SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
GAMBARAN UMUM
UU SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
Oleh : Apong Herlina,SH.MH
30 JULI 2012
31 JULI
2014
2019
ABH MENJADI
ANAK YANG
BERKUALITAS
BERAHLAK MULIA
DAN SEJAHTERA
Latar Belakang UU SPPA
• Perlunya pelindungan khusus bagi ABH untuk menjaga harkat dan
martabatnya dalam sistem peradilan.
• Sebagai negara pihak dalam KHA, mempunyai kewajiban untuk
memberikan pelindungan khusus bagi ABH.
• UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat, karena belum
secara komprehensif memberikan pelindungan kepada ABH.
• Tujuannya, dalam rangka mewujudkan peradilan yang benar-benar
menjamin pelindungan kepentingan terbaik terhadap ABH sebagai penerus
bangsa.
Alasan Penggantian UU No. 3/1997
Kegagalan sistem peradilan
pidana anak untuk memberi
“keadilan” bagi Anak
Tingkat tindak pidana dan
residivisme anak tidak
mengalami penurunan
Pengadilan lebih banyak memanfaatkan
pidana perampasan kemerdekaan dari pada
bentuk lainnya
Pendekatan yang
terlalu Legalistik
Belum sepenuhnya
menginkorporasikan prinsip dan
nilai dalam KHA dan instrumen
HAM lainnya
Telah terjadi perubahan
paradigma dalam penanganan
ABH
Perubahan UU 3/97 UU 11/2012
 Filosofi sistem peradilan pidana anak
 Cakupan ‘anak’
 Usia pertanggungjawaban pidana anak
 Kewajiban upaya Diversi pada setiap tingkat
 Penegasan Hak Anak dalam Proses Peradilan
 Pembatasan Upaya perampasan kemerdekaan
sebagai measure of the last resort
 Masa tahanan lebih pendek
 Petugas wajib mengikuti Pelatihan Terpadu
 Wajib merahasiakan identitas ABH
 Wajib membuat register khusus
Restorative
Justice
Restitutive
Justice
Retributive
Justice
The Paradigm Shift
APONG HERLINA
Paradigma
Sistem Peradilan Pidana Anak
1. SPPA Wajib mengutamakan pendekatan
Keadilan Restoratif (Ps.5)
2. Wajib diupayakan Diversi (Ps.5)
3. Diversi dengan pendekatan Keadilan
Restoratif (Pasal 8)
APONG HERLINA
PARADIGMA DALAM UU SPPA
• Keadilan Restoratif
• adalah penyelesaian perkara tindak pidana
dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga
pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait
untuk bersama-sama mencari penyelesaian
yang adil dengan menekankan pemulihan
kembali pada keadaan semula, dan bukan
pembalasan (Ps. 1 UUSPPA)
APONG HERLINA
APONG HERLINA
APONG HERLINA
Mengapa Keadilan Restoratif...?
Pendekatan hukum adat di Indonesia lekat dengan paradigma
restorative justice
Sanksi adat umumnya mengacu pada tujuan ‘mengembalikan
keseimbangan, menghilangkan konflik, membebaskan rasa bersalah
pelaku
Mengutamakan dialog, rekonsiliasi, perdamaian antar pihak
daripada penanganan melalui mekanisme hukum
Mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak (the best interest
of the child
Sesuai dengan nilai2 Pancasila
Restorative justice
 Bergeser dari lex talionis atau retributive justice
 Menekankan pada upaya pemulihan keadaan (Restorative)
 Berorientasi pada korban
 Memberi kesempatan pada pelaku untuk mengungkapkan rasa
sesalnya pada korban dan sekaligus menunjukkan
tanggungjawabnya;
 Memberi kesempatan pada pelaku dan korban untuk bertemu
dan mengurangi rasa permusuhan
 Mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat
 Melibatkan anggota masyarakat dalam upaya pengalihan
APONG HERLINA
Cakupan ‘Anak’
1. Anak yang berhadapan dengan hukum, dan mencakup Pelaku,
Saksi dan Korban
2. Tidak mengkriminalisasi anak yang ‘melanggar hukum yang
hidup dalam masyarakat’
3. Tidak mempergunakan istilah ‘anak nakal’
4. Usia minimal Pertanggungjawaban dinaikkan dari 8 tahun
menjadi 12 tahun
5. Tidak dibatasi oleh status perkawinan seseorang
6. Tidak menahan Anak di bawah usia 14 tahun
7. Tidak menjatuhkan putusan pidana bagi Anak dibawah 14
tahun
Asas dalam SPPA
a. pelindungan
b. keadilan;
c. nondiskriminasi;
d. kepentingan terbaik bagi Anak;
e. penghargaan terhadap pendapat Anak;
f. kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak;
g. pembinaan dan pembimbingan Anak;
h. proporsional;
i. perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya
terakhir; dan
j. penghindaran pembalasan.
Perlindungan Anak
• Perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan
hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
• demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
(UU Perllindungna Anak )
Sasaran Pengaturan
Sasaran Pengaturan adalah anak yang
berhadapan dengan hukum (ABH ), yakni :
• Anak yang berkonflik dengan hukum/ Pelaku
• Anak yang menjadi korban tindak pidana
(Anak Korban) dan
• Anak yang menjadi saksi tindak pidana (Anak
Saksi ).
Usia Pertanggung Jawaban Pidana
1. Usia pertanggung jawaban pidana Anak
sekurang-kurangnya 12 tahun
2. batasan usia anak yang bisa dikenakan
penahanan sekurang-kurangnya 14 tahun
dan
3. Batas usia anak yang dapat dijatuhi pidana
adalah sekurang-kuarangnya 14 tahun.
Anak belum berumur 12 Pelaku TP
• Dalam hal Anak belum berumur 12 (dua belas) tahun
melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik,
Pembimbing , dan Pekerja Sosial Profesional mengambil
keputusan untuk:
a. menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali;
b. mengikutsertakannya dalam program pendidikan,
pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintah atau
LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial,
baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam)
bulan.
• Keputusan tsb ditetapkan oleh Pengadilan
• LPKS wajib menyampaikan laporan perkembangan anak ke
BAPAS
APONG HERLINA
APONG HERLINA
APONG HERLINA
Mengapa Diversi ...?
@harkrisnowo 2014
• Mendorong penyelesaian mayoritas perkara Anak melalui
musyawarah
• Membatasi perkara Anak yang masuk ke dalam Proses
Formal.
• Mencegah atau setidaknya mengurangi stigmatiasai
terhadap Anak
• Meningkatkan peran petugas non penegak hukum dalam
penanganan perkara Anak
• Membangun partisipasi publik (keluarga, lingkungan dan
sekolah) dalam penanganan perkara Anak
• Mendorong upaya dan kondisi pencegahan juvenile
delinquency
APONG HERLINA
APONG HERLINA
Diversi wajib memperhatikan: (Ps.8)
a. kepentingan korban; (apabila korbannya
anak , Ps.89-91)
b. kesejahteraan dan tanggung jawab Anak;
c. penghindaran stigma negatif;
d. menghindaran pembalasan;
e. keharmonisan masyarakat; dan
f. kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Pertimbangan Diversi (Ps.9)
• Kategori tindak pidana
• Usia Anak
• Hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas
• Laporan sosial anak saksi dan anak korban dari
Peksos atau Teksos (Ps.27) hak saksi dan korban
(Ps. 89, 90,91)
• Kerugian yang ditimbulkan;
• Dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat.
Proses Diversi
• Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah
dengan melibatkan Anak dan orang
tua/Walinya, korban dan/atau orang
tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan,
dan Pekerja Sosial Profesional / Tenaga
Kesejateraan Sosial berdasarkan pendekatan
Keadilan Restoratif. (Ps. 8)
Proses (Musyawarah) Diversi
APONG HERLINA
Anak
Pelaku
Polisi/Jaksa/
Hakim
Korban
Pekerja Sos
Pembimbing
Kemasyrktn
Orangtua/
Wali Anak
Orangtua/
Wali Korban
Tokoh Masy
Penting:
Harus ada persetujuan korbam
Penyidikan (Ps.27)
• Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran
dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak
pidana dilaporkan atau diadukan.
• Penyidik dapat meminta pertimbangan atau saran
dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh
agama, Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga
Kesejahteraan Sosial, dan tenaga ahli lainnya.
• Penyidik wajib meminta laporan sosial dari Pekerja
Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial
setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan
apabila ada Anak Korban dan Anak Saksi,.
Diversi berhasil mencapai kesepakatan
• Apabila berhasil mencapai kesepakatan, Penyidik
menyampaikan berita acara Diversi beserta
Kesepakatan Diversi kepada ketua pengadilan negeri
dalam waktu 3 hari setelah ada kesepakatan .
• dalam 3 hari Pengadilan Negeri membuat penetapan.
• penetapaan disampaikan kepada PK bapas, Penyidik,
JPU atau Hakim dalam waktu 3 hari sejak ditetapkan.
• Penyidik menerbitkan Penetapan penghentian
penyidikan , JPU menerbitkan penetapan penghentian
penuntutan.
Upaya Diversi (12,29)
• Penyidik wajib mengupayakan Diversi
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
setelah penyidikan dimulai.
• Proses Diversi / musyawarah dilaksanakan
paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
dimulainya Diversi.
• Apabila Diversi gagal, Penyidik wajib
melanjutkan penyidikan dan melimpahkan
perkara ke Penuntut Umum dengan
melampirkan berita acara Diversi dan
laporan penelitian kemasyarakatan.(29)
• Dalam hal kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan
dalam waktu yang ditentukan, Pembimbing
Kemasyarakatan segera melaporkannya kepada
pejabat yang bertanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
• (4) Pejabat yang bertanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib menindaklanjuti
laporan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari.
• Di JPU atau Pengadilan Proses hampir sama.
Diversi oleh Kepolisian
Tindak pidana
Upaya Diversi
Para pihak
setuju upaya
Diversi
Proses
Musyawarah
Kesepakatan
Diversi
Penetapan
Ketua PN
Pelaksanaan
Diversi
Perkara Tutup
/ SP3
APONG HERLINA
14
Pelaksanaan diversi
APONG HERLINA
• MENGUPAYAKAN DIVERSI PD TINGKAT PENYIDIKAN
PERAN APH
• Mengundang pelaku & keluarganya, korban & keluarganya,PK Bapas,
Peksos dan pihak lain yang terkait (Guru, Tomas,Toga ) untuk
bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan
pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan
TINDAKAN YG DILAKUKAN
• APH memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara para pihak /
keluarganya dan pihak lain yg terkait.
• APH bersikap NETRAL ( tidak berpihak pada Pelaku atau Korban).
• APH menuangkan hasil pertemuan2 tsb ke dalam BA DIVERSI.
• Bila terjadi kesepakatan antar para pihak, APH membuat
KESEPAKATAN DIVERSI.
KETENTUAN DIVERSI
Diversi oleh Kejaksaan
Penyerahan
Tahap II
Upaya Diversi
Para pihak
setuju upaya
Diversi
Musyawarh
kesepakatan
Penetapan
Ketua PN
Pelaksanaan
Kesepakatan
Perkara
ditutup/ SKP2
Diversi oleh Pengadilan
Perkara
dilimpahkan ke
PN
Upaya Diversi
Para pihak
Setuju Upaya
Diversi
Musyawarah
Kesepakatan
Penetapan
Ketua PN
Pelaksanaan
Kesepakatan
Perkara ditutup/
SP3 +SKP2
Kesepakatan Diversi harus mendapatkan
persetujuan korban, kecuali :
APONG HERLINA
APONG HERLINA
Pengawasan Diversi (Ps.14)
Atasan
APH
proses Diversi
pelaksanaan
kesepakatan
PK Bapas
Pendampingan,Pembimbingan
Selama proses Diversi berlangsung sampai
dengan kesepakatan Diversi dilaksanakan,
PK Bapas Peksos
Tugas Peksos dan TKS (PS.68)
membimbing, membantu,
melindungi, dan mendampingi
Anak dengan melakukan
konsultasi sosial dan
mengembalikan kepercayaan
diri Anak;
memberikan
pendampingan dan
advokasi sosial;
menjadi sahabat
Anak dengan
mendengarkan
pendapat Anak dan
menciptakan
suasana kondusif;
membantu proses
pemulihan dan
perubahan perilaku
Anak;
membuat dan menyampaikan
laporan kepada Pembimbing
Kemasyarakatan mengenai hasil
bimbingan, bantuan, dan
pembinaan terhadap Anak yang
berdasarkan putusan
pengadilan dijatuhi pidana atau
tindakan;
memberikan
pertimbangan
kepada aparat
penegak hukum
untuk penanganan
rehabilitasi sosial
Anak;
mendampingi
penyerahan Anak
kepada orang tua,
lembaga
pemerintah, atau
lembaga
masyarakat; dan
melakukan pendekatan
kepada masyarakat agar
bersedia menerima
kembali Anak di
lingkungan sosialnya.
Pembatasan Upaya Perampasan Kemerdekaan
• Perampasan kemerdekaan hanya dipergunakan sebagai u-
paya terakhir, measure of the last resort (Beijing Rules),
pada semua tingkatan pemeriksaan
• Hanya bagi anak berusia 14 tahun ke atas
• Telah dirumuskan seperangkat alternatif putusan (pidana
dan tindakan) agar hakim tidak selalu menjatuhkan pidana
penjara
• Penelitian kemasyarakatan harus dilakukan Pembimbing
Kemasyarakatan untuk dapat menyusun rekomendasi bagi
para penegak hukum yang lain
• Tempat penahanan: LPAS dan LPKS harus disiapkan
Penahanan Ps. 32
• Penahanan terhadap Anak tidak boleh dilakukan
apabila ada jaminan dari orang tua/Wali dan/atau
lembaga bahwa Anak tidak akan melarikan diri, tidak
akan menghilangkan atau merusak barang bukti,
dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana.
• Penahanan terhadap Anak hanya dapat dilakukan dengan
syarat sebagai berikut:
a. Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih;
dan
b. diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman
pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih.
• Anak yang di tahan ditempatkan di LPAS
Lama Penahanan
Lembaga Jumlah hari
POLISI 7 + 8
JPU 5 + 5
HAKIM PN 10 + 15
HAKIM BANDING 10 + 15
HAKIM KASASI 15 + 20
Penahanan
• Pasal 39 Dalam hal jangka waktu penahanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3),
Pasal 34 ayat (3), Pasal 35 ayat (3), Pasal 37 ayat
(3), dan Pasal 38 ayat (3) telah berakhir, petugas
tempat Anak ditahan harus segera mengeluarkan
Anak demi hukum.
• Sanksi :
 Petugas LPAS SANKSI ADMTIF
 Penyidik dan JPU  Pidana penjara maksimal 2
tahun
Sanksi Pidana
(1) pidana pokok bagi anak terdiri atas:
A. Pidana peringatan;
B. Pidana dengan syarat: 1.Pembinaan di luar lembaga;
2. Pelayanan masyarakat; atau
3. Pengawasan.
C. Latihan kerja;
D. Pembinaan dalam lembaga; dan
E. Penjara.
(2) pidana tambahan terdiri atas:
A. Perampasan keuntungan yang diperoleh
B. Pemenuhan kewajiban adat
Tindakan
a. pengembalian kepada orang tua atau orang tua asuh;
b. penyerahan kepada pemerintah;
c. penyerahan kepada seseorang;
d. perawatan di rumah sakit jiwa;
e. perawatan di lembaga;
f. kewajiban mengikuti suatu pendidikan formal dan/
atau latihan yang diadakan oleh pem/badan swasta;
g. pencabutan surat izin mengemudi;
h. perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau
i. pemulihan.
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
– PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI PENEGAK
HUKUM DAN PIHAK TERKAIT SECARA TERPADU.
– PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DILAKUKAN PALING
SINGKAT 120 jam.
– PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
DIKOORDINASIKAN OLEH KEMENTERIAN YANG
MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN
DI BIDANG HUKUM.
PERAN SERTA MASYARAKAT
menyampaikan laporan
terjadinya pelanggaran
hak Anak kepada pihak
yang berwenang;
mengajukan usulan
mengenai perumusan
dan kebijakan yang
berkaitan dengan Anak;
melakukan penelitian dan
pendidikan mengenai
Anak;
berpartisipasi dalam
penyelesaian perkara
Anak melalui Diversi dan
dan pendekatan Keadilan
Restoratif;
berkontribusi dalam
rehabilitasi dan
reintegrasi sosial Anak
melalui organisasi
kemasyarakatan;
melakukan pemantauan
terhadap kinerja aparat
penegak hukum dalam
penanganan perkara
Anak; atau
melakukan sosialisasi
mengenai hak Anak serta
peraturan perundang-
undangan yang berkaitan
dengan Anak.
KOORDINASI, PEMANTAUAN, DAN
EVALUASI
• KOORDINASI DILAKUKAN DALAM RANGKA
SINKRONISASI PERUMUSAN KEBIJAKAN
MENGENAI LANGKAH PENCEGAHAN,
PENYELESAIAN ADMINISTRASI PERKARA,
REHABILITASI, DAN REINTEGRASI SOSIAL.
• PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
PELAKSANAAN SISTEM PERADILAN PIDANA
ANAK DILAKUKAN OLEH KPP&PA DAN KPAI
KOORDINASI DALAM PENANGANAN PERKARA ABH
HAKIM
PENYIDIK
PENUNTUT UMUM
PK BAPAS
PEKSOS
ADVOKAT/PENASE
HAT HUKUM
LEMBAGA
PENYEDIA
LAYANAN
54
IMPLIKASI SARANA DAN PRASARANA
• REGISTER KHUSUS UNTUK ABH DISETIAP INSTANSI
• RUANG PENEMPATAN KHUSUS ANAK
• LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN
SOSIAL (LPKS)
• LEMBAGA PENEMPATAN ANAK SEMENTARA (LPAS)
• RUANG SIDANG DAN RUANG TUNGGU SIDANG ANAK
• LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA)
• BAPAS
INFRASTRUKTUR
• DALAM WAKTU PALING LAMA 5 (LIMA) TAHUN SETELAH
DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG INI:
– SETIAP KANTOR KEPOLISIAN WAJIB MEMILIKI PENYIDIK;
– SETIAP KEJAKSAAN WAJIB MEMILIKI PENUNTUT UMUM;
– SETIAP PENGADILAN WAJIB MEMILIKI HAKIM;
– KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA WAJIB
MEMBANGUN KANTOR BAPAS DI KABUPATEN/KOTA;
– KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA WAJIB
MEMBANGUN LPKA DAN LPAS DI PROVINSI; DAN
– KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA WAJIB
MEMBANGUN. LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN
SOSIAL (KAB/KOTA)
• KEWAJIBAN PEMBENTUKAN KANTOR BAPAS DAN LEMBAGA
PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DIKECUALIKAN
DALAM HAL LETAK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA BERDEKATAN
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarUiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Idik Saeful Bahri
 
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Bab 6   pertanggungjawaban pidanaBab 6   pertanggungjawaban pidana
Bab 6 pertanggungjawaban pidanaNuelimmanuel22
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaSigit Riono
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUMUjian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUMAlfirdausDaus
 
BAHAN KUHP BARU.pptx
BAHAN KUHP BARU.pptxBAHAN KUHP BARU.pptx
BAHAN KUHP BARU.pptxnurulfatima4
 
Tindak Pidana Pencucian Uang
Tindak Pidana Pencucian UangTindak Pidana Pencucian Uang
Tindak Pidana Pencucian UangFachrul Kardiman
 
Upaya Pencegahan Korupsi di Pemerintah Daerah
Upaya Pencegahan Korupsi di Pemerintah DaerahUpaya Pencegahan Korupsi di Pemerintah Daerah
Upaya Pencegahan Korupsi di Pemerintah Daerahtemanna #LABEDDU
 

What's hot (20)

Presentasi all
Presentasi allPresentasi all
Presentasi all
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
Legal drafting
Legal draftingLegal drafting
Legal drafting
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Bab 6   pertanggungjawaban pidanaBab 6   pertanggungjawaban pidana
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
 
Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)
 
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUMUjian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
Ujian akhir semester ganjil PENEMUAN HUKUM
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Inpres No.1 Tahun 1991 tentang KHI
Inpres No.1 Tahun 1991 tentang KHIInpres No.1 Tahun 1991 tentang KHI
Inpres No.1 Tahun 1991 tentang KHI
 
BAHAN KUHP BARU.pptx
BAHAN KUHP BARU.pptxBAHAN KUHP BARU.pptx
BAHAN KUHP BARU.pptx
 
Tindak Pidana Pencucian Uang
Tindak Pidana Pencucian UangTindak Pidana Pencucian Uang
Tindak Pidana Pencucian Uang
 
Upaya Pencegahan Korupsi di Pemerintah Daerah
Upaya Pencegahan Korupsi di Pemerintah DaerahUpaya Pencegahan Korupsi di Pemerintah Daerah
Upaya Pencegahan Korupsi di Pemerintah Daerah
 
KDRT
KDRTKDRT
KDRT
 

Similar to GAMBARAN UMUM UU SPPA.pptx

Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxPerlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxsatreskrimresbolmut
 
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptxsistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptxajengrisnaa2
 
Makalah anak berkonflik dengan hukum
Makalah anak berkonflik dengan hukumMakalah anak berkonflik dengan hukum
Makalah anak berkonflik dengan hukumSulaiman Zuhdi Manik
 
Modul 3 - Pelayanan Hukum
Modul 3 -  Pelayanan HukumModul 3 -  Pelayanan Hukum
Modul 3 - Pelayanan HukumECPAT Indonesia
 
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfPertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfYogiYasaWedha
 
DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt
DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.pptDIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt
DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.pptDirgaGunk
 
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...etsthu
 
BUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxBUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxHayati71
 
BUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxBUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxHayati71
 
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK.pptxPaparan SEKOLAH RAMAH ANAK.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK.pptxFarah767846
 
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK  PLS 2022.pptxPaparan SEKOLAH RAMAH ANAK  PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptxMrHerbimo
 
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK  PLS 2022.pptxPaparan SEKOLAH RAMAH ANAK  PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptxbudi pras
 
Policy brief abh
Policy brief abhPolicy brief abh
Policy brief abhBe Susantyo
 
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptxPaparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptxwiwied4
 

Similar to GAMBARAN UMUM UU SPPA.pptx (20)

Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxPerlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
 
Rj dalam sppa3
Rj dalam sppa3Rj dalam sppa3
Rj dalam sppa3
 
Analisis uu
Analisis uu Analisis uu
Analisis uu
 
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptxsistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
 
Makalah anak berkonflik dengan hukum
Makalah anak berkonflik dengan hukumMakalah anak berkonflik dengan hukum
Makalah anak berkonflik dengan hukum
 
Hpa oci
Hpa ociHpa oci
Hpa oci
 
Modul 3 - Pelayanan Hukum
Modul 3 -  Pelayanan HukumModul 3 -  Pelayanan Hukum
Modul 3 - Pelayanan Hukum
 
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfPertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
 
MATERI KHA.pptx
MATERI KHA.pptxMATERI KHA.pptx
MATERI KHA.pptx
 
konsep anak.pdf
konsep anak.pdfkonsep anak.pdf
konsep anak.pdf
 
DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt
DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.pptDIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt
DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt
 
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
 
BUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxBUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docx
 
BUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxBUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docx
 
Kekerasan
KekerasanKekerasan
Kekerasan
 
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK.pptxPaparan SEKOLAH RAMAH ANAK.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK.pptx
 
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK  PLS 2022.pptxPaparan SEKOLAH RAMAH ANAK  PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
 
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK  PLS 2022.pptxPaparan SEKOLAH RAMAH ANAK  PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
 
Policy brief abh
Policy brief abhPolicy brief abh
Policy brief abh
 
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptxPaparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
Paparan SEKOLAH RAMAH ANAK PLS 2022.pptx
 

Recently uploaded

Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 

Recently uploaded (6)

Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 

GAMBARAN UMUM UU SPPA.pptx

  • 1. GAMBARAN UMUM UU SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Oleh : Apong Herlina,SH.MH
  • 2. 30 JULI 2012 31 JULI 2014 2019 ABH MENJADI ANAK YANG BERKUALITAS BERAHLAK MULIA DAN SEJAHTERA
  • 3. Latar Belakang UU SPPA • Perlunya pelindungan khusus bagi ABH untuk menjaga harkat dan martabatnya dalam sistem peradilan. • Sebagai negara pihak dalam KHA, mempunyai kewajiban untuk memberikan pelindungan khusus bagi ABH. • UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat, karena belum secara komprehensif memberikan pelindungan kepada ABH. • Tujuannya, dalam rangka mewujudkan peradilan yang benar-benar menjamin pelindungan kepentingan terbaik terhadap ABH sebagai penerus bangsa.
  • 4. Alasan Penggantian UU No. 3/1997 Kegagalan sistem peradilan pidana anak untuk memberi “keadilan” bagi Anak Tingkat tindak pidana dan residivisme anak tidak mengalami penurunan Pengadilan lebih banyak memanfaatkan pidana perampasan kemerdekaan dari pada bentuk lainnya Pendekatan yang terlalu Legalistik Belum sepenuhnya menginkorporasikan prinsip dan nilai dalam KHA dan instrumen HAM lainnya Telah terjadi perubahan paradigma dalam penanganan ABH
  • 5. Perubahan UU 3/97 UU 11/2012  Filosofi sistem peradilan pidana anak  Cakupan ‘anak’  Usia pertanggungjawaban pidana anak  Kewajiban upaya Diversi pada setiap tingkat  Penegasan Hak Anak dalam Proses Peradilan  Pembatasan Upaya perampasan kemerdekaan sebagai measure of the last resort  Masa tahanan lebih pendek  Petugas wajib mengikuti Pelatihan Terpadu  Wajib merahasiakan identitas ABH  Wajib membuat register khusus
  • 8. Paradigma Sistem Peradilan Pidana Anak 1. SPPA Wajib mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif (Ps.5) 2. Wajib diupayakan Diversi (Ps.5) 3. Diversi dengan pendekatan Keadilan Restoratif (Pasal 8) APONG HERLINA PARADIGMA DALAM UU SPPA
  • 9. • Keadilan Restoratif • adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan (Ps. 1 UUSPPA) APONG HERLINA
  • 12. Mengapa Keadilan Restoratif...? Pendekatan hukum adat di Indonesia lekat dengan paradigma restorative justice Sanksi adat umumnya mengacu pada tujuan ‘mengembalikan keseimbangan, menghilangkan konflik, membebaskan rasa bersalah pelaku Mengutamakan dialog, rekonsiliasi, perdamaian antar pihak daripada penanganan melalui mekanisme hukum Mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak (the best interest of the child Sesuai dengan nilai2 Pancasila
  • 13. Restorative justice  Bergeser dari lex talionis atau retributive justice  Menekankan pada upaya pemulihan keadaan (Restorative)  Berorientasi pada korban  Memberi kesempatan pada pelaku untuk mengungkapkan rasa sesalnya pada korban dan sekaligus menunjukkan tanggungjawabnya;  Memberi kesempatan pada pelaku dan korban untuk bertemu dan mengurangi rasa permusuhan  Mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat  Melibatkan anggota masyarakat dalam upaya pengalihan
  • 15. Cakupan ‘Anak’ 1. Anak yang berhadapan dengan hukum, dan mencakup Pelaku, Saksi dan Korban 2. Tidak mengkriminalisasi anak yang ‘melanggar hukum yang hidup dalam masyarakat’ 3. Tidak mempergunakan istilah ‘anak nakal’ 4. Usia minimal Pertanggungjawaban dinaikkan dari 8 tahun menjadi 12 tahun 5. Tidak dibatasi oleh status perkawinan seseorang 6. Tidak menahan Anak di bawah usia 14 tahun 7. Tidak menjatuhkan putusan pidana bagi Anak dibawah 14 tahun
  • 16. Asas dalam SPPA a. pelindungan b. keadilan; c. nondiskriminasi; d. kepentingan terbaik bagi Anak; e. penghargaan terhadap pendapat Anak; f. kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak; g. pembinaan dan pembimbingan Anak; h. proporsional; i. perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir; dan j. penghindaran pembalasan.
  • 17. Perlindungan Anak • Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. • demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. (UU Perllindungna Anak )
  • 18. Sasaran Pengaturan Sasaran Pengaturan adalah anak yang berhadapan dengan hukum (ABH ), yakni : • Anak yang berkonflik dengan hukum/ Pelaku • Anak yang menjadi korban tindak pidana (Anak Korban) dan • Anak yang menjadi saksi tindak pidana (Anak Saksi ).
  • 19. Usia Pertanggung Jawaban Pidana 1. Usia pertanggung jawaban pidana Anak sekurang-kurangnya 12 tahun 2. batasan usia anak yang bisa dikenakan penahanan sekurang-kurangnya 14 tahun dan 3. Batas usia anak yang dapat dijatuhi pidana adalah sekurang-kuarangnya 14 tahun.
  • 20. Anak belum berumur 12 Pelaku TP • Dalam hal Anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing , dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk: a. menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali; b. mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan. • Keputusan tsb ditetapkan oleh Pengadilan • LPKS wajib menyampaikan laporan perkembangan anak ke BAPAS
  • 24. Mengapa Diversi ...? @harkrisnowo 2014 • Mendorong penyelesaian mayoritas perkara Anak melalui musyawarah • Membatasi perkara Anak yang masuk ke dalam Proses Formal. • Mencegah atau setidaknya mengurangi stigmatiasai terhadap Anak • Meningkatkan peran petugas non penegak hukum dalam penanganan perkara Anak • Membangun partisipasi publik (keluarga, lingkungan dan sekolah) dalam penanganan perkara Anak • Mendorong upaya dan kondisi pencegahan juvenile delinquency
  • 27. Diversi wajib memperhatikan: (Ps.8) a. kepentingan korban; (apabila korbannya anak , Ps.89-91) b. kesejahteraan dan tanggung jawab Anak; c. penghindaran stigma negatif; d. menghindaran pembalasan; e. keharmonisan masyarakat; dan f. kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
  • 28. Pertimbangan Diversi (Ps.9) • Kategori tindak pidana • Usia Anak • Hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas • Laporan sosial anak saksi dan anak korban dari Peksos atau Teksos (Ps.27) hak saksi dan korban (Ps. 89, 90,91) • Kerugian yang ditimbulkan; • Dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat.
  • 29. Proses Diversi • Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan Anak dan orang tua/Walinya, korban dan/atau orang tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional / Tenaga Kesejateraan Sosial berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif. (Ps. 8)
  • 30. Proses (Musyawarah) Diversi APONG HERLINA Anak Pelaku Polisi/Jaksa/ Hakim Korban Pekerja Sos Pembimbing Kemasyrktn Orangtua/ Wali Anak Orangtua/ Wali Korban Tokoh Masy Penting: Harus ada persetujuan korbam
  • 31. Penyidikan (Ps.27) • Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan. • Penyidik dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan tenaga ahli lainnya. • Penyidik wajib meminta laporan sosial dari Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan apabila ada Anak Korban dan Anak Saksi,.
  • 32. Diversi berhasil mencapai kesepakatan • Apabila berhasil mencapai kesepakatan, Penyidik menyampaikan berita acara Diversi beserta Kesepakatan Diversi kepada ketua pengadilan negeri dalam waktu 3 hari setelah ada kesepakatan . • dalam 3 hari Pengadilan Negeri membuat penetapan. • penetapaan disampaikan kepada PK bapas, Penyidik, JPU atau Hakim dalam waktu 3 hari sejak ditetapkan. • Penyidik menerbitkan Penetapan penghentian penyidikan , JPU menerbitkan penetapan penghentian penuntutan.
  • 33. Upaya Diversi (12,29) • Penyidik wajib mengupayakan Diversi dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyidikan dimulai. • Proses Diversi / musyawarah dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya Diversi. • Apabila Diversi gagal, Penyidik wajib melanjutkan penyidikan dan melimpahkan perkara ke Penuntut Umum dengan melampirkan berita acara Diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan.(29)
  • 34. • Dalam hal kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan dalam waktu yang ditentukan, Pembimbing Kemasyarakatan segera melaporkannya kepada pejabat yang bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1). • (4) Pejabat yang bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari. • Di JPU atau Pengadilan Proses hampir sama.
  • 35. Diversi oleh Kepolisian Tindak pidana Upaya Diversi Para pihak setuju upaya Diversi Proses Musyawarah Kesepakatan Diversi Penetapan Ketua PN Pelaksanaan Diversi Perkara Tutup / SP3
  • 37. 14 Pelaksanaan diversi APONG HERLINA • MENGUPAYAKAN DIVERSI PD TINGKAT PENYIDIKAN PERAN APH • Mengundang pelaku & keluarganya, korban & keluarganya,PK Bapas, Peksos dan pihak lain yang terkait (Guru, Tomas,Toga ) untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan TINDAKAN YG DILAKUKAN • APH memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara para pihak / keluarganya dan pihak lain yg terkait. • APH bersikap NETRAL ( tidak berpihak pada Pelaku atau Korban). • APH menuangkan hasil pertemuan2 tsb ke dalam BA DIVERSI. • Bila terjadi kesepakatan antar para pihak, APH membuat KESEPAKATAN DIVERSI. KETENTUAN DIVERSI
  • 38. Diversi oleh Kejaksaan Penyerahan Tahap II Upaya Diversi Para pihak setuju upaya Diversi Musyawarh kesepakatan Penetapan Ketua PN Pelaksanaan Kesepakatan Perkara ditutup/ SKP2
  • 39. Diversi oleh Pengadilan Perkara dilimpahkan ke PN Upaya Diversi Para pihak Setuju Upaya Diversi Musyawarah Kesepakatan Penetapan Ketua PN Pelaksanaan Kesepakatan Perkara ditutup/ SP3 +SKP2
  • 40. Kesepakatan Diversi harus mendapatkan persetujuan korban, kecuali : APONG HERLINA
  • 42. Pengawasan Diversi (Ps.14) Atasan APH proses Diversi pelaksanaan kesepakatan PK Bapas
  • 43. Pendampingan,Pembimbingan Selama proses Diversi berlangsung sampai dengan kesepakatan Diversi dilaksanakan, PK Bapas Peksos
  • 44. Tugas Peksos dan TKS (PS.68) membimbing, membantu, melindungi, dan mendampingi Anak dengan melakukan konsultasi sosial dan mengembalikan kepercayaan diri Anak; memberikan pendampingan dan advokasi sosial; menjadi sahabat Anak dengan mendengarkan pendapat Anak dan menciptakan suasana kondusif; membantu proses pemulihan dan perubahan perilaku Anak; membuat dan menyampaikan laporan kepada Pembimbing Kemasyarakatan mengenai hasil bimbingan, bantuan, dan pembinaan terhadap Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau tindakan; memberikan pertimbangan kepada aparat penegak hukum untuk penanganan rehabilitasi sosial Anak; mendampingi penyerahan Anak kepada orang tua, lembaga pemerintah, atau lembaga masyarakat; dan melakukan pendekatan kepada masyarakat agar bersedia menerima kembali Anak di lingkungan sosialnya.
  • 45. Pembatasan Upaya Perampasan Kemerdekaan • Perampasan kemerdekaan hanya dipergunakan sebagai u- paya terakhir, measure of the last resort (Beijing Rules), pada semua tingkatan pemeriksaan • Hanya bagi anak berusia 14 tahun ke atas • Telah dirumuskan seperangkat alternatif putusan (pidana dan tindakan) agar hakim tidak selalu menjatuhkan pidana penjara • Penelitian kemasyarakatan harus dilakukan Pembimbing Kemasyarakatan untuk dapat menyusun rekomendasi bagi para penegak hukum yang lain • Tempat penahanan: LPAS dan LPKS harus disiapkan
  • 46. Penahanan Ps. 32 • Penahanan terhadap Anak tidak boleh dilakukan apabila ada jaminan dari orang tua/Wali dan/atau lembaga bahwa Anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana. • Penahanan terhadap Anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut: a. Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih; dan b. diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih. • Anak yang di tahan ditempatkan di LPAS
  • 47. Lama Penahanan Lembaga Jumlah hari POLISI 7 + 8 JPU 5 + 5 HAKIM PN 10 + 15 HAKIM BANDING 10 + 15 HAKIM KASASI 15 + 20
  • 48. Penahanan • Pasal 39 Dalam hal jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3), Pasal 34 ayat (3), Pasal 35 ayat (3), Pasal 37 ayat (3), dan Pasal 38 ayat (3) telah berakhir, petugas tempat Anak ditahan harus segera mengeluarkan Anak demi hukum. • Sanksi :  Petugas LPAS SANKSI ADMTIF  Penyidik dan JPU  Pidana penjara maksimal 2 tahun
  • 49. Sanksi Pidana (1) pidana pokok bagi anak terdiri atas: A. Pidana peringatan; B. Pidana dengan syarat: 1.Pembinaan di luar lembaga; 2. Pelayanan masyarakat; atau 3. Pengawasan. C. Latihan kerja; D. Pembinaan dalam lembaga; dan E. Penjara. (2) pidana tambahan terdiri atas: A. Perampasan keuntungan yang diperoleh B. Pemenuhan kewajiban adat
  • 50. Tindakan a. pengembalian kepada orang tua atau orang tua asuh; b. penyerahan kepada pemerintah; c. penyerahan kepada seseorang; d. perawatan di rumah sakit jiwa; e. perawatan di lembaga; f. kewajiban mengikuti suatu pendidikan formal dan/ atau latihan yang diadakan oleh pem/badan swasta; g. pencabutan surat izin mengemudi; h. perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau i. pemulihan.
  • 51. PENDIDIKAN DAN LATIHAN – PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI PENEGAK HUKUM DAN PIHAK TERKAIT SECARA TERPADU. – PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DILAKUKAN PALING SINGKAT 120 jam. – PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DIKOORDINASIKAN OLEH KEMENTERIAN YANG MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG HUKUM.
  • 52. PERAN SERTA MASYARAKAT menyampaikan laporan terjadinya pelanggaran hak Anak kepada pihak yang berwenang; mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan Anak; melakukan penelitian dan pendidikan mengenai Anak; berpartisipasi dalam penyelesaian perkara Anak melalui Diversi dan dan pendekatan Keadilan Restoratif; berkontribusi dalam rehabilitasi dan reintegrasi sosial Anak melalui organisasi kemasyarakatan; melakukan pemantauan terhadap kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara Anak; atau melakukan sosialisasi mengenai hak Anak serta peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan Anak.
  • 53. KOORDINASI, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI • KOORDINASI DILAKUKAN DALAM RANGKA SINKRONISASI PERUMUSAN KEBIJAKAN MENGENAI LANGKAH PENCEGAHAN, PENYELESAIAN ADMINISTRASI PERKARA, REHABILITASI, DAN REINTEGRASI SOSIAL. • PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DILAKUKAN OLEH KPP&PA DAN KPAI
  • 54. KOORDINASI DALAM PENANGANAN PERKARA ABH HAKIM PENYIDIK PENUNTUT UMUM PK BAPAS PEKSOS ADVOKAT/PENASE HAT HUKUM LEMBAGA PENYEDIA LAYANAN 54
  • 55. IMPLIKASI SARANA DAN PRASARANA • REGISTER KHUSUS UNTUK ABH DISETIAP INSTANSI • RUANG PENEMPATAN KHUSUS ANAK • LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (LPKS) • LEMBAGA PENEMPATAN ANAK SEMENTARA (LPAS) • RUANG SIDANG DAN RUANG TUNGGU SIDANG ANAK • LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) • BAPAS
  • 56. INFRASTRUKTUR • DALAM WAKTU PALING LAMA 5 (LIMA) TAHUN SETELAH DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG INI: – SETIAP KANTOR KEPOLISIAN WAJIB MEMILIKI PENYIDIK; – SETIAP KEJAKSAAN WAJIB MEMILIKI PENUNTUT UMUM; – SETIAP PENGADILAN WAJIB MEMILIKI HAKIM; – KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA WAJIB MEMBANGUN KANTOR BAPAS DI KABUPATEN/KOTA; – KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA WAJIB MEMBANGUN LPKA DAN LPAS DI PROVINSI; DAN – KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA WAJIB MEMBANGUN. LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (KAB/KOTA) • KEWAJIBAN PEMBENTUKAN KANTOR BAPAS DAN LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DIKECUALIKAN DALAM HAL LETAK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA BERDEKATAN