SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
————

KATA PENGANTAR
Di dalam buku “Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” telah dijelaskan secara
komprehensif mengenai latar belakang, dasar hukum, tujuan, proses, dan mekanisme dari pembentukan Ketetapan MPR RI Nomor
I/MPR/2003. Buku tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai kepada masyarakat, khususnya mengenai
posisi dan status hukum ketetapan-ketetapan MPRS dan MPR setelah adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Untuk lebih memudahkan kita dalam mempelajari dan memahami berbagai hal tersebut di atas, maka Tim Kerja Sosialisasi
Putusan MPR, dalam hal ini Sub Tim Kerja II, telah menyusun buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI:
Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”. Buku ini merupakan ihktisar atau materi-materi penting yang disaring dari buku “Materi
Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”.
Pada awalnya buku ini disusun melalui rapat-rapat Sub Tim Kerja II yang intensif untuk membuat sebuah panduan yang
ringkas, mudah dipahami dan sistematis sehingga Anggota Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR yang menjadi Narasumber dapat
lebih mudah dan fokus dalam menyampaikan materi sosialisasi, khususnya mengenai Ketetapan MPR dan Keputusan MPR.
Namun karena begitu banyaknya permintaan berbagai kalangan masyarakat yang ingin mendapatkan buku ini di awal pelaksanaan
sosialisasi pada tahun 2005 maka disepakati bahwa buku Bahan Tayangan ini disiapkan untuk menjadi bagian dari buku-buku
Sosialisasi Putusan MPR yang dibagikan kepada masyarakat.
Buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” ini adalah cetakan
kedua yang telah diperbaiki ataupun ditambah beberapa materinya yang dianggap perlu sehingga diharapkan dapat lebih lengkap
dengan tetap mempertahankan sistematika yang mudah dipelajari dan dipahami.
SUB TIM KERJA II SOSIALISASI PUTUSAN MPR
Ketua,
Wakil Ketua,
Hakim Sorimuda Pohan

Rambe Kamarul Zaman
Wakil Ketua,
Khofifah Indar Parawansa

Wakil Ketua,
Mutammimul’ula
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
--------------

SAMBUTAN PIMPINAN MPR RI
Salah satu perubahan penting setelah dilakukannya Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah rumusan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Rumusan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan menyatakan bahwa, “Kedaulatan adalah ditangan rakyat,
dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.”
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini membawa implikasi terhadap
kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, pemegang
dan pelaksanan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan
lembaga negara lainnya, yaitu : Lembaga Kepresidenan, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Perubahan tugas dan wewenang MPR, khususnya yang berkenaan dengan hilangnya tugas dan wewenang MPR
untuk menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara, selanjutnya berimplikasi pada materi dan status hukum
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2002. Oleh sebab
itu, dalam Pasal I Aturan Tambahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, MPR ditugasi untuk
melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR untuk diambil putusan
pada Sidang MPR Tahun 2003.
Pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2003, MPR menetapkan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang
Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan
Tahun 2002. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003, seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan
MPR yang berjumlah 139 dikelompokkan kedalam 6 (enam) Pasal sesuai dengan materi dan status hukumnya.
Pemahaman seluruh elemen masyarakat mengenai Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 yang memuat hasil
peninjauan materi dan status hukum seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR sangatlah penting. Untuk tujuan itulah
maka diperlukan sosialisasi yang diharapkan akan memberikan penjelasan yang mendalam dan sistematis akan hal
tersebut.
Agar lebih memudahkan dan memperlancar proses dan pencapaian tujuan dari kegiatan sosialisasi, baik bagi
para pelaksana maupun peserta maka disusunlah buku ini dengan judul : “BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI
PUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR
RI). Besar harapan kami bahwa buku ini akan memberikan manfaat kepada kita semua sebagai alat bantu untuk
memahami Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002.

MAJELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
Ketua,

DR. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A.
Pembelajaran
bersama
masyarakat

- Konstitusi
- Ketetapan MPR
- Keputusan MPR
- Dinamika ketatanegaraan

Meningkatkan
kesadaran masyarakat
tentang kehidupan
berbangsa dan
bernegara
1

Kedudukan, Tugas Dan Wewenang MPR
Sebelum & Sesudah Perubahan
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945

2

Jenis Putusan MPR

3

Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan
Ketetapan MPR

4

Peraturan Tata Tertib MPR

5

Kode Etik Anggota MPR
SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945

SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945

MPR adalah PENJELMAAN seluruh
rakyat dan merupakan LEMBAGA
TERTINGGI NEGARA, pemegang
dan pelaksana sepenuhnya
kedaulatan rakyat.

MPR adalah lembaga
permusyawaratan rakyat
yang berkedudukan sebagai
LEMBAGA NEGARA.
SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945
⇒Menetapkan dan mengubah UUD 1945;
⇒Menetapkan GBHN;
⇒Memilih & mengangkat Presiden & Wapres;
⇒Membuat Putusan yang tidak dapat

dibatalkan oleh lembaga negara lainnya;
⇒Memberikan penjelasan / penafsiran

terhadap putusan MPR;
⇒Meminta pertanggungjawaban Presiden;
⇒Memberhentikan Presiden.

SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945
Mengubah dan menetapkan UUD;
Melantik Presiden dan Wapres;
Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres
dalam masa jabatannya menurut UUD;
Melantik Wapres menjadi Presiden apabila
Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan
kewajibannya;
Memilih dan melantik Wakil Presiden apabila
terjadi kekosongan jabatan Wapres;
Memilih dan melantik Presiden dan Wapres
apabila keduanya berhenti secara
bersamaan.
UUD

PUTUSAN
MPR RI

KETETAPAN

KEPUTUSAN

Perubahan & Penetapan UUD:
 mempunyai kekuatan hukum sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;
 tidak menggunakan nomor putusan Majelis.

Ketetapan MPR:
 berisi hal-hal yang bersifat penetapan (beschikking);
 mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam,
dan ke luar Majelis sebagaimana diatur dalam
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI
Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002;
 menggunakan nomor putusan Majelis.

Keputusan MPR:
 berisi aturan/ketentuan intern Majelis;
 mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam
Majelis;
 menggunakan nomor putusan Majelis.
MPR dapat mengeluarkan ketetapan yang bersifat
MPR dapat mengeluarkan ketetapan yang bersifat
penetapan (beschikking), yaitu:
penetapan (beschikking), yaitu:
 menetapkan Wapres menjadi Presiden;
 menetapkan Wapres menjadi Presiden;
 memilih Wapres apabila terjadi kekosongan
 memilih Wapres apabila terjadi kekosongan
 jabatan Wapres;
 jabatan Wapres;
 memilih Presiden dan Wapres apabila
 memilih Presiden dan Wapres apabila
 Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,
 Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,
 diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
 diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
 kewajibannya dalam masa jabatannya
 kewajibannya dalam masa jabatannya
secara
secara
 bersama-sama.
 bersama-sama.
Tentang:

PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA
DAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002
Bersifat mengatur dan memberi
tugas kepada Presiden dan Lembaga
Tinggi Negara Lainnya
Bersifat Penetapan
Bersifat Mengatur Ke Dalam
Bersifat Deklaratif
Bersifat Rekomendasi
Bersifat Perundang-undangan
Alamat yang dituju
(adressat norm)

INDIVIDUAL
UMUM
Bersifat KONKRIT

Hal yang diatur

Bersifat ABSTRAK
Final/sekali-selesai ( einmalig )

Keberlakuan
Berlaku dengan ketentuan

Dibatasi
1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ”

2. Pasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini”

3. Pasal II Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar
dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”

4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002 tentang Peraturan
2002
Tata Tertib MPR RI
MPR

5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
 Meninjau materi dan status hukum setiap
TAP MPRS dan TAP MPR;
 Menetapkan keberadaan (eksistensi) dari
TAP MPRS dan TAP MPR untuk saat ini dan
masa yang akan datang; dan
 Memberi kepastian hukum.
139 TAP MPRS & TAP MPR
(1960 s/d. 2002)
“Dikelompokkan Menjadi
6 (enam) Pasal
Berdasarkan
Materi dan Status Hukumnya”
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)
PASAL 3
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
undang-undang (11 Ketetapan)
PASAL 5
TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)
PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai
dilaksanakan (104 Ketetapan)
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN
TIDAK BERLAKU

elap an ) T A P , yait u :

apan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga Negara
t Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
apan MPR RI Nomor VI/MPR/1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja Lembaga
gi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
apan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden
lik Indonesia Berhalangan.
apan MPR RI Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja
ga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
apan MPR RI Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
apan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Presiden Republik Indonesia.
apan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
apan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

ap an T A P ter seb u t t elah b er ak h ir m asa b er lak u n ya d an /atau telah d iatu r d i d al
U n d an g -U n d an g D asar N eg ar a R ep u b lik I n d on esia T ah u n 1 9 4 5
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU DENGAN KETENTUAN

A d a 3 ( t ig a) T A P , yait u :

• Ketetapan MPR S RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia,

Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi
Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan
Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.

• Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi.
• Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor Timur.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 2

1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966
1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966
Tentang:
Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai
Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah
Negara Republik Indonesia bagi Partai
Komunis Indonesia dan Larangan Setiap
Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme.

TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:
Seluruh ketentuan dalam Ketetapan
MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke

dan MENGHORMATI HUKUM, PRINSIP
DEMOKRASI dan HAK ASASI MANUSIA.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 2

2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998
2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998
TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:

Tentang:
Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi

Pemerintah berkewajiban mendorong
keberpihakan politik ekonomi yang lebih
memberikan kesempatan dukungan dan
pengembangan ekonomi, usaha kecil
menengah, dan koperasi sebagai pilar
ekonomi dalam membangkitkan terlaksananya
pembangunan nasional dalam rangka
demokrasi ekonomi sesuai dengan hakikat
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 2

3. TAP MPR No.
3. TAP MPR No.
V/MPR/1999
V/MPR/1999

TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:

Tentang:
Penentuan Pendapat di
Timor Timur

Ketetapan ini tetap berlaku sampai
terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan
Pasal 6 Ketetapan MPR RI
Nomor V/MPR/1999.
(Karena masih adanya masalah-masalah
asset negara, dan hak perdata perseorangan)
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 3
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004
Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004.
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
o Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.
o Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia
Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia.
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia.
o Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.
o Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat
Pemulihan Ekonomi Nasional.
o Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung,
Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil
Pemilu 2004 telah terbentuk
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
UNDANG-UNDANG
Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu:
o TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera.
o TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
o TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
o TAP MPR Nomor III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.
o TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional.
o TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
o TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
o TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
o TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan
o Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan KKN.
o Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

1. TAP MPR S Nomor XXIX /MPR S /19 66 Tentang
Pengangkatan Pahlawan Ampera
Substansi:
Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat
dalam melanjutan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa,
dan lain-lain tanda kehormatan.

Hasil Kajian:
Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan belum terbentuk maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

2. TAP MPR Nomor XI /MPR/19 98 Tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
KKN
Substansi:
Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara
negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara
tegas terhadap siapapun juga.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum seluruhnya dilaksanakan dan
dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

3.TAP MPR Nomor XV /MPR/19 98 t entang Penyelenggaraan
Otonomi
Daerah ; Pengaturan, Pembagian , d an Pemanfaatan Sumber
Daya
Nasional Yang Berkeadilan ; Serta Perimbangan Keuangan
Pusat
Substansi:
Substansi:
d an Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
Indonesia

nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan
dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan berbagai undang-undang tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara RI Tahun 1945.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke
dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

4. TAP MPR Nomor III /MPR/ 2000 T entang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peratura n
Perundang- u ndangan
Substansi:

Hasil Kajian:

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:

TAP MPR RI No. III/MPR/2000
UUD 1945

UU No. 10 Tahun 2004
UUD 1945

TAP MPR
UU
PERPU
PP
KEPRES
PERDA

UU/PERPU
PP
PERPRES
PERDA
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

5. TAP MPR Nomor V /MPR/ 2000 Tentang
Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional

Substansi:
Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat
untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai
masalah bangsa mencapai tujuan nasional.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain
melalui pemerintahan yang mampu mengelola kehidupan secara baik dan adil,
serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sesuai dengan arah kebijakan
dan kaidah pelaksanaan.
Hasil Kajian:
Telah terbentuk UU Nomor 27/2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
(sebagaimana amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/2000),
namun berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai
pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan serta menjamin keutuhan NKRI maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang
Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia

Substansi:
Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, serta menentukan peran dan fungsi
masing-masing.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan
kelembagaan TNI dan POLRI.
Hasil Kajian:
Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan
UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan
UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI
masih perlu diatur dengan undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

7. TAP MPR RI Nomo r VII /MPR/ 2000 T entang
Peran TNI dan POLRI
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan,
dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:

Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4)
dan pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan
perubahan UUD, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan
wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI.

Hasil Kajian:
Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer,
dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang
Etika Kehidupan Berbangsa
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan
berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika
kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian,
keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan
pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan dan
berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta
menjiwai seluruh pembentukan undang-undang.
Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan, terutama
yang berkaitan dengan Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi
Indonesia Masa Depan
Substansi:
Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui
visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan

Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan,
terutama yang berkaitan dengan visi ideal dan visi antara maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

10. Ketetapan MPR Nomor VIII /MPR/ 2001
T entang
Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan da n Pencegahan KKN

Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan
KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk
percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai
terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.

Hasil Kajian:
Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum seluruhnya dituangkan ke dalam
undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

P asal 4

11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam
Substansi:
• Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan
penataan kembali penguasaan, pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan
dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;
• Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil,
berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan
pengelolaan sumber daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM,
supremasi hukum, KESRA, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender,
pemeliharaan sumber agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi
yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan
dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat,
desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat dan individu sesuai dengan
arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.

Hasil Kajian:

Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan
berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 5
TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU
SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN
TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR
HASIL PEMILU 2004

Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang
Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu:
TAP MPR No. II/MPR/1999
TAP MPR No. I/MPR/2000
TAP MPR No. II/MPR/2000
TAP MPR No. V/MPR/2001
TAP MPR No. V/MPR/2002
sudah tidak berlaku lagi
karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib
MPR hasil PEMILU 2004.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK
PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH
LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL ( EINMALIG ),
TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI
DILAKSANAKAN

Ketetapan di dalam pasal ini
berjumlah 104 Ketetapan.
HASIL KAJIAN TIM KERJA MPR RI
TENTANG
STATUS HUKUM TAP MPRS DAN TAP MPR RI
BERDASARKAN TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003
SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2006
NO.

PASAL

JUMLAH
KETETAPAN

TIDAK
BERLAKU

BERLAKU

1

Pasal 1

8

8

-

2

Pasal 2

3

-

3

3

Pasal 3

8

8

-

4

Pasal 4

11

1

10

5

Pasal 5

5

5

-

6

Pasal 6

104

104

-

139

126

13

JUMLAH
KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 7/MPR/2004 TENTANG
PERATURAN TATA TERTIB MPR RI SEBAGAIMANA
TELAH DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MPR RI
NOMOR 13/MPR/2004 TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN TATA TERTIB MPR RI

TATA TERTIB

Keputusan Majelis berisi
ketentuan yang mengatur tata cara Majelis
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
serta mengikat secara internal
Peraturan Tata Tertib
DASAR PEMIKIRAN DAN TUJUAN PEMBENTUKAN TATA-TERTIB

Perubahan UUD NEGARA RI 1945 mengharuskan MPR
melakukan penyesuaian terhadap
Peraturan Tata Tertib MPR yang dituangkan ke dalam
Keputusan MPR Nomor 7/MPR/2004
tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI
sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan MPR RI Nomor 13/MPR/2004
tentang Perubahan Peraturan Tata Tertib MPR RI.
Peraturan Tata Tertib

DASAR HUKUM

1. Ketentuan dalam Pasal-pasal UUD Negara RI 1945 yaitu
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 7B ayat (6) dan ayat (7) , Pasal 8
ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 37.
2. UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana tercantum dalam
Pasal 11 huruf g.
Peraturan Tata Tertib

HAL-HAL YANG DIATUR, Antara Lain:

KEDUDUKAN
KEDUDUKAN
(Pasal 3 ))
(Pasal 3

MPR adalah
sebuah lembaga negara

KEANGGOTAA
KEANGGOTAA
N
N

Anggota MPR terdiri
dari Anggota DPR dan
Anggota DPD .

(Pasal 1 ayat (2))
(Pasal 1 ayat (2))

TUGAS DAN WEWENANG ( Pasal 4)
TATA CARA PERUBAHAN UUD ( Pasal 78)
TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN ( Pasal 82)
TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN
DAN/ATAUWAKIL PRESIDEN ( Pasal 83)
Peraturan Tata Tertib
TUGAS DAN WEWENANG (PASAL 4)

MPR memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
 mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;
 melantik Presiden dan Wakil Presiden;
 memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden;
 melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
atau diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa
jabatannya;
 memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari;
 memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti
secara bersamaan dalam masa jabatannya;
 menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis dan Kode Etik Anggota Majelis;
 memilih dan menetapkan Pimpinan Majelis;
 membentuk alat kelengkapan Majelis.
Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PERUBAHAN UUD (PASAL 78)

Usul Tertulis Ke
Usul Tertulis Ke
Pimpinan
Pimpinan
(Materi yang Diubah)
(Materi yang Diubah)
[Pasal 78 huruf “b”]
[Pasal 78 huruf “b”]

Usul 1/3 Anggota
(≥ 226 Anggota)
[Pasal 78 huruf “a”]

Usul dibahas dalam
Rapat Pimpinan
(≤ 90 Hari)
[Pasal 78 huruf “c”]

Jika Syarat
Terpenuhi, Pimpinan
Mengundang
Anggota Bersidang
[Pasal 78 huruf “d”]

Syarat Pengambilan Putusan:
- Kuorum 2/3
- Keputusan 50% + 1 dari
seluruh Anggota Majelis
[Pasal 71 ayat (1) huruf “a”]
Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PERUBAHAN UUD (PASAL 78)
a. diusulkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah Anggota Majelis ;

b. setiap usul perubahan diajukan secara tertulis dan ditunjukan dengan jelas bagian
yang diusulkan untuk diubah beserta ulasannya ;

c. usul sebagaimana dimaksud pada huruf b, diajukan kepada Pimpinan Majelis dan Pimpinan Majelis
melaksanakan rapat untuk membahas usul tersebut paling lambat 90 hari dari sejak diterimanya usul;

d. apabila rapat Pimpinan Majelis m enilai usul tersebut telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b, Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk melaksanakan Sidang Majelis.

Pasal 71 ayat (1) huruf a:
“diambil dalam rapat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Majelis untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar (kuorum), dan disetujui oleh
lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis”.
Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL 82)
Presiden dan Wapres
Terpilih
[Pasal 82 ayat (3)]
Pimpinan MPR
Mengundang
[Pasal 82 ayat (1)]

Anggota MPR
[Pasal 82 ayat (2)]

Sidang Majelis:
1. SK KPU
2. Sumpah
3. Berita Acara
Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL 82)

 Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk
mengikuti Rapat Paripurna Majelis dalam rangka Pelantikan
Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu;
 Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan Wakil Presiden terpilih;
 Pembacaan Berita Acara hasil Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden oleh Ketua KPU dalam Rapat Paripurna Majelis;
 Pelantikan dilakukan dengan cara mengucapkan sumpah/janji
menurut agama dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis;
 Berita Acara Pelantikan ditandatangani oleh Presiden dan
Wakil Presiden, serta Pimpinan Majelis.
Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU
WAKIL PRESIDEN (PASAL 83)

MPR
DPR

3

2
1

MK

Memeriksa,Mengadili, dan
Memutuskan
(≤ 90 hari)

≤ 30 hari menyelenggarakan Sidang
(Presiden dan/atau Wapres diundang)
Pengambilan Putusan:
-Kuorum ≥ 3/4 jumlah anggota
-Keputusan ≥ 2/3 Jumlah
anggota yang hadir
Peraturan Tata Tertib
TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU
WAKIL PRESIDEN (PASAL 83)
a. Majelis menyelenggarakan sidang untuk mengambil putusan tentang usul pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden pada masa jabatannya yang diajukan DPR setelah adanya putusan MK paling lambat 30 hari
setelah Majelis menerima usul tersebut;

b. Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk mengadakan Rapat Paripurna;

c. Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden untuk menyampaikan penjelasan
yang berkaitan dengan usul pemberhentiannya kepada Rapat Paripurna Majelis;

d. Presiden dan/atau Wakil Presiden wajib hadir untuk memberikan penjelasan atas usul
pemberhentiannya tersebut;

e. apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan,
maka Majelis tetap mengambil putusan .
KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 8/MPR/2004
TENTANG KODE ETIK ANGGOTA
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN
PENGERTIAN
(Pasal 1)
(Pasal 1)

Kode Etik Anggota MPR RI adalah
seperangkat norma-norma moral yang
berisi nilai-nilai etik dalam perikehidupan
yang wajib dipatuhi oleh setiap
Anggota MPR RI
KODE ETIK ANGGOTA

TUJUAN (PASAL 2)

Kode Etik Anggota Majelis bertujuan untuk
menjaga martabat, kehormatan, dan citra
Anggota Majelis di tengah-tengah masyarakat
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
d ar i terjaganya kehormatan MPR RI.
RI
KODE ETIK ANGGOTA

KEPRIBADIAN DAN ETIKA
Kepribadian: “Anggota Majelis adalah insan yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi norma-norma agama, hukum,
hak asasi manusia, dan moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”
(Pasal 4).
Etika: “Setiap Anggota Majelis wajib mematuhi
etika (19 butir Pasal 5), antara lain:





menjauhkan diri dari perbuatan korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya;
jujur terhadap diri sendiri dan orang lain;
memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi dan
aspirasi rakyat”.
PENUTUP
AKU KENAL NEGERIKU

TERIMA KASIH
Semoga Sosialisasi ini dapat memberikan
pemahaman dan pengetahuan tentang
konstitusi dan dinamika ketatanegaraan

More Related Content

What's hot

UUD Republik Indonesia tahun 1945
UUD Republik Indonesia tahun 1945UUD Republik Indonesia tahun 1945
UUD Republik Indonesia tahun 1945Luthfi Syuhada
 
Bab 4: Penyelenggaraan Kekuasaan negara
Bab 4: Penyelenggaraan Kekuasaan negaraBab 4: Penyelenggaraan Kekuasaan negara
Bab 4: Penyelenggaraan Kekuasaan negaraRama Putra
 
Pemerintahan Pusat dan Daerah Republik Indonesia
Pemerintahan Pusat dan Daerah Republik IndonesiaPemerintahan Pusat dan Daerah Republik Indonesia
Pemerintahan Pusat dan Daerah Republik IndonesiaRipan Nugraha Harahap
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...Ir. Soekarno
 
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiriringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiriRezki Atirah
 
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan NegaraPkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan NegaraNandha Zulyana
 
Lembaga-Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah
Lembaga-Lembaga Pemerintah Pusat dan DaerahLembaga-Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah
Lembaga-Lembaga Pemerintah Pusat dan DaerahDhea Safitri
 
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemen
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemenStruktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemen
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemenWidiya Ocek
 
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemenSistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemenSindy Septiawan
 
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan DaerahHubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan DaerahErica Nursanti
 
21 bahan tayangan uud 1945
21 bahan tayangan uud 194521 bahan tayangan uud 1945
21 bahan tayangan uud 1945Adelia Hardini
 
Sitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaSitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaAmran Jaya
 

What's hot (20)

Uud 1945
Uud 1945Uud 1945
Uud 1945
 
UUD Republik Indonesia tahun 1945
UUD Republik Indonesia tahun 1945UUD Republik Indonesia tahun 1945
UUD Republik Indonesia tahun 1945
 
Bab 4 kls xi k 13
Bab 4 kls xi k 13Bab 4 kls xi k 13
Bab 4 kls xi k 13
 
Bab 4: Penyelenggaraan Kekuasaan negara
Bab 4: Penyelenggaraan Kekuasaan negaraBab 4: Penyelenggaraan Kekuasaan negara
Bab 4: Penyelenggaraan Kekuasaan negara
 
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIASISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
 
Pemerintahan Pusat dan Daerah Republik Indonesia
Pemerintahan Pusat dan Daerah Republik IndonesiaPemerintahan Pusat dan Daerah Republik Indonesia
Pemerintahan Pusat dan Daerah Republik Indonesia
 
Materi ppkn sma xii bab 3
Materi ppkn sma xii bab 3Materi ppkn sma xii bab 3
Materi ppkn sma xii bab 3
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
 
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiriringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
 
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan NegaraPkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Pkn Bab 4 kelas XI semester 1 Mengupas Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
 
Bahantayang UUD 1945
Bahantayang UUD 1945Bahantayang UUD 1945
Bahantayang UUD 1945
 
Lembaga-Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah
Lembaga-Lembaga Pemerintah Pusat dan DaerahLembaga-Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah
Lembaga-Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah
 
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemen
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemenStruktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemen
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemen
 
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemenSistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
 
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan DaerahHubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
 
21 bahan tayangan uud 1945
21 bahan tayangan uud 194521 bahan tayangan uud 1945
21 bahan tayangan uud 1945
 
Ipu
IpuIpu
Ipu
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Perbandingan UU Pemda
Perbandingan UU PemdaPerbandingan UU Pemda
Perbandingan UU Pemda
 
Sitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaSitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesia
 

Similar to Bahantayang2 ppkn

Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprAhmad Solihin
 
Ketetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIKetetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIMuhamad Yogi
 
Bahan tayang ketetapan & keputusan
Bahan tayang ketetapan & keputusanBahan tayang ketetapan & keputusan
Bahan tayang ketetapan & keputusanHadi Wijaya
 
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Eisa Swastika
 
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.S
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.SSOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.S
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.SAri Saputra
 
Presentasi tentang MPR
Presentasi tentang MPRPresentasi tentang MPR
Presentasi tentang MPRAnggin N U
 
RUU MD3 paripurna 11 juli 2014)net
RUU MD3  paripurna 11 juli 2014)netRUU MD3  paripurna 11 juli 2014)net
RUU MD3 paripurna 11 juli 2014)netTata Taqiya
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Risky Saputra
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)sunnysidemochi
 
Bab IV Konstitusi dan Sistem Politik Nasional Indonesia
Bab IV Konstitusi dan Sistem Politik Nasional IndonesiaBab IV Konstitusi dan Sistem Politik Nasional Indonesia
Bab IV Konstitusi dan Sistem Politik Nasional Indonesiamugia_islami
 
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...Eva Yusinta
 

Similar to Bahantayang2 ppkn (20)

Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
 
Ketetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIKetetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RI
 
Bahan tayang ketetapan & keputusan
Bahan tayang ketetapan & keputusanBahan tayang ketetapan & keputusan
Bahan tayang ketetapan & keputusan
 
LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA.ppt
LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA.pptLEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA.ppt
LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA.ppt
 
KELOMPOK 1 MPR.pdf
KELOMPOK 1 MPR.pdf KELOMPOK 1 MPR.pdf
KELOMPOK 1 MPR.pdf
 
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 
Presentasi UUD 1945
Presentasi UUD 1945Presentasi UUD 1945
Presentasi UUD 1945
 
Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.pptx
Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.pptxDasar-Dasar Hukum Tata Negara.pptx
Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.pptx
 
Majelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyatMajelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyat
 
Majelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyatMajelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyat
 
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.S
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.SSOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.S
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.S
 
Presentasi tentang MPR
Presentasi tentang MPRPresentasi tentang MPR
Presentasi tentang MPR
 
RUU MPR.pdf
RUU MPR.pdfRUU MPR.pdf
RUU MPR.pdf
 
RUU MD3 paripurna 11 juli 2014)net
RUU MD3  paripurna 11 juli 2014)netRUU MD3  paripurna 11 juli 2014)net
RUU MD3 paripurna 11 juli 2014)net
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
 
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Bab IV Konstitusi dan Sistem Politik Nasional Indonesia
Bab IV Konstitusi dan Sistem Politik Nasional IndonesiaBab IV Konstitusi dan Sistem Politik Nasional Indonesia
Bab IV Konstitusi dan Sistem Politik Nasional Indonesia
 
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 

Bahantayang2 ppkn

  • 1.
  • 2. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ———— KATA PENGANTAR Di dalam buku “Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” telah dijelaskan secara komprehensif mengenai latar belakang, dasar hukum, tujuan, proses, dan mekanisme dari pembentukan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003. Buku tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai kepada masyarakat, khususnya mengenai posisi dan status hukum ketetapan-ketetapan MPRS dan MPR setelah adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk lebih memudahkan kita dalam mempelajari dan memahami berbagai hal tersebut di atas, maka Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR, dalam hal ini Sub Tim Kerja II, telah menyusun buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”. Buku ini merupakan ihktisar atau materi-materi penting yang disaring dari buku “Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”. Pada awalnya buku ini disusun melalui rapat-rapat Sub Tim Kerja II yang intensif untuk membuat sebuah panduan yang ringkas, mudah dipahami dan sistematis sehingga Anggota Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR yang menjadi Narasumber dapat lebih mudah dan fokus dalam menyampaikan materi sosialisasi, khususnya mengenai Ketetapan MPR dan Keputusan MPR. Namun karena begitu banyaknya permintaan berbagai kalangan masyarakat yang ingin mendapatkan buku ini di awal pelaksanaan sosialisasi pada tahun 2005 maka disepakati bahwa buku Bahan Tayangan ini disiapkan untuk menjadi bagian dari buku-buku Sosialisasi Putusan MPR yang dibagikan kepada masyarakat. Buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” ini adalah cetakan kedua yang telah diperbaiki ataupun ditambah beberapa materinya yang dianggap perlu sehingga diharapkan dapat lebih lengkap dengan tetap mempertahankan sistematika yang mudah dipelajari dan dipahami. SUB TIM KERJA II SOSIALISASI PUTUSAN MPR Ketua, Wakil Ketua, Hakim Sorimuda Pohan Rambe Kamarul Zaman Wakil Ketua, Khofifah Indar Parawansa Wakil Ketua, Mutammimul’ula
  • 3. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -------------- SAMBUTAN PIMPINAN MPR RI Salah satu perubahan penting setelah dilakukannya Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah rumusan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Rumusan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan menyatakan bahwa, “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, pemegang dan pelaksanan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya, yaitu : Lembaga Kepresidenan, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Perubahan tugas dan wewenang MPR, khususnya yang berkenaan dengan hilangnya tugas dan wewenang MPR untuk menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara, selanjutnya berimplikasi pada materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2002. Oleh sebab itu, dalam Pasal I Aturan Tambahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, MPR ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR untuk diambil putusan pada Sidang MPR Tahun 2003.
  • 4. Pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2003, MPR menetapkan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003, seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang berjumlah 139 dikelompokkan kedalam 6 (enam) Pasal sesuai dengan materi dan status hukumnya. Pemahaman seluruh elemen masyarakat mengenai Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 yang memuat hasil peninjauan materi dan status hukum seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR sangatlah penting. Untuk tujuan itulah maka diperlukan sosialisasi yang diharapkan akan memberikan penjelasan yang mendalam dan sistematis akan hal tersebut. Agar lebih memudahkan dan memperlancar proses dan pencapaian tujuan dari kegiatan sosialisasi, baik bagi para pelaksana maupun peserta maka disusunlah buku ini dengan judul : “BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI PUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI). Besar harapan kami bahwa buku ini akan memberikan manfaat kepada kita semua sebagai alat bantu untuk memahami Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Ketua, DR. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A.
  • 5. Pembelajaran bersama masyarakat - Konstitusi - Ketetapan MPR - Keputusan MPR - Dinamika ketatanegaraan Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara
  • 6. 1 Kedudukan, Tugas Dan Wewenang MPR Sebelum & Sesudah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 2 Jenis Putusan MPR 3 Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR 4 Peraturan Tata Tertib MPR 5 Kode Etik Anggota MPR
  • 7. SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945 SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945 MPR adalah PENJELMAAN seluruh rakyat dan merupakan LEMBAGA TERTINGGI NEGARA, pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR adalah lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai LEMBAGA NEGARA.
  • 8. SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945 ⇒Menetapkan dan mengubah UUD 1945; ⇒Menetapkan GBHN; ⇒Memilih & mengangkat Presiden & Wapres; ⇒Membuat Putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lainnya; ⇒Memberikan penjelasan / penafsiran terhadap putusan MPR; ⇒Meminta pertanggungjawaban Presiden; ⇒Memberhentikan Presiden. SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945 Mengubah dan menetapkan UUD; Melantik Presiden dan Wapres; Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres dalam masa jabatannya menurut UUD; Melantik Wapres menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya; Memilih dan melantik Wakil Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wapres; Memilih dan melantik Presiden dan Wapres apabila keduanya berhenti secara bersamaan.
  • 9. UUD PUTUSAN MPR RI KETETAPAN KEPUTUSAN Perubahan & Penetapan UUD:  mempunyai kekuatan hukum sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;  tidak menggunakan nomor putusan Majelis. Ketetapan MPR:  berisi hal-hal yang bersifat penetapan (beschikking);  mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam, dan ke luar Majelis sebagaimana diatur dalam Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002;  menggunakan nomor putusan Majelis. Keputusan MPR:  berisi aturan/ketentuan intern Majelis;  mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam Majelis;  menggunakan nomor putusan Majelis.
  • 10. MPR dapat mengeluarkan ketetapan yang bersifat MPR dapat mengeluarkan ketetapan yang bersifat penetapan (beschikking), yaitu: penetapan (beschikking), yaitu:  menetapkan Wapres menjadi Presiden;  menetapkan Wapres menjadi Presiden;  memilih Wapres apabila terjadi kekosongan  memilih Wapres apabila terjadi kekosongan  jabatan Wapres;  jabatan Wapres;  memilih Presiden dan Wapres apabila  memilih Presiden dan Wapres apabila  Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,  Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,  diberhentikan, atau tidak dapat melakukan  diberhentikan, atau tidak dapat melakukan  kewajibannya dalam masa jabatannya  kewajibannya dalam masa jabatannya secara secara  bersama-sama.  bersama-sama.
  • 11. Tentang: PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA DAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002
  • 12. Bersifat mengatur dan memberi tugas kepada Presiden dan Lembaga Tinggi Negara Lainnya Bersifat Penetapan Bersifat Mengatur Ke Dalam Bersifat Deklaratif Bersifat Rekomendasi Bersifat Perundang-undangan
  • 13. Alamat yang dituju (adressat norm) INDIVIDUAL UMUM Bersifat KONKRIT Hal yang diatur Bersifat ABSTRAK Final/sekali-selesai ( einmalig ) Keberlakuan Berlaku dengan ketentuan Dibatasi
  • 14. 1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945 “Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ” 2. Pasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945 “Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini” 3. Pasal II Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945 “Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini” 4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002 tentang Peraturan 2002 Tata Tertib MPR RI MPR 5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
  • 15.  Meninjau materi dan status hukum setiap TAP MPRS dan TAP MPR;  Menetapkan keberadaan (eksistensi) dari TAP MPRS dan TAP MPR untuk saat ini dan masa yang akan datang; dan  Memberi kepastian hukum.
  • 16. 139 TAP MPRS & TAP MPR (1960 s/d. 2002) “Dikelompokkan Menjadi 6 (enam) Pasal Berdasarkan Materi dan Status Hukumnya”
  • 17. PASAL 1 TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan) PASAL 2 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan) PASAL 3 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan) PASAL 4 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang (11 Ketetapan) PASAL 5 TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan) PASAL 6 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan (104 Ketetapan)
  • 18. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 1 TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU elap an ) T A P , yait u : apan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga Negara t Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. apan MPR RI Nomor VI/MPR/1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja Lembaga gi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara. apan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden lik Indonesia Berhalangan. apan MPR RI Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja ga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara. apan MPR RI Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum. apan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Presiden Republik Indonesia. apan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum. apan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. ap an T A P ter seb u t t elah b er ak h ir m asa b er lak u n ya d an /atau telah d iatu r d i d al U n d an g -U n d an g D asar N eg ar a R ep u b lik I n d on esia T ah u n 1 9 4 5
  • 19. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 2 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN A d a 3 ( t ig a) T A P , yait u : • Ketetapan MPR S RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme. • Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi. • Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor Timur.
  • 20. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 2 1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 Tentang: Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme. TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN: Seluruh ketentuan dalam Ketetapan MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke dan MENGHORMATI HUKUM, PRINSIP DEMOKRASI dan HAK ASASI MANUSIA.
  • 21. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 2 2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998 2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998 TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN: Tentang: Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi Pemerintah berkewajiban mendorong keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan dukungan dan pengembangan ekonomi, usaha kecil menengah, dan koperasi sebagai pilar ekonomi dalam membangkitkan terlaksananya pembangunan nasional dalam rangka demokrasi ekonomi sesuai dengan hakikat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
  • 22. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 2 3. TAP MPR No. 3. TAP MPR No. V/MPR/1999 V/MPR/1999 TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN: Tentang: Penentuan Pendapat di Timor Timur Ketetapan ini tetap berlaku sampai terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999. (Karena masih adanya masalah-masalah asset negara, dan hak perdata perseorangan)
  • 23. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 3 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004 Ada 8 (delapan) TAP, yaitu: o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004. o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. o Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000. o Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia. o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia. o Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001. o Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional. o Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil Pemilu 2004 telah terbentuk
  • 24. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 4 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu: o TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera. o TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. o TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. o TAP MPR Nomor III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. o TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional. o TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. o TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia. o TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa. o TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan o Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN. o Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
  • 25. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 1. TAP MPR S Nomor XXIX /MPR S /19 66 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera Substansi: Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat dalam melanjutan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan. Hasil Kajian: Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan belum terbentuk maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 26. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 2. TAP MPR Nomor XI /MPR/19 98 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN Substansi: Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara tegas terhadap siapapun juga. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998. Hasil Kajian: Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum seluruhnya dilaksanakan dan dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 27. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 3.TAP MPR Nomor XV /MPR/19 98 t entang Penyelenggaraan Otonomi Daerah ; Pengaturan, Pembagian , d an Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan ; Serta Perimbangan Keuangan Pusat Substansi: Substansi: d an Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, Indonesia nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan berbagai undang-undang tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara RI Tahun 1945. Hasil Kajian: Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 28. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 4. TAP MPR Nomor III /MPR/ 2000 T entang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peratura n Perundang- u ndangan Substansi: Hasil Kajian: Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: TAP MPR RI No. III/MPR/2000 UUD 1945 UU No. 10 Tahun 2004 UUD 1945 TAP MPR UU PERPU PP KEPRES PERDA UU/PERPU PP PERPRES PERDA
  • 29. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 5. TAP MPR Nomor V /MPR/ 2000 Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional Substansi: Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai masalah bangsa mencapai tujuan nasional. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain melalui pemerintahan yang mampu mengelola kehidupan secara baik dan adil, serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan. Hasil Kajian: Telah terbentuk UU Nomor 27/2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (sebagaimana amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/2000), namun berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan serta menjamin keutuhan NKRI maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
  • 30. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Substansi: Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, serta menentukan peran dan fungsi masing-masing. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan kelembagaan TNI dan POLRI. Hasil Kajian: Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI masih perlu diatur dengan undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 31. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 7. TAP MPR RI Nomo r VII /MPR/ 2000 T entang Peran TNI dan POLRI Substansi: Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan, dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4) dan pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan perubahan UUD, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI. Hasil Kajian: Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer, dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 32. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa Substansi: Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan dan berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta menjiwai seluruh pembentukan undang-undang. Hasil Kajian: Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan, terutama yang berkaitan dengan Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 33. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan Substansi: Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan Hasil Kajian: Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan, terutama yang berkaitan dengan visi ideal dan visi antara maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 34. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 10. Ketetapan MPR Nomor VIII /MPR/ 2001 T entang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan da n Pencegahan KKN Substansi: Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini. Hasil Kajian: Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum seluruhnya dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 35. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Substansi: • Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum; • Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM, supremasi hukum, KESRA, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender, pemeliharaan sumber agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat, desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat dan individu sesuai dengan arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini. Hasil Kajian: Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 36. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 5 TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR HASIL PEMILU 2004 Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu: TAP MPR No. II/MPR/1999 TAP MPR No. I/MPR/2000 TAP MPR No. II/MPR/2000 TAP MPR No. V/MPR/2001 TAP MPR No. V/MPR/2002 sudah tidak berlaku lagi karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib MPR hasil PEMILU 2004.
  • 37. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 6 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL ( EINMALIG ), TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI DILAKSANAKAN Ketetapan di dalam pasal ini berjumlah 104 Ketetapan.
  • 38. HASIL KAJIAN TIM KERJA MPR RI TENTANG STATUS HUKUM TAP MPRS DAN TAP MPR RI BERDASARKAN TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003 SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2006 NO. PASAL JUMLAH KETETAPAN TIDAK BERLAKU BERLAKU 1 Pasal 1 8 8 - 2 Pasal 2 3 - 3 3 Pasal 3 8 8 - 4 Pasal 4 11 1 10 5 Pasal 5 5 5 - 6 Pasal 6 104 104 - 139 126 13 JUMLAH
  • 39. KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 7/MPR/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 13/MPR/2004 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN TATA TERTIB MPR RI TATA TERTIB Keputusan Majelis berisi ketentuan yang mengatur tata cara Majelis dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya serta mengikat secara internal
  • 40. Peraturan Tata Tertib DASAR PEMIKIRAN DAN TUJUAN PEMBENTUKAN TATA-TERTIB Perubahan UUD NEGARA RI 1945 mengharuskan MPR melakukan penyesuaian terhadap Peraturan Tata Tertib MPR yang dituangkan ke dalam Keputusan MPR Nomor 7/MPR/2004 tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI sebagaimana telah diubah dengan Keputusan MPR RI Nomor 13/MPR/2004 tentang Perubahan Peraturan Tata Tertib MPR RI.
  • 41. Peraturan Tata Tertib DASAR HUKUM 1. Ketentuan dalam Pasal-pasal UUD Negara RI 1945 yaitu Pasal 2, Pasal 3, Pasal 7B ayat (6) dan ayat (7) , Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 37. 2. UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 huruf g.
  • 42. Peraturan Tata Tertib HAL-HAL YANG DIATUR, Antara Lain: KEDUDUKAN KEDUDUKAN (Pasal 3 )) (Pasal 3 MPR adalah sebuah lembaga negara KEANGGOTAA KEANGGOTAA N N Anggota MPR terdiri dari Anggota DPR dan Anggota DPD . (Pasal 1 ayat (2)) (Pasal 1 ayat (2)) TUGAS DAN WEWENANG ( Pasal 4) TATA CARA PERUBAHAN UUD ( Pasal 78) TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN ( Pasal 82) TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAUWAKIL PRESIDEN ( Pasal 83)
  • 43. Peraturan Tata Tertib TUGAS DAN WEWENANG (PASAL 4) MPR memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:  mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;  melantik Presiden dan Wakil Presiden;  memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden;  melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, atau diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;  memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;  memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya;  menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis dan Kode Etik Anggota Majelis;  memilih dan menetapkan Pimpinan Majelis;  membentuk alat kelengkapan Majelis.
  • 44. Peraturan Tata Tertib TATA CARA PERUBAHAN UUD (PASAL 78) Usul Tertulis Ke Usul Tertulis Ke Pimpinan Pimpinan (Materi yang Diubah) (Materi yang Diubah) [Pasal 78 huruf “b”] [Pasal 78 huruf “b”] Usul 1/3 Anggota (≥ 226 Anggota) [Pasal 78 huruf “a”] Usul dibahas dalam Rapat Pimpinan (≤ 90 Hari) [Pasal 78 huruf “c”] Jika Syarat Terpenuhi, Pimpinan Mengundang Anggota Bersidang [Pasal 78 huruf “d”] Syarat Pengambilan Putusan: - Kuorum 2/3 - Keputusan 50% + 1 dari seluruh Anggota Majelis [Pasal 71 ayat (1) huruf “a”]
  • 45. Peraturan Tata Tertib TATA CARA PERUBAHAN UUD (PASAL 78) a. diusulkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah Anggota Majelis ; b. setiap usul perubahan diajukan secara tertulis dan ditunjukan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta ulasannya ; c. usul sebagaimana dimaksud pada huruf b, diajukan kepada Pimpinan Majelis dan Pimpinan Majelis melaksanakan rapat untuk membahas usul tersebut paling lambat 90 hari dari sejak diterimanya usul; d. apabila rapat Pimpinan Majelis m enilai usul tersebut telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk melaksanakan Sidang Majelis. Pasal 71 ayat (1) huruf a: “diambil dalam rapat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar (kuorum), dan disetujui oleh lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis”.
  • 46. Peraturan Tata Tertib TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL 82) Presiden dan Wapres Terpilih [Pasal 82 ayat (3)] Pimpinan MPR Mengundang [Pasal 82 ayat (1)] Anggota MPR [Pasal 82 ayat (2)] Sidang Majelis: 1. SK KPU 2. Sumpah 3. Berita Acara
  • 47. Peraturan Tata Tertib TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL 82)  Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk mengikuti Rapat Paripurna Majelis dalam rangka Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu;  Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan Wakil Presiden terpilih;  Pembacaan Berita Acara hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden oleh Ketua KPU dalam Rapat Paripurna Majelis;  Pelantikan dilakukan dengan cara mengucapkan sumpah/janji menurut agama dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis;  Berita Acara Pelantikan ditandatangani oleh Presiden dan Wakil Presiden, serta Pimpinan Majelis.
  • 48. Peraturan Tata Tertib TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN (PASAL 83) MPR DPR 3 2 1 MK Memeriksa,Mengadili, dan Memutuskan (≤ 90 hari) ≤ 30 hari menyelenggarakan Sidang (Presiden dan/atau Wapres diundang) Pengambilan Putusan: -Kuorum ≥ 3/4 jumlah anggota -Keputusan ≥ 2/3 Jumlah anggota yang hadir
  • 49. Peraturan Tata Tertib TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN (PASAL 83) a. Majelis menyelenggarakan sidang untuk mengambil putusan tentang usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden pada masa jabatannya yang diajukan DPR setelah adanya putusan MK paling lambat 30 hari setelah Majelis menerima usul tersebut; b. Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk mengadakan Rapat Paripurna; c. Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden untuk menyampaikan penjelasan yang berkaitan dengan usul pemberhentiannya kepada Rapat Paripurna Majelis; d. Presiden dan/atau Wakil Presiden wajib hadir untuk memberikan penjelasan atas usul pemberhentiannya tersebut; e. apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan, maka Majelis tetap mengambil putusan .
  • 50. KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 8/MPR/2004 TENTANG KODE ETIK ANGGOTA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGERTIAN PENGERTIAN (Pasal 1) (Pasal 1) Kode Etik Anggota MPR RI adalah seperangkat norma-norma moral yang berisi nilai-nilai etik dalam perikehidupan yang wajib dipatuhi oleh setiap Anggota MPR RI
  • 51. KODE ETIK ANGGOTA TUJUAN (PASAL 2) Kode Etik Anggota Majelis bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, dan citra Anggota Majelis di tengah-tengah masyarakat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan d ar i terjaganya kehormatan MPR RI. RI
  • 52. KODE ETIK ANGGOTA KEPRIBADIAN DAN ETIKA Kepribadian: “Anggota Majelis adalah insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi norma-norma agama, hukum, hak asasi manusia, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara” (Pasal 4). Etika: “Setiap Anggota Majelis wajib mematuhi etika (19 butir Pasal 5), antara lain:    menjauhkan diri dari perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya; jujur terhadap diri sendiri dan orang lain; memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi dan aspirasi rakyat”.
  • 53. PENUTUP AKU KENAL NEGERIKU TERIMA KASIH Semoga Sosialisasi ini dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang konstitusi dan dinamika ketatanegaraan