Dokumen tersebut membahas tentang sejarah guru dan pendidikan guru di Indonesia dari zaman kolonial hingga reformasi. Ia menjelaskan tentang siapa guru-guru pada setiap zamannya, bagaimana mereka dididik, tugas mereka sebagai guru, serta status sosial mereka.
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar DewantaraIwan Syahril
Ā
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, memiliki banyak pemikiran tentang masalah-masalah pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. DI presentasi ini saya mencoba menelaah secara filosofis dan mencari benang merah percikan-percikan pemikiran Ki Hajar Dewantara dari teks-teks yang langsung ditulis oleh beliau semasa hidupnya. Ada 3 kerangka utama yang saya tangkap yang mewarnai keseluruhan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu: 1) Kodrat Keadaan (Alam & Zaman); 2) Asas Tri-Kon - kontinuitet, konvergensi, konsentris; 3) Budi Pekerti (bulatnya cipta-rasa-karsa yang menghasilkan tenaga). Jika diperas lagi, esensi filosofi pemikiran beliau, menurut saya dari bacaan teks-teks tulisan beliau, adalah perubahan yang dinamis, yang dinamikanya ibarat sistem tata surya.
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar DewantaraIwan Syahril
Ā
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, memiliki banyak pemikiran tentang masalah-masalah pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. DI presentasi ini saya mencoba menelaah secara filosofis dan mencari benang merah percikan-percikan pemikiran Ki Hajar Dewantara dari teks-teks yang langsung ditulis oleh beliau semasa hidupnya. Ada 3 kerangka utama yang saya tangkap yang mewarnai keseluruhan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu: 1) Kodrat Keadaan (Alam & Zaman); 2) Asas Tri-Kon - kontinuitet, konvergensi, konsentris; 3) Budi Pekerti (bulatnya cipta-rasa-karsa yang menghasilkan tenaga). Jika diperas lagi, esensi filosofi pemikiran beliau, menurut saya dari bacaan teks-teks tulisan beliau, adalah perubahan yang dinamis, yang dinamikanya ibarat sistem tata surya.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.
Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.
Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Contoh kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan kehendaknya sendiri. Guru tidak memahami minat, dan keinginan murid. Kebutuhan belajar murid tidak semuanya terenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu cara yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:
Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll)
Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)
Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali, maupub dari lingkungannya. Apalagi dimasa pandemi seperti ini, dimana murid melaksanakan PJJ sehingga interaksi secara langsung antara guru dengan murid sangat jarang. Akibatnya data yang kita kumpulkan untuk memetakan kebutuhan belajar murid sulit kita tentukan valid atau tidaknya. Dukungan dari orang tua dan murid untuk memberikan data yang lengkap dan benar sesuai kenyataan yang ada. Tidak ditambahi dan juga tidak dikurangi.
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.
Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.
Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Contoh kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan kehendaknya sendiri. Guru tidak memahami minat, dan keinginan murid. Kebutuhan belajar murid tidak semuanya terenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu cara yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:
Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll)
Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)
Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali, maupub dari lingkungannya. Apalagi dimasa pandemi seperti ini, dimana murid melaksanakan PJJ sehingga interaksi secara langsung antara guru dengan murid sangat jarang. Akibatnya data yang kita kumpulkan untuk memetakan kebutuhan belajar murid sulit kita tentukan valid atau tidaknya. Dukungan dari orang tua dan murid untuk memberikan data yang lengkap dan benar sesuai kenyataan yang ada. Tidak ditambahi dan juga tidak dikurangi.
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Transformasi Pendidikan Guru Indonesia, Transformasi LPTKIwan Syahril
Ā
Pendidikan Guru menentukan kualitas guru. Semakin baik pendidikan guru dalam sebuah sistem pendidikan, maka akan semakin baik pula kualitas guru-gurunya. Pendidikan Guru harus dilihat secara komprehensif, dari hulu ke hilir. Pendidikan Guru harus dilihat secara integratif, berkaitan dengan semua komponen dalam sistem pendidikan.
Dalam presentasi ini, saya merekomendasikan beberapa usulan untuk transformasi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) sebagai institusi utama dalam pendidikan guru di Indonesia. Ada 5 hal yang saya sorot, yaitu:
1. Visi Kualitas untuk Guru Indonesia dan Pendidikan Guru Indonesia sesuai Kodrat Zaman
2. Rencana Pengembangan Pendidikan Guru Indonesia Jangka Panjang berdasarkan visi kualitas dan konstruksi keilmuan terkini dan relevan
3. Disposisi LPTK dan komunitas LPTK menjadi berorientasi ilmiah-profesional, menjauhi feodalistik dan mentalitas PNS
4. Fokus pada pengembangan kapasitas secara berkelanjutan (bukan pada akuntabilitas regulasi berorientasi ācomplianceā) dilandasi komitmen dan kerja keras untuk terus menerus belajar
5. Kolaborasi antara universitas, calon guru/guru, dan sekolah dalam pendidikan calon guru dan guru
How Can ESL/EFL Teacher Education Improve the Education Quality of, and Trans...Iwan Syahril
Ā
The quality of teachers cannot exceed the quality of their teacher education programs and their teacher educators! We should start from teacher education when we want to improve teacher and teaching quality. In the International Conference on Language and Language Teaching 2018, I propose the idea of interdisciplinary teacher education initiated by Second/Foreign Language Teacher Education. With its strong emphasis on English language mastery and the recent development in multiliteracies and Content and Language Integrated Learning, L2/EFL Teacher Education can be the pioneers for interdisciplinary teacher education especially in developing nations. Teachers in this program can have the qualifications to teach not only English, but also other subjects such as science, social studies, math, arts, or technology, etc. Teachers educated in an interdisciplinary way will much more likely to have the capacity to think and teach in an interdisciplinary way too. It is what we need for the 21st century society. Education and educators must rise with the occasion!
Teacher Professional Development in Indonesia: What Have Learned So Far?Iwan Syahril
Ā
This brief presentation describes what we have learned about teacher professional development in Indonesia from a literature review. After that using the key findings in the body of knowledge of teacher education, I situate 5 cases of teacher professional development programs in Indonesia. These key findings about what makes a good and effective professional development highlights not only the key features but also the importance of having a clear PD pedagogy (theory of action). Some suggestions are proposed towards the end about how to conduct teacher professional development in Indonesian context.
A workshop on writing "Rencana Pembelajaran Semester" (RPS) and "Satuan Acara...Iwan Syahril
Ā
Workshop ini bertujuan untuk mempelajari komponen-komponen dalam learning outcomes dalam penyusunan kurikulum program studi di perguruan tinggi dan mengaplikasikannya dalam penulisan silabus (Rencana Pembelajaran Semester - RPS) dan lesson plan (Satuan Acara Pembelajaran - SAP).
Pembelajaran, Tanggung Jawab, & Profesionalisme: Sebuah Rekomendasi Kebijakan...Iwan Syahril
Ā
Narasi tanggung jawab (akuntablitas) dalam pendidikan Indonesia didominasi oleh narasi tata kelola yang baik (good governance), seperti: transparansi, partisipasi publik, dan mekanisme pertanggungjawaban. Narasi ini melupakan hal yang paling utama dalam sistem pendidikan apa saja: pembelajaran dan pengajaran di dalam kelas. Seolah-olah, dengan tata kelola yang baik, otomatis akan terjadi pembelajaran dan pengajaran yang baik. Makalah yang saya sampaikan (ada di Academic.edu dan Research Gate) memaparkan kompleksitas akuntablitas, termasuk paradoks akuntabilitas dan pelajaran berharga tentang penerapan kebijakan akuntablitas di konteks internasional. Yang paling utama, pembelajaran dan pengajaran yang berkualitas harus menjadi tujuan utama dalam sebuah sistem akuntablitas apapun. Hal ini hanya akan tercapai jika semua pemangku kepentingan berkomitmen menjalankan model akuntabiltas profesional (professional accountability). Untuk makalah presentasi, silahkan email: iwan.syahril@sampoernauniversity.ac.id
A case study of preservice teacher development using korthagen's three level ...Iwan Syahril
Ā
Using Korthagenās (2010) three-level teacher learning model, I conducted a qualitative study addressing a central question: What factors contribute to preservice teacher development of knowledge about teaching during field experiences? Data were collected through interviews, supplemented by observation videos and document analysis. The findings show that participants showed some progress in their knowledge about teaching, which could be attributed to the opportunity to reflect on practice in their university-based courses during their field experience program. Moreover, there seemed to be a difference in the level of the development of knowledge about teaching between the two study participants. This difference could be attributed to subject matter mastery, good instructional support, having more diverse coursework, and having a disposition to focus on students. This study suggests that teacher education should provide experiences in which needs and Gestalts are triggered and elaborated, and preservice teachers are given opportunities to reflect on those experiences.
Computational Thinking in Teaching and LearningIwan Syahril
Ā
In a nutshell, computational thinking is a way of solving problems, designing systems, and understanding human behavior. Drawing on concepts fundamental to computer science, computational thinking is a way to reimagine education, learning, and teaching. It is still at a developing stage, and starting to gain popularity in STEM education.
At its very core, writing is a technology to extend our communication to the future. With the advancement of technology, including the digital one, it does not mean writing is getting any easier. Still, to write well, one needs to be good at: determining the purpose, understanding the audience, writing clear content, and obtaining credibility. Still, with digital tools, the "process writing approach" is relevant. This is true for communicative and academic writing, either at elementary, intermediate, or advanced level.
Key Elements in An Accountability SystemIwan Syahril
Ā
The four key elements in education accountability are: meaningful learning, professional accountability, resource accountability, and continuous improvement. The implications for an education system are:
1) A common vision of learning must be agreed upon;
2) A political commitment is needed to deliver this vision to ALL students;
3) All elements in the education system must be designed, aligned, and/or modified, based on this vision of learning.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Ā
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Ā
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke Zaman
1. Guru dan
Pendidikan Guru
di Indonesia
dari Zaman ke Zaman
Iwan Syahril
Dosen Fakultas Pendidikan, Universitas Sampoerna
Co-founder dan Peneliti, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan
Dipresentasikan pada Seri Belajar Sejarah Pendidikan Indonesia,
Jaringan Pendidikan Alternatif, di Studio Kopi Sang Akar, Jakarta, 3 Oktober, 2018
#ayojadiguru
2. Positionality
ā¢ Training keilmuan bukan di ilmu sejarah. āØ
(S1 Ilmu Hubungan Internasional. S2 Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Menengah,
Kurikulum dan Pengajaran. S3 Pendidikan Guru, Kebijakan Pendidikan.)
ā¢ Tidak melakukan penelitian sesuai tradisi ilmu sejarah.āØ
Pendekatan: menyeleksi dan membaca āseminal piecesā tentang sejarah guru dan pendidikan
guru dari cendekiawan pendidikan Indonesia terkemuka (Dedi Supriadi, Mochtar Buchori, HAR
Tilaar, Winarno Surakhmad, dll.)
ā¢ Keterbatasan bahasan: kolonial Belanda, Jepang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ā¢ Lahir, besar di Padang, di zaman Orde Baru. Ayah, dan beberapa saudaranya menjalani karir
sebagai guru. Dilarang menjadi guru.
ā¢ Mengawali karir sebagai guru di akhir masa Orde Baru. Pernah mengajar di Padang, Bandung,
Minahasa, Jakarta, Kanada, Amerika Serikat
!2 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
3. āPendidikan guru menentukan kualitas guru.
Semakin baik pendidikan guru sebuah
sistem, semakin baik kualitas guru-gurunya.ā
PRE-SERVICE
PHASE
INDUCTION
PHASE
IN-SERVICE
PHASE
PRE-TRAINING
PHASE
Psychoanalitic account
Evolutionary account
Socialization account
MAINSTREAM VIEW MOSTLY IGNORED FRAGMENTEDUNSEEN/FORGOTTEN
!3 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
4. Kolonial Bld 1 Kolonial Bld 2 Kolonial Jpg Orde Lama 1 Orde Lama 2 Orde Baru 1 Orde Baru 2 Reformasi 1 Reformasi 2
Politik
Etis
HIK
Kweekschool
Normalschool
SGL, SGP,āØ
SGMT
Hoofdachte
MO A
MO B
Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru
Politik Masuk
Pendidikan Guru
Deprofesionalisasi
Guru dan
Pendidikan Guru
Rekrutmen Massal
Proliferasi Pendidikan Guru
SPG dihapus
IKIP jadi
Universitas
UU Guru dan
Dosen 14/2005
!4 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sekolah
Pastor
5. Pertanyaan-Pertanyaan Awal
ā¢ Siapa guru sekolah-sekolah di Indonesia dari zaman ke zaman?
ā¢ Bagaimana guru-guru dipersiapkan menjadi guru? Bagaimana lembaga
pendidikan guru? Siapa yang mendidik guru?
ā¢ Bagaimana mereka menjalankan tugasnya sebagai guru? Bagaimana
profesionalisme mereka?
ā¢ Bagaimana status sosial dan ekonomi guru Indonesia dari zaman ke zaman?
ā¢ Apa yang dapat dijadikan pelajaran bagi guru dan pendidikan guru Indonesia
saat ini dan untuk masa mendatang?
!5 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
6. Kolonial Bld 1 Kolonial Bld 2 Kolonial Jpg Orde Lama 1 Orde Lama 2 Orde Baru 1 Orde Baru 2 Reformasi 1 Reformasi 2
Politik
Etis
HIK
Kweekschool
Normalschool
SGL, SGP,āØ
SGMT
Hoofdachte
MO A
MO B
Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru
Politik Masuk
Pendidikan Guru
Deprofesionalisasi
Guru dan
Pendidikan Guru
Rekrutmen Massal
Proliferasi Pendidikan Guru
SPG dihapus
IKIP jadi
Universitas
UU Guru dan
Dosen 14/2005
!6 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sekolah
Pastor
7. Zaman Kolonial Belanda, VOC: Elitis Agama
Konteks
Pendidikan diurus oleh VOC. Pendidikan āsatu paketā dengan penyebaran agama Kristen ā Gold,
Gospel, and Glory. Pendidikan ditangani oleh Nederlands Zendelingen Genootschap (NZG). Sekolah
pertama di Ambon tahun 1607.
Siapa Guru?
Hingga 1630, pastor Belanda. Sesudah itu orang-orang Ambon dididik menjadi guru dan disebar ke
daerah lain.
Bagaimana
Pendidikan
Guru?
Pendidikan guru erat kaitannya dengan pendidikan teologi (menjadi guru dan pastor). Materi pelajaran:
menulis dan membaca dalam bahasa Melayu dan bahasa Portugis yang menjadi bahasa sehari-hari dan
perdagangan; pengajaran didasarkan pada Injil, kitab suci Kristen.
Bagaimana
Pekerjaan Guru?
Terkait dengan misi agama
Bagaimana
Status Guru
pemuka agama?
!7 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
8. Kolonial Bld 1 Kolonial Bld 2 Kolonial Jpg Orde Lama 1 Orde Lama 2 Orde Baru 1 Orde Baru 2 Reformasi 1 Reformasi 2
Politik
Etis
HIK
Kweekschool
Normalschool
SGL, SGP,āØ
SGMT
Hoofdachte
MO A
MO B
Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru
Politik Masuk
Pendidikan Guru
Deprofesionalisasi
Guru dan
Pendidikan Guru
Rekrutmen Massal
Proliferasi Pendidikan Guru
SPG dihapus
IKIP jadi
Universitas
UU Guru dan
Dosen 14/2005
!8 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sekolah
Pastor
9. Zaman Kolonial Pemerintah Hindia Belanda (1): Elitis Eropa
Konteks
Pada masa awal pemerintahan Hindia Belanda pendidikan dicurahkan untuk anak-anak
Belanda dan bangsa Eropa.
Siapa Guru?
Umumnya guru-guru didatangkan dari Belanda. Perkembangan sekolah guru pada masa awal
Hindia Belanda sangat lambat.
Bagaimana
Pendidikan
Guru?
ā¢ Sekolah-sekolah guru pertama, Kweekschool, didirikan NZG (gereja), di Ambon 1834, lalu
di Minahasa.
ā¢ Sekolah guru pemerintah Hindia Belanda, Hollands-Inlandse Kweekschool (HIK) didirikan
tahun 1852 di Surakarta, lalu Bukittinggi (1856), Tanah Batu, Tapanuli (1864-1874), Tondano
(1873-1875), di Ambon (1874), Probolinggo dan Banjarmasin (1875-1893), di Makassar
(1876-1895) dan Padangsidempuan (1879-1891).
ā¢ Bahasa pengantar di sekolah-sekolah guru adalah bahasa Belanda. Gurunya orang Belanda.
Bagaimana
Pekerjaan
Guru?
ā¢ Sekolah-sekolah bangsa Eropa, mutu dijaga ketat, sesuai dengan di Belanda.
ā¢ Sekolah-sekolah pribumi, mutu tidak begitu diutamakan. Hanya membaca, menulis, dan
berhitung sederhana.
Bagaimana
Status Guru
ā¢ Status profesional dijaga (penekanan pada mutu).
!9 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
11. School
Category
Students Teachers Learning Environment
1. Schools for the masses All native
Indonesians; wearing
modest traditional
clothes; barefooted.
Native
Indonesians;
wearing traditional
Javanese clothes.
Dirt ļ¬oor; small blackboard; small and
crowded classroom; one small table for
there students; students writing on a
writing stone
2. Schools for the native elites Students mostly
natives and some
Chinese too; wearing
uniforms or nice
traditional/ modern
clothes, shoes and
socks.
Mostly Europeans
wearing modern
clothes, long
dresses and shirts;
some Native
teachers wearing
traditional clothes
A notebook and a textbook for each
student; nice furniture, large tables;
students writing using a pen; an ink pool
on each table; well-constructed buildings;
paintings, maps on the wall.
3. Schools for the Europeans Mostly Europeans,
some natives;
wearing modern
clothes with
accessories such as
hats or belts.
Unclear There was little information about it
because the scene in the video is about
students going home after school was
over. Some students going home by
house cart and bicycle, which showed
high social status. The majority took a
tram, which was waiting outside their
school. The background showed a grand
and modern school building.
!11
Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
12. Bagan Sekolah Zaman
Kolonial Belanda
Sumber: Djajadiningrat, R. L. (1942). From illiteracy to university:
Education development in the Netherlands Indies, halaman 4-5.
Jakarta: Netherlands Indies Council, The Institute of Paciļ¬c Relations.
!12 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
13. Zaman Kolonial Pemerintah Hindia Belanda (2): Politik Etis Segregatif
Konteks
ā¢ Politik etis merubah kebijakan pendidikan dari elitis menjadi populis. Perluasan akses untuk bumiputera.
ā¢ Populis-Elitis vs Populis-Populis | Pendekatan elitis (fokus pada priyayi dan high SES): sistem pendidikan model
Eropa, bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pendekatan populis: pendekatan praktis kepada seluruh lapisan,
dengan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar.
ā¢ Tujuan pendidikan adalah untuk kepentingan pemerintah kolonial, bukan mencerdaskan bangsa Indonesia. Lulusan
sekolah disiapkan untuk menjadi pegawai rendahan (mampu baca, tulis, hitung) untuk mendukung mesin birokrasi
pemerintah Belanda di Indonesia yang dibayar dengan gaji lebih murah dari tenaga Eropa.
Siapa Guru?
ā¢ Mulai banyak pribumi menjadi guru-guru SD.
ā¢ Guru-guru berkualitas datang dari strata sosial ekonomi atas.
ā¢ Guru sekolah menengah masih dari Belanda/Eropa.
Bagaimana
Pendidikan Guru?
ā¢ Belanda mendahulukan pembangunan sekolah guru daripada pembangunan sekolah menengah untuk Indonesia.
ā¢ Perkembangan sekolah guru cepat.
ā¢ Persyaratan menjadi guru sangat tinggi dan ketat. Ini terlihat dari lamanya pendidikan di sekolah guru. (Sejak zaman
Jepang lama pendiidkan ini menurun, dan terus menurun di zaman kemerdekaan, yg lebih banyak memakai cara-cara
darurat.)
ā¢ Berasrama (bimbingan kebiasaan belajar, cara berpakaian yang santun, tata krama makan, dll) ā bagian
profesionalisme guru.
ā¢ perpustakaan, ada tempat latihan mengajar, performa mengajar penting (tidak hanya kredensial)
Bagaimana
Pekerjaan Guru?
Profesional, menekankan pada mutu dan integritas, landasan keilmuan sangat kuat.
Bagaimana
Status Guru
Status sosial (prestise) dan retensi guru meningkat dari sebellumnya karena ekspektasi awal yang tinggi dari priyayi
rendahan dan anggota masyarakat yang terpandang.
!13 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
14. PENDIDIKAN
DASAR
(7 tahun)
JENIS
PENDIDIKAN GURU
SISWA KURIKULUM
TEMPAT KERJA
LULUSAN
Froebelschool
(3 tahun)
lulusan HIS atau
Schakelschool
Bahasa Pengantar: Belanda | Ilmu mendidik, cara mengajar, ilmu jiwa kanak-kanak,
bernyanyi, menari, olahraga, bahasa Belanda, bahasa Melayu, bahasa daerah, pekerjaan
tangan, menggambar
Guru Taman Kanak-Kanak
Cursus Opleiding voor
Volks Onderwyzer
(OVVO) (2 tahun)
masyarakat desa,
lulusan
Volksschool
Bahasa Pengantar: Daerah | Pengajar guru-guru SD yang sudah berpengalaman |
Metodenya: melihat dan meniru, learning by doing | berhitung, menulis, membaca,
menggambar, bernyanyi, bermain, olahraga, gerak badan, cara mengajar, budi pekerti (moral)
Guru Volkschool
Cursus voor
Onderwyzer (CVO) āØ
(3 tahun)
masyarakat desa,
lulusan
Volksschool
Bahasa Pengantar: Daerah | Pengajar guru-guru SD yang sudah berpengalaman |
Metodenya: melihat dan meniru, learning by doing | berhitung, membaca, menulis, bahasa
daerah, bahasa Melayu, etiket, bernyanyi, olahraga, ilmu mendidik, ilmu hayat, ilmu alam
Guru Volkschool,
Vervolgschool | 7.5 gulden |
Kepala Sekolah Vervolgschool
Normaalschool āØ
(4 tahun, laki-laki)
masyarakat desa,
lulusan TIS/
Vervolgschool
Bahasa Pengantar: Melayu | Gedung sekolah + Perpustakaan biasa | Asrama biasa |
Leerschool (tempat latihan mengajar) | bahasa Melayu, bahasa daerah, bahasa Belanda
dasar, tulisan Arab, olahraga, moral, ilmu mendidik, ilmu mengajar, ilmu jiwa, berhitung, seni
suara, menggambar, pekerjaan tangan, pertanian, ilmu tumbuh-tumbuhan, ekonomi,
mengarang | 6 bulan di IPB, sertiļ¬kat pertanian
Guru Tweede Inlandse
Schools (TIS) | 25 gulden |
Kepala Sekolah TIS,
Vervolgschool, Penilik Sekolah
Van Deventer School āØ
(4 tahun, perempuan)
masyarakat desa,
lulusan TIS/
Vervolgschool
Bahasa Pengantar: Melayu | Gedung sekolah + Perpustakaan biasa | Asrama biasa |
membaca, menulis, berhitung, ilmu pendidikan, bahasa daerah, bahasa Melayu, bahasa
Belanda dasar, ilmu jiwa, ilmu mengajar, bernyanyi, olahraga, menjahit, menyulam, memasak,
moral dan sopan santun, ilmu komunikasi
Guru Vervolgschool, Meisje
Vervolgschool
KweekschoolāØ
(4 tahun)
priyayi, priyayi
kecil, masyarakat
(kota)
terpandang,
lulusan HIS/
Schakelschool
Bahasa Pengantar: Melayu, Belanda | Gedung Sekolah + Perpustakaan bagus | Asrama
bagus | (Asrama: belajar bersosialisasi, sopan santun, tata krama, dan moral/budi pekerti) |
Praktek mengajar di SD berbahasa Belanda | menulis, membaca, berhitung, aljabar, ilmu
ukur, bahasa Belanda, bahasa Melayu, bahasa daerah, gerak badan/olah raga, atletik,
bernyanyi, musik, IPA, ilmu hayat, ilmu bumi, sejarah tanah air, sejarah dunia, ilmu mendidik,
ilmu jiwa, ilmu mengajar, ilmu komunikasi, pekerjaan tangan
Guru Hollands Inlandse
School (HIS), TIS atau
Schakelschool | 75-125
gulden | Kepala Sekolah HIS,
TIS, Schakelschool
Hogere Kweekschool
(HKS) ā Hollands-
Inlandse Kweekschool
(HIK) āØ
(6 tahun)
priyayi, priyayi
kecil, masyarakat
(kota)
terpandang,
lulusan HIS/
Schakelschool
Bahasa Pengantar: Belanda | Gedung Sekolah + Perpustakaan bagus | Asrama bagus | āØ
(Asrama: belajar bersosialisasi, sopan santun, tata krama, dan moral/budi pekerti) | Praktek
mengajar di Lab School berbahasa Belanda | Penilaian ujian ketat; tidak lulus hanya
ijazah KS | menulis, membaca, berhitung, aljabar, ilmu ukur, bahasa Belanda, bahasa Inggris,
bahasa Jerman, bahasa Melayu, bahasa daerah, ilmu guru, ilmu jiwa, ilmu mengajar, evaluasi,
olahraga dan atletik, musik, menyanyi, ilmu pasti, ilmu alam, ilmu hayat, menggambar, sejarah,
ilmu bumi, ilmu komunikasi, sosiologi, pekerjaan tangan, moral/tatakrama.
Guru HIS, Schalkelschool |
175 gulden | Kerja 5 tahun,
kursus kepala sekolah
Hoofdachte | Lulus, Kepala
Sekolah HIS, atau jabatan di
Kantor Pendidikan | 300
gulden
!14
Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
15. PENDIDIKAN
MENENGAH
(5 tahun)
JENIS
PENDIDIKAN
GURU
SISWA KURIKULUM
TEMPAT KERJA
LULUSAN
Hoofdachte
Cursus (2-3
tahun)
lulusan
MULO (3
tahun) +
HIK (3
tahun)
Guru MULO,
Kepala Sekolah
HIS, HCS, ELS,
jabatan penting di
Kantor Pendidikan
Middlebaar
Onderwijs (MO)
Akte A
lulusan
MULO (3
tahun) +
HIK (3
tahun)
Akta MO hampir semua hanya terdapat di Belanda, di
universitas Leiden, termasuk Akta MO Bahasa Melayu, Bahasa
Jawa dan Bahasa Sunda.
Di Indonesia hanya ada Akta MO Ilmu Pasti (dititipkan ke
Technische Hoogerschool -ITB) dan MO A Bahasa Inggris.
Guru MULO, HBS 3
tahun
Middlebaar
Onderwijs (MO)
Akte B
lulusan
MULO (3
tahun) +
HIK (3
tahun)
Guru AMS, HBS 5
tahun
!15 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
16. Kolonial Bld 1 Kolonial Bld 2 Kolonial Jpg Orde Lama 1 Orde Lama 2 Orde Baru 1 Orde Baru 2 Reformasi 1 Reformasi 2
Politik
Etis
HIK
Kweekschool
Normalschool
SGL, SGP,āØ
SGMT
Hoofdachte
MO A
MO B
Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru
Politik Masuk
Pendidikan Guru
Deprofesionalisasi
Guru dan
Pendidikan Guru
Rekrutmen Massal
Proliferasi Pendidikan Guru
SPG dihapus
IKIP jadi
Universitas
UU Guru dan
Dosen 14/2005
!16 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sekolah
Pastor
17. Zaman Kolonial Jepang: Egaliter, Penurunan Mutu
Konteks
ā¢ Pendidikan bersifat praktis, kurang intelektualis. Sistem pendidikan menjauh dari kebijaksanaan guru,
lebih bersifat birokratis (kekuasaan Jepang), teknis, miskin ļ¬losoļ¬s/ideologi.
ā¢ Kebijakan pendidikan disesuaikan dengan kondisi politik zamannya, yaitu suasana perang.
ā¢ Suasana masyarakat penuh penderitaan, keprihatinan dan ketidakpastian.
Siapa Guru?
ā¢ Guru SD dan SMP umumnya orang Indonesia
ā¢ Sistem pendidikan dan pendidikan guru jauh lebih sederhana, lebih egaliter. Lebih mudah bagi masyarakat
Indonesia yang telah berpendidikan masuk sekolah guru.
Bagaimana
Pendidikan Guru?
ā¢ Disederhanakan. Sekolah guru SD di 5 kota. Sekolah guru sekolah menengah hanya di Jakarta.
ā¢ Penggabungan mulai menghilangkan sekat-sekat antar sekolah guru, dan terbangun komunikasi politik.
ā¢ Secara akademik dan pedagogik, terjadi penurunan kualitas, reduksi intelektualisme drastis: semua
buku materi dari pendidikan Belanda dibuang.
ā¢ Dalam sekolah guru, suasana militeristik lebih terasa, suasana akademik tidak dipentingkan.
ā¢ Asrama: memudahkan untuk latihan kemiliteran, kerja bakti paksa, dan pendidikan jasmani.
Bagaimana
Pekerjaan Guru?
ā¢ Guru-guru hasil sekolah guru zaman Jepang ā> keragu-raguan profesional (Mochtar Buchori, 2007)
ā¢ Jepang tidak banyak memberi perhatian terhadap urusan mikro pendidikan seperti struktur dan kurikulum.
Semuanya diserahkan kepada orang Indonesia dengan syarat tidak mengganggu kepentingan Jepang
dengan mobilisasi perangnya.
Bagaimana
Status Guru
Guru adalah intelektual yang menggerakkan perubahan sosial.
!17 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
18. PENDIDIKAN
DASAR
(6 tahun)
JENIS
PENDIDIKAN GURU
BELANDA
JENIS
PENDIDIKAN GURU
JEPANG
KURIKULUM
TEMPAT KERJA
LULUSAN
Froebelschool
(3 tahun)
SEKOLAH GURU
LAKI-LAKI āØ
(SGL)
(4 tahun āØ
sesudah lulus SD)
SEKOLAH GURU
PEREMPUAN
(SGP)
(4 tahunāØ
sesudah lulus SD)āØ
āØ
āØ
Ada di 5 kota:
Jakarta, Bandung,
Yogyakarta,
Surakarta, & Blitar.
ā¢ Setingkat SMP
ā¢ Bahasa Pengantar: Indonesia
ā¢ Berasrama, untuk memudahkan untuk latihan
kemiliteran, kerja bakti paksa, dan pendidikan jasmani
ā¢ Semua buku materi dari pendidikan Belanda dibuang
ā¢ Mata pelajaran bahasa asing: bahasa Jepang
ā¢ Reduksi intelektualisme drastis. Pendidikan harus
bersifat praktis, tidak intelektualis
ā¢ Dalam sekolah guru, suasana militeristik lebih terasa,
suasana akademik tidak dipentingkan.
ā¢ Semua program pendidikan diarahkan pada pembinaan
masyarakat di luar sekolah untuk mobilisasi kepentingan
proyek Jepang dalam perang Asia Timur Raya
SEKOLAH
DASAR
Cursus Opleiding voor
Volks Onderwyzer
(OVVO) (2 tahun)
Cursus voor
Onderwyzer (CVO) āØ
(3 tahun)
Normaalschool āØ
(4 tahun, laki-laki)
Van Deventer School āØ
(4 tahun, perempuan)
KweekschoolāØ
(4 tahun)
Hogere Kweekschool
(HKS) ā Hollands-
Inlandse Kweekschool
(HIK) āØ
(6 tahun) !18 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
19. PENDIDIKAN
MENENGAH
(6 tahun)
JENIS
PENDIDIKAN
GURU
ZAMAN
BELANDA
JENIS
PENDIDIKAN
GURU
ZAMAN JEPANG
KURIKULUM
TEMPAT KERJA
LULUSAN
Hoofdachte
Cursus (2-3
tahun)
Sekolah Guru
Menengah
Tinggi (SGMT)
(4 tahun,
sesudah lulus
SMP; 1 tahun
sesudah lulus
SMA)
Hanya di Jakarta
ā¢ Setingkat SMU
ā¢ Berasrama
ā¢ 3 jurusan: IPA dan Matematika, Sastra, dan Pendidikan
Jasmani
ā¢ Hanya laki-laki (Perempuan ikut Sekolah Guru Kepandaian
Putri, 4 tahun lulusan SMP)
SEKOLAH
MENENGAH
PERTAMA (SMP),
SEKOLAH
MENENGAH ATAS
(SMA)
Middlebaar
Onderwijs (MO)
Akte A
Middlebaar
Onderwijs (MO)
Akte B
!19 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
20. Kolonial Bld 1 Kolonial Bld 2 Kolonial Jpg Orde Lama 1 Orde Lama 2 Orde Baru 1 Orde Baru 2 Reformasi 1 Reformasi 2
Politik
Etis
HIK
Kweekschool
Normalschool
SGL, SGP,āØ
SGMT
Hoofdachte
MO A
MO B
Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru
Politik Masuk
Pendidikan Guru
Deprofesionalisasi
Guru dan
Pendidikan Guru
Rekrutmen Massal
Proliferasi Pendidikan Guru
SPG dihapus
IKIP jadi
Universitas
UU Guru dan
Dosen 14/2005
!20 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sekolah
Pastor
21. Zaman Kemerdekaan: Rehabilitasi (1945-1950)
Konteks
ā¢ Keadaan serba sulit karena situasi perang.
ā¢ Penyederhanaan drastis zaman Jepang direhabilitasi dan dikembangkan (Buchori, 2007).
ā¢ Watak sistem pendidikan baru meninggalkan sifat kolonialistik dan feodalistik menjadi sifat pribadi dan
watak bangsa merdeka.
Siapa Guru? ā¢ Guru-guru umumnya orang-orang Indonesia lulusan sekolah dan sekolah guru zaman Belanda & Jepang
Bagaimana
Pendidikan
Guru?
ā¢ Pendidikan guru sekolah dasar: SGA (tadinya untuk guru SD) untuk guru sekolah menengah, SGB untuk
guru sekolah dasar
ā¢ Pemikiran pendidikan guru sekolah menengah terpecah 2: sistem Belanda (Akta MO) dan sistem Amerika
(Teachers College)
ā¢ Pertemuan Badan Himpunan Pendidikan di Surakarta April 1947: Indonesia harus memiliki lembaga
pendidikan guru tingkat universitas dengan masa studi 4 tahun sesudah SMU, ide yang sudah bergulir
sejak 1938. Sekolah-sekolah menengah harus lebih baik lagi dengan guru-guru yang lebih cakap.
Bagaimana
Pekerjaan Guru?
Serba darurat; kekurangan tenaga, sarana dan keahlian
Bagaimana
Status Guru
Cukup tinggi
!21 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
22. Zaman Kemerdekaan: Ekspansi, bagian 1, 1950-1959
Konteks
ā¢ Laju pendidikan lamban karena keterbatasan sumber daya (dana, tenaga, sarana). Kapasitas dan potensi
masyarakat tidak seimbang dengan aspirasi yang sangat besar. āØ
Akibatnya āpendidikan yang serba asalā ā> asal jalan, asal ada guru, asal ada sekolah (Supriadi, 2003)
ā¢ 1950: 7.5 jt anak usia 6-12 th tidak bersekolah. Butuh 50,000 guru baru per tahun. Sekolah-sekolah guru
yang ada hanya bisa hasilkan 1500-2000 guru per tahun. Akhirnya, kursus guru darurat, dengan lama
program 2 tahun untuk sesudah SD. Sesudah mengajar, lulusannya meneruskan dengan kursus tertulis.
Siapa Guru? Mereka yang mendapat kesempatan bersekolah dan menyelesaikan sekolahnya
Bagaimana
Pendidikan
Guru?
ā¢ Serba darurat, namun masih jelas visi idealisme
ā¢ Kursus darurat guru sekolah dasar: KPKPKB, SGB | Kursus darurat guru sekolah menengah: SGA, PGSLP (1
tahun, mirip Hoofdachte), PGSLA (2 tahun, mirip Hoofdachte), Kursus B-I (mirip MO A) dan B-II (MO B)
ā¢ Mengarah ke pendidikan guru di level perguruan tinggi: yaitu PTPG (1954) untuk pendidikan guru sekolah
menengah & Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru di Bandung untuk pendidikan guru sekolah dasar.
ā¢ Calon guru SD diajar oleh guru-guru berpengalaman.
ā¢ Pendidikan guru menengah bermasalah karena zaman kolonial Belanda hampir tidak ada orang Indonesia
yang mendapatkannya.
Bagaimana
Pekerjaan
Guru?
Serba darurat; kekurangan tenaga, sarana dan keahlian
Bagaimana
Status Guru
Dipandang baik secara sosial dan ekonomi
!22 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
23. Peletakan Fondasi Pendidikan Guru Sekolah Menengah
ā¢ Visi pendidikan guru tingkat universitas!
ā¢ Periode transisi: Kursus B-I dan B-II (transisi dari sistem Belanda ke sistem Amerika (teachers college)
ā¢ Kursus B-I, (1950) ā> replika MO A ā> untuk menghasilkan guru-guru SMP
ā¢ Kursus B-II, (1954) ā> replika MO B ā> untuk menghasilkan guru-guru SMA
ā¢ Siswa: guru-guru yang telah dan sedang mengajar (part-time students), banyak guru-guru senior.
ā¢ Dosen: Belanda, Eropa; kurang tersedianya pengajar yang memenuhi persyaratan, karena penguasaan bidang
ilmu tidak komprehensif.
ā¢ Lulusannya memiliki kemampuan mengajar yang tinggi karena memang sudah memiliki pengalaman mengajar.
ā¢ Tahun 1961, kursus B-I dan B-II diintgrasikan ke FKIP (PTPG).
ā¢ Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), tahun 1954 di Bandung, Malang, Batusangkar
ā¢ Perlu tenaga akademik di sekolah menengah yang bagus, bukan saja untuk perluasan sekolah menengah tapi
juga untuk mempersiapkan siswa ke perguruan tinggi, yang tuntutan mutunya sangat tinggi.
ā¢ Siswanya: lulusan SMA atau SGA fulltime, sehingga perkuliahan lebih luas dan intensif dari B-I, B-II. Tamatan
PTPG menjadi Sarjana Muda atau Drs.
ā¢ Tahun 1955 PTPG mendapat bantuan besar dari Ford Foundation. Sejumlah pengajar dan calon pengajar PTPG
Bandung dan Malang dikirim ke AS untuk sekolah lanjutan, dan sarana perpustakaan yang sangat mewah
!23 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
24. !24 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
āMaksud pendirian itu (PTPG) ialah untuk
memenuhi kebutuhan negara akan tenaga
pengajar yang berpendidikan universitas dan
mempunyai wewenang penuh untuk mengajar
pada sekolah lanjutan tingkatan atas.ā
āā¦berdasarkan taraf penyelidikan ilmu
pengetahuan dapatlah dijamin mutu pengajaran
pada sekolah lanjutan bagian atas dan dapat pula
dijamin pendidikan pada perguruan tinggi
Indonesia.ā
Pidato Prof. Mr. Mohammad Yamin
pada peresmian PTPG Bandung,
20 Oktober 1954
25. Kolonial Bld 1 Kolonial Bld 2 Kolonial Jpg Orde Lama 1 Orde Lama 2 Orde Baru 1 Orde Baru 2 Reformasi 1 Reformasi 2
Politik
Etis
HIK
Kweekschool
Normalschool
SGL, SGP,āØ
SGMT
Hoofdachte
MO A
MO B
Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru
Politik Masuk
Pendidikan Guru
Deprofesionalisasi
Guru dan
Pendidikan Guru
Rekrutmen Massal
Proliferasi Pendidikan Guru
SPG dihapus
IKIP jadi
Universitas
UU Guru dan
Dosen 14/2005
!25 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sekolah
Pastor
26. Zaman Kemerdekaan: Ekspansi, bagian 2, 1959-1965
Konteks
ā¢ Politik masuk ke dunia pendidikan. Kementerian PP&K menjadi 2 departemen: 1) Departemen Pendidikan
Dasar dan Kebudayaan, pimpinan Priyono, politis populis, pro komunis; dan 2) Departemen Pendidikan
Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), pimpinan Thoyib Hadiwijaya, non politik
ā¢ PGRI pecah 2: PGRI Non-Vak Sentral, aļ¬liasi PKI, dan PGRI anti komunis
ā¢ Lembaga Pendidikan Guru pecah 2: 1) PTPG yang 1957 menjadi FKIP, dalam naungan PTIP; dan 2) Institut
Pendidikan Guru (IPG), didukung Priyono. Perseteruan ini didamaikan Sukarno, FKIP dan IPG bergabung
menjadi IKIP.
Siapa Guru? Guru terpecah dua: pro dan anti PKI
Bagaimana
Pendidikan
Guru?
Kehidupan kampus saat itu sangat diwarnai kegiatan politik. Kegiatan mahasiswa lebih dominan
daripada dosen. Mutu akademik pendidikan guru akhirnya tertinggal.
Bagaimana
Pekerjaan Guru?
ā¢ Infastruktur, biaya dan tenaga kependidikan terbatas
ā¢ Professional development guru dibutuhkan karena kualiļ¬kasi guru yang belum sesuai harapan, baik dalam
bentuk penataran/pelatihan, maupun di Balai Pendidikan Guru (BPG) melalui kursus tertulis.
Bagaimana
Status Guru
Dipandang baik secara sosial dan ekonomi
!26 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
27. !27 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sumber: Baedhowi, dkk. (2003). Perkembangan kuantitatif sekolah menengah keguruan (1945-1989). Dalam Guru di Indonesia: Pendidikan, pelatihan
dan perjuangannya sejak zaman kolonial hingga era reformasi (D. Supriadi, Ed). Jakarta, Indonesia: Departemen Pendidikan Nasional.
28. !28
Sumber: Baedhowi, dkk. (2003). Perkembangan kuantitatif sekolah menengah
keguruan (1945-1989). Dalam Guru di Indonesia: Pendidikan, pelatihan dan
perjuangannya sejak zaman kolonial hingga era reformasi (D. Supriadi, Ed). Jakarta,
Indonesia: Departemen Pendidikan Nasional.
Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
29. Kolonial Bld 1 Kolonial Bld 2 Kolonial Jpg Orde Lama 1 Orde Lama 2 Orde Baru 1 Orde Baru 2 Reformasi 1 Reformasi 2
Politik
Etis
HIK
Kweekschool
Normalschool
SGL, SGP,āØ
SGMT
Hoofdachte
MO A
MO B
Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru
Politik Masuk
Pendidikan Guru
Deprofesionalisasi
Guru dan
Pendidikan Guru
Rekrutmen Massal
Proliferasi Pendidikan Guru
SPG dihapus
IKIP jadi
Universitas
UU Guru dan
Dosen 14/2005
!29 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sekolah
Pastor
30. Zaman Kemerdekaan: Modernisasi, Rasionalisasi, Ambivalensi (1966-1998)
Konteks
ā¢ Periode pembangunan ekonomi dan penertiban kehidupan politik. Stabilitas politik diutamakan sehingga
menipiskan kemungkinan lahirnya pikiran-pikiran kreatif yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan.
ā¢ Rezeki nomplok mulai 1973 dari kenaikan harga minyak bumi, pendidikan Indonesia mendapat biaya yang
cukup bahkan berlebih untuk bangun puluhan ribu SD Inpres dan menngangkat ratusan ribu guru SD dalam
kurun waktu 1970an-1980an.
Siapa Guru?
Perluasan akses pendidikan membuat pemerintah merekrut guru dengan tergesa-gesa. Penekanan pada mutu
input guru menjadi lemah.
Bagaimana
Pendidikan
Guru?
ā¢ Kekurangan tenaga guru hampir selalu memaksa sistem pendidikan nasional untuk mengambil ājalan
pintasā dengan membuka program-program darurat (Supriadi, 2003, h. 29).
ā¢ SPG Swasta menjamur tahun 1970an 1980an memberi besar pada pengadaan guru SD namun berperan dalam
menurunkan wibawa SPG akibat mutunya tidak terkendali.
ā¢ Rendah efektiļ¬tas dan eļ¬siensi D-II penyataraan (PJJ modul-based dikombinasikan dg tutorial)
Bagaimana
Pekerjaan
Guru?
Pekerjaan guru SD lebih teknis birokratis. Monoloyalitas kepada partai pemerintah Golongan Karya. Pola
pikir PNS mulai membudaya.
Bagaimana
Status Guru
Penurunan status guru: SD sejak 1970an, pengangkatan masal guru-guru SD Inpres; SLTP, SLTA sejak
pemenuhan tugas dan pesanan pemerintah untuk kualiļ¬kasi D-I, D-II, D-III. Ekspansi besar-besaran tidak diikuti
dengan upaya mempertahankan, apalagi meningkatkan, kesejahteraan dan kondisi kerja guru. Calon guru di
LPTK tidak terseleksi dengan baik, dan bisa jadi karena itu pula mereka bisa diberi gaji yang tidak baik pula.
!30 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
31. Pendidikan Guru Zaman Orde Baru
Guru SMP
ā¢ Program daruratnya PGSLTP, th 1960an-1970an, lama pendidikan 2 th,
berubah jadi 1th, lalu jadi 2 th lagi. Th 1980an, program daruratnya D-I dan D-
II, lalu dihapus dg UU th 1989, menjadi D-III. Sejak 1996 diutamakan S-1.
ā¢ Peningkatan persyaratan minimal tahun 1989 berdampak pada ratusan ribu
guru yang bertugas di sekolah karena harus meningkatkan persyaratannya.
ā¢ Internal eļ¬ciency lebih baik dari guru SD karena jumlah lebih sedikit dan lokasi
lebih dekat ke kota.
ā¢ External eļ¬ciency masih bermasalah: 1) sejauh mana ia memberi peningkatan
kualitatif di tingkat sekolah; 2) mismatch latar belakang pendidikan guru dan
mata pelajaran yg diampu.
!31 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
32. Pendidikan Guru Zaman Orde Baru
ā¢ Guru SMA
ā¢ Persoalan tak serumit SD dan SMA. Saat diterapkan guru SMA harus S1 th 1996, 80%
guru SMA sudah S1.
ā¢ Persoalan
ā¢ Mismatch antara pendidikan guru yang dimiliki dengan mata pelajaran diampu. Th
1990an 40% guru SMA tidak mengajar sesuai bidangnya (Konsorsium Ilmu Pendidikan).
ā¢ Tidak jelas apakah kualiļ¬kasi S1 berbanding lurus dengan mutu pengajaran. Perkiraan
hanya 30-40% bermutu baik (dari total 40,000 per tahun) (Supriadi, 2003)
ā¢ Proliferasi PTS Kependidikan sejak pertengahan th 1980an hingga lebih dari 200an di
awal 2000 telah menurunkan mutu lulusan LPTK.
ā¢ Oversupply (kelebihan pasokan). Hanya 50%-60% lulusan LPTK (40,000 per tahun) yg
terserap di sektor pendidikan.
ā¢ Dampaknya muncul kebijakan ākurikulum ļ¬eksibelā di LPTK sejak 1980an (fokus
keguruan melemah).
!32 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
33. Budaya PNS pada Guru (Bjork, 2005) dan Pendidikan Guru (Syahril, 2016)
ā¢ A patronage-based system, structured by individuals at the top with lots of power
and the lower-level individuals with little power.
ā¢ Loyalty and trust are the most important norms
ā¢ The top structure expects absolute obedience from those in the lower
structure. Questioning authority or orders from the top is not a favorable action
and is likely to be punished.
ā¢ Following orders and procedures set up by the top structure is rewarded and
guarantees a successful career. Thus, the main orientation of the Indonesian
civil service is not on producing desirable results or meeting objectives but
rather on following rules and procedures (Lateef et al., 2003).
ā¢ Lack of a tradition of meritocracy, which results in an under-appreciation of
expertise in completing work assignments.
!33 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
34. Pelita I
(1969-1974)
Pelita II
(1974-1979)
Pelita III
(1979-1983)
Pelita IV
(1983-1988)
Pelita V
(1988-1993)
Pelita VI
(1993-1998)
Proses
Pembelajaran
Kurikulum, Ujian, dan
Metode Mengajar
12.37% 0.64% 0.19% 0.03% 0.44% 2.33%
Sarana, Prasarana,
Alat Peraga dan Buku 6.23% 61.85% 10.35% 3.40% 0.85% 6.32%
Pembinaan Sekolah Dasar dan
Menengah
7.97% 5.81% 25.67% 19,36% 10,97% 12,37%
Infrastruktur: āØ
Pembangunan, Rehabilitasi Sekolah &
Kantor
7,08% 1,71% 12,44% 42,42% 37,94% 32,62%
Guru
Sekolah Guru 0,00% 1,66% 2,45% 0,59% 1,13% 1,19%
Pengadaan,
Pemerataan, &
Kesejahteraan Guru
2,08% 1,01% 0,04% 0,24% 0,57% 1,10%
Pelatihan Guru 1,93% 0,59% 1,97% 0,26% 0,64% 0,68%
Pendidikan Vokasi/Kejuruan 35,13% 4,03% 5,81% 11,38% 2,54% 11,94%
Perguruan Tinggi 28,85% 19,49% 21,44% 4,96% 36,74% 19,46%
TOTAL* 100% 96.79% 80.36% 82.64% 91.82% 88.01%
*Beberapa tidak dimasukan karena dirasa tidak relevan, sebagai contoh: Pendidikan Kedinasan, Pendidikan Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan kepada Tuhan; sektor aparatur pemerintahan, pendidikan wanita
Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Sumber: Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, 2018
35. Kolonial Bld 1 Kolonial Bld 2 Kolonial Jpg Orde Lama 1 Orde Lama 2 Orde Baru 1 Orde Baru 2 Reformasi 1 Reformasi 2
Politik
Etis
HIK
Kweekschool
Normalschool
SGL, SGP,āØ
SGMT
Hoofdachte
MO A
MO B
Perguruan Tinggi
Pendidikan Guru
Politik Masuk
Pendidikan Guru
Deprofesionalisasi
Guru dan
Pendidikan Guru
Rekrutmen Massal
Proliferasi Pendidikan Guru
SPG dihapus
IKIP jadi
Universitas
UU Guru dan
Dosen 14/2005
!35 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
Desentralisasi
Sekolah
Pastor
36. Zaman Kemerdekaan: Orde Reformasi
ā¢ Sistem pemerintahan yang super sentralistik menjadi super desentralistik
ā¢ 80% jenis-jenis urusan pendiidkan yg sebelumnya ditangani pusat dan
propinsi diserahkan kepada kabupaten/kota per 1 Januari 2001 (PP
25/2000)
ā¢ Sekolah diberdayakan dengan school-based management
ā¢ Desentralisasi sebagai solusi?
!36 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
37. Sertiļ¬kasi Guru
ā¢ Internal Eļ¬ciency: cukup bagus. āØ
Sebagian besar guru telah disertiļ¬kasi dan mendapat
tunjangan sertiļ¬kasi
ā¢ Attraction channel membaik
ā¢ External Eļ¬ciency: tidak sesuai harapan dalam
peningkatan kualitas guru dan pembelajaran siswaāØ
- Double for Nothing? (World Bank)āØ
- Bersekolah, Apakah Belajar? (RISE)
ā¢ āAt this current rateā¦.Indonesian youth would be ready
for the 21st century in the 31st century.ā
!37Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
38. Reļ¬eksi: Rendahnya mutu guru,
kenapa sulit dibicarakan apa adanya? Beberapa faktor
ā¢ Karakteristik pekerjaan guru di mana saja: keengganan mengkritik kolega
ā¢ Kepentingan politik dan politisasi guru
ā¢ Budaya anti-intelektual dalam pendidikan dan pendidikan guru (sejak
zaman Jepang). āØ
Lebih ke budaya PNS (sejak Orde Baru).
ā¢ Feodalisme dalam masyarakat Indonesia
ā¢ Paternalistik? Itās a female job.
!38 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
39. Comparative
Analysis
FINLAND SINGAPORE US INDONESIA
Traditions Schools of education Schools of education
Vary, but more liberal
arts
Schools of Education
Structure
Graduate-level programs
(since 1970s)
More to graduate-level
programs
(since 1990s)
Vary, but more
undergraduate
programs
Ambivalent between
undergraduate or post-
undergraduate program
Conceptual
Orientation
practical+technical
orientations
practical+technical+
social orientations
Vary,
but research says
academic+practical+
technical orientations
technical + social
orientations
Phase of
Learning to
teach
pre-service
pre-service
+induction+inservice
Vary pre-service
Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
40. Reļ¬eksi dan Pemikiran ke depan: āØ
Rehabilitasi Profesionalisme Guru dan Pendidikan Guru
ā¢ āBerhamba pada sang anakā
ā¢ Konstruksi ilmu profesi yang bersifat praksis
ā¢ Pendidik guru yang berpengalaman dalam praksis dan memahami praksis
ā¢ llmu pendidikan untuk Indonesia dan anak-anak Indonesia
ā¢ Menjauh dari budaya PNS
ā¢ Standar mutu yang tinggi dan jangan kompromikan mutu!
ā¢ Kesepakatan politik untuk menjadi pendidikan sebagai ānational security.ā
!40 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
41. !41 Guru dan Pendidikan Guru Indonesia dari Zaman ke Zaman (Iwan Syahril, Oktober 2018)
42. Guru dan
Pendidikan Guru
di Indonesia
dari Zaman ke Zaman
Iwan Syahril
iwan.syahril@sampoernauniversity.ac.id
0812-7656-6582
#ayojadiguru