SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
DIRGA AGUNG, S.H., MH
PENGANTAR
 ANAK BUKANLAH MIMIATUR ORANG DEWASA.
 Anak sebagai pelaku bukanlah sebagai pelaku murni
akan tetapi juga sebagai korban.
 Negara-negara di dunia termasuk Negara Republik
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak
(Convention on the Rights of the Child) pada tahun 1990
dengan dilengkapi Instrument Internasional antara lain:
Beijing Rules, tanggal 29 November 1985, The Tokyo
Rules , tanggal 14 Desember 1990, Riyadh Guidelines,
tanggal 14 Desember 1990, dan Havana Rules , tanggal
14 Desember 1990.
DASAR HUKUM :
 UUD 1945, Pasal 28 B ayat (2) dan Pasal 28 H ayat (2)
 UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Kemasyarakatan
 UU No. 5 Tahun 1998 tentang ratifikasi Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan/Hukuman Yang Kejam, Tidak
Manusiawi dan Merendahkan (Convention against Torture and
Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment).
 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
 UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
 UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
(Diversi, Restorative Justice dan Mediasi)
KEBIJAKAN PENEGAK HUKUM
 Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No.
6 Tahun 1987, tanggal 16 November 1987
tentang Tata Tertib Sidang Anak.
 Surat Edaran Jaksa Agung RI SE-
002/j.a/4/1989 tentang Penuntutan terhadap
Anak
 Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Umum B-532/E/11/1995, 9 Nov 1995
tentang Petunjuk Teknis Penuntutan
Terhadap Anak
 MOU 20/PRS-2/KEP/2005 DitBinRehSos Depsos RI
dan DitPas DepkumHAM RI tentang pembinaan luar
lembaga bagi anak yang berhadapan dengan hukum
 Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI
MA/Kumdil/31/I/K/2005 tentang kewajiban setiap PN
mengadakan ruang sidang khusus & ruang tunggu
khusus untuk anak yang akan disidangkan
• Himbauan Ketua MARI untuk menghindari penahanan
pada anak dan mengutamakan putusan tindakan daripada
penjara, 16 Juli 2007
• Peraturan KAPOLRI 10/2007, 6 Juli 2007 tentang Unit
Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) dan 3/2008 tentang
pembentukan RPK dan tata cara pemeriksaan
saksi&/korban TP
• TR/1124/XI/2006 dari Kabareskrim POLRI, 16 Nov 2006
dan TR/395/VI/2008 9 Juni 2008, tentang pelaksaan
diversi dan restorative justice dalam penanganan kasus
anak pelaku dan pemenuhan kepentingan terbaik anak
dalam kasus anak baik sebagai pelaku, korban atau saksi
 Kesepakatan Bersama antara DEPARTEMEN SOSIAL RI Nomor
: 12/PRS-2/KPTS/2009, DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA RI Nomor : M.HH.04.HM.03.02 Th 2009, DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL RI Nomor 11/XII/KB/2009,
DEPARTEMEN AGAMA RI Nomor : 06/XII/2009, DAN
KEPOLISIAN NEGARA RI Nomor : B/43/ XII/2009 tentang
Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak Yang Berhadapan
dengan Hukum , tanggal 15 Desember 2009
 Surat Keputusan Bersama Ketua MAHKAMAH AGUNG RI,
JAKSA AGUNG RI, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA RI,
MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI SOSIAL RI,
MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK RI, NO.166/KMA/SKB/XII/2009, NO.148
A/A/JA/12/2009, NO. B/45/XII/2009, NO.M.HH-08 HM.03.02
TAHUN 2009, NO. 10/PRS-2/KPTS/2009, NO. 02/Men.PP dan
PA/XII/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang PENANGANAN
ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM.
UU NO 3 Tahun 1997 Tentang
Pengadilan Anak
UU NO 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak
MENUJU
Pergeseran Paradigma Dalam Hukum
Pidana Tetang KEADLIAN
Restitutive
Justice
- Menekankan
keadilan
pemberian ganti
rugi
Retributive
Justice
- Menekankan
keadilan pada
pembalasan
- Anak di posisi
sebagai objek
- Penyelesaian
bermasalah
hukumtidak
seimbang
Restorative
Justice
- Menekankan keadilan pada
perbaikan/ pemulihan keadaan
- Berorientasi pada korban
- Memberikan kesempatan pada
pelaku untuk mengungkapkan
rasa sesalnya pada korban dan
sekaligus bertanggung jawab.
- Memberikan kesempatan
kepada pelaku dan korban untuk
bertemu untuk mengurangi
permusuhan dan kebencian.
- Mengembalikan keseimbangan
dalam masyarakat
- Melibatkan anggota masnyarakat
dalam upaya pemulihan.
ANAK BERHADAPAN DENGAN
HUKUM (ABH)
Anak yang Berhadapan dengan
Hukum adalah anak yang berkonflik
dengan hukum, anak yang menjadi
korban tindak pidana, dan anak yang
menjadi saksi tindak pidana.
(UU SPPA)
BATAS UMUR ANAK SEBAGAI
PELAKU TINDAK PIDANA
Anak yang Berkonflik dengan Hukum
yang selanjutnya disebut Anak adalah
anak yang telah berumur 12 (dua belas)
tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan
belas) tahun yang diduga melakukan
tindak pidana.
RESTORATIF
JUSTICE
o Penyelesaian perkara tindak pidana dengan
melibatkan pelaku, korban, keluarga
pelaku/korban dan pihak lain yang terkait
untuk bersama-sama mencari penyelesaian
yang adil dengan menekankan pemulihan
kembali pada keadan semula dan bukan
pembalasan.
SPPA wajib mengutamakan pendekatan RJ
DIVERSI
Diversi adalah pengalihan
penyelesaian perkara Anak dari
proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana.
Kewajiban Diversi
 Dalam setiap tingkat pemeriksaan Penyidik,
Penuntut umum, dan Hakim wajib menerapkan
Diversi.(Pasal 7 ayat 1)
 Diversi dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang
dilakukan :
a. diancam dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun, dan
b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
(Pasal 7 ayat 2)
PIHAK PIHAK DALAM
DIVERSI
 Proses Diversi dilakukan dengan melibatkan
Anak dan orangtua/wali, korban dan atau
orangtua/wali,Pembimbing Kemasyarakatan,
dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan
pendekatan
(Pasal 8 ayat (1) UU SPPA)
TUJUAN DIVERSI
 Mencapai perdamaian antara korban dan anak ;
 Menyelesaikan perkara anak di luar proses
peradilan;
 Menghindarkan anak dari perampasan
kemerdekaan;
 Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi ;
dan
 Menanamkan rasa tanggung jawab kepada
anak . (Pasal 6 UU SPPA)
Kekhususan Dalam UU Pengadilan Anak
 Hakim, Penuntut Umum, Penyidik, dan
Penasehat Hukum, serta petugas lainnya
dalam Sidang Anak tidak memakai toga atau
pakaian dinas.
 Hakim memeriksa perkara anak dalam
sidang tertutup. Prosedur ini menjaga
kerahasiaan proses penanganan ABH
supaya tidak malu dan trauma.
 Hakim memerintahkan agar Pembimbing
Kemasyarakatan membacakan laporan hasil
penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang
bersangkutan di persidangan setelah dakwaan
dibacakan oleh penuntut umum.
 Sebelum hakim mengucapkan putusannnya,
hakim memberi kesempatan kepada orang tua,
wali, orang tua asuh untuk mengemukakan
segala hal ikhwal yang bermanfaat bagi anak.
 Terhadap anak dapat dijatuhi pidana atau
tindakan :
- Mengembalikan kepada orang tua, wali dan
orang tua asuh.
- Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti
pendidikan, pembinaan dan latihan kerja ; atau
- Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau
Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak
di bidang pendidikan, pembinaan dan latihan
kerja .
 Dalam menjatuhkan hukuman, hakim wajib
mempertimbangkan hasil Laporan Penelitian
Pemasyarakatan dari petugas BAPAS. Apabila
hakim tidak memperhatikan hasil LITMAS
tersebut, putusan tersebut batal demi hukum
SKEMA RESTORATIVE JUSTICE
DALAM PENGADILAN ANAK DI
INDONESIA
SKEMA RESTORATIVE JUSTICE DI
PENGADILAN ANAK DI INDONESIA
DIVERSI
MEDIASI PENAL
RESTORATIVE JUSTICE
IMPLEMENTASI DI PN
KPN
MENUNJUK
HAKIM ANAK
BERKAS
ANAK
DITERIMA
PENGADILAN
NEGERI
LITMAS, DAKWAAN,
SAKSI /BUKTI /
TERDAKWA
(KUHAP)
SKEMA RESTORATIVE JUSTICE DI PENGADILAN
ANAK DI INDONESIA
(SURAT KEPUTUSAN BERSAMA / UU NO. 3 TAHUN
1997)
SIDANG
KUHAP
UU 3/97
PENDEKATAN
RESTORATIVE
JUSTICE
(MEDIASI PENAL)
LAPORAN
MASYARAKAT
UP2A
PENYIDIK
(POLISI)
JAKSA
PENUNTUT
UMUM
LANJUTAN
PENDEKATAN
RESTORATIVE
JUSTICE
(MEDIASI PENAL)
(HAKIM
ANAK,JPU,PH, PK
BAPAS
,P/ORTU,K/ORTU,
TOKOH MASY.)
BERHASIL
RJ
TIDAK
BERHASIL
RJ
KESE-
PAKATA
N
SIDANG
KUHAP
UU 3/97
REQ PS 24
TINDAKAN
PLEDOI
KESEPAKATAN
PUTUSAN
PS.24
TINDAKAN
PUTUSAN
BHT
(LANJUTAN)
TIDAK
BERHASIL
RJ
SIDANG
(KUHAP UU
3/97)
REQUISITOR
PLEDOI
PUTUSAN
SKEMA
DIVERSI
MEDIASI PENAL
RESTORATIVE JUSTICE
UU No. 11 Tahun 2012
Tentang SPPA
UP2A
PENYIDIK
(POLISI)
7 HARI
Forum Mediasi
Penal
RESTORATIVE
JUSTICE
Penyidik / UPPA, PK
BAPAS, Pelaku /
Orang Tua, Korban,
Penasehat Hukum
Anak, PEKSOS /
Tenaga
Kesejahteraan
Sosial / Pendamping
Anak / KPAI,
Perwakilan
masyarakat
LAPORAN
MASYARAKAT
BERHASIL
KESEPAKATAN
LAPORAN
PENYIDIK /
BA
SKEMA
DIVERSI / RESTORATIF
JUSTICE
(UU SPPA)
PENETAPAN
KPN
3 HARI
DIVERSI
30 HARI
TIDAK
BERHASIL
BERKAS
DILIMPAHKAN
KE PENUNTUT
UMUM
PEMULIHAN
KAJARI
MENUNJUK
JAKSA ANAK
7 HARI
Forum Mediasi
Penal
RESTORATIVE
JUSTICE
Penuntut Umum, PK
BAPAS, Pelaku /
Orang Tua, Korban,
Penasehat Hukum
Anak, PEKSOS /
Tenaga
Kesejahteraan
Sosial / Pendamping
Anak / KPAI,
Perwakilan
masyarakat
BERKAS
DITERIMA
KEJARI
BERHASIL
KESEPAKATAN
LAPORAN
JPU/ BA
LANJUTAN
PENETAPAN
KPN
(DIVERSI)
3 HARI
DIVERSI
30 HARI
TIDAK
BERHASIL
BERKAS
DILIMPAHKAN
KEPENGADILAN
KPN
MENUNJUK
HAKIM ANAK
7 HARI
Forum Mediasi
Penal
RESTORATIVE
JUSTICE
Hakim Anak, JPU
Anak, PK BAPAS,
Pelaku / Orang Tua,
Korban, Penasehat
Hukum Anak,
PEKSOS / Tenaga
Kesejahteraan
Sosial / Pendamping
Anak / KPAI,
Perwakilan
masyarakat
BERKAS
DITERIMA
PENGADILA
N NEGERI
3 HARI
BERHASIL
KESEPAKATAN
LAPORAN
HA/ BA
LANJUTAN
PENETAPAN
KPN
( DIVERSI)
3 HARI
DIVERSI
30 HARI
TIDAK
BERHASIL
SIDANG
DILANJUTKAN
(KUHAP UU
SPPA)
(LANJUTAN)
SIDANG
(KUHAP UU
SPPA)
REQUISITOR PLEDOI
PUTUSAN
MEDIASI PENAL
 Mediasi adalah cara penyelesaian perkara pidana
anak melalui proses perundingan yang melibatkan
pelaku, korban, keluarga mereka, dan pihak lain
yang terkait untuk memperoleh kesepakatan
perdamaian dengan dibantu Mediator
 Mediator adalah pihak netral yang membantu para
pihak dalam proses perundingan guna mencari
berbagai kemungkinan penyelesaian perkara
tanpa menggunakan cara memutus.
PIHAK-PIHAK
(Diversi/Mediasi di Penyidikan)
1. Penyidik / UPPA (Mediator)
2. PK BAPAS (Co. Mediator)
3. Pelaku / Orang Tua
4. Korban (Anak didampingi orang tua)
5. Penasehat Hukum Anak
6. PEKSOS (Pekerja Sosial) / Tenaga
Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak /
KPAI
7. Perwakilan masyarakat ( RT, RW, Kepala
Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat,
Guru, LSM)
PIHAK-PIHAK
(Diversi/Mediasi di Penuntutan)
1. Jaksa Penuntut Umum Anak (Mediator)
2. PK BAPAS (Co. Mediator)
3. Pelaku / Orang Tua
4. Korban (Anak didampingi orang tua)
5. Penasehat Hukum Anak
6. PEKSOS (Pekerja Sosial) / Tenaga
Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak /
KPAI
7. Perwakilan masyarakat ( RT, RW, Kepala
Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat,
Guru, LSM)
PIHAK-PIHAK
(Diversi/Mediasi di Pengadilan)
1. Hakim Anak (Mediator)
2. Jaksa Penuntut Umum Anak (Co. Mediator)
3. PK BAPAS (Co. Mediator)
4. Pelaku / Orang Tua
5. Korban (Anak didampingi orang tua)
6. Penasehat Hukum Anak
7. PEKSOS (Pekerja Sosial) / Tenaga Kesejahteraan
Sosial / Pendamping Anak / KPAI
8. Perwakilan masyarakat ( RT, RW, Kepala Desa,
Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Guru, LSM)
Pertemuan Mediasi Penal :
1. Pertemuan bersama (Joint Meeting) : dihadiri
mediator dan para pihak
2. Pertemuan terpisah (Kaukus) : Jika diperlukan
mediator bertemu dengan korban dan pelaku
secara terpisah. Dimungkinkan pertemuan
mediator dengan perwakilan masyarakat tujuannya
untuk mengungkap kepentingan tersembunyi atau
hal-hal yang tidak dapat disampaikan dalam
pertemuan bersama untuk mewujudkan keadilan
yang menekankan kepada pemulihan pelaku/
korban/ lingkungan masyarakat.
Tahapan Proses Mediasi
Penal
Pra Mediasi Penal
1. Pembukaan oleh Mediator (perkenalan dan
menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan mediasi
penal)
2. Perkenalan Pihak-pihak yang hadir
3. Meditor Menyampaikan Aturan Main :
a. Menyampaikan informasi dalam forum diskusi
b. Jika diperlukan kaukus
c. Tidak boleh menyerang/ menyela,
semua pihak yang hadir diharapkan
menciptakan suasana yang kondusif
d. Sifatnya rahasia
e. Kesepakatan dibuat tertulis
Lanjutan…
4. Mediator (PK BAPAS, Penyidik, JPU HA)
menyampaikan resume dakwaan dan
laporan litmas
5. Mediator memberikan kesempatan kepada
pelaku menyampaikan hal-hal yang
berkaitan dengan pengakuan, permohonan
maaf, penyesalan, dan harapannya
6. Mediator memberikan kesempatan kepada
korban berkaitan dengan keinginan untuk
memberikan maaf serta harapannya
Lanjutan...
7. Mediator memberikan kesempatan kepada
PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial /
Pendamping Anak / KPAI untuk memberikan
informasi tentang kelakuan terdakwa di
lingkungan masyarakat, serta memberikan saran
dalam hal penyelesaian konflik
8. Mediator memberikan kesempatan kepada
Perwakilan masyarakat ( RT, RW, Kepala Desa,
Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Guru, LSM)
untuk memberikan informasi tentang kelakuan
terdakwa di lingkungan masyarakat, serta
memberikan saran dalam hal penyelesaian
konflik
Lanjutan...
9. Mediator mengidentifikasi benang merah
dari hal-hal yang disampaikan pihak-
pihak sebagai opsi penyelesaian konflik
10. Para pihak memilih opsi (negosiasi)
untuk mencapai kesepakatan
perdamaian
11. Draft kesepakatan perdamaian
12. Penandatanganan kesepakatan
perdamaian
 Demi Kepentingan terbaik bagi anak suda selayaknya
aparat penegak hukum menerapkan pendekatan
Restorative Justice sambil menunggu berlakunya UU
Sistem Peradilan Pidana Anak
 Sangat dibutuhkan koordinasi antara Aparat Penegak
Hukum agar terwujudnya Sistem Peradilan Pidana Terpadu
(Integrated Criminal Justice System) untuk menyamakan
persepsi dalam penanganan ABH.
 Dibutuhkan kesadaran dari Aparat Penegak Hukum dalam
menerapkan Restorative Justice lebih menggunakan Moral
Justice (keadilan menurut nurani) dan memperhatikan
Sosial Justice (keadilan masyarakat) selain wajib
mempertimbangkan Legal Justice (keadilan berdasarkan
perundang-undangan) sehingga tercapainya Presice
Justice (Penghargaan tertinggi untuk keadilan).
KESIMPULAN
40
PENUNTUT
UMUM
PANITERA
PENGGANTI
HAKIM
KETUA
HAKIM
ANGGOTA
HAKIM
ANGGOTA
PETUGAS
BAPAS
ORG TUA /
WALI
PENASEHAT
HUKUM
ANAK
MEDIATION ROOM
41
RESTORATIVE JUSTICE / MEDIASI PENAL
Contoh MEDIATION ROOM Pengadilan
Negeri
RESTORATIVE JUSTICE / MEDIASI PENAL
Contoh MEDIATION ROOM di Peng. Negeri
DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt

More Related Content

Similar to DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt

Hukum pidana anak
Hukum pidana anakHukum pidana anak
Hukum pidana anakNakano
 
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptxssuser1519bc
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKsayidmuhfaldy
 
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anakTmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anakKhalid Al Qadri
 
Hukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdfHukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdfitarahmawati20
 
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfSESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfECPAT Indonesia
 
Fenomena hukum restorative justice.ppt
Fenomena hukum restorative justice.pptFenomena hukum restorative justice.ppt
Fenomena hukum restorative justice.pptFajarRachmad2
 
Sistem perlindungan anak di indonesia
Sistem perlindungan anak di indonesiaSistem perlindungan anak di indonesia
Sistem perlindungan anak di indonesiaAmalia Senja
 
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfPertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfYogiYasaWedha
 
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2  2017 ttg PPA PPB.pdfPerda 2  2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdfHerlita5
 
Modul 3 - Pelayanan Hukum
Modul 3 -  Pelayanan HukumModul 3 -  Pelayanan Hukum
Modul 3 - Pelayanan HukumECPAT Indonesia
 
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakperda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakfionarazqa
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptBidangPPdanPA
 

Similar to DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt (20)

Hukum pidana anak
Hukum pidana anakHukum pidana anak
Hukum pidana anak
 
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
- Dr. D.S. Dewi - Mengadili Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.pptx
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
 
PERAN UNIT PPA ASIH.ppt
PERAN UNIT PPA ASIH.pptPERAN UNIT PPA ASIH.ppt
PERAN UNIT PPA ASIH.ppt
 
PERAN UNIT PPA ASIH.ppt
PERAN UNIT PPA ASIH.pptPERAN UNIT PPA ASIH.ppt
PERAN UNIT PPA ASIH.ppt
 
Rj dalam sppa3
Rj dalam sppa3Rj dalam sppa3
Rj dalam sppa3
 
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anakTmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
 
Hukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdfHukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdf
 
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfSESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
 
konsep anak.pdf
konsep anak.pdfkonsep anak.pdf
konsep anak.pdf
 
Fenomena hukum restorative justice.ppt
Fenomena hukum restorative justice.pptFenomena hukum restorative justice.ppt
Fenomena hukum restorative justice.ppt
 
Sistem perlindungan anak di indonesia
Sistem perlindungan anak di indonesiaSistem perlindungan anak di indonesia
Sistem perlindungan anak di indonesia
 
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfPertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
 
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2  2017 ttg PPA PPB.pdfPerda 2  2017 ttg PPA PPB.pdf
Perda 2 2017 ttg PPA PPB.pdf
 
UU Perlindungan Anak
UU Perlindungan AnakUU Perlindungan Anak
UU Perlindungan Anak
 
Modul 3 - Pelayanan Hukum
Modul 3 -  Pelayanan HukumModul 3 -  Pelayanan Hukum
Modul 3 - Pelayanan Hukum
 
81045
8104581045
81045
 
SOSIALISASI KDRT.pptx
SOSIALISASI KDRT.pptxSOSIALISASI KDRT.pptx
SOSIALISASI KDRT.pptx
 
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakperda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
 

Recently uploaded

2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptxshofiyan1
 
FAIL REKOD PERSEDIAN MENGAJAR 2024-25_070508.pptx
FAIL REKOD PERSEDIAN MENGAJAR 2024-25_070508.pptxFAIL REKOD PERSEDIAN MENGAJAR 2024-25_070508.pptx
FAIL REKOD PERSEDIAN MENGAJAR 2024-25_070508.pptxShyLinZumi
 
PPT Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Keprib...
PPT Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Keprib...PPT Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Keprib...
PPT Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Keprib...disnakerkotamataram
 
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdfGOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdfindustrycok
 
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careerspmgdscunsri
 
Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptx
Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptxFail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptx
Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptxShyLinZumi
 

Recently uploaded (6)

2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
2. PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN.pptx
 
FAIL REKOD PERSEDIAN MENGAJAR 2024-25_070508.pptx
FAIL REKOD PERSEDIAN MENGAJAR 2024-25_070508.pptxFAIL REKOD PERSEDIAN MENGAJAR 2024-25_070508.pptx
FAIL REKOD PERSEDIAN MENGAJAR 2024-25_070508.pptx
 
PPT Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Keprib...
PPT Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Keprib...PPT Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Keprib...
PPT Materi Sosiologi Kelas X Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Keprib...
 
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdfGOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
GOYANGTOTOSITUSLOTONLINEGACORANTIRUNAD.pdf
 
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
[InspireHER] Carving Success as Kartini: Strategies in Pursuing Careers
 
Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptx
Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptxFail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptx
Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptx
 

DIVERSI SISvTEM PERADILANereve9fwuyucihwefw8ycwf8dafsn9ccwe PID.ANAK.ppt

  • 2. PENGANTAR  ANAK BUKANLAH MIMIATUR ORANG DEWASA.  Anak sebagai pelaku bukanlah sebagai pelaku murni akan tetapi juga sebagai korban.  Negara-negara di dunia termasuk Negara Republik Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) pada tahun 1990 dengan dilengkapi Instrument Internasional antara lain: Beijing Rules, tanggal 29 November 1985, The Tokyo Rules , tanggal 14 Desember 1990, Riyadh Guidelines, tanggal 14 Desember 1990, dan Havana Rules , tanggal 14 Desember 1990.
  • 3. DASAR HUKUM :  UUD 1945, Pasal 28 B ayat (2) dan Pasal 28 H ayat (2)  UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak  UU No. 12 Tahun 1995 tentang Kemasyarakatan  UU No. 5 Tahun 1998 tentang ratifikasi Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan/Hukuman Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan (Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment).  UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak  UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga  UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban  UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang  UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Diversi, Restorative Justice dan Mediasi)
  • 4. KEBIJAKAN PENEGAK HUKUM  Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1987, tanggal 16 November 1987 tentang Tata Tertib Sidang Anak.  Surat Edaran Jaksa Agung RI SE- 002/j.a/4/1989 tentang Penuntutan terhadap Anak  Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum B-532/E/11/1995, 9 Nov 1995 tentang Petunjuk Teknis Penuntutan Terhadap Anak
  • 5.  MOU 20/PRS-2/KEP/2005 DitBinRehSos Depsos RI dan DitPas DepkumHAM RI tentang pembinaan luar lembaga bagi anak yang berhadapan dengan hukum  Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI MA/Kumdil/31/I/K/2005 tentang kewajiban setiap PN mengadakan ruang sidang khusus & ruang tunggu khusus untuk anak yang akan disidangkan
  • 6. • Himbauan Ketua MARI untuk menghindari penahanan pada anak dan mengutamakan putusan tindakan daripada penjara, 16 Juli 2007 • Peraturan KAPOLRI 10/2007, 6 Juli 2007 tentang Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) dan 3/2008 tentang pembentukan RPK dan tata cara pemeriksaan saksi&/korban TP • TR/1124/XI/2006 dari Kabareskrim POLRI, 16 Nov 2006 dan TR/395/VI/2008 9 Juni 2008, tentang pelaksaan diversi dan restorative justice dalam penanganan kasus anak pelaku dan pemenuhan kepentingan terbaik anak dalam kasus anak baik sebagai pelaku, korban atau saksi
  • 7.  Kesepakatan Bersama antara DEPARTEMEN SOSIAL RI Nomor : 12/PRS-2/KPTS/2009, DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI Nomor : M.HH.04.HM.03.02 Th 2009, DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI Nomor 11/XII/KB/2009, DEPARTEMEN AGAMA RI Nomor : 06/XII/2009, DAN KEPOLISIAN NEGARA RI Nomor : B/43/ XII/2009 tentang Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak Yang Berhadapan dengan Hukum , tanggal 15 Desember 2009  Surat Keputusan Bersama Ketua MAHKAMAH AGUNG RI, JAKSA AGUNG RI, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA RI, MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI SOSIAL RI, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI, NO.166/KMA/SKB/XII/2009, NO.148 A/A/JA/12/2009, NO. B/45/XII/2009, NO.M.HH-08 HM.03.02 TAHUN 2009, NO. 10/PRS-2/KPTS/2009, NO. 02/Men.PP dan PA/XII/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM.
  • 8. UU NO 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak UU NO 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak MENUJU
  • 9. Pergeseran Paradigma Dalam Hukum Pidana Tetang KEADLIAN Restitutive Justice - Menekankan keadilan pemberian ganti rugi Retributive Justice - Menekankan keadilan pada pembalasan - Anak di posisi sebagai objek - Penyelesaian bermasalah hukumtidak seimbang Restorative Justice - Menekankan keadilan pada perbaikan/ pemulihan keadaan - Berorientasi pada korban - Memberikan kesempatan pada pelaku untuk mengungkapkan rasa sesalnya pada korban dan sekaligus bertanggung jawab. - Memberikan kesempatan kepada pelaku dan korban untuk bertemu untuk mengurangi permusuhan dan kebencian. - Mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat - Melibatkan anggota masnyarakat dalam upaya pemulihan.
  • 10. ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. (UU SPPA)
  • 11. BATAS UMUR ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
  • 12. RESTORATIF JUSTICE o Penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadan semula dan bukan pembalasan. SPPA wajib mengutamakan pendekatan RJ
  • 13. DIVERSI Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
  • 14. Kewajiban Diversi  Dalam setiap tingkat pemeriksaan Penyidik, Penuntut umum, dan Hakim wajib menerapkan Diversi.(Pasal 7 ayat 1)  Diversi dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan : a. diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, dan b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana. (Pasal 7 ayat 2)
  • 15. PIHAK PIHAK DALAM DIVERSI  Proses Diversi dilakukan dengan melibatkan Anak dan orangtua/wali, korban dan atau orangtua/wali,Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan (Pasal 8 ayat (1) UU SPPA)
  • 16. TUJUAN DIVERSI  Mencapai perdamaian antara korban dan anak ;  Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan;  Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;  Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi ; dan  Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak . (Pasal 6 UU SPPA)
  • 17. Kekhususan Dalam UU Pengadilan Anak  Hakim, Penuntut Umum, Penyidik, dan Penasehat Hukum, serta petugas lainnya dalam Sidang Anak tidak memakai toga atau pakaian dinas.  Hakim memeriksa perkara anak dalam sidang tertutup. Prosedur ini menjaga kerahasiaan proses penanganan ABH supaya tidak malu dan trauma.
  • 18.  Hakim memerintahkan agar Pembimbing Kemasyarakatan membacakan laporan hasil penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan di persidangan setelah dakwaan dibacakan oleh penuntut umum.  Sebelum hakim mengucapkan putusannnya, hakim memberi kesempatan kepada orang tua, wali, orang tua asuh untuk mengemukakan segala hal ikhwal yang bermanfaat bagi anak.
  • 19.  Terhadap anak dapat dijatuhi pidana atau tindakan : - Mengembalikan kepada orang tua, wali dan orang tua asuh. - Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja ; atau - Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja .  Dalam menjatuhkan hukuman, hakim wajib mempertimbangkan hasil Laporan Penelitian Pemasyarakatan dari petugas BAPAS. Apabila hakim tidak memperhatikan hasil LITMAS tersebut, putusan tersebut batal demi hukum
  • 20. SKEMA RESTORATIVE JUSTICE DALAM PENGADILAN ANAK DI INDONESIA
  • 21. SKEMA RESTORATIVE JUSTICE DI PENGADILAN ANAK DI INDONESIA DIVERSI MEDIASI PENAL RESTORATIVE JUSTICE IMPLEMENTASI DI PN
  • 22. KPN MENUNJUK HAKIM ANAK BERKAS ANAK DITERIMA PENGADILAN NEGERI LITMAS, DAKWAAN, SAKSI /BUKTI / TERDAKWA (KUHAP) SKEMA RESTORATIVE JUSTICE DI PENGADILAN ANAK DI INDONESIA (SURAT KEPUTUSAN BERSAMA / UU NO. 3 TAHUN 1997) SIDANG KUHAP UU 3/97 PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE (MEDIASI PENAL) LAPORAN MASYARAKAT UP2A PENYIDIK (POLISI) JAKSA PENUNTUT UMUM
  • 23. LANJUTAN PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE (MEDIASI PENAL) (HAKIM ANAK,JPU,PH, PK BAPAS ,P/ORTU,K/ORTU, TOKOH MASY.) BERHASIL RJ TIDAK BERHASIL RJ KESE- PAKATA N SIDANG KUHAP UU 3/97 REQ PS 24 TINDAKAN PLEDOI KESEPAKATAN PUTUSAN PS.24 TINDAKAN PUTUSAN BHT
  • 25. SKEMA DIVERSI MEDIASI PENAL RESTORATIVE JUSTICE UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA
  • 26. UP2A PENYIDIK (POLISI) 7 HARI Forum Mediasi Penal RESTORATIVE JUSTICE Penyidik / UPPA, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak / KPAI, Perwakilan masyarakat LAPORAN MASYARAKAT BERHASIL KESEPAKATAN LAPORAN PENYIDIK / BA SKEMA DIVERSI / RESTORATIF JUSTICE (UU SPPA) PENETAPAN KPN 3 HARI DIVERSI 30 HARI TIDAK BERHASIL BERKAS DILIMPAHKAN KE PENUNTUT UMUM PEMULIHAN
  • 27. KAJARI MENUNJUK JAKSA ANAK 7 HARI Forum Mediasi Penal RESTORATIVE JUSTICE Penuntut Umum, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak / KPAI, Perwakilan masyarakat BERKAS DITERIMA KEJARI BERHASIL KESEPAKATAN LAPORAN JPU/ BA LANJUTAN PENETAPAN KPN (DIVERSI) 3 HARI DIVERSI 30 HARI TIDAK BERHASIL BERKAS DILIMPAHKAN KEPENGADILAN
  • 28. KPN MENUNJUK HAKIM ANAK 7 HARI Forum Mediasi Penal RESTORATIVE JUSTICE Hakim Anak, JPU Anak, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak / KPAI, Perwakilan masyarakat BERKAS DITERIMA PENGADILA N NEGERI 3 HARI BERHASIL KESEPAKATAN LAPORAN HA/ BA LANJUTAN PENETAPAN KPN ( DIVERSI) 3 HARI DIVERSI 30 HARI TIDAK BERHASIL SIDANG DILANJUTKAN (KUHAP UU SPPA)
  • 30. MEDIASI PENAL  Mediasi adalah cara penyelesaian perkara pidana anak melalui proses perundingan yang melibatkan pelaku, korban, keluarga mereka, dan pihak lain yang terkait untuk memperoleh kesepakatan perdamaian dengan dibantu Mediator  Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian perkara tanpa menggunakan cara memutus.
  • 31. PIHAK-PIHAK (Diversi/Mediasi di Penyidikan) 1. Penyidik / UPPA (Mediator) 2. PK BAPAS (Co. Mediator) 3. Pelaku / Orang Tua 4. Korban (Anak didampingi orang tua) 5. Penasehat Hukum Anak 6. PEKSOS (Pekerja Sosial) / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak / KPAI 7. Perwakilan masyarakat ( RT, RW, Kepala Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Guru, LSM)
  • 32. PIHAK-PIHAK (Diversi/Mediasi di Penuntutan) 1. Jaksa Penuntut Umum Anak (Mediator) 2. PK BAPAS (Co. Mediator) 3. Pelaku / Orang Tua 4. Korban (Anak didampingi orang tua) 5. Penasehat Hukum Anak 6. PEKSOS (Pekerja Sosial) / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak / KPAI 7. Perwakilan masyarakat ( RT, RW, Kepala Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Guru, LSM)
  • 33. PIHAK-PIHAK (Diversi/Mediasi di Pengadilan) 1. Hakim Anak (Mediator) 2. Jaksa Penuntut Umum Anak (Co. Mediator) 3. PK BAPAS (Co. Mediator) 4. Pelaku / Orang Tua 5. Korban (Anak didampingi orang tua) 6. Penasehat Hukum Anak 7. PEKSOS (Pekerja Sosial) / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak / KPAI 8. Perwakilan masyarakat ( RT, RW, Kepala Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Guru, LSM)
  • 34. Pertemuan Mediasi Penal : 1. Pertemuan bersama (Joint Meeting) : dihadiri mediator dan para pihak 2. Pertemuan terpisah (Kaukus) : Jika diperlukan mediator bertemu dengan korban dan pelaku secara terpisah. Dimungkinkan pertemuan mediator dengan perwakilan masyarakat tujuannya untuk mengungkap kepentingan tersembunyi atau hal-hal yang tidak dapat disampaikan dalam pertemuan bersama untuk mewujudkan keadilan yang menekankan kepada pemulihan pelaku/ korban/ lingkungan masyarakat.
  • 35. Tahapan Proses Mediasi Penal Pra Mediasi Penal 1. Pembukaan oleh Mediator (perkenalan dan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan mediasi penal) 2. Perkenalan Pihak-pihak yang hadir 3. Meditor Menyampaikan Aturan Main : a. Menyampaikan informasi dalam forum diskusi b. Jika diperlukan kaukus c. Tidak boleh menyerang/ menyela, semua pihak yang hadir diharapkan menciptakan suasana yang kondusif d. Sifatnya rahasia e. Kesepakatan dibuat tertulis
  • 36. Lanjutan… 4. Mediator (PK BAPAS, Penyidik, JPU HA) menyampaikan resume dakwaan dan laporan litmas 5. Mediator memberikan kesempatan kepada pelaku menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pengakuan, permohonan maaf, penyesalan, dan harapannya 6. Mediator memberikan kesempatan kepada korban berkaitan dengan keinginan untuk memberikan maaf serta harapannya
  • 37. Lanjutan... 7. Mediator memberikan kesempatan kepada PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak / KPAI untuk memberikan informasi tentang kelakuan terdakwa di lingkungan masyarakat, serta memberikan saran dalam hal penyelesaian konflik 8. Mediator memberikan kesempatan kepada Perwakilan masyarakat ( RT, RW, Kepala Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Guru, LSM) untuk memberikan informasi tentang kelakuan terdakwa di lingkungan masyarakat, serta memberikan saran dalam hal penyelesaian konflik
  • 38. Lanjutan... 9. Mediator mengidentifikasi benang merah dari hal-hal yang disampaikan pihak- pihak sebagai opsi penyelesaian konflik 10. Para pihak memilih opsi (negosiasi) untuk mencapai kesepakatan perdamaian 11. Draft kesepakatan perdamaian 12. Penandatanganan kesepakatan perdamaian
  • 39.  Demi Kepentingan terbaik bagi anak suda selayaknya aparat penegak hukum menerapkan pendekatan Restorative Justice sambil menunggu berlakunya UU Sistem Peradilan Pidana Anak  Sangat dibutuhkan koordinasi antara Aparat Penegak Hukum agar terwujudnya Sistem Peradilan Pidana Terpadu (Integrated Criminal Justice System) untuk menyamakan persepsi dalam penanganan ABH.  Dibutuhkan kesadaran dari Aparat Penegak Hukum dalam menerapkan Restorative Justice lebih menggunakan Moral Justice (keadilan menurut nurani) dan memperhatikan Sosial Justice (keadilan masyarakat) selain wajib mempertimbangkan Legal Justice (keadilan berdasarkan perundang-undangan) sehingga tercapainya Presice Justice (Penghargaan tertinggi untuk keadilan). KESIMPULAN
  • 42. RESTORATIVE JUSTICE / MEDIASI PENAL Contoh MEDIATION ROOM Pengadilan Negeri
  • 43. RESTORATIVE JUSTICE / MEDIASI PENAL Contoh MEDIATION ROOM di Peng. Negeri