SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Marwati Riza
ASAL ISTILAH LEMBAGA NEGARA
 POLITICAL INSTITUTION ( Bahasa Inggris)
Diterjemahkan sebagai Organ (Indonesia)
Organ adalah adalah perlengkapan. Alat perlengkapan
adalah orang atau majelis yang terdiri dari orang-orang
yang berdasar kan undang-undang atau anggaran
dasar, memiliki wewenang mengemukakan dan
merealisasikan kehendak badan hukum. Selanjutnya
Negara dan badan pemerintahan rendah mempunyai
alat-alat perlengkapan mulai dari raja (presiden)
sampai pada pegawai yang rendah (Saleh Adiwinata)
PENGERTIAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
Pengertian Lembaga : Badan- Badan
Dihubungkan- Negara : Badan-badan Negara
 Kamus Hukum Fockema Andreae (Terjm : Saleh Adiwinata Dkk), Organ
adalah perlengkapan,alat perlengkapan adalah orang atau majelis yang
terdiri dari orang-orang yang berdasrkan undang-undang atau anggaran
dasar wewenang mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan
hukum. Selanjutnya negara dan badan pemerintahan rendah mempunyai
alat perlengkapan.
Alat-alat kelengkapan suatu negara : lembaga-lembaga negara adalah
institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi negara
Teori klasik fungsi negara : fungsi membuat kebijakan peraturan
perundang-undangan (Legislatif), fungsi melaksanakan peraturan/
menyelenggarakan pemerintahan (eksekutif), fungsi mengadili (fungsi
yudikatif).
Arti Lembaga Negara (Sri Soemantri)
Istilah “lembaga negara” tidak dijumpai dalam beberapa
undang-undang dasar/konstitusi yang pernah berlaku di
Indonesia. Menurut Sri Soemantri (1986: 59). Dalam Undang-
Undang Dasar 1945 tidak ditemui satu kata “lembaga Negara”
pun sehingga menyulitkan dalam mengidentifikasi dan
memaknai lembaga Negara. Yang ada “badan” misalnya dalam
Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 “badan” dipergunakan untuk
menyebut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Demikian pula
dengan Pasal 24 UUD 1945, “badan” untuk menyebut “badan
kehakiman”. Dalam Pasal II aturan peralihan digunakan istilah
“badan”. Begitu juga untuk menyebut DPR, penjelasan UUD
1945 menggunakan istilah “badan”. untuk DPRD, Pasal 18
UUD 1945 juga menggunakan istilah “badan”.
Arti Lembaga Negara
Muh. Koesnardi dan Bintang Saragih
 Muh. Koesnardi dan Bintang Saragih :
Alat prelengkapan negara yang lasim disebut sebagai
lembaga negara adalah institusi-institusi yang dibentuk
guna melaksanakan fungsi-fungsi Negara.
 Menurut Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KPHN)
yang bekerja sama dengan Mahkamah Konstitusi (MKRI)
(2005: 33) :
Badan yang secara konsisten dipergunakan dalam batang
tubuh dan penjelasan UUD 1945 sebagai organ Negara oleh
MPRS kemudian diubah atau ditafsirkan menjadi “lembaga”.
Lanjutan Istilah Lembaga Negara
 Konstitusi RIS 1949 :
hanya menyebut dengan istilah “alat-alat perlengkapan
federal Republik Indonesia Serikat terdiri dari presiden,
menteri-menteri, senat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Mahkamah Agung Indonesia dan Dewan Pengawas Keuangan
 UUDS 1950 :
menyebutkan dengan “alat perlengkapan negara” dalam pasal
44 yang merumuskan bahwa alat perlengkapan negara adalah
Presiden dan Wakil Presiden, Menteri-Menteri, Dewan
Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, serta Dewan
Pengawas Keuangan.
Lanjutan
 istilah lembaga Negara secara material dapat dimengerti
jika dianalisa pada lampiran ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 tentang memorandum Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong mengenai sumber tertib hukum
Republik Indonesia dan tata urutan peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia. Dalam skema itu MPR
ditempatkan di bawah Undang-Undang Dasar sebagai
lembaga tertinggi Negara, sedangkan Presiden, DPR, BPK,
DPA dan MA berada di bawah MPR sebagai lembaga
Negara.
Lanjutan Istilah Lembaga Negara
 Penggunaan istilah lembaga Negara secara formil dapat
dijumpai pada ketetapan MPRS No. XIV/MPRS/1966, tentang
pembentukan panitia ad hoc MPRS yang diserahi tugas buat
meneliti lembaga-lembaga Negara yang membuat struktur
lembagan-lembaga Negara sesuai UUD 1945. kemudian oleh
ketetapan MPRS No. X/MPRS/1969 yang mengatur semua
kedudukan semua lembaga-lembaga Negara tingkat pusat
dan daerah pada posisi dan fungsi yang diatur UUD 1945.
dalam hal ini dapat ditemukan kata “lembaga Negara” pada
pasa-pasal menyatakan semua lembaga Negara tingkat pusat
dan daerah didudukkan kembali pada posisi dan fungsi
sesuai yang diatur dalam UUD 1945.
Lanjutan Istilah Lembaga Negara
 Penjelasan penggunaan istilah “lembaga Negara” ini,
yang mulai nampak pada ketetapan MPRS di atas,
kemudian makin jelas dan sudah berbentuk pada
ketetapan MPR No. III/MPR/1978. Ketetapan MPR ini
membagi antara lembaga tertinggi negara yaitu MPR
dan lembaga tinggi negara yaitu Presiden, DPA, DPR,
BPK dan MA.
Lanjutan Istilah Lembaga Negara
 ketentuan UUD 1945 yang sudah diamandemen, tidak
satupun dapat ditemukan penjelasan mengenai pengertian
“lembaga negara”. Oleh karena ketidakjelasan UUD 1945
baik sebelum maupun sesudah amandemen menimbulkan
berbagai penafsiran, akan tetapi jika disimpulkan
pengertian lembaga Negara adalah:
“Institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan
fungsi-fungsi Negara”
Atas pengertian yang demikian, maka akan diuraikan
lembaga-lembaga Negara yang diatur dalam undang-
undang dasar 1945, baik sebelum amandemen maupun
pasca amandemen.
PEMBENTUKAN LEMBAGA NEGARA
Jika dianalisa tentang keberadaan lembaga-lembaga
Negara di Indonesia, maka pembentukannya
diabagi atas:
 Pembentukan lembaga Negara melalui UUD 1945
 Pembentukan lembaga Negara melalui undang-
undang
 Pembentukan lembaga Negara melalui keputusan
presiden
Lembaga Negara Dibentuk Berdasarkan
UUD 1945 Pra Amandemen
Sejarah Ketatanegaraan RI dikenal beberapa
Undang-Undang Dasar yang pernah berlaku
yaitu:
 Undang-Undang Dasar 1945;
 Konstitusi RIS 1949;
 UUDS 1950
LEMBAGA NEGARA BERDASARKAN KONSTITUSI RIS
1949
BAB III menyangkut alat-alat perlengkapan Federal
Indonesia Serikat adalah:
 Presiden
 Menteri-menteri
 Senat
 Dewan Perwakilan Rakyat
 Mahkamah Agung Indonesia
 Dewan Pengawas Keuangan
UUDS 1950 yang termuat dalam Pasal 44 menyatakan alat-
alat perlengkapan Negara yang terakhir tersebut lembaga
Negara adalah:
 Presiden dan Wakil Presiden
 Menteri-menteri
 Dewan Perwaklilan Rakyat
 Mahkamah Agung
 Dewan Pengawas Keuangan
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN
 wewenang MPR. Dalam hal ini, UUD 1945 setelah
amandemen pasal 1 ayat 2 perubahan ketiga UUD 1945,
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”.
 telah terjadi pergeseran kekuasaan dari MPR kepada
Undang-Undang Dasar. Hal mana oleh Konsorsium
Reformasi Hukum Nasional (KPHN) yang bekerja sama
dengan Mahkamah Konstitusi (MKRI) (2005:52)
menyebutkan:
“Dengan demikian, MPR tidak lagi menjadi reprentasi
pelaksana kedaulatan rakyat secara penuh dan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaraan Negara.”
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
PRA-AMANDEMEN UUD 1945
Kedudukan dan Kewenangan lembaga 2 Negara
 Memberikan perbedaan kedudukan Lembaga Tertinggi negara
: MPR, dan Lembaga Tinggi Negara: DPR,Presiden, DPA, BPK,
MA.
 Kedudukan MPR : supremacy of parliament (supremasi
MPR), MPR sebagai lembaga tertinggi yang memiliki
wewenang yang tidak terbatas, seluruh kekuasaan dan
tanggungjawab penyelenggaraan negara harus
dipertanggungjawabkan ke MPR.
 Pola hubungan yang terbangun adalah hierarki struktural
(TAP MPR No. III/MPR/ 1978 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi dengan/atau antara
Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
PASCA-AMANDEMEN UUD 1945
Kedudukan dan Kewenangan lembaga 2 Negara
 Tidak ada lagi dikotomi Lembaga Tertinggi Negara dan
Lembaga-lembaga Tinggi Negara
 Mereduksi Kedudukan MPR sbg supremacy of
parliament (supremasi MPR), memisahkan kekuasaan
tersebut dengan sistem checks and balances dengan
lembaga-lembaga negara sebagaimana dalam pengaturan
dalam amandemen UUD 1945
 Pola hubungan yang terbangun antara Lembaga- Lembaga
Negara adalah prinsip dan pola: pembatasan kekuasaan
(konstitualisme), checks and balances, Integrasi,
kemanfaatan bagi masyarakat,
PEMBENTUKAN LEMBAGA NEGARA
MELALUI UUD 1945
18 Lembaga Negara :
1. MPR 13. KPU
2. DPR 14. Mahkamah Konstitusi
3. DPD 15. Bank Sentral (wewenang
4. PRESIDEN tidak diberikan.
5. MA 16. POLRI
6. BPK 17. TNI
7. Kementrian Negara 18. Dewan Pertimbangan
7. Pemda Provinsi Presiden
8. Pemda Kota/Kabupaten
9. DPRD Provinsi
10. DPRD Kota/Kabupaten
11. KPU
12. Komisi Yudisial
PEMBENTUKAN LEMBAGA NEGARA
MELALUI UU
10 LEMBAGA :
1. Komnas HAM.
2. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
3. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)
4. KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha)
5. KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi)
6. Komnas Anak
7. Komisi Kepolisian
8. Komisi Kejaksaan
9. Dewan Pers
10. Dewan Pendidikan.
PEMBENTUKAN LEMBAGA NEGARA
MELALUI KEWENANGAN PRESIDEN
1. Komisi Ombudsman
2. Komisi Hukum Nasional
3. KPKPN (Komisi Pengawas Kekayaan Penyelenggara Negara)-
dilebur KPK
4. Dewan Maritim
5. Dewan Ekonomi Nasional
6. Dewan Riset Nasional
7. Dewan Ekonomi Nasional
8. Dewan Riset Nasional
9. Dewan Industri Strategis
10.Dewan Pengembangan usaha Nasional
11.Dewan Buku Nasional
12.Komisi Nasional anti kekerasan terhadap perempuan
13.Lembaga-lembaga non Departemen : 24 lembaga
Kewenangan MPR Pasca amandemen
UUD 1945 yaitu pada Pasal 3 sebagai berikut:
 Majelis Permusyawaratan Rakyat mengubah
dan menetapkan undang-undang dasar
 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Presiden dan/atau wakil presiden
 Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat
memberhentikan presiden dan/atau wakil
presiden dalam masa jabatannya menurut
undang-undang dasar.
Kewenangan MPR untuk memilih wakil Presiden sebagaimana
Pasal 8 ayat (2) & (3)
 Dalam hal terjadi kekosongan wakil presiden selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih wakil presiden dari dua calon
yang diusulkan presiden.
 (3) Jika presiden dan wakil presiden mangkat, berhenti, diberhentikan
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersama, pelaksanaan tugas kepresidenan adalah menteri luar negeri,
menteri dalam negeri, menteri pertahanan secara bersama-sama
selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majeli Permusaywaratan
Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih presiden dan wakil
presiden dari dua paket calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya
meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya,
sampai habis masa jabatannya.
Kewenangan Alternatif MPR dan DPR yang disebut dalam Pasal 9
ayat 1 dan 2 tentang Pengambilan Sumpah Presiden.
Pasal 9 ayat 1 UUD 1945 mengatur:
 Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden
bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-
sungguh dihadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Rakyat dst.
 Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, presiden dan wakil
presiden bersumpah menurut agama, dan berjanji dengan
sungguh-sungguh dihadapan pimpinan Majelis
Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan
Mahkamah Agung.
Keanggotaan MPR
Keanggotaan MPR terdiri dari :
Anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui
pemilihan umum. Anggota MPR yang berasal dari DPR
berasal dari partai-partai politik, sedangkan yang
berasal dari DPD dipilih secara langsung dari daerah
masing-masing.
Kewenangan DPR
Pasal 20 UUD 1945 :
 Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang
 Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat
untuk mendapat persetujuan bersama
 Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapatkan persetujuan
bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat
 Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang
 Dalam hal rancangan undang-undang yang disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak
rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang
tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
Hak-Hak DPR
 Anggota DPR berhak mengajukan usul rancangan undang-undang sebagaimana
Pasal 21 ayat 1 UUD 1945. Rancangan undang-undang yang berasal dari anggota
DPR ini harus mendapat persetujuan dari presiden untuk dapat dibahas oleh
sidang DPR. Akan tetapi jika presiden tidak memberikan persetujuan maka
rancangan undang-undang yang dimajukan oleh anggota DPR, tidak dibahas lagi
dalam persidangan DPR masa itu, hal mana diatur dalam Pasal 21 ayat 2 UUD
1945
 Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang
 Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan berikut
 ika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
Fungsi DPR
Fungsi DPR
Selain kekuasaan yang dimiliki oleh DPR, juga UUD 1945
mengatur tentang fungsi DPR sebagaimana diatur dalam
Pasal 20A ayat 1 yaitu:
 Fungsi legislasi
 Fungsi anggaran
 Fungsi pengawasan
Hak Anggota DPR
 Hak DPR secara kelembagaan dalam Pasal 20 A
ayat 2:
 Hak interplasi
 Hak angket
 Hak menyatakan pendapat
Hak anggota DPR Pasal 20A ayat 3:
 Hak mengajukan pertanyaan
 Hak menyampaikan usul dan pendapat
 Hak imunitas
Presiden dan Wakil Presiden
 Pemegang kekuasaan pemerintahan di Indonesia menurut undang-
undang dasar adalah presiden yang dalam melaksanakan kewajibannya
dibantu oleh satu orang wakil presiden (Pasal 4 ayat 1 dan 2 UUD 1945)
 Untuk memangku jabatan presiden dan wakil presiden dipilih melalui
pemilihan umum atau dipilih langsung secara berpasangan. Pasangan
calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pemilihan
umum dilangsungkan (Pasal 6A ayat 1 dan 2 UUD 1945). Pemilihan
presiden yang dilakukan secara langsung diselenggarakan bersama-sama
dengan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Pasal 22E ayat 2 UUD 1945)
 Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama masa lima tahun
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya
untuk satu kali masa jabatan.
Kemungkinan Presiden & Wakil Presiden Diberhentikan
 Presiden dan/atau wakil presiden dipilih melalui
pemilihan secara langsung melalui pemilihan umum,
namun presiden dapat diberhentikan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau usul Dewan Perwakilan
Rakyat dalam masa jabatannya.
 Hal mana dilakukan apabila presiden dan/atau wakil
presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum
berupa penghianatan terhadap Negara, korupsi,
maupun tindak pidana berat lainnya ataupun
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi
memenuhi syarat-syarat presiden dan/atau wakil
presiden (Pasal 7A UUD 1945).
PROSEDUR PEMBERHENTIAN
 setelah DPR mengajukan hal ini kepada Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat mengajukan permintaan kepada
Mahkamah Konstitusi (MK) untuk memeriksa, mengadili memutus
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tersebut (Pasal 7B ayat 1
UUD 1945).
 dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan (Pasal 7B ayat 2 UUD
1945). Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat yang diajukan kepada
Mahkamah Konstitusi (MK) hanya dapat dilakukan dengan dukungan
sekurang-kurangnya 2/3 darijumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat
yang hadir dalam sidang paripurna. Sidang paripurna mana dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir (Pasla 7B
ayat 3 UUD 1945).
LANJUTAN PROSEDUR HUKUM PEMBERHENTIAN
PRESIDEN/WAPRES
 Mahkamah Konstitusi (MK) dalam waktu sembilan puluh hari setelah
diterimanya pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut wajib
memeriksa, mengadili dan memutus dengan seadil-adilnya pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat yang diajukan itu. (Pasal 7B ayat 4 UUD 1945).
 Jika ternyata Mahkamah Konstitusi (MK) memutus bahwa Presiden
dan/atau wakil presiden terbukti melakukan palanggaran hukum seperti
yang dimaksud usul Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah
Konstitusui, maka Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan sidang
paripurna untuk memutuskan usul pemberhentian presiden dan/atau
wakil presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (Pasal 7B ayat 5
UUD 1945).
LANJUTAN PROSEDUR PEMBERHENTIAN
PRESIDEN/WAPRES
Majelis Permusyawaratan Rakyat paling lambat tiga
puluh hari setelah menerima usul itu dari Dewan
Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang
paripurna. Keputusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat atas usul pemberhentian presiden dan/atau
wakil presiden yang diambil dalam rapat paripurna
harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari
jumlah anggota. Dan usul pemberhentian presiden
dan/atau wakil presiden tersebut disetujuia oleh 2/3
dari jumlah anggota yang hadir. Akan tetapi sebelum
Majelis Permusyawaratan Rakyat mengambil
keputusan, maka presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan (Pasal 7B ayat 6 dan 7 UUD
1945).
KEWENANGAN PRESIDEN
 Memegang kekuasaan tertinggi terhadap Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara, namun presiden
dibatasi dalam menggunakan kekuasaanya terhadap ketiga
angkatan tersebut, dalam hal tugas fital ketiga angkatan
itu. Hal mana diatur dalam Pasal 11 ayat 1 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa untuk menyatakan perang harus
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian
pula dalam membuat perdamaian dan perjanjian dengan
Negara lain.
 Presiden mempunyai hak dalam menyatakan keadaan
bahaya yang diatur dalam Pasal 12 UUD 1945. Hak untuk
menyatakan keadaan bahaya dengan syarat-syarat dan
akibatnya ditetapkan dengan berdasarkan undang-undang.
Hak-hak Presiden yang diatur dalam Pasal 12,
14, 15 dan 16 adalah:
 Mengangkat duta dan konsul
 Menerima penempatan duta Negara lain
 memberikan grasi dan rehabilitasi
 memberikan amnesty dan abolisi
 memberikan gelar, tanda jasa dan lain-lain
tanda kehormatan
 membentuk Dewan Pertimbangan yang
bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada presien.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
 Dari segi kedudukan maka posisi Dewan Perwakilan Daerah sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga perwakilan rakyat.
Perbedaan antara Dewan Perwakilan daerah dengan Dewan Perwakilan
Rakyat terletak pada penekanan posisi anggotanya dimana anggota
Dewan Perwakilan Daerah merupakan representasi dari daerah
(provinsi) yang bertugas untuk memberikan kesempatan kepada orang-
orang daerah berkiprah dalam pengambilan kebijakan di tingkat
nasional sesuai kepentingan daerah. Dari segi keanggotaan maka Dewan
Perwakilan Daerah dipilih melalui pemilihan umum bersamaan dengan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang diselenggarakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (Pasal 22 E ayat 2 UUD 1945) Peserta pemilihan umum
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan
(Pasal 22E ayat 4 UUD 1945).
LANJUTAN KEANGGOTAAN DPD
 Jumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah sama di setiap
provinsi yang tidak lebih dari sepertiga dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (Pasal 22C ayat 2 UUD 1945). Adanya
jumlah anggota yang sama dari setiap provinsi menunjukkan
status yang sama dari setiap provinsi sebagai bagian integral
dari Negera Kesatuan Republik Indonesia. Dalam jumlah
anggota setiap provinsi oleh Undang-Undang No. 12 Tahun
2003 mengatur bahwa jumlah anggota Dewan Perwakilan
Daerah setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang
saja.
KEWENANGAN DPD
 Tugas legislasi dari Dewan Perwakilan Daerah dapat dibagi atas tugas
legislasi khusus kaitannya dengan daerah dan tugas legislasi secara
nasional.
 tugas legislasi khusus untuk daerah diatur dalam Pasal 22D ayat 1 UUD
1945, Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah. Pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam,
dan sumber daya ekomoni lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
LANJUTAN KEWENANGAN DPD DI BIDANG LEGISLASI
 Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
Negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan dan agama.”
KEWENANGAN DPD
 Keikutsertaan Dewan Perwakilan Daerah pada pembahasan rancangan
undang-undang menurut Pasal 22D ayat 2 UUD 1945 terbatas pada
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya serta peimbangan keuangan pusat dan daerah.
Hampir semua rancangan undang-undang yang ikut dibahas oleh
Dewan Perwakilan Daerah sifatnya hanya menyangkut daerah, kecuali
rancangan undang-undang pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi yang bersifat nasional.
KEWENANGAN DPD DI BID PENGAWASAN
 Terbatasnya objek pengawasan, juga tidak adanya kewenangan
lembaga ini untuk menindak lanjuti hasil pengawasan yang
dilakukannya
 melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja Negara, pajak, penduduk dan
agama serta menyampaikan hasil pengawasan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak
lanjuti -> pasal 22 D ayat (3)
KEMENTRIAN NEGARA
 Dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraan dan pemerintahan
sehari-hari, Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara.
Menteri-menteri Negara diangkat dan diberhentikan oleh
presiden. Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri
Negara merupakan hak prerogatif presiden (Pasal 17 ayat 1 dan 2
UUD 1945)
 Menteri-menteri yang diangkat mengepalai suatu kementerian
atau departemen atau bidang tertentu dalam pemerintahan
(Pasal 17 ayat 3 UUD 1945). Dalam hal ini pembantu presiden
bukan saja menteri-menteri akan tetapi juga berupa ketua
lembaga seperti Jaksa Agung yang statusnya sama dengan
menteri.
 Kementerian atau departemen disesuaikan dengan keadaan atau
program presiden terpilih yang akan menjalankan tugas selama masa
jabatan 5 tahun.
PR untuk Minggu Depan
Buat Paper yang Menjelaskan tugas-tugas Lembaga
Negara dan kritikannya :
a. Mahkamah Agung
b. Mahkamah Konstitusi
c. Badan Pemeriksa Keuangan
d. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
e. Bank Sentral
f. Dewan Pertimbangan Presiden
g. Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

More Related Content

Similar to Lembaga Negara di Indonesia

Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Rajabul Gufron
 
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australiaPerbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australiaChaing Saing
 
LEMBAGA NEGARA indonessia kekuasan hukum
LEMBAGA NEGARA indonessia kekuasan hukumLEMBAGA NEGARA indonessia kekuasan hukum
LEMBAGA NEGARA indonessia kekuasan hukumidaaryatidiyahpw
 
Organisasi pemerintah indonesia
Organisasi pemerintah indonesiaOrganisasi pemerintah indonesia
Organisasi pemerintah indonesiaRirin Manik
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)sunnysidemochi
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprAhmad Solihin
 
Hukum kelembagaan Negara.pptx
Hukum kelembagaan Negara.pptxHukum kelembagaan Negara.pptx
Hukum kelembagaan Negara.pptxJackiMahendra
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaDesti Asriyani
 
pendidikan kewarganegaraan 1.pptx
pendidikan kewarganegaraan 1.pptxpendidikan kewarganegaraan 1.pptx
pendidikan kewarganegaraan 1.pptxkarlinasiti
 
Hukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan NegaraHukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan NegaraZakiUlya1
 
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesiaSistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesianurul khaiva
 
LEMBAGA LEGISLATIF.pptx
LEMBAGA LEGISLATIF.pptxLEMBAGA LEGISLATIF.pptx
LEMBAGA LEGISLATIF.pptxhafizatululum1
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraRizza Magfira
 
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusat
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusatPpt sistem pemerintahan tingkat pusat
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusatCha-cha Taulanys
 

Similar to Lembaga Negara di Indonesia (20)

FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
 
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
 
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australiaPerbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
Perbandingan sistem pemerintahan antara negara indonesia dengan australia
 
LEMBAGA NEGARA indonessia kekuasan hukum
LEMBAGA NEGARA indonessia kekuasan hukumLEMBAGA NEGARA indonessia kekuasan hukum
LEMBAGA NEGARA indonessia kekuasan hukum
 
Organisasi pemerintah indonesia
Organisasi pemerintah indonesiaOrganisasi pemerintah indonesia
Organisasi pemerintah indonesia
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
 
Hukum kelembagaan Negara.pptx
Hukum kelembagaan Negara.pptxHukum kelembagaan Negara.pptx
Hukum kelembagaan Negara.pptx
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesia
 
Bahantayang2 ppkn
Bahantayang2 ppknBahantayang2 ppkn
Bahantayang2 ppkn
 
pendidikan kewarganegaraan 1.pptx
pendidikan kewarganegaraan 1.pptxpendidikan kewarganegaraan 1.pptx
pendidikan kewarganegaraan 1.pptx
 
Organisasi Pemerintahan di Indonesia
Organisasi Pemerintahan di IndonesiaOrganisasi Pemerintahan di Indonesia
Organisasi Pemerintahan di Indonesia
 
Hukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan NegaraHukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan Negara
 
Majelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyatMajelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyat
 
Majelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyatMajelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyat
 
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesiaSistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
 
LEMBAGA LEGISLATIF.pptx
LEMBAGA LEGISLATIF.pptxLEMBAGA LEGISLATIF.pptx
LEMBAGA LEGISLATIF.pptx
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
173889925 sistem-pemerintahan
173889925 sistem-pemerintahan173889925 sistem-pemerintahan
173889925 sistem-pemerintahan
 
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusat
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusatPpt sistem pemerintahan tingkat pusat
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusat
 

Recently uploaded

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

Lembaga Negara di Indonesia

  • 2. ASAL ISTILAH LEMBAGA NEGARA  POLITICAL INSTITUTION ( Bahasa Inggris) Diterjemahkan sebagai Organ (Indonesia) Organ adalah adalah perlengkapan. Alat perlengkapan adalah orang atau majelis yang terdiri dari orang-orang yang berdasar kan undang-undang atau anggaran dasar, memiliki wewenang mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan hukum. Selanjutnya Negara dan badan pemerintahan rendah mempunyai alat-alat perlengkapan mulai dari raja (presiden) sampai pada pegawai yang rendah (Saleh Adiwinata)
  • 3. PENGERTIAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA Pengertian Lembaga : Badan- Badan Dihubungkan- Negara : Badan-badan Negara  Kamus Hukum Fockema Andreae (Terjm : Saleh Adiwinata Dkk), Organ adalah perlengkapan,alat perlengkapan adalah orang atau majelis yang terdiri dari orang-orang yang berdasrkan undang-undang atau anggaran dasar wewenang mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan hukum. Selanjutnya negara dan badan pemerintahan rendah mempunyai alat perlengkapan. Alat-alat kelengkapan suatu negara : lembaga-lembaga negara adalah institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi negara Teori klasik fungsi negara : fungsi membuat kebijakan peraturan perundang-undangan (Legislatif), fungsi melaksanakan peraturan/ menyelenggarakan pemerintahan (eksekutif), fungsi mengadili (fungsi yudikatif).
  • 4. Arti Lembaga Negara (Sri Soemantri) Istilah “lembaga negara” tidak dijumpai dalam beberapa undang-undang dasar/konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia. Menurut Sri Soemantri (1986: 59). Dalam Undang- Undang Dasar 1945 tidak ditemui satu kata “lembaga Negara” pun sehingga menyulitkan dalam mengidentifikasi dan memaknai lembaga Negara. Yang ada “badan” misalnya dalam Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 “badan” dipergunakan untuk menyebut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Demikian pula dengan Pasal 24 UUD 1945, “badan” untuk menyebut “badan kehakiman”. Dalam Pasal II aturan peralihan digunakan istilah “badan”. Begitu juga untuk menyebut DPR, penjelasan UUD 1945 menggunakan istilah “badan”. untuk DPRD, Pasal 18 UUD 1945 juga menggunakan istilah “badan”.
  • 5. Arti Lembaga Negara Muh. Koesnardi dan Bintang Saragih  Muh. Koesnardi dan Bintang Saragih : Alat prelengkapan negara yang lasim disebut sebagai lembaga negara adalah institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi Negara.  Menurut Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KPHN) yang bekerja sama dengan Mahkamah Konstitusi (MKRI) (2005: 33) : Badan yang secara konsisten dipergunakan dalam batang tubuh dan penjelasan UUD 1945 sebagai organ Negara oleh MPRS kemudian diubah atau ditafsirkan menjadi “lembaga”.
  • 6. Lanjutan Istilah Lembaga Negara  Konstitusi RIS 1949 : hanya menyebut dengan istilah “alat-alat perlengkapan federal Republik Indonesia Serikat terdiri dari presiden, menteri-menteri, senat, Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung Indonesia dan Dewan Pengawas Keuangan  UUDS 1950 : menyebutkan dengan “alat perlengkapan negara” dalam pasal 44 yang merumuskan bahwa alat perlengkapan negara adalah Presiden dan Wakil Presiden, Menteri-Menteri, Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, serta Dewan Pengawas Keuangan.
  • 7. Lanjutan  istilah lembaga Negara secara material dapat dimengerti jika dianalisa pada lampiran ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengenai sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan peraturan perundang- undangan Republik Indonesia. Dalam skema itu MPR ditempatkan di bawah Undang-Undang Dasar sebagai lembaga tertinggi Negara, sedangkan Presiden, DPR, BPK, DPA dan MA berada di bawah MPR sebagai lembaga Negara.
  • 8. Lanjutan Istilah Lembaga Negara  Penggunaan istilah lembaga Negara secara formil dapat dijumpai pada ketetapan MPRS No. XIV/MPRS/1966, tentang pembentukan panitia ad hoc MPRS yang diserahi tugas buat meneliti lembaga-lembaga Negara yang membuat struktur lembagan-lembaga Negara sesuai UUD 1945. kemudian oleh ketetapan MPRS No. X/MPRS/1969 yang mengatur semua kedudukan semua lembaga-lembaga Negara tingkat pusat dan daerah pada posisi dan fungsi yang diatur UUD 1945. dalam hal ini dapat ditemukan kata “lembaga Negara” pada pasa-pasal menyatakan semua lembaga Negara tingkat pusat dan daerah didudukkan kembali pada posisi dan fungsi sesuai yang diatur dalam UUD 1945.
  • 9. Lanjutan Istilah Lembaga Negara  Penjelasan penggunaan istilah “lembaga Negara” ini, yang mulai nampak pada ketetapan MPRS di atas, kemudian makin jelas dan sudah berbentuk pada ketetapan MPR No. III/MPR/1978. Ketetapan MPR ini membagi antara lembaga tertinggi negara yaitu MPR dan lembaga tinggi negara yaitu Presiden, DPA, DPR, BPK dan MA.
  • 10. Lanjutan Istilah Lembaga Negara  ketentuan UUD 1945 yang sudah diamandemen, tidak satupun dapat ditemukan penjelasan mengenai pengertian “lembaga negara”. Oleh karena ketidakjelasan UUD 1945 baik sebelum maupun sesudah amandemen menimbulkan berbagai penafsiran, akan tetapi jika disimpulkan pengertian lembaga Negara adalah: “Institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi Negara” Atas pengertian yang demikian, maka akan diuraikan lembaga-lembaga Negara yang diatur dalam undang- undang dasar 1945, baik sebelum amandemen maupun pasca amandemen.
  • 11. PEMBENTUKAN LEMBAGA NEGARA Jika dianalisa tentang keberadaan lembaga-lembaga Negara di Indonesia, maka pembentukannya diabagi atas:  Pembentukan lembaga Negara melalui UUD 1945  Pembentukan lembaga Negara melalui undang- undang  Pembentukan lembaga Negara melalui keputusan presiden
  • 12. Lembaga Negara Dibentuk Berdasarkan UUD 1945 Pra Amandemen Sejarah Ketatanegaraan RI dikenal beberapa Undang-Undang Dasar yang pernah berlaku yaitu:  Undang-Undang Dasar 1945;  Konstitusi RIS 1949;  UUDS 1950
  • 13. LEMBAGA NEGARA BERDASARKAN KONSTITUSI RIS 1949 BAB III menyangkut alat-alat perlengkapan Federal Indonesia Serikat adalah:  Presiden  Menteri-menteri  Senat  Dewan Perwakilan Rakyat  Mahkamah Agung Indonesia  Dewan Pengawas Keuangan
  • 14. UUDS 1950 yang termuat dalam Pasal 44 menyatakan alat- alat perlengkapan Negara yang terakhir tersebut lembaga Negara adalah:  Presiden dan Wakil Presiden  Menteri-menteri  Dewan Perwaklilan Rakyat  Mahkamah Agung  Dewan Pengawas Keuangan
  • 15. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN  wewenang MPR. Dalam hal ini, UUD 1945 setelah amandemen pasal 1 ayat 2 perubahan ketiga UUD 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.  telah terjadi pergeseran kekuasaan dari MPR kepada Undang-Undang Dasar. Hal mana oleh Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KPHN) yang bekerja sama dengan Mahkamah Konstitusi (MKRI) (2005:52) menyebutkan: “Dengan demikian, MPR tidak lagi menjadi reprentasi pelaksana kedaulatan rakyat secara penuh dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaraan Negara.”
  • 16. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA PRA-AMANDEMEN UUD 1945 Kedudukan dan Kewenangan lembaga 2 Negara  Memberikan perbedaan kedudukan Lembaga Tertinggi negara : MPR, dan Lembaga Tinggi Negara: DPR,Presiden, DPA, BPK, MA.  Kedudukan MPR : supremacy of parliament (supremasi MPR), MPR sebagai lembaga tertinggi yang memiliki wewenang yang tidak terbatas, seluruh kekuasaan dan tanggungjawab penyelenggaraan negara harus dipertanggungjawabkan ke MPR.  Pola hubungan yang terbangun adalah hierarki struktural (TAP MPR No. III/MPR/ 1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi dengan/atau antara Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
  • 17. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA PASCA-AMANDEMEN UUD 1945 Kedudukan dan Kewenangan lembaga 2 Negara  Tidak ada lagi dikotomi Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga-lembaga Tinggi Negara  Mereduksi Kedudukan MPR sbg supremacy of parliament (supremasi MPR), memisahkan kekuasaan tersebut dengan sistem checks and balances dengan lembaga-lembaga negara sebagaimana dalam pengaturan dalam amandemen UUD 1945  Pola hubungan yang terbangun antara Lembaga- Lembaga Negara adalah prinsip dan pola: pembatasan kekuasaan (konstitualisme), checks and balances, Integrasi, kemanfaatan bagi masyarakat,
  • 18. PEMBENTUKAN LEMBAGA NEGARA MELALUI UUD 1945 18 Lembaga Negara : 1. MPR 13. KPU 2. DPR 14. Mahkamah Konstitusi 3. DPD 15. Bank Sentral (wewenang 4. PRESIDEN tidak diberikan. 5. MA 16. POLRI 6. BPK 17. TNI 7. Kementrian Negara 18. Dewan Pertimbangan 7. Pemda Provinsi Presiden 8. Pemda Kota/Kabupaten 9. DPRD Provinsi 10. DPRD Kota/Kabupaten 11. KPU 12. Komisi Yudisial
  • 19. PEMBENTUKAN LEMBAGA NEGARA MELALUI UU 10 LEMBAGA : 1. Komnas HAM. 2. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) 3. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) 4. KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) 5. KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi) 6. Komnas Anak 7. Komisi Kepolisian 8. Komisi Kejaksaan 9. Dewan Pers 10. Dewan Pendidikan.
  • 20. PEMBENTUKAN LEMBAGA NEGARA MELALUI KEWENANGAN PRESIDEN 1. Komisi Ombudsman 2. Komisi Hukum Nasional 3. KPKPN (Komisi Pengawas Kekayaan Penyelenggara Negara)- dilebur KPK 4. Dewan Maritim 5. Dewan Ekonomi Nasional 6. Dewan Riset Nasional 7. Dewan Ekonomi Nasional 8. Dewan Riset Nasional 9. Dewan Industri Strategis 10.Dewan Pengembangan usaha Nasional 11.Dewan Buku Nasional 12.Komisi Nasional anti kekerasan terhadap perempuan 13.Lembaga-lembaga non Departemen : 24 lembaga
  • 21. Kewenangan MPR Pasca amandemen UUD 1945 yaitu pada Pasal 3 sebagai berikut:  Majelis Permusyawaratan Rakyat mengubah dan menetapkan undang-undang dasar  Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau wakil presiden  Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar.
  • 22. Kewenangan MPR untuk memilih wakil Presiden sebagaimana Pasal 8 ayat (2) & (3)  Dalam hal terjadi kekosongan wakil presiden selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih wakil presiden dari dua calon yang diusulkan presiden.  (3) Jika presiden dan wakil presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersama, pelaksanaan tugas kepresidenan adalah menteri luar negeri, menteri dalam negeri, menteri pertahanan secara bersama-sama selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majeli Permusaywaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih presiden dan wakil presiden dari dua paket calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya.
  • 23. Kewenangan Alternatif MPR dan DPR yang disebut dalam Pasal 9 ayat 1 dan 2 tentang Pengambilan Sumpah Presiden. Pasal 9 ayat 1 UUD 1945 mengatur:  Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh- sungguh dihadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat dst.  Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, presiden dan wakil presiden bersumpah menurut agama, dan berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.
  • 24. Keanggotaan MPR Keanggotaan MPR terdiri dari : Anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum. Anggota MPR yang berasal dari DPR berasal dari partai-partai politik, sedangkan yang berasal dari DPD dipilih secara langsung dari daerah masing-masing.
  • 25. Kewenangan DPR Pasal 20 UUD 1945 :  Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang- undang  Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapat persetujuan bersama  Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapatkan persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat  Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang  Dalam hal rancangan undang-undang yang disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
  • 26. Hak-Hak DPR  Anggota DPR berhak mengajukan usul rancangan undang-undang sebagaimana Pasal 21 ayat 1 UUD 1945. Rancangan undang-undang yang berasal dari anggota DPR ini harus mendapat persetujuan dari presiden untuk dapat dibahas oleh sidang DPR. Akan tetapi jika presiden tidak memberikan persetujuan maka rancangan undang-undang yang dimajukan oleh anggota DPR, tidak dibahas lagi dalam persidangan DPR masa itu, hal mana diatur dalam Pasal 21 ayat 2 UUD 1945  Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang  Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut  ika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
  • 27. Fungsi DPR Fungsi DPR Selain kekuasaan yang dimiliki oleh DPR, juga UUD 1945 mengatur tentang fungsi DPR sebagaimana diatur dalam Pasal 20A ayat 1 yaitu:  Fungsi legislasi  Fungsi anggaran  Fungsi pengawasan
  • 28. Hak Anggota DPR  Hak DPR secara kelembagaan dalam Pasal 20 A ayat 2:  Hak interplasi  Hak angket  Hak menyatakan pendapat Hak anggota DPR Pasal 20A ayat 3:  Hak mengajukan pertanyaan  Hak menyampaikan usul dan pendapat  Hak imunitas
  • 29. Presiden dan Wakil Presiden  Pemegang kekuasaan pemerintahan di Indonesia menurut undang- undang dasar adalah presiden yang dalam melaksanakan kewajibannya dibantu oleh satu orang wakil presiden (Pasal 4 ayat 1 dan 2 UUD 1945)  Untuk memangku jabatan presiden dan wakil presiden dipilih melalui pemilihan umum atau dipilih langsung secara berpasangan. Pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pemilihan umum dilangsungkan (Pasal 6A ayat 1 dan 2 UUD 1945). Pemilihan presiden yang dilakukan secara langsung diselenggarakan bersama-sama dengan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Pasal 22E ayat 2 UUD 1945)  Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.
  • 30. Kemungkinan Presiden & Wakil Presiden Diberhentikan  Presiden dan/atau wakil presiden dipilih melalui pemilihan secara langsung melalui pemilihan umum, namun presiden dapat diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atau usul Dewan Perwakilan Rakyat dalam masa jabatannya.  Hal mana dilakukan apabila presiden dan/atau wakil presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap Negara, korupsi, maupun tindak pidana berat lainnya ataupun perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat-syarat presiden dan/atau wakil presiden (Pasal 7A UUD 1945).
  • 31. PROSEDUR PEMBERHENTIAN  setelah DPR mengajukan hal ini kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk memeriksa, mengadili memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tersebut (Pasal 7B ayat 1 UUD 1945).  dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan (Pasal 7B ayat 2 UUD 1945). Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat yang diajukan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 darijumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna. Sidang paripurna mana dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir (Pasla 7B ayat 3 UUD 1945).
  • 32. LANJUTAN PROSEDUR HUKUM PEMBERHENTIAN PRESIDEN/WAPRES  Mahkamah Konstitusi (MK) dalam waktu sembilan puluh hari setelah diterimanya pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut wajib memeriksa, mengadili dan memutus dengan seadil-adilnya pendapat Dewan Perwakilan Rakyat yang diajukan itu. (Pasal 7B ayat 4 UUD 1945).  Jika ternyata Mahkamah Konstitusi (MK) memutus bahwa Presiden dan/atau wakil presiden terbukti melakukan palanggaran hukum seperti yang dimaksud usul Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusui, maka Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan sidang paripurna untuk memutuskan usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (Pasal 7B ayat 5 UUD 1945).
  • 33. LANJUTAN PROSEDUR PEMBERHENTIAN PRESIDEN/WAPRES Majelis Permusyawaratan Rakyat paling lambat tiga puluh hari setelah menerima usul itu dari Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden yang diambil dalam rapat paripurna harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota. Dan usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden tersebut disetujuia oleh 2/3 dari jumlah anggota yang hadir. Akan tetapi sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat mengambil keputusan, maka presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan (Pasal 7B ayat 6 dan 7 UUD 1945).
  • 34. KEWENANGAN PRESIDEN  Memegang kekuasaan tertinggi terhadap Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, namun presiden dibatasi dalam menggunakan kekuasaanya terhadap ketiga angkatan tersebut, dalam hal tugas fital ketiga angkatan itu. Hal mana diatur dalam Pasal 11 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa untuk menyatakan perang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian pula dalam membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain.  Presiden mempunyai hak dalam menyatakan keadaan bahaya yang diatur dalam Pasal 12 UUD 1945. Hak untuk menyatakan keadaan bahaya dengan syarat-syarat dan akibatnya ditetapkan dengan berdasarkan undang-undang.
  • 35. Hak-hak Presiden yang diatur dalam Pasal 12, 14, 15 dan 16 adalah:  Mengangkat duta dan konsul  Menerima penempatan duta Negara lain  memberikan grasi dan rehabilitasi  memberikan amnesty dan abolisi  memberikan gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan  membentuk Dewan Pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presien.
  • 36. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)  Dari segi kedudukan maka posisi Dewan Perwakilan Daerah sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga perwakilan rakyat. Perbedaan antara Dewan Perwakilan daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat terletak pada penekanan posisi anggotanya dimana anggota Dewan Perwakilan Daerah merupakan representasi dari daerah (provinsi) yang bertugas untuk memberikan kesempatan kepada orang- orang daerah berkiprah dalam pengambilan kebijakan di tingkat nasional sesuai kepentingan daerah. Dari segi keanggotaan maka Dewan Perwakilan Daerah dipilih melalui pemilihan umum bersamaan dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (Pasal 22 E ayat 2 UUD 1945) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan (Pasal 22E ayat 4 UUD 1945).
  • 37. LANJUTAN KEANGGOTAAN DPD  Jumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah sama di setiap provinsi yang tidak lebih dari sepertiga dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 22C ayat 2 UUD 1945). Adanya jumlah anggota yang sama dari setiap provinsi menunjukkan status yang sama dari setiap provinsi sebagai bagian integral dari Negera Kesatuan Republik Indonesia. Dalam jumlah anggota setiap provinsi oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 mengatur bahwa jumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang saja.
  • 38. KEWENANGAN DPD  Tugas legislasi dari Dewan Perwakilan Daerah dapat dibagi atas tugas legislasi khusus kaitannya dengan daerah dan tugas legislasi secara nasional.  tugas legislasi khusus untuk daerah diatur dalam Pasal 22D ayat 1 UUD 1945, Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah. Pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekomoni lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
  • 39. LANJUTAN KEWENANGAN DPD DI BIDANG LEGISLASI  Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja Negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.”
  • 40. KEWENANGAN DPD  Keikutsertaan Dewan Perwakilan Daerah pada pembahasan rancangan undang-undang menurut Pasal 22D ayat 2 UUD 1945 terbatas pada rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta peimbangan keuangan pusat dan daerah. Hampir semua rancangan undang-undang yang ikut dibahas oleh Dewan Perwakilan Daerah sifatnya hanya menyangkut daerah, kecuali rancangan undang-undang pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi yang bersifat nasional.
  • 41. KEWENANGAN DPD DI BID PENGAWASAN  Terbatasnya objek pengawasan, juga tidak adanya kewenangan lembaga ini untuk menindak lanjuti hasil pengawasan yang dilakukannya  melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja Negara, pajak, penduduk dan agama serta menyampaikan hasil pengawasan kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti -> pasal 22 D ayat (3)
  • 42. KEMENTRIAN NEGARA  Dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraan dan pemerintahan sehari-hari, Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara. Menteri-menteri Negara diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri Negara merupakan hak prerogatif presiden (Pasal 17 ayat 1 dan 2 UUD 1945)  Menteri-menteri yang diangkat mengepalai suatu kementerian atau departemen atau bidang tertentu dalam pemerintahan (Pasal 17 ayat 3 UUD 1945). Dalam hal ini pembantu presiden bukan saja menteri-menteri akan tetapi juga berupa ketua lembaga seperti Jaksa Agung yang statusnya sama dengan menteri.  Kementerian atau departemen disesuaikan dengan keadaan atau program presiden terpilih yang akan menjalankan tugas selama masa jabatan 5 tahun.
  • 43. PR untuk Minggu Depan Buat Paper yang Menjelaskan tugas-tugas Lembaga Negara dan kritikannya : a. Mahkamah Agung b. Mahkamah Konstitusi c. Badan Pemeriksa Keuangan d. Komisi Pemilihan Umum (KPU) e. Bank Sentral f. Dewan Pertimbangan Presiden g. Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)