SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR 
Tugas 14 Psikologi Pendidikan 
Oleh : 
MUHAMMAD HAMDANI 
NIM : 14045007 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI 
JURUSAN GEOGRAFI 
FAKULTAS ILMU SOSIAL 
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 
2014
PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR 
1. GAYA BELAJAR 
a. Pengertian. 
Gaya belajar adalah segala faktor yang mempermudah dan mendorong 
siswa/mahasiswa untuk belajar dalam situasi yang telah ditentukan (Kosasih A Jahiri, 
1978,h.7). 
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di 
sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika menyadari bahwa bagaimana 
seseorang menyerap dan mengolah informasi, belajar dan berkomunikasi menjadi 
sesuatu yang mudah dan menyenangkan(Nunan, 1991: 168). 
Setiap anak atau peserta didik memiliki cara belajar sendiri yang di pandang 
efektif dalam belajar. Cara belajar atau kesenangan belajar yang sering juga disebut 
gaya belajar (learning style) diartikan sebagai karakteristik dan preferensi atau pilihan 
individu mengenai cara mengumpulkan infomasi, menafsirkan, mengorganisasi, 
merespon, dan memikirkan informasi tersebut. 
Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama Gaya belajar visual: yaitu 
gaya belajar yang lebih banya menggunakan alat indra penglihatan sebagai alat untuk 
memperoleh pengetahuan. Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar visual ialah 
mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti, 
dan menyukai metode demonstrasi serta kurang menyukai metode ceramah. Kedua 
Gaya belajar auditorial: yaitu gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra 
pendengaran untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik anak yang memiliki gaya 
belajar auditorial ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang 
didengarnya, sulit menulis tetapi mudah bercerita, senang bersuara keras ketika sedang 
membaca, lebih suka gurauan dari pada membaca buku, dan menyukai metode 
ceramah. Ketiga Gaya belajar kinestetik: yaitu gaya belajar yang lebih menekan geralk 
atau praktek langsung atas apa yang sedang dipelajarinya. Karakteristik anak yang 
memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri atau praktek langsung, 
banyak bererak, ketika membaca menggunakan jari sebagai penunjuk, menyukai 
permainan yang menyibukkan, dan ingin selalu melakukan sesuatu. 
Dengan adanya tiga gaya tersebut, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar 
peserta didiknya, sehingga dapat memberikan layanan kepada peserta didiknya sesuai 
dengan gaya belajar masing-masing peserta didik. Dengan demikian masing-masing 
peserta didik dapat belajar dengan optimal.
b. Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir 
Dua dikotomi gaya yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang 
pembelajaran adalah gaya impulsif/reflektif dan mendalam/dangkal. 
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid 
cenderung bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk 
merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965). Murid yang 
impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif. 
Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif lebih mungkin melakukan 
tugas berikut : 
 Mengingat informasi yang terstruktur 
 Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks 
 Memecahkan problem dan membuat keputusan 
Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih mungkin 
untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang 
relevan. Murid reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi. 
Gaya mendalam/dangkal. Maksudnya adalah sejauh mana murid mempelajari 
materi belajar dengan satu cara yang membantu mereka untuk memahami makan 
materi tersebut (gaya mendalam), atau sekedar mencari apa-apa yang perlu untuk 
dipelajari (gaya dangkal). Murid yang belajar menggunakan gaya dangkal tidak bisa 
mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih 
luas. Mereka cenderung belajar secara pasif, seringkali hanya mengingat informasi. 
Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa 
yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat. Jadi, pelajar 
mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain 
itu, pelajar mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan 
pelajar dangkal (surface learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada 
penghargaan dari luar, serta pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, 
&Jackson, 1996). 
2. KEPRIBADIAN DAN TEMPERAMEN 
a. Kepribadian 
Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, dan perilaku tertentu 
yang menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Lima faktor utama 
dalam kepribadian yaitu openness, conscientiousness, extraversion, agreableness, dan 
neuroticsm.
1) Openness (keterbukaan kepada pengalaman) 
 Imajinatif atau praktis 
 Tertarik pada variasi atau rutinitas 
 Indenpenden atau mudah menyesuaikan diri 
2) Conscientiousness (kepatuhan) 
 Rapi atau tidak rapi 
 Perhatian atau cereboh 
 Disiplin atau impulsif 
3) Extraversion 
 Terbuka secara sosial atau menyendiri 
 Suka bersenang atau bersedih 
 Kasih sayang atau sebaliknya 
4) Agreableness (kepekaan nurani) 
 Berhati lembut atau kasar 
 Percaya atau curiga 
 Membantu atau tidak kooperatif 
5) Neuroticism (stabilitas emosional) 
 Tenang atau cemas 
 Merasa aman atau tidak aman 
 Puas pada diri atau mengasihani diri sendiri 
Menurut konsep interaksi orang-situasi, cara terbaik untuk mengkarakterisi 
kepribadian individual bukan hanya berdasarkan pada ciri bawaan personal atau 
karakter saja, namun juga dengan situasinya. Interaksi orang-situasi adalah pandangan 
yang menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengkonseptualisasikan kepribadian 
bukan hanya dari segi ciri atau karakteristik pesonal saja, tetapi juga dari segi 
situasinya. Teori interaksi orang-situasi memperkirakan bahwa murid yang ekstravert 
akan mampu beradaptasi dengan baik jika dia diminta untuk bekerja sama dengan 
murid lain, sedangkan murid yang introvert akan mampu beradaptasi dengan lebih 
baik jika dia diminta mengerjakan tugas secara sendirian. Murid ekstravert akan lebih 
senang apabila bersosialisasi dengan banyak orang di sebuah pesta, sedangkan murid 
introvert lebih senang duduk sendiri atau sekedar bercakap dengan satu teman. 
Kesimpulannya, jangan menganggap bahwa kepribadian itu akan selalu membuat 
seseorang berperilaku tertentu di semua situasi. Konteks atau situasi juga penting 
(Burger,2000; Derlega, Winstead, & Jones, 1999). Pantau situasi dimana murid 
dengan berbagai karakternya yang berbeda tampak merasa nyaman, dan beri mereka 
kesempatan untuk belajar dalam situasi tersebut.
b. Temperamen 
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi 
tanggapan atau respons. Klasifikasi yang paling terkenal adalah klasifikasi oleh 
Alexander Chess dan Stella Thomas ( Chess & Thomas, 1997; Thomas & Chess, 
19991). Mereka percaya bahwa ada tiga tipe atau jenis tempramen: 
 “Anak mudah” (easy child) biasanya memiliki mood positif, cepat membangun 
rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. 
 “Anak sulit” (difficult child) cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, 
kurang kontrol diri, dan lamban dalam menerima pengalaman baru. 
 “Anak lamban bersikap hangat” (slow-to-warm-up child) biasanya beraktivitas 
lamban, agak negatif, menunjukan kelambanan dalam beradaptasi, dan 
intensitas mood yang rendah. 
Dalam satu studi, remaja bertempramen sulit biasanya mudah tergoda oleh 
penyalahgunaan narkoba dan mudah stres (Tubman & Windle, 1995). Dalam studi 
lain, faktor temperamen yang diberi label”diluar kendali”(mudah tersinggung dan 
terganggu) yang diketahui ada pada usia 3 sampai 5 tahun ternyata ada hubungannya 
dengan problem perilaku yang muncul pada usia 13 sampai 15 tahun(Caspi, dkk., 
1995). Klasifikasi tempramen sekarang ini lebih difokuskan pada; 
 sikap dan pendekatan positif 
 sikap negatif dan 
 usaha kontrol (pengaturan diri). 
3. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA 
a. Sosial Ekonomi 
Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan 
orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya. Meskipun tidak mutlak 
tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan anak 
serta tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan pekerjaan 
dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan membawa implikasi 
pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak, aspirasi anak terhadap 
pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak dan mungkin waktu disediakan 
untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga perbedaan status ekonomi dapat 
membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi yang diterapkan dalam 
keluarga.
b. Budaya 
Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga 
didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarkat memberitahu 
pada anggotanya tentang apa yang baik dan atau penting dalam masyarakatnya. Nilai-nilai 
tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma. Norma masing-masing 
masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing 
masyarakat berbeda satu dengan lainnya. 
Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam 
perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada 
kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. 
Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai 
bidakbidak di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah creator dan sekaligus 
manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi kebudayaan mengemukakan 
pengertian “sebab-akibat sirkuler”yang berarti bahwa antara kepribadian dan 
kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan 
Di dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya 
kebudayaanakan dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah 
yang disebut sebab-akibat sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini 
menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan 
secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata sosial yang 
disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan kepribadian yang kreatif 
tersebut. Namun apa yang terjadi di dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah 
kita ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang memasung kreativitas peserta 
didik.Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku yang bisa 
dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah diturunkan seperti 
tingkah-laku binatang tetapi yang harus dipelajari kembali berulang-ulang dari orang 
dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita lihat betapa pentingnya peranan pendidikan 
dalam pembentukan kepribadian manusia.Para pakar yang menaruh perhatian terhadap 
pendidikan dalam kebudayaan mula-mulanya muncul dari kaum behavioris dan 
psikoanalisis Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku manusia sebagai suatu 
reaksi dari rangsangan dari sekitarnya. 
Di sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan perilaku manusia. Begitu 
pula psikolog aliran psikoanalis menganggap perilaku manusia ditentukan oleh 
dorongan-dorongan yang sadar maupun tidak sadar ini ditentukan antara lain oleh 
kebudayaan di mana pribadi itu hidup. John Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan 
pandangan behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian 
manusia sebagai berikut. 
 Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari untuk 
belajar. 
 Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi 
perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi, yang terakhir ini 
kebudayaan merupakan perangsang-perangsang untuk terbentuknya perilaku-perilaku 
tertentu.
 Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment” terhadap perilaku-perilaku 
tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu bentuk perilaku yang 
sesuai dengan system nilai dalam kebudayaan tersebut dan sebaliknya memberikan 
hukuman terhadap perilaku-perilaku yang bertentangan atau mengusik 
ketentraman hidup suatu masyarakat budaya tertentu. 
 Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan tertentu melalui 
prosesbelajar. 
4. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SESUAI DENGAN PERBEDAAN INDIVIDU 
Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu atau 
kelompok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk seluruh 
kelas agar peserta didik menyukainya. Beberapa prinsip mendasar yang 
mendukung keberagaman. 
 Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam. 
Guru dan peserta didik memahami materi, cara mengelompokkan 
peserta didik, cara mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya merupakan 
alat yang bisa digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan 
individu dan seluruh kelas. 
 Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus 
dari kebutuhan belajar peserta didik. 
Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan 
dapat dihargai dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan 
pembelajaran. Prinsip ini mengingatkan kita akan hubungan dekat antara 
penilaian dan tugas. Kita bisa mengajar lebih efektif jika kita tahu kebutuhan 
dan minat peserta didik. Dalam kelas yang bervariasi, seorang guru 
melihat semua hal yang dikatakan peserta didik atau menciptakan 
informasi yang berguna untuk dipahami peserta didik. 
 Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai. 
Dalam kelas yang bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap peserta didik 
merasa tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik atau menyenangkan. 
 Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran. 
Guru mengakses kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran dan 
merencanakan kurikulum yang efektif. Dalam kelas diferensiasi, guru 
mempelajari peserta didiknya dan terus melibatkan mereka untuk membuat 
keputusan tentang kelas. Hasilnya peserta didik menjadi pembelajar yang 
lebih mandiri.
Pemenuhan Kebutuhan yang Beragam. 
Dalam suatu kelas diferensiasi yang baik, fakta penting, materi harus 
dipahamani dan keterampilan tetap konstan untuk semua peserta didik. Apa 
yang biasanya berubah dalam kelas yang beragam adalah bagaimana peserta didik 
mendapatkan akses materi pelajaran yang dipelajari. Beberapa cara guru bisa 
mendiferensiasi akses terhadap isi termasuk dalam hal : 
 Menggunakan objek dengan beberapa peserta didik untuk membantu 
temannya memahami konsep matematika atau IPA; 
 Menggunakan teks lebih dari satu sebagai bahan bacaan; 
 Menggunakan variasi pengaturan mitra membaca untuk 
mendukung dan memberikan tantangan kepada peserta didik yang bekerja 
dengan materi teks; 
 Mengulang kembali pembelajaran untuk peserta didik yang membutuhkan 
dengan cara lain; dan 
 Menggunakan teks, tape recorder, poster dan video sebagai 
cara untuk menyampaikan konsep utama kepada berbagai peserta didik. 
 Aktivitas. Suatu kegiatan yang efektif meliputi kemampuan 
menggunakan keterampilan untuk memahami ide utama dan mempunyai 
tujuan pembelajaran. 
 Hasil/produk. Guru dapat membedakan hasil belajar yang dicapai peserta 
didik. 
Berbagai hasil belajar tersebut dapat digunakan peserta didik untuk 
menunjukkan apa yang telah dipelajari dan dipahami. Misalnya, sebuah produk bisa 
berupa portofolio karya peserta didik, penampilan solusi dari suatu soal/masalah, 
laporan akhir, soal-soal eksplorasi. Hasil belajar yang baik membuat peserta 
didik memikirkan kembali apa yang telah dipelajari, menerapkan apa yang dapat 
dilakukan, dan memperluas pemahaman dan ketrampilan.
REFERENSI 
Kholidah, Nur Enik. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPY. 
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press 
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,1999. 
Berwawy Munthe, dkk, Sukses di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2008. 
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Burni Aksara, 2006. 
Sumadi Suryabrata.,2004, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

More Related Content

What's hot

Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan PembelajaranPengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan PembelajaranMusafirCinta7
 
Tujuh karakteristik dasar perkembangan manusia
Tujuh karakteristik dasar perkembangan manusiaTujuh karakteristik dasar perkembangan manusia
Tujuh karakteristik dasar perkembangan manusiafara dillah
 
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikProses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikDeep Walker
 
Psikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndikePsikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndikeHilmawanAan
 
Perbedaan Individu
Perbedaan IndividuPerbedaan Individu
Perbedaan IndividuImroati Ar
 
Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
Perbedaan Pembelajaran dan PengajaranPerbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
Perbedaan Pembelajaran dan Pengajarantbpck
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerDimas Dwi Senggono S
 
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1Ir. Zakaria, M.M
 
PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran Naily Mulyono
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSWarman Tateuteu
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikeli priyatna laidan
 
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SDHakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SDdodikdomek
 
PETA KONSEP MODUL1 KB- 1 Metode pengamatan sosem
PETA KONSEP MODUL1  KB- 1 Metode pengamatan sosemPETA KONSEP MODUL1  KB- 1 Metode pengamatan sosem
PETA KONSEP MODUL1 KB- 1 Metode pengamatan sosemdunia-AUD
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanAmbar Fidianingsih
 
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...Rina Rahmawati
 
Macam-macam tes
Macam-macam tesMacam-macam tes
Macam-macam teskypoenya
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)universitas negeri padang
 

What's hot (20)

Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan PembelajaranPengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
 
Tujuh karakteristik dasar perkembangan manusia
Tujuh karakteristik dasar perkembangan manusiaTujuh karakteristik dasar perkembangan manusia
Tujuh karakteristik dasar perkembangan manusia
 
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikProses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
 
Psikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndikePsikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndike
 
Perbedaan Individu
Perbedaan IndividuPerbedaan Individu
Perbedaan Individu
 
Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
Perbedaan Pembelajaran dan PengajaranPerbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
 
Makalah Asesmen
Makalah AsesmenMakalah Asesmen
Makalah Asesmen
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
 
Konsep dasar media
Konsep dasar mediaKonsep dasar media
Konsep dasar media
 
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
 
PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SDHakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
 
PETA KONSEP MODUL1 KB- 1 Metode pengamatan sosem
PETA KONSEP MODUL1  KB- 1 Metode pengamatan sosemPETA KONSEP MODUL1  KB- 1 Metode pengamatan sosem
PETA KONSEP MODUL1 KB- 1 Metode pengamatan sosem
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
 
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994Kurikulum 1994
Kurikulum 1994
 
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
 
Macam-macam tes
Macam-macam tesMacam-macam tes
Macam-macam tes
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
 

Similar to Makalah Perbedaan individu dalam belajar

Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistikandittrio
 
Bab 2 interaksi dan pembelajaran
Bab 2 interaksi dan pembelajaranBab 2 interaksi dan pembelajaran
Bab 2 interaksi dan pembelajaranAsyikin4996
 
Angket gaya belajar
Angket gaya belajarAngket gaya belajar
Angket gaya belajarthearif1971
 
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak230.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2wakzar
 
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjayaperbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjayaEmiey Mieysagie
 
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptxPenerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptxAdiMulyono11
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranDaedaeha S
 
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
 
archimedessadadfefefdefdefefedfsdfsdsfsfsf
archimedessadadfefefdefdefefedfsdfsdsfsfsfarchimedessadadfefefdefdefefedfsdfsdsfsfsf
archimedessadadfefefdefdefefedfsdfsdsfsfsfAdeSusilowati
 
Materi 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiMateri 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiNhia Item
 
Perspektif pendidikan sd
Perspektif pendidikan sdPerspektif pendidikan sd
Perspektif pendidikan sdendang zr
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaranAdefebrian3
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikQuratul Aini
 
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...Adilah Hrn
 
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelasGAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelasdayuprasanda
 
Makalah paud gangguan penyesuaian diri
Makalah paud gangguan penyesuaian diriMakalah paud gangguan penyesuaian diri
Makalah paud gangguan penyesuaian diriPoetra Chebhungsu
 
392. Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdf
392. Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdf392. Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdf
392. Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdfTriJokoSusanto3
 
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanakPerkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanakM N Habibah
 

Similar to Makalah Perbedaan individu dalam belajar (20)

Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
 
Bab 2 interaksi dan pembelajaran
Bab 2 interaksi dan pembelajaranBab 2 interaksi dan pembelajaran
Bab 2 interaksi dan pembelajaran
 
Angket gaya belajar
Angket gaya belajarAngket gaya belajar
Angket gaya belajar
 
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak230.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
 
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjayaperbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
 
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptxPenerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaran
 
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
 
archimedessadadfefefdefdefefedfsdfsdsfsfsf
archimedessadadfefefdefdefefedfsdfsdsfsfsfarchimedessadadfefefdefdefefedfsdfsdsfsfsf
archimedessadadfefefdefdefefedfsdfsdsfsfsf
 
Materi 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiMateri 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologi
 
Perspektif pendidikan sd
Perspektif pendidikan sdPerspektif pendidikan sd
Perspektif pendidikan sd
 
ANDRAGOGI.pptx
ANDRAGOGI.pptxANDRAGOGI.pptx
ANDRAGOGI.pptx
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistik
 
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
 
Teori belajar humanisme
Teori belajar humanismeTeori belajar humanisme
Teori belajar humanisme
 
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelasGAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
 
Makalah paud gangguan penyesuaian diri
Makalah paud gangguan penyesuaian diriMakalah paud gangguan penyesuaian diri
Makalah paud gangguan penyesuaian diri
 
392. Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdf
392. Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdf392. Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdf
392. Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdf
 
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanakPerkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 

Makalah Perbedaan individu dalam belajar

  • 1. PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR Tugas 14 Psikologi Pendidikan Oleh : MUHAMMAD HAMDANI NIM : 14045007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014
  • 2. PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR 1. GAYA BELAJAR a. Pengertian. Gaya belajar adalah segala faktor yang mempermudah dan mendorong siswa/mahasiswa untuk belajar dalam situasi yang telah ditentukan (Kosasih A Jahiri, 1978,h.7). Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika menyadari bahwa bagaimana seseorang menyerap dan mengolah informasi, belajar dan berkomunikasi menjadi sesuatu yang mudah dan menyenangkan(Nunan, 1991: 168). Setiap anak atau peserta didik memiliki cara belajar sendiri yang di pandang efektif dalam belajar. Cara belajar atau kesenangan belajar yang sering juga disebut gaya belajar (learning style) diartikan sebagai karakteristik dan preferensi atau pilihan individu mengenai cara mengumpulkan infomasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi tersebut. Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama Gaya belajar visual: yaitu gaya belajar yang lebih banya menggunakan alat indra penglihatan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar visual ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti, dan menyukai metode demonstrasi serta kurang menyukai metode ceramah. Kedua Gaya belajar auditorial: yaitu gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra pendengaran untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar auditorial ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis tetapi mudah bercerita, senang bersuara keras ketika sedang membaca, lebih suka gurauan dari pada membaca buku, dan menyukai metode ceramah. Ketiga Gaya belajar kinestetik: yaitu gaya belajar yang lebih menekan geralk atau praktek langsung atas apa yang sedang dipelajarinya. Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri atau praktek langsung, banyak bererak, ketika membaca menggunakan jari sebagai penunjuk, menyukai permainan yang menyibukkan, dan ingin selalu melakukan sesuatu. Dengan adanya tiga gaya tersebut, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar peserta didiknya, sehingga dapat memberikan layanan kepada peserta didiknya sesuai dengan gaya belajar masing-masing peserta didik. Dengan demikian masing-masing peserta didik dapat belajar dengan optimal.
  • 3. b. Dikotomi Gaya Belajar dan Berpikir Dua dikotomi gaya yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang pembelajaran adalah gaya impulsif/reflektif dan mendalam/dangkal. Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965). Murid yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif. Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif lebih mungkin melakukan tugas berikut :  Mengingat informasi yang terstruktur  Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks  Memecahkan problem dan membuat keputusan Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Murid reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi. Gaya mendalam/dangkal. Maksudnya adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu cara yang membantu mereka untuk memahami makan materi tersebut (gaya mendalam), atau sekedar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). Murid yang belajar menggunakan gaya dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cenderung belajar secara pasif, seringkali hanya mengingat informasi. Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat. Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu, pelajar mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangkal (surface learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada penghargaan dari luar, serta pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, &Jackson, 1996). 2. KEPRIBADIAN DAN TEMPERAMEN a. Kepribadian Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, dan perilaku tertentu yang menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Lima faktor utama dalam kepribadian yaitu openness, conscientiousness, extraversion, agreableness, dan neuroticsm.
  • 4. 1) Openness (keterbukaan kepada pengalaman)  Imajinatif atau praktis  Tertarik pada variasi atau rutinitas  Indenpenden atau mudah menyesuaikan diri 2) Conscientiousness (kepatuhan)  Rapi atau tidak rapi  Perhatian atau cereboh  Disiplin atau impulsif 3) Extraversion  Terbuka secara sosial atau menyendiri  Suka bersenang atau bersedih  Kasih sayang atau sebaliknya 4) Agreableness (kepekaan nurani)  Berhati lembut atau kasar  Percaya atau curiga  Membantu atau tidak kooperatif 5) Neuroticism (stabilitas emosional)  Tenang atau cemas  Merasa aman atau tidak aman  Puas pada diri atau mengasihani diri sendiri Menurut konsep interaksi orang-situasi, cara terbaik untuk mengkarakterisi kepribadian individual bukan hanya berdasarkan pada ciri bawaan personal atau karakter saja, namun juga dengan situasinya. Interaksi orang-situasi adalah pandangan yang menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengkonseptualisasikan kepribadian bukan hanya dari segi ciri atau karakteristik pesonal saja, tetapi juga dari segi situasinya. Teori interaksi orang-situasi memperkirakan bahwa murid yang ekstravert akan mampu beradaptasi dengan baik jika dia diminta untuk bekerja sama dengan murid lain, sedangkan murid yang introvert akan mampu beradaptasi dengan lebih baik jika dia diminta mengerjakan tugas secara sendirian. Murid ekstravert akan lebih senang apabila bersosialisasi dengan banyak orang di sebuah pesta, sedangkan murid introvert lebih senang duduk sendiri atau sekedar bercakap dengan satu teman. Kesimpulannya, jangan menganggap bahwa kepribadian itu akan selalu membuat seseorang berperilaku tertentu di semua situasi. Konteks atau situasi juga penting (Burger,2000; Derlega, Winstead, & Jones, 1999). Pantau situasi dimana murid dengan berbagai karakternya yang berbeda tampak merasa nyaman, dan beri mereka kesempatan untuk belajar dalam situasi tersebut.
  • 5. b. Temperamen Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan atau respons. Klasifikasi yang paling terkenal adalah klasifikasi oleh Alexander Chess dan Stella Thomas ( Chess & Thomas, 1997; Thomas & Chess, 19991). Mereka percaya bahwa ada tiga tipe atau jenis tempramen:  “Anak mudah” (easy child) biasanya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.  “Anak sulit” (difficult child) cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri, dan lamban dalam menerima pengalaman baru.  “Anak lamban bersikap hangat” (slow-to-warm-up child) biasanya beraktivitas lamban, agak negatif, menunjukan kelambanan dalam beradaptasi, dan intensitas mood yang rendah. Dalam satu studi, remaja bertempramen sulit biasanya mudah tergoda oleh penyalahgunaan narkoba dan mudah stres (Tubman & Windle, 1995). Dalam studi lain, faktor temperamen yang diberi label”diluar kendali”(mudah tersinggung dan terganggu) yang diketahui ada pada usia 3 sampai 5 tahun ternyata ada hubungannya dengan problem perilaku yang muncul pada usia 13 sampai 15 tahun(Caspi, dkk., 1995). Klasifikasi tempramen sekarang ini lebih difokuskan pada;  sikap dan pendekatan positif  sikap negatif dan  usaha kontrol (pengaturan diri). 3. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA a. Sosial Ekonomi Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya. Meskipun tidak mutlak tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan pekerjaan dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak, aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak dan mungkin waktu disediakan untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga perbedaan status ekonomi dapat membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi yang diterapkan dalam keluarga.
  • 6. b. Budaya Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarkat memberitahu pada anggotanya tentang apa yang baik dan atau penting dalam masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma. Norma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda satu dengan lainnya. Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai bidakbidak di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah creator dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi kebudayaan mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan Di dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaanakan dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata sosial yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan kepribadian yang kreatif tersebut. Namun apa yang terjadi di dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah kita ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang memasung kreativitas peserta didik.Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah diturunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi yang harus dipelajari kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita lihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia.Para pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kebudayaan mula-mulanya muncul dari kaum behavioris dan psikoanalisis Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku manusia sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya. Di sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan perilaku manusia. Begitu pula psikolog aliran psikoanalis menganggap perilaku manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan yang sadar maupun tidak sadar ini ditentukan antara lain oleh kebudayaan di mana pribadi itu hidup. John Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut.  Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari untuk belajar.  Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi, yang terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang-perangsang untuk terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.
  • 7.  Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment” terhadap perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu bentuk perilaku yang sesuai dengan system nilai dalam kebudayaan tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap perilaku-perilaku yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu masyarakat budaya tertentu.  Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan tertentu melalui prosesbelajar. 4. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SESUAI DENGAN PERBEDAAN INDIVIDU Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu atau kelompok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk seluruh kelas agar peserta didik menyukainya. Beberapa prinsip mendasar yang mendukung keberagaman.  Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam. Guru dan peserta didik memahami materi, cara mengelompokkan peserta didik, cara mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya merupakan alat yang bisa digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan individu dan seluruh kelas.  Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus dari kebutuhan belajar peserta didik. Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan dapat dihargai dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan pembelajaran. Prinsip ini mengingatkan kita akan hubungan dekat antara penilaian dan tugas. Kita bisa mengajar lebih efektif jika kita tahu kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam kelas yang bervariasi, seorang guru melihat semua hal yang dikatakan peserta didik atau menciptakan informasi yang berguna untuk dipahami peserta didik.  Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai. Dalam kelas yang bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap peserta didik merasa tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik atau menyenangkan.  Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran. Guru mengakses kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran dan merencanakan kurikulum yang efektif. Dalam kelas diferensiasi, guru mempelajari peserta didiknya dan terus melibatkan mereka untuk membuat keputusan tentang kelas. Hasilnya peserta didik menjadi pembelajar yang lebih mandiri.
  • 8. Pemenuhan Kebutuhan yang Beragam. Dalam suatu kelas diferensiasi yang baik, fakta penting, materi harus dipahamani dan keterampilan tetap konstan untuk semua peserta didik. Apa yang biasanya berubah dalam kelas yang beragam adalah bagaimana peserta didik mendapatkan akses materi pelajaran yang dipelajari. Beberapa cara guru bisa mendiferensiasi akses terhadap isi termasuk dalam hal :  Menggunakan objek dengan beberapa peserta didik untuk membantu temannya memahami konsep matematika atau IPA;  Menggunakan teks lebih dari satu sebagai bahan bacaan;  Menggunakan variasi pengaturan mitra membaca untuk mendukung dan memberikan tantangan kepada peserta didik yang bekerja dengan materi teks;  Mengulang kembali pembelajaran untuk peserta didik yang membutuhkan dengan cara lain; dan  Menggunakan teks, tape recorder, poster dan video sebagai cara untuk menyampaikan konsep utama kepada berbagai peserta didik.  Aktivitas. Suatu kegiatan yang efektif meliputi kemampuan menggunakan keterampilan untuk memahami ide utama dan mempunyai tujuan pembelajaran.  Hasil/produk. Guru dapat membedakan hasil belajar yang dicapai peserta didik. Berbagai hasil belajar tersebut dapat digunakan peserta didik untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari dan dipahami. Misalnya, sebuah produk bisa berupa portofolio karya peserta didik, penampilan solusi dari suatu soal/masalah, laporan akhir, soal-soal eksplorasi. Hasil belajar yang baik membuat peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dipelajari, menerapkan apa yang dapat dilakukan, dan memperluas pemahaman dan ketrampilan.
  • 9. REFERENSI Kholidah, Nur Enik. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPY. Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,1999. Berwawy Munthe, dkk, Sukses di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2008. Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Burni Aksara, 2006. Sumadi Suryabrata.,2004, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,