Makalah ini membahas tentang pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Ia menjelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum seperti relevansi, fleksibilitas, dan kontinuitas. Makalah ini juga membahas peran guru yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum karena mereka berada di garis depan proses pembelajaran. Berbagai model pengembangan kurikulum juga dibahas seperti model Rogers dan model administratif.
1. MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
OLEH :
FENNY RAHMA (33 2009 074)
DIAN LIMARTA (33 2009 )
YUAN (33 2009 )
DOSEN PEMBIMBING :
Dra. Syamsila Yurni
KELAS B / SEMESTER II
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2. BAB I
A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan
formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang
tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci. Dalam pelaksanaannya, dilakukan pengawasan
dan penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian kurikulum tersebut. Peranan
kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah sangatlah strategis dan menentukan bagi
tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum juga memilki kedudukan dan posisi yang
sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, bahkan kurikulum merupakan syarat
mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri.
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,
kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Dalam
kegiatan pengembangan kurikulum membutuhkan perencanaan dan sosialisasi, agar
pihak-pihak terkait memilki persepsi dan tindakan yang sama. Sedangkan dalam
pendidikan itu sendiri identik interaksi antara pendidikan (guru) dan peserta didik (siswa)
untuk mencapai tujuan-tujuan pedidikan. Sebagai pendidik professional, guru bukan saja
dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan professional.
1.2 Rumusan Masalah
1.Mengapa seorang calon guru perlu mempelajari pengembangan kurikulum dan sejauh
mana peran guru dalam pengembangan kurikulum tersebut ?
2.Mengapa seorang calon pendidik (guru) sangat perlu mempelajari pengembangan
kurikulum?
1.3 Tujuan dan Manafaat Penulisan
2. memberikan bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana
pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus
menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian
3. BAB II
PEMBAHASAN
Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum
A .Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya tercakup
perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta
didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum, berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar
hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan,
dan hasil dari kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya
melibatkan orang yang terkait secara langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di
dalamnya melibatkan banyak orang, seperti politikus, pengusaha, orang tua peserta didik,
serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada
dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah
4. berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip
baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat
mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang
digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali
prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini,
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip
berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip
dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara
komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki
relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi
epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta
tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan
5. kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar
bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang
disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam
tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan
jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara
optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat
sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
6. perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi
dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,
muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan
isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara
tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang
pendidikan.
7. 6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan
yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru
tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh
atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya
pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih
penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang
terkandung dalam pengembangan kurikulum
8. Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak dilapangan dalam
pengembangan kurikukulum. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh
kemampuan professional dan pribadi guru. Dikarenakan pengembangan kurikulum
bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan
melakukan uji coba kurikulum dikelasnya. Ini merupakan suatu fase penting dalam upaya
pengembangan kurikulum, disamping sebagai unsur penunjang admistrasi secara
keseluruhan.
B.MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.Model Pengembangan Kurikulum Rogers
Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers, yaitu jumlah dari model yang paling
sederhana sampai dengan yang berikutnya, sebenarnya merupakan penyempurnaan dari
model-model sebelumnya. Adapun model-model tersebut (ada empat model) :
Model I. Model yang paling sederhana yang menggambarkan bahwa kegiatan
pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran). Hal
ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah
pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi, model tersebut
merupakan model tradisional yang masih dipergunakan. Model I ini mengabaikan cara-cara
(metode) dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan urutan atau
organisasi bahwa pelajaran secara sistematis, suatu hal yang seharusnya dipertimbangkan
juga.
9. Model II. Model ini dilakukan dengan menyempurnakan model I dengan.
Dalam pengembangan kurikulum Model II, sudah dipikirkan pemilihan metode yang
efektif agar berlangsungnya proses pengajaran. Di samping itu, bahan pelajaran juga
sudah disusun secara sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar dan juga
memperhatikan luas dan dalamnya suatu bahan pelajaran
Model III. Pengembangan kurikulum ini merupakan penyempurnaan Model II yang
belum dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan 5 dan 6, yaitu dengan
memasukkan unsur teknologi pendidikan ke dalamnya. .
Model IV. Merupakan penyempurnaan Model III, yaitu dengan memasukkan tujuan
ke dalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik
metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan penilaian
yang dilakukan.
2.Model Administratif
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling
banyak dikenal. Model administratif sering pula disebut sebagai model “garis staf” (line
staff) atau “dari atas ke bawah” (top down), karena inisiatif dan gagasan dari pada
administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang
administrasinya, administrator pendidikan (dirjen, direktur atau kakanwil pendidikan dan
kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum, yang
anggotanya terdiri atas pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli
disiplin ilmu, tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugasnya komisi atau tim ini adalah
10. merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama
dalam pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal mendasar ini terumuskan dan
mendapatkan pengkajian yang seksama, administrator pendidikan menyisin komisi atau
tim kerja pengembangan kurikulum. Tugas tim kerja ini adalah untuk merumuskan
tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan umum, memilih dan menyusun sekuens
bahan pelajaran, memilih strategi pengajharan dan evaluasi serta menyusun pedoman-pedoman
pelaksanaan kurikulum tersebut bagi pengajar.
Setelah semua tugas ini dari tim kerja selesai, hasilnya dikaji ulang oleh tim pengarah
untuk mendapatkan penyempurnaan, dan jika dinilai telah cukup baik, administrator
menetapkan berlakunya kurikulum tersebut dan memerintahkan sekolah-sekolah untuk
melaksanakan kurikulum tersebut. Model kurikulum seperti ini mudah dilaksanakan pada
negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara yang kemampuan profesional
tenaga pengajarnya masih rendah.
3.Model dari Bawah (The Grass Roots Model)
Model dari bawah ini merupakan lawan dari model administratif. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum berasal dari bawah, yaitu para pengajar yang merupakan
pelaksana kurikulum di sekolah-sekolah. Model ini mendasar pada anggapan bahwa
penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya diikutsertakan pada
kegiatan pengembangan kurikulum.
11. Pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum model ini adalah
pengembangan kurikulum secara demokratis yaitu berasal dari bawah. Guru adalah
perencana, pelaksana dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya, guru yang
paling tahu kebutuhan kelasnya. Oleh karena itu, Beliau-lah yang kompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya.
Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model ini
memungkinkan terjadinya kompetisi didalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan
sehingga dapat melahirkan manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
4.Model Beauchamp (Beauchamp’s System)
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh G.A. Beauchamp’s (1964), ia
mengemukakan lima hal penting dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
Menetapkan “arena atau lingkup wilayah” yan akan dicakup oleh kurikulum
tersebut,m yaitu berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional atau nasional.
Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum, yaitu : (1) para ahli pendidikan/kurikulum dan para ahli
bidang dari luar, (2) para ahli pendidikan dari perguruan tinggai atau sekolah dan guru-guru
terpilih, (3) para profesional dalam sistem pendidikan, (4) profesional lain dan
tokoh-tokoh masyarakat.
12. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini untuk merumuskan
tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, kegiatan evaluasi
dan menentukan seluruh desain kurikulum.
Beauchamp membagi kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu
(1) membentuk tim pengembang kurikulum,
(2) mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang digunakan
(3) studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru,
(4) merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan-penentuan kurikulum baru,
(5) penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau
melaksanakan kurikulum secara sistematis di sekolah.
Evaluasi kurikulum. Merupakan langkah terakhir yang mencakup empat hal, yaitu :
(1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru,
(2) evaluasi desain kurikulum,
(3) evaluasi hasil belajar siswa,
(4) evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
5.Model Terbaik Hilda Taba (Taba’s Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara
lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya model
ini disebut “model terbalik.
13. 6.The Systemic Action-Research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi ahwa perkembangan kurikulu
merupakan perubahan sosial. Hal ini mencakup suatu proses yang melibatkan
kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekola, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut, model ini
menekankan pada tiga hal, yaitu : hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat
serta wibawa dari pengetahuan profesional. Penyusunan kurikulum dengan memasukkan
pandangan dan harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah
dengan prosedur action-research.
7.Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seerta nilai-nilai efisiensi dan
efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum. Tumbuh
kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya :
The Behavioral Analysis Model. Menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan.
Suatu perilaku / kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku yang sederhana
yang tersusun secara hirarkis.
The System Analysis Model. Berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama
model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasi
siswa. Langkah kedua menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil belajar
tersebut. Langkah ketiga mengidentifikasi tahap-tahap hasil yang dicapai serta perkiraan
14. biaya yang diperlukan. Langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari
beberapa program pendidikan.
The Computer-Based Model. Suatu pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan
komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum,
tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil yang diharapkan. Kepada para
siswa dan guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut.
Stelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil belajar siswa
disimpan dalam komputer.
Ada beberapa pokok pikiran dibawah ini yang menjelaskan mengapa seorang calon
pendidik (guru) sangat perlu mempelajari pengembangan kurikulum yaitu :
1. Guru Sebagai Pengambil Inisiatif, Pengarah, dan Penilai Pendidikan :
Guru sebagai pelaksana kurikulum disini dijelaskan, bahwa seorang guru
pada saat dilapangan dialah yang menentukan implementasi kurikulum.
Implemantasi kurikulum disini hampir semuanya bergantung pada kreativitas dan
ketekunan seorang guru, karena dialah mengetahui situasi dan kondisi pada saat
dilapangan. Guru hendaknya mampu memilih dan melaksanakan metode
mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa. Bahan pelajaran dan banyak
mengajarkan siswa guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan
melaksanakan evaluasi baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar
untuk menilai efesiensi pelaksanaan kurikulum tersebut.
2. Guru Sebagai Pembimbing Belajar
15. Telah jelas bahwa dalam kurikulum dapat dibedakan antara official atau written
curriculum dengan actual curriculum. Official atau written curriculum merupakan
kurikulum resmi yang tertulis, yang merupakan acuan bagi pelaksanaan
pengajaran dalam kelas. Actual curriculum merupakan kurikulum nyata yang
diaksanakan oleh guru-guru. Kurikulum nyata merupakan implementasi dari
official curriculum di dalam kelas. Beberapa ahli menyatakan bahwa betapapun
bagusnya suatu kurikulum (official), haslnya sangat bergantung pada apa yang
dilakukan oleh guru di dalam kelas (actual). Dengan demikian, guru memegang
peranan penting baik penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum.
3. Guru Harus Menguasai Manejemen Kurikulum
Seorang guru yang akan mengembangkan kurikulum dituntut menguasai
manajemen pengembangan kurikulum. Dalam mengembangkan kurikulum,
setidaknya guru akan menemui delapan problem :
a. Bagaimana membatasi ruang lingkup atau keluasan materi;
b. Bagaimana mengaitkan relevansi materi dengan kompetensi yang
dibutuhkan;
c. Bagaimana memilih materi agar ada keseimbangan untuk peserta didik
maju dan yang lamban belajar, keseimbangan antara tuntutan
pembangunan daerah dan nasional;
d. Bagaimana mengintegrasikan materi yang satu dengan materi lainnya
sehingga tidak terjadi duplikasi;
e. Bagaimana mengurutkan materi dan kompetensi yang diperlukan;
16. f. Bagaimana agar materi atau kompetensi berkesinambungan dan
berjenjang;
g. Bagaimana merealisasikan artikulasi materi atau kompetensi secara
menyeluruh;
h. Bagaimanakah materi atau kompetensi yang diberikan dapat menjangkau
masa depan alias memiliki daya guna bagi kehidupan peserta didik.
Sulit untuk mengatakan bahwa metode yang satu lebih efektif dan lebih
mudah digunakan dibandingkan yang lain. Perkembangan yang cepat pada ilmu
pengetahuan dan teknologi serta berbagai persoalan yang membutuhkan
penyelesaian antardisiplin ilmu menambah kesulitan untuk merancang atau
mengembangkan suatu kurikulum yang efektif. Prosedur dan perangkat proses
pembuatan dan pengembangan kurikulum, seperti yang telah diuraikan dalam
delapan problem pengembangan kurikulum di atas mencoba mengurangi kesulitan
tersebut dengan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang logis.
Hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa cara tersebut bukanlah
resep siap pakai untuk membuat atau mengembangkan kurikulum. Delapan
problem pengembangan kurikulum di atas harus dipandang sebagai penahapan
agar suatu proses dapat dijalankan dan diikuti. Dengan begitu proses penjaminan
mutunya lebih mudah.
17. 4. Guru Sebagai Penentu Kuantitas dan Kualitas Pembelajaran
Disini dijelaskan guru sebagai penentu kuntitas dan kualitas pembelajaran
dimana mereka (guru) harus mampu menjabarkan secara rinci setiap kompetensi
rumpun pembelajaran yaitu merumuskan tujuan, metode, langkah-langkah dan
mampu memotivasi siswa untuk proaktif dalam mendapatkan pengetahuan.
Dengan pengetahuan tentang pengembangan kurikulum guru dapat menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang kondisif. Dalam hal ini guru menuyusun
kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester,
beberapa minggu ataupun beberapa hari saja.
Jadi tugas guru ialah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan minat dan tahap
perkembangan anak.
18. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mengajar merupakan suatu pekerjaaan yang bukan saja menuntut kemampuan
intelektual dan fisik, tetapi juga kemampuan psikologis dan afektif. Guru bukan saja
harus bekerja sama dengan siswa, sebagai muridnya yang sering sekaligus juga jadi
kliennya, tetapi juga harus bekerja sama dengan staf sekolah yang lain, orang tua serta
warga masyarakat.
Hal ini memberikan suatu pemahaman betapa pentingnya seorang guru sebagai
tokoh sentral dalam dunia pendidikan, sehingga kualitas guru dalam mengajar sangat
diperhitungkan untuk mencapai tujuan kurikulum yang uniform dengan metode belajar
yang beragam.
19. DAFTAR PUSTAKA
Syaodih, Nana, 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung.PT.
Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Dr. Oemar, 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Herry, Asep. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :
Universitas Terbuka.
http://hariankompas@yahoo.com