Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang bunyi bahasa, vokal, konsonan, diftong, gugus konsonan, fonem, grafem, suku kata, dan tata bahasa bunyi bahasa Indonesia.
2. Kelompok 1
• Khusna Aulia
(13108241008)
• Revika Niza Artiyana
(13108241011)
• Maulida Fitriyani
(13108241013)
• Umi Latifah
(13108241027)
• Restu Waras Toto
(13108241031)
• Erthienda Mahardika I
(13108241042)
3. Bunyi yang Dihasilkan oleh
Alat Ucap Manusia
Pada umumnya manusia berkomunikasi melalui
bahasa dengan cara menulis atau berbicara.
Kalau komunikasi itu dilakukan dengan lisan, tidak
ada alat ucap yang ikut terlibat di dalamnya.
Sebaliknya kalau komunikasi tersebut dilakukan
secara lisan, alat ucap memegang peranan yang
sangat penting.
4. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor
utama yang terlibat yakni :
sumber tenaga,
alat ucap yang menimbulkan getaran
rongga pengubah getaran.
Perubahan bentuk saluran suara yang yang terdiri
atas rongga faring, rongga mulut, dan rongga
hidungmenghasilkan bunyi bahasa yang berbedabeda. Udara dari paru-paru dapat keluar melalui
rongga mulut, rongga hidung, atau lewat rongga
mulut dan rongga hidung sekaligus.
5. Bunyi bahasa berdasarkan arus udara yang
keluar
Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar
melalui mulut disebut bunyi oral;
Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari
hidung disebut bunyi sengau atau bunyi nasal.
Bunyi
bahasa yang yang arus udaranya
sebagian keluar melalui mulut dan sebagian
keluar dari hidung disebut bunyi yang
disengaukan atau dinasalisasi.
8. VOKAL
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak
mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga
faktor:
Tinggi-rendahnya posisi lidah
Bagian lidah yang dinaikkan
Bentuk bibir pada pembentukan vokal itu
9. Pada saat vokal diucapkan, lidah dapat dinaikkan atau diturunkan
bersama rahang. Bagian lidah yang dinaikkan atau diturunkan itu
adalah bagian depan, tengah, atau belakang.
10. Vokal juga dipengaruhi oleh bentuk bibir. Untuk vokal tertentu,
seperti
[a] bentuk bibir normal, sedangkan untuk vokal
[u] bibir dimajukan sedikit dan bentuknya agak bundar.
Untuk bunyi
[i] sudut bibir direntangkan ke samping sehingga bentuknya
melebar.
Bunyi konsonan dibuat dengan cara yang berbeda.
• Konsonan =
a. Konsonan yang bersuara; misal: [b] dan [d]
b. Konsonan tidak bersuara; misal: [p] dan [t]
11. Alat ucap yang bergerak untuk membentuk bunyi bahasa
dinamakan artikulator: bibir bawah, gigi bawah dan lidah.
Daerah yang disentuh atau didekati oleh artikulator
dinamakan daerah artikulasi: bibir atas, gigi atas, langit-langit
keras, langit-langit lunak, dan anak tekak.
Bunyi yang
dihasilkan bernama bilabal.
12. • Apabila bibir bawah bersentuhan dengan ujung gigi atas, bunyinya disebut
labiodental (bibir-gigi)
Contoh: [f]
• Bunyi yang dibentuk dengan ujung lidah atau daun lidah, menyentuh atau
mendekati gusi dinamakan alveolar
Contoh: [t], [d], [s]
• Bunyi yang dibentuk denga ujung lidah menyentuh atau mendekati gigi atas
disebut bunyi dental
Contoh: [t], [d]
• Bunyi yang dibentuk dengan depan lidah menyentuh atau mendekati langitlangit keras disebut bunyi palatal
Contoh: [c], [j], [y]
• Bunyi yang dihasilkan dengan belakang lidah yang mendekati atau menempel
pada langit-langit lunak disebut bunyi velar
Contoh: [k] dan [g]
• Bunyi yang dihasilkan dengan pita suara dirapatkan sehingga arus udara dari
paru-paru tertahan disebut bunyi glotal
Contoh: bunyi yang memisahkan bunyi[a] pertama dan [a] kedua pada
kata saat adalah contoh bunyi gontal.
13. Cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi
dan bagaimana udara keluar dari mulut dinamakan cara
artikulasi. Berdasarkan cara artikulasinya, bunyi bahasa dibagi
menjadi beberapa macam:
• Bila udara dari paru-paru dihambat secara total, maka bunyi
yang dihasilkan dinamakan bunyi hambat; contoh: [p] dan [b]
• Bila arus udara melewati saluran yang sempit, maka akan
terdengar bunyi desis dinamakan bunyi lateral; contoh: [l]
• Bila ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulangulang, bunyi yang dihasilkan dinamakan bunyi getar; contoh:
[r]
14. DIFTONG
Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat
pengucapannya. Dalam sistem tulisan diftong biasa
dilambangkan oleh dua huruf vokal.
Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi [aw]
pada kata harimau adalah diftong sehingga grafem <au>
pada suku kata –mau tidak dapat dipisahkan menjadi ma-u.
Demikian pula halnya dengan deretan huruf vokal ai pada
sungai. Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi diftong
[ay] yang merupakan inti suku kata –ngai.
17. Contoh Gugus Konsonan
• Bunyi [pr] pada kata praktik.
pr ak-tik
• Bunyi [pl] pada kata plastik.
pl as-tik
• Bunyi [tr] pada kata sastra.
sas-tr a
• Bunyi [str] pada kata struktur.
str uk-tur
18. Contoh Bukan Gugus
Konsonan
Tidak semua deretan konsonan membentuk gugus konsonan.
Misalnya,
• Bunyi [pt] pada cipta
cip-ta
• Bunyi [ks] pada aksi
ak-si
• Bunyi [rg] pada harga
har-ga
20. FONEM
• Fonem adalah satuan bahasa terkecil berupa bunyi atau
aspek bunyi bahasa yang membedakan bentuk dan
makna kata.
• Bunyi [p] dan [b] pada kata pagi dan bagi adalah contoh
fonem. Masing-masing kata terdiri dari empat fonem.
• Fonem ditulis di antara tanda garis miring, misalnya /pagi/
dan /pagi/.
21. • Dua bunyi bahasa secara fonetik mirip, tetapi tidak
membedakan kata, maka kedua bunyi itu disebut alofon.
• Contohnya, [p] pada kata siap, baik dilafalkan dengan
merenggangan katupan kedua bibir, atau tetap
mengatupkannya, maka tidak akan ada perubahan
bentuk atau makna kata.
22. GRAFEM
• Grafem adalah gabungan huruf
pelambang fonem dalam sistem ejaan.
sebagai
satuan
• Misalnya, kata pagi terdiri atas empat huruf. Tiap-tiap huruf
merupakan grafem <p>, <a>, <g>, dan <i> serta tiap-tiap
grafem melambangkan fonem yang berbeda, yakni /p/,
/a/, /g/, dan /i/.
23. • Contoh lain adalah kata nyanyi yang terdiri dari empat fonem,
yakni /ñ/, /a/, /ñ/, dan /i/ serta dilambangkan oleh grafem
<ny>, <a>, <ny>, dan <i>.
• Satu grafem dapat melambangkan satu fonem atau lebih.
Misalnya grafem <e>, melambangkan fonem /e/ pada <bela>
dan fonem /ɘ/ pada <belah>.
25. • Fonem yang berwujud bunyi seperti yang digambarkan di atas
dinamakan fonem segmental.
• Sedangkan, ciri fonem suprasegmental meliputi tekanan, panjang
bunyi, dan nada.
• Dalam Bahasa Batak Toba, tekanan bersifat fonemis karena
membedakan kata, seperti pada /bóntar/ “putih” dan /bontár/
“darah”.
• Jika nada itu membedakan kata dalam suatu bahasa, bahasa
tersebut disebut bahasa tona.
27. PENGERTIAN SUKU KATA
Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu
hembusan napas dan umumnya terdiri atas beberapa
fonem.
28. CONTOH SUKU KATA
• Pergi per-gi
• Kepergian ke-per-gi-an
• Ambil am-bil
• Dia di-a
29. JENIS-JENIS SUKU KATA
• Suku buka
Suku kata yang berakhir dengan vokal, (K)V
• Suku tutup
Suku kata yang berakhir dengan konsonan, (K)VK
• Suku kata dibedakan berdasarkan pengucapan,
Sedangkan penggal kata berdasarkan penulisan.
30. BUNYI BAHASA DAN TATA
BUNYI BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia mengenal diasistem, yaitu adanya dua
sistem atau lebih dalam tata bunyi karena tata bunyi
sebagian bahasa daerah di Indonesia cukup besar
perbedaannya dengan bahasa Indonsesia. Misalnya
pelafalan kata kebun yang diucapakan [kɘbun] atau
[kɘbón].
31. Vokal dalam Bahasa Indonesia
Vokal dalam bahasa Indonesia adalah /a/, /i/, /u/, /e/, dan
/o/. Dari keenam vokal tersebut digolongkan menjadi tiga
berdasarkan parameter tinggi-rendahnya lidah yaitu vokal
tinggi, vokal sedang, dan vokal rendah. Sedangkan
berdasarkan parameter depan-belakangnya lidah juga dibagi
tiga yaitu vokal depan, vokal tengah, dan vokal belakang.
Keenam vokal Bahasa Indonesia dapat menduduki posisi awal,
tengah, atau akhir suku kata.
32. Pengucapan vokal
Berikut ini adal pengucapan dari vokal-vokal yang ada :
• Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan dengan kedua bibir agak
terentang ke samping.
• Fonem /u/ adalah vokal tinggi-belakang dengan kedua bibir agak
maju ke depan dan sedikit mmbundar.
• Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan dengan bentuk bibir yang
netral, tidak terentang dan tidak membundar.
• Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang dengan bentuk bibir
kurang bundar dibanding /u/.
• Fonem /Ə/ adalah vokal sedang-tengah dengan bagian lidah
tengah agak dinaikkan dan bibir netral.
• Fonem /a/ adalah vokal rendah-tengah dengan bagian tengah
lidah agak merata dan mulut terbuka lebar.
33. Alofon vokal
Alofon setiap fonem mengikuti pola lidah yang berada pada
posisi tertentu bergerak ke atas atau ke bawah sehingga
posisinya hamper berhimpitan dengan posisi untuk vokal yang
atas atau bawahnya.
Fonem
Alofon
Contoh
/i/
[i]
[tari], [gigi]
[I]
[gigIh]
[e]
[lele], [sore]
[Ɛ]
[lƐlƐh], [nƐnƐk]
[u]
[bau], [cucu]
[U]
[daUn], [rapUh]
[o]
[took], [soto]
[Ɔ]
[tƆkƆh], [pƆhƆn]
/Ə/
[Ə]
[Əmas], [kodƏ]
/a/
[a]
[ada], [mudah]
/e/
/u/
/o/
34. DIFTONG
Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga buah diftong, yakni /ay/ , /aw/
,dan / oy/ yang masing – masing dapat dituliskan: ai, au, dan oi. Ketiga
diftong itu bersifat fenomis dalam bahsa Indonesia. Kedua huruf vokal
pada diftong melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat
dipisahkan. Bandingkan diftong berikut dengan deretan vokal biasa.
DIFTONG
/ay/
/sungay/
/sungai/
Deretan biasa
/ai/
/gulai/
/diberi gula/
35. • Deretan vokal biasa merupakan dua vokal yang masing-masing
mempunyai satu hembuhan napas dan karena itu masing-masing
termasuk dalam suku kata unsur deretan vokal. Misalnya /ii/, /iu/, /io/,
/ia/, /ie/, /ei/, /ea/, /eo/, /aa/, /ae/, /ao/, /ai/, /au/, /oa/, /oi/, /oe/,
/ui/, /ue/, /ua/, /uo/, /Əi/, /Əa/, /Əe/, /Əu/, /ƏƏ/.
• Melalui kaidah fonotaktik, kaidah yang mengatur deretan fonem mana
yang terdapat dalam suatu bahasa dan mana yang tidak, kita dapat
merasakan secara intuitif bentuk mana yang kelihatan seperti kata
Indonesia, dan bentuk mana yang tampak asing.
36. Cara penulisan vokal bahasa indonesia
• Pada umumnya fonem vokal bahasa Indobesia berhubungan satu
lawan satu dengan huruf yang mewakilinya. Dengan demikian, fonem
vokal /a/, /i/, dan /u/ dinyatakan dengan huruf a, I , dan u.
• Hubungan antara fonem dan grafen atau huruf tidak selalu satulawan-satu. Fonem /a/ dengan alofon tunggalnya ditulis dengan
huruf a pula sehingga /a/ selalu ditulis dengan huruf itu.
Contoh :
/adik/
/pandu/
/dia/
/pagi/
/ibu/
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
<adik>
<pandu>
<dia>
<pagi>
<ibu>
37. • Namun ada pula yang berhubungan tidak satu lawan satu. Huruf e
mewakili dua fonem yakni /e/ dan /ә/ beserta alofonnya. Perhatikan
tulisan fonemis dan ortgorafis di bawah ini:
/bәsar/
ditulis
<besar>
/kәmas/
ditulis
<kemas>
/sore/
ditulis
<sore>
/sewa/
ditulis
<sewa>
/becek/
ditulis
<becek>
/kretek/
ditulis
<kretek>
38. • Huruf I dan u masing-masing dipakai untuk menuliskan fonem /i/ dan
/u/ tanpa memperhitungkan alofon
Contoh :
/kita/
ditulis
<kita>
/tadi/
ditulis
<tadi>
/batiɳ/
ditulis
<batin>
/adik/
ditulis
<adik>
/ulama/
ditulis
<ulama>
/puñcak/
ditulis
<puncak>
/abu/
ditulis
<abu>
39. • Huruf o dipakai untuk menuliskan fonem /o/ dengan alofonnya.
Contoh
/roda/
ditulis
<roda>
/nako/
ditulis
<nako>
/obat/
ditulis
<obat>
/potoɳ/ ditulis
<potong>
/kosoɳ/
ditulis
<kosong>
/rokok/
ditulis
<rokok>
40. • Diftong /ay/, /aw/ dan /oy/ masing-masing ditulis dengan huruf ai, au,
dan oi. Karena deretan vokal /ai/, /au/ dan /oi/ juga ditulis dengan
huruf yang sama, dalam tulisan diftong dan deretan itu tidak dapat
dibedakan. Untuk mengetahui apakah deretan huruf vokal
melambangkan diftong atau deretan bunyi vokal, diperlukan
pengetahuan tentang kata yang mengandung deretan vokal itu.
/pantay/
ditulis <pantai>
/gulay/
ditulis
<gulai>
/gulai/
ditulis
<gulai>
/main/
ditulis
<main>
/walawpun/
ditulis
<walaupun>
/kәmauan/
ditulis
<kemauan>
41. STRUKTUR SUKU KATA, KATA DAN
GUGUS KONSONAN
Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Betapa pun
panjangnya suatu kata merupakan perwujudan dari sebuah suku kata. Suatu kata
dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas:
1.
Satu vokal (V)
2.
Satu vokal dan satu konsonan (VK)
3.
Satu konsonan dan satu vokal (KV)
4.
Satu konsonan, satu vokal dan satu konsonan (KVK)
5.
Dua konsonan dan satu vokal (KVKK)
6.
Dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan (KVKKK)
7.
Satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan (KVKK)
8.
Tiga konsonan dan satu vokal
9.
Tiga konsonan, satu vokal, dan satu konsonan
10.
Dua konsonan, satu vokal, dan dua konsonan
11.
Satu konsonan , satu vokal, dan tiga konsonan
43. Vokal dan konsonan awal yang mengisipola suku kata pada nomor 1
sampai nomor 6 pada umumnya adalah vokal dan konsonan apa saja.
Namun untuk pola nomor 7 sampai nomor 9 macamnya terbatas.jika
dua konsonan terdapat dalam satu suku kata yang sama, konsonan
yang pertama terbatas pada konsonan hambat /p, b, t, d, k, g/ dan
konsonan frikatif /f, s/ sedangkan konsonan kedua terbatas pada
konsonan /r/ atau /l,w,s,m,n,f, t,k/ di dalam beberapa kata:
/pl/
pleonasme, pleno, kompleks, taplak
/bl/
blangko, blambangan, gamblang
/kl/
klinik, klimaks, klasik
/gl/
global, gladiator, isoglos
/fl/
flamboyan, flanel, flu
/sl/
slogan, Slipi
/pr/
pribadi, April, semprot
/br/
brahmana, obral, ambruk
/tr/
tragedi, sastra, mitra
44. • Jika tiga konsonan berderet dalam satu kata, konsonan yanh
pertama selalu /s/, yang kedua /t/, /p/, atau /k/ dan yang ketiga /r/
atau /l/
Contoh:
/str/
strategi, struktur, instruksi
/spr/
sprei
/skr/
skripsi, manuskrip
/skl/
sklerosis
45. • Seperti halnya dengan sistem vokal yang mempunyai diftong dan
deretan vokal yang biasa, sistem konsonan juga memiliki deretan
konsonan yang biasa di samping gugus konsonan yang bisa di samping
gugus konsonan seperti yang telah digambarkan di atas. Deretan dua
konsonan yang biasa dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
/mp/
empat, pimpin, tampuk
/ñc/
lancar, kunci, kencang
/ñj/
janji, banjir, panjang
/ k/
engkau, mungkin, bungkuk
/ g/
angguk, tinggi, tanggung
/ns/
insan, insang, lensa
47. Pemenggalan kata
• Hal yang perlu diperhatikan dalam pemenggalan kata , yaitu:
• Berhubungan dengan kata sebagai satuan tulisan,
• Penyukuan kata bertalian dengan kata sebagai satuan bunyi
bahasa,
• Pemenggalan tidak selalu berpedoman pada lafal kata,
• Kesatuan pernapasan pada kata
• Contoh: pengucapan “nakal” -> jika dilihat dari pola sukunya
bisa dipenggal menjadi nak (KVK) dan al (VK).