3. “We must look to the children as a
vehicle for bringing change to humanity”
[Maria Montessori]
4. “Pendidikan yang mampu menyelamatkan umat manusia bukanlah pekerjaan
kecil. Hal itu berkaitan dengan perkembangan spiritual manusia, peningkatan
nilainya sebagai individu, dan persiapan kaum muda untuk memahami zaman di
mana mereka hidup.”
[Maria Montessori]
5. Empat Fase
Perkembangan
Manusia
Pengembangan diri individu
Di sini anak menciptakan "dirinya", belajar merangkak, berjalan,
membaca dan berbicara, dan mengembangkan kepribadiannya.
Pada tahap ini, anak menghidupkan kecerdasan dan hati nuraninya
dengan belajar dari contoh orang dewasa.
Perkembangan Sosial
Di sini perubahan fisik dan emosional menandai individu.
Pada tahap ini, mereka mempelajari berbagai keterampilan sosial
yang akan membantu mereka dalam transisi ke fase dewasa.
Awal fase dewasa
Di sini individu mengeksplorasi pilihan, memilih jalan, dan memulai
karir mereka.
Fase dewasa
Pada tahap ini, individu bertanya pada diri sendiri pertanyaan
seperti "siapa aku?" dan tujuan mereka di dunia.
Pada tahap akhir ini, mereka mendapatkan kemandirian moral dan
spiritual.
6. Asumsi Montessori
• Anak kecil bukan hanya tubuh. Dia memiliki potensi. Ia tidak memiliki
hereditas seperti hewan, tetapi potensi, potensi manusia, yang harus
dikembangkan di lingkungan dan digunakan untuk membangun manusia.
• Masing-masing anak memiliki jalur bawaannya sendiri menuju
perkembangan psikologis yang sehat. Hanya dengan mengikuti jalur
masing-masing menuju perkembangan psikologis inilah mereka dapat
mencapai titik akhir yang sehat, dan tidak semua orang memiliki jalur
yang sama.
• Anak-anak memahami 'diri' mereka sendiri melalui interaksi dengan
lingkungannya. Daripada duduk di meja dan dikuliahi, sebaknya anak-
anak didorong untuk melakukan sesuatu, seperti Bermain dengan
beragam mainan, menjelajahi berbagai pilihan tempat, mencoba hal-hal
baru dan melihat bagaimana keunikan dan keistimewaan mereka pada
tingkat individu.
7. Metode Montessori
Bentuk
•Menyediakan
suasana
pembelajaran yang
dapat mendorong
seorang anak dapat
mengeksplorasi,
berinteraksi, dan
belajar.
•Anak-anak belajar
langsung dari
lingkungannya,
tidak hanya dari
mendengarkan
seorang guru
berbicara di kelas
Ranah
•Practical Life
•Sensorial
•Math
•Cultural
•Language
Tujuan utama
•Discovery and
Liberation of Child.
•Mandiri, Tanggap
lingkungan,
Skilfull, Disiplin,
Kreatif, Mampu
Bersosialisasi.
Strategi
•Memberikan
kesempatan
kepada anak untuk
meneliti,
bereksperimen,
membuat
kesalahan dan
memperbaiki
kesalahannya
sendiri
Hasil
•1) Aktualisasi &
Optimalisasi
potensi dan bakat
anak, 2)
Memberikan
motivasi belajar
seumur hidup
kepada anak. Anak
memiliki keinginan
yang besar untuk
belajar karena dia
melakukan apa
yang dia inginkan
sendiri.
8. Filosofi Pendidikan Montessori 1:
Respect For Children
• Dasar filosofi Montessori berasal dari rasa hormat yang mendalam terhadap
anak-anak.
• Penghormatan ini diaktualkan dalam bentuk: menghormati keunikan setiap
anak, kebebasan mereka untuk memilih, bergerak, memperbaiki kesalahan
mereka sendiri, dan bekerja dengan gaya dan kecepatan mereka sendiri.
9. Orang dewasa harus membela anak-anak. Kita orang dewasa harus melihat
kemanusiaan yang sebenarnya pada anak-anak, kemanusiaan yang akan terjadi
suatu hari nanti, jika kita ingin melakukan kemajuan sosial. Kemajuan sosial
berarti bahwa generasi berikutnya lebih baik dari generasi sebelumnya.
[Maria Montessori]
10. Filosofi Pendidikan Montessori 2:
Absorbent Mind
• Enam tahun pertama kehidupan adalah masa paling penting dalam
perkembangan anak.
• Inilah fase Absorbent Mind, untuk menggambarkan kemampuan seperti
spons anak untuk menyerap informasi dari lingkungannya.
• Selama masa ini, anak-anak dengan cepat mengembangkan pemahaman
tentang budaya mereka, dan dunia mereka, dan membangun dasar
kecerdasan dan kepribadian mereka.
11. Filosofi Pendidikan Montessori 3:
Sensitive Periods
• Anak-anak melewati satu tahap khusus tahap dalam perkembangan mereka
saat mereka paling mampu mempelajari bidang pengetahuan dan
keterampilan tertentu.
• Dia menyebut tahapan ini 'periode sensitif', yang pada dasarnya
menggambarkan kesempatan emas untuk belajar.
• Karakteristik periode sensitif meliputi: fokus yang intens, pengulangan,
komitmen pada tugas, dan periode konsentrasi yang sangat lama.
12. 6 aspek periode sensitif anak-anak
• Periode sensitif terhadap keteraturan
• Anak-anak sangat sensitif dengan keteraturan. Anak yang baru lahir merasa bahwa
kehidupan di luar rahim merupakan hal yang menakutkan atau menyebalkan. Kita
perlu membantu anak untuk menghadapi keteraturan karena mereka sangat sensitif
dengan hal tersebut. Misalnya, dengan menciptakan rutinitas yang jelas. Jika periode
sensitif terhadap keteraturan ini dapat dilewati anak-anak dengan baik, mereka akan
menganggap bahwa kehidupan dunia sebagai tempat yang nyaman, sama seperti
rahim.
• Periode sensitif bergerak
• Dalam rentang usia 6 tahun pertama kehidupan anak, mereka juga mungkin akan
mengalami periode sensitif untuk bergerak. Masa-masa aktif dalam bergerak ini
termasuk waktu yang optimal untuk tumbuh kembang otot tubuh anak. Kemampuan
motorik halus dan motorik kasarnya pun akan lebih terasah sehingga proses belajar
anak dapat lebih maksimal pada periode berikutnya.
13. 6 aspek periode sensitif anak-anak
• Periode sensitif benda-benda kecil
• Masa ini ditandai dengan rasa ingin tahu anak terhadap benda-
benda kecil. Anak akan tertarik melihat, menyentuh, dan
merasakan benda-benda kecil yang ditemukan di sekitarnya.
• Periode sensitif terhadap bahasa
• Periode sensitif ini ditandai dengan kemampuan anak dalam
mendengar, sampai nanti terdapat ledakan bahasa di mana anak
akan mengeluarkan kosakata atau kalimat yang pernah mereka
dengar sebelumnya.
14. 6 aspek periode sensitif anak-anak
• Periode sensitif bersosialisasi
• Pada rentang usia 6 tahun pertamanya, anak-anak pun akan mulai menyadari
kehadiran orang lain di sekitarnya. Hal ini biasanya terjadi pada usia 2 tahun;
ditandai dengan anak yang mulai mengenal siapa teman-temannya. Untuk
mendukungnya, kita dapat memulainya dengan mengajari cara berinteraksi
yang baik dengan orang lain danmengarahkannya untuk bersosialisasi dengan
teman-temannya.
• Periode sensitif eksplorasi sensorial
• Periode sensitif terhadap eksplorasi sensorial ditandai dengan ketertarikan
anak dalam menjelajah atau melakukan kegiatan yang menggunakan indera,
baik penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecap, maupun peraba.
Untuk itu, sebaiknya kita berhati-hati misalnya dengan menyediakan alat yang
aman untuk dilihat maupun disentuh si Anak.
15. Filosofi Pendidikan Montessori 4:
EducatingTheWhole Child
• Pendidikan menurut Montessori harusnya difokuskan untuk memelihara
potensi setiap anak dengan memberikan pengalaman belajar yang
mendukung perkembangan keseluruhan potensinya, baik intelektual, fisik,
emosional dan sosial mereka.
• Selain bahasa dan matematika, Kurikulum Montessori juga mencakup
kehidupan praktis, indrawi, dan budaya.
• Semua aspek perkembangan dan pembelajaran anak saling terkait dan
dipandang sama pentingnya.
16. Filosofi Pendidikan Montessori 5:
Individualised Learning
• Pembelajaran dipersonalisasi untuk setiap anak berdasarkan tahap
perkembangan, minat, dan kebutuhan mereka yang unik.
• Pelajaran dengan materi Montessori disajikan satu per satu berdasarkan
kemajuan akademik masing-masing anak.
• Pendidik melacak kemajuan setiap anak dan mendukung mereka saat
mereka maju sesuai target tertentu.
17. Filosofi Pendidikan Montessori 6:
Freedom of Movement And Choice
• Anak-anak belajar paling baik ketika mereka bebas bergerak, bebas memilih
pekerjaan mereka sendiri, dan mengikuti minat mereka.
• Dalam belajar, ada baiknya Anak-anak bebas bergerak di sekitar lingkungan yang
telah disiapkan, bekerja di tempat yang menurut mereka akan belajar paling baik,
dan menemukan hasil pembelajaran melalui pengalaman langsung.
• Pembelajaran Montessori sebagian besar bersifat aktif, berjalan secara individual,
seringkali mengoreksi diri sendiri, dan disesuaikan dengan kebutuhan dan minat
masing-masing anak.
18. Filosofi Pendidikan Montessori 7:
Prepared Environment
• Dalam pembelajaran Montesori lingkungan belajar disiapkan.
• Lingkungan yang disiapkan ini adalah ruang belajar yang disiapkan dengan
cermat sesuai tujuan dan kebutuhan.
• Lingkungan belajar ini dirancang untuk membantu anak-anak dalam
mengembangkan proses berpikir logis.
• Dalam ruang ini, anak-anak bebas mengikuti minat mereka, memilih
pekerjaan mereka, dan maju dengan langkah mereka sendiri.
19. Kenakalan akan hilang jika kita memberikan anak
lingkungan yang tepat pada usia yang dini. Lingkungan ini
harus menyediakan banyak asupan mental dan perawatan
yang hangat dan penuh kasih-sayang
[Maria Montessori]
20. Filosofi Pendidikan Montessori 8:
Intrinsic Motivation
• Pendekatan Montessori berupaya memunculkan keinginan belajar anak,
dengan pandangan bahwa setiap aktifitas belajar membuahkan
keuntungannya sendiri.
• Di kelas Montessori tidak ada bintang emas untuk menghargai
pembelajaran anak-anak. Sebaliknya, anak-anak memperoleh rasa
pencapaian dari menyelesaikan suatu kegiatan dan belajar melakukannya
sendiri.
21. Filosofi Pendidikan Montessori 9:
Independence
• Pendidikan hakikatnya adalah untuk membangun kemandirian.
• Dengan dasar ini maka perlu disiapkan lingkungan, materi, dan bimbingan
untuk belajar melakukan dan berpikir sendiri.
• Dalam hal ini anak-anak dipandang sebagai pembelajar alami yang mampu
dan mau belajar sendiri ketika diberi stimulus yang tepat, dan tujuan
akhirnya adalah kemandirian.
22. Pentingnya Kemandirian Belajar
• “Anak yang tidak pernah belajar untuk bekerja sendiri, menetapkan
tujuan untuk tindakannya sendiri, atau menjadi tuan dari kekuatan
kehendaknya sendiri dapat dikenali pada orang dewasa yang
membiarkan orang lain mengarahkan kehendaknya dan merasa selalu
membutuhkan persetujuan dari yang lain." —Education and Peace
• “Anak mencari kemandiriannya dulu, bukan karena tidak ingin
bergantung pada orang dewasa. Tetapi karena dia memiliki semangat,
dorongan, untuk melakukan hal-hal tertentu dan bukan hal-hal lain.”
—The Theosophist
• “Kepuasan yang mereka temukan dalam pekerjaan mereka akan
memberi mereka kebahagiaan dan kenyamanan seperti yang datang
dari musik.” —The Discovery of the Child
23. Aktivitas bebas membuat anak senang. Kita dapat melihat betapa
bahagianya mereka, tetapi yang penting bukanlah fakta bahwa
mereka bahagia; yang penting seorang anak dapat membentuk
kemanusiaannya melalui kegiatan bebas ini.
[Maria Montessori]
24. Filosofi Pendidikan Montessori 10:
Auto-Education
• Anak akan mau dan mampu belajar sendiri jika diberikan stimulus belajar
yang menarik.
• Materi pembelajaran dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan ini dan
memberdayakan anak-anak dengan kemampuan mengarahkan pendidikan
mereka sendiri.
• Pendidik menyediakan lingkungan yang diatur sedemikian rupa sehingga
anak-anak terdorong untuk mendidik diri mereka sendiri.
25. PERAN GURU
“Guru memiliki dua tugas: membimbing anak-anak untuk berkonsentrasi
dan membantu mereka dalam perkembangannya setelah itu.” [Maria
Montessori, The Child, Society and the World]
“Tugas guru bukan berbicara, tetapi menyiapkan dan menyusun
rangkaian motif dalam kegiatan budaya dalam lingkungan khusus yang
dibuat untuk anak.” [Maris Montessori, Absorbent Mind]
“Instruksi guru kemudian tidak lebih dari isyarat, satu sentuhan—untuk
memberikan tanda kepada anak. Sisanya ia akan berkembang dengan
sendirinya.” [Maria Montessori, Dr. Montessori’s Own Handbook]
“Guru harus memiliki kewaspadaan moral yang sampai sekarang belum dituntut
oleh sistem lain mana pun, dan ini terungkap dalam ketenangan, kesabaran,
kemurahan hati, dan kerendahan hatinya. Bukan kata-kata, tapi kebajikan,
adalah kualifikasi utamanya.” [Maria Montessoir, The Discovery of the Child]
26. “… tugas pendidik terletak pada mengawasi bahwa anak
tidak menganggap bahwa tidak melakukan apa-apa itu baik
dan banyak melakukan aktifitas itu buruk, seperti yang sering
terjadi dalam disiplin di masa lalu.”
[Maria Montessori]
27. Maria Montessori, Education and Peace
“Education is the best weapon for peace.”
“The child is both a hope and a promise for
mankind.”
“Jika kita termasuk orang-orang berkehendak
baik yang mendambakan perdamaian, kita
sendiri harus meletakkan dasar perdamaian,
dengan bekerja untuk dunia anak-anak.”