Dokumen ini menjelaskan prosedur deskripsi inti bor dan pemetaan permukaan untuk mengumpulkan data tentang kondisi batuan. Data diperlukan untuk mengklasifikasikan kualitas batuan menggunakan sistem Rock Mass Rating dan menentukan parameter seperti kekuatan, RQD, spasi joint, kondisi joint, dan kondisi air tanah. Prosedur mencakup pengamatan inti bor, pengambilan sampel, fotografi, dan dokumentasi.
1. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 1
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
DESKRIPSI INTI BOR DAN PEMETAAN PERMUKAAN
Deskripsi inti bor dan pemetaan permukaan bertujuan untuk mendapatkan data dan
informasi tentang kondisi massa batuan yang akan digunakan untuk mendukung
proses karakterisasi massa batuan.
Sebelum karakterisasi, massa batuan diklasifikasikan untuk mengetahui kualitas dari
masing-masing lapisan (kelompok) massa batuan. Salah satu sistem klasifikasi yang
aplikasinya cukup luas adalah Rock Mass Rating (RMR) system. Sistem RMR
adalah system pengelompokan kualitas massa batuan dengan cara memberi bobot
atau rating pada parameter-parameter dasar batuan yang diamati. Selain sistem
RMR, masih ada sistem klasifikasi yang lain dengan kebutuhan data agak berbeda
dengan sistem RMR.
Pada modul ini, yang akan dibahas pengambilan data khusus untuk mendukung
RMR system (Bieniawski, 1989). Terdapat 5 (lima) parameter utama yang harus
dikumpulkan untuk mendukung klasifikasi sistem ini, yaitu :
a) Strength of Intact Rock (Kekuatan batuan utuh)
Data ini dapat diperoleh melalui uji kuat tekan di laboratorium, dan juga melalui
penyelidikan/pengamatan di lapangan. Kekuatan batuan di lapangan
diperkirakan dengan penentuan “index strength”, yaitu dengan menggunakan
pisau lipat atau palu geologi pada batuan, mengacu pada standar ISRM (Tabel
3). Data ini dapat diperoleh dari inti bor maupun dari pemetaan permukaan.
Pada tambang batubara di Indonesia, kekuatan batuan biasanya berada pada
rentang Extremely Weak Rock sampai Weak Rock dengan index strength 0-
25MPa.
b) RQD (Rock Quality Designation)
RQD adalah modifikasi dari Recovery pengeboran untuk menggambarkan
kualitas batuan dalam kaitannya dengan fracture alamiah. Semakin banyak
fracture dalam batuan, maka RQD akan semakin rendah. RQD ditentukan dari
inti lubang bor, dengan perhitungan sebagai berikut :
%100
10
x
runPanjang
cmcorepanjang
RQD
Jika data pengeboran kurang, RQD dapat ditentukan dari pemetaan di
permukaan dengan cara membentangkan tali sepanjang lapisan berfracture
dan diusahakan tegak lurus dengan arah fracture yang dominan (Laubscher,
1977) kemudian dilakukan perhitungan RQD seperti dalam lubang bor.
2. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 2
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
c) Spacing of Discontinuities (Spasi joint)
Dari inti bor, spasi joint ditentukan dengan cara menghitung banyaknya fracture
dalam satu run pengeboran, yaitu dengan cara panjang run dibagi banyaknya
fracture. Dari pemetaan permukaan, spasi joint dapat juga ditentukan dengan
cara dengan cara membagi panjang tali sepanjang pengamatan dibagi
banyaknya fracture sepanjang tali tersebut.
d) Condition of Discontinuities (Kondisi joint)
Kondisi joint yang diamati adalah kememenerusan joint (persistence/length),
lebar rekahan (separation), kekasaran bidang (roughness), kekerasan dan
lebar material isian (gouge/infilling material), dan kondisi pelapukan bidang
(weathering). Jika terdapat lebih dari satu set joint, rating RMR dihitung
berdasarkan kondisi joint dengan jarak antar joint yang paling dominan
(Goodman, 1989). Namun untuk keperluan karakterisasi tetap harus
mempertimbangkan kondisi set joint yang lain untuk memeriksa set joint mana
yang menimbulkan resiko paling tinggi atau total rating paling rendah.
Dari lima parameter kondisi joint, yang dapat diidentifikasi secara meyakinkan
dari lubang bor adalah kekasaran, tebal material isian, dan kondisi pelapukan.
Persistence tidak dapat diamati dari lubang bor. Adapun lebar rekahan joint
tidak dapat diukur secara meyakinkan dari inti bor, karena dapat berubah ketika
proses pengeboran dan handling. Proses pengambilan data di permukaan
sebaiknya diprioritaskan pada singkapan yang masih segar untuk memperoleh
5 parameter kondisi joint.
e) Groundwater Condition (Kondisi air tanah)
Air tanah mempunyai pengaruh yang besar pada prilaku massa batuan.
Adanya air yang mengisi joint akan meningkatkan tekanan hidrostatis sehingga
mempengaruhi disain tambang. Untuk perhitungan RMR, parameter air tidak
dapat diperoleh di lubang bor, karena untuk sistem ini yang diperlukan adalah
kondisi air di lereng tambang, dengan kategori : compeletely dry (kering), damp
(lembab), wet (basah), dripping (menetes), dan flowing (mengalir). Walaupun
demikian perlu mengambil data level air tanah untuk digunakan dalam
memperkirakan garis level muka air tanah ketika melakukan pemodelan
stabilitas lereng.
Selain kelima parameter di atas, data lain yang harus diambil adalah orientasi joint.
Orientasi joint bisa saja diperoleh dari lubang bor melalui teknik orientasi
(penandaan), tetapi lebih mudah mengamatinya di permukaan. Parameter orientasi
joint digunakan untuk mengoreksi total rating RMR dari 5 parameter pertama yang
biasanya disebut sebagai Basic RMR.
3. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 3
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
Deskripsi geoteknik inti bor biasanya bersamaan dengan kegiatan sampling
geoteknik. Kegiatan sampling bertujuan untuk mendapatkan sampel tidak terganggu
untuk kemudian diuji di laboratorium agar diperoleh sifat fisik dan mekanik batuan
utuh. Agar sampel yang diambil dapat mewakili kondisi alamiahnya, maka harus
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Sampel diambil pada kedalaman yang dapat mewakili kondisi batuan,
b) Pengeboran menggunakan triple tube core barrel,
c) Sampel tidak banyak kontak dengan udara luar selama packing di lokasi
pengeboran dan handling di laboratorium,
d) Sampel dikemas sedemikian hingga, menjaga kondisi alamiahnya, dan
terlindung dari guncangan selama handling dan pengiriman ke laboratorium.
I. DESKRIPSI INTI BOR (GEOTECHNICAL CORE LOGGING)
Berikut adalah prosedur pengamatan inti bor :
1. Persiapkan peralatan, perlengkapan, dan bahan kemudian atur
penempatannya sedemikian hingga mempermudah alur kegiatan deskripsi
geoteknik.
a) Deskripsi batuan dari inti bor : lembar pengamatan (Tabel 1), tabel
panduan (Tabel 2, 3, 4, dan 5), ballpoint, note book, kalkulator, pisau lipat,
palu geologi, meja deskripsi (core table), meja dada, alat ukur (meteran),
water level indicator, sendok dempul, ember, gayung, dan lap.
b) Core sampling : plastic wrap, alumunium foil, lakban kardus, koran
bekas/serbuk gergaji, pipa PVC, spidol permanent, meja sampling, dan
gergaji.
c) Core photograpy : kamera digital, baterai kamera, spidol permanent dan
non-permanent, papan core-info, core-box, sample-box, dan lampu
penerang.
d) Alat Pengaman Diri : helm, kacamata, sarung tangan, safety shoes, ear-
plug, dan rompi lapangan.
2. Isi informasi awal pada lembar deskripsi (Tabel 1) seperti : nama perusahaan,
kode lubang bor, nomor sheet, metode pengeboran, nama proyek, nama lokasi
pengeboran, koordinat UTM, inclination, azimut, total kedalaman, mesin bor
yang digunakan, tanggal mulai pengeboran, dan nama logger/ wellsite/
engineer/ geologist/ geotechnician.
3. Koordinasikan semua rangkaian kegiatan pengeboran geoteknik pada seluruh
crew pengeboran. Arahkan driller untuk mendapatkan core yang mulus dan
recovery tinggi. Lakukan safety-talk setiap dimulai proses pengeboran untuk
mengidentifikasi apakah status kondisi tempat kerja dalam kondisi aman atau
tidak.
4. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 4
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
4. Ukur kedalaman muka air tanah dengan water level indicator, kemudian catat
hasil pengukuran di lembar deskripsi kolom “Water Level”. Lewati langkah ini di
hari pertama pengeboran. Data ini tidak diambil jika pengeboran dilakukan 24
jam atau jarak waktu antar shift terlalu berdekatan.
5. Persilahkan crew untuk memulai proses pengeboran.
6. Setelah core barel diangkat, keluarkan splitter berisi core dari core-barrel dan
letakkan di atas core table (meja deskripsi). Pastikan meja deskripsi berada di
tempat teduh dengan pencahayaan yang memadai.
7. Buka splitter bagian atas. Jika core dalam keadaan kotor/tertutup lumpur,
basuh core dengan air. Keruk lumpur menggunakan sendok dempul.
8. Bentangkan alat ukur (metaran) sepanjang core. Letakkan papan core-info di
sebelah core. Papan core-info telah ditulisi informasi nomor run, kedalaman top
dan bottom.
9. Potret batuan inti. Pastikan tulisan pada papan core-info dan angka pada
meteran dapat terbaca dengan jelas.
10. Mulailah melakukan deskripsi batuan inti dengan prosedur pengisian sebagai
berikut :
a) Isilah bagian “DRILLING” dengan rincian: kolom “Date” diisi dengan tanggal
dan jam dimulainya pengeboran, kolom “From” dan “To” diisi dengan batas
atas dan batas bawah run pengeboran, dan kolom “Length” diisi dengan
panjang run pengeboran,
b) Isilah bagian “RECOVERY” dengan rincian : kolom “Core length” diisi
dengan panjang total core yang diperoleh, dan kolom “Recovery” diisi
dengan hasil perhitungan Recovery = (core/run) x 100%.
c) Isilah bagian “MATERIAL DESCRIPTION” dengan rincian : kolom “From”
dan “To” diisi dengan batas litologi (samakan dengan interval run jika
dalam satu run memiliki litologi yang sama), dan kolom “Lithology” diisi
dengan informasi yang cukup menggambarkan kondisi fisik tanah atau
batuan, seperti batuan utama, batuan tambahan, warna, kekompakan,
laminasi, hancuran, kekasaran, ukuran butir, dan informasi lainnya.
d) Isilah bagian “STRENGTH” dengan rincian : kolom “From” dan “To” dengan
batas kekuatan batuan (samakan dengan interval run jika dalam satu run
memiliki kekuatan yang sama), dan kolom “UCS” diisi dengan kode/nilai
kuat tekan batuan inti. Gunakan pisau lipat atau palu geologi untuk
memperkirakan kekuatan batuan sesuai panduan pada Tabel 2 bagian 1
dan Tabel 3.
e) Isilah bagian “RQD” dengan rincian : kolom “Tot ≥ 10cm” diisi dengan
Jumlah total patahan batuan inti yang memiliki panjang ≥10cm, dan kolom
“RQD” diisi dengan hasil perhitungan RQD = (Tot ≥ 10cm /run) x 100%.
(Gambar 1).
f) Isilah “DISCONTINUITY INFORMATION” dengan rincian : kolom
“Frequency” diisi dengan banyaknya fracture dalam satu run, kolom
5. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 5
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
“Spacing” diisi dengan hasil perhitungan Spacing = run/frequency, kolom
“Roughness” diisi dengan kode tingkat kekasaran bidang kekar (Tabel 2
bagian 4a-c), kolom “gouge/infill” diisi dengan dengan kode material isian
(Tabel 2 bagian 4a-d), dan kolom “weathering” diisi dengan kode tingkat
pelapukan bidang kekar (Tabel 2 bagian 4a-e dan Tabel 4).
11. Jika akan dilakukan sampling pada run tersebut, ikuti prosedur sampling
sebagai berikut :
a) Potong core yang akan dijadikan sampel dengan pisau, gergaji besi atau
palu geologi untuk batuan keras.
b) Letakkan sampel pada meja sampling. Pastikan meja sampling dalam
kondisi rata, stabil, dan bersih dari butiran-butiran tanah.
c) Catat kedalaman sampel pada lembar deskripsi (Tabel 1) kolom “From”
dan “To” bagian “SAMPLING”.
d) Bungkus sampel bertuturut-turut dengan, plastic wrap, alumunium foil dan
lakban kardus.
e) Tandai kedua ujung sampel dengan tulisan “TOP” dan “BOTTOM” serta
kedalaman sampel.
f) Bungkus dengan kertas koran 5 lapis, atau sampai pas dengan diameter
dalam pipa PVC, kemudian masukkan ke dalam piva PVC.
g) Masukkan sobekan kertas di kedua ujung PVC, lalu rekat dengan lakban
kardus.
h) Beri tanda pada PVC dengan informasi meliputi : posisi top dan bottom,
kode sampel, kedalaman, jenis batuan, uji laboratorium yang diusulkan
(Tabel 5), dan tanggal pengambilan sampel (Gambar 2).
i) Catat kode sampel pada lembar deskripsi (Tabel 1) bagian “SAMPLING”,
kolom “Sample Code”. Isi pula kolom “Lab.Test” dengan jenis uji yang
diusulkan (Tabel 5).
j) Simpan sampel pada sample box. Pastikan sample box berada pada
kondisi yang stabil, terhindar dari guncangan, hujan dan cahaya matahari
langsung.
k) Untuk keamanan sampel selama pengiriman, pastikan sampel-box terbuat
dari kayu yang kuat, didalamnya diberi bantalan, dibagian luar ditandai
dengan : posisi atas, posisi bawah, dan tulisan “fragile”.
12. Masukkan sisa core pada core-box. Simpan core-box di tempat yang teduh dan
terhindar dari hujan. Jika core-box sudah penuh, lakukan pendokumentasian
core-box dengan prosedur sebagai berikut :
a) Pastikan core-box sudah memuat informasi sebagai berikut : kode lubang
bor, nama perusahaan, tanggal, nomor box, run pengeboran, batas
kedalaman tiap run, batas kedalaman dalam satu box, kedalaman sampel,
dan kedalaman core-loss. Tulisan harus terbaca dengan jelas.
b) Beri tanda pada papan core-info dengan : kode lubang bor, nama
perusahaan, nama proyek, lokasi, tanggal, nomor box, run pengeboran,
6. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 6
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
batas kedalaman tiap run, batas kedalaman dalam satu box, dan
kedalaman sampel. Tulisan harus terbaca dengan jelas.
c) Pastikan core dalam kondisi bersih.
d) Siapkan pemotretan sisa core, meliputi; pastikan core-box terkena cahaya
yang cukup memadai dan tidak terkena bayangan, gunakan warna netral
untuk alas atau background cor-box (misalnya : triplek).
e) Potret core-box dari arah normal (tegak lurus). Pastikan satu core-box
masuk dalam satu frame. Simpan file photo di tempat yang semestinya dan
buat file back-up nya. Kalau perlu edit label-label yang ada pada core-box
agar lebih mudah dapat di baca (Gambar 3)
f) Simpan core-box di core-house dengan tinggi tumpukan maksimum per rak
sebanyak 3 core-box (Gambar 4).
13. Jika pengeboran telah selesai untuk satu titik bor, cantumkan tanggal selesai
pada lembar deskripsi.
14. Olah data bor pada lembar deskripsi ke dalam bentuk data softcopy (komputer)
dan sajikan dalam bentuk log-bor.
15. Serahkan semua data : hardcopy, softcopy, dan photo-photo kepada
Pemeriksa (Site Engineer).
16. Setelah selesai diperiksa, perbaiki data dan log-bor, cantumkan nama
pemeriksa dan tanggal diperiksa, simpan file, cetak field sheet dan log bor lalu
simpan dalam folder khusus untuk digunakan sebagai sumber data.
7. Deskripsi Inti BordanPemetaanPermukaan
. D - 7
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
Tabel 1. Field sheet untuk pengamatan batuan inti
GEOTECHNICAL DRILLING REPORT BORE HOLE NO. :
PROJECT :
INCLINATION : AZIMUTH :
Company name and symbol: From to Φ Meth. LOCATION : TOTAL DEPTH : MACHINE :
COORDINATE X : START : FINISH :
Y : LOGGED BY :
SHEET : ______OF______ Z : Meter CHEKED BY : DATE :
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)
Date
From
To
Length
Corelentgh
Recovery
From
To
From
To
UCS
Tot>=10cm
RQD
Frequency
Spacing
Roughness
Weathering
From
To
Lab.Test
(m) (m) (m) (cm) (%) (m) (m) (m) (m) (cm) (%) (cm) (m) (m) (m)
SampleCode
RECOVERY MATERIAL DESCRIPTION STRENGTH RQD
Gouge(infill)
WaterLevel
SAMPLINGDISCONTINUITY INFORMATION
METHOD
DRILLING
(9)
Lithology
8. Deskripsi Inti BordanPemetaanPermukaan
. D - 8
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
Tabel 2. RMR System (Bieniawski 1989)
NO.
1 Strength of Term Extremely Strong Very Strong Strong Medium Strong Weak Very Weak Extremely Weak
intact rock Code R6 R5 R4 R3 R2 R1 R0
Value >250 MPa 100 - 250 MPa 50 - 100 MPa 25 - 50 MPa 5-25 Mpa 1-5 Mpa < 1 Mpa
Rating 15 12 7 4 2 1 0
2 RQD Term Excellent Quality Good Quality Fair Quality Poor Quality
Code E G F P
Value 90% - 100% 75% - 90% 50% - 75% 25% - 50%
Rating 20 17 13 8
3 Spacing of Term Very Wide Wide Moderate Close
Discontinuities Code VW W M C
Value > 2 m 0.6 - 2 m 200 - 600 mm 60 - 200 mm
Rating 20 15 10 8
4a Condition of discontinuities (detailed)
a) Discontinuity length Term Very Low Low Medium High
(persistence) Code VL L M H
Value < 1 m 1-3 m 3-10 m 10-20 m
Rating 6 4 2 1
b) Separation (aperture) Term None Very tight joint Tight joint Moderately Open Joint
Code N VT T M
Value - < 0.1 mm 0.1-1.0 mm 1-5 mm
Rating 6 5 4 1
c) Roughness Term Very Rough Rough Slightly Rough Smooth
Code VR R SR SM
Roughness
Rating 6 5 3 1
Code N H1 H2 S1
d) Infilling (gouge) Term None Hard filling < 5mm Hard filling > 5 mm Soft filling < 5mm
Rating 6 4 2 2
Code UW SW MW HW
e) Weathering Term Unweathered Slightly Weathered Moderately Weathered Highly weathered
Rating 6 5 3 1
4b Condition of discontinuities (mutually exclusive condition)
Condition Very rough Slightly rough Slightly rough Slickensided
Not continuous Separation<1mm Separation<1mm or
No separation Slightly weathered Highly weathered Gouge<5mm
Unweathered or
Separation 1-5mm
Continuous
Code C1 C2 C3 C4
Rating 30 25 20 10
5 Ground Water Code CD DM WT DR
Term Completely Dry Damp Wet Dripping
Rating 15 10 7 4
3
5
0
0
PARAMETER RANGE OF VALUE
Very Poor Quality
VP
< 25%
Very Close
VC
< 60 mm
Very High
VH
> 20m
Open Joint
O
> 5 mm
Slickensided
SL
0
S2
Soft filling > 5mm
0
D
Decomposed
0
FL
Flowing
0
0
Soft gouge > 5mm
or
Separation > 5mm
Coninuous
C5
9. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 9
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
Tabel 3. Classification of Intact Rock Strength (ISRM)
STRENGTH CODE TERM FIELD ESTIMATE OF STRENGTH
>250 Mpa R6
Extremely
Strong
Specimen can only be chipped with a geological
hammer.
100 - 250
Mpa
R5 Very Strong
Specimen requires many blows of a geological
hammer to fracture it.
50 - 100
Mpa
R4 Strong
Specimen requires more than one blow of a
geological hammer to fracture it.
25 - 50 Mpa R3 Medium Strong
Cannot be scrapped or peeled with a pocket
knife, specimen can be fractured with a single
blow from a geological hammer.
5 - 25 Mpa R2 Weak
Can be peeled with a pocket knife with difficulty,
shallow indentation made by firm blow with point
of a geological hammer.
1 - 5 Mpa R1 Very Weak
Crumbles under firm blows with point of
geological hammer, can be peeled by a pocket
knife.
0.25 - 1 Mpa R0
Extremely
Weak Indented by thumbnail.
Tabel 4. Classification of Weathering Condition (ISRM, 1981b)
TERM CODE DEFINITION
Decomposed/
Completely
Weathered
D
The rock is totally discolored and decomposed and in a
friable condition. The external appearance si that of soil.
Highly Weathered HW
Discoloration extends throughout the rock, and the rock is
partly friable. The original texture of the rock has mainly
been preserved, but separation of the grains has occurred
Moderately
Weathered
MW
Slight discoloration extends from discontinuity planes for
greater than 20% of discontinuity spacing. Discontinuities
may contain filling of altered material. Partial opening of
grain boundaries may be observed.
Slightly Weathered SW
Discontinuities are stained or discolored and may contain a
thin filling of altered material. Discoloration may extend into
the rock from discontinuity surfaces to a distance of to 20%
of the discontinuity spacing.
Unweathered UW
No visible signs of weathering are noted : rock fresh ; crystal
bright
Tabel 5. Code of Laboratory Test
CODE KIND of LAB. TESTING
PP Physical Properties
UCS Uniaxial Compressive Strength
DX Direct Shear Strength
PLI Point Load
TX Triaxial Strength
SV Sonic Velocity
SL Slake Durability
10. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 10
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
Gambar 1. Ilustrasi menentukan RQD (After Deere, 1989)
BH = Bore Hole
ROTO = Nama Pit/daerah
“ROTO”
01 = Bor Geoteknik No. 1
(3) = sampel No.3
T=Top, B=Bottom
Gambar 2. Kode sampel yang tertera pada kemasan
11. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 11
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
Gambar 3. Format core-box dalam file komputer
Gambar 4. Penyimpanan core-box di core-house
12. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 12
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
a. PEMETAAN GEOTEKNIK PERMUKAAN (SURFACE GEOTECHNICAL
MAPPING)
Berikut adalah prosedur pengamatan geoteknik permukaan :
1. Siapkan peralatan, perlengkapan, dan bahan yang diperlukan : Kompas geologi,
palu geologi, pisau lipat, note book, lembar pengamatan (Tabel 7), tabel
panduan (Tabel 2 s/d 4 dan Tabel 6), peta topo terbaru, pensil, alat ukur, dan
alat pengaman diri (helm, sarung tangan, kacamata, rompi lapangan, safety-
shoes).
2. Sebelum mendekati dinding, perhatikan area dari jarak yang cukup aman untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya bahaya longsoran.
3. Jangan lakukan pemetaan di daerah yang berbahaya, misalnya : ada batu yang
menggantung, terdapat crack di belakang lereng yang akan diamati, batuan
yang teridentifikasi bergerak, dan kondisi berbahaya lainnya.
4. Pilih lokasi untuk pemetaan yang cukup representatif dari tipe dan kondisi
batuan yang akan dipetakan meliput : block size, litologi, groundwater, rock
strength, alterasi, joint spacing dan lain-lain.
5. Mulai melakukan pengamatan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :
a) Sebelum mendekati dinding tambang, berhenti beberapa meter dan amati
secara cermat keadaan di sekeliling, apakah ada potensi yang
membahayakan.
b) Siapkan formulir pengamatan dan tabel panduan.
c) Isi dan lengkapi dengan data awal seperti : jenis batuan, jenjang lereng,
nama proyek, lokasi, nama pengambil data, tanggal pengambilan data,
orientasi lereng (Dip Direction dan Dip).
d) Perkirakan nilai dari Geological Strength Index (GSI) dengan melihat
ukuran blok, joint spacing, jumlah set joint, dan joint surface roughness
(Tabel 7). Catat di kolom “GSI (1)” pada lembar pengamatan.
e) Ambilah data-data berikut, isikan ke lembar pengamatan (Tabel 6) :
Perkirakan Intact Rock Strength (Tabel 2 bagian 1 dan Tabel 3).
Hitung RQD, dengan cara membentangkan tali sepanjang 2m tegak
lurus joint dengan frekuensi fracture paling banyak (Gambar 2 dan Tabel
2 bagian 2).
Hitung spasi joint dengan cara : Spacing = panjang tali / Fracture
frequency (Tabel 2 bagian 3).
Deskripsi kondisi 4 set joint utama, dimana SET 1 adalah joint dengan
frekuensi fracture paling dominan. Parameter yang diamati meliputi:
length, separation, roughness, infilling (gouge), weathering , dan nilai
rata-rata joint orientation (Tabel 2 bagian 4a dan Tabel 4).
Kondisi air tanah (Tabel 2 bagian 5).
13. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 13
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
f) Hitung rating masing-masing parameter dan catat ke dalam kolom yang
tersedia. Kemudian hitung jumlah total rating (Basic RMR’89) dalam
berbagai kondisi joint.
g) Hitung Basic RMR’89 (Dry) untuk berbagai kondisi joint, dan catat pada
kolom yang tersedia.
h) Hitung Basic GSI (2) = RMR ‘89(Dry) – 5. Catat pada kolom yang tersedia,
bandingkan hasilnya dengn GSI (1) hasil pengamatan. Semakin dekat nilai
GSI (1) dan GSI (2), maka estimasi GSI (1) semakin akurat.
i) Buat sketsa permukaan yang diamati, kemudian dokumentasikan dengan
kamera digital.
6. Minta tim survey untuk memplot titik-titik pengamatan pada peta dasar.
7. Masukan data ke dalam computer, olah data joint set dengan software
pengolah orientasi kekar. Serahkan data softcopy dan hardcopy ke pemeriksa.
8. Lakukaan perbaikan, cantumkan nama pemeriksa dan tanggal pemeriksa.
Simpan data softcopy dan hardcopy dalam folder khusus.
Tabel 7. Geological Strength Index
14. Deskripsi Inti Bordan Pemetaan Permukaan
. D - 14
Yuliadi – Prodi Teknik Pertambangan UNISBA
Tabel 7. Field sheet pemetaan geoteknik
ROCK TYPE Coordinates X : Y : Z :
Name of Project :
Location :
BENCH Conducted by : Date :
Checked by : Date :
company name and symbol : No. of Photograph : Slope Orientation (Dip Direction/Dip):
CODE/VALUE RATING CODE/VALUE RATING GSI (1)
1. Strength of intact rock 2. RQD
3. Spacing of Discontinuities 5. Groundwater Condition
A. RATING (1+2+3+5) = B. RATING(1+2+3) +15 =
CODE/VALUE RATING CODE/VALUE RATING CODE/VALUE RATING CODE/VALUE RATING
a) Length (persistence)
b) Separation (aperture)
c) Roughness
d) Infilling (gouge)
e) Weathering
Joint Orientation (DD/D)
C. RATING (a+b+c+d+e) =
F. GSI (2) = E + (-5)
*) SET 1 is joint with the highest fracture frequency
E. Basic RMR '89 (Dry)= B+C
RMR and GSI Calculation
SKETCH
PARAMETER
D. Basic RMR '89 = A+C
Parameter
PHOTOGRAPH
PARAMETER
4. Condition of Discontinuities
GEOTECHNICAL MAPPING
SET 1*) SET 2 SET 3 SET 4Joint set