SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
Download to read offline
PROGRAM SUBSIDI PERTANIAN TERPADU:
     SUATU LANGKAH AWAL MENUJU SWASEMBADA PANGAN

                Ir. Agung Budilaksono, SE, MM *


I.       LATAR BELAKANG

   Pembangunan pertanian menempati prioritas utama
pembangunan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Karena itu sektor pertanian merupakan sektor utama
pembangunan ekonomi nasional.

    Dalam pendekatan perhitungan pendapatan nasional,
sektor pertanian terdiri dari sub-sektor tanaman pangan dan
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan. Selain sektor pertanian, terdapat delapan sektor
ekonomi lainnya yang secara bersama menentukan
besarnya pertumbuhan ekonomi bangsa melalui
pendapatan domestik (GDP) dan pendapatan nasional
(GNP).




* Widyaiswara pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara – Departemen
Keuangan; disampaikan pada acara Focus Group Discussion – Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, di Jakarta, tanggal 4 Februari 2008

                                                                   1
Kedudukan sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi nasional adalah cukup nyata, dilihat dari
proporsinya terhadap pendapatan nasional.

    Selain kontribusinya melalui GDP, peran sektor
pertanian dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari
peran sektor pertanian yang sangat luas, mencakup
beberapa indikator antara lain:

    Pertama, pertanian sebagai penyerap tenaga kerja yang
cukup besar. Kedua, pertanian merupakan penghasil
makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi
secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali
apabila impor pangan menjadi pilihan. Ketiga, komoditas
pertanian sebagai penentu stabilitas harga. Harga produk-
produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks
harga konsumen sehingga dinamikanya sangat
berpengaruh terhadap inflasi. Keempat, akselerasi
pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong
ekspor dan mengurangi impor. Pembangunan per-tanian
mencakup pemasaran dan perdagangan komoditas. Dalam
sis-tem rantai agribisnis, pemasaran dan perdagangan
komoditas pertanian sangat penting dalam menentukan nilai
tambah produk. Dengan pemasaran baik di dalam maupun
ke luar negeri maka harga dan nilai tambah pertanian yang
diterima oleh petani produsen akan semakin tinggi.
Sebaliknya dengan adanya impor maka produk dalam
negeri akan bersaing dalam merebut pasar domestik.


2
Dengan produk domestik yang berdaya saing tinggi maka
ekspor dapat dipacu dan akhirnya menghasilkan devisa bagi
pembangunan. Namun dengan rendahnya daya saing maka
barang impor akan masuk ke dalam negeri, dan devisa
negara harus dibelanjakan ke luar negeri. Kelima,
komoditas pertanian merupakan bahan industri manufaktur
pertanian. Masih dalam suatu sistem rantai agribisnis,
industri manufaktur (pengolahan) pertanian, baik yang
mengolah komoditas pertanian maupun yang menghasilkan
input pertanian menduduki tempat yang penting. Kegiatan
industri manufaktur pertanian hanya bisa berjalan apabila
memang ada kegiatan produksi yang sinergis. Dengan
demikian kehadiran sektor pertanian adalah prasyarat bagi
adanya sektor industri manufaktur pertanian yang berlanjut.
Keenam, pertanian memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi.
Keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor lain
dapat dilihat dari aspek keterkaitan produksi, keterkaitan
konsumsi, keterkaitan investasi, dan keterkaitan fiskal.
Berdasarkan sifat keterkaitan maka dikenal keterkaitan ke
belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan
(forward linkage). Di Indonesia, sektor pertanian mempunyai
keterkaitan ke belakang yang kuat dalam menciptakan titik
temu antarsektor yang lebih efektif dari pada keterkaitan ke
depan.

    Menteri Pertanian dalam pidatonya pada acara seminar
“Menyelamatkan Ekonomi Bangsa: Pembangunan Sektor
Riil dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Untuk
Kemandirian Bangsa” di Jakarta, tanggal 17 januari 2007

                                                          3
mengungkapkan bahwa sektor pertanian merupakan salah
satu sektor riil yang telah menjadi penyelamat di masa krisis
ekonomi, dan telah cukup berhasil dalam menyediakan
kebutuhan pangan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan
devisa Negara, dan pengurangan kemiskinan di pedesaan.
Diungkapkan pula bahwa keberhasilan dimaksud antara lain
dalam mempertahankan swasembada beras dengan tingkat
pemenuhan selalu di atas 95 persen, bahkan dalam tiga
tahun terakhir dikatakannya impor beras kurang dari satu
persen. Penurunan impor juga terjadi pada komoditas
seperti jagung dan gula. Sementara pada sisi ekspor terjadi
pada komoditas-komoditas perkebunan seperti minyak
sawit, karet, dan kakao. Oleh karena itu tidak berlebihan
apabila salah satu prioritas pembangunan ekonomi Kabinet
Indonesia bersatu adalah Revitalisasi Pertanian dan
Pedesaan.

    Terdapat 3 substansi penting arah pembangunan sektor
pertanian dalam program revitalisasi pertanian, yaitu (i) arah
masa depan kondisi petani, (ii) arah masa depan pelaku
usaha pertanian, termasuk swasta, dan (iii) arah masa
depan produk dan bisnis pertanian.

    Arah masa depan petani berkaitan dengan: (i) akses
petani terhadap layanan dan sumberdaya produktif, (ii)
perlindungan petani dalam melakukan aktivitas usaha
pertanian, (iii) peningkatan kemampuan dan keberdayaan
petani untuk mengembangkan aktivitas usaha pertanian


4
yang dilakukannya, dan (iv) peningkatan pendidikan, status
gizi dan ketahanan pangan petani serta kesetaraan gender
yang baik.

    Sementara arah masa depan usaha pertanian
mencakup: (i) perlindungan dan kepastian hukum terhadap
kegiatan usaha pertanian, (ii) lingkungan usaha yang
mendukung usaha pertanian, terutama berbagai peraturan
terkait yang dapat meningkatkan daya saing dan
produktivitas usaha, dan (iii) akses terhadap dukungan
pembiayaan, informasi dan teknologi yang aktual dan sesuai
dengan perkembangan usaha dan dinamika bisnis.

    Arah masa depan produk dan bisnis pertanian
mencakup (i) pembangunan ketahanan pangan masyarakat
yang terkait dengan aspek-aspek:pasokan produksi,
pendapatan, keterjangkauan dan kemandirian, (ii) sumber
pendapatan devisa yang terkait dengan keunggulan
komparatif dan kompetitif di pasar internasional, (iii)
penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru yang
terkait dengan isu global dan perkembangan ke depan.

   Sebagai upaya tindak lanjut revitalisasi sektor pertanian,
maka pada tanggal 4 Juni 2007, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono telah mencanangkan tambahan dukungan
pendanaan bagi sektor pertanian. Presiden berniat
menyisihkan dana sebesar Rp 7,8 triliun pada tahun 2007
untuk perluasan jangkauan sektor pertanian. Nilai tersebut

                                                           5
sesungguhnya menunjukkan suatu peningkatan yang cukup
signifikan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, dimana pada tahun 2006 sebesar Rp.6,3 triliun
dan pada tahun 2005 hanya sebesar Rp.4,1 triliun. Namun
demikian, dalam pelaksanaannya kebijakan nasional
tersebut masih banyak menemui tantangan yang dirasakan
cukup berat, seperti perlunya perbaikan irigasi, penyediaan
benih, pupuk, pestisida, dan perbaikan teknologi.
Pengelolaan paket kebijakan tersebut dirasakan masih
sangat birokratis dan bersifat top-down.

    Departemen Pertanian sendiri telah menetapkan pagu
indikatif global untuk Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (RAPBN) tahun 2008 sebesar Rp 8,8 triliun.
Rencana kerja tahun 2008 yang menyangkut program dan
anggaran yang diusulkan sebagian besar merupakan
program lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Dasar
penyusunan program kerja Deptan 2008 mengambil dari
Program Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
2005-2025.

    Di Uni Eropa yang terkenal dengan sejarah panjang
proteksi pertaniannya, diperkirakan hanya sekitar 20% dari
setiap 1 € yang disediakan dalam bentuk subsidi, namun
dalam pelaksanaannya berhasil mencapai penerima yang
dituju, yakni para petani. 80% lainnya tertelan oleh birokrasi
yang tidak efisien, baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun para perantara subsidi tersebut. Meskipun dalam


6
pelaksanaan pemberian subsidi masih terdapat kritik-kritik
seperti demikian, namun harus diakui bahwa kebanyakan
Negara anggota Uni Eropa mengelola dan menjalankan
paket subsidi tersebut dengan cara yang lebih baik
dibandingkan dengan di         Indonesia. Pertanyaannya
sekarang kemudian adalah seberapa besar dari subsidi
yang disediakan di Indonesia berhasil mencapai petani? Hal
ini tentunya perlu mendapatkan perahtian yang lebih serius
dari pihak-pihak terkait.

    Subsidi-subsidi yang ada saat ini, yang diberikan
kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
memproduksi pupuk, benih, bahan-bahan kimia, dsb,
sesungguhnya bukanlah merupakan subsidi pertanian,
melainkan subsidi BUMN, yang pengelolaannya penuh
dengan inefisiensi, seperti yang ditemukan oleh BPK setiap
tahunnya. Pengalaman dari Negara-negara tetangga
mengindikasikan bahwa diperlukan suatu mekanisme
persaingan yang dapat memaksa BUMN-BUMN tersebut
untuk beroperasi secara lebih efisien. Namun demikian,
selama BUMN-BUMN tersebut dilihat sebagai suatu solusi
penyaluran subsidi dan bukan di lihat sebagai bagian dari
permasalahan sistem penyaluran subsidi, maka tentunya
sulitnya untuk berharap banyak akan terjadinya perubahan
nasib para petani secara signifikan.

  Para analis kebijakan pertanian Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dari The Van Zorge Report


                                                        7
berkesimpulan bahwa “kecuali sistemnya diperbaiki dan
mekanisme pengawasan yang serius ditetapkan, … rencana
mutakhir pemerintah terhadap sektor ini akan mengalami
nasib yang sama dengan banyak rencana lain sebelumnya.”
(Van Zorge Report, May 10, 2007, halaman 27/28)

    Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, menggagas rancang
bangun Subsidi Pertanian Terpadu (SPT) untuk
mengembalikan sukses Indonesia dalam tahun 1984 yaitu
swasembada beras, atau paling tidak impor beras dapat
dikurangi. SPT sendiri sesungguhnya merupakan penyatuan
semua instrumen kebijakan subsidi dalam satu paket, baik
dalam rancang bangun maupun dalam pelaksanaannya.
Subsidi yang dimaksud di sini adalah subsidi harga input,
subsidi modal kerja serta subsidi terhadap dukungan harga
output. Selama ini rancang bangun subsidi input dan
dukungan harga output usaha tani masih dilakukan secara
parsial dan terpisah-pisah. Sebagai contoh adalah Harga
Eceran Tertinggi (HET) terhadap pupuk tidak mengacuk
kepada penetapan Harga Dasar Gabah (HDG), demikian
juga terhadap subsidi benih dan suku bunga.

    Model SPT memiliki keunggulan berupa tepat sasaran,
kebocoran karena disparitas harga dapat ditekan,
menghindari subsidi ganda, mencegah over intensifikasi
serta mendorong profesionalisme produsen sarana produksi
padi. Terdapat dua komponen penting dalam rancang


8
bangun SPT, yaitu pertama, subsidi sarana produksi seperti
benih, pupuk dan pestisida; kedua, subsidi modal kerja
untuk membayar upah. Subsidi tersebut diberikan kepada
petani secara terpadu dalam satu paket sesuai dengan
kebutuhan lahan, bukan kebutuhan petani, dan diikuti oleh
kebijakan dukungan harga output.

    Model SPT di atas dikatakan dapat mengurangi
kebocoran, namun tentunya apabila didukung dengan
sistem pengadministrasian yang memadai. Untuk mengatasi
kesulitan ini, keterlibatan kelompok tani dengan komoditas
yang sama serta memiliki skala usaha yang memadai
(kurang lebih seluas 250 Ha) sangat dianjurkan untuk
membentuk Lembaga Sistem Administrasi Subsidi Terpadu
(SASDU).

II. PENYEBAB ADANYA SUBSIDI PERTANIAN

    Perundingan WTO pada tanggal 16 Desember 2005 di
Convention Centre Hong Kong, dihadiri pembicara dari
berbagai negara, seperti George Naylor, Ketua serikat
petani Amerika Serikat NFFC, Heike Schiebeck dari Austria
mewakili CPE serikat petani Eropa, Diamantino Nhampossa
ketua serikat petani Mozambique UNAC, dan Badrul Alam
dari organisasi masyarakat adat Bangladesh Krishok.
Subsidi adalah salah satu issu yang mencuat dalam
perundingan WTO tersebut. Kelompok Uni Eropa menolak



                                                        9
untuk menyepakati kapan mereka harus menurunkan tarif
impornya.

    George Naylor menyatakan bahwa akar persoalan dari
diberikannya subsidi di Amerika adalah karena harga di
dalam negeri sangat murah. Hal tersebut dikarenakan oleh
beberapa alasan seperti pertama, ditetapkannya floor price
pada produk pertanian untuk menyesuaikan dengan inflasi.
Kedua, adanya cadangan (reserved) pertanian yang
melimpah sehingga harga pertanian juga menjadi murah.
Ketiga, meningkatnya teknologi telah menyebabkan
produksi yang melebihi dari apa yang harus dikonsumsi
secara nasional.

    Heike Schiebeck petani dari Austria menambahi
mengenai persoalan subsidi berdasarkan pengalaman
penerapan subsidi di Uni Eropah. Ketika pintu impor dibuka
dan produksi nasional melebihi dan harga murah terjadi
maka satu-satunya jalan adalah dengan cara
mengkompensasi sejumlah uang dari rendahnya harga
tersebut. Karena jika tidak dilakukan, maka akan banyak
petani yang pergi meninggalkan pertanian. Inilah awal
persoalan subsidi terjadi.

    Persoalan utamanya kemudian adalah subsidi tersebut
paling banyak dinikmati oleh perusahaan agribisnis besar,
bukan petani, demikian Naylor ataupun Heike menyatakan.



10
Bagi Badrul Alam dari Bangladesh ataupun Diamantino
dari Mozambique banyak produk yang disubsidi tersebut
kemudian dikirim ke negara lain dalam bentuk bantuan
pangan (food aid) terutama oleh Amerika Serikat. Dengan
demikian produk petani di negara berkembang menjadi
rendah harganya dan petani menjadi kelaparan karena
kebanyakan hanyalah buruh tani.

    Semua pembicara sepakat, bahwa persoalan kelebihan
produksi dan adanya impor pangan yang dipaksakan ini
hanya bisa diselesaikan apabila setiap negara menentukan
sendiri kebijakan pangannya hanya untuk memenuhi
kebutuhan nasionalnya dengan baik. Dengan demikian
orientasi ekspor tidak dilakukan. Dengan cara yang
demikian maka petani akan bisa mendapatkan harga
pertanian yang lebih baik, karena harga panen bukan
disesuaikan dengan harga di tingkat internasional tetapi
spesifik di setiap negara.

    Tentu saja bagi negara berkembang, jenis subsidi yang
harus dilakukan adalah subsidi langsung dalam bentuk
infrastruktur, kredit dan teknologi yang disesuaikan dengan
kepentingan petani. Dan bukan dalam bentuk subsidi untuk
pengenalan teknik pertanian yang justru mengakibatkan
petani semakin tergangtung.




                                                        11
III. MAKNA PENGHAPUSAN SUBSIDI                 PERTANIAN
     AMERIKA DAN UNI EROPA

   Siaran pers yang dikeluarkan wakil perdagangan
Amerika Serikat (AS) di kantor Presiden AS pada tanggal 10
Mei 2004 mempunyai arti yang sangat strategis bagi
perdagangan dunia, yang dalam pertemuan tingkat menteri
(KTM) IV WTO (World Trade Organization) di Doha (Qatar)
yang berlangsung 9-14 November 2001 diperdebatkan
secara alot.

   Dalam deklarasi Doha ditekankan agar semua negara
anggota WTO terutama negara-negara maju (NM)
menghapuskan subsidi untuk proses produksi domestik dan
subsidi ekspsor pertanian. Dari sisi keadilan, pemberlakukan
subsidi itu menimbulkan akibat yang sangat fatal terhadap
para petani dan masyarakat miskin. Banjir komoditas impor,
seperti beras, kedele, gula dan berbagai macam buah-
buahan yang harganya sangat murah menyebabkan petani
kecil tidak mempunyai insentif untuk berproduksi, bahkan
cenderung menjadi masyarakat konsumen yang manja.

    Sistem perdagangan komoditas pertanian selama ini
tidak dapat diharapkan meningkatkan taraf hidup para
petani di pedesaan yang jumlahnya ratusan juta. Bagi
Indonesia,    penghapusan    subsidi     tidak   hanya
menguntungkan perdagangan, tetapi lebih penting dari itu,



12
adalah merangsang pembangunan ekonomi masyarakat
marginal.

    Wakil Perdagangan (setingkat duta besar) Robert B
Zoellick menyatakan bahwa negara-negara Uni Eropa (UE)
yang sekarang beranggotakan 25 negara dan Amerika
Serikat (AS) sudah menyetujui untuk menetapkan waktu
bagi penghapusan subsidi ekspor produk pertanian seperti
diusulkan di KTM Doha. Meskipun perjanjian menyeluruh
baru diumumkan 1 Januari 2005, namun bagi Indonesia,
kebijakan tersebut harus direspons dan menjadi perangsang
bagi para petani pangan dan perkebunan rakyat untuk
meningkatkan volume dan kualitas produksi.

    Di masa mendatang, negara-negara berkembang akan
lebih mudah mengekspor hasil pertaniannya ke dunia Barat.
Bahkan perjanjian antara UE dan AS menjamin
penghapusan subsidi ekspor untuk produk pertanian di
negara-negara kaya. Khusus bagi Indonesia, bila kebijakan
negara-negara UE dan AS itu sungguh-sungguh diterapkan
akan merupakan push power dalam membangun pertanian
dan perkebunan rakyat yang dapat menampung tenaga
kerja dalam jumlah yang signifikan.

    Sejauh mana kebijakan AS-UE tersebut sungguh-
sungguh dapat diimplementasikan untuk memenuhi tuntutan
negara-negara berkembang, terutama yang tergabung
dalam kelompok 20 (Indonesia adalah salah satu negara

                                                      13
anggota) merupakan harapan di masa datang. Kelompok 20
ini selama ini menuntut UE dan AS melakukan langkah awal
menghapus 50 persen subsidi (sebagai downpayment) dan
kemudian 50 persen lagi dapat dikurangi secara bertahap
dalam kurun waktu 10 tahun kemudian.

    Subsidi pertanian di AS dan UE melebihi Pendapatan
Nasional sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia.
Hal ini dianggap merupakan suatu kebijakan yang sangat
tidak adil. Subsidi pertanian AS misalnya untuk tahun 2001
mencapai US$ 240 miliar atau sekitar Rp 2.040 triliun.
Padahal Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun
2003 hanya Rp 1.786,7 triliun. AS dan UE mengekspor
gandum, jagung dan kedele ke Indonesia dalam jumlah
yang sangat besar dan dengan harga yang sangat murah
dan lebih murah dari harga di dalam negeri. Di satu sisi, bila
kebijakan UE dan AS ini telah menjadi keputusan di bidang
KTM WTO, maka negara-negara berkembang, khususnya
Indonesia akan mempunyai peluang yang lebih luas untuk
memperoleh akses pasar. Masalahnya adalah apakah para
pejabat pertanian dan pemimpin terkait di Indonesia memiliki
komitmen politik dalam membina petani dalam
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi.

   AS dan UE tampaknya sadar, bahwa kemiskinan di
negara-negara berkembang merupakan beban dunia yang
harus dipikul bersama. Bagaimanapun kebijakan itu akan
memberi peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan


14
sektor riil terutama di sektor pertanian dan perkebunan yang
secara signifikan akan mengurangi pengangguran terbuka
maupun pengangguran terselubung (setengah menganggur
yang hanya bekerja 36 jam dalam satu minggu).

   Angka pengangguran diharapkan akan menurun drastis
apabila produk pertanian yang selama ini merupakan
andalan ekspor Indonesia di pasar internasional seperti
produk perkebunan: minyak sawit, kopi, kakao, karet, jambu
mete, panili, minyak atsiri, jahe, lada hitam, dan lain-lain
dapat ditingkatkan. Khusus minyak sawit kebijakan UE dan
AS itu akan menguntungkan Indonesia yang menurut
perkiraan Oil World, lembaga penyedia informasi dan
perkiraan produksi yang berpangkalan di Hamburg, Jerman,
Indonesia akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di
dunia tahun 2010, melampui Malaysia. Karena kegiatan
peningkatan produk ini ada di daerah Tingkat II (Dati II),
maka kualitas otonomi daerah harus ditingkatkan.

    Penghapusan atau pengurangan subsidi ini karena akan
menjadi keputusan bersama para anggota WTO dan harus
berlaku untuk semua negara, otomatis akan membawa
dampak postitif terhadap Special Product (SP) atau
komoditas strategis Indonesia yang terdiri dari kacang
kedele, jagung, beras.dan tebu. Tingkat ketergantungan
Indonesia akan beras mencapai 6,5 persen, jagung 5,9
persen, kedele 45,7 persen dan gula 42 persen.



                                                         15
Thailand dan India yang memberikan subsidi untuk
petani domestik dalam proses produksi dan subsidi ekspor,
membuat harga beras mereka lebih murah dibandingkan
dengan harga beras di Indonesia. Adalah suatu ironi
Indonesia yang negara agraris harus menjadi negara
importir beras terbesar di dunia seperti diperkirakan
Departemen Pertanian AS ((USDA) Juli 2002.

    Kebijakan ini tidak hanya mendorong para importir
Indonesia untuk memasukkan beras, gula dan kedele, tapi
justru yang lebih menyedihkan, mendorong maraknya pasar
ilegal yang sangat merugikan Negara. Padahal di dalam
negeri sebenarnya Indonesia mampu mebangun stok beras
31,5 juta per tahun dari hasil produksi gabah 53 juta ton
(2004) cukup untuk kebutuhan beras di dalam negeri. Tetapi
kenapa Indonesia harus mengimpor?

    Selain komoditas SP, Indonesia juga dibanjiri oleh
produk holtikultura seperti bawang putih, jeruk, anggur, apel
dan durian. Padahal sebagai negara agraris Indonesia
sebenarnya mempunyai peluang tidak hanya berproduksi
untuk konsumsi dalam negeri tapi juga untuk ekspor. Tapi
para aparat pertanian terkait di Indonesia masih belum
optimal untuk mengembangkan perkebunan buah-buahan.
Buah-buahan hanya ditanam dengan sambilan di
pekarangan rumah.




16
IV. PEMIKIRAN SUBSIDI PERTANIAN DI NEGARA LAIN

     Sidang Umum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
di Jenewa, Swiss, tanggan 29 Juli 2004 telah mulai
memberikan secercah harapan bagi negara-negara
berkembang, saat kelompok negara maju mengisyaratkan
bersedia segera memangkas subsidi pertanian. Kesediaan
tersebut tercermin dalam proposal baru yang dibahas para
delegasi dari lima negara produsen pertanian terkemuka.
Kelima negara tersebut yaitu Amerika Serikat (AS), Uni
Eropa (UE), dan Australia yang mewakili negara-negara
maju serta Brazil dan India, yang mewakili negara-negara
berkembang.

    Proposal baru tersebut akan menjadi bagian dalam
perjanjian menyeluruh WTO yang mengatur liberalisasi
perdagangan. Kesediaan memangkas subsidi tersebut
secara langsung akan berdampak pada bantuan bernilai
miliaran dolar yang selama ini disediakan pemerintah AS
untuk para petaninya. Namun, kalaupun pemangkasan
tersebut disepakati, tidak dapat langsung diterapkan hingga
rampungnya putaran perundingan WTO, yang dapat
memakan waktu selama bertahun-tahun.

    Perjanjian liberalisasi perdagangan WTO akan menjadi
langkah penting dalam putaran perundingan yang terus
berlangsung dalam rangka meningkatkan ekonomi global
melalui pemangkasan tarif, subsidi, dan hambatan-

                                                        17
hambatan lain       yang    mengganggu       perdagangan
internasional.

    Kelima negara maju tersebut sepakat menentukan
apakah program bantuan pangan dari pemerintah AS dan
kelompok-kelompok pengekspor yang dikelola pemerintah
Australia dan negara-negara lain merupakan bentuk subsidi.
Hal tersebut menjadi pembahasan dalam kesepakatan
liberalisasi perdagangan WTO, khususnya pada sektor
pertanian.

    Ketua Institut Global Justice, Bonnie Setiawan,
mengemukakan kompromi yang diperlihatkan Amerika
Serikat dan Uni Eropa untuk menurunkan subsidi pertanian
dinilai hanya sebatas retorika. Perbedaan antara negara
maju dan berkembang terlalu besar sehingga sulit bagi
kedua negara menghasilkan kesepakatan baru untuk
mengakomodasi kepentingan negara berkembang.


V. PERLUNYA PENGAWASAN SUBSIDI PERTANIAN DI
INDONESIA

    Kebijakan yang mengedepankan subsidi pupuk, subsidi
benih, dan peningkatan anggaran pertanian dalam APBN
tidak akan efektif mendukung revitalisasi pertanian. Hal
tersebut dikarenakan, pendekatan-pendekatan seperti itu
rentan akan terjadinya penyelewengan, karena yang

18
seharusnya dilakukan adalah menciptakan kemandirian
para petani.

    Berbagai subsidi, seperti subsidi pupuk dan benih
terbukti tidak berjalan efektif, tetapi tetap saja program-
program itu menjadi prioritas. Sedangkan Subsidi bunga
kredit pertanian masih cocok, karena memang ini langsung
menyentuh kepada kepentingan para petani. Peningkatan
anggaran dari Rp 6,2 triliun pada APBN 2006 menjadi Rp
8,7 triliun pada APBN 2007 juga tidak akan banyak manfaat
jika tidak diikuti program-program yang lebih menyentuh
secara langsung ke petani.

    Yang diperlukan para petani adalah akses transportasi
dan kemudahan pasar. Para petani banyak menderita
karena dikuasai tengkulak. Hal itu sebagai dampak akses
pasar yang sulit dan pasar monopoli akibat adanya aksi
para tengkulak yang terus terjadi. Jika pemerintah
membangun infrastruktur pedesaan, seperti jalan dan irigasi,
ini akan lebih terasa manfaatnya. Sebab ini akan membuat
petani semakin mandiri, terutama di wilayah-wilayah
pedalaman.

    Berbagai subsidi, baik pupuk, benih, maupun bunga
kredit baik dilakukan. Tetapi yang penting pelaksanaannya
harus bisa dipertanggungjawabkan. Peningkatan anggaran
dalam APBN akan memberikan keleluasaan yang lebih
besar bagi Departemen Pertanian, karena hal ini akan

                                                         19
menjadi stimulus yang lebih besar dibandingkan anggaran
sebelumnya. Namun harus ada target-target yang jelas,
sehingga peningkatan anggaran bisa dipertanggung
jawabkan.

    Keberhasilan revitalisasi pertanian akan banyak
bergantung kepada pemerintah daerah, karena sesuai
dengan UU Otonomi Daerah. Program-program pemerintah
pusat tidak akan banyak bermanfaat jika para kepala daerah
tidak memiliki visi yang sama dalam revitalisasi pertanian.
Daerah merupakan ujung tombak, sedangkan pemerintah
pusat mendukung dengan memberikan arahan.

VI. SASARAN        PEMBANGUNAN            PERTANIAN        DI
    INDONESIA

    Dalam rangka melaksanakan Revitalisasi Pertanian dan
Perdesaan, sasaran pembangunan pertanian tahun 2007
diarahkan pada pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar
3,37 persen, dengan rincian kontribusi sebagai berikut: (i)
sub sektor tanaman pangan 1,08 persen, (ii) hortikultura
sebesar 3,27 persen, (iii) perkebunan 6,36 persen dan (iv)
peternakan 4,45 persen. Di samping itu ditetapkan sasaran
peningkatan produksi pada 5 (lima) komoditas prioritas
tahun 2007, yaitu: padi 55,46 juta ton, jagung 12,87 juta ton,
Kedelai 0,90 juta ton, daging sapi 473,1 ribu ton, gula 2,62
juta ton disamping sasaran peningkatan produksi komoditas
lainnya; sasaran penyerapan tenaga kerja 42,61 juta orang

20
dan tambahan lapangan kerja 2,6 juta orang; menurunnya
kemiskinan di perdesaan dari 17,92 % (2006) menjadi
16,94% (2007) dan menurunnya penduduk rawan pangan
0,6 % per tahun.

    Penetapan sasaran tersebut di atas diarahkan untuk
mendukung: (a) Terwujudnya Ketahanan Pangan Nasional,
(b) Meningkatnya produksi pertanian dan kesejahteraan
petani secara berkelanjutan, (c) Meningkatnya kapasitas
dan keberdayaan masyarakat serta lembaga perdesaan,
dan (d) Tersusunnya peraturan yang mampu
mengakselerasi pertumbuhan pertanian. Berbagai sasaran
tersebut merupakan landasan dalam penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Departemen Pertanian Tahun 2007.

    Pada tahun 2007 pemerintah telah merancang program
dan kegiatan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) tahun 2007 sebagaimana tertuang dalam Perpres No.
19 Tahun 2006. Dari RKP tahun 2007 tersebut telah
dijabarkan ke dalam Rencana Kerja (Renja) Departemen
Pertanian tahun 2007 yang mengacu pada tiga program
utama pembangunan pertanian dan dua program
penunjangnya.
    Menteri Pertanian telah menetapkan Renja Departemen
Pertanian tahun 2007 dengan fokus utama kepada 29
kegiatan pokok (strategis) yang akan dilaksanakan dan
dikoordinasikan oleh masing-masing Eselon-1 lingkup
Departemen Pertanian bersama pemerintah daerah.

                                                    21
Kegiatan pokok tersebut telah dituangkan ke dalam
dokumen         Rencana       Kerja    dan     Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Departemen Pertanian
tahun 2007 dengan besaran anggaran sesuai Pagu
Sementara RAPBN Departemen Pertanian tahun 2007
sebesar Rp.8,24 trilyun. Sebagian besar anggaran tersebut
digunakan untuk membiayai aktivitas riil pembangunan
pertanian di daerah, termasuk alokasi anggaran untuk
bantuan harga benih/bibit, bantuan bunga modal investasi
dan penjaminan kredit yang seluruhnya dimanfaatkan untuk
petani di seluruh pelosok tanah air.

VII.RAPBN TAHUN 2007 DEPARTEMEN PERTANIAN

    Sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan No.SE.317/MK.
02/2006 tanggal 6 Juli 2006 tentang Pagu Sementara
Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2007 Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2007 disebutkan bahwa pagu sementara
RAPBN Departemen Pertanian tahun 2007 sebesar Rp
8.248,7 milyar dengan rincian anggaran Rupiah Murni (RM)
Rp 7.864,7 milyar (95,0% dari total pagu sementara) dan
sisanya sebesar Rp 383,99 milyar (5,0% dari total pagu
sementara) berasal dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri
(PHLN). Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk
membiayai:

(1) Program Pengembangan Agribisnis dengan anggaran
    sebesar Rp.1,96 trilyun;

22
(2) Program Peningkatan Ketahanan Pangan dengan
    anggaran sebesar Rp.3,37 trilyun;
(3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan
    anggaran sebesar Rp.1,94 trilyun,
(4) Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan
    Kepemerintahan Rp. 943,62 milyar, dan
(5) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas
    Aparatur Negara sebesar Rp. 29,27 Milyar.

Tabel 1. Alokasi Anggaran Menurut Program

                                                      Jumlah
No.                        Program
                                                     (RpRibu)
      Program Peningkatan Pengawasan dan
 1.                                                   29.275.100
      Akuntabilitas Aparatur Negara

      Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan
 2.                                                  943.625.272
      dan Kepemerintahan

 3.   Program Pengembangan Agribisnis               1.958.762.599

 4.   Program Peningkatan Ketahanan Pangan          3.376.147.674

 5.   Program Peningkatan Kesejahteraan Petani      1.940.864.055

       Total                                        8.248.674.700


    Dibandingkan       dengan     kebutuhan     investasi
pembangunan pertanian, maka anggaran pembangunan
tersebut sangat kecil. Namun diharapkan anggaran tersebut
dapat memacu investasi masyarakat yang jauh lebih besar.

                                                             23
Untuk itu guna menarik investor masuk ke sektor pertanian
diperlukan dukungan dari instansi terkait antara lain dari
Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perindustrian,
Departemen Perdagangan, Menteri Negara Koperasi/UKM,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan instansi
terkait lainnya.

    Rincian penggunaan RAPBN tahun 2007 menurut jenis
belanja (klasifikasi ekonomi) terdiri dari belanja pegawai
sebesar Rp.1,24 trilyun (15,09%), belanja barang dan jasa
sebesar Rp.2,75 trilyun (33,34%), belanja modal sebesar
Rp. 0,72 trilyun (8,69%), dan belanja bantuan sosial dengan
porsi terbesar yaitu sebesar Rp. 3,54 trilyun (42,88%)
seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. APBN Menurut Pos Belanja Tahun 2007

        Uraian              Jumlah (Rp.           (%)
                               J t )
Belanja Pegawai               1.244.868,5            15,09
Belanja Barang/Jasa           2.750.329,6            33,34
Belanja Modal                   716.475,0               8,69
Bantuan Sosial *)             3.537.001,5            42,88
          Total                8.248.674,7        100,00
*)   terdiri dari subsidi benih, penjaminan/SP-3, subsidi
     bunga investasi, LM3, PMUK, bantuan bencana alam.


24
Rancangan alokasi RAPBN 2007 memperhatikan
keseimbangan antara pusat-daerah, yaitu alokasi anggaran
di Pusat sebesar 34,07 persen, sedangkan alokasi untuk
daerah (propinsi dan kabupaten/kota) sebesar 65,93 persen.
Alokasi anggaran di Pusat itupun sebagian besar untuk
dimanfaatkan langsung oleh petani di seluruh Indonesia,
seperti subsidi bunga investasi dan Skim Pelayanan
Pembiayaan Pertanian (SP3) masing-masing sebesar
Rp.500 milyar, serta untuk bantuan bencana alam. Alokasi
anggaran ke daerah disalurkan dalam bentuk Dana
Dekonsentrasi di 33 propinsi untuk kegiatan non-fisik,
sedangkan kegiatan di 434 kabupaten/kota diarahkan untuk
kegiatan operasional dan fisik. Adapun Rincian RABPN
2007 menurut pusat dan daerah seperti pada Tabel 3 dan
Alokasi Anggaran Menurut Eselon 1 seperti pada Tabel 4.


Tabel 3. RAPBN 2007 Pusat dan Daerah


      Alokasi          Total (Rp. Juta)         (%)
Pusat *)                  2,810,390,70                34.07
Daerah                    5,438,284,00                65.93
      Jumlah              8,248,674,70             100.00




                                                        25
Tabel 4. Alokasi Anggaran Menurut Eselon 1


 No                 Unit Organisasi             Jumlah
                                               (Rp Juta)
     1.   Sekretariat Jenderal                1,389,685.7
     2.   Inspektorat Jenderal                  50,000.0
     3.   Ditjen. Tanaman Pangan              2,049,123.4
     4.   Ditjen. Hortikultura                 257,500.0
     5.   Ditjen. Perkebunan                   355,001.2
     6.   Ditjen. Peternakan                   443,418.9
     7.   Ditjen. Pengolahan & Pemasaran       228,000.0
          Hasil Pertanian

     8.   Ditjen. Pengelolaan Lahan dan Air   1,000,000.0
     9.   Badan Penelitian dan                 763,594.4
          Pengembangan Pertanian
  10.     Badan Pengembangan SDM               895,628.7
          Pertanian

  11.     Badan Ketahanan Pangan               479,000.0
  12.     Badan Karantina Pertanian            337,722.4
                          Total               8,248,674.7




26
Alokasi anggaran di Pusat dipergunakan untuk kegiatan
operasional pembinaan dan pengendalian dalam kerangka
regulasi dan kerangka anggaran. Sedangkan alokasi
anggaran ke daerah disalurkan dalam bentuk Dana
Dekonsentrasi ke provinsi untuk kegiatan non-fisik,
sedangkan Dana Tugas Pembantuan disalurkan ke provinsi
untuk kegiatan fisik lintas kabupaten/kota dan Dana Tugas
Pembantuan ke kabupaten/kota diarahkan untuk kegiatan
fisik dan operasionalnya.


    Dana Dekonsentrasi di provinsi antara lain untuk
kegiatan koordinasi perencanaan, sosialisasi, pelatihan,
fasilitasi pendampingan, operasional petugas lapangan
(insentif      honorarium      bagi     penyuluh,    mantri
tani/kebun/ternak), pengumpulan data dan informasi
pertanian, perancangan/pedoman                 penumbuhan/
pengembangan kelompoktani/ Gapoktan dan Lembaga
Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A), monitoring, evaluasi
dan pelaporan dan lain sebagainya. Sedangkan Dana
Tugas Pembantuan di provinsi diarahkan untuk fasilitasi
bagi          pengembangan          kelembagaan       UPT
perbenihan/pembibitan tanaman dan ternak serta
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan
penyakit ternak, operasional petugas pengawas benih/bibit
dan pengamat hama, serta kegiatan fisik lainnya yang
bersifat lintas kabupaten/kota.




                                                        27
Dana Tugas Pembantuan yang disalurkan ke
kabupaten/kota diarahkan untuk kegiatan fisik dalam bentuk
belanja Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK),
kegiatan fisik infrastruktur (padat karya maupun kontraktual)
serta biaya operasional pembinaannya antara lain:
penyusunan Juknis, sosialisasi di tingkat lapangan,
identifikasi dan seleksi kelompok sasaran, pendampingan
penyusunan rencana usaha kelompok, pelatihan
manajemen dan teknis, pembinaan,               penumbuhan/
pengembangan            kelompoktani/Gapoktan/       LKM-A,
pengumpulan data dan informasi pertanian, pemantauan
dan pelaporan, pembinaan lanjutan dan evaluasi pasca
kegiatan lainnya.


    Di samping itu alokasi anggaran juga untuk mendukung
pelaksanaan berbagai Instruksi Presiden yang berkaitan
dengan percepatan pemulihan pasca konflik bagi
masyarakat di berbagai daerah serta alokasi anggaran
untuk NAD dan Nias di luar program rehabilitasi dan
rekonstruksi NAD dan Nias yang dianggarkan di BRR.


    Dalam rangka efektivitas pengorganisasian anggaran,
dilakukan pembatasan jumlah Satuan Kerja (Satker) di
daerah. Dengan demikian maka alokasi anggaran untuk
kegiatan pada aspek hulu dan hilir pada sistem agribisnis
akan diintegrasikan ke dalam Satker Ditjen produksi yang
ada di daerah, namun dalam RKA-KL masih bisa
diidentifikasi komponen kegiatan Ditjen (Produksi, PLA dan

28
P2HP) serta masih bisa diidentifikasi pilihan mekanisme
pelaksanaan anggaran (BLM/PMUK, padat karya, atau
kontraktual). Guna memperlancar pengalokasian anggaran
ke daerah melalui mekanisme dana dekonsentrasi dan dana
tugas pembantuan, telah dilakukan inventarisasi nama-
nama satker yang ada di Provinsi dan Kabupaten/Kota.


VIII.RENCANA ANGGARAN BERDASARKAN KEGIATAN
    UTAMA

    Tahun 2007, pembangunan pertanian dititik beratkan
selain pada penyelesaian masalah pokok yang telah
digambarkan tersebut di atas. Sebagaimana telah
disampaikan di atas bahwa terdapat 29 kegiatan utama
yang menjadi prioritas tahun 2007, dimana enam kegiatan
diantaranya merupakan kegiatan yang secara khusus
ditujukan untuk menyelesaikan masalah fundamental yang
sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan lainnya. Ke enam kegiatan tersebut adalah (i)
Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani & Gabungan
Kelompok tani (Gapoktan) (ii) Bantuan Harga Benih kepada
Petani Miskin (iii) Penjaminan Kredit Pertanian, (iv) Bantuan
Bunga Modal Investasi, (v) Stabilisasi/Kepastian Harga
Komoditas Primer melalui DPM-LUEP, dan (vi) Penyediaan
dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian.




                                                          29
Dalam implementasinya, berbagai rencana kegiatan
pembangunan        pertanian     tahun    2007    tersebut
dioperasionalkan dalam payung 29 kegiatan utama yang
diyakini mampu mendorong percepatan pertumbuhan sektor
pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani serta
merupakan kristalisasi dari berbagai upaya untuk mengatasi
permasalahan pembangunan pertanian hingga saat ini. Ke
dua puluh delapan kegiatan utama dimaksud akan menjadi
unsur utama yang harus terakomodasi dalam program dan
kegiatan Departemen Pertanian pada tahun 2007. Adapun
alokasi anggaran Departemen Pertanian menurut kegiatan
utama dapat dilihat pada Tabel 5.


Tabel 5. Alokasi Anggaran Menurut Kegiatan Utama


No.                     Kegiatan Utama                       Anggaran
                                                             (Rp Juta)

1.    Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani &              40,000.0
      Gapoktan
2.    Pengembangan bantuan Harga Benih kepada Petani         1,750,000.0
      Miskin
3.    Penjaminan Kredit Pertanian                             500,000.0

4.    Bantuan Bunga Modal Investasi                           500,000.0

5.    Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer melalui    300,000.0
      DPM-LUEP
6.    Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui            366,000.0
      PMUK & LM3
7.    Pengembangan bahan baku Bio-Energi                       40,000.0


30
8.    Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian     1.000.000.0

9.    Penguatan Kelembagaan Perbenihan/Perbibitan            50,000.0

10.   Perbaikan Mekanisme Subsidi Pupuk                      10,000.0

11.   Pengendalian OPT, Penyakit Hewan dan                  522,000.0
      Perkarantinaan
12.   Pengembangan Kegiatan Magang SL Pertanian              28,911.4

13.   Peningkatan Kapasitas SDM Petani & Revitalisasi       515,792.0
      Penyuluhan
14.   Pengembangan Kegiatan Pelatihan Pertanian             270,000.0

15.   Mekanisasi keg produksi komoditas pertanian primer     25,000.0
      (pra panen)
16.   Mekanisasi kegiatan pertanian pasca panen              90,000.0

17.   Revitalisasi UPJA dan Kelompok UPJA (KUPJA)            15,000.0

18.   Pengembangan Agroindustri Pedesaan                     60,000.0

19.   Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas              42,000.0
      Pertanian
20.   Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu               20,000.0
      Agribisnis
21.   Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian      300,000.0

22.   Peningkatan Keg Eksebisi, Perlombaan &                 50,000.0
      Penghargaan Pertanian
23.   Pengembangan Pusat Pembibitan Sapi,                    60,000.0

24.   Pengemb Pertanian Terpadu Tanaman-Ternak,             120,000.0
      Kompos & Biogas
25.   Pengembangan Pertanian Organik dan Lingkungan          30,000.0
      Hidup



                                                                  31
26.   Peremajaan Tan Perkebunan Rakyat (Karet, Kopi,     100,000.0
      Sawit, Kakao, tebu, & Mete)
27.   Pengemb dan Diseminasi Innovasi Mendukung Pemb     700,000.0
      Pertanian
28.   Penerapan & Pemantapan Prinsip Good Governance,    123,901.0
      Kebj & Regulasi
29.   Kegiatan lain di luar Kegiatan Utama               620,070.3

      Total                                             8,248,674.7




(1). Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani dan
     Gapoktan

    Dalam rangka memperkuat kelembagaan pertanian dan
mempermudah pembinaan terhadap kelompok tani, maka
pada tahun 2007 akan dilakukan Revitalisasi Kelompok Tani
dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di tingkat
perdesaan. Revitalisasi ini dimaksudkan untuk membentuk
dan atau mengaktifkan kembali serta memperkuat
kelembagaan petani yang ada. Dengan pola ini diharapkan
pembinaan pemerintah kepada petani akan semakin
terfokus dengan sasaran yang jelas. Pada tahun 2006
kegiatan ini dimulai dengan mengidentifikasi terhadap
kelompok-kelompok tani dan Gapoktan yang ada atau
mempersiapkan pembentukannya pada desa-desa yang
belum ada Gapoktan. Selanjutnya pada tahun 2007
kegiatan diarahkan pada pengaktifan 22.000 Gapoktan.
Apabila pengembangan Gapoktan ini dinilai berhasil maka
pada     tahun-tahun      selanjutnya   akan     dilakukan

32
pembentukan/pengaktifan Gapoktan lainnya, dengan target
akhir terbangun dan aktifnya 66.000 Gapoktan hingga akhir
tahun 2009. Biaya yang dibutuhkan bagi kegiatan ini di
tahun 2007 sekitar Rp. 40 milyar.

(2). Bantuan Harga Benih/Bibit kepada Petani Miskin

    Selama ini penggunaan benih/bibit unggul bermutu di
tingkat petani masih rendah. Dengan demikian kegiatan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas melalui penggunaan benih/bibit unggul
bermutu bagi petani, mempermudah akses petani miskin
terhadap benih/bibit unggul serta memperluas penyebaran
benih/bibit unggul pada daerah-daerah kantong kemiskinan,
daerah rawan pangan, daerah terisolir dan lainnya. Upaya
ini akan dapat menekan harga benih/bibit bermutu agar
dapat diakses petani/peternak. Anggaran yang akan
diperlukan adalah Rp. 1,75 trilyun.

(3). Penjaminan Kredit Pertanian

    Selama ini petani/peternak kesulitan mengakses modal
dari perbankan karena minimnya cash collateral. Untuk
membangun sistem pembiayaan yang mudah diakses oleh
petani/peternak, diperlukan skim pelayanan pembiayaan
pertanian yang mudah diakses dan mampu memutar roda
perekonomian di perdesaan. Untuk itu pemerintah perlu
menyediakan dana dasar di perbankan sebagai premi

                                                      33
penjaminan atas kredit yang disalurkan kepada petani
sasaran oleh Bank Pelaksana. Dana tersebut selanjutnya
juga dapat digunakan sebagai risk-sharing atas kredit
petani, dan jasa giro-nya dapat diakumulasikan ke dalam
cadangan pokok atau dikembalikan ke negara sebagai
PNBP. Kegiatan ini sebagai pemantapan dan perluasan dari
kegiatan yang sudah dimulai tahun 2006. Anggaran yang
diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan ini di tahun 2007
adalah Rp. 500 milyar.

(4). Bantuan Bunga Modal Investasi

    Pada tahun 2007, kebutuhan investasi untuk
mengembangkan subsektor perkebunan dan subsektor
tanaman pangan diperkirakan masing-masing mencapai
sebesar Rp 10,0 triliun, atau total untuk kedua subsektor Rp
20,0 triliun. Dalam rangka merangsang investasi di kedua
subsektor tersebut diperlukan bantuan bunga modal
investasi. Di tahun 2007, kegiatan ini memerlukan anggaran
sebesar Rp. 500 milyar.

(5). Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer
     melalui Dana Penguatan Modal – Lembaga Usaha
     Ekonomi Perdesaan (DPM – LUEP)

   Beras merupakan komoditas strategis didalam
kehidupan sosial ekonomi nasional. Satu kendala utama
usahatani tanaman pangan terutama padi adalah terjadinya

34
fluktuasi harga padi/gabah yang ekstrim menurut musim
tanam. Pada saat panen raya biasanya terjadi di musim
hujan, harga padi/gabah menurun dan sebaliknya pada saat
paceklik harga meningkat. Berbagai upaya pemerintah telah
dilakukan dalam rangka stabiliasi harga pangan tersebut,
antara lain dengan meningkatkan peran Bulog dalam
pembelian gabah petani serta fasilitasi pemerintah melalui
pengembangan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha
Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP). Kegiatan DPM-LUEP
telah dilaksanakan sejak tahun 2003 dan telah menunjukkan
keberhasilan. Untuk itu, pada tahun 2007 kegiatan ini akan
lebih diperluas jangkauannya. Anggaran yang dialokasikan
untuk kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 300 milyar.

(6). Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui
     Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dan
     Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di
     Masyarakat (LM3)

      Salah satu kendala utama petani di Indonesia dalam
mengembangkan usahanya adalah terbatasnya modal dan
lemahnya kemampuan akses terhadap sumber permodalan.
Untuk     meningkatkan     bargaining    power    petani,
pemberdayaan petani akan dilakukan dengan pendekatan
kelompok agar mempermudah pembinaan dan
pengembangan usahanya dapat mencapai skala ekonomi.
Dalam rangka mengatasi permodalan petani, akan
disalurkan stimulan penguatan modal usaha kelompok


                                                       35
(PMUK) atau yang selama ini dikenal dengan nama Bantual
Langsung Masyarakat (BLM). Kegiatan PMUK ini akan
disertai dengan kegiatan pengembangan kelembagaan
petani, kemitraan, peningkatan akses terhadap sumberdaya,
teknologi dan pasar serta peningkatan kualitas SDM petani.

      Di samping kelompoktani, di tingkat perdesaan
terdapat pula lembaga yang selama ini tumbuh dan
mengakar di masyarakat, atau yang dikenal dengan
Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3).
Sebagian besar LM3 tersebut berbasis keagamaan: pondok
pesantren, seminari, paroki, pasraman, vihara, pura, subak
dan lainnya. Sebagian LM3 juga bergerak di bidang
agribisnis. LM3 yang bergerak di bidang agribisnis ini dapat
dijadikan sebagai percontohan dan pusat-pusat
pengembangan agribisnis di lokalita setempat. Biaya yang
dialokasikan untuk kegiatan ini adalah Rp. 366 milyar,
dengan rincian LM3 sebesar Rp.166 milyar dan PMUK
Rp.200 milyar.

(7).      Pengembangan Bahan Baku Bio-Energi

      Indonesia sebagai negara agraris memiliki aneka
ragam penghasil minyak nabati seperti kelapa sawit, kelapa,
jarak pagar sebagai bahan baku diesel (substitusi solar) dan
minyak bakar (substitusi minyak tanah). Disamping itu, ubi
kayu, sorgum, jagung dan tetes tebu juga dapat dijadikan
sebagai bahan baku gasohol (substitusi premium) dan

36
penghasil limbah organik (biomassa). Potensi tersebut perlu
terus dikembangkan dengan menyediakan bahan baku
produksi tanaman penghasil bio-energi dan sarana
pengolahannya. Kegiatan ini telah dirintis pada tahun 2006
dan akan ditingkatkan pada tahun 2007. Anggaran yang
diperlukan untuk kegiatan ini adalah Rp. 40 milyar.

(8). Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian

      Untuk menarik investor masuk ke sektor pertanian,
mempermudah aksesibilitas dan distribusi sarana produksi
dan output pertanian, diperlukan infrastruktur yang
memadai. Selama ini investasi pemerintah di bidang
infrastruktur sangat minim, sehingga banyak jalan
usahatani, jalan produksi, jaringan irigasi yang rusak. Untuk
itu diperlukan kegiatan pembangunan dan atau rehabilitasi
jalan usahatani, jalan produksi, jaringan irigasi tingkat
usahatani, jaringan irigasi perdesaan, tata air mikro, irigasi
tanah dangkal, sumur resapan, embung, waduk, dam parit,
terasering dan lainnya. Anggaran kegiatan ini di tahun 2007
adalah sebesar Rp. 1,00 trilyun.

(9). Penguatan Kelembagaan Perbenihan/ Perbibitan

    Dalam rangka memperkuat dan memperlancar
penyediaan benih/bibit pertanian diperlukan dukungan
kelembagaan perbenihan/perbibitan yang memadai baik di
tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk itu

                                                           37
akan dibentuk pusat-pusat perbenihan tanaman pangan di
wilayah berpotensi, dibarengi dengan kegiatan penguatan
lembaga perbenihan/perbibitan yang ada baik di pusat,
provinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu pada sistem
perbenihan/perbibitan nasional. Biaya yang diperlukan untuk
kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 50 milyar.

(10).Perbaikan Mekanisme Subsidi Pupuk

    Saat ini subsidi pupuk pada petani dilakukan melalui
subsidi gas yang diberikan kepada pabrik. Dengan
terbatasnya pasokan gas dan perbedaan harga yang sangat
tinggi antara gas dalam negeri dengan harga ekspor,
menyebabkan pasokan gas untuk pabrik pupuk menjadi
berkurang dan diikuti oleh sulitnya bagi pabrik untuk
meningkatkan produksi pupuk. Sementara, harga pupuk
bersubsidi yang dijual di tingkat pengecer kebanyakan
berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang
ditetapkan pemerintah. Hal ini antara lain disebabkan oleh
mahalnya biaya transportasi dan tidak seragamnya ongkos
angkut pada tiap daerah. Untuk itu pada tahun 2007 perlu
dilakukan mekanisme pengalihan subsidi dari subsidi gas
menjadi subsidi harga dan subsidi transportasi. Anggaran
yang diperlukan di tahun 2007 untuk kegiatan ini adalah Rp.
10 milyar.




38
(11). Pengendalian OPT,         Penyakit     Hewan      dan
      Perkarantinaan

     Akhir-akhir ini sektor pertanian sering dilanda musibah
serangan wabah hama penyakit tanaman antara lain:
wereng coklat, hama sexava, hama PBK, penyakit ternak
seperti anthrax, penyakit mulut dan kuku, serta virus flu
burung dan lainnya. Untuk itu salah satu prioritas kegiatan
pembangunan pertanian pada tahun 2007 diarahkan untuk
pencegahan dan penanggulangan hama penyakit tanaman
dan ternak tersebut. Kegiatan ini di tahun 2007 memerlukan
anggaran sebesar Rp. 522 milyar.

(12). Pengembangan Kegiatan Magang Sekolah Lapang
      (SL) Pertanian

      Metode yang dirasakan praktis dan mudah diikuti
petani dalam alih teknologi adalah metode Sekolah Lapang
(SL) Pertanian. Disamping mudah diikuti metode ini juga
menarik bagi petani karena dapat langsung diterapkan oleh
petani saat mereka melakukan aktivitas usahanya. Untuk itu
pada tahun 2007 akan diperbanyak kegiatan-kegiatan SL
Pertanian. Selanjutnya SL Pertanian tersebut akan
diarahkan menjadi media training of trainers (TOT) dengan
sasaran lebih berkembangnya SL Pertanian yang diinisiatif
oleh lulusan TOT. Dengan demikian pada masa yang akan
datang pemerintah akan lebih banyak mengarahkan
kegiatan SL Pertanian ini, tidak lagi perlu membentuk SL-SL

                                                         39
baru yang difasilitasi pemerintah. Anggaran kegiatan ini di
tahun 2007 sebesar Rp. 28,9 milyar.

(13). Peningkatan Kapasitas Sumberdaya            Manusia
      Petani dan Revitalisasi Penyuluhan

       Selama ini terdapat kecenderungan terjadi
transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke non-
pertanian, dimana para pemuda/pemudi di perdesaan lebih
tertarik bekerja sebagai buruh di sektor industri maupun di
sektor informal, sehingga penduduk yang masih bekerja di
sektor pertanian tinggal yang berumur tua. Untuk menarik
minat para pemuda/pemudi kembali membangun pertanian
di perdesaan, diperlukan langkah-langkah kegiatan antara
lain melalui pendidikan, pelatihan, magang, studi banding
dan lainnya.

      Disamping itu dalam rangka revitalisasi penyuluhan
kegiatan diarahkan pada pengembangan dan pemantapan
BPP yang ada, rekruitmen tenaga penyuluh, pelatihan dan
pendampingan serta perbaikan metodologi penyuluhan yang
disesuaikan dengan dinamika yang berkembang. Disamping
itu di tingkat perdesaan akan dikembangkan Community
Center for Agribusiness yang merupakan kelembagaan
layanan informasi pertanian di tingkat desa untuk
meningkatkan akses petani terhadap informasi dan
teknologi. Biaya yang dibutuhkan di tahun 2007 adalah Rp.
515,79 milyar.

40
(14). Pengembangan Kegiatan Pelatihan Pertanian

      Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan
kendala yang serius dalam pembangunan pertanian. Tingkat
pendidikan dan keterampilan petani yang masih rendah
memerlukan latihan, khususnya pada aspek yang bersifat
praktis dan langsung berhubungan dengan aktivitas usaha
ekonomi petani. Untuk itu pada tahun 2007 akan
dikembangkan kegiatan berbagai pelatihan bagi petani yang
materinya disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan
petani. Anggaran yang diperlukan bagi kegiatan ini di tahun
2007 adalah Rp. 270 milyar.

(15). Mekanisasi Kegiatan Produksi             Komoditas
      Pertanian Primer (Pra Panen)

     Dalam rangka mengatasi kebutuhan tenaga kerja,
khususnya di luar Jawa serta mengantisipasi perluasan
areal pertanian yang telah diprogramkan, maka diperlukan
teknologi produksi pertanian yang bisa menghemat
pemakaian tenaga kerja manusia. Oleh karena itu
mekanisasi pada kegiatan produksi (pra-panen) mutlak
dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2007 introduksi teknologi
mekanisasi pertanian akan menjadi kegiatan terobosan
dalam rangka mempercepat kegiatan proses produksi.
Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini di tahun 2007
adalah Rp. 25 milyar.



                                                        41
(16). Mekanisasi Kegiatan Pertanian Pasca Panen

      Untuk mengurangi kehilangan, meningkatkan mutu
hasil dan nilai tambah produk pertanian serta penanganan
pemasaran, akan dikembangkan berbagai sarana pasca
panen seperti: (1) pengembangan sarana penyelamatan
pasca panen (pengeringan melalui terpalisasi dan
pengembangan sarana pengering surya), dan (2) sarana
pergudangan. Biaya yang dialokasikan untuk kegiatan ini di
tahun 2007 adalah Rp. 90 milyar.

(17). Revitalisasi Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA)
      dan Kelompok UPJA (KUPJA)

      Penggunaan alsin pertanian telah dirasakan
manfaatnya oleh petani khususnya tanaman pangan dalam
mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama,
panen dan perontokan khususnya di daerah intensifikasi.
Namun demikian jumlah alsin pertanian masih sangat sedikit
dibanding dengan luas lahan yang ada. Disamping itu,
pemakaian alsin juga belum optimum khususnya dalam
kegiatan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan
Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (KUPJA). Untuk
itu salah satu kegiatan terobosan yang akan dilaksanakan
pada tahun 2007 adalah revitalisasi UPJA dan KUPJA.
Berkaitan dengan hal ini perlu diupayakan penyediaan
penguatan modal pengadaan alsintan bagi petani-peternak
berupa pembayaran uang muka (down payment). Anggaran

42
yang dibutuhkan bagi kegiatan ini dtahun 2007 adalah Rp.
15 milyar.

(18). Pengembangan Agroindustri Pedesaan

      Produksi pertanian di perdesaan kebanyakan masih
dalam bentuk produk primer. Untuk meningkatkan nilai
tambah sekaligus membuka kesempatan kerja dan
berusaha di bidang usaha pertanian, maka diperlukan
penumbuhan industri berbasis pertanian (agroindustri) di
tingkat perdesaan. Upaya pengembangan agroindustri di
tingkat perdesaan disamping untuk sarana peningkatan nilai
tambah juga ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi di perdesaan dan menekan tingkat urbanisasi.
Biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan ini di
tahun 2007 adalah Rp. 60 milyar.

(19). Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas
      Pertanian

      Dalam rangka pengembangan pemasaran produk
pertanian, perlu dikembangkan berbagai sarana dan sistem
pemasaran, khususnya untuk daerah luar Jawa. Kegiatan
yang diperlukan pada tahun 2007 dalam rangka
pengembangan pemasaran ini adalah: (1) Auction market,
khususnya       untuk   komoditas     perkebunan,     (2)
pengembangan grading dan packaging house yang
dilengkapi dengan cold storage, terutama untuk komoditas

                                                       43
hortikultura, dan (3) pengembangan pasar dan pusat
pelelangan bunga di Jakarta dan Surabaya. Kegiatan ini di
tahun 2007 memerlukan anggaran sebesar Rp. 42 milyar.

(20). Pengembangan      Fasilitas   Pelayanan    Terpadu
      Agribisnis

      Untuk mendorong investasi di bidang pertanian
dibutuhkan fasilitasi berbagai pihak sesuai dengan fungsi,
kompetensi dan kapasitas masing-masing. Fasilitas tersebut
dapat diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi/
Kabupaten/Kota, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta
Nasional Besar dan Multinasional. Sinergi semua elemen
sangat diperlukan, mengingat keberhasilan investasi
tergantung pada ketersediaan faktor pendorong rantai
pasokan (supply chain) secara optimal. Anggaran yang
diperlukan di tahun 2007 untuk kegiatan ini adalah Rp. 20
milyar.

(21). Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian

       Produksi berbagai komoditas pertanian selama
beberapa dekade ini telah menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Peningkatan produksi tersebut diperoleh dari
hasil peningkatan luas areal tanam atau peningkatan
produktivitas. Kenyataan menunjukkan bahwa berbagai
produktivitas komoditas pertanian masih jauh dari
potensinya, terutama pada komoditas perkebunan rakyat. Di

44
lain pihak, walaupun komoditas tanaman pangan relatif lebih
maju, namun pengembangan komoditas ini juga dihadapkan
pada kendala keterbatasan sumberdaya lahan dan semakin
tingginya opportunity cost karena semakin tajamnya
kompetisi penggunaan lahan dengan non-pertanian
(terutama di pulau Jawa). Keberhasilan peningkatan
produktivitas sangat berkorelasi dengan inovasi teknologi
(penggunaan varietas/klon unggul). Untuk itu pada tahun
2007 peningkatan produksi berbagai komoditas pertanian
akan dilakukan melalui perluasan areal tanam, terutama
diarahkan di luar Pulau Jawa dan peningkatan produktivitas
serta intensitas tanam. Kegiatan ini di tahun 2007
membutuhkan anggaran sebesar Rp. 300 milyar.

(22). Peningkatan Kegiatan Eksebisi, Perlombaaan dan
      Penghargaan Pertanian

      Dalam rangka penyebarluasan informasi, promosi, dan
pemasyarakatan berbagai keberhasilan dan program-
program pembangunan pertanian kepada publik, maka pada
tahun 2007 kegiatan-kegiatan berupa eksebisi maupun
berbagai ”fair” akan semakin diperbanyak. Kegiatan eksebisi
ini akan dilakukan berjenjang dari tingkat bawah
desa/kecamatan – Kabupaten – Propinsi sampai tingkat
Nasional. Kegiatan eksibisi terbuka untuk umum dan juga
diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan atau
mendorong keterlibatan masyarakat seperti misalnya
lomba/kontes ternak (kabing pejantan, sapi) unggul, buah


                                                        45
bermutu, dan lain sebagainya. Anggaran yang diperlukan
kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 50 milyar.

(23). Pengembangan Pusat Pembibitan Sapi

      Dalam dekade terakhir ini impor sapi hidup dan daging
sapi masih sangat tinggi, bahkan pernah mencapai lebih
dari 420.000 ekor pada tahun 2002, walaupun saat ini ada
penurunan impor. Namun demikian, penurunan impor
tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan populasi di
dalam negeri, tetapi bahkan ada kecenderungan penurunan
populasi sapi di dalam negeri yang disebabkan
meningkatnya pemotongan sapi betina produktif dan
muda/kecil. Keadaan demikian diperkirakan akan terus
berlangsung apabila tidak ada terobosan dalam
pengembangan sapi di Indonesia. Untuk itu pada tahun
2007 akan dilakukan kegiatan terobosan revitalisasi
perbibitan sapi melalui pengembangan pusat perbibitan sapi
(seperti Village Breeding Center) yang dibina oleh UPT
Daerah, antara lain: di Gowa, Pasuruan, Lombok Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.
Anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini di
tahun 2007 adalah Rp. 60 milyar.




46
(24). Pengembangan Pertanian Terpadu            Tanaman-
      Ternak, Kompos, dan Biogas

     Salah satu kegiatan terobosan yang akan dilakukan
pada tahun 2007 adalah pengembangan pilot-pilot
percontohan integrasi tanaman-ternak, kompos dan biogas
di tingkat perdesaan. Kegiatan seperti ini sudah
dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian pada dua
tahun terabhir ini dan ke depan akan semakin diperluas
cakupan komoditas dan wilayahnya. Kegiatan pilot atau
percontohan tersebut di lingkungan Departemen Pertanian
akan dilakukan dan atau dikoordinasikan oleh Badan
Litbang Pertanian. Kegiatan ini di tahun 2007 membutuhkan
anggaran sebesar Rp. 120 milyar.

(25). Pengembangan Pertanian Organik dan Lingkungan
      Hidup

       Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan
pendekatan       pembangunan      berkelanjutan,    dengan
memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan
secara holistik antara lain mencakup aspek sosial, ekonomi,
politik, kelembagaan, maupun ekologi. Praktek-praktek
pengelolaan pertanian yang mengeksploitasi sumberdaya
secara berlebihan dengan menggunakan pupuk dan
pestisida kimia telah berdampak terjadinya levelling off,
dimana peningkatan produksi tidak setara dengan besarnya
input yang digunakan dan telah berdampak negatif terhadap

                                                        47
kesuburan lahan (tanah menjadi tandus dan rentan terhadap
serangan hama penyakit). Untuk memulihkan kesuburan
tanah, meningkatkan produktivitas dan melestarian
lingkungan, maka kegiatan pengembangan pertanian
organik akan semakin dikembangkan dan diperluas. Biaya
yang dibutuhkan bagi pelaksanaan kegiatan ini di tahun
2007 adalah Rp. 30 milyar.

(26). Peremajaan Tanaman Perkebunan Rakyat,
      khususnya Karet, Kopi, Sawit, Kakao, dan Mete

      Komoditas utama yang saat ini banyak diusahakan
dalam bentuk perkebunan rakyat antara lain karet, sawit dan
kakao. Namun sebagai negara dengan luas areal
perkebunan terbesar di dunia, Indonesia masih menghadapi
kendala rendahnya produktivitas, terutama pada
perkebunan rakyat yang merupakan mayoritas. Rendahnya
produktivitas ini terutama sebagai akibat banyaknya
tanaman yang telah tua, rusak dan tidak produktif lagi,
penggunaan bibit bukan klon unggul, dan kondisi kebun
yang tidak terawat. Untuk itu pada tahun 2007 akan
dilakukan peremajaan dan rehabilitasi perkebunan rakyat
nasional. Anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 100 milyar.




48
(27). Pengembangan   dan    Diseminasi               Inovasi
      mendukung Pembangunan Pertanian

      Pembangunan pertanian perlu didukung oleh
teknologi, sehingga dapat dipercepatn dan memberikan
hasil yang optimal. Untuk keperluan ini, upaya percepatan
penemuan inovasi dan alih teknologi sangat dibutuhkan.
Upaya pengembangan dan diseminasi teknologi akan
dilaksanakan oleh unit-unit penelitian yang ada di lingkup
Departemen Pertanian. Anggaran yang dialokasikan untuk
kegiatan penelitian ini di tahun 2007 sebesar Rp. 700 milyar.

(28). Penerapan dan Pemantapan Prinsip                 Good
      Governance, Kebijakan dan Regulasi.

      Dalam       rangka     memperlancar     pelaksanaan
pembangunan pertanian, sinkronisasi antar subsektor dan
lintas sektor, serta koordinasi antara pusat dan daerah,
dikembangkan manajemen yang terpadu yang mencakup
aspek     perencanaan,      implementasi,    pengendalian,
pemantauan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan yang
sesuai dengan prinsip good governance. Anggaran yang
dialokasikan di tahun 2007 sebesar Rp. 123,9 milyar.




                                                          49
(29). Kegiatan lain di luar 28 Kegiatan Utama dan
      Tertuang dalam RKP 2007.

        Kegiatan lain di luar kegiatan utama tersebut antara
lain: peningkatan mutu dan keamanan pangan, distribusi
pangan, pengembangan pangan lokal, standarisasi,
akreditasi, pengendalian mutu, pengembangan sentra
produksi, penerapan good agricultural practices, pola
kemitraan contract farming,         advokasi penataan hak
kepemilikan dan sertifikasi lahan petani, dan lainnya dengan
anggaran sebesar Rp. 620,07 milyar




50
DAFTAR PUSTAKA

Alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Departemen
         Pertanian Tahun Anggaran 2007

Laporan Sidang Umum Organisasi Perdagangan Dunia
        (WTO) di Jenewa, Swiss, tanggan 29 Juli 2004
        mengenai subsidi pertanian.

Pidato    Menteri Pertanian dalam acara seminar
         “Menyelamatkan Ekonomi Bangsa: Pembangunan
         Sektor Riil dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
         Untuk Kemandirian Bangsa” di Jakarta, tanggal 17
         januari 2007

Rencana Kerja Departemen Pertanian tahun 2007 yang
       tertuang dalam Perpres No. 19 Tahun 2006.

Van Zorge Report, May 10, 2007, halaman 27/28




                                                      51

More Related Content

What's hot

Ekspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor PertanianEkspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor PertanianJoel mabes
 
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian pptTugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian pptsiti aisah
 
peranan sektor pertanian
peranan sektor pertanianperanan sektor pertanian
peranan sektor pertanianGilang Jupriono
 
10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanianfirman sahari
 
Pembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesiaPembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesiaIrmaSetia Gsb
 
10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanianbayuajinugraha21
 
10.2 peranan sektor pertanian terhadap perekonomian
10.2 peranan sektor pertanian terhadap perekonomian10.2 peranan sektor pertanian terhadap perekonomian
10.2 peranan sektor pertanian terhadap perekonomianvia ultuflia
 
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vmaWeek 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vmaYusinadia Sekar Sari
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertaniansuhemah emah
 
Makalah perekonomian indonesia menuju swasembada pangan 2017
Makalah perekonomian indonesia  menuju swasembada pangan 2017Makalah perekonomian indonesia  menuju swasembada pangan 2017
Makalah perekonomian indonesia menuju swasembada pangan 2017Eka Spollediest Aa-moree
 
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanianKebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanianJin Kazama
 
Presentation8 peranan sektor pertanian
Presentation8 peranan sektor pertanianPresentation8 peranan sektor pertanian
Presentation8 peranan sektor pertanianiswah yuni
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiasarianputra
 
Peranan sektor pertanian.....
Peranan sektor pertanian.....Peranan sektor pertanian.....
Peranan sektor pertanian.....rosita puspa
 
peranan sektor pertanian
peranan sektor pertanianperanan sektor pertanian
peranan sektor pertanianAsgari S
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanianElisabeth Marina
 
Charisma 11140935 peranan sektor pertanian
Charisma 11140935 peranan sektor pertanianCharisma 11140935 peranan sektor pertanian
Charisma 11140935 peranan sektor pertanianCharisma Al-ma'arij
 
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIANBakhrul Ulum
 
M8. peranan sektor pertanian
M8. peranan sektor pertanianM8. peranan sektor pertanian
M8. peranan sektor pertanianerlina na
 
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesiaAndi Sutandi
 

What's hot (20)

Ekspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor PertanianEkspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor Pertanian
 
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian pptTugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
 
peranan sektor pertanian
peranan sektor pertanianperanan sektor pertanian
peranan sektor pertanian
 
10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian
 
Pembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesiaPembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesia
 
10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian
 
10.2 peranan sektor pertanian terhadap perekonomian
10.2 peranan sektor pertanian terhadap perekonomian10.2 peranan sektor pertanian terhadap perekonomian
10.2 peranan sektor pertanian terhadap perekonomian
 
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vmaWeek 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
Makalah perekonomian indonesia menuju swasembada pangan 2017
Makalah perekonomian indonesia  menuju swasembada pangan 2017Makalah perekonomian indonesia  menuju swasembada pangan 2017
Makalah perekonomian indonesia menuju swasembada pangan 2017
 
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanianKebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
 
Presentation8 peranan sektor pertanian
Presentation8 peranan sektor pertanianPresentation8 peranan sektor pertanian
Presentation8 peranan sektor pertanian
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesia
 
Peranan sektor pertanian.....
Peranan sektor pertanian.....Peranan sektor pertanian.....
Peranan sektor pertanian.....
 
peranan sektor pertanian
peranan sektor pertanianperanan sektor pertanian
peranan sektor pertanian
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian
 
Charisma 11140935 peranan sektor pertanian
Charisma 11140935 peranan sektor pertanianCharisma 11140935 peranan sektor pertanian
Charisma 11140935 peranan sektor pertanian
 
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
 
M8. peranan sektor pertanian
M8. peranan sektor pertanianM8. peranan sektor pertanian
M8. peranan sektor pertanian
 
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
 

Similar to PROGRAM SUBSIDI

Arus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanikArus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanikUmi Hanik
 
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanikAda apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanikUmi Hanik
 
10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanianfirman sahari
 
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)Restu Antika
 
Peran sektor pertanian
Peran sektor pertanianPeran sektor pertanian
Peran sektor pertanianNursyidah alit
 
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaMakalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1HappyZulfi
 
tugas 2 Perekonomian indonesia.docx
tugas 2 Perekonomian indonesia.docxtugas 2 Perekonomian indonesia.docx
tugas 2 Perekonomian indonesia.docxNuriyanah2
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNandaTika
 
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptxMANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptxnelvameyriani1
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptnovri7
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptnovri7
 
Peranan sektor pertanian erlina risnndari 11140131( 10 )
Peranan sektor pertanian erlina risnndari 11140131( 10 )Peranan sektor pertanian erlina risnndari 11140131( 10 )
Peranan sektor pertanian erlina risnndari 11140131( 10 )erlina risnandari
 

Similar to PROGRAM SUBSIDI (20)

Arus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanikArus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanik
 
143
143143
143
 
67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian
 
67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian
 
Sektoral Perekonomian Indonesia
Sektoral Perekonomian Indonesia Sektoral Perekonomian Indonesia
Sektoral Perekonomian Indonesia
 
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanikAda apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
 
10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian
 
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)
 
Peran sektor pertanian
Peran sektor pertanianPeran sektor pertanian
Peran sektor pertanian
 
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaMakalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
 
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1
 
Vaisal mulawarman 2012
Vaisal mulawarman 2012Vaisal mulawarman 2012
Vaisal mulawarman 2012
 
tugas 2 Perekonomian indonesia.docx
tugas 2 Perekonomian indonesia.docxtugas 2 Perekonomian indonesia.docx
tugas 2 Perekonomian indonesia.docx
 
Makalah_51 Makalah ii
Makalah_51 Makalah iiMakalah_51 Makalah ii
Makalah_51 Makalah ii
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docx
 
Makalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petaniMakalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petani
 
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptxMANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
 
Peranan sektor pertanian erlina risnndari 11140131( 10 )
Peranan sektor pertanian erlina risnndari 11140131( 10 )Peranan sektor pertanian erlina risnndari 11140131( 10 )
Peranan sektor pertanian erlina risnndari 11140131( 10 )
 

More from Pekerja Sosial Masyarakat

More from Pekerja Sosial Masyarakat (20)

PENGENALAN OpenSID.pptx
PENGENALAN OpenSID.pptxPENGENALAN OpenSID.pptx
PENGENALAN OpenSID.pptx
 
Infaq Dan Shadaqah
Infaq Dan ShadaqahInfaq Dan Shadaqah
Infaq Dan Shadaqah
 
draf Proposal Ponpes.pdf
draf Proposal Ponpes.pdfdraf Proposal Ponpes.pdf
draf Proposal Ponpes.pdf
 
prestasi desa.pptx
prestasi desa.pptxprestasi desa.pptx
prestasi desa.pptx
 
Visi misi desa biaung
Visi misi desa biaungVisi misi desa biaung
Visi misi desa biaung
 
Buku panduan bpd
Buku panduan bpdBuku panduan bpd
Buku panduan bpd
 
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumiModul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
 
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covidBuku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
 
Paparan strategi percepatan odf
Paparan strategi percepatan odfPaparan strategi percepatan odf
Paparan strategi percepatan odf
 
Peraturan informasi no_1_2018
Peraturan informasi no_1_2018Peraturan informasi no_1_2018
Peraturan informasi no_1_2018
 
Power point bpd
Power point  bpdPower point  bpd
Power point bpd
 
Lampiran 11 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 11  Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 11  Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 11 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 10 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 10  Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 10  Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 10 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 06 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 06   Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 06   Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 06 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 03 Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Lampiran 03  Perda Kab. Cianjur no 17 2012Lampiran 03  Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Lampiran 03 Perda Kab. Cianjur no 17 2012
 
Lampiran 02 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 02   Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 02   Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 02 Perda Cianjur No 17 2012
 
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
 
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
 
Kecamatan takokak dalam angka 2018
Kecamatan takokak dalam angka 2018Kecamatan takokak dalam angka 2018
Kecamatan takokak dalam angka 2018
 
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 

PROGRAM SUBSIDI

  • 1. PROGRAM SUBSIDI PERTANIAN TERPADU: SUATU LANGKAH AWAL MENUJU SWASEMBADA PANGAN Ir. Agung Budilaksono, SE, MM * I. LATAR BELAKANG Pembangunan pertanian menempati prioritas utama pembangunan dalam pembangunan ekonomi nasional. Karena itu sektor pertanian merupakan sektor utama pembangunan ekonomi nasional. Dalam pendekatan perhitungan pendapatan nasional, sektor pertanian terdiri dari sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Selain sektor pertanian, terdapat delapan sektor ekonomi lainnya yang secara bersama menentukan besarnya pertumbuhan ekonomi bangsa melalui pendapatan domestik (GDP) dan pendapatan nasional (GNP). * Widyaiswara pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara – Departemen Keuangan; disampaikan pada acara Focus Group Discussion – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, di Jakarta, tanggal 4 Februari 2008 1
  • 2. Kedudukan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional adalah cukup nyata, dilihat dari proporsinya terhadap pendapatan nasional. Selain kontribusinya melalui GDP, peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari peran sektor pertanian yang sangat luas, mencakup beberapa indikator antara lain: Pertama, pertanian sebagai penyerap tenaga kerja yang cukup besar. Kedua, pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan. Ketiga, komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga. Harga produk- produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga dinamikanya sangat berpengaruh terhadap inflasi. Keempat, akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor. Pembangunan per-tanian mencakup pemasaran dan perdagangan komoditas. Dalam sis-tem rantai agribisnis, pemasaran dan perdagangan komoditas pertanian sangat penting dalam menentukan nilai tambah produk. Dengan pemasaran baik di dalam maupun ke luar negeri maka harga dan nilai tambah pertanian yang diterima oleh petani produsen akan semakin tinggi. Sebaliknya dengan adanya impor maka produk dalam negeri akan bersaing dalam merebut pasar domestik. 2
  • 3. Dengan produk domestik yang berdaya saing tinggi maka ekspor dapat dipacu dan akhirnya menghasilkan devisa bagi pembangunan. Namun dengan rendahnya daya saing maka barang impor akan masuk ke dalam negeri, dan devisa negara harus dibelanjakan ke luar negeri. Kelima, komoditas pertanian merupakan bahan industri manufaktur pertanian. Masih dalam suatu sistem rantai agribisnis, industri manufaktur (pengolahan) pertanian, baik yang mengolah komoditas pertanian maupun yang menghasilkan input pertanian menduduki tempat yang penting. Kegiatan industri manufaktur pertanian hanya bisa berjalan apabila memang ada kegiatan produksi yang sinergis. Dengan demikian kehadiran sektor pertanian adalah prasyarat bagi adanya sektor industri manufaktur pertanian yang berlanjut. Keenam, pertanian memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi. Keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor lain dapat dilihat dari aspek keterkaitan produksi, keterkaitan konsumsi, keterkaitan investasi, dan keterkaitan fiskal. Berdasarkan sifat keterkaitan maka dikenal keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage). Di Indonesia, sektor pertanian mempunyai keterkaitan ke belakang yang kuat dalam menciptakan titik temu antarsektor yang lebih efektif dari pada keterkaitan ke depan. Menteri Pertanian dalam pidatonya pada acara seminar “Menyelamatkan Ekonomi Bangsa: Pembangunan Sektor Riil dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Untuk Kemandirian Bangsa” di Jakarta, tanggal 17 januari 2007 3
  • 4. mengungkapkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor riil yang telah menjadi penyelamat di masa krisis ekonomi, dan telah cukup berhasil dalam menyediakan kebutuhan pangan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan devisa Negara, dan pengurangan kemiskinan di pedesaan. Diungkapkan pula bahwa keberhasilan dimaksud antara lain dalam mempertahankan swasembada beras dengan tingkat pemenuhan selalu di atas 95 persen, bahkan dalam tiga tahun terakhir dikatakannya impor beras kurang dari satu persen. Penurunan impor juga terjadi pada komoditas seperti jagung dan gula. Sementara pada sisi ekspor terjadi pada komoditas-komoditas perkebunan seperti minyak sawit, karet, dan kakao. Oleh karena itu tidak berlebihan apabila salah satu prioritas pembangunan ekonomi Kabinet Indonesia bersatu adalah Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan. Terdapat 3 substansi penting arah pembangunan sektor pertanian dalam program revitalisasi pertanian, yaitu (i) arah masa depan kondisi petani, (ii) arah masa depan pelaku usaha pertanian, termasuk swasta, dan (iii) arah masa depan produk dan bisnis pertanian. Arah masa depan petani berkaitan dengan: (i) akses petani terhadap layanan dan sumberdaya produktif, (ii) perlindungan petani dalam melakukan aktivitas usaha pertanian, (iii) peningkatan kemampuan dan keberdayaan petani untuk mengembangkan aktivitas usaha pertanian 4
  • 5. yang dilakukannya, dan (iv) peningkatan pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan petani serta kesetaraan gender yang baik. Sementara arah masa depan usaha pertanian mencakup: (i) perlindungan dan kepastian hukum terhadap kegiatan usaha pertanian, (ii) lingkungan usaha yang mendukung usaha pertanian, terutama berbagai peraturan terkait yang dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas usaha, dan (iii) akses terhadap dukungan pembiayaan, informasi dan teknologi yang aktual dan sesuai dengan perkembangan usaha dan dinamika bisnis. Arah masa depan produk dan bisnis pertanian mencakup (i) pembangunan ketahanan pangan masyarakat yang terkait dengan aspek-aspek:pasokan produksi, pendapatan, keterjangkauan dan kemandirian, (ii) sumber pendapatan devisa yang terkait dengan keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar internasional, (iii) penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru yang terkait dengan isu global dan perkembangan ke depan. Sebagai upaya tindak lanjut revitalisasi sektor pertanian, maka pada tanggal 4 Juni 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan tambahan dukungan pendanaan bagi sektor pertanian. Presiden berniat menyisihkan dana sebesar Rp 7,8 triliun pada tahun 2007 untuk perluasan jangkauan sektor pertanian. Nilai tersebut 5
  • 6. sesungguhnya menunjukkan suatu peningkatan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2006 sebesar Rp.6,3 triliun dan pada tahun 2005 hanya sebesar Rp.4,1 triliun. Namun demikian, dalam pelaksanaannya kebijakan nasional tersebut masih banyak menemui tantangan yang dirasakan cukup berat, seperti perlunya perbaikan irigasi, penyediaan benih, pupuk, pestisida, dan perbaikan teknologi. Pengelolaan paket kebijakan tersebut dirasakan masih sangat birokratis dan bersifat top-down. Departemen Pertanian sendiri telah menetapkan pagu indikatif global untuk Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2008 sebesar Rp 8,8 triliun. Rencana kerja tahun 2008 yang menyangkut program dan anggaran yang diusulkan sebagian besar merupakan program lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Dasar penyusunan program kerja Deptan 2008 mengambil dari Program Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025. Di Uni Eropa yang terkenal dengan sejarah panjang proteksi pertaniannya, diperkirakan hanya sekitar 20% dari setiap 1 € yang disediakan dalam bentuk subsidi, namun dalam pelaksanaannya berhasil mencapai penerima yang dituju, yakni para petani. 80% lainnya tertelan oleh birokrasi yang tidak efisien, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun para perantara subsidi tersebut. Meskipun dalam 6
  • 7. pelaksanaan pemberian subsidi masih terdapat kritik-kritik seperti demikian, namun harus diakui bahwa kebanyakan Negara anggota Uni Eropa mengelola dan menjalankan paket subsidi tersebut dengan cara yang lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia. Pertanyaannya sekarang kemudian adalah seberapa besar dari subsidi yang disediakan di Indonesia berhasil mencapai petani? Hal ini tentunya perlu mendapatkan perahtian yang lebih serius dari pihak-pihak terkait. Subsidi-subsidi yang ada saat ini, yang diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi pupuk, benih, bahan-bahan kimia, dsb, sesungguhnya bukanlah merupakan subsidi pertanian, melainkan subsidi BUMN, yang pengelolaannya penuh dengan inefisiensi, seperti yang ditemukan oleh BPK setiap tahunnya. Pengalaman dari Negara-negara tetangga mengindikasikan bahwa diperlukan suatu mekanisme persaingan yang dapat memaksa BUMN-BUMN tersebut untuk beroperasi secara lebih efisien. Namun demikian, selama BUMN-BUMN tersebut dilihat sebagai suatu solusi penyaluran subsidi dan bukan di lihat sebagai bagian dari permasalahan sistem penyaluran subsidi, maka tentunya sulitnya untuk berharap banyak akan terjadinya perubahan nasib para petani secara signifikan. Para analis kebijakan pertanian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari The Van Zorge Report 7
  • 8. berkesimpulan bahwa “kecuali sistemnya diperbaiki dan mekanisme pengawasan yang serius ditetapkan, … rencana mutakhir pemerintah terhadap sektor ini akan mengalami nasib yang sama dengan banyak rencana lain sebelumnya.” (Van Zorge Report, May 10, 2007, halaman 27/28) Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, menggagas rancang bangun Subsidi Pertanian Terpadu (SPT) untuk mengembalikan sukses Indonesia dalam tahun 1984 yaitu swasembada beras, atau paling tidak impor beras dapat dikurangi. SPT sendiri sesungguhnya merupakan penyatuan semua instrumen kebijakan subsidi dalam satu paket, baik dalam rancang bangun maupun dalam pelaksanaannya. Subsidi yang dimaksud di sini adalah subsidi harga input, subsidi modal kerja serta subsidi terhadap dukungan harga output. Selama ini rancang bangun subsidi input dan dukungan harga output usaha tani masih dilakukan secara parsial dan terpisah-pisah. Sebagai contoh adalah Harga Eceran Tertinggi (HET) terhadap pupuk tidak mengacuk kepada penetapan Harga Dasar Gabah (HDG), demikian juga terhadap subsidi benih dan suku bunga. Model SPT memiliki keunggulan berupa tepat sasaran, kebocoran karena disparitas harga dapat ditekan, menghindari subsidi ganda, mencegah over intensifikasi serta mendorong profesionalisme produsen sarana produksi padi. Terdapat dua komponen penting dalam rancang 8
  • 9. bangun SPT, yaitu pertama, subsidi sarana produksi seperti benih, pupuk dan pestisida; kedua, subsidi modal kerja untuk membayar upah. Subsidi tersebut diberikan kepada petani secara terpadu dalam satu paket sesuai dengan kebutuhan lahan, bukan kebutuhan petani, dan diikuti oleh kebijakan dukungan harga output. Model SPT di atas dikatakan dapat mengurangi kebocoran, namun tentunya apabila didukung dengan sistem pengadministrasian yang memadai. Untuk mengatasi kesulitan ini, keterlibatan kelompok tani dengan komoditas yang sama serta memiliki skala usaha yang memadai (kurang lebih seluas 250 Ha) sangat dianjurkan untuk membentuk Lembaga Sistem Administrasi Subsidi Terpadu (SASDU). II. PENYEBAB ADANYA SUBSIDI PERTANIAN Perundingan WTO pada tanggal 16 Desember 2005 di Convention Centre Hong Kong, dihadiri pembicara dari berbagai negara, seperti George Naylor, Ketua serikat petani Amerika Serikat NFFC, Heike Schiebeck dari Austria mewakili CPE serikat petani Eropa, Diamantino Nhampossa ketua serikat petani Mozambique UNAC, dan Badrul Alam dari organisasi masyarakat adat Bangladesh Krishok. Subsidi adalah salah satu issu yang mencuat dalam perundingan WTO tersebut. Kelompok Uni Eropa menolak 9
  • 10. untuk menyepakati kapan mereka harus menurunkan tarif impornya. George Naylor menyatakan bahwa akar persoalan dari diberikannya subsidi di Amerika adalah karena harga di dalam negeri sangat murah. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa alasan seperti pertama, ditetapkannya floor price pada produk pertanian untuk menyesuaikan dengan inflasi. Kedua, adanya cadangan (reserved) pertanian yang melimpah sehingga harga pertanian juga menjadi murah. Ketiga, meningkatnya teknologi telah menyebabkan produksi yang melebihi dari apa yang harus dikonsumsi secara nasional. Heike Schiebeck petani dari Austria menambahi mengenai persoalan subsidi berdasarkan pengalaman penerapan subsidi di Uni Eropah. Ketika pintu impor dibuka dan produksi nasional melebihi dan harga murah terjadi maka satu-satunya jalan adalah dengan cara mengkompensasi sejumlah uang dari rendahnya harga tersebut. Karena jika tidak dilakukan, maka akan banyak petani yang pergi meninggalkan pertanian. Inilah awal persoalan subsidi terjadi. Persoalan utamanya kemudian adalah subsidi tersebut paling banyak dinikmati oleh perusahaan agribisnis besar, bukan petani, demikian Naylor ataupun Heike menyatakan. 10
  • 11. Bagi Badrul Alam dari Bangladesh ataupun Diamantino dari Mozambique banyak produk yang disubsidi tersebut kemudian dikirim ke negara lain dalam bentuk bantuan pangan (food aid) terutama oleh Amerika Serikat. Dengan demikian produk petani di negara berkembang menjadi rendah harganya dan petani menjadi kelaparan karena kebanyakan hanyalah buruh tani. Semua pembicara sepakat, bahwa persoalan kelebihan produksi dan adanya impor pangan yang dipaksakan ini hanya bisa diselesaikan apabila setiap negara menentukan sendiri kebijakan pangannya hanya untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya dengan baik. Dengan demikian orientasi ekspor tidak dilakukan. Dengan cara yang demikian maka petani akan bisa mendapatkan harga pertanian yang lebih baik, karena harga panen bukan disesuaikan dengan harga di tingkat internasional tetapi spesifik di setiap negara. Tentu saja bagi negara berkembang, jenis subsidi yang harus dilakukan adalah subsidi langsung dalam bentuk infrastruktur, kredit dan teknologi yang disesuaikan dengan kepentingan petani. Dan bukan dalam bentuk subsidi untuk pengenalan teknik pertanian yang justru mengakibatkan petani semakin tergangtung. 11
  • 12. III. MAKNA PENGHAPUSAN SUBSIDI PERTANIAN AMERIKA DAN UNI EROPA Siaran pers yang dikeluarkan wakil perdagangan Amerika Serikat (AS) di kantor Presiden AS pada tanggal 10 Mei 2004 mempunyai arti yang sangat strategis bagi perdagangan dunia, yang dalam pertemuan tingkat menteri (KTM) IV WTO (World Trade Organization) di Doha (Qatar) yang berlangsung 9-14 November 2001 diperdebatkan secara alot. Dalam deklarasi Doha ditekankan agar semua negara anggota WTO terutama negara-negara maju (NM) menghapuskan subsidi untuk proses produksi domestik dan subsidi ekspsor pertanian. Dari sisi keadilan, pemberlakukan subsidi itu menimbulkan akibat yang sangat fatal terhadap para petani dan masyarakat miskin. Banjir komoditas impor, seperti beras, kedele, gula dan berbagai macam buah- buahan yang harganya sangat murah menyebabkan petani kecil tidak mempunyai insentif untuk berproduksi, bahkan cenderung menjadi masyarakat konsumen yang manja. Sistem perdagangan komoditas pertanian selama ini tidak dapat diharapkan meningkatkan taraf hidup para petani di pedesaan yang jumlahnya ratusan juta. Bagi Indonesia, penghapusan subsidi tidak hanya menguntungkan perdagangan, tetapi lebih penting dari itu, 12
  • 13. adalah merangsang pembangunan ekonomi masyarakat marginal. Wakil Perdagangan (setingkat duta besar) Robert B Zoellick menyatakan bahwa negara-negara Uni Eropa (UE) yang sekarang beranggotakan 25 negara dan Amerika Serikat (AS) sudah menyetujui untuk menetapkan waktu bagi penghapusan subsidi ekspor produk pertanian seperti diusulkan di KTM Doha. Meskipun perjanjian menyeluruh baru diumumkan 1 Januari 2005, namun bagi Indonesia, kebijakan tersebut harus direspons dan menjadi perangsang bagi para petani pangan dan perkebunan rakyat untuk meningkatkan volume dan kualitas produksi. Di masa mendatang, negara-negara berkembang akan lebih mudah mengekspor hasil pertaniannya ke dunia Barat. Bahkan perjanjian antara UE dan AS menjamin penghapusan subsidi ekspor untuk produk pertanian di negara-negara kaya. Khusus bagi Indonesia, bila kebijakan negara-negara UE dan AS itu sungguh-sungguh diterapkan akan merupakan push power dalam membangun pertanian dan perkebunan rakyat yang dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan. Sejauh mana kebijakan AS-UE tersebut sungguh- sungguh dapat diimplementasikan untuk memenuhi tuntutan negara-negara berkembang, terutama yang tergabung dalam kelompok 20 (Indonesia adalah salah satu negara 13
  • 14. anggota) merupakan harapan di masa datang. Kelompok 20 ini selama ini menuntut UE dan AS melakukan langkah awal menghapus 50 persen subsidi (sebagai downpayment) dan kemudian 50 persen lagi dapat dikurangi secara bertahap dalam kurun waktu 10 tahun kemudian. Subsidi pertanian di AS dan UE melebihi Pendapatan Nasional sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dianggap merupakan suatu kebijakan yang sangat tidak adil. Subsidi pertanian AS misalnya untuk tahun 2001 mencapai US$ 240 miliar atau sekitar Rp 2.040 triliun. Padahal Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2003 hanya Rp 1.786,7 triliun. AS dan UE mengekspor gandum, jagung dan kedele ke Indonesia dalam jumlah yang sangat besar dan dengan harga yang sangat murah dan lebih murah dari harga di dalam negeri. Di satu sisi, bila kebijakan UE dan AS ini telah menjadi keputusan di bidang KTM WTO, maka negara-negara berkembang, khususnya Indonesia akan mempunyai peluang yang lebih luas untuk memperoleh akses pasar. Masalahnya adalah apakah para pejabat pertanian dan pemimpin terkait di Indonesia memiliki komitmen politik dalam membina petani dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi. AS dan UE tampaknya sadar, bahwa kemiskinan di negara-negara berkembang merupakan beban dunia yang harus dipikul bersama. Bagaimanapun kebijakan itu akan memberi peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan 14
  • 15. sektor riil terutama di sektor pertanian dan perkebunan yang secara signifikan akan mengurangi pengangguran terbuka maupun pengangguran terselubung (setengah menganggur yang hanya bekerja 36 jam dalam satu minggu). Angka pengangguran diharapkan akan menurun drastis apabila produk pertanian yang selama ini merupakan andalan ekspor Indonesia di pasar internasional seperti produk perkebunan: minyak sawit, kopi, kakao, karet, jambu mete, panili, minyak atsiri, jahe, lada hitam, dan lain-lain dapat ditingkatkan. Khusus minyak sawit kebijakan UE dan AS itu akan menguntungkan Indonesia yang menurut perkiraan Oil World, lembaga penyedia informasi dan perkiraan produksi yang berpangkalan di Hamburg, Jerman, Indonesia akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia tahun 2010, melampui Malaysia. Karena kegiatan peningkatan produk ini ada di daerah Tingkat II (Dati II), maka kualitas otonomi daerah harus ditingkatkan. Penghapusan atau pengurangan subsidi ini karena akan menjadi keputusan bersama para anggota WTO dan harus berlaku untuk semua negara, otomatis akan membawa dampak postitif terhadap Special Product (SP) atau komoditas strategis Indonesia yang terdiri dari kacang kedele, jagung, beras.dan tebu. Tingkat ketergantungan Indonesia akan beras mencapai 6,5 persen, jagung 5,9 persen, kedele 45,7 persen dan gula 42 persen. 15
  • 16. Thailand dan India yang memberikan subsidi untuk petani domestik dalam proses produksi dan subsidi ekspor, membuat harga beras mereka lebih murah dibandingkan dengan harga beras di Indonesia. Adalah suatu ironi Indonesia yang negara agraris harus menjadi negara importir beras terbesar di dunia seperti diperkirakan Departemen Pertanian AS ((USDA) Juli 2002. Kebijakan ini tidak hanya mendorong para importir Indonesia untuk memasukkan beras, gula dan kedele, tapi justru yang lebih menyedihkan, mendorong maraknya pasar ilegal yang sangat merugikan Negara. Padahal di dalam negeri sebenarnya Indonesia mampu mebangun stok beras 31,5 juta per tahun dari hasil produksi gabah 53 juta ton (2004) cukup untuk kebutuhan beras di dalam negeri. Tetapi kenapa Indonesia harus mengimpor? Selain komoditas SP, Indonesia juga dibanjiri oleh produk holtikultura seperti bawang putih, jeruk, anggur, apel dan durian. Padahal sebagai negara agraris Indonesia sebenarnya mempunyai peluang tidak hanya berproduksi untuk konsumsi dalam negeri tapi juga untuk ekspor. Tapi para aparat pertanian terkait di Indonesia masih belum optimal untuk mengembangkan perkebunan buah-buahan. Buah-buahan hanya ditanam dengan sambilan di pekarangan rumah. 16
  • 17. IV. PEMIKIRAN SUBSIDI PERTANIAN DI NEGARA LAIN Sidang Umum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa, Swiss, tanggan 29 Juli 2004 telah mulai memberikan secercah harapan bagi negara-negara berkembang, saat kelompok negara maju mengisyaratkan bersedia segera memangkas subsidi pertanian. Kesediaan tersebut tercermin dalam proposal baru yang dibahas para delegasi dari lima negara produsen pertanian terkemuka. Kelima negara tersebut yaitu Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan Australia yang mewakili negara-negara maju serta Brazil dan India, yang mewakili negara-negara berkembang. Proposal baru tersebut akan menjadi bagian dalam perjanjian menyeluruh WTO yang mengatur liberalisasi perdagangan. Kesediaan memangkas subsidi tersebut secara langsung akan berdampak pada bantuan bernilai miliaran dolar yang selama ini disediakan pemerintah AS untuk para petaninya. Namun, kalaupun pemangkasan tersebut disepakati, tidak dapat langsung diterapkan hingga rampungnya putaran perundingan WTO, yang dapat memakan waktu selama bertahun-tahun. Perjanjian liberalisasi perdagangan WTO akan menjadi langkah penting dalam putaran perundingan yang terus berlangsung dalam rangka meningkatkan ekonomi global melalui pemangkasan tarif, subsidi, dan hambatan- 17
  • 18. hambatan lain yang mengganggu perdagangan internasional. Kelima negara maju tersebut sepakat menentukan apakah program bantuan pangan dari pemerintah AS dan kelompok-kelompok pengekspor yang dikelola pemerintah Australia dan negara-negara lain merupakan bentuk subsidi. Hal tersebut menjadi pembahasan dalam kesepakatan liberalisasi perdagangan WTO, khususnya pada sektor pertanian. Ketua Institut Global Justice, Bonnie Setiawan, mengemukakan kompromi yang diperlihatkan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk menurunkan subsidi pertanian dinilai hanya sebatas retorika. Perbedaan antara negara maju dan berkembang terlalu besar sehingga sulit bagi kedua negara menghasilkan kesepakatan baru untuk mengakomodasi kepentingan negara berkembang. V. PERLUNYA PENGAWASAN SUBSIDI PERTANIAN DI INDONESIA Kebijakan yang mengedepankan subsidi pupuk, subsidi benih, dan peningkatan anggaran pertanian dalam APBN tidak akan efektif mendukung revitalisasi pertanian. Hal tersebut dikarenakan, pendekatan-pendekatan seperti itu rentan akan terjadinya penyelewengan, karena yang 18
  • 19. seharusnya dilakukan adalah menciptakan kemandirian para petani. Berbagai subsidi, seperti subsidi pupuk dan benih terbukti tidak berjalan efektif, tetapi tetap saja program- program itu menjadi prioritas. Sedangkan Subsidi bunga kredit pertanian masih cocok, karena memang ini langsung menyentuh kepada kepentingan para petani. Peningkatan anggaran dari Rp 6,2 triliun pada APBN 2006 menjadi Rp 8,7 triliun pada APBN 2007 juga tidak akan banyak manfaat jika tidak diikuti program-program yang lebih menyentuh secara langsung ke petani. Yang diperlukan para petani adalah akses transportasi dan kemudahan pasar. Para petani banyak menderita karena dikuasai tengkulak. Hal itu sebagai dampak akses pasar yang sulit dan pasar monopoli akibat adanya aksi para tengkulak yang terus terjadi. Jika pemerintah membangun infrastruktur pedesaan, seperti jalan dan irigasi, ini akan lebih terasa manfaatnya. Sebab ini akan membuat petani semakin mandiri, terutama di wilayah-wilayah pedalaman. Berbagai subsidi, baik pupuk, benih, maupun bunga kredit baik dilakukan. Tetapi yang penting pelaksanaannya harus bisa dipertanggungjawabkan. Peningkatan anggaran dalam APBN akan memberikan keleluasaan yang lebih besar bagi Departemen Pertanian, karena hal ini akan 19
  • 20. menjadi stimulus yang lebih besar dibandingkan anggaran sebelumnya. Namun harus ada target-target yang jelas, sehingga peningkatan anggaran bisa dipertanggung jawabkan. Keberhasilan revitalisasi pertanian akan banyak bergantung kepada pemerintah daerah, karena sesuai dengan UU Otonomi Daerah. Program-program pemerintah pusat tidak akan banyak bermanfaat jika para kepala daerah tidak memiliki visi yang sama dalam revitalisasi pertanian. Daerah merupakan ujung tombak, sedangkan pemerintah pusat mendukung dengan memberikan arahan. VI. SASARAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA Dalam rangka melaksanakan Revitalisasi Pertanian dan Perdesaan, sasaran pembangunan pertanian tahun 2007 diarahkan pada pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 3,37 persen, dengan rincian kontribusi sebagai berikut: (i) sub sektor tanaman pangan 1,08 persen, (ii) hortikultura sebesar 3,27 persen, (iii) perkebunan 6,36 persen dan (iv) peternakan 4,45 persen. Di samping itu ditetapkan sasaran peningkatan produksi pada 5 (lima) komoditas prioritas tahun 2007, yaitu: padi 55,46 juta ton, jagung 12,87 juta ton, Kedelai 0,90 juta ton, daging sapi 473,1 ribu ton, gula 2,62 juta ton disamping sasaran peningkatan produksi komoditas lainnya; sasaran penyerapan tenaga kerja 42,61 juta orang 20
  • 21. dan tambahan lapangan kerja 2,6 juta orang; menurunnya kemiskinan di perdesaan dari 17,92 % (2006) menjadi 16,94% (2007) dan menurunnya penduduk rawan pangan 0,6 % per tahun. Penetapan sasaran tersebut di atas diarahkan untuk mendukung: (a) Terwujudnya Ketahanan Pangan Nasional, (b) Meningkatnya produksi pertanian dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan, (c) Meningkatnya kapasitas dan keberdayaan masyarakat serta lembaga perdesaan, dan (d) Tersusunnya peraturan yang mampu mengakselerasi pertumbuhan pertanian. Berbagai sasaran tersebut merupakan landasan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Departemen Pertanian Tahun 2007. Pada tahun 2007 pemerintah telah merancang program dan kegiatan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2007 sebagaimana tertuang dalam Perpres No. 19 Tahun 2006. Dari RKP tahun 2007 tersebut telah dijabarkan ke dalam Rencana Kerja (Renja) Departemen Pertanian tahun 2007 yang mengacu pada tiga program utama pembangunan pertanian dan dua program penunjangnya. Menteri Pertanian telah menetapkan Renja Departemen Pertanian tahun 2007 dengan fokus utama kepada 29 kegiatan pokok (strategis) yang akan dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh masing-masing Eselon-1 lingkup Departemen Pertanian bersama pemerintah daerah. 21
  • 22. Kegiatan pokok tersebut telah dituangkan ke dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Departemen Pertanian tahun 2007 dengan besaran anggaran sesuai Pagu Sementara RAPBN Departemen Pertanian tahun 2007 sebesar Rp.8,24 trilyun. Sebagian besar anggaran tersebut digunakan untuk membiayai aktivitas riil pembangunan pertanian di daerah, termasuk alokasi anggaran untuk bantuan harga benih/bibit, bantuan bunga modal investasi dan penjaminan kredit yang seluruhnya dimanfaatkan untuk petani di seluruh pelosok tanah air. VII.RAPBN TAHUN 2007 DEPARTEMEN PERTANIAN Sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan No.SE.317/MK. 02/2006 tanggal 6 Juli 2006 tentang Pagu Sementara Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2007 Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007 disebutkan bahwa pagu sementara RAPBN Departemen Pertanian tahun 2007 sebesar Rp 8.248,7 milyar dengan rincian anggaran Rupiah Murni (RM) Rp 7.864,7 milyar (95,0% dari total pagu sementara) dan sisanya sebesar Rp 383,99 milyar (5,0% dari total pagu sementara) berasal dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN). Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk membiayai: (1) Program Pengembangan Agribisnis dengan anggaran sebesar Rp.1,96 trilyun; 22
  • 23. (2) Program Peningkatan Ketahanan Pangan dengan anggaran sebesar Rp.3,37 trilyun; (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan anggaran sebesar Rp.1,94 trilyun, (4) Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan Rp. 943,62 milyar, dan (5) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara sebesar Rp. 29,27 Milyar. Tabel 1. Alokasi Anggaran Menurut Program Jumlah No. Program (RpRibu) Program Peningkatan Pengawasan dan 1. 29.275.100 Akuntabilitas Aparatur Negara Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan 2. 943.625.272 dan Kepemerintahan 3. Program Pengembangan Agribisnis 1.958.762.599 4. Program Peningkatan Ketahanan Pangan 3.376.147.674 5. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.940.864.055 Total 8.248.674.700 Dibandingkan dengan kebutuhan investasi pembangunan pertanian, maka anggaran pembangunan tersebut sangat kecil. Namun diharapkan anggaran tersebut dapat memacu investasi masyarakat yang jauh lebih besar. 23
  • 24. Untuk itu guna menarik investor masuk ke sektor pertanian diperlukan dukungan dari instansi terkait antara lain dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Menteri Negara Koperasi/UKM, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan instansi terkait lainnya. Rincian penggunaan RAPBN tahun 2007 menurut jenis belanja (klasifikasi ekonomi) terdiri dari belanja pegawai sebesar Rp.1,24 trilyun (15,09%), belanja barang dan jasa sebesar Rp.2,75 trilyun (33,34%), belanja modal sebesar Rp. 0,72 trilyun (8,69%), dan belanja bantuan sosial dengan porsi terbesar yaitu sebesar Rp. 3,54 trilyun (42,88%) seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. APBN Menurut Pos Belanja Tahun 2007 Uraian Jumlah (Rp. (%) J t ) Belanja Pegawai 1.244.868,5 15,09 Belanja Barang/Jasa 2.750.329,6 33,34 Belanja Modal 716.475,0 8,69 Bantuan Sosial *) 3.537.001,5 42,88 Total 8.248.674,7 100,00 *) terdiri dari subsidi benih, penjaminan/SP-3, subsidi bunga investasi, LM3, PMUK, bantuan bencana alam. 24
  • 25. Rancangan alokasi RAPBN 2007 memperhatikan keseimbangan antara pusat-daerah, yaitu alokasi anggaran di Pusat sebesar 34,07 persen, sedangkan alokasi untuk daerah (propinsi dan kabupaten/kota) sebesar 65,93 persen. Alokasi anggaran di Pusat itupun sebagian besar untuk dimanfaatkan langsung oleh petani di seluruh Indonesia, seperti subsidi bunga investasi dan Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP3) masing-masing sebesar Rp.500 milyar, serta untuk bantuan bencana alam. Alokasi anggaran ke daerah disalurkan dalam bentuk Dana Dekonsentrasi di 33 propinsi untuk kegiatan non-fisik, sedangkan kegiatan di 434 kabupaten/kota diarahkan untuk kegiatan operasional dan fisik. Adapun Rincian RABPN 2007 menurut pusat dan daerah seperti pada Tabel 3 dan Alokasi Anggaran Menurut Eselon 1 seperti pada Tabel 4. Tabel 3. RAPBN 2007 Pusat dan Daerah Alokasi Total (Rp. Juta) (%) Pusat *) 2,810,390,70 34.07 Daerah 5,438,284,00 65.93 Jumlah 8,248,674,70 100.00 25
  • 26. Tabel 4. Alokasi Anggaran Menurut Eselon 1 No Unit Organisasi Jumlah (Rp Juta) 1. Sekretariat Jenderal 1,389,685.7 2. Inspektorat Jenderal 50,000.0 3. Ditjen. Tanaman Pangan 2,049,123.4 4. Ditjen. Hortikultura 257,500.0 5. Ditjen. Perkebunan 355,001.2 6. Ditjen. Peternakan 443,418.9 7. Ditjen. Pengolahan & Pemasaran 228,000.0 Hasil Pertanian 8. Ditjen. Pengelolaan Lahan dan Air 1,000,000.0 9. Badan Penelitian dan 763,594.4 Pengembangan Pertanian 10. Badan Pengembangan SDM 895,628.7 Pertanian 11. Badan Ketahanan Pangan 479,000.0 12. Badan Karantina Pertanian 337,722.4 Total 8,248,674.7 26
  • 27. Alokasi anggaran di Pusat dipergunakan untuk kegiatan operasional pembinaan dan pengendalian dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran. Sedangkan alokasi anggaran ke daerah disalurkan dalam bentuk Dana Dekonsentrasi ke provinsi untuk kegiatan non-fisik, sedangkan Dana Tugas Pembantuan disalurkan ke provinsi untuk kegiatan fisik lintas kabupaten/kota dan Dana Tugas Pembantuan ke kabupaten/kota diarahkan untuk kegiatan fisik dan operasionalnya. Dana Dekonsentrasi di provinsi antara lain untuk kegiatan koordinasi perencanaan, sosialisasi, pelatihan, fasilitasi pendampingan, operasional petugas lapangan (insentif honorarium bagi penyuluh, mantri tani/kebun/ternak), pengumpulan data dan informasi pertanian, perancangan/pedoman penumbuhan/ pengembangan kelompoktani/ Gapoktan dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A), monitoring, evaluasi dan pelaporan dan lain sebagainya. Sedangkan Dana Tugas Pembantuan di provinsi diarahkan untuk fasilitasi bagi pengembangan kelembagaan UPT perbenihan/pembibitan tanaman dan ternak serta pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan penyakit ternak, operasional petugas pengawas benih/bibit dan pengamat hama, serta kegiatan fisik lainnya yang bersifat lintas kabupaten/kota. 27
  • 28. Dana Tugas Pembantuan yang disalurkan ke kabupaten/kota diarahkan untuk kegiatan fisik dalam bentuk belanja Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), kegiatan fisik infrastruktur (padat karya maupun kontraktual) serta biaya operasional pembinaannya antara lain: penyusunan Juknis, sosialisasi di tingkat lapangan, identifikasi dan seleksi kelompok sasaran, pendampingan penyusunan rencana usaha kelompok, pelatihan manajemen dan teknis, pembinaan, penumbuhan/ pengembangan kelompoktani/Gapoktan/ LKM-A, pengumpulan data dan informasi pertanian, pemantauan dan pelaporan, pembinaan lanjutan dan evaluasi pasca kegiatan lainnya. Di samping itu alokasi anggaran juga untuk mendukung pelaksanaan berbagai Instruksi Presiden yang berkaitan dengan percepatan pemulihan pasca konflik bagi masyarakat di berbagai daerah serta alokasi anggaran untuk NAD dan Nias di luar program rehabilitasi dan rekonstruksi NAD dan Nias yang dianggarkan di BRR. Dalam rangka efektivitas pengorganisasian anggaran, dilakukan pembatasan jumlah Satuan Kerja (Satker) di daerah. Dengan demikian maka alokasi anggaran untuk kegiatan pada aspek hulu dan hilir pada sistem agribisnis akan diintegrasikan ke dalam Satker Ditjen produksi yang ada di daerah, namun dalam RKA-KL masih bisa diidentifikasi komponen kegiatan Ditjen (Produksi, PLA dan 28
  • 29. P2HP) serta masih bisa diidentifikasi pilihan mekanisme pelaksanaan anggaran (BLM/PMUK, padat karya, atau kontraktual). Guna memperlancar pengalokasian anggaran ke daerah melalui mekanisme dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan, telah dilakukan inventarisasi nama- nama satker yang ada di Provinsi dan Kabupaten/Kota. VIII.RENCANA ANGGARAN BERDASARKAN KEGIATAN UTAMA Tahun 2007, pembangunan pertanian dititik beratkan selain pada penyelesaian masalah pokok yang telah digambarkan tersebut di atas. Sebagaimana telah disampaikan di atas bahwa terdapat 29 kegiatan utama yang menjadi prioritas tahun 2007, dimana enam kegiatan diantaranya merupakan kegiatan yang secara khusus ditujukan untuk menyelesaikan masalah fundamental yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan- kegiatan lainnya. Ke enam kegiatan tersebut adalah (i) Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani & Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) (ii) Bantuan Harga Benih kepada Petani Miskin (iii) Penjaminan Kredit Pertanian, (iv) Bantuan Bunga Modal Investasi, (v) Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer melalui DPM-LUEP, dan (vi) Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian. 29
  • 30. Dalam implementasinya, berbagai rencana kegiatan pembangunan pertanian tahun 2007 tersebut dioperasionalkan dalam payung 29 kegiatan utama yang diyakini mampu mendorong percepatan pertumbuhan sektor pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani serta merupakan kristalisasi dari berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan pembangunan pertanian hingga saat ini. Ke dua puluh delapan kegiatan utama dimaksud akan menjadi unsur utama yang harus terakomodasi dalam program dan kegiatan Departemen Pertanian pada tahun 2007. Adapun alokasi anggaran Departemen Pertanian menurut kegiatan utama dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Alokasi Anggaran Menurut Kegiatan Utama No. Kegiatan Utama Anggaran (Rp Juta) 1. Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani & 40,000.0 Gapoktan 2. Pengembangan bantuan Harga Benih kepada Petani 1,750,000.0 Miskin 3. Penjaminan Kredit Pertanian 500,000.0 4. Bantuan Bunga Modal Investasi 500,000.0 5. Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer melalui 300,000.0 DPM-LUEP 6. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui 366,000.0 PMUK & LM3 7. Pengembangan bahan baku Bio-Energi 40,000.0 30
  • 31. 8. Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian 1.000.000.0 9. Penguatan Kelembagaan Perbenihan/Perbibitan 50,000.0 10. Perbaikan Mekanisme Subsidi Pupuk 10,000.0 11. Pengendalian OPT, Penyakit Hewan dan 522,000.0 Perkarantinaan 12. Pengembangan Kegiatan Magang SL Pertanian 28,911.4 13. Peningkatan Kapasitas SDM Petani & Revitalisasi 515,792.0 Penyuluhan 14. Pengembangan Kegiatan Pelatihan Pertanian 270,000.0 15. Mekanisasi keg produksi komoditas pertanian primer 25,000.0 (pra panen) 16. Mekanisasi kegiatan pertanian pasca panen 90,000.0 17. Revitalisasi UPJA dan Kelompok UPJA (KUPJA) 15,000.0 18. Pengembangan Agroindustri Pedesaan 60,000.0 19. Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas 42,000.0 Pertanian 20. Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu 20,000.0 Agribisnis 21. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian 300,000.0 22. Peningkatan Keg Eksebisi, Perlombaan & 50,000.0 Penghargaan Pertanian 23. Pengembangan Pusat Pembibitan Sapi, 60,000.0 24. Pengemb Pertanian Terpadu Tanaman-Ternak, 120,000.0 Kompos & Biogas 25. Pengembangan Pertanian Organik dan Lingkungan 30,000.0 Hidup 31
  • 32. 26. Peremajaan Tan Perkebunan Rakyat (Karet, Kopi, 100,000.0 Sawit, Kakao, tebu, & Mete) 27. Pengemb dan Diseminasi Innovasi Mendukung Pemb 700,000.0 Pertanian 28. Penerapan & Pemantapan Prinsip Good Governance, 123,901.0 Kebj & Regulasi 29. Kegiatan lain di luar Kegiatan Utama 620,070.3 Total 8,248,674.7 (1). Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani dan Gapoktan Dalam rangka memperkuat kelembagaan pertanian dan mempermudah pembinaan terhadap kelompok tani, maka pada tahun 2007 akan dilakukan Revitalisasi Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di tingkat perdesaan. Revitalisasi ini dimaksudkan untuk membentuk dan atau mengaktifkan kembali serta memperkuat kelembagaan petani yang ada. Dengan pola ini diharapkan pembinaan pemerintah kepada petani akan semakin terfokus dengan sasaran yang jelas. Pada tahun 2006 kegiatan ini dimulai dengan mengidentifikasi terhadap kelompok-kelompok tani dan Gapoktan yang ada atau mempersiapkan pembentukannya pada desa-desa yang belum ada Gapoktan. Selanjutnya pada tahun 2007 kegiatan diarahkan pada pengaktifan 22.000 Gapoktan. Apabila pengembangan Gapoktan ini dinilai berhasil maka pada tahun-tahun selanjutnya akan dilakukan 32
  • 33. pembentukan/pengaktifan Gapoktan lainnya, dengan target akhir terbangun dan aktifnya 66.000 Gapoktan hingga akhir tahun 2009. Biaya yang dibutuhkan bagi kegiatan ini di tahun 2007 sekitar Rp. 40 milyar. (2). Bantuan Harga Benih/Bibit kepada Petani Miskin Selama ini penggunaan benih/bibit unggul bermutu di tingkat petani masih rendah. Dengan demikian kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas melalui penggunaan benih/bibit unggul bermutu bagi petani, mempermudah akses petani miskin terhadap benih/bibit unggul serta memperluas penyebaran benih/bibit unggul pada daerah-daerah kantong kemiskinan, daerah rawan pangan, daerah terisolir dan lainnya. Upaya ini akan dapat menekan harga benih/bibit bermutu agar dapat diakses petani/peternak. Anggaran yang akan diperlukan adalah Rp. 1,75 trilyun. (3). Penjaminan Kredit Pertanian Selama ini petani/peternak kesulitan mengakses modal dari perbankan karena minimnya cash collateral. Untuk membangun sistem pembiayaan yang mudah diakses oleh petani/peternak, diperlukan skim pelayanan pembiayaan pertanian yang mudah diakses dan mampu memutar roda perekonomian di perdesaan. Untuk itu pemerintah perlu menyediakan dana dasar di perbankan sebagai premi 33
  • 34. penjaminan atas kredit yang disalurkan kepada petani sasaran oleh Bank Pelaksana. Dana tersebut selanjutnya juga dapat digunakan sebagai risk-sharing atas kredit petani, dan jasa giro-nya dapat diakumulasikan ke dalam cadangan pokok atau dikembalikan ke negara sebagai PNBP. Kegiatan ini sebagai pemantapan dan perluasan dari kegiatan yang sudah dimulai tahun 2006. Anggaran yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 500 milyar. (4). Bantuan Bunga Modal Investasi Pada tahun 2007, kebutuhan investasi untuk mengembangkan subsektor perkebunan dan subsektor tanaman pangan diperkirakan masing-masing mencapai sebesar Rp 10,0 triliun, atau total untuk kedua subsektor Rp 20,0 triliun. Dalam rangka merangsang investasi di kedua subsektor tersebut diperlukan bantuan bunga modal investasi. Di tahun 2007, kegiatan ini memerlukan anggaran sebesar Rp. 500 milyar. (5). Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer melalui Dana Penguatan Modal – Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM – LUEP) Beras merupakan komoditas strategis didalam kehidupan sosial ekonomi nasional. Satu kendala utama usahatani tanaman pangan terutama padi adalah terjadinya 34
  • 35. fluktuasi harga padi/gabah yang ekstrim menurut musim tanam. Pada saat panen raya biasanya terjadi di musim hujan, harga padi/gabah menurun dan sebaliknya pada saat paceklik harga meningkat. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan dalam rangka stabiliasi harga pangan tersebut, antara lain dengan meningkatkan peran Bulog dalam pembelian gabah petani serta fasilitasi pemerintah melalui pengembangan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP). Kegiatan DPM-LUEP telah dilaksanakan sejak tahun 2003 dan telah menunjukkan keberhasilan. Untuk itu, pada tahun 2007 kegiatan ini akan lebih diperluas jangkauannya. Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 300 milyar. (6). Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dan Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3) Salah satu kendala utama petani di Indonesia dalam mengembangkan usahanya adalah terbatasnya modal dan lemahnya kemampuan akses terhadap sumber permodalan. Untuk meningkatkan bargaining power petani, pemberdayaan petani akan dilakukan dengan pendekatan kelompok agar mempermudah pembinaan dan pengembangan usahanya dapat mencapai skala ekonomi. Dalam rangka mengatasi permodalan petani, akan disalurkan stimulan penguatan modal usaha kelompok 35
  • 36. (PMUK) atau yang selama ini dikenal dengan nama Bantual Langsung Masyarakat (BLM). Kegiatan PMUK ini akan disertai dengan kegiatan pengembangan kelembagaan petani, kemitraan, peningkatan akses terhadap sumberdaya, teknologi dan pasar serta peningkatan kualitas SDM petani. Di samping kelompoktani, di tingkat perdesaan terdapat pula lembaga yang selama ini tumbuh dan mengakar di masyarakat, atau yang dikenal dengan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). Sebagian besar LM3 tersebut berbasis keagamaan: pondok pesantren, seminari, paroki, pasraman, vihara, pura, subak dan lainnya. Sebagian LM3 juga bergerak di bidang agribisnis. LM3 yang bergerak di bidang agribisnis ini dapat dijadikan sebagai percontohan dan pusat-pusat pengembangan agribisnis di lokalita setempat. Biaya yang dialokasikan untuk kegiatan ini adalah Rp. 366 milyar, dengan rincian LM3 sebesar Rp.166 milyar dan PMUK Rp.200 milyar. (7). Pengembangan Bahan Baku Bio-Energi Indonesia sebagai negara agraris memiliki aneka ragam penghasil minyak nabati seperti kelapa sawit, kelapa, jarak pagar sebagai bahan baku diesel (substitusi solar) dan minyak bakar (substitusi minyak tanah). Disamping itu, ubi kayu, sorgum, jagung dan tetes tebu juga dapat dijadikan sebagai bahan baku gasohol (substitusi premium) dan 36
  • 37. penghasil limbah organik (biomassa). Potensi tersebut perlu terus dikembangkan dengan menyediakan bahan baku produksi tanaman penghasil bio-energi dan sarana pengolahannya. Kegiatan ini telah dirintis pada tahun 2006 dan akan ditingkatkan pada tahun 2007. Anggaran yang diperlukan untuk kegiatan ini adalah Rp. 40 milyar. (8). Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian Untuk menarik investor masuk ke sektor pertanian, mempermudah aksesibilitas dan distribusi sarana produksi dan output pertanian, diperlukan infrastruktur yang memadai. Selama ini investasi pemerintah di bidang infrastruktur sangat minim, sehingga banyak jalan usahatani, jalan produksi, jaringan irigasi yang rusak. Untuk itu diperlukan kegiatan pembangunan dan atau rehabilitasi jalan usahatani, jalan produksi, jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan irigasi perdesaan, tata air mikro, irigasi tanah dangkal, sumur resapan, embung, waduk, dam parit, terasering dan lainnya. Anggaran kegiatan ini di tahun 2007 adalah sebesar Rp. 1,00 trilyun. (9). Penguatan Kelembagaan Perbenihan/ Perbibitan Dalam rangka memperkuat dan memperlancar penyediaan benih/bibit pertanian diperlukan dukungan kelembagaan perbenihan/perbibitan yang memadai baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk itu 37
  • 38. akan dibentuk pusat-pusat perbenihan tanaman pangan di wilayah berpotensi, dibarengi dengan kegiatan penguatan lembaga perbenihan/perbibitan yang ada baik di pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu pada sistem perbenihan/perbibitan nasional. Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 50 milyar. (10).Perbaikan Mekanisme Subsidi Pupuk Saat ini subsidi pupuk pada petani dilakukan melalui subsidi gas yang diberikan kepada pabrik. Dengan terbatasnya pasokan gas dan perbedaan harga yang sangat tinggi antara gas dalam negeri dengan harga ekspor, menyebabkan pasokan gas untuk pabrik pupuk menjadi berkurang dan diikuti oleh sulitnya bagi pabrik untuk meningkatkan produksi pupuk. Sementara, harga pupuk bersubsidi yang dijual di tingkat pengecer kebanyakan berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Hal ini antara lain disebabkan oleh mahalnya biaya transportasi dan tidak seragamnya ongkos angkut pada tiap daerah. Untuk itu pada tahun 2007 perlu dilakukan mekanisme pengalihan subsidi dari subsidi gas menjadi subsidi harga dan subsidi transportasi. Anggaran yang diperlukan di tahun 2007 untuk kegiatan ini adalah Rp. 10 milyar. 38
  • 39. (11). Pengendalian OPT, Penyakit Hewan dan Perkarantinaan Akhir-akhir ini sektor pertanian sering dilanda musibah serangan wabah hama penyakit tanaman antara lain: wereng coklat, hama sexava, hama PBK, penyakit ternak seperti anthrax, penyakit mulut dan kuku, serta virus flu burung dan lainnya. Untuk itu salah satu prioritas kegiatan pembangunan pertanian pada tahun 2007 diarahkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit tanaman dan ternak tersebut. Kegiatan ini di tahun 2007 memerlukan anggaran sebesar Rp. 522 milyar. (12). Pengembangan Kegiatan Magang Sekolah Lapang (SL) Pertanian Metode yang dirasakan praktis dan mudah diikuti petani dalam alih teknologi adalah metode Sekolah Lapang (SL) Pertanian. Disamping mudah diikuti metode ini juga menarik bagi petani karena dapat langsung diterapkan oleh petani saat mereka melakukan aktivitas usahanya. Untuk itu pada tahun 2007 akan diperbanyak kegiatan-kegiatan SL Pertanian. Selanjutnya SL Pertanian tersebut akan diarahkan menjadi media training of trainers (TOT) dengan sasaran lebih berkembangnya SL Pertanian yang diinisiatif oleh lulusan TOT. Dengan demikian pada masa yang akan datang pemerintah akan lebih banyak mengarahkan kegiatan SL Pertanian ini, tidak lagi perlu membentuk SL-SL 39
  • 40. baru yang difasilitasi pemerintah. Anggaran kegiatan ini di tahun 2007 sebesar Rp. 28,9 milyar. (13). Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Petani dan Revitalisasi Penyuluhan Selama ini terdapat kecenderungan terjadi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke non- pertanian, dimana para pemuda/pemudi di perdesaan lebih tertarik bekerja sebagai buruh di sektor industri maupun di sektor informal, sehingga penduduk yang masih bekerja di sektor pertanian tinggal yang berumur tua. Untuk menarik minat para pemuda/pemudi kembali membangun pertanian di perdesaan, diperlukan langkah-langkah kegiatan antara lain melalui pendidikan, pelatihan, magang, studi banding dan lainnya. Disamping itu dalam rangka revitalisasi penyuluhan kegiatan diarahkan pada pengembangan dan pemantapan BPP yang ada, rekruitmen tenaga penyuluh, pelatihan dan pendampingan serta perbaikan metodologi penyuluhan yang disesuaikan dengan dinamika yang berkembang. Disamping itu di tingkat perdesaan akan dikembangkan Community Center for Agribusiness yang merupakan kelembagaan layanan informasi pertanian di tingkat desa untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi dan teknologi. Biaya yang dibutuhkan di tahun 2007 adalah Rp. 515,79 milyar. 40
  • 41. (14). Pengembangan Kegiatan Pelatihan Pertanian Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan keterampilan petani yang masih rendah memerlukan latihan, khususnya pada aspek yang bersifat praktis dan langsung berhubungan dengan aktivitas usaha ekonomi petani. Untuk itu pada tahun 2007 akan dikembangkan kegiatan berbagai pelatihan bagi petani yang materinya disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan petani. Anggaran yang diperlukan bagi kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 270 milyar. (15). Mekanisasi Kegiatan Produksi Komoditas Pertanian Primer (Pra Panen) Dalam rangka mengatasi kebutuhan tenaga kerja, khususnya di luar Jawa serta mengantisipasi perluasan areal pertanian yang telah diprogramkan, maka diperlukan teknologi produksi pertanian yang bisa menghemat pemakaian tenaga kerja manusia. Oleh karena itu mekanisasi pada kegiatan produksi (pra-panen) mutlak dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2007 introduksi teknologi mekanisasi pertanian akan menjadi kegiatan terobosan dalam rangka mempercepat kegiatan proses produksi. Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 25 milyar. 41
  • 42. (16). Mekanisasi Kegiatan Pertanian Pasca Panen Untuk mengurangi kehilangan, meningkatkan mutu hasil dan nilai tambah produk pertanian serta penanganan pemasaran, akan dikembangkan berbagai sarana pasca panen seperti: (1) pengembangan sarana penyelamatan pasca panen (pengeringan melalui terpalisasi dan pengembangan sarana pengering surya), dan (2) sarana pergudangan. Biaya yang dialokasikan untuk kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 90 milyar. (17). Revitalisasi Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Kelompok UPJA (KUPJA) Penggunaan alsin pertanian telah dirasakan manfaatnya oleh petani khususnya tanaman pangan dalam mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama, panen dan perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian jumlah alsin pertanian masih sangat sedikit dibanding dengan luas lahan yang ada. Disamping itu, pemakaian alsin juga belum optimum khususnya dalam kegiatan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (KUPJA). Untuk itu salah satu kegiatan terobosan yang akan dilaksanakan pada tahun 2007 adalah revitalisasi UPJA dan KUPJA. Berkaitan dengan hal ini perlu diupayakan penyediaan penguatan modal pengadaan alsintan bagi petani-peternak berupa pembayaran uang muka (down payment). Anggaran 42
  • 43. yang dibutuhkan bagi kegiatan ini dtahun 2007 adalah Rp. 15 milyar. (18). Pengembangan Agroindustri Pedesaan Produksi pertanian di perdesaan kebanyakan masih dalam bentuk produk primer. Untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus membuka kesempatan kerja dan berusaha di bidang usaha pertanian, maka diperlukan penumbuhan industri berbasis pertanian (agroindustri) di tingkat perdesaan. Upaya pengembangan agroindustri di tingkat perdesaan disamping untuk sarana peningkatan nilai tambah juga ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di perdesaan dan menekan tingkat urbanisasi. Biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 60 milyar. (19). Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas Pertanian Dalam rangka pengembangan pemasaran produk pertanian, perlu dikembangkan berbagai sarana dan sistem pemasaran, khususnya untuk daerah luar Jawa. Kegiatan yang diperlukan pada tahun 2007 dalam rangka pengembangan pemasaran ini adalah: (1) Auction market, khususnya untuk komoditas perkebunan, (2) pengembangan grading dan packaging house yang dilengkapi dengan cold storage, terutama untuk komoditas 43
  • 44. hortikultura, dan (3) pengembangan pasar dan pusat pelelangan bunga di Jakarta dan Surabaya. Kegiatan ini di tahun 2007 memerlukan anggaran sebesar Rp. 42 milyar. (20). Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu Agribisnis Untuk mendorong investasi di bidang pertanian dibutuhkan fasilitasi berbagai pihak sesuai dengan fungsi, kompetensi dan kapasitas masing-masing. Fasilitas tersebut dapat diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi/ Kabupaten/Kota, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta Nasional Besar dan Multinasional. Sinergi semua elemen sangat diperlukan, mengingat keberhasilan investasi tergantung pada ketersediaan faktor pendorong rantai pasokan (supply chain) secara optimal. Anggaran yang diperlukan di tahun 2007 untuk kegiatan ini adalah Rp. 20 milyar. (21). Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian Produksi berbagai komoditas pertanian selama beberapa dekade ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan produksi tersebut diperoleh dari hasil peningkatan luas areal tanam atau peningkatan produktivitas. Kenyataan menunjukkan bahwa berbagai produktivitas komoditas pertanian masih jauh dari potensinya, terutama pada komoditas perkebunan rakyat. Di 44
  • 45. lain pihak, walaupun komoditas tanaman pangan relatif lebih maju, namun pengembangan komoditas ini juga dihadapkan pada kendala keterbatasan sumberdaya lahan dan semakin tingginya opportunity cost karena semakin tajamnya kompetisi penggunaan lahan dengan non-pertanian (terutama di pulau Jawa). Keberhasilan peningkatan produktivitas sangat berkorelasi dengan inovasi teknologi (penggunaan varietas/klon unggul). Untuk itu pada tahun 2007 peningkatan produksi berbagai komoditas pertanian akan dilakukan melalui perluasan areal tanam, terutama diarahkan di luar Pulau Jawa dan peningkatan produktivitas serta intensitas tanam. Kegiatan ini di tahun 2007 membutuhkan anggaran sebesar Rp. 300 milyar. (22). Peningkatan Kegiatan Eksebisi, Perlombaaan dan Penghargaan Pertanian Dalam rangka penyebarluasan informasi, promosi, dan pemasyarakatan berbagai keberhasilan dan program- program pembangunan pertanian kepada publik, maka pada tahun 2007 kegiatan-kegiatan berupa eksebisi maupun berbagai ”fair” akan semakin diperbanyak. Kegiatan eksebisi ini akan dilakukan berjenjang dari tingkat bawah desa/kecamatan – Kabupaten – Propinsi sampai tingkat Nasional. Kegiatan eksibisi terbuka untuk umum dan juga diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan atau mendorong keterlibatan masyarakat seperti misalnya lomba/kontes ternak (kabing pejantan, sapi) unggul, buah 45
  • 46. bermutu, dan lain sebagainya. Anggaran yang diperlukan kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 50 milyar. (23). Pengembangan Pusat Pembibitan Sapi Dalam dekade terakhir ini impor sapi hidup dan daging sapi masih sangat tinggi, bahkan pernah mencapai lebih dari 420.000 ekor pada tahun 2002, walaupun saat ini ada penurunan impor. Namun demikian, penurunan impor tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan populasi di dalam negeri, tetapi bahkan ada kecenderungan penurunan populasi sapi di dalam negeri yang disebabkan meningkatnya pemotongan sapi betina produktif dan muda/kecil. Keadaan demikian diperkirakan akan terus berlangsung apabila tidak ada terobosan dalam pengembangan sapi di Indonesia. Untuk itu pada tahun 2007 akan dilakukan kegiatan terobosan revitalisasi perbibitan sapi melalui pengembangan pusat perbibitan sapi (seperti Village Breeding Center) yang dibina oleh UPT Daerah, antara lain: di Gowa, Pasuruan, Lombok Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara. Anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 60 milyar. 46
  • 47. (24). Pengembangan Pertanian Terpadu Tanaman- Ternak, Kompos, dan Biogas Salah satu kegiatan terobosan yang akan dilakukan pada tahun 2007 adalah pengembangan pilot-pilot percontohan integrasi tanaman-ternak, kompos dan biogas di tingkat perdesaan. Kegiatan seperti ini sudah dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian pada dua tahun terabhir ini dan ke depan akan semakin diperluas cakupan komoditas dan wilayahnya. Kegiatan pilot atau percontohan tersebut di lingkungan Departemen Pertanian akan dilakukan dan atau dikoordinasikan oleh Badan Litbang Pertanian. Kegiatan ini di tahun 2007 membutuhkan anggaran sebesar Rp. 120 milyar. (25). Pengembangan Pertanian Organik dan Lingkungan Hidup Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan, dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan secara holistik antara lain mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, kelembagaan, maupun ekologi. Praktek-praktek pengelolaan pertanian yang mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia telah berdampak terjadinya levelling off, dimana peningkatan produksi tidak setara dengan besarnya input yang digunakan dan telah berdampak negatif terhadap 47
  • 48. kesuburan lahan (tanah menjadi tandus dan rentan terhadap serangan hama penyakit). Untuk memulihkan kesuburan tanah, meningkatkan produktivitas dan melestarian lingkungan, maka kegiatan pengembangan pertanian organik akan semakin dikembangkan dan diperluas. Biaya yang dibutuhkan bagi pelaksanaan kegiatan ini di tahun 2007 adalah Rp. 30 milyar. (26). Peremajaan Tanaman Perkebunan Rakyat, khususnya Karet, Kopi, Sawit, Kakao, dan Mete Komoditas utama yang saat ini banyak diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat antara lain karet, sawit dan kakao. Namun sebagai negara dengan luas areal perkebunan terbesar di dunia, Indonesia masih menghadapi kendala rendahnya produktivitas, terutama pada perkebunan rakyat yang merupakan mayoritas. Rendahnya produktivitas ini terutama sebagai akibat banyaknya tanaman yang telah tua, rusak dan tidak produktif lagi, penggunaan bibit bukan klon unggul, dan kondisi kebun yang tidak terawat. Untuk itu pada tahun 2007 akan dilakukan peremajaan dan rehabilitasi perkebunan rakyat nasional. Anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 100 milyar. 48
  • 49. (27). Pengembangan dan Diseminasi Inovasi mendukung Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian perlu didukung oleh teknologi, sehingga dapat dipercepatn dan memberikan hasil yang optimal. Untuk keperluan ini, upaya percepatan penemuan inovasi dan alih teknologi sangat dibutuhkan. Upaya pengembangan dan diseminasi teknologi akan dilaksanakan oleh unit-unit penelitian yang ada di lingkup Departemen Pertanian. Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penelitian ini di tahun 2007 sebesar Rp. 700 milyar. (28). Penerapan dan Pemantapan Prinsip Good Governance, Kebijakan dan Regulasi. Dalam rangka memperlancar pelaksanaan pembangunan pertanian, sinkronisasi antar subsektor dan lintas sektor, serta koordinasi antara pusat dan daerah, dikembangkan manajemen yang terpadu yang mencakup aspek perencanaan, implementasi, pengendalian, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan yang sesuai dengan prinsip good governance. Anggaran yang dialokasikan di tahun 2007 sebesar Rp. 123,9 milyar. 49
  • 50. (29). Kegiatan lain di luar 28 Kegiatan Utama dan Tertuang dalam RKP 2007. Kegiatan lain di luar kegiatan utama tersebut antara lain: peningkatan mutu dan keamanan pangan, distribusi pangan, pengembangan pangan lokal, standarisasi, akreditasi, pengendalian mutu, pengembangan sentra produksi, penerapan good agricultural practices, pola kemitraan contract farming, advokasi penataan hak kepemilikan dan sertifikasi lahan petani, dan lainnya dengan anggaran sebesar Rp. 620,07 milyar 50
  • 51. DAFTAR PUSTAKA Alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Departemen Pertanian Tahun Anggaran 2007 Laporan Sidang Umum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa, Swiss, tanggan 29 Juli 2004 mengenai subsidi pertanian. Pidato Menteri Pertanian dalam acara seminar “Menyelamatkan Ekonomi Bangsa: Pembangunan Sektor Riil dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Untuk Kemandirian Bangsa” di Jakarta, tanggal 17 januari 2007 Rencana Kerja Departemen Pertanian tahun 2007 yang tertuang dalam Perpres No. 19 Tahun 2006. Van Zorge Report, May 10, 2007, halaman 27/28 51