Teks tersebut merupakan bagian dari skripsi yang membahas tentang implementasi pengendalian internal sistem informasi pada perusahaan multifinance. Ringkasannya adalah: skripsi ini menganalisis pengendalian internal sistem informasi yang dilakukan perusahaan multifinance, meliputi sistem pengamanan akses, otorisasi transaksi sesuai jabatan, dan pemisahan tugas untuk mencegah penyimpangan.
Pengendalian Internal Sistem Informasi Perusahaan Multi Finance
1. IMPLEMENTASI PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SISTEM INFORMASI PADA
PERUSAHAAN MULTI FINANCE
Dosen:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Dibuat Oleh:
Yovie Aulia Dinanda
55518110057
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2018
2. ABSTRAK
Pengendalian Internal merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan yang bertujuan
agar semua rencana perusahaan dapat tercapai. Pengendalian internal mempunyai peranan
yang penting untuk dapat mendeteksi, mencegah kecurangan serta melindungi asset
perusahaan. Pengendalian internal pada perusahaan bertujuan agar laporan keuangan yang
dihasilkan dapat diandalkan, tujuan perusahaan dapat dicapai tepat waktu serta kepatuhan
terhadap hukum dan regulasi.
Tujuan penulisan ini ingin mengetahui implementasi pengendalian internal atas sistem
informasi pada Perusahaan Multi Finance. Penilitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan studi literature dalam bidang keilmuan Sistem informasi dan Pengendalian Internal,
Informasi didapatkan dari artikel, modul dan internet. Disamping itu berdasarkan pengalaman
empiris serta pengamatan langsung pada objek penelitian Perusahaan Multi
Finance dan pada unit analisis Departemen/ bagian MIS/EDP
Perusahaan Multi Finance semakin menyadari bahwa pengendalian internal sangat penting
dilakukan untuk memastikan terjaganya kekayaan dan sumber daya perusahaan. Perusahaan
Multi Finance sudah menjalankan pengendalian internal dengan baik sepertisistem
pengendalian ID dan kata sandi yang diwajibkan untuk akses masuk oleh user yang
berotorisasi, Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan pengesahan (otorisasi)
manajemen yang telah ditentukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya serta pemisahan tugas.
Kata kunci: Pengendalian Internal
3. BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian Internal merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan yang
bertujuan agar semua rencana perusahaan dapat tercapai. Pengendalian internal
mempunyai peranan yang penting untuk dapat mendeteksi, mencegah kecurangan serta
melindungi asset perusahaan. Pengendalian internal pada perusahaan bertujuan agar
laporan keuangan yang dihasilkan dapat diandalkan, tujuan perusahaan dapat dicapai
tepat waktu serta kepatuhan terhadap hukum dan regulasi.
Menurut terbitan yang dikeluarkan AICPA pada tahun 1947, pengendalian internal
sangat penting bagi suatu perusahaan karena faktor – faktor berikut ini:
1. Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan tersebar luas
sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan dan analisis untuk
mengendalikan operasi secara efektif.
2. Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian internal yang
baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi
kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.
3. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan perusahaan
dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungkan pada sistem pengendalian
internal klien
Selanjutnya pada bulan Oktober 1987 atau 40 tahun kemudian sejak terbitan AICPA
tahun 1947, National Commission on Fraundulent Financial Reporting (Treadway
Commission) menekankan ulang pentingnya pengendalian internal dalam mengurangi
kejadian pelaporan yang curang. Laporan terakhir komisi ini berisi hal – hal berikut:
1. Penekanan atas pentingnya mencegah pelaporan keuangan yang curang merupakan
“suasana yang ditetapkan oleh manajemen puncak” yang mempengaruhi lingkungan
perusahaan di mana pelaporan keuangan dibuat.
2. Semua perusahaan publik harus memelihara pengendalian internal yang akan
menyediakan keyakinan yang memadai bahwa pelaporan keuangan yang curang akan
dicegah atau dideteksi lebih awal.
3. Organisasi yang mensponsori commission harus bekerjasama dalam
mengembangkan pedoman tambahan mengenai sistem pengendalian internal
Sebagai kelanjutan dari penerbitan laporan commission, pada tahun 1988
ASB (Auditing Standards Board) menerbitkan SAS 55, consideration of the internal
control structure in a financial statement audit (AU 319). SAS secara signifikan
memperluas baik arti pengendalian internal maupun tanggung jawab auditor dalam
memenuhi standar pekerjaan lapangan.
Perusahaan Multi Finance mempunyai perhatian yang sangat besar dalam pengendalian
internal perusahaan. Perusahaan Multi Finance menyadari bahwa pengendalian internal
ini sangat penting dilakukan untuk memastikan terjaganya kekayaan dan sumber daya
perusahaan. Semakin besar entitas usaha dengan proses yang semakin kompleks dan
jumlah karyawan yang semakin bertambah, perusahaan semakin menyadari
4. pengendalian internal menjadi sebuah isu untuk menutup celah dari sistem internal yang
masih terus dalam proses perbaikan.
Berdasarakan uraian di atas maka saya tertarik untuk menganalisis pengendalian
internal atas sistem informasi yang ada pada Perusahaan Multi Finance
B. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana implementasi pengendalian internal atas sistem informasi pada
perusahaan Multi Finance?
2. Apa kendala pada pengendalian internal atas sistem informasi pada perusahaan Multi
Finance?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi implementasi pengendalian internal pada sistem infromasi pada
perusahaan Multi Finance.
2. Mengetahui kendala pada pengendalian internal atas sistem informasi pada
perusahaan Multi Finance.
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengendalian Internal
Pengendalian internal, sebagian ada yang menyebut pengendalian
intern atau pengawasan internal, adalah istilah yang diserap dari internal controls.
Istilah tersebut merujuk pada proses di dalam entitas (organisasi, termasuk perusahaan),
dipengaruhi oleh dewan komisaris (atau dewan pengawas serupa), manajemen, dan
personel lainnya, dirancang untuk memberikan jaminan yang layak agar entitas
mencapai tujuan-tujuannya.
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian internal atau kontrol intern
didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan
sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu
tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk
mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan
penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber
daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud
(seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual sepertimerek dagang).
B. Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian intern adalah menjamin manajemen perusahaan/organisasi/entitas
agar:
1. Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai.
2. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya.
3. Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber
daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana
menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi
yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
C. Komponen Pengendalian Internal
Kerangka pengendalian internal COSO (2013) menetapkan lima komponen
pengendalian internal:
6. 1. Suasana atau lingkungan pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian mencakup standar, proses, dan struktur yang menjadi
landasan terselenggaranya pengendalian internal di dalam organisasi secara
menyeluruh. Lingkungan pengendalian tercermin dari suasana dan kesan yang
diciptakan dewan komisaris dan manajemen puncak mengenai pentingnya
pengendalian internal dan standar perilaku yang diharapkan. Managemen
mempertegas harapan atau ekspektasi itu pada berbagai tingkatan organisasi. Sub-
komponen lingkungan pengendalian mencakup integritas dan nilai etika yang dianut
organisasi; parameter-parameter yang menjadikan dewan komisaris mampu
melaksanakan tanggung jawab tata kelola; struktur organisasi serta pembagian
wewenang dan tanggung jawab; proses untuk menarik, mengembangkan, dan
mempertahankan individu yang kompeten; serta kejelasan ukuran kinerja, insentif,
dan imbalan untuk mendorong akuntabilitas kinerja. Lingkungan pengendalian
berdampak luas terhadap sistem pengendalian internal secara keseluruhan.
2. Penilaian risiko (risk assessment)
COSO merumuskan definisi risiko sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian
yang akan berdampak merugikan bagi pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi
organisasi bisa bersifat internal (berasal dari dalam) ataupun eksternal (bersumber
dari luar). Penilaian risiko adalah proses dinamis dan berulang (iteratif) untuk
mengenali (identifikasi) dan menilai (analisis) risiko atas pencapaian tujuan. Risiko
yang teridentifikasi selanjutnya dibandingkan dengan tingkat toleransi risiko yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, penilaian risiko menjadi landasan bagi
pengelolaan atau manajemen risiko. Salah satu prakondisi bagi penilaian risik0
adalah penetapan tujuan-tujuan yang saling terkait pada berbagai tingkatan entitas.
Manajemen harus menetapkan tujuan dalam kategori operasi, pelaporan keuangan,
dan kepatuhan dengan jelas sehingga risko-risiko terkait bisa diidentifikasi dan
dianalisis. Manajemen juga harus mempertimbangkan kesesuaian tujuan dengan
entitas. Penilaian risiko mengharuskan manajemen untuk mempertimbangkan
dampak perubahan lingkungan eksternal serta perubahan model bisnis entitas itu
sendiri yang berpotensi mengakibatkan pengendalian internal yang ada tidak efektif
lagi.
3. Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas-aktivitas pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan
melalui satu set kebijakan dan prosedur (misalnya prosedur operasi standar atau
SOP) untuk membantu memastikan dilaksanakannya arahan manajemen dalam
rangka meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan. Aktivitas-aktivitas
pengendalian dilaksanakan pada semua tingkatan entitas, pada berbagai tahap proses
bisnis, dan dalam setting atau konteks teknologi yang digunakan. Aktivitas
pengendalian ada yang bersifat preventif atau detektif, Aktivitas pengendalian juga
bisa manual atau otomatis, contohnya adalah aktivitas otorisasi dan persetujuan,
verifikasi, rekonsiliasi, dan evaluasi kinerja. Pembagian tugas harus erat terkait
dengan dengan proses pemilihan dan pengembangan aktivitas pengendalian. Jika
pembagian tugas dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih dan
mengembangkan alternatif aktivitas pengendalian.
4. Informasi dan komunikasi (information and communication)
7. Entitas memerlukan informasi demi terselenggaranya tanggung jawab pengendalian
internal yang mendukung pencapaian tujuan. Manajemen harus memperoleh,
menghasilkan, dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik yang
berasal dari sumber internal maupun eksternal, untuk mendukung komponen-
komponen pengendalian internal lainnya berfungsi sebagaimana mestinya.
Komunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam kerangka pengendalian internal
COSO adalah proses iteratif dan berkelanjutan untuk memperoleh, membagikan,
dan menyediakan informasi. Komunikasi internal harus menjadi sarana diseminasi
informasi di dalam organisasi, baik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, maupun
lintas fungsi.
5. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi
dari keduanya yang dimaksudkan untuk memastikan tiap-tiap komponen
pengendalian internal ada dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Organisasi, baik perusahaan maupun pemerintah, biasanya memiliki unit audit internal
yang menjadi penopang terselenggaranya pengendalian internal dan bertanggung jawab
langsung kepada manajer puncak atau dewan pengawas.
D. Pengendalian Internal pada Sistem Informasi Akuntansi
Pengendalian Internal Berbasis Informasi, menurut James A. Hall 2004
1. Otorisasi Transaksi
Secara tradisional proses otorisasi hanya memproses transaksi yang sah dalam ruang
lingkup otoritas yang telah ditentukan:
Contoh: dalam sistem pembelian manual, pembelian persediaan dari pemasok yang
ditunjuk ketika tingkat persediaan mencapai titik pemesanan kembali memerlukan
otorisasi oleh Jawatan lebih tinggi seperti mana digambarkan flowchat pembelian
barang dan prosedur pihak – pihak yang terkait disemester lalu kita pelajari.
Beda dengan lingkungan CBIS (Computer Based Information System) atau sistem
informasi Akuntansi berbasis computer, transaksi seringkali di otorisasi oleh
peraturan yang sudah terprogram dalam program komputer.
Misalnya: sebuah sistem pembelian akan menentukan kapan, berapa banyak dana
dari pemasok mana persediaan – persediaan tersebut dipesan. Transaksi tersebut
dapat dilakukan secara otomatis tanpa melibatkan manusia. Namun demikian sulit
untuk untuk menentukan apakah transaksi ini sesuai dengan keinginan manusia, dan
tentu saja proses produk pesanan tidak harus dilakukan pasokan barang setiap saat
karna memerlukan tempat penyimpanan yang lebih lanjut walaupun di database
informasi menentukan untuk meng-order kembali bahan mentah yang telah habis
tersebut (atau perusahaan hanya membeli pasokan bahan baku ketika dibutuhkan
atau tidak), atau persediaan dibeli oleh pemasok yang telah disetujui, karna
prosedur otorisasi otomatis pembelian ini tidak diawasi oleh pihak manajemen.
Dalam lingkungan pengendalian internal berbasi sistem informasi dibutuhkan
tanggung jawab otorisasi yang tepat terletak pada ketepatan dan integritas program
komputer yang melakukan tugas ini.
2. Pemisahan Tugas
8. 3. Dalam sebuah sistem manual akuntansi, salah satu bentuk pengendalian internal
ialah pemisahan tugas tugas yang bertentangan selama proses transaksi oleh satu
otorisasi ke otorisasi yang lain.
Para individu diberikan tanggung jawab masing – masing seperti terlampir di Job
Descriptionnya masing – masing dimana penipuan hanaya bisa terjadi jika ada kolusi dari
dua individu atau lebih yang tidak saling bersesuaian tugas – tugasnya.
Namun pada lingkungan CBIS atau Sistem Informasi Akuntansi tidak sama dengan manual,
bahwasanya sebuah program komputer dapat melakukan banyak tugas yang tidak dapat
dilakukan dalam lingkungan manual,
Contoh : sebuah program komputer dapat mengotorisasi pembelian, proses pesanan
pembelian, dan rekord untuk utang usaha, ketika faktur Produk Pesanan/Job Order masuk di
entry oleh End User (Data Entry) sebuah program dapat merekonsiliasi ke pesanan pembelian,
dan menentukan jumlah hutang yang akan dibayar/ kas yang akan dibayar dan mencetak form
pembayaran/utang.
Ini bukan berarti pemisahan tugas tidak berperan dalam lingkungan sistem informasi
akuntansi berbasi CBIS, namun penekanan pengendalian bergeser ke aktifitas - aktifitas yang
dapat mengancam integritas aplikasi,
Maka fungsi – fungsi programlah yang harus terpisah seperti, aktifitas pengembangan
program, operasi program, dan pemeliaharaan program, yang ada pada sistem informasi
akuntansi yakni DBS (database manajemen sistem) yang mengawasinya ialah DBA database
administrator yang sudah dirancang oleh programer.
3. Pengawasan
Bahwasanya perusahaan membutuhkan dan mempekerjakan personel
Personel yang “kompeten dan dapat dipercaya” mendukung efisiensi pengawasan , karna
perusahaan dapat membangun jangkauan pengendalian, dimana seorang manajer dapat
mengawasi beberapa karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibawah tanggung jawabnya,
dalam sistem manual pengendalian cenderung bersifat langsung dimana manajer dan lini-lini
karyawannya berada pada satu lokasi fisik yang sama.
Dalam lingkungan CBIS, terwujudnya sistem informasi akuntansi yang berteknologi
komputerisasi pengawasan harus lebih besar untuk beberapa alasan:
a. Teknologi pemroresan data menjadi sebuah informasi pada komputer menciptakan
lingkungan yang semakin rumit, menuntut adanya karayawan dengan keahlian yang unik dan
ber Hi-Tech ataupun melek teknologi dan Basis Data Informasi.
b. Sebagian profesional sistem, berada dalam posisi otoritas yang mengizinkan akses
langsung dan tidak terbatas ke berbagai program dan data organisasi, dimana contoh: akses
oleh Password dan ID yang dapat diperoleh untuk mengoleksi data dan informasi dalam
pekerjaan.
c. Alasan ketiga, ketidakmampuan pihak manajemen untuk mengamati para karyawan
secara memadai dalam lingkungan CBIS.
Contoh: Dimana personel pemroresan data (DBA) mungkin berdomisili di beda tempat
dengan Pengguna, menjalankan fungsi mereka dari jauh secara elektronik, jadi pengendalian –
pengendalian pengawasan dirancang untuk mengompensasi kurangnya pengawasan secara
langsung.
9. 4. Catatan Akuntansi
Dalam akuntansi manual, organisasi harus menyimpan catatan akuntansi dalam bentuk
dokumen asli/arsip/sumber, jurnal dan buku besar, serta laporan – laporan keuangan. Catatan
– catatan tersebut menjadi jejak audit untuk informasi – informasi uang dapat digunakan
menelusuri transaksi saat dimulai sampai pada disposisi terakhir, dalam wujud kualitas sistem
informasi akuntansi yang dapat diverifikasi.
Dalam akuntansi berbasis sistem informasi database/komputerisasi CBIS, catatan – catatan
tersebut tidak diperlukan fisihknya, namun diperlukan softcopynya berbentuk PDF, XPS,
JPEG,dll lalu di filekan secara magnetis diberbagai alat penyimpanan besar seperti Filezilla
dan macam – macam storage lainya.
Jurnal dalam makna tradisional tidak ada dalam lingkungan CBIS, namun sebagai gantinya
ayat jurnal atau catatan transaksi yang sesuai sering dipisahkan dan disimpan dalam file basis
data yang dinormalisasi. Jejak audit untuk mengverifikasi antara catatan magnetis ini bisa
berupa pointer, teknik hashing, indeks dan kunci yang dilekatkan. Untuk memenuhi tanggung
jawabnya pihak manajemen perusahaan, akuntan, auditor harus memahami prinsip – prinsip
operasional dari sistem manajemen data yang digunakan tersebut.
5. Pengendalian Akses
Akses ke aktiva perusahaan ataupun Keuangan perusahaan yang ada disistem harus dibatasi
hanya pada personel yang memiliki otoritas seperti penggunaan USER ID dan PASSWORD,
terdapat dua ancaman pada sistem informasi akuntansi: ancaman penipuan komputer dan
bencana alam.
E. Proses Pengendalian Internal yang baik pada Sistem Informasi Akuntansi
Untuk mencegah terjadinya kerugian – kerugian dalam pengendalian internal pada sistem
informasi akuntansi, pengendalian internal pada sistemnya informasinya menurut James A.
Hall sebagai berikut:
a. Keamanan Sistem Operasi
Keamanan sistem operasi melibatkan kebijakan, prosedur dan pengendalian yang menentukan
siapa saja yang dapat mengakses sisem operasi, sumber daya (file, program, printer) dan
tindakan apa saja yang dapat mere lakukan.
Berikut dibawah ini komponen kemanan yang terdapat pada sebuah sistem operasi:
1. Prosedur LOG- ON, sistem pengendalian ID dan kata sandi yang diwajibkan untuk
akses masuk oleh user yang berotorisasi
2. Kartu Akses, semua informasi batasan batasan akses pengguna terdapat pada sistem
informasi dalam kartu akses, berfungsi untuk meyetujui semua tindakan yang berusaha
dilakukakn oleh pengguna terhadap sesi tersebut.
3. Daftar Pengendalian Akses, seperti direktori , file program dan printer dikendalikan oleh
sebuah daftar akses setiap sumber daya. Daftar ini mendefinisikan hak istimewa akses untuk
semua pengguna sumber daya yang sah.
4. Pengendalian akses diskresioner, dimana administrator pusat biasanya menentukan siapa
yang memperoleh akses ke sumber daya sistem operasi tertentu dan mempertahankan daftar
pengendalian aksesnya.
10. Namun para pemilik sumber daya dalam daftar akses ini dapat diberikan pengendalian akses
diskresioner, yang memungkinkan mereka bisa memberikan hak istimewa kepada pengguna
lainnya.
Misalnya: kontroler yang berhak atas buku besar umum, memberikan hak istimewanya untuk
dibaca (read only) kepada jabatan yang lain diberikan hak istimewa tersebut.
b. Pengendalian terhadap Virus dan Program dekstruktif lainnya
Virus dan program – program penghancur lainnya dapat merugikan informasi yang terdapat
pada sistem informasi akuntansi, maka layak diberikan piranti lunak yang asli dan bersegel,
menginstal dan upgrade antivirus dan pencegahan lainnya.
F. Pengendalian Internal Melakukan Tiga Fungsi Penting
Pengendalian internal melakukan tiga fungsi penting (Romney and Steinbart, 2015) :
1. Pengendalian Preventif adalah pengendalian yang dilakukan untuk mencegah masalah
sebelum mereka muncul.
Contoh pada perusahaan: mempekerjakan personil yang berkualitas, memisahkan tugas
karyawan, membuat standar operasional prosedur dan mengendalikan akses fisik ke aset dan
informasi.
2. Pengendalian Detektif adalah pengendalian yang dilakukan untuk menemukan masalah
yang tidak dicegah dan mencari akar permasalahan
Contoh pada perusahaan : termasuk duplikat pemeriksaan perhitungan, mempersiapkan
rekonsiliasi bank dan saldo pemeriksaan bulanan dan melakukan audit
3. Pengendalian Korektif adalah pengendalian untuk mengidentifikasi dan maupun
memperbaiki dan memulihkan kembali sistem akibat error serta benar dan pulih dari
kesalahan yang dihasilkan.
Contoh pada perusahaan : menjaga salinan cadangan dari file, mengoreksi kesalahan entri
data, dan mengumpulkan transaksi untuk diproses selanjutnya.
11. BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penilitian ini adalah metode kualitatif dengan studi literature dalam bidang
keilmuan Sistem informasi dan Pengendalian Internal, Informasi didapatkan dari artikel,
modul dan internet . Disamping itu berdasarkan pengalaman empiris serta pengamatan
langsung pada objek penelitian Perusahaan Multi Finance dan pada unit analisis
Departemen/ bagian MIS/EDP.
12. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan . Sistem informasi padaPerusahaan
Multi Finance telah mendukung semua operasional bisnis perusahaan, mulai dari tahap awal
yaitu proses usaha pembiayaan hingga pada pengambilan keputusan. Sistem
informasi Perusahaan Multi finance selalu berorientasi pada efisiensi kinerja
operasional. Sistem informasi semua saling terintegrasi agar operasional bisnis perusahaan
dapat berjalan dengan semakin optimal dan semakin memberikan pelayanan yang
terbaik kemudahan layanan bagi konsumen serta manfaat yang besar bagi mitra usaha.
Sistem informasi yang digunakan perusahaan multi finance, merupakan sistem informasi yang
dibuat dan terus dikembangkan sendiri oleh Perusahaan Multi finance.
4.1 Sistem Informasi Aplikasi Inti (AOL )
Sistem informasi untuk kegiatan operasional bisnisnya merupakan sistem informasi aplikasi
inti selama ini sudah mendukung semua operasional bisnis perusahaan. Mulai dari tahap awal
pembiayaan, proses persetujuan, pembiayaan, penilian kredit nasabah, dan pencatatan
transaksi akuntansi sudah dilakukan semua dalam sistem informasi ini.
Sistem informasi aplikasi inti ini sudah memiliki kelebihan
1. menu - menu yang sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan.
2. Selalu terus dikembangkan dengan adanya menu – menu baru sesuai dengan perubahan
bisnis yang dinamis dan cepat
Pengendalian internal yang dilakukan perusahaan dengan adanya sistem informasi ini adalah
1. Setiap kayawan / user memiliki ID dan password yang berbeda
2. Password selalu diganti secara rutin tiap 1 bulan
3. Bila user ID terblokir , user dapat mereset password sendiri pada menu yang ada.
4. Setiap user hanya dapat mengakses ke menu – menu yang sesuai dengan job desknya
Kendala yang dialami saat ini adalah
1. Apabila terjadi deploy sistem informasi aplikasi inti kadang mengalami error, sehingga
menyebabkan sistem informasi aplikasi inti tidak berjalan dengan optimal karena error yang
terjadi kadang mengganggu integrasi data pada sistem informasi aplikasi inti
2. Kadang bila jaringan sedang ramai atau load, sistem informasi aplikasi inti ini
sering menjadi lambat untuk diakses
3. Adanya pergantian karyawan, menyebabkan kurang memahami cara pengoperasian
sistem informasi sehingga akan membuat aktivitas operasional menjadi tidak optimal
4.2 Sistem Informasi Aktiva Tetap (FAMS)
Sistem Informasi aktiva tetap merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengelola
aktiva perusahaan mulai dari proses pembelian, pengadaan, service , mutasi aktiva,
perhitungan depresiasi asset dan penjualan aktiva. Sistem informasi aktiva tetap
(FAMS) juga, mengeluarkan laporan aktiva tetap untuk memenuhi kebutuhan bagian
accounting.
13. Pengendalian internal yang dilakukan perusahaan dengan adanya sistem informasi aktiva
tetap:
1. Untuk akses ke sistem informasi aktiva tetap, Bila di dipergunakan pada tingkat cabang
hanya diperuntukkan bagi Atasan (kepala cabang), Atasan GA dan karyawan yang menangani
urusan General Affairs . Untuk dikantor pusat hanya diperuntukkan bagi procurement dan
Accounting pusat
2. Password selalu diganti secara rutin tiap 1 bulan
3. Setiap user hanya dapat mengakses ke menu – menu yang sesuai dengan job desknya.
4. Setiap pembelian aktiva tetap dan permintaan service asset harus disetujui atasan
Kendala yang dialami saat ini adalah
1. Terdapat data aktiva yang kadang – kadang tidak dimuncul pada sistem informasi asset
tetap
2. bila jaringan sedang ramai atau load, sistem informasi aktiva tetap ini sering menjadi
lambat untuk diakses
4.3 Sistem Informasi Report Accounting (AD1REPORT)
Sistem Informasi yang berbasis aplikasi web yang menyediakan report untuk bagian
accounting yaitu report yang mendukung data laporan keuangan perusahaan seperti General
Ledger, Trial Balance, Report Cashflow, Report Laba Rugi, Konsol dll.
Pengendalian internal yang dilakukan perusahaan dengan adanya sistem informasi report
untuk accounting :
1. Sistem informasi report untuk accounting hanya diperuntukkan untuk accounting pusat
sehingga hanya bisa diakses oleh accounting pusat
2. Setiap kayawan / user memiliki ID dan password yang berbeda
Kendala yang dialami saat ini adalah:
Sering mengalami error saat akan mengakses report, error ini dikarenakan sistem informasi
tidak terkoneksi ke database disebabkan karena jaringan yang sedang ramai
4.4 Sistem Informasi Workflow Pengajuan Dana dan Proposal
merupakan aplikasi workflow yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam
meningkatkan efisiensi proses yang terkait dengan permintaan persetujuan yang selama ini
dilakukan secara manual (paper-based approval processes). Secara keseluruhan,
sistem workflow ini memberikan manfaat dalam meningkatkan control dan efisiensi karena
seluruh prosesnya dilakukan secara elektronik sehingga transparan dan termonitor.
Pengendalian internal yang dilakukan perusahaan dengan adanya sistem informasi workflow
pengajuan dana dan Proposal
1. Setiap kayawan / user memiliki ID dan password yang berbeda
2. Password selalu diganti secara rutin tiap 1 bulan
3. Semua jenis permohonan pengajuan dana dan Proposal yang ada harus disetujui atasan
dan ada yang harus disetujui pihak – pihak Manager up yang lain yang dikantor pusat .
14. Rekomendasi untuk kendala pengendalian internal pada sistem informasi perusahaan Multi
Finance
1. Perlu adanya perbaikan dan langkah – langkah yang tepat saat melakukan uji coba
pengembangan atau perbaikan sistem informasi tersebut sehingga deploy sistem informasi
dapat berjalan dengan baik
2. Perlu adanya modul yang lengkap mengenai penggunaan sistem informasi aplikasi inti
dan training mengenai penggunaan sistem informasi aplikasi inti, sehingga walaupun terjadi
pergantian karyawan, karyawan yang baru atau yang menggantikan dapat menggunakan
sistem informasi tersebut dengan baik
3. Jaringan yang ada harus terus dilakukan pengecekan, maintenance, dan perbaikan agar
semua sistem informasi perusahaan multi finance dapat berjalan dengan optimal
Sistem Pengendalian Internal pada Perusahaan Multi Finance
Pengendalian internal pada perusahaan Multi Finance meliputi pengendalian keuangan dan
pengendalian operasional.
Pengendalian keuangan terdiri dari struktur organisasi, prosedur-prosedur dan sistem
pencatatan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengamanan harta kekayaan Perusahaan
dan dapat dipercayanya catatan keuangan serta konsekuensinya. Struktur organisasi, prosedur
dan sistem pencatatan itu disusun untuk memberikan jaminan yang cukup dalam arti:
1. Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan pengesahan (otorisasi) manajemen yang
telah ditentukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
2. Transaksi-transaksi dicatat untuk
a. memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip auntansi sesuai
standar akuntansi yang berlaku atau kriteriakriteria lain yang perlu untuk laporan laporan
tersebut dan
b. menunjukkan pertanggungjawaban atas pengelolaan harta kekayaan perusahaan.
3. Penggunaan harta kekayaan Perusahaan hanya diperbolehkan bila sesuai dengan
otorisasi Manajemen.
4. Tanggung jawab atas pencatatan harta kekayaan Perusahaan dibandingkan dengan harta
kekayaan yang ada setiap waktu tertentu dan diambil tindakan yang perlu bila ada perbedaan-
perbedaan.
Pengendalian Operasional meliputi struktur organisasi dan prosedur – prosedur serta catatan –
catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
pengesahan (otorisasi) transaksi – transaksi oleh Manajemen.
Pengesahan/otorisasi tersebut merupakan fungsi manajemen yang secara langsung
berhubungan dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan – tujuan perusahaan dan
merupakan titik awal untuk menyusun pengawasan keuangan atas transaksi -transaksi.
Jajaran tertinggi perusahaan (Management perusahaan) perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk terus menerapkan sistem pengendalian internal yang baik untuk mencapai tujuan
perusahaan . Pengendalian internal perusahaan dijalankan mulai dari Direksi, Audit internal
dan semua karyawan. Sedangkan Komisaris memiliki tanggung jawab dalam pengawasan
untuk memastikan terselenggaranya pengendalian internal dalam setiap kegiatan usaha
perusahaan pada setiap jenjang organisasi
15. Implementasi pengendalian internal perusahaan Multi Finance meliputi lingkungan
pengendalian, pengukuran risiko, aktivitas pengendalian, teknologi informasi dan komunikasi
serta pemantauan.
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan komponen yang terpenting karena membentuk budaya
dan perilaku manusia menjadi sadar akan pentingnya pengendalian. Untuk menciptakan
lingkungan pengendalian yang dapat mendukung efektivitas pengendalian internal,
maka perusahaan telah melakukan berbagai kebijakan antara lain:
1. Memastikan bahwa semua anggota perusahaan memiliki integritas dan nilai etika yang
tinggi.
2. Menetapkan filosofi perusahaan yang disosialisasikan dan diterapkan kepada seluruh
komponen di dalam perusahaan
3. Membuat struktur organisasi yang memungkinkan dilakukannya pengendalian secara
efektif
4. Menetapkan tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara unit organisasi
5. Menetapkan kebijakan pengembangan sumber daya manusia, sehingga sumber daya
manusia perusahaan memiliki integritas yang tinggi.
6. Mendorong peran aktif komite untuk melakukan pengawasan dan memberikan
saran/masukan agar pengendalian internal berjalan dengan efektif dan baik
Pengukuran Risiko
Penilaian risiko merupakan identifikasi dan menilai risiko-risiko yang dihadapi dalam
mencapai tujuan. Perusahaan semakin dituntut untuk dapat mengenali dan mengelola risiko-
risiko kegiatan yang dihadapinya hingga ke tingkat yang dapat diterima.Untuk pengukuran
resiko perusahaan secara berkelanjutan melakukan analisa untuk mengidentifikasikan risiko-
risiko yang sedang dan akan dihadapi oleh perusahaan, merumuskan rekomendasi tingkat
risiko yang dapat diambil oleh Manajemen dan tingkat toleransi dari tiap risiko dan
merumuskan kebijakan pengelolaan risiko untuk menjaga tingkat risiko perusahaan.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah segala kebijakan dan prosedur untuk menyakinkan bahwa
tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko-risiko benarbenar dilaksanakan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Efektivitas aktivitas pengendalian akan tergantung dari
ketepatan dalam mengidentifikasi dan mengukur risiko yang dilakukan perusahaan.
Beberapa kebijakan yang diambil perusahaan dalam melakukan aktivitas pengendalian antara
lain :
1. Mempersiapkan pencatatan data dan penyimpanan dokumen dengan baik.
2. Mempersiapkan pengamanan data dan dokumen dengan baik.
3. Memberikan tugas, tanggung jawab dan kewenangan sesuai dengan fungsi dari masing
– masing unit organisasi.
4. Melakukan penilaian atau pemeriksaan atas kinerja perusahaan oleh pihak diluar
perusahaan yang independensinya tidak diragukan
16. Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perusahaan menyadari bahwa komponen pengendalian internal (lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, aktivitas pengendalian, pemantauan) akan mudah direalisasikan jika terdapat
sistem informasi dan komunikasi yang baik dan andal dalam perusahaan atau organisasi.
Perusahaan telah memiliki kebijakan sebagai pedoman teknologi informasi dan komunikasi.
Kebijakan tersebut antara lain penggunaan sarana e-mail, intranet dan internet, penanganan
pengamanan sistem informasi untuk mengurangi risiko kerugian sebagai akibat dari kelalaian
atau kesalahan dalam penggunaan sistem informasi. Kebijakan ini dibuat pengelolaan sistem
informasi dan komunikasi dapat berjalan dengan efektif, tepat, dapat diandalkan dan
terlindungi atau aman.
Pemantauan
Keseluruhan proses kegiatan perusahaan harus dipantau dan dibuat seditkit perubahan atau
modifikasi bila diperlukan . Maka akan terdapat pengendalian internal yang dinamis yang
berubah sesuai dengan kondisi yang ada.
Pemantauan adalah usaha berkelanjutan untuk menyakinkan bahwa setiap gerak perusahaan
secara sinergis sedang mengarah kepada usaha pencapaian tujuan. Hal ini dilakukan dengan
menilai kembali kekuatan lingkungan pengendalian, usaha-usaha penilaian risiko dan
pemilihan aktivitas pengendalian. Menjadi unsur penting dalam pemantauan adalah pelaporan
terhadap penyimpangan dan kekurangan
Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan perusahaan antara lain
1. Pelaksanaan pengawasan melalui audit internal yang dilakukan oleh unit audit Internal.
2. Sistem pertanggungjawaban dan penilaian yang memungkinkan untuk melakukan
penilaian terhadap setiap anggota manajemen dan unit dalam organisasi
3. Supervisi dari tiap tingkatan level manajemen
4. Pengawasan oleh Komite Audit, khususnya berkaitan dengan pencatatan keuangan
5. Pengawasan yang berkaitan dengan aktivitas operasional dan kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan /undang – undang yang berlaku
6. Pengawasan dari level Top Management
7. Pengawasan semua aktivitas manajemen
17. BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Perusahaan Multi Finance semakin menyadari bahwa pengendalian internal sangat penting
dilakukan untuk memastikan terjaganya kekayaan dan sumber daya perusahaan. Perusahaan
Multi Finance sudah menjalankan pengendalian internal dengan baik sepertisistem
pengendalian ID dan kata sandi yang diwajibkan untuk akses masuk oleh user yang
berotorisasi, Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan pengesahan (otorisasi)
manajemen yang telah ditentukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya serta pemisahan tugas.
Saran
Masih terdapat kendala pengendalian internal pada sistem informasi perusahaan multi finance
yaitu terkendala jaringan sistem dan error pada saat dilakukan deploy sistem informasi untuk
mengatasi kendala –kendala ini diharapkan :
1. Perusahaan terus dilakukan antisipasi dan langkah – langkah perbaikan/pengembangan
sistem informasi secara tepat dan terkendali agar semua deploy sistem informasi dapat
berjalan dengan baik dan sistem informasi tidak mengalami error
2. Jaringan yang ada harus terus dilakukan pengecekan, maintenance, dan perbaikan
18. Daftar Pustaka
Rama Abdoel, 2013, Pengendalian Intern :
http://ramaabdul.blogspot.co.id/2013/01/pengendalian-intern.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_intern
Warsidi, 2016, Pengendalian Internal : Definisi, Komponen, dan Prinsip
: http://www.warsidi.com/2016/03/pengendalian-internal-intern-control-definisi-komponen-
prinsip-coso-arti-pengertian-apa-yang-dimaksud.html
Hall, James A. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta Pusat : Salemba Empat, 2004
Lutvi Arinta Pratiwi, 2015, Pengendalian Internal Akuntansi Tradisional terhadap
pengendalian internal basis informasi akuntasi :http://lutvi20.blogspot.co.id/2015/