SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Oleh
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi nasional khususnya di sub sektor
perkebunan mengalami banyak perubahan terutama dalam hal
kebijakan pemerintah bila dibandingkan dengan keadaan sebelum
diberlakukannya otonomui daerah. Sebelum otonomi daerah sub
sektor perkebunan kewenangan pengaturannya berada
sepenuhnya di pemerintah pusat (Jakarta). Dampaknya banyak
kebijakan-kebijakan pemerintah yang terpaksa dilaksanakan
tetapi tidak sesuai dengan kondisi di daerah, sebagai contoh
penanaman suatu komoditi yang sudah diprogramkan dari
pemerintah pusat, tetapi di lapangan tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan dan budaya masyarakat di daerah, sehingga banyak
program tersebut gagal.
Kebijakan pengembangan sub sektor perkebunan secara
ekonomi memiliki beberapa sasaran yang hendak dicapai,
yaitu :
 Meningkatkan produksi dan kwalitas konsumsi dalam negeri
dan produksi ekspor non migas.
 Meningkatkan nilai tambah melalui diversifikasi hasil utama,
hasil sampingan, dan manfaat limbah.
 Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di daerah
minus dan sekaligus dampak penyerapan tenaga kerja.
 Membuka sentra – sentra perekonomian baru di daerah
remote (akibat multi player efect dari tumbuhnya usaha
pengembangan perkebunan).
 Kebijakan pemerintah yang menitikberatkan kepada pemberdayaan ekonomi
kerakyatan dan pengentasan kemiskinan pada dasarnya kegiatan yang
dikembangkan merupakan sasaran strategis dengan menyesuaikan pada
potensi, baik SDA maupun SDM setempat yang ada. Salah satu kebijakan
pemerintah yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan adalah kerjasama
investasi perusahaan perkebunan dengan masyarakat yang difasilitasi oleh
pemerintah daerah. Seperti diketahui Provinsi Jambi sangat memiliki potensi
sumber daya alam yang sangat cocok untuk dikembangkan menjadi lahan
perkebunan. Dengan curah hujan yang melebihi 2.500 mm / tahunnya dan
penyebaran yang merata merupakan aspek pendukung terhadap keberhasilan
pengembangan potensi perkebunan. Program perkebunan yang awalnya
dimonopoli oleh perusahaan – perusahaan besar , yang dikenal dengan
perusahaaan inti , sesuai dengan kurun waktu dan perkembangan jaman
berubah secara bertahap, lewat inpres nomor 1 tahun 1986, pemerintah
membuat suatu program kebersamaan yang melibatkan masyarakat lewat
program PIR – TRANS, kemudian berganti menjadi program KKPA (Kredit
Komersial Primer untuk Anggota), dan belakangan ini marak disebut dengan
program kemitraan.
 Investasi perkebunan sangat besar manfaatnya dalam
pengembangan perekonomian masyarakat Jambi pada umumnya
dan masyarakat Kabupaten Bungo pada khususnya. Dengan
berkembangnya investasi tersebut maka dapat kita lihat berapa
besar roda – roda perekonomian pedesaaan dan sentra – sentra
pasar baru bermunculan. Namun di dalam perjalanannya
kendala – kendala selalu muncul, yang berakibat kepada kurang
berminatnya para investor – investor baru, baik lokal maupun
luar negeri untuk menanamkan dan mengekspansi modalnya.
 Seperti kita ketahui pengembangan Kabupaten Bungo sesuai
dengan kultur dan keadaan masyarakatnya yang sejak dahulu
memang sektor ekonomi masyarakat tumbuh dari sub sektor
perkebunan. Sehingga pertumbuhan sub sektor perkebunan bisa
lebih cepat dan membawa dampak yang mendasar sampai
kepada masyarakat desa yang pendapatan perkapitanya sangat
rendah.
Perumusan Masalah
 Berapa besar tingkat Produktivitas
lahan dan tenaga kerja pada sub sektor
perkebunan komoditi karet dan kelapa
sawit selama periode 2000 - 2012.
 Bagaimana hubungan antara investasi
sub sektor perkebunan dengan tingkat
produktivitas lahan dan tenaga kerja
pada sub sektor perkebunan terutama
untuk komoditi karet dan kelapa
sawit.
 Berapa besar pengaruh Investasi
(PMA dan PMDN) sub sektor
perkebunan terhadap PDRB
Kabupaten Bungo selama periode
2000 – 2012
 Faktor–faktor apa saja yang
mempengaruhi perkembangan
investasi sub sektor perkebunan
selama periode 2000 - 2012.
 Untuk mengetahui berapa besar
tingkat Produktivitas lahan dan tenaga
kerja pada sub sektor perkebunan
khususnya komoditi karet dan kelapa
sawit selama periode 2000 – 2012
 Untuk mengetahui hubungan antara
investasi sub sektor perkebunan
dengan tingkat produktivitas lahan
dan tenaga kerja pada sub sektor
perkebunan terutama untuk komoditi
karet dan kelapa sawit.
 Untuk mengetahui besarnya pengaruh
Investasi (PMA dan PMDN) sub
sektor perkebunan terhadap PDRB
Kabupaten Bungo selama periode
2000 – 2012
 Untuk mengetahui faktor – faktor apa
saja yang mempengaruhi
perkembangan investasi sub sektor
perkebunan selama periode 2000-
2012
Tujuan Penulisan
Manfaat Penelitian
1. Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk
bahan literatur bagi peneliti – peneliti selanjutnya
yang berminat untuk mengkaji masalah yang terkait
dengan pengembangan investasi sub perkebunan di
Kabupaten Bungo
2. Secara Praktisi sebagai masukan kepada Pemerintah
Daerah dan instansi yang terkait dalam rangka
mengambil kebijakan pembangunan khususnya
investasi perkebunan dengan konsep agro industri
dan agro bisnis, baik dalam bentuk regulasi dan
deregulasi, insentif dan desinsentif.
2.1. Landasan Teori
2.1.1. INVESTASI
 Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau
mempertahankan persedian kapital (capital stock).Persediaan capital ini
terdiri dari pabrik – pabrik , mesin – mesin, kantor dan barang tahan lama
lainnya yang dipakai dalam proses produksi, termasuk dalam persediaan
capital adalah pengeluaran yang menambah persediaan capital
(Suparmoko,1994 ).
 Menurut Sukirno (1981), investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh
pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri. Jadi
investasi adalah sejumlah uang atau modal yang dipakai untuk membeli atau
menjual mesin-mesin dan alat-alat produksi yang diperlukan untuk
masyarakat dan mempunyai nilai jangka panjang.
2.1.2. Jenis-Jenis Investasi
 Autonomous Investmen ( penanaman modal
otonom ).
 Induced Investmen ( penanaman modal
terpengaruh ).
 Private Investmen.
 Publick Investmen.
 Domestic Investmen.
 Fureing Investmen.
2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana terjadi
kenaikan produk nasional bruto riil suatu perekonomian atau
pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian diktakan mengalami
peningkatan bila terjadi pertumbuhan otput riil.
Menurut Sukirno (1981), Pertumbuhan ekonomi dibedakan
menjadi 2 pengertian yaitu :
 Dalam penggunaan umum biasanya diartikan sebagai
pertumbuhan pendapatan nasional yang terjadi disuatu negara
satu tahun ketahun lainnya.
 Pengertian lain yaitu pertambahan dalam tingkat pendapatan
perkapita disuatu negara dari tahun ketahun dimana pertambahan
itu akan tejadi apabila tingkat pertumbuhan pendapatan nasional
yang dinilai menurut harga tetap adalah lebih besar daripada
tingkat pertambahan penduduk.
2.3. Kaitan Investasi dengan Pertumbuhan EKonomi
 Menurut teori Keynes pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh permintaan
agregat (AD) yang efektif didalam negeri sebagai variabel strategis dalam
mengatasi pengangguran dan faktor-faktor produksi. Permintaan agregat
efektif didalam negeri membentuk pengeluaran yang terdiri dari konsumsi,
pengeluaran untuk investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.
Dalam keseimbangan permintaan agregat sama dengan penwaran agregat atau
pendapatan domestik bruto.
AD = AS = PDB = C + I + G + (X-M)
Dimana :
PDB = Jumlah nilai produk yang dihasilkan suatu negara dalam periode
tertentu
C = Pengeluaran konsumsi swasta dan pemerintah
I = Pengeluaran Investasi swasta dan pemerintah
G = Semua jenis pengeluaran pemerintah
X-M = Nilai bersih dari perdagangan luar negeri
2.4. Konsep Produktivitas (Productivity Consept)
 Produktivitas merupakan suatu pendekatan untuk menentukan tujuan
yang efektif, pembuatan rencana dan aplikasi penggunaan cara untuk
menggunakan sumber-sumber secara efisien dan tetap menjaga adanya
kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan
secara terpadu sumberdaya manusia dan keterampilan, barang modal,
teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber lainnya menuju
kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup seluruh
masyarakat.
 Tasman (2006), secara konsep, produktivitas didefinisikan sebagai
tingkat output yangdihasilkan per unit input yang digunakan dalam
proses produksi. Produktivitas secara umum mengukur ratio per satu
input, seperti produktivitas tenaga kerja, atau per kapita output ,
produktivitas modal, produktivitas lahan dan lain sebagainya.
 Pengukuran produktivitas seperti ini hanya sebagai
konsep rata-rata produktivitas atau konsep
produktivitas parsial. Akan tetapi, teknik pengukuran
produktivitas ini dan pengukuran produktivitas parsial
tidakmencakup semua faktor yang ikut berkontribusi
terhadap pertumbuhan produktivitas. Untuk alasan ini,
penelitian produktivitas menggunakan secara umum
selain konsep rata-rata produktivitas sederhana yang
disebut dengan konsep total factor produktivity (TFP).
2.5. PENELITIAN SEBELUMNYA
 Helmi Ali (2005) menyatakan kondisi investasi swasta di wilayah
regional Sumatera berupa PMA dan PMDN cukup berfluktuatif, secara
kumulatif selama periode penelitian 1985 – 2004 jumlah PMDN 1.647
proyek dengan nilai 207.972,9 miliar rupiah dan PMA 1.431 proyek
dengan nilai 53.412,1US$. Peringkat teratas delapan provinsi di
wilayah regional sumatera ditempati Provinsi Riau dengan hampir 21
persen proyek dengan hampir 50 persen nilai PMDN terkosentrasi di
Riau. Begitu juga PMA 39 persen proyek dengan nilai 56 persen
terkosentrasi di Riau. Peringkat tiga provinsi setelah Riau ditempati
Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Lampung. Sementara
PMDN dan PMA empat provinsi lainnya DI Aceh, Sumatera Barat ,
Jambi dan Bengkulu memperoleh 1-7 persen bagian investasi di
wilayah regional Sumatera.
 Khabri Moeis (2005) Dari variabel yang dianggap sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi investasi yang terjadi di
Provinsi Jambi, maka diketahui bahwa PDRB, investasi, suku
bunga bank, dan tenaga kerja, dan teknologi dan kebijakan
pemerintah berupa pengenaan pajak sebagai variabel yang
mempengaruhi investasi yang terjadi di Provinsi Jambi, yang
ditunjukkan dengan nilai R square sebesar 0,991 yang berarti
bahwa perkembangan investasi di Provinsi Jambi 99,1 persen
dipengaruhi oleh variabel diatas sedangkan sisanya (0,9 persen)
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
 KERANGKA PEMIKIRAN
Swasta
PMDN
Karet - Sawit
PMA
APBN APBD
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan lateratur yang ada dan keadaan yang
berkembang di lapangan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
 Diduga Produktivitas tenaga kerja dan luas lahan komoditi Kelapa Sawit
dan karet dikategorikan masih rendah
 Diduga investasi sub sektor perkebunan mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas lahan dan tenaga
kerja pada sub sektor perkebunan untuk komoditi karet di Kabupaten
Bungo.
 Diduga investasi sub sektor perkebunan mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas lahan dan tenaga
kerja pada sub sektor perkebunan untuk komoditi kelapa sawit di
Kabupaten Bungo.
 Diduga luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan kebijakan pemerintah
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap investasi sub
sektor perkebunan di Kabupaten Bungo
Metode Penelitian
 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan ini
adalah riset kepustakaan (library research). Riset
kepustakaan ini dilakukan dengan mempelajari
teori-teori dan informasi yang berasal dari
kepustakaan, laporan-laporan, artikel-artikel,
yang berhubungan dengan penelitian ini untuk
memperoleh landasan teori dan informasi yang
di inginkan
3.2. Jenis Data
- Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang disajikan dalam bentuk data tahunan / berkala (time series)
mulai tahun 2000 –2010.
3.3. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo
 Bappeda Kabupaten Bungo
 Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo
 ALAT ANALISIS
Khusus untuk mejawab pertanyaan kesatu. Rumus yang
digunakan adalah :
I t - I t-1
I g t = -------------------- X 100 %
I t-1
Dimana : I g t = Perkembangan investasi / tahun
I t = Investasi tahun t
I t-1 = Investasi tahun t-1
ANALISIS KUANTITATIF
Untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga digunakan regresi sederhana dan regresi
berganda / multiplier regration. Adapun formulanya sebagai berikut :
A. Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
GE = f (Ibun) (1)
Log PDRB = α + β1 Log Ibun (2)
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi sub sektor perkebunan di Provinsi Jambi
I t = F ( LL, TK, Pol, ) (3)
Atau dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
I t = α + β1 LL + β 2 TK + β 3 Pol + e (4)
Dimana :
I t = Investasi sub sektor perkebunan tahun t
PDRB = Produk Domestik Regional Brutto
LL = Luas lahan perkebunan di Kabupaten Bungo
TK = Jumlah tenaga kerja yang terserap dengan adanya investasi
Pol = Kebijakan Pemerintah
α o, βo = Konstanta
α i = Koefisien regresi
Untuk menjawab pertanyaan keempat, yaitu menentukan tingkat Produktivitas komoditi karet
dan kelapa sawit, digunakan rumus :
1. Karet
Q
Produktivitas Tenaga kerja = ----------------- ; (5)
TK
Q
Produktivitas Tenaga kerja = ----------------- ; (6)
LL
2. Kelapa Sawit
Q
Produktivitas Tenaga kerja = ----------------- ; (7)
TK
Q
Produktivitas Tenaga kerja = ----------------- ; (8)
LL
Dimana : Q = Jumlah Produksi (karet dan kelapa sawit)
TK = Jumlah tenaga kerja yang terserap
LL = Luas lahan (karet dan kelapa sawit
3 Pengujian Hipotesis
Untuk melihat masing-masing koefisien regresi signifikan
atau tidak dilakukan pengujian hipotesis :
1. F-test
2. Koefisien determinasi (r)
3. t-test
Operasional Variabel
 Investasi
 Luas Lahan
 Pertumbuhan Ekonomi
 Jumlah tenaga kerja
 Kebijakan pemerintah
 Produktivitas
 Produktivitas tenaga kerja
 Produktivitas Lahan
 Produksi
 PDRB
ANALISIS DESKRIPTIF
JUMLAH PENDUDUK
 Selama periode pengamatan, 2001-2012, Kabupaten Bungo yang
berpenduduk 310.737 jiwa tersebar pada berbagai kecamatan dan
pada tahun 2012 pola pernyebaran penduduk relatif tidak
berubah banyak karena tersebar secara proporsional, yang
memberi indikasi tidak terjadi perpindahan penduduk antar
kecamatan dan juga tidak banyak terjadi perpindahan penduduk
dari daerah lain ke satu atau lebih ke kecamatan tertentu dalam
Kabupaten Bungo. Keadaan penduduk Kabupaten Bungo
cenderung mengalami peningkatan yang relatif stabil pada setiap
tahunnya. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk
perempuan, yang berdampak kepada jumlah tenaga kerja laki-
laki lebih banyak, sehingga merupakan salah satu pendorong
percepatan perkembangan ekonomi, karena dengan komposisi
penduduk yang banyak bergerak pada sektor pertanian, lebih
banyak membutuhkan tenaga kerja laki-laki.
Perkembangan Luas Lahan Karet dan Kelapa Sawit
 Pekembangan Luas Lahan Karet dan Kelapa Sawit di
Kabupaten Bungo cenderung menunjukkan jumlah yang
selalu bervariasi setiap tahunnya dan cenderung
meningkat, baik untuk komoditi karet maupun komoditi
kelapa sawit. Namun dibandingkan dengan luas lahan
karet, luas lahan kelapa sawit di Kabupaten Bungo
cenderung menunjukkan peningkatan yang cukup berarti,
diketahui bahwa secara rata-rata perkembangan luas lahan
karet di Kabupaten Bungo selama periode tahun 2000-
2012 mencapai 1,32 persen, sedangkan rata-rata
perkembangan luas lahan kelapa sawit di Kabupaten
Bungo dalam periode yang sama mencapai 1,37 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa persentase peningkatan luas
lahan kedua komoditi tersebut selama periode penelitian
menunjukkan lebih besar peningkatan luas lahan kelapa
sawit.
Perkembangan Produksi Karet dan Kelapa Sawit di
Kabupaten Bungo
Tahun
Produksi Karet
(ton) Perkembangan (%)
Produksi Kelapa Sawit
(ton) Perkembangan (%)
2000 25.832 79.250
2001 26.056 0,86 79.383 0,17
2002 25.475 -2,28 79.436 0,07
2003 26.688 4,55 79.899 0,58
2004 28.703 7,02 91.410 14,41
2005 29.766 3,57 112.672 23,26
2006 31.097 4,28 122.558 8,77
2007 32.496 4,31 138.388 12,92
2008 28.543 -13,85 144.773 4,61
2009 28.679 0,47 152.274 5,18
2010 29.828 3,85 167.493 9,99
2011 32.008 6,81 163.233 -2,54
2012 47.226 32,22 241.815 48,14
Tabel 4. Jumlah Produksi Komoditi Karet dan Kelapa Sawit di Kabupaten Bungo
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo
Jumlah Tenaga Kerja
Tahun
Tenaga Kerja pada
Komoditi Karet
Perkemb (%)
Tenaga Kerja pada
Komoditi Kelapa
Sawit
Perkemb (%)
2000 38.027 8.601
2001 38.777 1,97 8.885 3,30
2002 39.460 1,76 9.047 1,82
2003 40.149 1,75 9.708 7,31
2004 40.143 -0,01 9.997 2,98
2005 40.936 1,98 12.124 21,28
2006 41.229 0,72 13.410 10,61
2007 41.516 0,70 15.899 18,56
2008 43.363 4,45 16.839 5,91
2009 44.208 1,95 16.848 0,05
2010 44.247 0,09 17.816 5,75
2011 44.746 1,13 17.854 0,21
2012 44.758 0,03 20.431 14,43
Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja yang bekerja pada komoditi Karet dan Sawit
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo
ANALISIS KUANTITATIF
Perkembangan Tingkat Produktifitas Lahan Karet
Tahun
Produksi
(ton)
Perkemb.
(%)
LL (Ha)
Perkemb.
(%)
Produktivitas
(ton/ha)
Perkemb.
(%)
2000 25.832 80.453 0,321
2001 26.056 0,86 80.564 0,14 0,323 0,73
2002 25.475 -2,28 80.695 0,16 0,316 -2,39
2003 26.688 4,55 81.032 0,42 0,329 4,33
2004 28.703 7,02 97.648 17,02 0,294 -10,75
2005 29.766 3,57 89.471 -9,14 0,333 13,18
2006 31.097 4,28 90.624 1,27 0,343 3,14
2007 32.496 4,31 91.470 0,92 0,355 3,53
2008 28.543 -13,85 92.743 1,37 0,308 -13,37
2009 28.679 0,47 92.772 0,03 0,309 0,45
2010 29.828 3,85 96.717 4,08 0,308 -0,24
2011 32.008 6,81 96.867 0,15 0,330 7,14
2012 47.226 32,22 97.625 0,78 0,484 46,40
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (data diolah)
Perkembangan Tingkat Produktifitas Komoditi Karet
Tahun
Produksi
(ton)
Perkemb.
(%)
TK (Org)
Perkemb.
(%)
Produktivitas
(ton/ha)
Perkemb.
(%)
2000 25.832 38.027 0,679
2001 26.056 0,86 38.777 1,97 0,672 -1,08
2002 25.475 -2,28 39.460 1,76 0,646 -3,92
2003 26.688 4,55 40.149 1,75 0,665 2,96
2004 28.703 7,02 40.143 -0,01 0,715 7,57
2005 29.766 3,57 40.936 1,98 0,727 1,69
2006 31.097 4,28 41.229 0,72 0,754 3,73
2007 32.496 4,31 41.516 0,70 0,783 3,78
2008 28.543 -13,85 43.363 4,45 0,658 -15,91
2009 28.679 0,47 44.208 1,95 0,649 -1,44
2010 29.828 3,85 44.247 0,09 0,674 3,91
2011 32.008 6,81 44.746 1,13 0,715 6,11
2012 47.226 32,22 44.758 0,03 1,055 47,50
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (data diolah)
Perkembangan Produktifitas Luas Lahan Kelapa
Sawit
Tahun
Produksi
(ton)
Perkemb.
(%)
LL (Ha)
Perkemb.
(%)
Produktivitas
(ton/ha)
Perkemb.
(%)
2000 172.199 468.813 0,367
2001 175.270 1,75 480.051 2,34 0,365 -0,60
2002 190.079 7,79 490.483 2,13 0,388 6,14
2003 195.064 2,56 501.262 2,15 0,389 0,42
2004 199.130 2,04 505.453 0,83 0,394 1,24
2005 227.629 12,52 520.660 2,92 0,437 10,97
2006 237.123 4,00 538.634 3,34 0,440 0,69
2007 229.781 -3,20 538.990 0,07 0,426 -3,16
2008 232.345 1,10 551.525 2,27 0,421 -1,18
2009 230.875 -0,64 554.796 0,59 0,416 -1,22
2010 238.884 3,35 558.570 0,68 0,428 2,77
2011 239.330 0,19 558.663 0,02 0,428 0,17
2012 239.625 0,12 561.162 0,45 0,427 -0,32
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (data diolah)
Perkembangan Produktifitas Tenaga Kerja
Kelapa Sawit
Tahun
Produksi
(ton)
Perkemb.
(%)
TK (Org)
Perkemb.
(%)
Produktivitas
(ton/ha)
Perkemb.
(%)
2000 79.250 8.601 9,214
2001 79.383 0,17 8.885 3,30 8,934 -3,03
2002 79.436 0,07 9.047 1,82 8,780 -1,73
2003 79.899 0,58 9.708 7,31 8,230 -6,27
2004 91.410 14,41 9.997 2,98 9,144 11,10
2005 112.672 23,26 12.124 21,28 9,293 1,64
2006 122.558 8,77 13.410 10,61 9,139 -1,66
2007 138.388 12,92 15.899 18,56 8,704 -4,76
2008 144.773 4,61 16.839 5,91 8,598 -1,23
2009 152.274 5,18 16.848 0,05 9,038 5,13
2010 167.493 9,99 17.816 5,75 9,401 4,02
2011 163.233 -2,54 17.854 0,21 9,143 -2,75
2012 241.815 48,14 20.431 14,43 11,836 29,46
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (data diolah)
Hubungan antara Investasi dengan Produktifitas
 Komoditi karet
I = α + β1 Prod.LL + β2 Prod.TK. + e (1)
I = 6,114 – 1,211 Prod.LL + 1,598 Prod.TK. + e (2)
(-0,234) (0,702)
R = 0,468 Catatan :
R2 = 0,219 Angka Dalam Kurung adalah
t-hitung
 Komoditi Kelapa Sawit
I = α + β1 Prod.LL + β2 Prod.TK. + e (3)
I = 5,077 + 0,499 Prod.LL + 0,63 Prod.TK. + e (4)
(6,664) (1,714)
R = 0,930 Catatan :
R2 = 0,864 Angka Dalam Kurung adalah
t-hitung
Analisis Investasi Sub Sektor Perkebunan
Terhadap PDRB
Log PDRB = 0 + β1Log IBun ………..……..…… 5
= 6,622 + 0,35 1Log IBun
(0,713)
R = 0,508 Catatan :
R2 = 0,314 Angka Dalam Kurung adalah
t-hitung
Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
Investasi Sub Sektor Perkebunan
 Komoditi Karet
Log I = 0 + 1Log LL + 2 Log TK + 3 Pol ..……..…… 6
= -42,104 + 0,852 Log LL + 7.823 Log TK
(0,588) (4,335)
R = 0,942 Catatan :
R2 = 0,888 Angka Dalam Kurung adalah
t-hitung
 Komoditi Kelapa Sawit
Log I =  + β1Log LL + β2 Log TK + β3 Pol ..……..…… 7
= -42,927 + 58,949 Log LL+ 8.705 Log TK
(1,242) (9,136)
R = 0,940 Catatan :
R2 = 0,884 Angka Dalam Kurung adalah
t-hitung
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
 Dari hasil penelitian di Kabupaten Bungo, diketahui bahwa
untuk komoditi karet dan kelapa sawit rata-rata tingkat
produktifitas tenaga kerja lebih tinggi bila dibandingkan
dengan produktifitas luas lahan..
 Dari hasil penelitian, diketahui bahwa produktifitas yang
dicapai, baik produktifitas luas lahan maupun produktifitas
tenaga kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten
Bungo
 Dari uji regresi linear sederhana diketahui bahwa
investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten Bungo
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap PDRB Kabupaten Bungo. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besarnya jumlah
investasi yang ditanamkan di sektor perkebunan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Bungo.
 Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi
investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten Bungo,
diketahui bahwa tenaga kerja memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan, namun luas lahan tidak
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten Bungo.
Saran
Tingkat Produktifitas
Dilihat dari tingkat produktifitas diketahui bahwa produktifitas tenaga
kerja memiliki pengaruh yang cukup besar bila dibandingkan dengan
produktifitas luas lahan. Hal ini perlu menjadi pemikiran bersama bahwa
perlu adanya upaya untuk peningkatan ketrampilan ini dapat dilakukan
dengan mendirikan politeknik-politeknik yang dapat mencetak tenaga
kerja siap pakai. Sehingga produktifitas yang diciptakan juga akan
semakin baik. Kemudian sehubungan dengan penemuan empiris yang
menunjukkan pengaruh investasi terhadap tenaga kerja yang disimpulkan
diharapkan pemerintah perlu memfokuskan pengembangan investasi
kepada proyek-proyek yang padat tenaga kerja.
Kebijakan Pemerintah
Perlu ditingkatkannya untuk semua produk tentu harus lebih berhati-hati,
jangan sampai menimbulkan disentif untuk penerimaan daerah yang
diharapkan, pembebasan bea impor barang modal atau pun penurunan
penerimaan dari pajak dapat ditutupi oleh peningkatan penerimaan dari
output dengan adanya investasi
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Produktivitas Lahan dan Tenaga Kerja pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Bungo

Pertumbuhan ekonomi.pptx
Pertumbuhan ekonomi.pptxPertumbuhan ekonomi.pptx
Pertumbuhan ekonomi.pptxdinicha31
 
Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963abdul ajid
 
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023   5 vWeek 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023   5 v
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023 5 vYusinadia Sekar Sari
 
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasiIsi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasiSlamet MF
 
Giovani aditya xii ips 1
Giovani aditya xii ips 1Giovani aditya xii ips 1
Giovani aditya xii ips 1Paarief Udin
 
Giovani aditya xii ips 1
Giovani aditya xii ips 1Giovani aditya xii ips 1
Giovani aditya xii ips 1Paarief Udin
 
Tugas 4. pertumbuhan ekonomi
Tugas 4. pertumbuhan ekonomiTugas 4. pertumbuhan ekonomi
Tugas 4. pertumbuhan ekonomisiti aisah
 
Makalah pembangunan ekonomi daerah
Makalah pembangunan ekonomi daerahMakalah pembangunan ekonomi daerah
Makalah pembangunan ekonomi daerahRendiTrida
 
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdfMelyndaSriWulandari
 
Total faktor produktivitas
Total faktor produktivitasTotal faktor produktivitas
Total faktor produktivitas'Andrian Djamalu
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNandaTika
 
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanikAda apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanikUmi Hanik
 
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptxAgungRizky22
 
Peran Kelembagaan Dalam Investasi Daerah
Peran Kelembagaan Dalam Investasi DaerahPeran Kelembagaan Dalam Investasi Daerah
Peran Kelembagaan Dalam Investasi Daerahchocolate1990
 

Similar to Produktivitas Lahan dan Tenaga Kerja pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Bungo (20)

Pertumbuhan ekonomi.pptx
Pertumbuhan ekonomi.pptxPertumbuhan ekonomi.pptx
Pertumbuhan ekonomi.pptx
 
Sektoral Perekonomian Indonesia
Sektoral Perekonomian Indonesia Sektoral Perekonomian Indonesia
Sektoral Perekonomian Indonesia
 
Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963
 
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023 5 v
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023   5 vWeek 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023   5 v
Week 5 pertumbuhan ekonomi yusinadia sekar sari 11140023 5 v
 
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasiIsi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
 
Giovani aditya xii ips 1
Giovani aditya xii ips 1Giovani aditya xii ips 1
Giovani aditya xii ips 1
 
Giovani aditya xii ips 1
Giovani aditya xii ips 1Giovani aditya xii ips 1
Giovani aditya xii ips 1
 
Tugas 4. pertumbuhan ekonomi
Tugas 4. pertumbuhan ekonomiTugas 4. pertumbuhan ekonomi
Tugas 4. pertumbuhan ekonomi
 
Foreign Direct Investment (FDI) dan Iklim investasi di Indonesia
Foreign Direct Investment (FDI) dan  Iklim investasi di IndonesiaForeign Direct Investment (FDI) dan  Iklim investasi di Indonesia
Foreign Direct Investment (FDI) dan Iklim investasi di Indonesia
 
Makalah pembangunan ekonomi daerah
Makalah pembangunan ekonomi daerahMakalah pembangunan ekonomi daerah
Makalah pembangunan ekonomi daerah
 
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
278-Article Text-562-1-10-20220826.pdf
 
Fiscal policy ~ ira kristina l. tobing
Fiscal policy ~ ira kristina l. tobingFiscal policy ~ ira kristina l. tobing
Fiscal policy ~ ira kristina l. tobing
 
Total faktor produktivitas
Total faktor produktivitasTotal faktor produktivitas
Total faktor produktivitas
 
Makalah pertumbuhan ekonimi
Makalah pertumbuhan ekonimiMakalah pertumbuhan ekonimi
Makalah pertumbuhan ekonimi
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docx
 
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanikAda apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
 
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx
9. EKONOMI MIGAS 9 akkakakakakkakaak.pptx
 
Peran Kelembagaan Dalam Investasi Daerah
Peran Kelembagaan Dalam Investasi DaerahPeran Kelembagaan Dalam Investasi Daerah
Peran Kelembagaan Dalam Investasi Daerah
 
F 19997 a20
F 19997 a20F 19997 a20
F 19997 a20
 

More from novri7

PPT TBC.pptx
PPT TBC.pptxPPT TBC.pptx
PPT TBC.pptxnovri7
 
SPT.Lap Kunjungan Kelompok Lansia JUNI sidorejo.docx
SPT.Lap Kunjungan Kelompok Lansia JUNI sidorejo.docxSPT.Lap Kunjungan Kelompok Lansia JUNI sidorejo.docx
SPT.Lap Kunjungan Kelompok Lansia JUNI sidorejo.docxnovri7
 
diare-mencret.ppt
diare-mencret.pptdiare-mencret.ppt
diare-mencret.pptnovri7
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptnovri7
 
diare-mencret.ppt
diare-mencret.pptdiare-mencret.ppt
diare-mencret.pptnovri7
 
8.1.6.4 SOP evaluasi lentang nilai.docx
8.1.6.4 SOP evaluasi lentang nilai.docx8.1.6.4 SOP evaluasi lentang nilai.docx
8.1.6.4 SOP evaluasi lentang nilai.docxnovri7
 
MINUT PROMKES.docx
MINUT PROMKES.docxMINUT PROMKES.docx
MINUT PROMKES.docxnovri7
 

More from novri7 (7)

PPT TBC.pptx
PPT TBC.pptxPPT TBC.pptx
PPT TBC.pptx
 
SPT.Lap Kunjungan Kelompok Lansia JUNI sidorejo.docx
SPT.Lap Kunjungan Kelompok Lansia JUNI sidorejo.docxSPT.Lap Kunjungan Kelompok Lansia JUNI sidorejo.docx
SPT.Lap Kunjungan Kelompok Lansia JUNI sidorejo.docx
 
diare-mencret.ppt
diare-mencret.pptdiare-mencret.ppt
diare-mencret.ppt
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
 
diare-mencret.ppt
diare-mencret.pptdiare-mencret.ppt
diare-mencret.ppt
 
8.1.6.4 SOP evaluasi lentang nilai.docx
8.1.6.4 SOP evaluasi lentang nilai.docx8.1.6.4 SOP evaluasi lentang nilai.docx
8.1.6.4 SOP evaluasi lentang nilai.docx
 
MINUT PROMKES.docx
MINUT PROMKES.docxMINUT PROMKES.docx
MINUT PROMKES.docx
 

Produktivitas Lahan dan Tenaga Kerja pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Bungo

  • 2. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi nasional khususnya di sub sektor perkebunan mengalami banyak perubahan terutama dalam hal kebijakan pemerintah bila dibandingkan dengan keadaan sebelum diberlakukannya otonomui daerah. Sebelum otonomi daerah sub sektor perkebunan kewenangan pengaturannya berada sepenuhnya di pemerintah pusat (Jakarta). Dampaknya banyak kebijakan-kebijakan pemerintah yang terpaksa dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan kondisi di daerah, sebagai contoh penanaman suatu komoditi yang sudah diprogramkan dari pemerintah pusat, tetapi di lapangan tidak sesuai dengan kondisi lingkungan dan budaya masyarakat di daerah, sehingga banyak program tersebut gagal.
  • 3. Kebijakan pengembangan sub sektor perkebunan secara ekonomi memiliki beberapa sasaran yang hendak dicapai, yaitu :  Meningkatkan produksi dan kwalitas konsumsi dalam negeri dan produksi ekspor non migas.  Meningkatkan nilai tambah melalui diversifikasi hasil utama, hasil sampingan, dan manfaat limbah.  Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di daerah minus dan sekaligus dampak penyerapan tenaga kerja.  Membuka sentra – sentra perekonomian baru di daerah remote (akibat multi player efect dari tumbuhnya usaha pengembangan perkebunan).
  • 4.  Kebijakan pemerintah yang menitikberatkan kepada pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan pada dasarnya kegiatan yang dikembangkan merupakan sasaran strategis dengan menyesuaikan pada potensi, baik SDA maupun SDM setempat yang ada. Salah satu kebijakan pemerintah yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan adalah kerjasama investasi perusahaan perkebunan dengan masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Seperti diketahui Provinsi Jambi sangat memiliki potensi sumber daya alam yang sangat cocok untuk dikembangkan menjadi lahan perkebunan. Dengan curah hujan yang melebihi 2.500 mm / tahunnya dan penyebaran yang merata merupakan aspek pendukung terhadap keberhasilan pengembangan potensi perkebunan. Program perkebunan yang awalnya dimonopoli oleh perusahaan – perusahaan besar , yang dikenal dengan perusahaaan inti , sesuai dengan kurun waktu dan perkembangan jaman berubah secara bertahap, lewat inpres nomor 1 tahun 1986, pemerintah membuat suatu program kebersamaan yang melibatkan masyarakat lewat program PIR – TRANS, kemudian berganti menjadi program KKPA (Kredit Komersial Primer untuk Anggota), dan belakangan ini marak disebut dengan program kemitraan.
  • 5.  Investasi perkebunan sangat besar manfaatnya dalam pengembangan perekonomian masyarakat Jambi pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Bungo pada khususnya. Dengan berkembangnya investasi tersebut maka dapat kita lihat berapa besar roda – roda perekonomian pedesaaan dan sentra – sentra pasar baru bermunculan. Namun di dalam perjalanannya kendala – kendala selalu muncul, yang berakibat kepada kurang berminatnya para investor – investor baru, baik lokal maupun luar negeri untuk menanamkan dan mengekspansi modalnya.  Seperti kita ketahui pengembangan Kabupaten Bungo sesuai dengan kultur dan keadaan masyarakatnya yang sejak dahulu memang sektor ekonomi masyarakat tumbuh dari sub sektor perkebunan. Sehingga pertumbuhan sub sektor perkebunan bisa lebih cepat dan membawa dampak yang mendasar sampai kepada masyarakat desa yang pendapatan perkapitanya sangat rendah.
  • 6. Perumusan Masalah  Berapa besar tingkat Produktivitas lahan dan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan komoditi karet dan kelapa sawit selama periode 2000 - 2012.  Bagaimana hubungan antara investasi sub sektor perkebunan dengan tingkat produktivitas lahan dan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan terutama untuk komoditi karet dan kelapa sawit.  Berapa besar pengaruh Investasi (PMA dan PMDN) sub sektor perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Bungo selama periode 2000 – 2012  Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan investasi sub sektor perkebunan selama periode 2000 - 2012.  Untuk mengetahui berapa besar tingkat Produktivitas lahan dan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan khususnya komoditi karet dan kelapa sawit selama periode 2000 – 2012  Untuk mengetahui hubungan antara investasi sub sektor perkebunan dengan tingkat produktivitas lahan dan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan terutama untuk komoditi karet dan kelapa sawit.  Untuk mengetahui besarnya pengaruh Investasi (PMA dan PMDN) sub sektor perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Bungo selama periode 2000 – 2012  Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan investasi sub sektor perkebunan selama periode 2000- 2012 Tujuan Penulisan
  • 7. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk bahan literatur bagi peneliti – peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengkaji masalah yang terkait dengan pengembangan investasi sub perkebunan di Kabupaten Bungo 2. Secara Praktisi sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah dan instansi yang terkait dalam rangka mengambil kebijakan pembangunan khususnya investasi perkebunan dengan konsep agro industri dan agro bisnis, baik dalam bentuk regulasi dan deregulasi, insentif dan desinsentif.
  • 8. 2.1. Landasan Teori 2.1.1. INVESTASI  Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persedian kapital (capital stock).Persediaan capital ini terdiri dari pabrik – pabrik , mesin – mesin, kantor dan barang tahan lama lainnya yang dipakai dalam proses produksi, termasuk dalam persediaan capital adalah pengeluaran yang menambah persediaan capital (Suparmoko,1994 ).  Menurut Sukirno (1981), investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri. Jadi investasi adalah sejumlah uang atau modal yang dipakai untuk membeli atau menjual mesin-mesin dan alat-alat produksi yang diperlukan untuk masyarakat dan mempunyai nilai jangka panjang.
  • 9. 2.1.2. Jenis-Jenis Investasi  Autonomous Investmen ( penanaman modal otonom ).  Induced Investmen ( penanaman modal terpengaruh ).  Private Investmen.  Publick Investmen.  Domestic Investmen.  Fureing Investmen.
  • 10. 2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil suatu perekonomian atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian diktakan mengalami peningkatan bila terjadi pertumbuhan otput riil. Menurut Sukirno (1981), Pertumbuhan ekonomi dibedakan menjadi 2 pengertian yaitu :  Dalam penggunaan umum biasanya diartikan sebagai pertumbuhan pendapatan nasional yang terjadi disuatu negara satu tahun ketahun lainnya.  Pengertian lain yaitu pertambahan dalam tingkat pendapatan perkapita disuatu negara dari tahun ketahun dimana pertambahan itu akan tejadi apabila tingkat pertumbuhan pendapatan nasional yang dinilai menurut harga tetap adalah lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk.
  • 11. 2.3. Kaitan Investasi dengan Pertumbuhan EKonomi  Menurut teori Keynes pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh permintaan agregat (AD) yang efektif didalam negeri sebagai variabel strategis dalam mengatasi pengangguran dan faktor-faktor produksi. Permintaan agregat efektif didalam negeri membentuk pengeluaran yang terdiri dari konsumsi, pengeluaran untuk investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Dalam keseimbangan permintaan agregat sama dengan penwaran agregat atau pendapatan domestik bruto. AD = AS = PDB = C + I + G + (X-M) Dimana : PDB = Jumlah nilai produk yang dihasilkan suatu negara dalam periode tertentu C = Pengeluaran konsumsi swasta dan pemerintah I = Pengeluaran Investasi swasta dan pemerintah G = Semua jenis pengeluaran pemerintah X-M = Nilai bersih dari perdagangan luar negeri
  • 12. 2.4. Konsep Produktivitas (Productivity Consept)  Produktivitas merupakan suatu pendekatan untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana dan aplikasi penggunaan cara untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumberdaya manusia dan keterampilan, barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber lainnya menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup seluruh masyarakat.  Tasman (2006), secara konsep, produktivitas didefinisikan sebagai tingkat output yangdihasilkan per unit input yang digunakan dalam proses produksi. Produktivitas secara umum mengukur ratio per satu input, seperti produktivitas tenaga kerja, atau per kapita output , produktivitas modal, produktivitas lahan dan lain sebagainya.
  • 13.  Pengukuran produktivitas seperti ini hanya sebagai konsep rata-rata produktivitas atau konsep produktivitas parsial. Akan tetapi, teknik pengukuran produktivitas ini dan pengukuran produktivitas parsial tidakmencakup semua faktor yang ikut berkontribusi terhadap pertumbuhan produktivitas. Untuk alasan ini, penelitian produktivitas menggunakan secara umum selain konsep rata-rata produktivitas sederhana yang disebut dengan konsep total factor produktivity (TFP).
  • 14. 2.5. PENELITIAN SEBELUMNYA  Helmi Ali (2005) menyatakan kondisi investasi swasta di wilayah regional Sumatera berupa PMA dan PMDN cukup berfluktuatif, secara kumulatif selama periode penelitian 1985 – 2004 jumlah PMDN 1.647 proyek dengan nilai 207.972,9 miliar rupiah dan PMA 1.431 proyek dengan nilai 53.412,1US$. Peringkat teratas delapan provinsi di wilayah regional sumatera ditempati Provinsi Riau dengan hampir 21 persen proyek dengan hampir 50 persen nilai PMDN terkosentrasi di Riau. Begitu juga PMA 39 persen proyek dengan nilai 56 persen terkosentrasi di Riau. Peringkat tiga provinsi setelah Riau ditempati Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Lampung. Sementara PMDN dan PMA empat provinsi lainnya DI Aceh, Sumatera Barat , Jambi dan Bengkulu memperoleh 1-7 persen bagian investasi di wilayah regional Sumatera.
  • 15.  Khabri Moeis (2005) Dari variabel yang dianggap sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi yang terjadi di Provinsi Jambi, maka diketahui bahwa PDRB, investasi, suku bunga bank, dan tenaga kerja, dan teknologi dan kebijakan pemerintah berupa pengenaan pajak sebagai variabel yang mempengaruhi investasi yang terjadi di Provinsi Jambi, yang ditunjukkan dengan nilai R square sebesar 0,991 yang berarti bahwa perkembangan investasi di Provinsi Jambi 99,1 persen dipengaruhi oleh variabel diatas sedangkan sisanya (0,9 persen) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
  • 17. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan lateratur yang ada dan keadaan yang berkembang di lapangan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :  Diduga Produktivitas tenaga kerja dan luas lahan komoditi Kelapa Sawit dan karet dikategorikan masih rendah  Diduga investasi sub sektor perkebunan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas lahan dan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan untuk komoditi karet di Kabupaten Bungo.  Diduga investasi sub sektor perkebunan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas lahan dan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan untuk komoditi kelapa sawit di Kabupaten Bungo.  Diduga luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan kebijakan pemerintah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten Bungo
  • 18. Metode Penelitian  Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah riset kepustakaan (library research). Riset kepustakaan ini dilakukan dengan mempelajari teori-teori dan informasi yang berasal dari kepustakaan, laporan-laporan, artikel-artikel, yang berhubungan dengan penelitian ini untuk memperoleh landasan teori dan informasi yang di inginkan
  • 19. 3.2. Jenis Data - Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang disajikan dalam bentuk data tahunan / berkala (time series) mulai tahun 2000 –2010. 3.3. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :  Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo  Bappeda Kabupaten Bungo  Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo
  • 20.  ALAT ANALISIS Khusus untuk mejawab pertanyaan kesatu. Rumus yang digunakan adalah : I t - I t-1 I g t = -------------------- X 100 % I t-1 Dimana : I g t = Perkembangan investasi / tahun I t = Investasi tahun t I t-1 = Investasi tahun t-1
  • 21. ANALISIS KUANTITATIF Untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga digunakan regresi sederhana dan regresi berganda / multiplier regration. Adapun formulanya sebagai berikut : A. Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi GE = f (Ibun) (1) Log PDRB = α + β1 Log Ibun (2) B. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi sub sektor perkebunan di Provinsi Jambi I t = F ( LL, TK, Pol, ) (3) Atau dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut : I t = α + β1 LL + β 2 TK + β 3 Pol + e (4) Dimana : I t = Investasi sub sektor perkebunan tahun t PDRB = Produk Domestik Regional Brutto LL = Luas lahan perkebunan di Kabupaten Bungo TK = Jumlah tenaga kerja yang terserap dengan adanya investasi Pol = Kebijakan Pemerintah α o, βo = Konstanta α i = Koefisien regresi
  • 22. Untuk menjawab pertanyaan keempat, yaitu menentukan tingkat Produktivitas komoditi karet dan kelapa sawit, digunakan rumus : 1. Karet Q Produktivitas Tenaga kerja = ----------------- ; (5) TK Q Produktivitas Tenaga kerja = ----------------- ; (6) LL 2. Kelapa Sawit Q Produktivitas Tenaga kerja = ----------------- ; (7) TK Q Produktivitas Tenaga kerja = ----------------- ; (8) LL Dimana : Q = Jumlah Produksi (karet dan kelapa sawit) TK = Jumlah tenaga kerja yang terserap LL = Luas lahan (karet dan kelapa sawit
  • 23. 3 Pengujian Hipotesis Untuk melihat masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak dilakukan pengujian hipotesis : 1. F-test 2. Koefisien determinasi (r) 3. t-test
  • 24. Operasional Variabel  Investasi  Luas Lahan  Pertumbuhan Ekonomi  Jumlah tenaga kerja  Kebijakan pemerintah  Produktivitas  Produktivitas tenaga kerja  Produktivitas Lahan  Produksi  PDRB
  • 25. ANALISIS DESKRIPTIF JUMLAH PENDUDUK  Selama periode pengamatan, 2001-2012, Kabupaten Bungo yang berpenduduk 310.737 jiwa tersebar pada berbagai kecamatan dan pada tahun 2012 pola pernyebaran penduduk relatif tidak berubah banyak karena tersebar secara proporsional, yang memberi indikasi tidak terjadi perpindahan penduduk antar kecamatan dan juga tidak banyak terjadi perpindahan penduduk dari daerah lain ke satu atau lebih ke kecamatan tertentu dalam Kabupaten Bungo. Keadaan penduduk Kabupaten Bungo cenderung mengalami peningkatan yang relatif stabil pada setiap tahunnya. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan, yang berdampak kepada jumlah tenaga kerja laki- laki lebih banyak, sehingga merupakan salah satu pendorong percepatan perkembangan ekonomi, karena dengan komposisi penduduk yang banyak bergerak pada sektor pertanian, lebih banyak membutuhkan tenaga kerja laki-laki.
  • 26. Perkembangan Luas Lahan Karet dan Kelapa Sawit  Pekembangan Luas Lahan Karet dan Kelapa Sawit di Kabupaten Bungo cenderung menunjukkan jumlah yang selalu bervariasi setiap tahunnya dan cenderung meningkat, baik untuk komoditi karet maupun komoditi kelapa sawit. Namun dibandingkan dengan luas lahan karet, luas lahan kelapa sawit di Kabupaten Bungo cenderung menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, diketahui bahwa secara rata-rata perkembangan luas lahan karet di Kabupaten Bungo selama periode tahun 2000- 2012 mencapai 1,32 persen, sedangkan rata-rata perkembangan luas lahan kelapa sawit di Kabupaten Bungo dalam periode yang sama mencapai 1,37 persen. Hal ini menunjukkan bahwa persentase peningkatan luas lahan kedua komoditi tersebut selama periode penelitian menunjukkan lebih besar peningkatan luas lahan kelapa sawit.
  • 27. Perkembangan Produksi Karet dan Kelapa Sawit di Kabupaten Bungo Tahun Produksi Karet (ton) Perkembangan (%) Produksi Kelapa Sawit (ton) Perkembangan (%) 2000 25.832 79.250 2001 26.056 0,86 79.383 0,17 2002 25.475 -2,28 79.436 0,07 2003 26.688 4,55 79.899 0,58 2004 28.703 7,02 91.410 14,41 2005 29.766 3,57 112.672 23,26 2006 31.097 4,28 122.558 8,77 2007 32.496 4,31 138.388 12,92 2008 28.543 -13,85 144.773 4,61 2009 28.679 0,47 152.274 5,18 2010 29.828 3,85 167.493 9,99 2011 32.008 6,81 163.233 -2,54 2012 47.226 32,22 241.815 48,14 Tabel 4. Jumlah Produksi Komoditi Karet dan Kelapa Sawit di Kabupaten Bungo Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo
  • 28. Jumlah Tenaga Kerja Tahun Tenaga Kerja pada Komoditi Karet Perkemb (%) Tenaga Kerja pada Komoditi Kelapa Sawit Perkemb (%) 2000 38.027 8.601 2001 38.777 1,97 8.885 3,30 2002 39.460 1,76 9.047 1,82 2003 40.149 1,75 9.708 7,31 2004 40.143 -0,01 9.997 2,98 2005 40.936 1,98 12.124 21,28 2006 41.229 0,72 13.410 10,61 2007 41.516 0,70 15.899 18,56 2008 43.363 4,45 16.839 5,91 2009 44.208 1,95 16.848 0,05 2010 44.247 0,09 17.816 5,75 2011 44.746 1,13 17.854 0,21 2012 44.758 0,03 20.431 14,43 Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja yang bekerja pada komoditi Karet dan Sawit Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo
  • 29. ANALISIS KUANTITATIF Perkembangan Tingkat Produktifitas Lahan Karet Tahun Produksi (ton) Perkemb. (%) LL (Ha) Perkemb. (%) Produktivitas (ton/ha) Perkemb. (%) 2000 25.832 80.453 0,321 2001 26.056 0,86 80.564 0,14 0,323 0,73 2002 25.475 -2,28 80.695 0,16 0,316 -2,39 2003 26.688 4,55 81.032 0,42 0,329 4,33 2004 28.703 7,02 97.648 17,02 0,294 -10,75 2005 29.766 3,57 89.471 -9,14 0,333 13,18 2006 31.097 4,28 90.624 1,27 0,343 3,14 2007 32.496 4,31 91.470 0,92 0,355 3,53 2008 28.543 -13,85 92.743 1,37 0,308 -13,37 2009 28.679 0,47 92.772 0,03 0,309 0,45 2010 29.828 3,85 96.717 4,08 0,308 -0,24 2011 32.008 6,81 96.867 0,15 0,330 7,14 2012 47.226 32,22 97.625 0,78 0,484 46,40 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (data diolah)
  • 30. Perkembangan Tingkat Produktifitas Komoditi Karet Tahun Produksi (ton) Perkemb. (%) TK (Org) Perkemb. (%) Produktivitas (ton/ha) Perkemb. (%) 2000 25.832 38.027 0,679 2001 26.056 0,86 38.777 1,97 0,672 -1,08 2002 25.475 -2,28 39.460 1,76 0,646 -3,92 2003 26.688 4,55 40.149 1,75 0,665 2,96 2004 28.703 7,02 40.143 -0,01 0,715 7,57 2005 29.766 3,57 40.936 1,98 0,727 1,69 2006 31.097 4,28 41.229 0,72 0,754 3,73 2007 32.496 4,31 41.516 0,70 0,783 3,78 2008 28.543 -13,85 43.363 4,45 0,658 -15,91 2009 28.679 0,47 44.208 1,95 0,649 -1,44 2010 29.828 3,85 44.247 0,09 0,674 3,91 2011 32.008 6,81 44.746 1,13 0,715 6,11 2012 47.226 32,22 44.758 0,03 1,055 47,50 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (data diolah)
  • 31. Perkembangan Produktifitas Luas Lahan Kelapa Sawit Tahun Produksi (ton) Perkemb. (%) LL (Ha) Perkemb. (%) Produktivitas (ton/ha) Perkemb. (%) 2000 172.199 468.813 0,367 2001 175.270 1,75 480.051 2,34 0,365 -0,60 2002 190.079 7,79 490.483 2,13 0,388 6,14 2003 195.064 2,56 501.262 2,15 0,389 0,42 2004 199.130 2,04 505.453 0,83 0,394 1,24 2005 227.629 12,52 520.660 2,92 0,437 10,97 2006 237.123 4,00 538.634 3,34 0,440 0,69 2007 229.781 -3,20 538.990 0,07 0,426 -3,16 2008 232.345 1,10 551.525 2,27 0,421 -1,18 2009 230.875 -0,64 554.796 0,59 0,416 -1,22 2010 238.884 3,35 558.570 0,68 0,428 2,77 2011 239.330 0,19 558.663 0,02 0,428 0,17 2012 239.625 0,12 561.162 0,45 0,427 -0,32 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (data diolah)
  • 32. Perkembangan Produktifitas Tenaga Kerja Kelapa Sawit Tahun Produksi (ton) Perkemb. (%) TK (Org) Perkemb. (%) Produktivitas (ton/ha) Perkemb. (%) 2000 79.250 8.601 9,214 2001 79.383 0,17 8.885 3,30 8,934 -3,03 2002 79.436 0,07 9.047 1,82 8,780 -1,73 2003 79.899 0,58 9.708 7,31 8,230 -6,27 2004 91.410 14,41 9.997 2,98 9,144 11,10 2005 112.672 23,26 12.124 21,28 9,293 1,64 2006 122.558 8,77 13.410 10,61 9,139 -1,66 2007 138.388 12,92 15.899 18,56 8,704 -4,76 2008 144.773 4,61 16.839 5,91 8,598 -1,23 2009 152.274 5,18 16.848 0,05 9,038 5,13 2010 167.493 9,99 17.816 5,75 9,401 4,02 2011 163.233 -2,54 17.854 0,21 9,143 -2,75 2012 241.815 48,14 20.431 14,43 11,836 29,46 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (data diolah)
  • 33. Hubungan antara Investasi dengan Produktifitas  Komoditi karet I = α + β1 Prod.LL + β2 Prod.TK. + e (1) I = 6,114 – 1,211 Prod.LL + 1,598 Prod.TK. + e (2) (-0,234) (0,702) R = 0,468 Catatan : R2 = 0,219 Angka Dalam Kurung adalah t-hitung  Komoditi Kelapa Sawit I = α + β1 Prod.LL + β2 Prod.TK. + e (3) I = 5,077 + 0,499 Prod.LL + 0,63 Prod.TK. + e (4) (6,664) (1,714) R = 0,930 Catatan : R2 = 0,864 Angka Dalam Kurung adalah t-hitung
  • 34. Analisis Investasi Sub Sektor Perkebunan Terhadap PDRB Log PDRB = 0 + β1Log IBun ………..……..…… 5 = 6,622 + 0,35 1Log IBun (0,713) R = 0,508 Catatan : R2 = 0,314 Angka Dalam Kurung adalah t-hitung
  • 35. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi Sub Sektor Perkebunan  Komoditi Karet Log I = 0 + 1Log LL + 2 Log TK + 3 Pol ..……..…… 6 = -42,104 + 0,852 Log LL + 7.823 Log TK (0,588) (4,335) R = 0,942 Catatan : R2 = 0,888 Angka Dalam Kurung adalah t-hitung
  • 36.  Komoditi Kelapa Sawit Log I =  + β1Log LL + β2 Log TK + β3 Pol ..……..…… 7 = -42,927 + 58,949 Log LL+ 8.705 Log TK (1,242) (9,136) R = 0,940 Catatan : R2 = 0,884 Angka Dalam Kurung adalah t-hitung
  • 37. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan  Dari hasil penelitian di Kabupaten Bungo, diketahui bahwa untuk komoditi karet dan kelapa sawit rata-rata tingkat produktifitas tenaga kerja lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktifitas luas lahan..  Dari hasil penelitian, diketahui bahwa produktifitas yang dicapai, baik produktifitas luas lahan maupun produktifitas tenaga kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten Bungo
  • 38.  Dari uji regresi linear sederhana diketahui bahwa investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten Bungo memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB Kabupaten Bungo. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besarnya jumlah investasi yang ditanamkan di sektor perkebunan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bungo.  Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten Bungo, diketahui bahwa tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, namun luas lahan tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap investasi sub sektor perkebunan di Kabupaten Bungo.
  • 39. Saran Tingkat Produktifitas Dilihat dari tingkat produktifitas diketahui bahwa produktifitas tenaga kerja memiliki pengaruh yang cukup besar bila dibandingkan dengan produktifitas luas lahan. Hal ini perlu menjadi pemikiran bersama bahwa perlu adanya upaya untuk peningkatan ketrampilan ini dapat dilakukan dengan mendirikan politeknik-politeknik yang dapat mencetak tenaga kerja siap pakai. Sehingga produktifitas yang diciptakan juga akan semakin baik. Kemudian sehubungan dengan penemuan empiris yang menunjukkan pengaruh investasi terhadap tenaga kerja yang disimpulkan diharapkan pemerintah perlu memfokuskan pengembangan investasi kepada proyek-proyek yang padat tenaga kerja. Kebijakan Pemerintah Perlu ditingkatkannya untuk semua produk tentu harus lebih berhati-hati, jangan sampai menimbulkan disentif untuk penerimaan daerah yang diharapkan, pembebasan bea impor barang modal atau pun penurunan penerimaan dari pajak dapat ditutupi oleh peningkatan penerimaan dari output dengan adanya investasi