Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)
Pernikahan yang Sesuai Syariat
1. PERNIKAHAN
Disusun Oleh:
Ady Setiawan (111714043)
M. Mahmud Thohari (111714001)
Arfiatur Radhia (111714038)
Novika Ekawati Nur Laily (111714033)
Kelas 2011 A
Dosen:
Sri Abidah Suryaningsih, S.Ag., M.Pd.
Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Program Studi Manajemen Pendidikan
2011
2. A. PENGERTIAN
Nikah (bahasa) adalah adl-dlommu wal jam-‘u, artinya berkumpul
(syara’) adalah suatu aqad (lahir batin antara seorang pria dengan wanita)
yang mengandung dibolehkannya wat’iy (hubungan badan suami istri)
dengan menggunakan lafadz nikah atau tazwij dengan ketentuan dan syarat
tertentu. (Syeh Zainuddin Abdul Aziz Milyabariy)
Menurut UU. Perkawinan 1974: Nikah adalah ikatan lahir batin antara suami istri
dalam suatu rumah tangga berdasarkan kepada tuntunan agama.
B. DALIL NIKAH :
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya;
dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisa’: 1)
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
(QS. A-Ruum:21)
Surah An-Nisaa': ayat 1 & 3
Surah An-Nuur: ayat 32
Surah An-Nahl: ayat 72
Surah Yaasin: ayat 36
Surah Ar-Rum: ayat 21
Surah Adz-Dzariyaat: ayat 49
Surah Luqman: ayat 10
Surah Qaf: ayat 7
Surah Asy-Syu’araa: ayat 7
C. HUKUM NIKAH
Sunah, jumhurul ‘ulama sepakat bahwa hokum asal pernikahan adalah
Sunah. {an-Nuur : 32} dan Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah memuji Allah dan menyanjung-
Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini
3. perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku."
Muttafaq Alaihi.
Wajib, mampu jasmani, rohani dan materi sedang dorongan seksual telah
mencapai puncak untuk segera disalurkan, apabila tidak maka sangat
mungkin akan terjebak pada perbuatan fakhisyah (zina).
Mubah, bagi seseorang yang tidak mempunyai factor pendorong/melarang
untuk nikah (sedang2 saja)
Makruh, bagi orang yang secara jasmani dan rohani cukup matang tapi
secara materi masih belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga.
Haram, bagi seseorang yg tujuan menikahnya hanya sekedar ingin menyakiti
wanita/mempermainkan wanita.
D. KHITBAH (LAMARAN NIKAH)
Adalah seorang laki-laki meminang/melamar seorang perempuan untuk
diajak menikah. Meminang diperbolehkan dan dianjurkan agar tak ada penyesalan
nantinya.
Cara mengkhitbah:
Kepada gadis/janda yang telah habis masa ‘iddahnya. Bila belum habis, maka
cukup dengan sindiran saja {al-Baqoroh:235}
Wanita yang dipinang harus tidak terikat dengan aqad nikah atau pinangan
orang lain.
Laki-laki dapat melihat wajah dan telapak tangan wanita atau kedua telapak
kakinya. Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila salah seorang di antara kamu melamar perempuan, jika ia bisa
memandang bagian tubuhnya yang menarik untuk dinikahi, hendaknya ia
lakukan." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan perawi-perawi yang dapat
dipercaya. Hadits shahih menurut Hakim.
E. MAHRAM
Adalah wanita-wanita yang haram dinikahi oleh seorang laki-laki yang
disebabkan hubungan keturunan, persusuan dan perkawinan.
Keturunan: ibu, nenek dan seterusnya keatas, anak dan seterusnya kebawah,
saudara perempuan sekandung, saudara perempuan seayah, saudara
perempuan seibu, saudara perempuan ayah, saudara perempuan ibu, anak
perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya kebawah, anak perempuan
dari saudara perempuan dan seterusnya kebawah.
Persusuan: ibu yang menyusui, saudara perempuan sepersusuan
Perkawinan: ibu dari istri (mertua), anak tiri (jika ibunya telah digauli), istri
dari anak (menantu), istri ayah. {QS. an-Nisa:22-23}
F. RUKUN DAN SYARAT NIKAH
Calon suami : muslim, merdeka, berakal, benar-benar laki-laki, adil, tidak
beristri empat, bukan mahram, tidak sedang ihram atau umrah
Calon istri : muslimah, benar-benar perempuan, izin wali, tidak sdg bersuami
atau dalam masa iddah, bukan mahram, tidak ihram atau umrah
Syighah ijab Qhobul : lafadz, bukan kata kinayah, tidak dikaitkan dengan
syarat tertentu, satu majlis
Wali : muslim, baligh, tidak fasik, laki-laki, memiliki hak wali.
4. Dua saksi : muslim, baligh, berakal, merdeka, laki-laki, adil, pendengaran dan
penglihatan normal, memahami bahasa ijab qobul, tidak ihram atau umrah.
G. WALI
Adalah orang yang berhak menikahkan seorang perempuan dengan seorang
laki-laki sesuai dengan syariat islam. Dari Abu Burdah Ibnu Abu Musa, dari ayahnya
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak sah nikah kecuali dengan wali." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits
shahih menurut Ibnu al-Madiny, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban. Sebagian menilainya
hadits mursal.
Urutan wali dalam pernikahan:
Ayah kandung, kakek dari pihak ayah dan seterusnya, saudara laki-laki sekandung,
saudara laki-laki kandung seayah, anak laki-laki saudara laki-laki kandung, anak laki-
laki saudara laki-laki, paman (saudara ayah sekandung), paman (saudara ayah)
kandung, anak laki-laki dari paman kandung, anak laki-laki dari paman seayah, wali
hakim.
Macam-macam wali:
1. Wali mujbir, berhak tanpa meminta izin dan menanyakan dahulu pendapat
orang lain.
2. Wali hakim, hak kewalian kepada hakim yang disebabkan dua hal; terjadi
pertentangan diantara wali dan tidak adanya wali nasab, baik karena hilang,
meninggal atau ghoib.
3. Wali ‘adl, wali yang menolak menikahkan perempuan yang ada dibawah
kewaliannya. (rasional ‘wali hakim’ dan tidak rasional ‘wali nasab’)
H. IJAB-QOBUL
Ijab; lafadz penyerahan (tanggungjawab terhadap wanita) yang disampaikan
wali kepada mempelai laki-laki. Qobul; lafadz penerimaan (kesanggupan laki-laki
menerima tanggungjawab) yang telah diserahkan sepenuhnya kepadanya.
I. KHUTBAH NIKAH
Suatu khutbah yang dilakukan sebelum prosesi akad nikah dilakukan. Berisi
peringatan, pengajaran, dan bekal mental khususnya bagi mempelai. Hukumnya
adalah mubah (jumhurul ‘ulama) kecuali kelompok Abu Daud Dahiri yang
mensyari’atkan Ijab Qobul.
J. MAHAR (MASKAWIN)
Pemberian sesuatu yang bernilai dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan
yang disebabkan terjadinya aqdun nikah. Bahasa al-Qur’an Maskawin; shoduqot,
ujur, nihlah, fariidhah, habaa, uqr, alaaiq, taul. Maskawin bukan uang beli
(kehormatan) istri, tapi sebagai symbol kesanggupan suami atas istrinya (nafkah lahir
dan batin) secara ihlas. {QS. An-Nisa’:4}
Macamnya: Mahar Musamma (disebutkan) dan Mahar Misil (sebanding) sesuai
dengan kebiasaan setempat serta layak dengan martabat mempelai wanita sekalipun
tidak disebutkan secara terperinci dalan ijab qobul.
Ukuran tidak ditentukan secara pasti, tergantung kesanggupan dan kemampuan
calon suami.
5. K. WALIMATUL’ARUSY (PESTA PERNIKAHN)
Walimah = makanan, pesta, kenduri, resepsi.
Walimatul’arusy adalah pesta yang digelar oleh seseoang/keluarga setelah
dilangsungkannya akad nikah.
Hukum menurut mayoritas ulama adalah Sunah Mu’akad, dan menurut imam Malik
hukumnya wajib.
Dan hukum menghadirinya adalah Wajib bagi yang diundang.
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila seorang di antara kamu diundang ke walimah, hendaknya ia
menghadirinya." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim: "Apabila salah seorang
di antara kamu mengundang saudaranya, hendaknya ia memenuhi undangan
tersebut, baik itu walimah pengantin atau semisalnya.
L. MACAM-MACAM PERNIKAHAN
a. Nikah mut’ah
Adalah nikah yang menyebutkan batas waktu tertentu ketika akad.
Salamah Ibnu Al-Akwa' berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
pernah memberi kelonggaran untuk nikah mut’ah selama tiga hari pada
tahun Authas (tahun penaklukan kota Mekkah), kemudian bleiau
melarangnya. Riwayat Muslim.
b. Nikah syighar
Adalah pernikahan dua jodoh (4 orang) dengan menjadikan kedua
perempuan itu sebagai mahar masing-masing.
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. melarang nikah syighar. Dan nikah syighar ialah
seorang lelaki mengawinkan putrinya kepada orang lain dengan syarat orang
itu mengawinkannya dengan putrinya tanpa mahar antara keduanya.
(Shahih Muslim No.2537)
c. Nikah tachlil
Bahasa=menghalalkan, membolehkan
Syari’ah= nikah yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk menghalalkan
perempuan yang dinikahinya, dinikahi lagi oleh bekas suaminya yang telah
mentalak tiga.
Laki-laki yang berusaha untuk tujuan tersebut disebut Muhalil, dan mantan
suami yang menjatuhkan talak tiga yang diusahakan disebut Muhalillahu.
Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat
muhallil (laki-laki yang menikahi seorang perempuan dengan tujuan agar
perempuan itu dibolehkan menikah kembali dengan suaminya) dan muhallal
lah (laki-laki yang menyuruh muhallil untuk menikahi bekas istrinya agar istri
tersebut dibolehkan untuk dinikahinya lagi)." Riwayat Ahmad, Nasa'i, Dan
Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi.
d. Nikah silang
Adalah pernikahan yang salah satu dari mempelai bukan muslim
(Qs.Albaqarah:221 dan Almaidah: 5)
6. e. Nikah khadan
Bahasa= gundik, piaraan
Syara’ = nikah sembunyi yang mana laki-laki menjadikan wanita-wanita
simpanan sebagai istri tanpa melalui nikah yang sah menurut syara’, atau
sebaliknya. (QS. Al-Maidah:5, dan QS. An-Nisa’: 25)
M. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI-ISTRI
Keawajiban Suami:
Membayar maskawin
Member nafkah lahir yang ma’ruf
Menggauli istri dengan ma’ruf
Memimpin keluarga dengan bijaksana
Bersikap adil dan bijaksana, dll
Kewajiban Istri:
Mentaati suami, selama kebaikan
Menjaga diri dan kehormatan keluarga
Menjaga harta suami
Mengatur rumah tangga
Mendidik anak, dll
Kewajiban bersama:
Menjaga nama baik seluruh keluarga
Menghormati dan berbuat baik pada seluruh keluarga
Memelihara kehormatan dan rahasia keluarga
Mewujudkan lingkungan keluarga yang baik
Memelihara dan mendidik putra dengan penuh kasih saying
Saling mema’afkan kesalahan
Sabar dan saling menyadari kekurangan
Bijaksana dalam memecahkan masalah, dll
N. HIKMAH-HIKMAH PERNIKAHAN
Bagi Individu dan Keluarga:
Keluarga menjadi tenang, tentram, sejahtera
Terpelihara dari zina
Melanggengkan keturunan dengan jelas dan bersih
Memperkokoh kekeluargaan dan persaudaraan.
Mendorong individu lebih giat beramal.
Memudahkan seseorang dalam mendapat pahala dan ridha Allah SWT
Menjadikan individu lebih dewasa, bijaksana, dll
Bagi masyarakat:
1. Terpeliharanya ketenangan hidup
2. Memudahkan pengaturan dan pengendalian masyarakat
3. Memperkuat kesataun dan persatuan.
4. Mempercepat kemajuan bangsa.
5. Kehidupan menjadi berkah
6. Terhindar dari penyakit HIV
7. Memudahkan ampunan dan pertolongan Allah SWT
7. O. KONSEP YANG DIHARAMKAN DALAM ISLAM
a. Konsep rahbaniyah, Perkataan rahbaniyah bermasud kerahiban atau
kependetaan, atau kehidupan paderi
b. Konsep ibahiyah, Istilah ibahiyah diambil dari perkataan yang bermaksud
membolehkan. Selain itu, ibahiyah membawa maksud membolehkan atau
membebaskan tanpa batas seperti pergaulan seks bebas, homoseksual,
lesbian dan sebagainya. Gejala sebegini wujud kerana sikap mereka yang
menolak konsep institusi perkahwinan.
Pergaulan bebas
Amalan seks bebas
Homoseksual & Lesbian