SlideShare a Scribd company logo
1	
	
Pengertian Kemampuan Awal Peserta Didik
Setiap masing-masing peserta didik hadir ke ruang kelas dengan membawa berbagai
macam pengetahuan, keterampilan, keyakinan, dan sikap yang berbeda-beda yang mereka peroleh
dari pengalaman-pengalaman terdahulu (Beyer, 1991). Perbedaan latarbelakang inilah yang
kemudian berimplikasi dan berpengaruh terhadap bagaimana peserta didik hadir di kelas untuk
kemudian menafsirkan dan mengelola informasi yang diperoleh. Peserta didik pada hakekatnya
belajar ketika mereka mampu menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan pengetahuan
atau konsep yang telah mereka punyai atau ketahui. Perbedaan cara peserta didik di dalam
memproses dan mengintegrasikan informasi baru dapat berakibat pada berbeda-bedanya pula
mereka dalam mengingat (memorizing), berpikir, menerapkan, dan menciptakan pengetahuan
baru. Kemampuan awal peserta didik tidak hanya berkaitan pula dengan pengetahuan atau materi
mata pelajaran tertentu. Namun, kemampuan awal yang dimaksud dapat berupa pengetahuan
dalam dimensi-dimensi yang berbeda, seperti misalnya proses metakognitif dan pemahaman diri
(self-understanding).
Pengetahuan pada dasarnya bukan sekedar komoditas yang dapat ditransfer dari satu
pikiran ke pikiran yang lain tanpa adanya transformasi (Bettencourt, 1993). Transformasi disini
artinya adalah pemerolehan makna atau pun pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan
atau pengalaman yang sudah diperoleh sebelumnya oleh peserta didik. Pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh peserta didik merefleksikan pentingnya kemampuan
awal di dalam pembelajaran. Peserta didik pada hakekatnya bukan papan tulis kosong yang bisa
ditulisi apa saja oleh seorang guru. Peserta didik justru memiliki kemampuan yang cukup
signifikan dalam menginterpretasi situasi pembelajaran maupun fenomena lebih dari yang kita
sadari. Apa yang mereka pelajari dikondisikan oleh apa telah mereka ketahui atau pelajari.
Pengetahuan ini terdiri dari gabungan fakta, konsep, model, persepsi, keyakinan, nilai,
dan sikap, yang beberapa di antaranya akurat, lengkap, dan sesuai dengan konteks yang akan
dipelajari, namun beberapa di antaranya bisa jadi merupakan pengetahuan awal yang tidak akurat,
dan tidak mencukupi sebagai pra-syarat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu. Idealnya,
peserta didik membangun landasan pengetahuan yang kuat dan akurat sebelumnya, menjalin
hubungan antara pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dengan pengetahuan baru yang pada
akhirnya dapat membantu mereka membangun struktur pengetahuan yang semakin kompleks dan
2	
	
kuat. Namun, bisa saja terjadi peserta didik mungkin tidak mampu membuat koneksi ke
pengetahuan sebelumnya yang relevan — dengan kata lain, jika pengetahuan itu tidak aktif —
sehingga berimplikasi pada tidak terfasilitasinya integrasi pengetahuan awal ke pengetahuan baru.
Hal ini disebabkan karena kemampuan awal peserta didik memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap desain dan pengembangan instruksional yang akan dilakukan oleh guru.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kemampuan awal peserta didik terhadap
sebuah subyek tertentu akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang akan mereka pelajari (Dick,
Carey, & Carey, 2009). Oleh karena itu, salah satu komponen penting yang diperlukan dalam
mendesain suatu mata pelajaran adalah mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik anda.
Guru dan peserta didik sudah seharusnya menjadikan karakteristik peserta didik yang terkait
dengan kemampuan awal sebagai pijakan dalam mendesain, mengembangkan dan melaksanakan
program-program pembelajaran.
Kemampuan awal adalah pemahaman, pengalaman, pengetahuan prasyarat, dan segala
sesuatu yang dimiliki oleh peserta didik sebagai pegetahuan awal (prior knowledge) dan disusun
secara hirarkis sebagai basis data pengalaman (experiential data base) di dalam diri peserta didik.
Dalam hal ini, jika guru mengajarkan materi yang tingkat kesulitannya di atas kemampuan peserta
didik, maka akan berimplikasi pada ketidak-efektifan proses dan hasil pembelajaran. Peserta didik
akan mengalami kesulitan memahami materi tersebut disebabkan oleh adanya materi prasyarat
(pre-requisite), pengetahuan atau kemampuan awal lainnya yang seharusnya menjadi pijakan bagi
perolehan pengetahuan baru belum dikuasai oleh peserta didik. Hal ini juga diperkuat oleh
pernyataan dari Ausubel dalam Driscoll (1994) yang menegaskan bahwa mengaktifkan
kemampuan awal (prior knowledge) yang relevan sangat penting untuk menghasilkan
pembelajaran yang bermakna.
Sementara itu Rebber (1988) dalam Muhibbin Syah (2006: 121) menyatakan bahwa
kemampuan awal peserta didik merupakan prasyarat awal yang dapat dipergunakan untuk
mengetahui adanya perubahan. Selanjutnya Gerlach & Ely (1971) mengungkapkan bahwa
kemampuan awal peserta didik pada dasarnya ditentukan dengan cara memberikan entry test atau
tes masuk. Kemampuan awal ini juga sangat penting bagi pendidik untuk mendesain pembelajaran
dengan memberikan dosis muatan peljaran atau materi yang tepat dan memadai, termasuk juga
untuk menentukan tingkat kesukaran dan kemudahan materi. Selain itu juga kemampuan awal
3	
	
sangat berguna bagi pendidik untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan di dalam proses
belajar mengajar.
Dalam hal ini, Gagne (1979) menyatakan bahwa kemampuan awal mempunyai
kedudukan yang lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan atau pengetahuan baru di dalam
pembelajaran dimana kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki peserta didik
sebelum memasuki pembelajaran menuju materi berikutnya yang lebih tinggi. Dengan demikian,
seorang peserta didik yang sudah memiliki kemampuan awal yang baik akan lebih cepat
memahami materi pelajaran dibandingkan dengan dengan peserta didik yang tidak memiliki
kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
Atwi Suparman (2001) juga menjelaskan bahwa kemampuan awal adalah pengetahuan
dan keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta didik sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran
dengan baik. Senada dengan itu, Dick & Carey (2005) menambahkan bahwa kemampuan awal
merupakan suatu keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik yang harus dapat mereka
tunjukkan sebelum mengikuti suatu kegiatan pembelajaran tertentu. John P. Decoco (1976) juga
berpendapat bahwa kemampuan awal merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan peserta
didik yang dimiliki saat ini, dan nantinya akan dihubungkan dengan keadaan pengetahuan dan
keterampilan mereka yang akan datang yang diharapkan oleh guru untuk dapat dicapai oleh peserta
didik.
Berdasarkan beberapa definisi kemampuan awal yang telah disampaikan oleh para ahli
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal merupakan seperangkat
pengetahuan dan keterampilan yang relevan yang dimiliki oleh peserta didik pada saat sekarang
(sebelum mengikuti pembelajaran) dan berfungsi sebagai referensi atau input utama bagi guru
sebelum melaksanakan proses pembelajaran, terutama untuk menetapkan tujuan pembelajaran
serta desain pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Selain itu, kemampuan awal ini juga
sangat penting diketahui oleh guru terutama untuk mengidentifikasi dua hal berikut: a) apakah
peserta didik telah mempunyai pengetahuan atau kemampuan yang merupakan prasyarat
(prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran; dan b) sejauhmana peserta didik telah mengetahui
atau menguasai materi yang akan disajikan oleh guru.
Dengan demikian, diagnosis kemampuan awal (recognition of prior learning) merupakan
salah satu variabel penting dalam penentuan desain dan proses pembelajaran. Upaya pembelajaran
4	
	
apapun yang dipilih dan dilakukan oleh guru jika tidak bertumpu pada kemampuan awal peserta
didik selaku subyek belajar yang aktif, maka pembelajaran tidak akan bermakna. Karakteristik
peserta didik yang terkait dengan pengetahuan awal dapat diidentifikasi sebagai faktor yang sangat
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Oleh karena kedudukannya yang sangat signifiknan
tersebut, maka dibutuhkan kemampuan seorang guru untuk menganalisa karakteristik kemampuan
awal yang telah dimiliki peserta didik sebagai landasan dalam memilih metode dan strategi
pembelajaran yang sesuai. Kemampuan awal sangat berpengaruh pula terhadap proses-proses
internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik ketika belajar dan juga secara tidak langsung
akan berpengaruh terhadap pelaksanaan dan hasil belajar peserta didik secara komprehensif. Hal
ini disebabkan karena kemampuan awal menggambarkan kesiapan (readiness) peserta didik dalam
menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
Kegunaan dari Identifikasi Kemampuan Awal Peserta Didik
Bapak dan Ibu, dalam upaya mendesain pembelajaran yang bermakna, peserta didik pada
hakekatnya harus memenuhi dua kriteria pemahaman, yaitu “keterhubungan" dan "kegunaan
dalam konteks sosial” (Smith, 1991). "Connectedness", atau yang disebut juga keterhubungan
tersebut dimulai ketika sebuah ide dipahami oleh sejauh mana siswa dapat dengan tepat
menggambarkannya dan menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya dalam konteks
sosial, hal ini disebut juga dengan struktur pengetahuan seseorang. Sedangkan "Kegunaan",
menggambarkan "fungsi dari pengetahuan seseorang", yakni ketika sebuah ide dipahami oleh
sejauh mana yang peserta didik dapat menggunakan ide itu dan berhasil melakukan tugas yang
signifikan sesuai dengan konteks sosial (Smith, 1991). Lalu, apakah Bapak dan Ibu memahami
bagaimanakah cara seorang pendidik dapat dengan tepat memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajarannya? Berikut ini akan dideskripsikan beberapa kegunaan dari identifikasi
kemampuan awal peserta didik.
Pertama, pendidik harus memahami bagaimana struktur dan fungsi pengetahuan atau
kemampuan awal peserta didik terhubung selama proses pembelajaran. Dunkin dan Biddle (1974)
menggambarkan sebuah model (Gambar 1) untuk membantu memahami interaksi antara proses
dan faktor yang mengintervensi dalam situasi belajar mengajar. Memahami interaksi ini akan
sangat membantu peserta didik untuk belajar lebih bermakna. Keberhasilan maupun kegagalan
5	
	
dalam proses pembelajaran sebagian besar tergantung pada faktor-faktor yang mengintervensi
dalam pembelajaran itu sendiri, terutama terkait dengan kemampuan awal peserta didik. Dalam
hal ini, Dochy (1992) menegaskan bahwa pengetahuan atau kemampuan awal yang telah dimiliki
oleh peserta didik, memiliki pengaruh yang besar terhadap cara dan tingkat pengetahuan baru
tersebut dipahami, disimpan, dan digunakan oleh peserta didik.
Gambar 1. Hubungan antara kemampuan awal, aktivitas pembelajaran, dan hasil belajar
peserta didik (Dunkin dan Biddle, 1974)
Kedua, dalam hal pentingnya mendiagnosis kemampuan awal ini, Harris (2000: 1) juga
mengemukakan bahwa diagnosis kemampuan awal (recognition of prior learning) merupakan
salah satu variabel penting dalam penentuan proses pembelajaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa
“the recognition of prior learning (RPL) refers to practice developed within education and training
to identify and recognise adults pevious learning. The broad principle is that previous learning –
acquired informally, non-formally, experientally or formally- can and should be recognised and
given currency within formal education and training framework”. Dalam hal ini, diagnosis
kemampuan awal perlu dilakukan untuk mengetahui pengetahuan atau pembelajaran yang telah
diperoleh oleh peserta didik baik secara formal maupun tidak formal. Pengetahuan akan
6	
	
kemampuan awal tersebut perlu diidentifikasi agar proses pembelajaran dapat selaras antara guru
dengan peserta didik.
Ketiga, kemampuan awal juga digunakan tidak hanya untuk kepentingan keselarasan
dalam proses pembelajaran, melainkan juga untuk meningkatkan kebermaknaan pengajaran.
Kemampuan awal peserta didik juga berdampak pada kemudahan dalam mengikuti proses
pembelajaran dan juga memudahkan pengintegrasian proses-proses internal yang berlangsung
dalam diri peserta didik ketika belajar (Hamzah Uno, 2011). Martinis Yamin (2007: 32)
mengungkapkan salah satu manfaat dan kegunaan yang diperoleh ketika mengidentifikasi
kemampuan awal peserta didik adalah guru dapat memperoleh gambaran yang lengkap dan
terperinci tentang kompetensi/ kemampuan awal para peserta didik yang berfungsi sebagai
prerequisite bagi bahan materi baru yang akan disampaikan. Kegunaan selanjutnya adalah dengan
mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik maka guru dapat dengan lebih mudah dan tepat
dalam mengembangkan strategi, media, dan evaluasi pembelajarannya. Implikasi yang lebih luas
yaitu, kebutuhan peserta didik dapat diakomodasikan sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa kemampuan awal memiliki peranan
penting dalam pembelajaran. Telah dijelaskan di atas bahwa sebelum pembelajaran dilakukan,
guru harus mengetahui karakteristik awal dari peserta didiknya, salah satunya yaitu kemampuan
awal siswa. Menurut Smaldino (1996) seperti yang dikutip Dewi Salma (2008: 20) bahwa setiap
peserta didik berbeda satu sama lain karena karakteristik umum, kemampuan awal prasyarat dan
gaya belajar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan awal atau prasyarat merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum peserta didik akan mempelajari kemampuan baru.
Oleh sebab itu, penting bagi seorang guru untuk mengetahui karakteristik awal siswa sebelum
merencanakan pembelajaran karena jika kurang, kemampuan awal ini menjadi mata rantai
penguasaan materi dan menjadi penghambat dalam proses belajar. Dalam hal ini, guru dapat
mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan
informal seperti menanyakan tentang topik-topik tertentu pada saat pembelajaran di kelas. Selain
itu, guru dapat pula memberikan tes formal berupa tes-tes standar yang dikembangkan
sebelumnya.
7	
	
Peserta didik menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan apa yang sudah mereka
ketahui, menafsirkan informasi yang masuk, dan bahkan mempersepsikannya melalui indra,
melalui lensa pengetahuan, keyakinan, dan asumsi mereka yang mereka ketahui (Vygotsky, 1978;
National Research Council, 2000). Bahkan, ada kesepakatan luas di kalangan peneliti bahwa
sangat penting bagi peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
sebelumnya untuk kepentingan pembelajaran (Bransford & Johnson, 1972; Resnick, 1983).
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa mengajukan pertanyaan kepada peserta didik yang
dirancang secara khusus untuk memicu retensi atau pengungkapan kembali informasi atau
pengetahuan yang lama dapat membantu mereka menggunakan pengetahuan sebelumnya tersebut
untuk melakukan integrasi dan retensi terhadap informasi baru (Woloshyn, Paivio, & Pressley,
1994).
Menurut Suprayekti dan Agustyarini (2015: 50), identifikasi pengetahuan tentang
kemampuan awal peserta didik sangat penting karena memiliki kegunaan sebagai berikut:
a. Memberikan dosis pelajaran yang tepat. Artinya, materi yang diberikan dapat
diorganisasikan dengan lebih baik, tidak terlalu mudah bagi peserta didik karena materi
yang akan diajarkan ternyata sudah dikuasai oleh peserta didik; ataupun tidak terlalu sulit
karena bisa saja terjadi kesenjangan yang cukup jauh antara kemampuan awal awal peserta
didik dengan pengetahuan baru yang harus dikuasai.
b. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan, seperti misalnya apakah peserta didik
memerlukan remedial sebelum mereka siap menerima materi baru. Melalui identifikasi
kemampuan awal peserta didik maka guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang
tepat termasuk pemilihan strategi, media, dan penilaian pembelajaran dengan lebih baik.
c. Mengukur apakah peserta didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan. Prasyarat disini
adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik sebelum mengikuti pelajaran
tertentu. Analisis kemampuan peserta didik berfungsi juga untuk menggambarkan statistik
kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dalam hal ini, jika kemampuan prasyarat untuk
mengikuti pembelajaran telah dimiliki peserta didik, maka pembelajaran dapat dilanjutkan
ke topik/materi berikutnya. Sebaliknya, jika tidak maka guru dapat meminta peserta didik
mengambil tambahan pelajaran khusus/tertentu atau bahkan melakukan review/kajian
terhadap materi terkait sebelum masuk pada materi pembelajaran yang sebenarnya.
8	
	
d. Memilih pola-pola pembelajaran yang lebih baik. Dengan mengidentifikasi kemampuan
awal peserta didik, maka guru dapat mendesain skenario pembelajaran dengan lebih baik,
serta menentukan materi dengan lebih terorganisir, memilih strategi apa yang akan
digunakan, serta menentukan media pembelajaran apa yang tepat dan dapat digunakan
untuk membantu kegiatan pembelajaran.
Teknik-Teknik Mendeteksi Kemampuan Awal Peserta Didik
Bapak dan Ibu setelah mengetahui dan memahami kegunaan atau fungsi dari
mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik, selanjutnya akan dibahas beberapa teknik dalam
mendeteksi kemampuan awal peserta didik. Teknik-teknik yang dimaksud bisa dilakukan baik
secara informal (seperti misalnya mengajukan pertanyaan ke kelas) maupun dengan cara-cara yang
lebih formal (misalnya, melakukan kajian/tinjauan terhadap hasil ujian terstandardisasi atau
memberikan ujian dan penilaian yang dibuat oleh guru). Ujian masuk merupakan penilaian yang
menentukan apakah peserta didik memiliki prasyarat atau kompetensi-kompetensi yang
diperlukan sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan optimal. Sebagai contoh, jika anda
akan mengajar peserta didik tentang proses pemilihan Presiden, maka peserta didik harus sudah
memahami makna “presiden” terlebih dahulu sebagai salah satu konten prasyarat atau kemampuan
awal peserta didik. Dengan demikian, konten terkait presiden ini tidak perlu lagi disertakan ke
dalam mata pelajaran.
Untuk membantu mengklarifikasi kemampuan awal, sangat penting bagi seorang guru
untuk membuat daftar kemampuan awal apa sajakah yang diperlukan di dalam rencana mata
pelajaran. Dalam melakukan pendataan atau pencermatan terhadap jenis-jenis kemampuan awal
yang akan dimasukkan ke dalam rencana mata pelajaran, guru dapat melakukannya dengan cara
menyatakan jenis-jenis kemampuan awal tersebut ke dalam format “jenis tujuan”. Dalam materi
pemilihan presiden misalnya, kemampuan awalnya bisa ditentukan sebagai berikut: “para peserta
didik bisa mendefinisikan presiden”. Sedangkan untuk materi Geometri, kemampuan awal yang
bisa dituliskan adalah: ‘para peserta didik bisa/mampu mengalikan”. Setelah kemampuan awal
sudah berhasil diidentifikasi dan ditentukan, maka guru bisa menggunakan ujian masuk (entry test)
untuk mengidentifikasi peserta didik mana yang membutuhkan perbaikan sebelum masuk ke mata
pelajaran yang akan diajarkan. Ujian masuk tersebut, mungkin dibutuhkan untuk menilai konten
9	
	
yang akan diajarkan untuk mengetahui apakah peserta didik belum menguasai apa yang guru
rencanakan untuk ajarkan.
Lebih lanjut, Suprayekti dan Agustyarini (2015: 52) menyatakan bahwa teknik
mendeteksi kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan diantaranya dengan:
a. Menggunakan catatan atau dokumen yang tersedia. Dalam hal ini, catatan kemajuan
peserta didik (raport) dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi untuk mendeteksi
kemampuan awal peserta didik.
b. Menggunakan tes prasyarat (prerequisite test) dan tes awal (pre-test). Tes prasyarat adalah
tes untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan ataupun dipersyaratkan sebelum mengikuti pelajaran tertentu. Sedangkan
tes awal merupakan tes yang dilakukan untuk mendeteksi seberapa jauh peserta didik telah
memiliki pengetahuan dan keterampilan terkait pelajaran yang akan diikuti. Teknik yang
dapat dilakukan oleh guru diantaranya adalah dengan menggunakan wawancara, observasi,
dan memberikan kuesioner kepada peserta didik.
c. Mengadakan konsultasi individual. Teknik ini dapat dilakukan oleh guru dengan cara
mewawancarai peserta didik secara informal, bisa berupa konseling untuk mengetahui
prestasi peserta didik ataupun untuk mengelaborasi masalah yang mungkin sedang dimiliki
oleh peserta didik.
d. Menggunakan angket atau kuesioner kepada peserta didik untuk memperoleh informasi
terkait bagaimana karakteristik peserta didik khususnya kemampuan awal ataupun
pengalaman yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
Beberapa teknik tersebut di atas dapat dipergunakan oleh guru sebagai alternatif dalam
mendeteksi kemamppuan awal peserta didik sebelum mendesain pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, mendeteksi kemampuan awal peserta didik juga
dapat dilakukan dengan mendiskusikan beberapa topik yang relevan sebelum guru memulai
pelajaran serta menggunakan pengetahuan/keterampilan yang sudah akrab bagi peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik dapat lebih siap dalam menerima materi baru dan lebih termotivasi
untuk terlibat dalam aktivitas maupun tugas-tugas pembelajaran yang telah di rancang oleh guru.
10	
	
Guru dapat mengukur tingkat pengetahuan peserta didik sebelumnya tersebut dan
menggunakannya sebagai landasan untuk mempersiapkan pembelajaran.
Jenis-Jenis Kemampuan Awal Peserta Didik
Pembelajaran pada hakekatnya berkontribusi terhadap perkembangan intelektual manusia
karena sifatnya yang kumulatif. Peserta didik pada dasarnya berkembang dari satu titik ke titik
berikutnya di dalam perkembangannya, dimana mereka juga belajar serangkaian atau pun
seperangkat kemampuan melalui proses diferensiasi, mengingat (recall), dan transfer
pembelajaran.
Llewellyn (2002) berpendapat bahwa pembelajaran harus lebih bersifat kognitif dan tidak
didasarkan pada transfer pengetahuan secara langsung dari pendidik kepada peserta didik semata.
Peserta didik pada dasarnya merupakan individu yang 'unik' dan respon mereka terhadap
konstruksi pengetahuan dalam konteks pembelajaran harus dipandang unik pula karena perbedaan
dalam kemampuan awal mereka. Artinya adalah bahwasanya pengetahuan peserta didik adalah
produk dari konstruksi mereka sendiri.
Pada hakekatnya, mengaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya
dapat memfasilitasi proses pembelajaran. Peserta didik dapat dengan lebih mudah melakukan
coding dan menyimpan informasi dalam memori jangka panjang ketika ada tautan ke pengalaman
dan pengetahuan pribadi. Cara sederhana untuk merangsang ingatan adalah dengan mengajukan
pertanyaan tentang pengalaman sebelumnya, pemahaman tentang konsep sebelumnya, atau isi
konten yang akan dipelajari. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk membangun pengetahuan
atau keterampilan mereka sebelumnya.
Pada bagian ini, akan dibahas terkait jenis-jenis kemampuan awal untuk belajar
keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, sikap, dan psikomotorik. Gagne
(1977) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam lima kategori atau taksonomi. Kelima taksonomi
tersebut pada dasarnya merepresentasikan berbagai macam luaran sebagai hasil dari proses
pembelajaran. Klasifikasi pembelajaran menurut Gagne (1977) meliputi lima jenis kemampuan
atau ranah belajar, yakni: keterampilan intelektual, startegi kognitif, informasi verbal, sikap, dan
psikomotor. Berikut akan diuraikan masing-masing jenis taksonomi atau kategori tersebut
kaitannya dengan kemampuan awal peserta didik.
11	
	
a. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual merupakan jenis pengetahuan prosedural yang memerlukan
kemampuan awal dengan jenis komponen keterampilan yang lebih sederhana. Keterampilan
intelektual ini meliputi: 1) Diskriminasi; 2) Konsep konkret; 3) Penggunaan aturan; dan 4)
Pemecahan masalah (problem solving).
Diskriminasi yang dimaksud disini adalah membuat respon-respon yang berbeda untuk
masing-masing peserta didik dengan melihat dan mengamati beragam perbedaan esensial
diantara input yang berbeda-beda tersebut serta meresponnya dengan beragam pula terhadap
tiap-tiap input. Belajar memperbedakan disini adalah belajar membedakan hubungan stimulus
respon sehingga bisa memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep. Dalam merespon
lingkungannya, peserta didik membutuhkan keterampilan-keterampilan sederhana sehingga
dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan membedakan satu simbol dengan
simbol lainnya. Terdapat dua macam belajar memperbedakan yaitu memperbedakan tunggal
dan memperbedakan jamak. Contoh memperbedakan tunggal, “siswa dapat menyebutkan
segitiga sebagai lingkungan tertutup sederhana yang terbentuk dari gabungan tiga buah ruas
garis”. Contoh memperbedakan jamak, siswa dapat menyebutkan perbedaan dari dua jenis
segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya. Berdasarkan besar sudut yang paling besar
adalah sudut siku-siku dan sisi terpanjang adalah sisi miringnya, sementara pada segitiga sama
sisi besar sudut-sudutnya sama begitu pula dengan besar sisi-sisinya. Dalam hal ini guru dapat
memberikan tes kemampuan awal dengan beragam jenis tes, misalnya dengan cara menanyakan
kepada peserta didik tentang bentuk segitiga; meminta peserta didik yang lainnya
menggambarkan bentuk segitiga; atau peserta didik diminta membedakan perbedaan sudut dan
sisi.
Konsep konkret disebut juga belajar pembentukan konsep dimana peserta didik belajar
mengenal sifat bersama dari benda-benda konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkannya
menjadi satu. Misalnya, untuk memahami konsep persegi panjang, peserta didik diminta
mengamati jendela rumah (yang bentuknya persegi panjang), batu bata, meja kerja dan
sebagainya. Benda-benda konkret ini diupayakan sedekat mungkin dengan pengalaman peserta
didik sebelumnya, artinya peserta didik memang sudah familiar betul dengan benda-benda yang
disebutkan sebagai contoh oleh guru.
12	
	
Penggunaan aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang sudah dipelajari.
Aturan merupakan pernyataan verbal, dalam matematika misalnya adalah: teorema, dalil, atau
sifat-sifat. Contoh aturan dalam segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan
jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya. Dalam belajar pembentukan aturan memungkinkan anak
untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Sebagai contoh, terdapat sebuah segitiga
dengan sisi siku-sikunya berturut-turut mempunyai panjang 3 cm dan 4 cm. Guru meminta anak
untuk menentukan panjang sisi miringnya. Untuk menghitung panjang sisi miringnya, anak
memerlukan suatu aturan Pythagoras yang berbunyi “pada suatu segitiga siku-siku berlaku
kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya”. Dengan menggunakan
aturan di atas maka akan diperoleh perhitungan berupa 32 + 42 = 25 = 52, jadi panjang sisi
miring yang ditanyakan adalah 5 cm. Dalam hal ini kemampuan awal yang bisa dielaborasi oleh
guru adalah pemahaman peserta didik terkait aturan-aturan dalam rumus phythagoras. Guru
juga bisa melakukan cek terhadap pemahaman peserta didik terkait segitiga siku-siku.
Pemecahan masalah dimaksudkan bahwasanya belajar memecahkan masalah adalah
tipe belajar yang lebih tinggi tingkatnya dan lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule
learning). Pada tiap tipe belajar memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu
untuk membuat formulasi penyelesaian masalah. Contoh belajar memecahkan masalah yang
dilakukan oleh guru misalnya mencari selisih kuadrat dua bilangan yang sudah diketahui jumlah
dan selisihnya. Dalam hal ini, kemampuan awal yang bisa dimasukkan ke dalam daftar atau
format tujuan oleh guru berupa kemampuan peserta didik dalam memahami kuadrat dua
bilangan. Pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan
kompleks dibandingkan dengan tipe belajar dimulai prasyarat yang sederhana, yang kemudian
meningkat pada kemampuan kompleks. Gagne mengemukakan bahwa transfer belajar akan
terjadi apabila pengetahuan dan keterampilan matematika yang telah dipelajari dan yang
berkaitan dengan konsep dan prinsip, berhubungan langsung dengan permasalahan baru yang
kita hadapi. Tetapi sebaliknya, apabila konteks yang baru tersebut membutuhkan suatu konsep
dan prinsip yang berbeda dari kemampuan spesifik yang sudah dikuasai sebelumnya, maka
transfer belajar tidak akan terjadi.
13	
	
b. Strategi Kognitif
Kapabilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta
mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan juga sintesis.
Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan beberapa aspek seperti
perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir peserta didik menjadi terarah.
Contoh penerapan dari kapabilitas strategi kognitif, adalah Guru Arya akan memberikan materi
kepada peserta didik yakni terkait dengan macam-macam bencana alam. Di dalam apersepsi,
untuk menggali kemampuan awal peserta didik, guru tersebut perlu mengembangkan proses
berpikir mereka dengan memintanya untuk membaca artikel di majalah ilmiah terkait dengan
macam-macam bencana alam. Apa yang dipelajari peserta didik dari artikel tersebut mungkin
hanya berupa fakta, strategi, atau penerapan teori. Namun, untuk menyeleksi informasi yang
dibacanya, dan memberikan kode terhadap informasi yang direkam dipikirannya, serta
menemukan kembali informasi tersebut untuk keperluan pemerolehan pengetahuan baru, maka
peserta didik harus mempergunakan strategi kognitif untuk memahami apa yang sudah dibaca
dan dipelajarinya, terutama untuk memecahkan masalah ketika guru memberikan beberapa
studi kasus di pembelaran inti. Berdasarkan kemampuan awal yang telah dimilikinya tersebut,
maka peserta didik dapat membuat beberapa alternatif pemecahan masalah terkait mitigasi
bencana.
c. Informasi Verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara
lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal diperoleh secara lisan, membaca
buku dan sebagainya. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip, nama
generalisasi. Informasi Verbal juga merupakan kemampuan untuk mengenal dan menyimpan
nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan.
Contoh, ketika guru akan memberikan materi tentang perhitungan segitiga dengan
menggunakan rumus Phytagoras, guru dapat membuat daftar kemampuan awal yang harus
dimiliki oleh peserta didik tersebut dengan diantaranya dengan peserta didik mampu
menyebutkan dalil Phytagoras yang berbunyi, “pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi
miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya.
14	
	
Contoh penerapan yang lain adalah jika guru akan mengajar peserta didik untuk menghitung
luas bidang geometri, maka guru perlu memberikan pengetahuan prasyarat atau kemampuan
awal terkait dengan penyebutan bidang-bidang geometri oleh peserta didik untuk
mengidentifikasi peserta didik mana yang membutuhkan perbaikan sebelum memasuki
pelajaran geometri.
Contoh kemampuan awal lainnya adalah, pada mata pelajaran Pengoperasian dan Perakitan
Sistem Kendali (PPSK), proyek tugas akhir merupakan pembelajaran yang digunakan dalam
materi pengendali elektronik. Sebelum membuat suatu barang tentu, peserta didik harus
mengetahui dasar-dasarnya terlebih dahulu. Materi pengendali elektronik merupakan suatu
rangkaian pengendali yang menggunakan prinsip dasar elektronika. Dengan demikian, peserta
didik perlu mengetahui dasar-dasar mengenai elektronika yang berhubungan dengan sistem
kendali. Oleh karenanya, kemampuan awal yang harus dimiliki peserta didik dalam pengendali
elektronik pada mata pelajaran PPSK diantaranya adalah menyebutkan prinsip pengoperasian,
merencanakan rangkaian, membuat rangkaian dan mengoperasikan sistem pengendali
elektronik.
d. Sikap
Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap
stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang
terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung kepada penilaian
terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau tidak.
Contoh, seorang pserta didik memasuki toko buku yang didalamnya tersedia berbagai macam
jenis buku, bila peserta didik tersebut memiliki sikap positif dan senang terhadap matematika,
tentunya sikap yang dimilikinya tersebut akan berimplikasi terhadap terpengaruhnya peserta
didik tersebut dalam memilih buku matematika dibandingkan dengan buku lain.
e. Psikomotor
Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat
melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot, serta anggota
badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam mendemonstrasikan alat-alat
15	
	
peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah laku kapabilitas ini. Dalam hal ini
maka kemampuan awal yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah diantaranya mampu
menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat tadi untuk
membagi sama panjang suatu garis lurus.
Contoh penerapan yang lain adalah jika guru akan mengajar peserta didik untuk menghitung
luas bidang geometri, maka guru perlu memberikan pengetahuan prasyarat atau kemampuan
awal terkait dengan kemampuan perkalian peserta didik untuk mengidentifikasi peserta didik
mana yang membutuhkan perbaikan sebelum memasuki pelajaran geometri.
Contoh kemampuan awal lainnya adalah, pada mata pelajaran Pengoperasian dan Perakitan
Sistem Kendali (PPSK), proyek tugas akhir merupakan pembelajaran yang digunakan dalam
materi pengendali elektronik. Sebelum membuat suatu barang tentu, peserta didik harus
mengetahui dasar-dasarnya terlebih dahulu. Materi pengendali elektronik merupakan suatu
rangkaian pengendali yang menggunakan prinsip dasar elektronika. Dengan demikian,
kemampuan awal yang harus dimiliki oleh peserta didik tidak hanya perlu mengetahui dasar-
dasar mengenai elektronika yang berhubungan dengan sistem kendali saja melainkan juga dapat
merencanakan rangkaian, membuat rangkaian dan mengoperasikan sistem pengendali
elektronik.
16	
	
Glosarium
Kemampuan Awal
Kemampuan atau pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dikuasai peserta didik
sehingga mereka dapat mengikuti kegiatan instruksional seperti yang sudah dirancang
oleh guru.
Kapabilitas
Hasil belajar yang bersifat kognitif dan belum sampai ke tingkat kompetensi, namun dapat
digunakan sebagai dasar dalam belajar lebih lanjut untuk mencapai kompetensi.
Strategi Kognitif
Keterampilan yang terorganisasi secara internal. Kemampuan strategis menyangkut
bagaimana cara mengingat, dan cara belajar berpikir tanpa terikat pada materi apa yang
dipelajari atau dipikirkan.
Keterampilan Intelektual
Hasil belajar yang meliputi cara melakukan atau pengetahuan yang bersifat prosedural.
Informasi Verbal
Kemampuan menjelaskan secara verbal tentang sesuatu yang dipelajari baik berbentuk
fakta, prinsip, maupun penggunaan aturan.

More Related Content

What's hot

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docxMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
Modul Guruku
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
Universitas Tadulako
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
Alby Alyubi
 
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanPengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanRizal Fahmi
 
Lkpd kelas 5 tema 6 panas dan perpindahannya
Lkpd kelas 5 tema 6 panas dan perpindahannyaLkpd kelas 5 tema 6 panas dan perpindahannya
Lkpd kelas 5 tema 6 panas dan perpindahannya
anugerah pratama
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Muhamad Yogi
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
Alfan Fazan Jr.
 
Blangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokBlangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokAcantha Ruama
 
Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1
Rudy Restanto
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Naita Novia Sari
 
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docxLaporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
jeninurdiana
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
masterkukuh
 
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignMengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
Uwes Chaeruman
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
steffaniemalauhollo
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
audiasls
 
Rubrik penilaian
Rubrik penilaianRubrik penilaian
Rubrik penilaianSunardi Makmur
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
LilyCarmelia
 
RPP Pembelajaran Sosial Emosional
RPP Pembelajaran Sosial EmosionalRPP Pembelajaran Sosial Emosional
RPP Pembelajaran Sosial Emosional
NurilFile
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
RatnaSarum
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaran
restya21
 

What's hot (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docxMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanPengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
 
Lkpd kelas 5 tema 6 panas dan perpindahannya
Lkpd kelas 5 tema 6 panas dan perpindahannyaLkpd kelas 5 tema 6 panas dan perpindahannya
Lkpd kelas 5 tema 6 panas dan perpindahannya
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
 
Blangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokBlangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompok
 
Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
 
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docxLaporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
 
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignMengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Rubrik penilaian
Rubrik penilaianRubrik penilaian
Rubrik penilaian
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
 
RPP Pembelajaran Sosial Emosional
RPP Pembelajaran Sosial EmosionalRPP Pembelajaran Sosial Emosional
RPP Pembelajaran Sosial Emosional
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaran
 

Similar to Kemampuan Awal Peserta Didik

Tugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
Tugas Presentasi Kurikulum PembelajaranTugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
Tugas Presentasi Kurikulum Pembelajarandhikaadityantie
 
Makalah Tanah Longsor
Makalah Tanah LongsorMakalah Tanah Longsor
Makalah Tanah LongsorNida Usanah
 
Isu kurikulum baru
Isu kurikulum baruIsu kurikulum baru
Isu kurikulum baru
Wahyunita Cahyanti
 
Student centered learning scl
Student centered learning sclStudent centered learning scl
Student centered learning sclnoviyanty
 
1.3 c konsep model pembelajaran PjBL
1.3 c  konsep model pembelajaran PjBL1.3 c  konsep model pembelajaran PjBL
1.3 c konsep model pembelajaran PjBL
umar fauzi
 
Makalah Ketrampilan dasar mengajar
 Makalah Ketrampilan dasar mengajar Makalah Ketrampilan dasar mengajar
Makalah Ketrampilan dasar mengajarSuci Lintiasri
 
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranJabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranRizki septa wiratna
 
ektrakurikuler.pdf
ektrakurikuler.pdfektrakurikuler.pdf
ektrakurikuler.pdf
deriastuti3
 
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANPEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANNASuprawoto Sunardjo
 
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARANPERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Fitri Yusmaniah
 
Ptk agama kristen
Ptk agama kristenPtk agama kristen
Ptk agama kristen
Johnson Hutagaol
 
Pembelajaran Deferensiasi.pptx
Pembelajaran Deferensiasi.pptxPembelajaran Deferensiasi.pptx
Pembelajaran Deferensiasi.pptx
NRForever
 
3. Pembelajaran Deferensiasi.pptx
3.  Pembelajaran Deferensiasi.pptx3.  Pembelajaran Deferensiasi.pptx
3. Pembelajaran Deferensiasi.pptx
OkkaIswan
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTIONS PADA SISWA SMA DENGAN...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTIONS PADA SISWA SMA DENGAN...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTIONS PADA SISWA SMA DENGAN...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTIONS PADA SISWA SMA DENGAN...Dunia Komputer
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Vivi Vey
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Vivi Vey
 
Peran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganPeran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganMuLtazam Gea
 

Similar to Kemampuan Awal Peserta Didik (20)

Mengajar Berfikir
Mengajar BerfikirMengajar Berfikir
Mengajar Berfikir
 
Tugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
Tugas Presentasi Kurikulum PembelajaranTugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
Tugas Presentasi Kurikulum Pembelajaran
 
Putri
PutriPutri
Putri
 
Makalah Tanah Longsor
Makalah Tanah LongsorMakalah Tanah Longsor
Makalah Tanah Longsor
 
Isu kurikulum baru
Isu kurikulum baruIsu kurikulum baru
Isu kurikulum baru
 
Student centered learning scl
Student centered learning sclStudent centered learning scl
Student centered learning scl
 
1.3 c konsep model pembelajaran PjBL
1.3 c  konsep model pembelajaran PjBL1.3 c  konsep model pembelajaran PjBL
1.3 c konsep model pembelajaran PjBL
 
Makalah Ketrampilan dasar mengajar
 Makalah Ketrampilan dasar mengajar Makalah Ketrampilan dasar mengajar
Makalah Ketrampilan dasar mengajar
 
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranJabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
 
Powerpoint bab 1
Powerpoint bab 1Powerpoint bab 1
Powerpoint bab 1
 
ektrakurikuler.pdf
ektrakurikuler.pdfektrakurikuler.pdf
ektrakurikuler.pdf
 
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANPEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
 
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARANPERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
 
Ptk agama kristen
Ptk agama kristenPtk agama kristen
Ptk agama kristen
 
Pembelajaran Deferensiasi.pptx
Pembelajaran Deferensiasi.pptxPembelajaran Deferensiasi.pptx
Pembelajaran Deferensiasi.pptx
 
3. Pembelajaran Deferensiasi.pptx
3.  Pembelajaran Deferensiasi.pptx3.  Pembelajaran Deferensiasi.pptx
3. Pembelajaran Deferensiasi.pptx
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTIONS PADA SISWA SMA DENGAN...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTIONS PADA SISWA SMA DENGAN...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTIONS PADA SISWA SMA DENGAN...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTIONS PADA SISWA SMA DENGAN...
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
 
Peran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganPeran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembangan
 

More from Fitri Yusmaniah

LKS PhET dikonversi
LKS PhET dikonversiLKS PhET dikonversi
LKS PhET dikonversi
Fitri Yusmaniah
 
Pembekalan latsar cpns 2020 (disampaikan di technopark pada 19 mei 2021)
Pembekalan latsar cpns 2020 (disampaikan di technopark pada 19 mei 2021)Pembekalan latsar cpns 2020 (disampaikan di technopark pada 19 mei 2021)
Pembekalan latsar cpns 2020 (disampaikan di technopark pada 19 mei 2021)
Fitri Yusmaniah
 
Modul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaanModul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaan
Fitri Yusmaniah
 
BUKU MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA (PIGP)
BUKU MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA (PIGP)BUKU MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA (PIGP)
BUKU MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA (PIGP)
Fitri Yusmaniah
 
Sosialisasi pengusulan PAK (Penilaian Angka Kredit)
Sosialisasi pengusulan PAK (Penilaian Angka Kredit)Sosialisasi pengusulan PAK (Penilaian Angka Kredit)
Sosialisasi pengusulan PAK (Penilaian Angka Kredit)
Fitri Yusmaniah
 
Persiapan pelaksanan ptm
Persiapan pelaksanan ptmPersiapan pelaksanan ptm
Persiapan pelaksanan ptm
Fitri Yusmaniah
 
Lesson study
Lesson studyLesson study
Lesson study
Fitri Yusmaniah
 
Modul pigp bagi kepala sekolah madrasah
Modul pigp bagi kepala sekolah madrasahModul pigp bagi kepala sekolah madrasah
Modul pigp bagi kepala sekolah madrasah
Fitri Yusmaniah
 
Modul pigp bagi guru pembimbing
Modul pigp bagi guru pembimbingModul pigp bagi guru pembimbing
Modul pigp bagi guru pembimbing
Fitri Yusmaniah
 
`Kisi kisi us 2021
`Kisi kisi us 2021`Kisi kisi us 2021
`Kisi kisi us 2021
Fitri Yusmaniah
 
Sosialisasi Program Induksi Guru Pemula (PIGP) CPNS cimahi 2020
Sosialisasi Program Induksi Guru Pemula (PIGP) CPNS cimahi 2020Sosialisasi Program Induksi Guru Pemula (PIGP) CPNS cimahi 2020
Sosialisasi Program Induksi Guru Pemula (PIGP) CPNS cimahi 2020
Fitri Yusmaniah
 
karakteristik peserta didik sd dan prinsip pembelajaran mendidik
 karakteristik peserta didik sd dan prinsip pembelajaran mendidik karakteristik peserta didik sd dan prinsip pembelajaran mendidik
karakteristik peserta didik sd dan prinsip pembelajaran mendidik
Fitri Yusmaniah
 
hakikat pendidikan dan peserta didik sd
hakikat pendidikan dan peserta didik sdhakikat pendidikan dan peserta didik sd
hakikat pendidikan dan peserta didik sd
Fitri Yusmaniah
 
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikKarakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Fitri Yusmaniah
 
Program Induksi Guru Pemula
Program Induksi Guru PemulaProgram Induksi Guru Pemula
Program Induksi Guru Pemula
Fitri Yusmaniah
 
UJI KINERJA PPG
UJI KINERJA PPGUJI KINERJA PPG
UJI KINERJA PPG
Fitri Yusmaniah
 
Transformasi
Transformasi Transformasi
Transformasi
Fitri Yusmaniah
 
penyusunan hots
 penyusunan hots penyusunan hots
penyusunan hots
Fitri Yusmaniah
 
Menelaah Tes Hasil Belajar
Menelaah Tes Hasil BelajarMenelaah Tes Hasil Belajar
Menelaah Tes Hasil Belajar
Fitri Yusmaniah
 
Menulis Tes Hasil Belajar
Menulis Tes Hasil BelajarMenulis Tes Hasil Belajar
Menulis Tes Hasil Belajar
Fitri Yusmaniah
 

More from Fitri Yusmaniah (20)

LKS PhET dikonversi
LKS PhET dikonversiLKS PhET dikonversi
LKS PhET dikonversi
 
Pembekalan latsar cpns 2020 (disampaikan di technopark pada 19 mei 2021)
Pembekalan latsar cpns 2020 (disampaikan di technopark pada 19 mei 2021)Pembekalan latsar cpns 2020 (disampaikan di technopark pada 19 mei 2021)
Pembekalan latsar cpns 2020 (disampaikan di technopark pada 19 mei 2021)
 
Modul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaanModul 1-wawasan-kebangsaan
Modul 1-wawasan-kebangsaan
 
BUKU MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA (PIGP)
BUKU MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA (PIGP)BUKU MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA (PIGP)
BUKU MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA (PIGP)
 
Sosialisasi pengusulan PAK (Penilaian Angka Kredit)
Sosialisasi pengusulan PAK (Penilaian Angka Kredit)Sosialisasi pengusulan PAK (Penilaian Angka Kredit)
Sosialisasi pengusulan PAK (Penilaian Angka Kredit)
 
Persiapan pelaksanan ptm
Persiapan pelaksanan ptmPersiapan pelaksanan ptm
Persiapan pelaksanan ptm
 
Lesson study
Lesson studyLesson study
Lesson study
 
Modul pigp bagi kepala sekolah madrasah
Modul pigp bagi kepala sekolah madrasahModul pigp bagi kepala sekolah madrasah
Modul pigp bagi kepala sekolah madrasah
 
Modul pigp bagi guru pembimbing
Modul pigp bagi guru pembimbingModul pigp bagi guru pembimbing
Modul pigp bagi guru pembimbing
 
`Kisi kisi us 2021
`Kisi kisi us 2021`Kisi kisi us 2021
`Kisi kisi us 2021
 
Sosialisasi Program Induksi Guru Pemula (PIGP) CPNS cimahi 2020
Sosialisasi Program Induksi Guru Pemula (PIGP) CPNS cimahi 2020Sosialisasi Program Induksi Guru Pemula (PIGP) CPNS cimahi 2020
Sosialisasi Program Induksi Guru Pemula (PIGP) CPNS cimahi 2020
 
karakteristik peserta didik sd dan prinsip pembelajaran mendidik
 karakteristik peserta didik sd dan prinsip pembelajaran mendidik karakteristik peserta didik sd dan prinsip pembelajaran mendidik
karakteristik peserta didik sd dan prinsip pembelajaran mendidik
 
hakikat pendidikan dan peserta didik sd
hakikat pendidikan dan peserta didik sdhakikat pendidikan dan peserta didik sd
hakikat pendidikan dan peserta didik sd
 
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikKarakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
 
Program Induksi Guru Pemula
Program Induksi Guru PemulaProgram Induksi Guru Pemula
Program Induksi Guru Pemula
 
UJI KINERJA PPG
UJI KINERJA PPGUJI KINERJA PPG
UJI KINERJA PPG
 
Transformasi
Transformasi Transformasi
Transformasi
 
penyusunan hots
 penyusunan hots penyusunan hots
penyusunan hots
 
Menelaah Tes Hasil Belajar
Menelaah Tes Hasil BelajarMenelaah Tes Hasil Belajar
Menelaah Tes Hasil Belajar
 
Menulis Tes Hasil Belajar
Menulis Tes Hasil BelajarMenulis Tes Hasil Belajar
Menulis Tes Hasil Belajar
 

Recently uploaded

LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 

Recently uploaded (20)

LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 

Kemampuan Awal Peserta Didik

  • 1. 1 Pengertian Kemampuan Awal Peserta Didik Setiap masing-masing peserta didik hadir ke ruang kelas dengan membawa berbagai macam pengetahuan, keterampilan, keyakinan, dan sikap yang berbeda-beda yang mereka peroleh dari pengalaman-pengalaman terdahulu (Beyer, 1991). Perbedaan latarbelakang inilah yang kemudian berimplikasi dan berpengaruh terhadap bagaimana peserta didik hadir di kelas untuk kemudian menafsirkan dan mengelola informasi yang diperoleh. Peserta didik pada hakekatnya belajar ketika mereka mampu menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan pengetahuan atau konsep yang telah mereka punyai atau ketahui. Perbedaan cara peserta didik di dalam memproses dan mengintegrasikan informasi baru dapat berakibat pada berbeda-bedanya pula mereka dalam mengingat (memorizing), berpikir, menerapkan, dan menciptakan pengetahuan baru. Kemampuan awal peserta didik tidak hanya berkaitan pula dengan pengetahuan atau materi mata pelajaran tertentu. Namun, kemampuan awal yang dimaksud dapat berupa pengetahuan dalam dimensi-dimensi yang berbeda, seperti misalnya proses metakognitif dan pemahaman diri (self-understanding). Pengetahuan pada dasarnya bukan sekedar komoditas yang dapat ditransfer dari satu pikiran ke pikiran yang lain tanpa adanya transformasi (Bettencourt, 1993). Transformasi disini artinya adalah pemerolehan makna atau pun pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan atau pengalaman yang sudah diperoleh sebelumnya oleh peserta didik. Pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh peserta didik merefleksikan pentingnya kemampuan awal di dalam pembelajaran. Peserta didik pada hakekatnya bukan papan tulis kosong yang bisa ditulisi apa saja oleh seorang guru. Peserta didik justru memiliki kemampuan yang cukup signifikan dalam menginterpretasi situasi pembelajaran maupun fenomena lebih dari yang kita sadari. Apa yang mereka pelajari dikondisikan oleh apa telah mereka ketahui atau pelajari. Pengetahuan ini terdiri dari gabungan fakta, konsep, model, persepsi, keyakinan, nilai, dan sikap, yang beberapa di antaranya akurat, lengkap, dan sesuai dengan konteks yang akan dipelajari, namun beberapa di antaranya bisa jadi merupakan pengetahuan awal yang tidak akurat, dan tidak mencukupi sebagai pra-syarat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu. Idealnya, peserta didik membangun landasan pengetahuan yang kuat dan akurat sebelumnya, menjalin hubungan antara pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dengan pengetahuan baru yang pada akhirnya dapat membantu mereka membangun struktur pengetahuan yang semakin kompleks dan
  • 2. 2 kuat. Namun, bisa saja terjadi peserta didik mungkin tidak mampu membuat koneksi ke pengetahuan sebelumnya yang relevan — dengan kata lain, jika pengetahuan itu tidak aktif — sehingga berimplikasi pada tidak terfasilitasinya integrasi pengetahuan awal ke pengetahuan baru. Hal ini disebabkan karena kemampuan awal peserta didik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap desain dan pengembangan instruksional yang akan dilakukan oleh guru. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kemampuan awal peserta didik terhadap sebuah subyek tertentu akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang akan mereka pelajari (Dick, Carey, & Carey, 2009). Oleh karena itu, salah satu komponen penting yang diperlukan dalam mendesain suatu mata pelajaran adalah mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik anda. Guru dan peserta didik sudah seharusnya menjadikan karakteristik peserta didik yang terkait dengan kemampuan awal sebagai pijakan dalam mendesain, mengembangkan dan melaksanakan program-program pembelajaran. Kemampuan awal adalah pemahaman, pengalaman, pengetahuan prasyarat, dan segala sesuatu yang dimiliki oleh peserta didik sebagai pegetahuan awal (prior knowledge) dan disusun secara hirarkis sebagai basis data pengalaman (experiential data base) di dalam diri peserta didik. Dalam hal ini, jika guru mengajarkan materi yang tingkat kesulitannya di atas kemampuan peserta didik, maka akan berimplikasi pada ketidak-efektifan proses dan hasil pembelajaran. Peserta didik akan mengalami kesulitan memahami materi tersebut disebabkan oleh adanya materi prasyarat (pre-requisite), pengetahuan atau kemampuan awal lainnya yang seharusnya menjadi pijakan bagi perolehan pengetahuan baru belum dikuasai oleh peserta didik. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Ausubel dalam Driscoll (1994) yang menegaskan bahwa mengaktifkan kemampuan awal (prior knowledge) yang relevan sangat penting untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Sementara itu Rebber (1988) dalam Muhibbin Syah (2006: 121) menyatakan bahwa kemampuan awal peserta didik merupakan prasyarat awal yang dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya perubahan. Selanjutnya Gerlach & Ely (1971) mengungkapkan bahwa kemampuan awal peserta didik pada dasarnya ditentukan dengan cara memberikan entry test atau tes masuk. Kemampuan awal ini juga sangat penting bagi pendidik untuk mendesain pembelajaran dengan memberikan dosis muatan peljaran atau materi yang tepat dan memadai, termasuk juga untuk menentukan tingkat kesukaran dan kemudahan materi. Selain itu juga kemampuan awal
  • 3. 3 sangat berguna bagi pendidik untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan di dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, Gagne (1979) menyatakan bahwa kemampuan awal mempunyai kedudukan yang lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan atau pengetahuan baru di dalam pembelajaran dimana kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki peserta didik sebelum memasuki pembelajaran menuju materi berikutnya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seorang peserta didik yang sudah memiliki kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi pelajaran dibandingkan dengan dengan peserta didik yang tidak memiliki kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Atwi Suparman (2001) juga menjelaskan bahwa kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta didik sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Senada dengan itu, Dick & Carey (2005) menambahkan bahwa kemampuan awal merupakan suatu keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik yang harus dapat mereka tunjukkan sebelum mengikuti suatu kegiatan pembelajaran tertentu. John P. Decoco (1976) juga berpendapat bahwa kemampuan awal merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang dimiliki saat ini, dan nantinya akan dihubungkan dengan keadaan pengetahuan dan keterampilan mereka yang akan datang yang diharapkan oleh guru untuk dapat dicapai oleh peserta didik. Berdasarkan beberapa definisi kemampuan awal yang telah disampaikan oleh para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang relevan yang dimiliki oleh peserta didik pada saat sekarang (sebelum mengikuti pembelajaran) dan berfungsi sebagai referensi atau input utama bagi guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran, terutama untuk menetapkan tujuan pembelajaran serta desain pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Selain itu, kemampuan awal ini juga sangat penting diketahui oleh guru terutama untuk mengidentifikasi dua hal berikut: a) apakah peserta didik telah mempunyai pengetahuan atau kemampuan yang merupakan prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran; dan b) sejauhmana peserta didik telah mengetahui atau menguasai materi yang akan disajikan oleh guru. Dengan demikian, diagnosis kemampuan awal (recognition of prior learning) merupakan salah satu variabel penting dalam penentuan desain dan proses pembelajaran. Upaya pembelajaran
  • 4. 4 apapun yang dipilih dan dilakukan oleh guru jika tidak bertumpu pada kemampuan awal peserta didik selaku subyek belajar yang aktif, maka pembelajaran tidak akan bermakna. Karakteristik peserta didik yang terkait dengan pengetahuan awal dapat diidentifikasi sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Oleh karena kedudukannya yang sangat signifiknan tersebut, maka dibutuhkan kemampuan seorang guru untuk menganalisa karakteristik kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik sebagai landasan dalam memilih metode dan strategi pembelajaran yang sesuai. Kemampuan awal sangat berpengaruh pula terhadap proses-proses internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik ketika belajar dan juga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pelaksanaan dan hasil belajar peserta didik secara komprehensif. Hal ini disebabkan karena kemampuan awal menggambarkan kesiapan (readiness) peserta didik dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kegunaan dari Identifikasi Kemampuan Awal Peserta Didik Bapak dan Ibu, dalam upaya mendesain pembelajaran yang bermakna, peserta didik pada hakekatnya harus memenuhi dua kriteria pemahaman, yaitu “keterhubungan" dan "kegunaan dalam konteks sosial” (Smith, 1991). "Connectedness", atau yang disebut juga keterhubungan tersebut dimulai ketika sebuah ide dipahami oleh sejauh mana siswa dapat dengan tepat menggambarkannya dan menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya dalam konteks sosial, hal ini disebut juga dengan struktur pengetahuan seseorang. Sedangkan "Kegunaan", menggambarkan "fungsi dari pengetahuan seseorang", yakni ketika sebuah ide dipahami oleh sejauh mana yang peserta didik dapat menggunakan ide itu dan berhasil melakukan tugas yang signifikan sesuai dengan konteks sosial (Smith, 1991). Lalu, apakah Bapak dan Ibu memahami bagaimanakah cara seorang pendidik dapat dengan tepat memfasilitasi peserta didik dalam pembelajarannya? Berikut ini akan dideskripsikan beberapa kegunaan dari identifikasi kemampuan awal peserta didik. Pertama, pendidik harus memahami bagaimana struktur dan fungsi pengetahuan atau kemampuan awal peserta didik terhubung selama proses pembelajaran. Dunkin dan Biddle (1974) menggambarkan sebuah model (Gambar 1) untuk membantu memahami interaksi antara proses dan faktor yang mengintervensi dalam situasi belajar mengajar. Memahami interaksi ini akan sangat membantu peserta didik untuk belajar lebih bermakna. Keberhasilan maupun kegagalan
  • 5. 5 dalam proses pembelajaran sebagian besar tergantung pada faktor-faktor yang mengintervensi dalam pembelajaran itu sendiri, terutama terkait dengan kemampuan awal peserta didik. Dalam hal ini, Dochy (1992) menegaskan bahwa pengetahuan atau kemampuan awal yang telah dimiliki oleh peserta didik, memiliki pengaruh yang besar terhadap cara dan tingkat pengetahuan baru tersebut dipahami, disimpan, dan digunakan oleh peserta didik. Gambar 1. Hubungan antara kemampuan awal, aktivitas pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik (Dunkin dan Biddle, 1974) Kedua, dalam hal pentingnya mendiagnosis kemampuan awal ini, Harris (2000: 1) juga mengemukakan bahwa diagnosis kemampuan awal (recognition of prior learning) merupakan salah satu variabel penting dalam penentuan proses pembelajaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa “the recognition of prior learning (RPL) refers to practice developed within education and training to identify and recognise adults pevious learning. The broad principle is that previous learning – acquired informally, non-formally, experientally or formally- can and should be recognised and given currency within formal education and training framework”. Dalam hal ini, diagnosis kemampuan awal perlu dilakukan untuk mengetahui pengetahuan atau pembelajaran yang telah diperoleh oleh peserta didik baik secara formal maupun tidak formal. Pengetahuan akan
  • 6. 6 kemampuan awal tersebut perlu diidentifikasi agar proses pembelajaran dapat selaras antara guru dengan peserta didik. Ketiga, kemampuan awal juga digunakan tidak hanya untuk kepentingan keselarasan dalam proses pembelajaran, melainkan juga untuk meningkatkan kebermaknaan pengajaran. Kemampuan awal peserta didik juga berdampak pada kemudahan dalam mengikuti proses pembelajaran dan juga memudahkan pengintegrasian proses-proses internal yang berlangsung dalam diri peserta didik ketika belajar (Hamzah Uno, 2011). Martinis Yamin (2007: 32) mengungkapkan salah satu manfaat dan kegunaan yang diperoleh ketika mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik adalah guru dapat memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kompetensi/ kemampuan awal para peserta didik yang berfungsi sebagai prerequisite bagi bahan materi baru yang akan disampaikan. Kegunaan selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik maka guru dapat dengan lebih mudah dan tepat dalam mengembangkan strategi, media, dan evaluasi pembelajarannya. Implikasi yang lebih luas yaitu, kebutuhan peserta didik dapat diakomodasikan sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan. Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa kemampuan awal memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Telah dijelaskan di atas bahwa sebelum pembelajaran dilakukan, guru harus mengetahui karakteristik awal dari peserta didiknya, salah satunya yaitu kemampuan awal siswa. Menurut Smaldino (1996) seperti yang dikutip Dewi Salma (2008: 20) bahwa setiap peserta didik berbeda satu sama lain karena karakteristik umum, kemampuan awal prasyarat dan gaya belajar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan awal atau prasyarat merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum peserta didik akan mempelajari kemampuan baru. Oleh sebab itu, penting bagi seorang guru untuk mengetahui karakteristik awal siswa sebelum merencanakan pembelajaran karena jika kurang, kemampuan awal ini menjadi mata rantai penguasaan materi dan menjadi penghambat dalam proses belajar. Dalam hal ini, guru dapat mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan informal seperti menanyakan tentang topik-topik tertentu pada saat pembelajaran di kelas. Selain itu, guru dapat pula memberikan tes formal berupa tes-tes standar yang dikembangkan sebelumnya.
  • 7. 7 Peserta didik menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan apa yang sudah mereka ketahui, menafsirkan informasi yang masuk, dan bahkan mempersepsikannya melalui indra, melalui lensa pengetahuan, keyakinan, dan asumsi mereka yang mereka ketahui (Vygotsky, 1978; National Research Council, 2000). Bahkan, ada kesepakatan luas di kalangan peneliti bahwa sangat penting bagi peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk kepentingan pembelajaran (Bransford & Johnson, 1972; Resnick, 1983). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa mengajukan pertanyaan kepada peserta didik yang dirancang secara khusus untuk memicu retensi atau pengungkapan kembali informasi atau pengetahuan yang lama dapat membantu mereka menggunakan pengetahuan sebelumnya tersebut untuk melakukan integrasi dan retensi terhadap informasi baru (Woloshyn, Paivio, & Pressley, 1994). Menurut Suprayekti dan Agustyarini (2015: 50), identifikasi pengetahuan tentang kemampuan awal peserta didik sangat penting karena memiliki kegunaan sebagai berikut: a. Memberikan dosis pelajaran yang tepat. Artinya, materi yang diberikan dapat diorganisasikan dengan lebih baik, tidak terlalu mudah bagi peserta didik karena materi yang akan diajarkan ternyata sudah dikuasai oleh peserta didik; ataupun tidak terlalu sulit karena bisa saja terjadi kesenjangan yang cukup jauh antara kemampuan awal awal peserta didik dengan pengetahuan baru yang harus dikuasai. b. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan, seperti misalnya apakah peserta didik memerlukan remedial sebelum mereka siap menerima materi baru. Melalui identifikasi kemampuan awal peserta didik maka guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang tepat termasuk pemilihan strategi, media, dan penilaian pembelajaran dengan lebih baik. c. Mengukur apakah peserta didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan. Prasyarat disini adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik sebelum mengikuti pelajaran tertentu. Analisis kemampuan peserta didik berfungsi juga untuk menggambarkan statistik kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dalam hal ini, jika kemampuan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran telah dimiliki peserta didik, maka pembelajaran dapat dilanjutkan ke topik/materi berikutnya. Sebaliknya, jika tidak maka guru dapat meminta peserta didik mengambil tambahan pelajaran khusus/tertentu atau bahkan melakukan review/kajian terhadap materi terkait sebelum masuk pada materi pembelajaran yang sebenarnya.
  • 8. 8 d. Memilih pola-pola pembelajaran yang lebih baik. Dengan mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik, maka guru dapat mendesain skenario pembelajaran dengan lebih baik, serta menentukan materi dengan lebih terorganisir, memilih strategi apa yang akan digunakan, serta menentukan media pembelajaran apa yang tepat dan dapat digunakan untuk membantu kegiatan pembelajaran. Teknik-Teknik Mendeteksi Kemampuan Awal Peserta Didik Bapak dan Ibu setelah mengetahui dan memahami kegunaan atau fungsi dari mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik, selanjutnya akan dibahas beberapa teknik dalam mendeteksi kemampuan awal peserta didik. Teknik-teknik yang dimaksud bisa dilakukan baik secara informal (seperti misalnya mengajukan pertanyaan ke kelas) maupun dengan cara-cara yang lebih formal (misalnya, melakukan kajian/tinjauan terhadap hasil ujian terstandardisasi atau memberikan ujian dan penilaian yang dibuat oleh guru). Ujian masuk merupakan penilaian yang menentukan apakah peserta didik memiliki prasyarat atau kompetensi-kompetensi yang diperlukan sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan optimal. Sebagai contoh, jika anda akan mengajar peserta didik tentang proses pemilihan Presiden, maka peserta didik harus sudah memahami makna “presiden” terlebih dahulu sebagai salah satu konten prasyarat atau kemampuan awal peserta didik. Dengan demikian, konten terkait presiden ini tidak perlu lagi disertakan ke dalam mata pelajaran. Untuk membantu mengklarifikasi kemampuan awal, sangat penting bagi seorang guru untuk membuat daftar kemampuan awal apa sajakah yang diperlukan di dalam rencana mata pelajaran. Dalam melakukan pendataan atau pencermatan terhadap jenis-jenis kemampuan awal yang akan dimasukkan ke dalam rencana mata pelajaran, guru dapat melakukannya dengan cara menyatakan jenis-jenis kemampuan awal tersebut ke dalam format “jenis tujuan”. Dalam materi pemilihan presiden misalnya, kemampuan awalnya bisa ditentukan sebagai berikut: “para peserta didik bisa mendefinisikan presiden”. Sedangkan untuk materi Geometri, kemampuan awal yang bisa dituliskan adalah: ‘para peserta didik bisa/mampu mengalikan”. Setelah kemampuan awal sudah berhasil diidentifikasi dan ditentukan, maka guru bisa menggunakan ujian masuk (entry test) untuk mengidentifikasi peserta didik mana yang membutuhkan perbaikan sebelum masuk ke mata pelajaran yang akan diajarkan. Ujian masuk tersebut, mungkin dibutuhkan untuk menilai konten
  • 9. 9 yang akan diajarkan untuk mengetahui apakah peserta didik belum menguasai apa yang guru rencanakan untuk ajarkan. Lebih lanjut, Suprayekti dan Agustyarini (2015: 52) menyatakan bahwa teknik mendeteksi kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan diantaranya dengan: a. Menggunakan catatan atau dokumen yang tersedia. Dalam hal ini, catatan kemajuan peserta didik (raport) dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi untuk mendeteksi kemampuan awal peserta didik. b. Menggunakan tes prasyarat (prerequisite test) dan tes awal (pre-test). Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan ataupun dipersyaratkan sebelum mengikuti pelajaran tertentu. Sedangkan tes awal merupakan tes yang dilakukan untuk mendeteksi seberapa jauh peserta didik telah memiliki pengetahuan dan keterampilan terkait pelajaran yang akan diikuti. Teknik yang dapat dilakukan oleh guru diantaranya adalah dengan menggunakan wawancara, observasi, dan memberikan kuesioner kepada peserta didik. c. Mengadakan konsultasi individual. Teknik ini dapat dilakukan oleh guru dengan cara mewawancarai peserta didik secara informal, bisa berupa konseling untuk mengetahui prestasi peserta didik ataupun untuk mengelaborasi masalah yang mungkin sedang dimiliki oleh peserta didik. d. Menggunakan angket atau kuesioner kepada peserta didik untuk memperoleh informasi terkait bagaimana karakteristik peserta didik khususnya kemampuan awal ataupun pengalaman yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Beberapa teknik tersebut di atas dapat dipergunakan oleh guru sebagai alternatif dalam mendeteksi kemamppuan awal peserta didik sebelum mendesain pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, mendeteksi kemampuan awal peserta didik juga dapat dilakukan dengan mendiskusikan beberapa topik yang relevan sebelum guru memulai pelajaran serta menggunakan pengetahuan/keterampilan yang sudah akrab bagi peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dapat lebih siap dalam menerima materi baru dan lebih termotivasi untuk terlibat dalam aktivitas maupun tugas-tugas pembelajaran yang telah di rancang oleh guru.
  • 10. 10 Guru dapat mengukur tingkat pengetahuan peserta didik sebelumnya tersebut dan menggunakannya sebagai landasan untuk mempersiapkan pembelajaran. Jenis-Jenis Kemampuan Awal Peserta Didik Pembelajaran pada hakekatnya berkontribusi terhadap perkembangan intelektual manusia karena sifatnya yang kumulatif. Peserta didik pada dasarnya berkembang dari satu titik ke titik berikutnya di dalam perkembangannya, dimana mereka juga belajar serangkaian atau pun seperangkat kemampuan melalui proses diferensiasi, mengingat (recall), dan transfer pembelajaran. Llewellyn (2002) berpendapat bahwa pembelajaran harus lebih bersifat kognitif dan tidak didasarkan pada transfer pengetahuan secara langsung dari pendidik kepada peserta didik semata. Peserta didik pada dasarnya merupakan individu yang 'unik' dan respon mereka terhadap konstruksi pengetahuan dalam konteks pembelajaran harus dipandang unik pula karena perbedaan dalam kemampuan awal mereka. Artinya adalah bahwasanya pengetahuan peserta didik adalah produk dari konstruksi mereka sendiri. Pada hakekatnya, mengaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dapat memfasilitasi proses pembelajaran. Peserta didik dapat dengan lebih mudah melakukan coding dan menyimpan informasi dalam memori jangka panjang ketika ada tautan ke pengalaman dan pengetahuan pribadi. Cara sederhana untuk merangsang ingatan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang pengalaman sebelumnya, pemahaman tentang konsep sebelumnya, atau isi konten yang akan dipelajari. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk membangun pengetahuan atau keterampilan mereka sebelumnya. Pada bagian ini, akan dibahas terkait jenis-jenis kemampuan awal untuk belajar keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, sikap, dan psikomotorik. Gagne (1977) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam lima kategori atau taksonomi. Kelima taksonomi tersebut pada dasarnya merepresentasikan berbagai macam luaran sebagai hasil dari proses pembelajaran. Klasifikasi pembelajaran menurut Gagne (1977) meliputi lima jenis kemampuan atau ranah belajar, yakni: keterampilan intelektual, startegi kognitif, informasi verbal, sikap, dan psikomotor. Berikut akan diuraikan masing-masing jenis taksonomi atau kategori tersebut kaitannya dengan kemampuan awal peserta didik.
  • 11. 11 a. Keterampilan Intelektual Keterampilan intelektual merupakan jenis pengetahuan prosedural yang memerlukan kemampuan awal dengan jenis komponen keterampilan yang lebih sederhana. Keterampilan intelektual ini meliputi: 1) Diskriminasi; 2) Konsep konkret; 3) Penggunaan aturan; dan 4) Pemecahan masalah (problem solving). Diskriminasi yang dimaksud disini adalah membuat respon-respon yang berbeda untuk masing-masing peserta didik dengan melihat dan mengamati beragam perbedaan esensial diantara input yang berbeda-beda tersebut serta meresponnya dengan beragam pula terhadap tiap-tiap input. Belajar memperbedakan disini adalah belajar membedakan hubungan stimulus respon sehingga bisa memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep. Dalam merespon lingkungannya, peserta didik membutuhkan keterampilan-keterampilan sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan membedakan satu simbol dengan simbol lainnya. Terdapat dua macam belajar memperbedakan yaitu memperbedakan tunggal dan memperbedakan jamak. Contoh memperbedakan tunggal, “siswa dapat menyebutkan segitiga sebagai lingkungan tertutup sederhana yang terbentuk dari gabungan tiga buah ruas garis”. Contoh memperbedakan jamak, siswa dapat menyebutkan perbedaan dari dua jenis segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya. Berdasarkan besar sudut yang paling besar adalah sudut siku-siku dan sisi terpanjang adalah sisi miringnya, sementara pada segitiga sama sisi besar sudut-sudutnya sama begitu pula dengan besar sisi-sisinya. Dalam hal ini guru dapat memberikan tes kemampuan awal dengan beragam jenis tes, misalnya dengan cara menanyakan kepada peserta didik tentang bentuk segitiga; meminta peserta didik yang lainnya menggambarkan bentuk segitiga; atau peserta didik diminta membedakan perbedaan sudut dan sisi. Konsep konkret disebut juga belajar pembentukan konsep dimana peserta didik belajar mengenal sifat bersama dari benda-benda konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkannya menjadi satu. Misalnya, untuk memahami konsep persegi panjang, peserta didik diminta mengamati jendela rumah (yang bentuknya persegi panjang), batu bata, meja kerja dan sebagainya. Benda-benda konkret ini diupayakan sedekat mungkin dengan pengalaman peserta didik sebelumnya, artinya peserta didik memang sudah familiar betul dengan benda-benda yang disebutkan sebagai contoh oleh guru.
  • 12. 12 Penggunaan aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Aturan merupakan pernyataan verbal, dalam matematika misalnya adalah: teorema, dalil, atau sifat-sifat. Contoh aturan dalam segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya. Dalam belajar pembentukan aturan memungkinkan anak untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Sebagai contoh, terdapat sebuah segitiga dengan sisi siku-sikunya berturut-turut mempunyai panjang 3 cm dan 4 cm. Guru meminta anak untuk menentukan panjang sisi miringnya. Untuk menghitung panjang sisi miringnya, anak memerlukan suatu aturan Pythagoras yang berbunyi “pada suatu segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya”. Dengan menggunakan aturan di atas maka akan diperoleh perhitungan berupa 32 + 42 = 25 = 52, jadi panjang sisi miring yang ditanyakan adalah 5 cm. Dalam hal ini kemampuan awal yang bisa dielaborasi oleh guru adalah pemahaman peserta didik terkait aturan-aturan dalam rumus phythagoras. Guru juga bisa melakukan cek terhadap pemahaman peserta didik terkait segitiga siku-siku. Pemecahan masalah dimaksudkan bahwasanya belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi tingkatnya dan lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi penyelesaian masalah. Contoh belajar memecahkan masalah yang dilakukan oleh guru misalnya mencari selisih kuadrat dua bilangan yang sudah diketahui jumlah dan selisihnya. Dalam hal ini, kemampuan awal yang bisa dimasukkan ke dalam daftar atau format tujuan oleh guru berupa kemampuan peserta didik dalam memahami kuadrat dua bilangan. Pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar dimulai prasyarat yang sederhana, yang kemudian meningkat pada kemampuan kompleks. Gagne mengemukakan bahwa transfer belajar akan terjadi apabila pengetahuan dan keterampilan matematika yang telah dipelajari dan yang berkaitan dengan konsep dan prinsip, berhubungan langsung dengan permasalahan baru yang kita hadapi. Tetapi sebaliknya, apabila konteks yang baru tersebut membutuhkan suatu konsep dan prinsip yang berbeda dari kemampuan spesifik yang sudah dikuasai sebelumnya, maka transfer belajar tidak akan terjadi.
  • 13. 13 b. Strategi Kognitif Kapabilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan juga sintesis. Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan beberapa aspek seperti perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir peserta didik menjadi terarah. Contoh penerapan dari kapabilitas strategi kognitif, adalah Guru Arya akan memberikan materi kepada peserta didik yakni terkait dengan macam-macam bencana alam. Di dalam apersepsi, untuk menggali kemampuan awal peserta didik, guru tersebut perlu mengembangkan proses berpikir mereka dengan memintanya untuk membaca artikel di majalah ilmiah terkait dengan macam-macam bencana alam. Apa yang dipelajari peserta didik dari artikel tersebut mungkin hanya berupa fakta, strategi, atau penerapan teori. Namun, untuk menyeleksi informasi yang dibacanya, dan memberikan kode terhadap informasi yang direkam dipikirannya, serta menemukan kembali informasi tersebut untuk keperluan pemerolehan pengetahuan baru, maka peserta didik harus mempergunakan strategi kognitif untuk memahami apa yang sudah dibaca dan dipelajarinya, terutama untuk memecahkan masalah ketika guru memberikan beberapa studi kasus di pembelaran inti. Berdasarkan kemampuan awal yang telah dimilikinya tersebut, maka peserta didik dapat membuat beberapa alternatif pemecahan masalah terkait mitigasi bencana. c. Informasi Verbal Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal diperoleh secara lisan, membaca buku dan sebagainya. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip, nama generalisasi. Informasi Verbal juga merupakan kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan. Contoh, ketika guru akan memberikan materi tentang perhitungan segitiga dengan menggunakan rumus Phytagoras, guru dapat membuat daftar kemampuan awal yang harus dimiliki oleh peserta didik tersebut dengan diantaranya dengan peserta didik mampu menyebutkan dalil Phytagoras yang berbunyi, “pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya.
  • 14. 14 Contoh penerapan yang lain adalah jika guru akan mengajar peserta didik untuk menghitung luas bidang geometri, maka guru perlu memberikan pengetahuan prasyarat atau kemampuan awal terkait dengan penyebutan bidang-bidang geometri oleh peserta didik untuk mengidentifikasi peserta didik mana yang membutuhkan perbaikan sebelum memasuki pelajaran geometri. Contoh kemampuan awal lainnya adalah, pada mata pelajaran Pengoperasian dan Perakitan Sistem Kendali (PPSK), proyek tugas akhir merupakan pembelajaran yang digunakan dalam materi pengendali elektronik. Sebelum membuat suatu barang tentu, peserta didik harus mengetahui dasar-dasarnya terlebih dahulu. Materi pengendali elektronik merupakan suatu rangkaian pengendali yang menggunakan prinsip dasar elektronika. Dengan demikian, peserta didik perlu mengetahui dasar-dasar mengenai elektronika yang berhubungan dengan sistem kendali. Oleh karenanya, kemampuan awal yang harus dimiliki peserta didik dalam pengendali elektronik pada mata pelajaran PPSK diantaranya adalah menyebutkan prinsip pengoperasian, merencanakan rangkaian, membuat rangkaian dan mengoperasikan sistem pengendali elektronik. d. Sikap Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau tidak. Contoh, seorang pserta didik memasuki toko buku yang didalamnya tersedia berbagai macam jenis buku, bila peserta didik tersebut memiliki sikap positif dan senang terhadap matematika, tentunya sikap yang dimilikinya tersebut akan berimplikasi terhadap terpengaruhnya peserta didik tersebut dalam memilih buku matematika dibandingkan dengan buku lain. e. Psikomotor Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot, serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam mendemonstrasikan alat-alat
  • 15. 15 peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah laku kapabilitas ini. Dalam hal ini maka kemampuan awal yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah diantaranya mampu menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat tadi untuk membagi sama panjang suatu garis lurus. Contoh penerapan yang lain adalah jika guru akan mengajar peserta didik untuk menghitung luas bidang geometri, maka guru perlu memberikan pengetahuan prasyarat atau kemampuan awal terkait dengan kemampuan perkalian peserta didik untuk mengidentifikasi peserta didik mana yang membutuhkan perbaikan sebelum memasuki pelajaran geometri. Contoh kemampuan awal lainnya adalah, pada mata pelajaran Pengoperasian dan Perakitan Sistem Kendali (PPSK), proyek tugas akhir merupakan pembelajaran yang digunakan dalam materi pengendali elektronik. Sebelum membuat suatu barang tentu, peserta didik harus mengetahui dasar-dasarnya terlebih dahulu. Materi pengendali elektronik merupakan suatu rangkaian pengendali yang menggunakan prinsip dasar elektronika. Dengan demikian, kemampuan awal yang harus dimiliki oleh peserta didik tidak hanya perlu mengetahui dasar- dasar mengenai elektronika yang berhubungan dengan sistem kendali saja melainkan juga dapat merencanakan rangkaian, membuat rangkaian dan mengoperasikan sistem pengendali elektronik.
  • 16. 16 Glosarium Kemampuan Awal Kemampuan atau pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dikuasai peserta didik sehingga mereka dapat mengikuti kegiatan instruksional seperti yang sudah dirancang oleh guru. Kapabilitas Hasil belajar yang bersifat kognitif dan belum sampai ke tingkat kompetensi, namun dapat digunakan sebagai dasar dalam belajar lebih lanjut untuk mencapai kompetensi. Strategi Kognitif Keterampilan yang terorganisasi secara internal. Kemampuan strategis menyangkut bagaimana cara mengingat, dan cara belajar berpikir tanpa terikat pada materi apa yang dipelajari atau dipikirkan. Keterampilan Intelektual Hasil belajar yang meliputi cara melakukan atau pengetahuan yang bersifat prosedural. Informasi Verbal Kemampuan menjelaskan secara verbal tentang sesuatu yang dipelajari baik berbentuk fakta, prinsip, maupun penggunaan aturan.