SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Disusun Oleh:
Ratih Ramadhani (06081281419027)
M. Dammiri Saputra (06081281419028)
Nadia Anisa (06081281419029)
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Tahun Akademik 2014/2015
A. Pendahuluan
1. Bentuk Aljabar dan Unsur-Unsurnya
1.1 Bentuk Aljabar
Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam
penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum
diketahui, contohnya 2x+5y-9.
Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang tidak diketahui seperti
banyaknya bahan bakar minyak yang dibutuhkan sebuah mobil dalam
satu minggu, jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu, atau banyak
biaya yang dibutuhkan untuk sebuah pembangunan, dapat dicari dengan
menggunakan aljabar.
1.2 Unsur-Unsur Aljabar
Perhatikan bentuk aljabar berikut 2x+5y-9. Huruf x dan y pada
bentuk aljabar tersebut disebut variabel. Variabel adalah lambang
pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas dan
biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a hingga z.
Bilangan 9 pada bentuk aljabar di atas disebut konstanta atau suku
dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat
variabel. Sedangkan 2 atau 5 biasa disebut koefisien, yaitu angka atau
huruf yang menunjukkan sebuah bilangan dan letaknya di depan variabel.
Jika suatu bilangan a dapat diubh menjadi a = p x q dengan a, p, q
bilangan bulat, maka p dan q disebut faktor-faktor dari a.
Terdapat lambang-lambang operasi seperti +, −,×,÷, √ dalam
bentuk aljabar yang secara umum digunakan juga pada aritmatika.
Selain lambang yang ada di atas, masih banyak lambang lainnya yang
dapat di gunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut.
Lambang Arti
= Setara atau sama dengan
≠ (tidak) Setara atau sama dengan
≈ Kira-kira sama dengan
> Lebih dari
< Kurang dari
1.3 Suku
Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada
bentuk aljabar yang dipisahkan oleh sebuah lambang operasi aritmatika.
Dalam sebuah bentuk aljabar bisa terdapat lebih dari satu atau dua suku.
Suku terbagi menjadi suku-suku sejenis dan suku-suku tak sejenis.
Suku-suku sejenis ialah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari
masing-masing variabel yang sama, misal x dan 7x. Sedangkan suku-
suku tak sejenis, yaitu suku yang memiliki variabel dan pangkat dari
masing-masing variabel yang tidak sama, misal 3x dan 8y.
2. Operasi Hitung Aljabar
2.1 Penjumlahan
Sebagai yang telah kita ketahui, maka setelah kita mengintrodusir
bilangan negatif, nampaklah bahwa tiap – tiap pengurangan
sesungguhnya boleh dipandang sebagai hasil jumlah bilangan yang
dikurangi dengan lawan bilangan pengurang. Dengan demikian sesuatu
suku banyak dapat juga dipandang sebagai hasil jumlah berulang ; bentuk
3 – 5 – 7 umpamanya, boleh dipandang sebagai hasil jumlah 3 + ( - 5 ) +
( - 7 ).
Apabila suatu suku banyak diputus ditengah – tengah, tanda jumlah
itu boleh juga ditempatkan pada akhir baris, umpamanya :
3x6 + 5x5 – 3x4 – 3x3 + -2x2 + 3x – 6;
dalam bentuk ini tanda terakhir dibelakang 3x3 berupa tanda jumlah; suku
banyak ini tidak lain dari pada jumlah bilangan – bilangan 3x6 , x5 , –
3x4 , – 3x3 , -2x2 , 3x , dan 6.
Dari contoh yang diatas itu ternyata, bahwa suku banyak dalam ilmu
aljabar itu tidak lain dari pada bilangan – bilangan yang harus
dijumlahkan, tapi yang tidak berlengkap tanda – tanda penjumlahan.
Maka hasil jumlah deret suku – suku sesuatu suku banyak mudah
saja ditetapkan, sebab suku – suku itu boleh dijumlahkan satu demi satu.
Dalam penjumlahan bentuk – bentuk aljabar, suku yang sejenis biasanya
disatukan, misalnya : 3x2 + 5x2 = 8x2 ; ab – 5ab = 1. ab + ( -5ab) = - 4ab;
karena sifat distributif perbanyakan, pekerjaan ini dibolehkan.
1) +12 + 3 – 17 + 19 – 27 = - 10 (cara kita berpikir ialah demikian :
+12 + 3 adalah +15, ditambah dengan – 17 menjadi – 2, ditambah
dengan + 19 menjadi + 17, ditambah lagi dengan – 27 menjadi –
10). Sebab pertukaran tempat suku – suku itu tidak mengubah hasil
jumlah, boleh juga kita menjumlahkan segala suku positif dahulu,
kemudian menjumlahkan semua suku negatif, setelah itu
menjumlahkan hasil hasil yang diperoleh.
(Jadi : 12 + 3 + 19 = 34 ; - 17 – 27 = - 44 ; 34 – 44 = - 10)
2) 2ab – 4ab – 6ab + 7ab = -ab
3) 6(a + b)2 - 8(a + b)2 - 2(a + b)2 + 10(a + b)2 = 6(a + b)2
Contoh soal halaman 33
1. - 3yz – 5yz + 9yz – 6 yz = -5 yz (cara kita berpikir adalah -3yz
ditambah -5yz adalah -8yz. -8yz ditambah 9yz adalah yz. Yz
ditambah -6yz adalah -5 yz.
4. – 3(x2 – y2 – z2) + 10(x2 – y2 – z2) – 21(x2 – y2 – z2) + - (x2 – y2 –
z2) = - 15 (x2 – y2 – z2)
Dengan jalan mempergunakan sifat hasil jumlah, yaitu baha
harganya tidak akan berubah, jika sesuatu suku dipecah menjadi
beberapa bagian, yang masing – masing dipandang sebagai suatu suku
banyak dapat dikerjakan pada penjumlahan suku tunggal. Demikian
umpamanya :
Agar pekerjaan bertambah mudah, suku itu ditempatkan berderet ke
bawah dan dalam pada itu diusahakan pula, agar suku yang sejenis
terletak lurus tepat ke bawah. Dengan demikian penjumlahan suku
banyak pq – 3pr + 4qr, 3qr - pq dan 2pq – 3qr + 4pr menjadi :
Contoh soal halaman 33
Adapun penjumlahan ketidaksamaan berdasarkan atas sifat yang
berikut :
Untuk menyatakan suku banyak yang setangkup, Euler telah
mempergunakan notasi ( = cara menyatakan dengan tanda – tanda abjad)
singkatan, yaitu notasi – sigma (yaitu huruf besar dalam abjad Yunani
untuk Ʃ yang bersamaan dengan huruf S dalam abjad kita). Dalam notasi
ini hanya sebuah saja dari pada suku – suku sukubanyak setangkup itu
dituliskan, didahului oleh tanda sigma. Untuk 4 bilangan a, b, c, dan d
yang diketahui umpamanya, diperoleh :
( - 5p2
– 3 + 7 ) + ( - 2p2
+ 8p – 3) + ( 17 p2
+ 2p – 7)
= - 5p2
– 3 + 7 - 2p2
+ 8p – 3 + 17 p2
+ 2p – 7
= 10 p2
+ 7p - 3
pq – 3pr + 4qr
–pq + 3qr
2pq + 4pr –3qr +
2 pq+ pr + 4qr
21ax + 17by – 13cz
5ax – by + 12cz
-9 ax – 12 by – cz +
17 ax + 4 by – 2cz
a < b dan c < d menghasilkan a + c < b + d
Ʃa2
= a2
+ b2
+ c2
+ d2
;
Ʃab = ab + ac + ad + bc + bd + cd ;
Ʃabc = abc + bcd + cda + dab.
Untuk bilangan – bilangan a1 , a2 , dan a3 yang diketahui diperoleh pula:
Notasi sigma itu terpakai pula untuk suku banyak tak setangkup
yang terbentuk secara teratur, sehingga bangun segala suku – sukunya
dapat diturunkan dari pada sesuatu suku umum. Demikianlah
umpamanya akxn-k itu suku umum dari pada suku banyak :
𝑎0 𝑥 𝑛
+ 𝑎1 𝑥 𝑛−1
+ . . .+ 𝑎 𝑛−1 𝑥1
− 𝑎 𝑛
Suku – suku itu dapat dicari dari suku umumnya, apabila untuk k
berturut – turut dimasukkan harga : 0, 1, 2, 3, . . . ., n, n +1.
Dengan bentuk :
∑ 𝑎 𝑘
𝑛
𝑘=0
𝑥 𝑛−𝑘
Hendak dinyatakan hasil jumlah semua suku yang diperoleh dari suku
umum, apabila untuk k dimasukkan segaka harga utuh yang terletak
antara 0 dan n.
Demikianlah umpamanya diperoleh :
∑ 𝑎𝑖
𝑝
5
𝑖=1
= 𝑎1
𝑝
+ 𝑎2
𝑝
+ 𝑎3
𝑝
+ 𝑎4
𝑝
+ 𝑎5
𝑝
Akhirnya hendak diperlihatkan pula beberapa contoh tentang
penjumlahan suku banyak yang dinyatakan dengan tanda-sigma.
1) Tentukanlah untuk tiga harkat a, b, dan c :
2 Σ ( a+ b )− 3 Σ a.
Jalan Σ (a + b) = ( 𝑎 + 𝑏) + ( 𝑏 + 𝑐) + ( 𝑐 + 𝑎) = 2 ( 𝑎 + 𝑏 +
𝑐) = 2 Σ a ; maka didapatlah 4 Σ a – 3 Σ a = Σ a.
2) Tentukanlah untuk empat harkat a, b, c, dan d :
Ʃa1
2
a2 = a1
2
a2 + a1
2
a3 + a2
2
a1 + a2
2
a3 + a3
2
a1 + a3
2
a2;
Σ a ( b + c + d) − 2 Σ ab
Jalan. Dalam hasil jumlah yang pertama pertama suku ab terdapat
hingga dua kali, yakni dalam a (b + c + d) dan dalam b (a + c + d);
hal itu berlaku juga untuk suku – suku ac, ad, dsb. Dengan
demikian diperolehlah :
2 Σ ab− 2 Σ ab = 0
Contoh soal halaman 34
9. Apakah yang dimaksud dengan bentuk yang di bawah ini ?
∑ 𝑎𝑖
4
5
𝑖=1
Yang dimaksud adalah jumlah dari suku banyak 𝑎𝑖
4
dengan i
dimulai dari 1 hingga 5. Apabila dituliskan :
∑ 𝑎𝑖
4
5
𝑖=1
= 𝑎1
4
+ 𝑎2
4
+ 𝑎3
4
+ 𝑎4
4
+ 𝑎5
4
2.2 Pengurangan
Sifat – sifat yang berikut berlaku untuk segala macam bilangan :
1. ( a + b + c + d) – (p + q + r) = (a – p ) + ( b – q ) + c + ( d – r ).
2. p – q = ( p + a ) – ( q + a ) = ( p – a ) – ( q – a).
3. ( p – q ) + a
= ( p + a) – q atau = p – ( q + a )
4. ( p – q ) – a
= p – ( q + a ) atau = ( p – a ) – q
5. p – q + r – s + t = ( p + r + t ) – ( q + s ).
6. a – b – c + d = a + d – c – b = a – c + d – b = dst
7. a – ( p – q – r + s ) = a – p + q + r – s
Pengurangan itu dinyatakan dengan jalan menghubungkan bilangan
yang dikurangi kepada bilangan penguran oleh tanda pengurang, atau
dengan jalan menempatkan bilangan pengurang di bawah bilangan yang
dikurangi, sedang tanda pengurang itu ditempatkan di muka garis bawah
bilangan pengurang :
( + 5 ) – ( + 2 ) ; ( a – b ) – ( b – c ) ;
Dalam ilmu aljabar pengurangan itu sedapat – dapat dikembalikan
kepada penjumlahan, menurut kaidah yang telah diketahui.
Contoh soal halaman 36
Pengubahan seperti ini selamanya dikerjakan luar kepala.
Pengurangan sesuatu suku banyak itu pun sedapat – dapat dikembalikan
kepada penjumlahan bilangan lawannya ; maka dengan demikian
perlulah kita mengetahui cara – cara untuk mencari lawan suatu suku
banyak. Pedoman uang diturut dalam pekerjaan ini berbunyi : lawan
suatu suku banyak diperoleh, jika tanda segala suku banyaknya
dibalik. Maka akan nyatalah, bahwa pengurangan – a + 2b + 5c
umpamanya berubah menjadi penjumlahan a – 2b – 5c. Setelah suku –
suku sejenis ditempatkan lurus tepat ke bawah, pengerjaan soal
berlangsung sebagai pengurangan suku – suku tunggal ( = penjumlahan
bilangan lawannya) :
+ 18
- + 6
ialah
+ 18
- 6
+ 12
+ 18
- - 3
ialah
+ 18
+ 3
+ 21
2x
- 7x
-5x
X 3
– x2
y + y3
- -2x3
+ 7xy2
+ 2y3
3 x3
– x2
y - 7xy2
- y3
Contoh soal halaman 36
Menurut kaidah yang disebut diatas bentuk – ( a + b – c – d ) sama
juga dengan - a – b + c + d, sedang tanda jumlah di depan sesuatu suku
banyak tidak mengubah sifat suku banyak itu.
Apabila tanda kurung yang mengurung suatu bentuk dan yang
didahului oleh tanda – atau + , henda dihilangkan bersama – sama
dengan tanda tersebut, mestilah tanda suku suku yang terdapat
didalam kurung tadi dibalik apabila tanda di muka kurung itu –
dan dibiarkan apabila tanda di muka kurung itu +.
Contoh :
1) 14 a – ( 3b + 2c ) – [ 5b – ( 6c – 6b ) + 5c – {2a – (14c + 2b)}]
= 14 a – 3b - 2c - [ 5b – 6c + 6b + 5c – {2a – 14c - 2b}]
= 14 a – 3b - 2c - [ 5b – 6c + 6b + 5c – 2a + 14c + 2b]
= 14 a – 3b - 2c - 5b + 6c - 6b - 5c + 2a - 14c - 2b
= 16 a – 16b – 15c
Contoh soal halaman 37
a – [ 2b + 3c + { 2a – 4b – ( a – 2b + 4c )}]
= a – [2b + 3c + { 2a – 4b – a + 2b – 4c }]
= a – [2b + 3c + 2a – 4b – a + 2b – 4c ]
= a – 2b - 3c - 2a + 4b + a - 2b + 4c
= c
Dalam pada mengurangi sesuatu bentuk ketidak-samaan hendaklah
diingat, bahwa a < b dan c < d belum tentu menghasilkan a – c < b – d,
oleh sebab c > d dapat dijabar menjadi – d > - c atau – c < - d, jika suku
kiri dan kanan ditambah dengan – c – d.
17 (x2
– xy+ y2
)
- -5 (x2
– xy+ y2
)
22 (x2
– xy+ y2
)
2.3 Perkalian
Sifat-sifat hasil kali :
I. 𝑎𝑏 = 𝑏𝑎.
II. 𝑝( 𝑎 + 𝑏) = 𝑝𝑎 + 𝑝𝑏; 𝑝( 𝑎 − 𝑏) = 𝑝𝑎 − 𝑝𝑏.
III. 𝑝( 𝑎 + 𝑏 − 𝑐 − 𝑑 + 𝑒) = 𝑝𝑎 + 𝑝𝑏 − 𝑝𝑐 − 𝑝𝑑 + 𝑝𝑒.
IV. ( 𝑎 + 𝑏 − 𝑐 − 𝑑 + 𝑒) 𝑝 = 𝑝𝑎 + 𝑝𝑏 − 𝑝𝑐 − 𝑝𝑑 + 𝑝𝑒.
Sifat-sifat hasil kali berulang :
I. 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔 = 𝑐𝑏𝑑𝑒𝑎𝑓𝑔 = 𝑑𝑠𝑡.
II. 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔 = ( 𝑎𝑓𝑔) × ( 𝑏𝑑) × ( 𝑐𝑒).
III. 𝑎. 𝑥𝑦𝑧 = 𝑎𝑥. 𝑦𝑧 = 𝑥. 𝑎𝑦. 𝑧 = 𝑥𝑦. 𝑎𝑧.
Sifat-sifat bilangan berpangkat :
I. (𝑎𝑏𝑐𝑑) 𝑛 = 𝑎 𝑛 𝑏 𝑛 𝑐 𝑛 𝑑 𝑛 dan 𝑎 𝑝 𝑏 𝑝 𝑐 𝑝 = (𝑎𝑏𝑐) 𝑝.
II. 𝑎 𝑝 𝑎 𝑞 𝑎 𝑟 = 𝑎( 𝑝+𝑞+𝑟)
;𝑎12 = 𝑎8 𝑎4 = 𝑎7 𝑎5 = 𝑑𝑠𝑡.
III. ( 𝑎 𝑝) 𝑞 = 𝑎 𝑝𝑞;( 𝑎6)2 = 𝑎12 = ( 𝑎3)4 = 𝑑𝑠𝑡.
Tentang hal tanda-tanda hasilkali :
(+𝑎)(+𝑏) = +𝑎𝑏; (−𝑎)(−𝑏) = +𝑎𝑏;
(+𝑎)(−𝑏) = −𝑎𝑏; (−𝑎)(+𝑏) = −𝑎𝑏;
Gabungan sifat-sifat tersebut menghasilkan HUKUM TANDA-TANDA
sebagai berikut : Dalam perkalian dua buah bilangan, tanda-tanda yang
sama hasilkalinya positif, sedang tanda-tanda yang berlainan hasilkalinya
negatif.
−3𝑎𝑏2 × +7𝑎2 𝑏3 = −21𝑎3 𝑏5;
+5𝑥2 𝑦 × +−4𝑥𝑦2 = −20𝑥3 𝑦3;
−4( 𝑎 + 𝑏) 𝑥 × −6𝑥 = 24( 𝑎 + 𝑏) 𝑥2;
+2𝑎 𝑛 𝑏 𝑛−2 × −6𝑎𝑏3 = −12𝑎 𝑛+1 𝑏 𝑛+1.
Hasilkali berulang pada bilangan yang sama atau pangkat dari suatu bilangan tergantung
pada pangkat yang ada dan bilangan yang bertanda.
(−𝑎)7 = (−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)
= (−𝑎)
(−𝑎)8 = (−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)
= 𝑎
Mudah pula diketahui bahwa : Pangkat pangkat bilangan-bilangan yang positif;
tiap-tiap pangkat genap sesuatu bilangan negatif bertanda positif, tiap-tiap pangkat yang
ganjil bertanda negatif. Dinyatakan dengan rumus, sifat-sifat itu berupa :
(−𝐴)2𝑛 = 𝐴2𝑛;(−𝐴)2𝑛−1 = −𝐴2𝑛−1
Rumus yang bentuknya lebih umum lagi ialah :
(−𝐴)2𝑛 = (+𝐴)2𝑛;
(−𝐴)2𝑛−1 = −(+𝐴)2𝑛−1 𝑎𝑡𝑎𝑢−(−𝐴)2𝑛−1 = (+𝐴)2𝑛−1.
Contoh soal :
1. (−𝑐)(+5𝑎𝑏) = (−5𝑎𝑏𝑐);
2. −6𝑎 × −( 𝑎 − 𝑏) = −6𝑎 × (−𝑎 + 𝑏) = +6𝑎2 − 6𝑎𝑏
3. (−𝑝 𝑛)(−𝑝 𝑛+1)(−𝑝 𝑛+2)(−𝑝 𝑛−3) = (−𝑝) 𝑛+𝑛+𝑛+𝑛+1+2−3 = (−𝑝)4𝑛
Perkalian suku tunggal itu dapat digunakan dengan segera untuk menetapkan
hasilkali sebuah suku-tunggal dan suku banyak. Maka, terlihat bahwa hasilkali yang
dimaksud itu sama dengan jumlah hasilkali tiap-tiap suku banyak itu dengan suku-tunggal
tadi. Misalkan ;
(−𝑎)(−𝑎2 + 𝑎𝑏 − 𝑏2), 𝑎𝑡𝑎𝑢
−𝑎2 + 𝑎𝑏 − 𝑏2
−𝑎
Nyatakanlah bahwa perhitungan menghasilkan (–𝑎)(−𝑎2) + (−𝑎)(+𝑎𝑏) +
(−𝑎)(−𝑏2) = (−𝑎3) − 𝑎2 𝑏 − 𝑎𝑏2; dalam hasilkali itu tanda-jumlah sudah tentu
dinyatakan; suku-suku itu dapat dituliskan segera dengan tanda keadaannya sendiri.
Pekerjaan berlangsung lebih tepat lagi, jika bentuk-bentuk itu dituliskan bersusun.
Contoh soal;
1. 4𝑎3 𝑏 − 2𝑎2 𝑏2 + 5𝑎𝑏3
−2𝑎𝑏
−8𝑎4 𝑏2 + 4𝑎3 𝑏3 − 10𝑎2 𝑏4
2. −𝑎 𝑚 − 3𝑎 𝑚+1 + 5𝑎 𝑚+2
−𝑎 𝑚−1
−𝑎2𝑚−1 + 3𝑎2𝑚 − 5𝑎2𝑚+1
2.4Pembagian
Mengerjakan pembagian itu berdasarkan atas syarat – syarat berikut
ini:
1.
𝑎−𝑏+𝑐+𝑑
𝑝
=
𝑎
𝑝
-
𝑏
𝑝
+
𝑐
𝑝
+
𝑑
𝑝
( 𝑝 ≠ 0)
2. 𝑥𝑦𝑧 ∶ 𝑝 =
𝑥
𝑝
. 𝑦𝑧 = 𝑥.
𝑦
𝑝
. 𝑧 = 𝑥𝑦.
𝑧
𝑝
(𝑝 ≠ 0)
3. 𝑝 ∶ 𝑥𝑦𝑧 = {( 𝑝 ∶ 𝑥) : 𝑦} : 𝑧 (𝑥𝑦𝑧 ≠ 0)
4. 𝑎 𝑝
: 𝑎 𝑞
= 𝑎 𝑝−𝑞
dan 𝑎 𝑥
= 𝑎 𝑥+𝑝
: 𝑎 𝑝
(𝑎 ≠ 0)
Telah diketahui bahwa pembagi tidak sama dengan nol, harga
mutlak, hasil bagi dua bilangan sama dengan hasil bagi harga mulak
bilangan – bilangan tersebut. Apabila bilangan yang dibagi tidak sama
dengan nol, tanda hasil bagi yang diperoleh dapat dibagi dalam empat
golongan, yaitu
+𝑎
+𝑎
= +
𝑎
𝑏
;
−𝑎
−𝑏
= +
𝑎
𝑏
;
+𝑎
−𝑏
= -
𝑎
𝑏
;
−𝑎
+𝑏
= -
𝑎
𝑏
Apabila tanda bilangan yang diagi dan tanda pembagi sama maka
hasil bagi yang didapat bertanda positif, apabila tanda bilangan
yang dibagi dan tanda pembagi berbeda maka hasil bagi yang
didapat bertanda negatif.
Maka mengerjakan pembagian dua suku tunggal mudah saja, jika
tiap – tiap bilagan yang dibagi terdapat faktor dari pembaginya,
sedangkan eksponennya sekurang - kurangnya sama tinggi.
Contoh soal
1. 12𝑎2
𝑏3( 𝑐 − 𝑑)3
:−6𝑎𝑏(𝑑 − 𝑐)²
=
12𝑎2 𝑏3( 𝑐−𝑑)3
−6𝑎𝑏(𝑑−𝑐)²
=
12
−6
.
𝑎²
𝑎
.
𝑏³
𝑏
.
( 𝑐−𝑑)3
(𝑑−𝑐)²
=
12
−6
.
𝑎²
𝑎
.
𝑏³
𝑏
.
( 𝑐−𝑑)3
−(𝑐−𝑑)²
= −2 . 𝑎2−1
. 𝑏3−1
. −(𝑐 − 𝑑)3−2
= 2𝑎𝑏2
(𝑐 − 𝑑)
2. ( 𝑎3
− 5𝑎2
− 4𝑎 − 40):(𝑎 + 4)
𝑎 + 4 ⁄ 𝑎3
− 5𝑎2
− 4𝑎 − 40 = 𝑎² − 𝑎
𝑎³ + 4𝑎²
− 𝑎² − 4𝑎
− 𝑎² − 4𝑎
−40
Maka hasilnya
( 𝑎3
− 5𝑎2
− 4𝑎 − 40): ( 𝑎 + 4) = (𝑎² − 𝑎) +
−40
𝑎 + 4
Hasil bagi yang bentuknya dinyatakan oleh
𝑎 𝑛±𝑏 𝑛
𝑎±𝑏
disebut hasil bagi
istimewa karena bentuk bilangan yang dibagi dan pembaginya, keduanya
berupa suku dua, dimana bilangan yang dibagi merupakan pangkan
bilangan pembaginya (jika tandanya tidak dilihat). Dibawah ini merupakan
hasil bagi istimewa yang pembagiannya habis :
𝑎2𝑛+1
+ 𝑏2𝑛+1
𝑎 + 𝑏
= 𝑎2𝑛
− 𝑎2𝑛−1
𝑏 … + 𝑏2𝑛
𝑎2𝑛
− 𝑏2𝑛
𝑎 + 𝑏
= 𝑎2𝑛 −1
− 𝑎2𝑛−2
𝑏 + … + 𝑏2𝑛−1
𝑎 𝑛
− 𝑏 𝑛
𝑎 − 𝑏
= 𝑎 𝑛−1
+ 𝑎 𝑛−2
𝑏 … + 𝑏 𝑛−1
Dengan notasi sigma hasil bagi istimewa tersebut dapat ditlis dalam
bentuk berikut:
𝑎2𝑛+1
+ 𝑏2𝑛+1
𝑎 + 𝑏
= ∑(−1)𝑎2𝑛−𝑘
𝑏 𝑘
2𝑛
𝑘=0
𝑎2𝑛
− 𝑏2𝑛
𝑎 + 𝑏
= ∑ (−1)𝑎2𝑛−𝑘−1
𝑏 𝑘
2𝑛 −1
𝑘=0
𝑎 𝑛
− 𝑏 𝑛
𝑎 − 𝑏
= ∑ 𝑎 𝑛−𝑘−1
𝑏 𝑘
𝑛−1
𝑘=0
Contoh soal
(𝑎 − 𝑐)3
+ 3(𝑐 − 𝑎)5
+ 5(−𝑎 + 𝑐)7
(𝑎 − 𝑐)3
=
(𝑎 − 𝑐)3
(𝑎 − 𝑐)3
+
3(𝑐 − 𝑎)5
(𝑎 − 𝑐)3
+
5(−𝑎 + 𝑐)7
(𝑎 − 𝑐)3
=
(𝑎 − 𝑐)3
(𝑎 − 𝑐)3
+
3(−( 𝑎 − 𝑐)5
)
(𝑎 − 𝑐)3
+
5(−( 𝑎 − 𝑐)7
)
(𝑎 − 𝑐)3
= 1 + 3(−( 𝑎 − 𝑐)5−3) + 5(−( 𝑎 − 𝑐)7−3 )
= 1 − 3(𝑎 − 𝑐)2
− 5(𝑎 − 𝑐)4
3. Operasi Bentuk Pecahan Aljabar
3.1 Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan dan pengurangan pecahan berdasar atas sifat
𝑎
𝑝
+
𝑏
𝑝
−
𝑐
𝑝
=
𝑎+𝑏−𝑐
𝑝
hanya sifat inilah yang perlu dipakai.
Contoh soal halaman 87
1
2−𝑎
+
2
2+𝑎
+
3−𝑎
4−𝑎2
=
1
2−𝑎
+
2
2+𝑎
+
3−𝑎
(2−𝑎)(2+𝑎)
=
1 ( 2+𝑎) +2 (2−𝑎) + (3−𝑎)
(2−𝑎)(2+𝑎)
=
2 + 𝑎 + 4 − 2𝑎 + 3 − 𝑎
(2−𝑎)(2+𝑎)
=
9 − 2𝑎
(2−𝑎)(2+𝑎)
3.2 Perkalian dan Pembagian
Hasil kali dua pecahan sama dengan suatu pecahan yang
pembilangnya merupakan hasil kali pembilang asli dan yang
penyebutnya merupakan hasil kali penyebut pecahan asli. Dapat
dinyatakan dengan rumus berikut:
𝑎
𝑏
.
𝑐
𝑑
=
𝑎𝑐
𝑏𝑑
Contoh soal:
(−15𝑥𝑦2
𝑧3)2
× (
𝑥2
−3𝑦𝑧2
)
3
= 225𝑥2
𝑦4
𝑧6
.
𝑥6
−27𝑦3 𝑧6
=
225 𝑥8
𝑦4
𝑧6
−27𝑦3 𝑧6
= −
225
27
𝑥8
𝑦
= −
25
3
𝑥8
𝑦
Hasil bagi dua pecahan ialah sesuatu pecahan yang dibentuk oleh
hasil bagi pembilang-pembilang asli dan yang penyebutnya dibentuk
oleh hasilbagi penyebut-penyebut asli. Dapat dinyatakan dengan
rumus berikut:
𝑎
𝑏
∶
𝑐
𝑑
=
𝑎
𝑏
.
𝑑
𝑐
=
𝑎𝑑
𝑏𝑐
Contoh soal
(
𝑎
𝑎 + 2
−
𝑎 − 2
𝑎
) ∶ (
𝑎
𝑎 + 2
+
𝑎 − 2
𝑎
)
=
𝑎2
−( 𝑎−2)(𝑎+2)
𝑎2+2𝑎
∶
𝑎2
+( 𝑎−2)(𝑎+2)
𝑎2+2𝑎
=
𝑎2
−( 𝑎−2)(𝑎+2)
𝑎2 +2𝑎
×
𝑎2
+2𝑎
𝑎2 +( 𝑎−2)(𝑎+2)
=
𝑎2
−( 𝑎−2)(𝑎+2)
𝑎2+( 𝑎−2)(𝑎+2)
B. Latihan Soal
1.
2. x – [ a – ( x – a ) – { ( a – 2x ) – ( 3x – a ) + 3x } – x ]
3. 𝑏3
− 𝑎3
+
𝑎3 𝑏 − 𝑎𝑏3
𝑎+2𝑏
4.
𝑎2
( 𝑎2− 𝑏2)( 𝑎2− 𝑐2)
+
𝑏2
( 𝑏2− 𝑐2 ) ( 𝑏2− 𝑎2 )
+
𝑐2
( 𝑐2− 𝑎2 ) ( 𝑐2− 𝑏2)
5. 2𝑐 −
4𝑐
3−
𝑐
𝑐+2𝑑
6.
𝑥 𝑝+1−𝑦 𝑝+1
𝑥−𝑦
jawab:𝑥 𝑝
− 𝑦 𝑝
7.
–𝑥𝑦−𝑥2 𝑦+2𝑥3 𝑦
𝑥𝑦
−
4𝑥2+4𝑥3
−2𝑥
jawab: 4𝑥2
+ 𝑥 − 1
8. 6𝑎4 − 96 ∶ 𝑎 − 2 jawab: 6𝑎3
+ 12𝑎2
+ 24𝑎 + 18
9.
𝑥2
+3𝑥+2
𝑥+3
×
𝑥+2
𝑥2 +4𝑥+3
jawab:
𝑥3+7𝑥2+15𝑥+9
𝑥3+5𝑥2+8𝑥+4
10. 𝑎2 − 𝑎𝑏 + 2𝑏2
−𝑎 + 2𝑏
.............................
2𝑎2 𝑏 − 2𝑎𝑏2 + 4𝑏3
..................................
1
3
𝑥 −
2
3
𝑦 +
5
6
𝑧
−
1
4
𝑥 +
1
3
𝑦 −
1
6
𝑧
+
1
3
𝑥 −
1
5
𝑦 +
1
2
𝑧
Jawaban
1.
5
12
𝑥 −
8
15
𝑦 +
7
6
𝑧
2. X
3.
2𝑎𝑏3− 𝑎3 𝑏+ 2𝑏4− 𝑎4
𝑎+2𝑏
4. 0
5.
2𝑐𝑑
𝑐+3𝑑
6. 𝑥 𝑝
− 𝑦 𝑝
7. 4𝑥2
+ 𝑥 − 1
8. 6𝑎3
+ 12𝑎2
+ 24𝑎 + 18
9.
𝑥3+7𝑥2+15𝑥+9
𝑥3+5𝑥2+8𝑥+4
10. −𝑎3 + 3𝑎2 𝑏 − 4𝑎𝑏2 + 4𝑏3
C. Daftar Pustaka
Swadidik aljabar. P. Abbot. Hodder Education. London: 2003
Aldjabar Rendah Djilid I. Kupers, L. dan Rawuh. Pradnja Paramita. Jakarta: 1968

More Related Content

What's hot

Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
tejowati
 
Ketaksamaan chebyshev1
Ketaksamaan chebyshev1Ketaksamaan chebyshev1
Ketaksamaan chebyshev1
ruslancragy8
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Onggo Wiryawan
 
Limit fungsi dua peubah
Limit fungsi dua peubah Limit fungsi dua peubah
Limit fungsi dua peubah
Jamil Sirman
 
Pertemuan 1-fungsi-invers-eksponensial-logaritma-dan-trigonometri
Pertemuan 1-fungsi-invers-eksponensial-logaritma-dan-trigonometriPertemuan 1-fungsi-invers-eksponensial-logaritma-dan-trigonometri
Pertemuan 1-fungsi-invers-eksponensial-logaritma-dan-trigonometri
adi darmawan
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Yadi Pura
 

What's hot (20)

Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
 
Ketaksamaan chebyshev1
Ketaksamaan chebyshev1Ketaksamaan chebyshev1
Ketaksamaan chebyshev1
 
Sejarah aljabar
Sejarah aljabarSejarah aljabar
Sejarah aljabar
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
 
Kalkulus II stta
Kalkulus  II sttaKalkulus  II stta
Kalkulus II stta
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Limit fungsi dua peubah
Limit fungsi dua peubah Limit fungsi dua peubah
Limit fungsi dua peubah
 
Buku prolin
Buku prolinBuku prolin
Buku prolin
 
Pertemuan 1-fungsi-invers-eksponensial-logaritma-dan-trigonometri
Pertemuan 1-fungsi-invers-eksponensial-logaritma-dan-trigonometriPertemuan 1-fungsi-invers-eksponensial-logaritma-dan-trigonometri
Pertemuan 1-fungsi-invers-eksponensial-logaritma-dan-trigonometri
 
Materi Turunan
Materi TurunanMateri Turunan
Materi Turunan
 
Bab 1 dasar aljabar dalam ekonomi
Bab 1 dasar  aljabar dalam ekonomiBab 1 dasar  aljabar dalam ekonomi
Bab 1 dasar aljabar dalam ekonomi
 
Matematika Diskrit part 2
Matematika Diskrit part 2Matematika Diskrit part 2
Matematika Diskrit part 2
 
Contoh bukan subgrup normal
Contoh bukan subgrup normalContoh bukan subgrup normal
Contoh bukan subgrup normal
 
Operasi biner
Operasi binerOperasi biner
Operasi biner
 
Fungsi, komposisi fungsi, dan invers fungsi
Fungsi, komposisi fungsi, dan invers fungsiFungsi, komposisi fungsi, dan invers fungsi
Fungsi, komposisi fungsi, dan invers fungsi
 
Subgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktorSubgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktor
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
 
Polinom newton gregory
Polinom newton gregoryPolinom newton gregory
Polinom newton gregory
 

Similar to Materi Operasi aljabar

Kelas 8 mpemfaktorkan
Kelas  8 mpemfaktorkanKelas  8 mpemfaktorkan
Kelas 8 mpemfaktorkan
Sudidjarti
 
Pengantar aljabar linear
Pengantar aljabar linearPengantar aljabar linear
Pengantar aljabar linear
rojibpe
 
Aljabar
AljabarAljabar
Aljabar
cmem
 

Similar to Materi Operasi aljabar (20)

barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
 
Rumus Matematika
Rumus  MatematikaRumus  Matematika
Rumus Matematika
 
Kelas 8 mpemfaktorkan
Kelas  8 mpemfaktorkanKelas  8 mpemfaktorkan
Kelas 8 mpemfaktorkan
 
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
 
Operasi aljabar smp
Operasi aljabar smpOperasi aljabar smp
Operasi aljabar smp
 
Pengantar aljabar linear
Pengantar aljabar linearPengantar aljabar linear
Pengantar aljabar linear
 
Bab I Mtk 8
Bab I Mtk 8Bab I Mtk 8
Bab I Mtk 8
 
Bilangan bulat
Bilangan bulatBilangan bulat
Bilangan bulat
 
Barisan_dan_Deret.pptx
Barisan_dan_Deret.pptxBarisan_dan_Deret.pptx
Barisan_dan_Deret.pptx
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deret
 
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
Persamaan dan Pertidaksamaan LinearPersamaan dan Pertidaksamaan Linear
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
 
Aljabar
AljabarAljabar
Aljabar
 
Operasi aljabar
Operasi aljabarOperasi aljabar
Operasi aljabar
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.1 pangkat, akar, dan logaritma)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.1 pangkat, akar, dan logaritma)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.1 pangkat, akar, dan logaritma)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.1 pangkat, akar, dan logaritma)
 
Bilangan aljabar
Bilangan aljabarBilangan aljabar
Bilangan aljabar
 
MATEMATIKA Operasi hitung bilangan bulat
MATEMATIKA Operasi hitung bilangan bulatMATEMATIKA Operasi hitung bilangan bulat
MATEMATIKA Operasi hitung bilangan bulat
 
Sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulatSifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
 
Materi kalkulus i ti
Materi kalkulus i tiMateri kalkulus i ti
Materi kalkulus i ti
 
Bilangan Bulat
Bilangan BulatBilangan Bulat
Bilangan Bulat
 

More from Sriwijaya University

More from Sriwijaya University (20)

Materi Aljabar linear
Materi Aljabar linearMateri Aljabar linear
Materi Aljabar linear
 
Tangram telur
Tangram telurTangram telur
Tangram telur
 
Geometri analitik-datar1
Geometri analitik-datar1Geometri analitik-datar1
Geometri analitik-datar1
 
modul Pendidikan kewarganegaraan
modul Pendidikan kewarganegaraanmodul Pendidikan kewarganegaraan
modul Pendidikan kewarganegaraan
 
Gambar Grafik Suatu fungsi
Gambar Grafik Suatu fungsiGambar Grafik Suatu fungsi
Gambar Grafik Suatu fungsi
 
Tugas geometri
Tugas geometriTugas geometri
Tugas geometri
 
Modul trigonometri susunan Drs. Mega Teguh B., M.Pd
Modul trigonometri susunan Drs. Mega Teguh B., M.PdModul trigonometri susunan Drs. Mega Teguh B., M.Pd
Modul trigonometri susunan Drs. Mega Teguh B., M.Pd
 
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)
 
Uji 20 homogenitas
Uji 20 homogenitasUji 20 homogenitas
Uji 20 homogenitas
 
Irisan bidang . 1
Irisan bidang . 1Irisan bidang . 1
Irisan bidang . 1
 
Tugas 10 soal diktat geometri materi geometri dimensi tiga
Tugas 10 soal diktat geometri materi geometri dimensi tigaTugas 10 soal diktat geometri materi geometri dimensi tiga
Tugas 10 soal diktat geometri materi geometri dimensi tiga
 
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
 
Pembinaan olimpiade matematika 5
Pembinaan olimpiade matematika 5Pembinaan olimpiade matematika 5
Pembinaan olimpiade matematika 5
 
Pembinaan olimpiade matematika
Pembinaan olimpiade matematikaPembinaan olimpiade matematika
Pembinaan olimpiade matematika
 
Kurikulum 2013 sma
Kurikulum 2013 smaKurikulum 2013 sma
Kurikulum 2013 sma
 
Kurikulum 2013 smp
Kurikulum 2013 smpKurikulum 2013 smp
Kurikulum 2013 smp
 
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didik
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didikPpt kelompok 4 pengelolaan peserta didik
Ppt kelompok 4 pengelolaan peserta didik
 
Pengelolaan tenaga kependidikan
Pengelolaan tenaga kependidikanPengelolaan tenaga kependidikan
Pengelolaan tenaga kependidikan
 
Lkpd konsep (buat sampai pertemuan 3)
Lkpd konsep (buat sampai pertemuan 3)Lkpd konsep (buat sampai pertemuan 3)
Lkpd konsep (buat sampai pertemuan 3)
 
Materi Himpunan
Materi HimpunanMateri Himpunan
Materi Himpunan
 

Recently uploaded

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 

Recently uploaded (20)

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 

Materi Operasi aljabar

  • 1. Disusun Oleh: Ratih Ramadhani (06081281419027) M. Dammiri Saputra (06081281419028) Nadia Anisa (06081281419029) Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun Akademik 2014/2015
  • 2. A. Pendahuluan 1. Bentuk Aljabar dan Unsur-Unsurnya 1.1 Bentuk Aljabar Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui, contohnya 2x+5y-9. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang tidak diketahui seperti banyaknya bahan bakar minyak yang dibutuhkan sebuah mobil dalam satu minggu, jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu, atau banyak biaya yang dibutuhkan untuk sebuah pembangunan, dapat dicari dengan menggunakan aljabar. 1.2 Unsur-Unsur Aljabar Perhatikan bentuk aljabar berikut 2x+5y-9. Huruf x dan y pada bentuk aljabar tersebut disebut variabel. Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas dan biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a hingga z. Bilangan 9 pada bentuk aljabar di atas disebut konstanta atau suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel. Sedangkan 2 atau 5 biasa disebut koefisien, yaitu angka atau huruf yang menunjukkan sebuah bilangan dan letaknya di depan variabel. Jika suatu bilangan a dapat diubh menjadi a = p x q dengan a, p, q bilangan bulat, maka p dan q disebut faktor-faktor dari a. Terdapat lambang-lambang operasi seperti +, −,×,÷, √ dalam bentuk aljabar yang secara umum digunakan juga pada aritmatika. Selain lambang yang ada di atas, masih banyak lambang lainnya yang dapat di gunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut.
  • 3. Lambang Arti = Setara atau sama dengan ≠ (tidak) Setara atau sama dengan ≈ Kira-kira sama dengan > Lebih dari < Kurang dari 1.3 Suku Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar yang dipisahkan oleh sebuah lambang operasi aritmatika. Dalam sebuah bentuk aljabar bisa terdapat lebih dari satu atau dua suku. Suku terbagi menjadi suku-suku sejenis dan suku-suku tak sejenis. Suku-suku sejenis ialah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing variabel yang sama, misal x dan 7x. Sedangkan suku- suku tak sejenis, yaitu suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing variabel yang tidak sama, misal 3x dan 8y. 2. Operasi Hitung Aljabar 2.1 Penjumlahan Sebagai yang telah kita ketahui, maka setelah kita mengintrodusir bilangan negatif, nampaklah bahwa tiap – tiap pengurangan sesungguhnya boleh dipandang sebagai hasil jumlah bilangan yang dikurangi dengan lawan bilangan pengurang. Dengan demikian sesuatu suku banyak dapat juga dipandang sebagai hasil jumlah berulang ; bentuk 3 – 5 – 7 umpamanya, boleh dipandang sebagai hasil jumlah 3 + ( - 5 ) + ( - 7 ). Apabila suatu suku banyak diputus ditengah – tengah, tanda jumlah itu boleh juga ditempatkan pada akhir baris, umpamanya : 3x6 + 5x5 – 3x4 – 3x3 + -2x2 + 3x – 6;
  • 4. dalam bentuk ini tanda terakhir dibelakang 3x3 berupa tanda jumlah; suku banyak ini tidak lain dari pada jumlah bilangan – bilangan 3x6 , x5 , – 3x4 , – 3x3 , -2x2 , 3x , dan 6. Dari contoh yang diatas itu ternyata, bahwa suku banyak dalam ilmu aljabar itu tidak lain dari pada bilangan – bilangan yang harus dijumlahkan, tapi yang tidak berlengkap tanda – tanda penjumlahan. Maka hasil jumlah deret suku – suku sesuatu suku banyak mudah saja ditetapkan, sebab suku – suku itu boleh dijumlahkan satu demi satu. Dalam penjumlahan bentuk – bentuk aljabar, suku yang sejenis biasanya disatukan, misalnya : 3x2 + 5x2 = 8x2 ; ab – 5ab = 1. ab + ( -5ab) = - 4ab; karena sifat distributif perbanyakan, pekerjaan ini dibolehkan. 1) +12 + 3 – 17 + 19 – 27 = - 10 (cara kita berpikir ialah demikian : +12 + 3 adalah +15, ditambah dengan – 17 menjadi – 2, ditambah dengan + 19 menjadi + 17, ditambah lagi dengan – 27 menjadi – 10). Sebab pertukaran tempat suku – suku itu tidak mengubah hasil jumlah, boleh juga kita menjumlahkan segala suku positif dahulu, kemudian menjumlahkan semua suku negatif, setelah itu menjumlahkan hasil hasil yang diperoleh. (Jadi : 12 + 3 + 19 = 34 ; - 17 – 27 = - 44 ; 34 – 44 = - 10) 2) 2ab – 4ab – 6ab + 7ab = -ab 3) 6(a + b)2 - 8(a + b)2 - 2(a + b)2 + 10(a + b)2 = 6(a + b)2 Contoh soal halaman 33 1. - 3yz – 5yz + 9yz – 6 yz = -5 yz (cara kita berpikir adalah -3yz ditambah -5yz adalah -8yz. -8yz ditambah 9yz adalah yz. Yz ditambah -6yz adalah -5 yz. 4. – 3(x2 – y2 – z2) + 10(x2 – y2 – z2) – 21(x2 – y2 – z2) + - (x2 – y2 – z2) = - 15 (x2 – y2 – z2) Dengan jalan mempergunakan sifat hasil jumlah, yaitu baha harganya tidak akan berubah, jika sesuatu suku dipecah menjadi beberapa bagian, yang masing – masing dipandang sebagai suatu suku
  • 5. banyak dapat dikerjakan pada penjumlahan suku tunggal. Demikian umpamanya : Agar pekerjaan bertambah mudah, suku itu ditempatkan berderet ke bawah dan dalam pada itu diusahakan pula, agar suku yang sejenis terletak lurus tepat ke bawah. Dengan demikian penjumlahan suku banyak pq – 3pr + 4qr, 3qr - pq dan 2pq – 3qr + 4pr menjadi : Contoh soal halaman 33 Adapun penjumlahan ketidaksamaan berdasarkan atas sifat yang berikut : Untuk menyatakan suku banyak yang setangkup, Euler telah mempergunakan notasi ( = cara menyatakan dengan tanda – tanda abjad) singkatan, yaitu notasi – sigma (yaitu huruf besar dalam abjad Yunani untuk Ʃ yang bersamaan dengan huruf S dalam abjad kita). Dalam notasi ini hanya sebuah saja dari pada suku – suku sukubanyak setangkup itu dituliskan, didahului oleh tanda sigma. Untuk 4 bilangan a, b, c, dan d yang diketahui umpamanya, diperoleh : ( - 5p2 – 3 + 7 ) + ( - 2p2 + 8p – 3) + ( 17 p2 + 2p – 7) = - 5p2 – 3 + 7 - 2p2 + 8p – 3 + 17 p2 + 2p – 7 = 10 p2 + 7p - 3 pq – 3pr + 4qr –pq + 3qr 2pq + 4pr –3qr + 2 pq+ pr + 4qr 21ax + 17by – 13cz 5ax – by + 12cz -9 ax – 12 by – cz + 17 ax + 4 by – 2cz a < b dan c < d menghasilkan a + c < b + d Ʃa2 = a2 + b2 + c2 + d2 ; Ʃab = ab + ac + ad + bc + bd + cd ; Ʃabc = abc + bcd + cda + dab.
  • 6. Untuk bilangan – bilangan a1 , a2 , dan a3 yang diketahui diperoleh pula: Notasi sigma itu terpakai pula untuk suku banyak tak setangkup yang terbentuk secara teratur, sehingga bangun segala suku – sukunya dapat diturunkan dari pada sesuatu suku umum. Demikianlah umpamanya akxn-k itu suku umum dari pada suku banyak : 𝑎0 𝑥 𝑛 + 𝑎1 𝑥 𝑛−1 + . . .+ 𝑎 𝑛−1 𝑥1 − 𝑎 𝑛 Suku – suku itu dapat dicari dari suku umumnya, apabila untuk k berturut – turut dimasukkan harga : 0, 1, 2, 3, . . . ., n, n +1. Dengan bentuk : ∑ 𝑎 𝑘 𝑛 𝑘=0 𝑥 𝑛−𝑘 Hendak dinyatakan hasil jumlah semua suku yang diperoleh dari suku umum, apabila untuk k dimasukkan segaka harga utuh yang terletak antara 0 dan n. Demikianlah umpamanya diperoleh : ∑ 𝑎𝑖 𝑝 5 𝑖=1 = 𝑎1 𝑝 + 𝑎2 𝑝 + 𝑎3 𝑝 + 𝑎4 𝑝 + 𝑎5 𝑝 Akhirnya hendak diperlihatkan pula beberapa contoh tentang penjumlahan suku banyak yang dinyatakan dengan tanda-sigma. 1) Tentukanlah untuk tiga harkat a, b, dan c : 2 Σ ( a+ b )− 3 Σ a. Jalan Σ (a + b) = ( 𝑎 + 𝑏) + ( 𝑏 + 𝑐) + ( 𝑐 + 𝑎) = 2 ( 𝑎 + 𝑏 + 𝑐) = 2 Σ a ; maka didapatlah 4 Σ a – 3 Σ a = Σ a. 2) Tentukanlah untuk empat harkat a, b, c, dan d : Ʃa1 2 a2 = a1 2 a2 + a1 2 a3 + a2 2 a1 + a2 2 a3 + a3 2 a1 + a3 2 a2;
  • 7. Σ a ( b + c + d) − 2 Σ ab Jalan. Dalam hasil jumlah yang pertama pertama suku ab terdapat hingga dua kali, yakni dalam a (b + c + d) dan dalam b (a + c + d); hal itu berlaku juga untuk suku – suku ac, ad, dsb. Dengan demikian diperolehlah : 2 Σ ab− 2 Σ ab = 0 Contoh soal halaman 34 9. Apakah yang dimaksud dengan bentuk yang di bawah ini ? ∑ 𝑎𝑖 4 5 𝑖=1 Yang dimaksud adalah jumlah dari suku banyak 𝑎𝑖 4 dengan i dimulai dari 1 hingga 5. Apabila dituliskan : ∑ 𝑎𝑖 4 5 𝑖=1 = 𝑎1 4 + 𝑎2 4 + 𝑎3 4 + 𝑎4 4 + 𝑎5 4 2.2 Pengurangan Sifat – sifat yang berikut berlaku untuk segala macam bilangan : 1. ( a + b + c + d) – (p + q + r) = (a – p ) + ( b – q ) + c + ( d – r ). 2. p – q = ( p + a ) – ( q + a ) = ( p – a ) – ( q – a). 3. ( p – q ) + a = ( p + a) – q atau = p – ( q + a ) 4. ( p – q ) – a = p – ( q + a ) atau = ( p – a ) – q 5. p – q + r – s + t = ( p + r + t ) – ( q + s ). 6. a – b – c + d = a + d – c – b = a – c + d – b = dst 7. a – ( p – q – r + s ) = a – p + q + r – s Pengurangan itu dinyatakan dengan jalan menghubungkan bilangan yang dikurangi kepada bilangan penguran oleh tanda pengurang, atau dengan jalan menempatkan bilangan pengurang di bawah bilangan yang
  • 8. dikurangi, sedang tanda pengurang itu ditempatkan di muka garis bawah bilangan pengurang : ( + 5 ) – ( + 2 ) ; ( a – b ) – ( b – c ) ; Dalam ilmu aljabar pengurangan itu sedapat – dapat dikembalikan kepada penjumlahan, menurut kaidah yang telah diketahui. Contoh soal halaman 36 Pengubahan seperti ini selamanya dikerjakan luar kepala. Pengurangan sesuatu suku banyak itu pun sedapat – dapat dikembalikan kepada penjumlahan bilangan lawannya ; maka dengan demikian perlulah kita mengetahui cara – cara untuk mencari lawan suatu suku banyak. Pedoman uang diturut dalam pekerjaan ini berbunyi : lawan suatu suku banyak diperoleh, jika tanda segala suku banyaknya dibalik. Maka akan nyatalah, bahwa pengurangan – a + 2b + 5c umpamanya berubah menjadi penjumlahan a – 2b – 5c. Setelah suku – suku sejenis ditempatkan lurus tepat ke bawah, pengerjaan soal berlangsung sebagai pengurangan suku – suku tunggal ( = penjumlahan bilangan lawannya) : + 18 - + 6 ialah + 18 - 6 + 12 + 18 - - 3 ialah + 18 + 3 + 21 2x - 7x -5x X 3 – x2 y + y3 - -2x3 + 7xy2 + 2y3 3 x3 – x2 y - 7xy2 - y3
  • 9. Contoh soal halaman 36 Menurut kaidah yang disebut diatas bentuk – ( a + b – c – d ) sama juga dengan - a – b + c + d, sedang tanda jumlah di depan sesuatu suku banyak tidak mengubah sifat suku banyak itu. Apabila tanda kurung yang mengurung suatu bentuk dan yang didahului oleh tanda – atau + , henda dihilangkan bersama – sama dengan tanda tersebut, mestilah tanda suku suku yang terdapat didalam kurung tadi dibalik apabila tanda di muka kurung itu – dan dibiarkan apabila tanda di muka kurung itu +. Contoh : 1) 14 a – ( 3b + 2c ) – [ 5b – ( 6c – 6b ) + 5c – {2a – (14c + 2b)}] = 14 a – 3b - 2c - [ 5b – 6c + 6b + 5c – {2a – 14c - 2b}] = 14 a – 3b - 2c - [ 5b – 6c + 6b + 5c – 2a + 14c + 2b] = 14 a – 3b - 2c - 5b + 6c - 6b - 5c + 2a - 14c - 2b = 16 a – 16b – 15c Contoh soal halaman 37 a – [ 2b + 3c + { 2a – 4b – ( a – 2b + 4c )}] = a – [2b + 3c + { 2a – 4b – a + 2b – 4c }] = a – [2b + 3c + 2a – 4b – a + 2b – 4c ] = a – 2b - 3c - 2a + 4b + a - 2b + 4c = c Dalam pada mengurangi sesuatu bentuk ketidak-samaan hendaklah diingat, bahwa a < b dan c < d belum tentu menghasilkan a – c < b – d, oleh sebab c > d dapat dijabar menjadi – d > - c atau – c < - d, jika suku kiri dan kanan ditambah dengan – c – d. 17 (x2 – xy+ y2 ) - -5 (x2 – xy+ y2 ) 22 (x2 – xy+ y2 )
  • 10. 2.3 Perkalian Sifat-sifat hasil kali : I. 𝑎𝑏 = 𝑏𝑎. II. 𝑝( 𝑎 + 𝑏) = 𝑝𝑎 + 𝑝𝑏; 𝑝( 𝑎 − 𝑏) = 𝑝𝑎 − 𝑝𝑏. III. 𝑝( 𝑎 + 𝑏 − 𝑐 − 𝑑 + 𝑒) = 𝑝𝑎 + 𝑝𝑏 − 𝑝𝑐 − 𝑝𝑑 + 𝑝𝑒. IV. ( 𝑎 + 𝑏 − 𝑐 − 𝑑 + 𝑒) 𝑝 = 𝑝𝑎 + 𝑝𝑏 − 𝑝𝑐 − 𝑝𝑑 + 𝑝𝑒. Sifat-sifat hasil kali berulang : I. 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔 = 𝑐𝑏𝑑𝑒𝑎𝑓𝑔 = 𝑑𝑠𝑡. II. 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔 = ( 𝑎𝑓𝑔) × ( 𝑏𝑑) × ( 𝑐𝑒). III. 𝑎. 𝑥𝑦𝑧 = 𝑎𝑥. 𝑦𝑧 = 𝑥. 𝑎𝑦. 𝑧 = 𝑥𝑦. 𝑎𝑧. Sifat-sifat bilangan berpangkat : I. (𝑎𝑏𝑐𝑑) 𝑛 = 𝑎 𝑛 𝑏 𝑛 𝑐 𝑛 𝑑 𝑛 dan 𝑎 𝑝 𝑏 𝑝 𝑐 𝑝 = (𝑎𝑏𝑐) 𝑝. II. 𝑎 𝑝 𝑎 𝑞 𝑎 𝑟 = 𝑎( 𝑝+𝑞+𝑟) ;𝑎12 = 𝑎8 𝑎4 = 𝑎7 𝑎5 = 𝑑𝑠𝑡. III. ( 𝑎 𝑝) 𝑞 = 𝑎 𝑝𝑞;( 𝑎6)2 = 𝑎12 = ( 𝑎3)4 = 𝑑𝑠𝑡. Tentang hal tanda-tanda hasilkali : (+𝑎)(+𝑏) = +𝑎𝑏; (−𝑎)(−𝑏) = +𝑎𝑏; (+𝑎)(−𝑏) = −𝑎𝑏; (−𝑎)(+𝑏) = −𝑎𝑏; Gabungan sifat-sifat tersebut menghasilkan HUKUM TANDA-TANDA sebagai berikut : Dalam perkalian dua buah bilangan, tanda-tanda yang sama hasilkalinya positif, sedang tanda-tanda yang berlainan hasilkalinya negatif. −3𝑎𝑏2 × +7𝑎2 𝑏3 = −21𝑎3 𝑏5; +5𝑥2 𝑦 × +−4𝑥𝑦2 = −20𝑥3 𝑦3; −4( 𝑎 + 𝑏) 𝑥 × −6𝑥 = 24( 𝑎 + 𝑏) 𝑥2; +2𝑎 𝑛 𝑏 𝑛−2 × −6𝑎𝑏3 = −12𝑎 𝑛+1 𝑏 𝑛+1. Hasilkali berulang pada bilangan yang sama atau pangkat dari suatu bilangan tergantung pada pangkat yang ada dan bilangan yang bertanda.
  • 11. (−𝑎)7 = (−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎) = (−𝑎) (−𝑎)8 = (−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎)(−𝑎) = 𝑎 Mudah pula diketahui bahwa : Pangkat pangkat bilangan-bilangan yang positif; tiap-tiap pangkat genap sesuatu bilangan negatif bertanda positif, tiap-tiap pangkat yang ganjil bertanda negatif. Dinyatakan dengan rumus, sifat-sifat itu berupa : (−𝐴)2𝑛 = 𝐴2𝑛;(−𝐴)2𝑛−1 = −𝐴2𝑛−1 Rumus yang bentuknya lebih umum lagi ialah : (−𝐴)2𝑛 = (+𝐴)2𝑛; (−𝐴)2𝑛−1 = −(+𝐴)2𝑛−1 𝑎𝑡𝑎𝑢−(−𝐴)2𝑛−1 = (+𝐴)2𝑛−1. Contoh soal : 1. (−𝑐)(+5𝑎𝑏) = (−5𝑎𝑏𝑐); 2. −6𝑎 × −( 𝑎 − 𝑏) = −6𝑎 × (−𝑎 + 𝑏) = +6𝑎2 − 6𝑎𝑏 3. (−𝑝 𝑛)(−𝑝 𝑛+1)(−𝑝 𝑛+2)(−𝑝 𝑛−3) = (−𝑝) 𝑛+𝑛+𝑛+𝑛+1+2−3 = (−𝑝)4𝑛 Perkalian suku tunggal itu dapat digunakan dengan segera untuk menetapkan hasilkali sebuah suku-tunggal dan suku banyak. Maka, terlihat bahwa hasilkali yang dimaksud itu sama dengan jumlah hasilkali tiap-tiap suku banyak itu dengan suku-tunggal tadi. Misalkan ; (−𝑎)(−𝑎2 + 𝑎𝑏 − 𝑏2), 𝑎𝑡𝑎𝑢 −𝑎2 + 𝑎𝑏 − 𝑏2 −𝑎 Nyatakanlah bahwa perhitungan menghasilkan (–𝑎)(−𝑎2) + (−𝑎)(+𝑎𝑏) + (−𝑎)(−𝑏2) = (−𝑎3) − 𝑎2 𝑏 − 𝑎𝑏2; dalam hasilkali itu tanda-jumlah sudah tentu dinyatakan; suku-suku itu dapat dituliskan segera dengan tanda keadaannya sendiri. Pekerjaan berlangsung lebih tepat lagi, jika bentuk-bentuk itu dituliskan bersusun.
  • 12. Contoh soal; 1. 4𝑎3 𝑏 − 2𝑎2 𝑏2 + 5𝑎𝑏3 −2𝑎𝑏 −8𝑎4 𝑏2 + 4𝑎3 𝑏3 − 10𝑎2 𝑏4 2. −𝑎 𝑚 − 3𝑎 𝑚+1 + 5𝑎 𝑚+2 −𝑎 𝑚−1 −𝑎2𝑚−1 + 3𝑎2𝑚 − 5𝑎2𝑚+1 2.4Pembagian Mengerjakan pembagian itu berdasarkan atas syarat – syarat berikut ini: 1. 𝑎−𝑏+𝑐+𝑑 𝑝 = 𝑎 𝑝 - 𝑏 𝑝 + 𝑐 𝑝 + 𝑑 𝑝 ( 𝑝 ≠ 0) 2. 𝑥𝑦𝑧 ∶ 𝑝 = 𝑥 𝑝 . 𝑦𝑧 = 𝑥. 𝑦 𝑝 . 𝑧 = 𝑥𝑦. 𝑧 𝑝 (𝑝 ≠ 0) 3. 𝑝 ∶ 𝑥𝑦𝑧 = {( 𝑝 ∶ 𝑥) : 𝑦} : 𝑧 (𝑥𝑦𝑧 ≠ 0) 4. 𝑎 𝑝 : 𝑎 𝑞 = 𝑎 𝑝−𝑞 dan 𝑎 𝑥 = 𝑎 𝑥+𝑝 : 𝑎 𝑝 (𝑎 ≠ 0) Telah diketahui bahwa pembagi tidak sama dengan nol, harga mutlak, hasil bagi dua bilangan sama dengan hasil bagi harga mulak bilangan – bilangan tersebut. Apabila bilangan yang dibagi tidak sama dengan nol, tanda hasil bagi yang diperoleh dapat dibagi dalam empat golongan, yaitu +𝑎 +𝑎 = + 𝑎 𝑏 ; −𝑎 −𝑏 = + 𝑎 𝑏 ; +𝑎 −𝑏 = - 𝑎 𝑏 ; −𝑎 +𝑏 = - 𝑎 𝑏 Apabila tanda bilangan yang diagi dan tanda pembagi sama maka hasil bagi yang didapat bertanda positif, apabila tanda bilangan yang dibagi dan tanda pembagi berbeda maka hasil bagi yang didapat bertanda negatif.
  • 13. Maka mengerjakan pembagian dua suku tunggal mudah saja, jika tiap – tiap bilagan yang dibagi terdapat faktor dari pembaginya, sedangkan eksponennya sekurang - kurangnya sama tinggi. Contoh soal 1. 12𝑎2 𝑏3( 𝑐 − 𝑑)3 :−6𝑎𝑏(𝑑 − 𝑐)² = 12𝑎2 𝑏3( 𝑐−𝑑)3 −6𝑎𝑏(𝑑−𝑐)² = 12 −6 . 𝑎² 𝑎 . 𝑏³ 𝑏 . ( 𝑐−𝑑)3 (𝑑−𝑐)² = 12 −6 . 𝑎² 𝑎 . 𝑏³ 𝑏 . ( 𝑐−𝑑)3 −(𝑐−𝑑)² = −2 . 𝑎2−1 . 𝑏3−1 . −(𝑐 − 𝑑)3−2 = 2𝑎𝑏2 (𝑐 − 𝑑) 2. ( 𝑎3 − 5𝑎2 − 4𝑎 − 40):(𝑎 + 4) 𝑎 + 4 ⁄ 𝑎3 − 5𝑎2 − 4𝑎 − 40 = 𝑎² − 𝑎 𝑎³ + 4𝑎² − 𝑎² − 4𝑎 − 𝑎² − 4𝑎 −40 Maka hasilnya ( 𝑎3 − 5𝑎2 − 4𝑎 − 40): ( 𝑎 + 4) = (𝑎² − 𝑎) + −40 𝑎 + 4 Hasil bagi yang bentuknya dinyatakan oleh 𝑎 𝑛±𝑏 𝑛 𝑎±𝑏 disebut hasil bagi istimewa karena bentuk bilangan yang dibagi dan pembaginya, keduanya berupa suku dua, dimana bilangan yang dibagi merupakan pangkan bilangan pembaginya (jika tandanya tidak dilihat). Dibawah ini merupakan hasil bagi istimewa yang pembagiannya habis : 𝑎2𝑛+1 + 𝑏2𝑛+1 𝑎 + 𝑏 = 𝑎2𝑛 − 𝑎2𝑛−1 𝑏 … + 𝑏2𝑛
  • 14. 𝑎2𝑛 − 𝑏2𝑛 𝑎 + 𝑏 = 𝑎2𝑛 −1 − 𝑎2𝑛−2 𝑏 + … + 𝑏2𝑛−1 𝑎 𝑛 − 𝑏 𝑛 𝑎 − 𝑏 = 𝑎 𝑛−1 + 𝑎 𝑛−2 𝑏 … + 𝑏 𝑛−1 Dengan notasi sigma hasil bagi istimewa tersebut dapat ditlis dalam bentuk berikut: 𝑎2𝑛+1 + 𝑏2𝑛+1 𝑎 + 𝑏 = ∑(−1)𝑎2𝑛−𝑘 𝑏 𝑘 2𝑛 𝑘=0 𝑎2𝑛 − 𝑏2𝑛 𝑎 + 𝑏 = ∑ (−1)𝑎2𝑛−𝑘−1 𝑏 𝑘 2𝑛 −1 𝑘=0 𝑎 𝑛 − 𝑏 𝑛 𝑎 − 𝑏 = ∑ 𝑎 𝑛−𝑘−1 𝑏 𝑘 𝑛−1 𝑘=0 Contoh soal (𝑎 − 𝑐)3 + 3(𝑐 − 𝑎)5 + 5(−𝑎 + 𝑐)7 (𝑎 − 𝑐)3 = (𝑎 − 𝑐)3 (𝑎 − 𝑐)3 + 3(𝑐 − 𝑎)5 (𝑎 − 𝑐)3 + 5(−𝑎 + 𝑐)7 (𝑎 − 𝑐)3 = (𝑎 − 𝑐)3 (𝑎 − 𝑐)3 + 3(−( 𝑎 − 𝑐)5 ) (𝑎 − 𝑐)3 + 5(−( 𝑎 − 𝑐)7 ) (𝑎 − 𝑐)3 = 1 + 3(−( 𝑎 − 𝑐)5−3) + 5(−( 𝑎 − 𝑐)7−3 ) = 1 − 3(𝑎 − 𝑐)2 − 5(𝑎 − 𝑐)4 3. Operasi Bentuk Pecahan Aljabar 3.1 Penjumlahan dan Pengurangan Penjumlahan dan pengurangan pecahan berdasar atas sifat 𝑎 𝑝 + 𝑏 𝑝 − 𝑐 𝑝 = 𝑎+𝑏−𝑐 𝑝 hanya sifat inilah yang perlu dipakai. Contoh soal halaman 87 1 2−𝑎 + 2 2+𝑎 + 3−𝑎 4−𝑎2
  • 15. = 1 2−𝑎 + 2 2+𝑎 + 3−𝑎 (2−𝑎)(2+𝑎) = 1 ( 2+𝑎) +2 (2−𝑎) + (3−𝑎) (2−𝑎)(2+𝑎) = 2 + 𝑎 + 4 − 2𝑎 + 3 − 𝑎 (2−𝑎)(2+𝑎) = 9 − 2𝑎 (2−𝑎)(2+𝑎) 3.2 Perkalian dan Pembagian Hasil kali dua pecahan sama dengan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan hasil kali pembilang asli dan yang penyebutnya merupakan hasil kali penyebut pecahan asli. Dapat dinyatakan dengan rumus berikut: 𝑎 𝑏 . 𝑐 𝑑 = 𝑎𝑐 𝑏𝑑 Contoh soal: (−15𝑥𝑦2 𝑧3)2 × ( 𝑥2 −3𝑦𝑧2 ) 3 = 225𝑥2 𝑦4 𝑧6 . 𝑥6 −27𝑦3 𝑧6 = 225 𝑥8 𝑦4 𝑧6 −27𝑦3 𝑧6 = − 225 27 𝑥8 𝑦 = − 25 3 𝑥8 𝑦 Hasil bagi dua pecahan ialah sesuatu pecahan yang dibentuk oleh hasil bagi pembilang-pembilang asli dan yang penyebutnya dibentuk oleh hasilbagi penyebut-penyebut asli. Dapat dinyatakan dengan rumus berikut: 𝑎 𝑏 ∶ 𝑐 𝑑 = 𝑎 𝑏 . 𝑑 𝑐 = 𝑎𝑑 𝑏𝑐 Contoh soal
  • 16. ( 𝑎 𝑎 + 2 − 𝑎 − 2 𝑎 ) ∶ ( 𝑎 𝑎 + 2 + 𝑎 − 2 𝑎 ) = 𝑎2 −( 𝑎−2)(𝑎+2) 𝑎2+2𝑎 ∶ 𝑎2 +( 𝑎−2)(𝑎+2) 𝑎2+2𝑎 = 𝑎2 −( 𝑎−2)(𝑎+2) 𝑎2 +2𝑎 × 𝑎2 +2𝑎 𝑎2 +( 𝑎−2)(𝑎+2) = 𝑎2 −( 𝑎−2)(𝑎+2) 𝑎2+( 𝑎−2)(𝑎+2)
  • 17. B. Latihan Soal 1. 2. x – [ a – ( x – a ) – { ( a – 2x ) – ( 3x – a ) + 3x } – x ] 3. 𝑏3 − 𝑎3 + 𝑎3 𝑏 − 𝑎𝑏3 𝑎+2𝑏 4. 𝑎2 ( 𝑎2− 𝑏2)( 𝑎2− 𝑐2) + 𝑏2 ( 𝑏2− 𝑐2 ) ( 𝑏2− 𝑎2 ) + 𝑐2 ( 𝑐2− 𝑎2 ) ( 𝑐2− 𝑏2) 5. 2𝑐 − 4𝑐 3− 𝑐 𝑐+2𝑑 6. 𝑥 𝑝+1−𝑦 𝑝+1 𝑥−𝑦 jawab:𝑥 𝑝 − 𝑦 𝑝 7. –𝑥𝑦−𝑥2 𝑦+2𝑥3 𝑦 𝑥𝑦 − 4𝑥2+4𝑥3 −2𝑥 jawab: 4𝑥2 + 𝑥 − 1 8. 6𝑎4 − 96 ∶ 𝑎 − 2 jawab: 6𝑎3 + 12𝑎2 + 24𝑎 + 18 9. 𝑥2 +3𝑥+2 𝑥+3 × 𝑥+2 𝑥2 +4𝑥+3 jawab: 𝑥3+7𝑥2+15𝑥+9 𝑥3+5𝑥2+8𝑥+4 10. 𝑎2 − 𝑎𝑏 + 2𝑏2 −𝑎 + 2𝑏 ............................. 2𝑎2 𝑏 − 2𝑎𝑏2 + 4𝑏3 .................................. 1 3 𝑥 − 2 3 𝑦 + 5 6 𝑧 − 1 4 𝑥 + 1 3 𝑦 − 1 6 𝑧 + 1 3 𝑥 − 1 5 𝑦 + 1 2 𝑧
  • 18. Jawaban 1. 5 12 𝑥 − 8 15 𝑦 + 7 6 𝑧 2. X 3. 2𝑎𝑏3− 𝑎3 𝑏+ 2𝑏4− 𝑎4 𝑎+2𝑏 4. 0 5. 2𝑐𝑑 𝑐+3𝑑 6. 𝑥 𝑝 − 𝑦 𝑝 7. 4𝑥2 + 𝑥 − 1 8. 6𝑎3 + 12𝑎2 + 24𝑎 + 18 9. 𝑥3+7𝑥2+15𝑥+9 𝑥3+5𝑥2+8𝑥+4 10. −𝑎3 + 3𝑎2 𝑏 − 4𝑎𝑏2 + 4𝑏3
  • 19. C. Daftar Pustaka Swadidik aljabar. P. Abbot. Hodder Education. London: 2003 Aldjabar Rendah Djilid I. Kupers, L. dan Rawuh. Pradnja Paramita. Jakarta: 1968