui status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis. Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang dapat menyebabkan penyakit toxoplasmosis konginetal dan toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T. gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan burung. 4.2 SARAN Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis ucapkan terimakasih. DAFTAR PUSTAKA Ir. Indra Chahaya S., M.Si , 2003 , Epidemiologi “Toxoplasma gondii” . Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dharmana, Edi , 2007 , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut : Semarang . Kakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Blader, Ira J. , 2009 , Communication between Toxoplasma gondii and its host: parasite growth, development, immune evasion, and virulence : impact on Okhlahoma . University of Okhlahoma Health Sciences Center. Schmidt, Ronald H. , 2003 , General Overview of the Causative Agents of Illness : Florida . University of Florida Foodborne