1. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KOTA BENGKULU
TAHUN ANGGARAN 2009
DI
BENGKULU
Nomor : 02/LK/XVIII.BKL/05/2010
Tanggal : 18 Mei 2010
AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V
PERWAKILAN PROVINSI BENGKULU
TAHUN ANGGARAN 2010
2. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PERWAKILAN PROVINSI BENGKULU
Jl. Pembangunan No.16, Padang Harapan, Bengkulu, Telp (0736) 343233, Fax. (0736) 349348
Bengkulu, 21Juni 2010
Nomor : 143 /S/XVIII.BKL/06/2010
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu
Tahun Anggaran 2009
Yth.
Ketua DPRD Kota Bengkulu
di
Bengkulu
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI telah melakukan
pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu Tahun 2009, yang meliputi
Neraca per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu Tahun 2009 dan 2008 bebas dari salah saji
yang material dan secara wajar menggambarkan posisi keuangan per 31 Desember 2009 dan
2008, dan realisasi anggaran sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang
berlaku. Walikota Bengkulu bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan dimaksud
sesuai SAP, menerapkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan mematuhi peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian laporan
keuangan, BPK RI melakukan pengujian terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBD oleh Pemerintah Kota Bengkulu. Pemeriksaan tersebut dilaksanakan berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan BPK RI Tahun 2007.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, kami sampaikan beberapa kelemahan dalam sistem
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu
mendapat perhatian yaitu diantaranya:
1. Pertanggungjawaban uang persediaan melalui mekanisme UP/GU/TU tidak tertib sehingga
mengganggu likuiditas keuangan.
2. Pengendalian atas pengelolaan pajak masih belum memadai sehingga terjadi tunggakan
PBB dan Pajak Daerah Tahun 2009 masing-masing sebesar Rp3.229.818.062,00 dan
sebesar Rp251.975.000,00.
1
3. 3. Sistem pencatatan mutasi Persediaan masih lemah, sehingga belum menjamin tingkat
keakuratan nilai persediaan.
4. Penyertaan Modal Pemkot Bengkulu sebesar Rp20.673.388.250,00 pada beberapa BUMD
belum ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan belum diyakini kewajaran nilainya.
5. Pengeluaran untuk Investasi Dana Bergulir TA 2009 sebesar Rp1.550.000.000,00 pada
Dinas Koperasi dan PPKM dianggarkan pada belanja barang dan jasa.
6. Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2009 sebesar Rp1.315.541.847.190,00 belum dapat
diyakini kewajarannya.
7. Pengakuan utang bunga sebesar Rp104.224.000,00 kepada KOPPKAL Bangun Wijaya
tidak didukung dengan bukti-bukti atau dokumen sumber yang memadai.
8. Perjanjian dan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan lahan dengan mitra Bangun Guna Serah
berpotensi merugikan Pemkot Bengkulu.
9. Terjadi ketekoran Kas di Bendahara Pengeluaran Sekretariat DPRD per 3 Juni 2010 sebesar
Rp939.858.370,00.
10.Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp279.606.093,00 dan sisa Uang Persediaan sebesar
Rp75.138.931,00 terlambat disetor ke Kas Daerah.
Kami persilahkan Ketua DPRD Kota Bengkulu menelaah hasil pemeriksaan lengkap
terlampir dan atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.
Tembusan:
1. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta;
2. Anggota Pembina Utama Keuangan Negara V BPK RI, di Jakarta;
3. Auditor Utama Keuangan Negara V BPK RI, di Jakarta;
4. Kepala Ditama Revbang BPK RI, di Jakarta;
5. Inspektur Utama BPK RI, di Jakarta.
2
4. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PERWAKILAN PROVINSI BENGKULU
Jl. Pembangunan No.16, Padang Harapan, Bengkulu, Telp (0736) 343233, Fax. (0736) 349348
Bengkulu, 21 Juni 2010
Nomor : 144 /S/XVIII.BKL/06/2010
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu
Tahun 2009
Yth.
Walikota Bengkulu
di
Bengkulu
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI telah melakukan pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu Tahun 2009, yang meliputi Neraca per 31
Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu Tahun 2009 dan 2008 bebas dari salah saji yang material
dan secara wajar menggambarkan posisi keuangan per 31 Desember 2009 dan 2008, dan
realisasi anggaran sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku. Walikota
Bengkulu bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan dimaksud sesuai SAP,
menerapkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan mematuhi peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian laporan keuangan,
BPK RI melakukan pengujian terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan terkait dengan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD oleh
Pemerintah Kota Bengkulu. Pemeriksaan tersebut dilaksanakan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan BPK RI Tahun 2007.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, kami sampaikan beberapa kelemahan dalam sistem
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu
mendapat perhatian yaitu diantaranya:
1. Pertanggungjawaban uang persediaan melalui mekanisme UP/GU/TU tidak tertib sehingga
mengganggu likuiditas keuangan.
2. Pengendalian atas pengelolaan pajak masih belum memadai sehingga terjadi tunggakan PBB
dan Pajak Daerah Tahun 2009 masing-masing sebesar Rp3.229.818.062,00 dan sebesar
Rp251.975.000,00.
1
5. 3. Sistem pencatatan mutasi Persediaan masih lemah, sehingga belum menjamin tingkat
keakuratan nilai persediaan.
4. Penyertaan Modal Pemkot Bengkulu sebesar Rp20.673.388.250,00 pada beberapa BUMD
belum ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan belum diyakini kewajaran nilainya.
5. Pengeluaran untuk Investasi Dana Bergulir TA 2009 sebesar Rp1.550.000.000,00 pada Dinas
Koperasi dan PPKM dianggarkan pada belanja barang dan jasa.
6. Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2009 sebesar Rp1.315.541.847.190,00 belum dapat
diyakini kewajarannya.
7. Pengakuan utang bunga sebesar Rp104.224.000,00 kepada KOPPKAL Bangun Wijaya tidak
didukung dengan bukti-bukti atau dokumen sumber yang memadai.
8. Perjanjian dan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan lahan dengan mitra Bangun Guna Serah
berpotensi merugikan Pemkot Bengkulu.
9. Terjadi ketekoran Kas di Bendahara Pengeluaran Sekretariat DPRD per 3 Juni 2010 sebesar
Rp939.858.370,00.
10.Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp279.606.093,00 dan sisa Uang Persediaan sebesar
Rp75.138.931,00 terlambat disetor ke Kas Daerah.
Sehubungan hal tersebut, BPK RI mengharapkan Walikota Bengkulu agar
menindaklanjuti rekomendasi BPK RI yang dimuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan dan
menyampaikannya kepada BPK RI selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah Laporan
Hasil Pemeriksaan diterima.
2
6. SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BENGKULU
TAHUN ANGGARAN 2009
Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2009 terdiri
dari 3 (tiga) bagian sebagai berikut:
1. Laporan I: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota
Bengkulu Tahun Anggaran 2009
Laporan I berisi: (a) Hasil pemeriksaan yang memuat opini BPK RI atas kewajaran Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2009; (b) Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2009 yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan; dan (c) Gambaran Umum
Pemeriksaan yang berisi dasar hukum pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, sasaran
pemeriksaan, standar pemeriksaan, metodologi pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan,
obyek pemeriksaan, dan kendala pemeriksaan.
2. Laporan II: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pengendalian Intern dalam rangka
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu Tahun Anggaran
2009
Laporan II berisi: (a) Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pengendalian Intern; (b) Gambaran
Umum atas Pengendalian Intern dalam Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Instansi; (c)
Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian Intern Tahun 2004 s.d. 2009; dan (d)
Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian Intern Tahun 2009.
3. Laporan III: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan dalam rangka Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2009
Laporan III berisi: (a) Resume Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Ketentuan
Peraturan Perundang-undangan; (b) Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan
terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Tahun 2004 s.d. 2009, dan; (c) Temuan
pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Tahun
2009.
BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu
7. LAPORAN I
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KOTA BENGKULU
TAHUN ANGGARAN 2009
8. DAFTAR ISI
Halaman
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN............................ 1
LAPORAN KEUANGAN POKOK ........................................................................................ 3
1. NERACA KOMPARATIF.................................................................................................... 3
2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN ............................................................................... 5
3. LAPORAN ARUS KAS........................................................................................................ 7
4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ..................................................................... 9
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN ............................................................................... 51
LAMPIRAN
9. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah
memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bengkulu yang meliputi Neraca per 31
Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan tersebut
adalah tanggung jawab Pemerintah Kota Bengkulu. Tanggung jawab BPK RI adalah pada
pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
BPK RI melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK RI merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan
agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah
dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas
penerapan prinsip akuntansi dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, penilaian atas
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem
pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian
terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK RI yakin bahwa
pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan A.1.c atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009,
Pemerintah Kota Bengkulu telah melakukan penyesuaian atas saldo Aset Tetap per 31
Desember 2008 menjadi sebesar Rp1.169.211.125.809,00 dari semula sebesar
Rp931.769.036.840,81, yang diterapkan untuk penyajian kembali Laporan Keuangan Tahun
Anggaran 2008. Penyesuaian nilai Aset Tetap per 31 Desember 2008 tersebut sebagai akibat
dari inventarisasi dan penilaian kembali Aset Tetap yang dilakukan Pemerintah Kota Bengkulu
dengan pendampingan dari konsultan appraisal. BPK RI memeriksa penyesuaian sebagaimana
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan tersebut di atas dan menemukan beberapa Aset
Tetap dalam jumlah yang cukup material tidak tercatat, tidak diketahui keberadaannya, tidak
diketahui nilainya, dan tidak jelas status kepemilikannya, sebagai mana telah dimuat dalam LHP
BPK No.06/PDTT/XVIII.BKL/02/2010 tanggal 11 Februari 2010. Selain itu, Pemerintah Kota
Bengkulu juga belum memasukkan nilai tanah badan jalan sebanyak 974 ruas jalan dengan
panjang sekitar 536.766 m dengan luas minimal 2.279.251,00 m2. Permasalahan tersebut dapat
menggangu kewajaran penyajian akun Aset Tetap dalam Neraca per 31 Desember 2009 dan
2008.
BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu 1
10. Menurut pendapat BPK RI, kecuali terhadap hal-hal yang diungkapkan pada paragraf di atas,
laporan keuangan yang disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan Pemerintah Kota Bengkulu per 31 Desember 2009 dan 2008, serta realisasi
anggaran, dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
dan laporan hasil pemeriksaan atas pengendalian intern disajikan dalam bagian tersendiri yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.
Bengkulu, 18 Mei 2010
BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu 2
19. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
4. Catatan atas Laporan Keuangan
PEMERINTAH KOTA BENGKULU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Secara umum tujuan penyusunan Laporan Keuangan adalah:
1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai
seluruh pengeluaran.
2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan
alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk
yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
B. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 No.47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.4286);
3. Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 No.5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
No.4355);
4. Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No.4400);
5. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 No.125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
No.4437);
6. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.4438);
7. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No.49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia No.4503);
8. Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No.138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No.4576);
-9-
20. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
9. Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 No.25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No.4614);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah; dan
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
C. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan
B. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
C. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan
BAB II PEREKONOMIAN KOTA BENGKULU, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
A. Perekonomian Kota Bengkulu
B. Kebijakan Keuangan
C. Indikator pencapaian target kinerja APBD
BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN
A. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan
B. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan
BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. Entitas pelaporan dan entitas akuntansi keuangan daerah
B. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
C. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
D. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam
standar akuntansi pemerintahan
BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
A. Penjelasan Pos-Pos Neraca
1. Aset
2. Kewajiban
3. Ekuitas Dana
B. Penjelasan Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran
1. Pendapatan
2. Belanja
3. Pembiayaan
C. Penjelasan atas Komponen-komponen Laporan Arus Kas
BAB VI PENJELASAN ATAS INFORMASI – INFORMASI NON KEUANGAN
A. Dasar Hukum Pembentukan Kota Bengkulu
B. Dasar Pelaksanaan Pembiayaan TA 2009
C. Komitmen/kontinjensi yang tidak dapat disajikan dalam neraca
D. Kejadian yang mempunyai dampak sosial
BAB VII PENUTUP
-10-
21. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
BAB II
PEREKONOMIAN KOTA BENGKULU, KEBIJAKAN KEUANGAN
DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
A. Perekonomian Kota Bengkulu
1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Bengkulu
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
menggambarkan sejauh mana aktivitas perekonomian suatu wilayah dalam menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada periode tertentu. Sedangkan aktivitas perekonomian
merupakan suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output. Proses
penggunaan faktor produksi akan menghasilkan balas jasa. Oleh karena itu dengan adanya
pertumbuhan ekonomi diharapkan pendapatan masyarakat meningkat, sebab masyarakat
adalah pemilik faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan PDRB atas dasar
harga konstan.
Selama kurun waktu 2001-2007 perekonomian Kota Bengkulu mengalami peningkatan. Pada
periode 2001-2003 perekonomian Kota Bengkulu tumbuh 5,19%, pada kurun waktu 2003-
2004 pertumbuhan Kota Bengkulu sedikit melambat dengan angka pertumbuhan 5,09%, pada
kurun waktu 2004-2005 perekonomian Kota Bengkulu kembali meningkat menjadi 5,66%,
kemudian meningkat menjadi 6,65% pada kurun waktu 2005-2006, sedangkan pada kurun
waktu 2006-2007 pertumbuhan ekonomi kembali mengalami percepatan 6,63%. Terjadinya
percepatan pertumbuhan ekonomi Kota Bengkulu pada kurun waktu 2004-2007 tidak terlepas
dari semakin membaiknya kondisi perekonomian di tingkat nasional pada kurun waktu yang
sama.
Namun pada Tahun 2008 mengalami penurunan dalam laju pertumbuhan. Penurunan laju
pertumbuhan ekonomi yang dialami Kota Bengkulu ini sebagai akbibat dari tingginya tingkat
inflasi dan krisis ekonomi global. Tingginya tingkat inflasi merupakan akibat dari kebijakan
pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008. Kenaikan Harga BBM
membuat harga barang-barang lain terutama bahan pangan melonjak ini, sehingga
melemahkan kemampuan daya beli masyarakat Kota Bengkulu. Krisis ekonomi global yang
terjadi pada akhir kuartal ketiga dan kuartal keempat Tahun 2008 turut memberikan andil
dalam turunnya laju pertumbuhan Kota Bengkulu.
2. Struktur Perekonomian Kota Bengkulu
Dalam struktur perekonomian Kota Bengkulu, peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran
sangat dominan. Fenomena itu terlihat dari relatif besarnya kontribusi sektor perdagangan,
hotel, dan restoran dalam PDRB Kota Bengkulu atas dasar harga berlaku dibandingkan sektor-
sektor lainnya. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menempati urutan teratas dalam
struktur perekonomian Kota Bengkulu. Nilai nominal PDRB sektor perdagangan, hotel, dan
restoran pada Tahun 2008 sebesar Rp1.431,24 milyar, sedangkan kontribusinya dalam PDRB
Kota Bengkulu sebesar 36,93%. Penyumbang terbesar dalam sektor perdagangan, hotel, dan
restoran adalah subsektor restoran. Nilai nominal PDRB subsektor restoran pada Tahun 2008
mencapai sebesar Rp1.336,13 milyar atau 35,25% dari total PDRB keseluruhan. Dibandingkan
dengan Tahun 2007 kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam PDRB Kota
-11-
22. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
Bengkulu sedikit mengalami penurunan, dimana kontribusinya pada Tahun 2007 sebesar
38,17%.
Setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran struktur perekonomian Kota Bengkulu
didominasi oleh sektor jasa-jasa. Pada Tahun 2008 kontribusi sektor jasa dalam PDRB Kota
Bengkulu sebesar 21,31%. Dibandingkan dengan Tahun 2007 kontribusi sektor jasa-jasa dalam
PDRB Kota Bengkulu sedikit meningkat, dimana pada Tahun 2007 kontribusinya sebesar
20,29%. Penyumbang terbesar dalam sektor jasa-jasa adalah Subsektor Pemerintahan Umum
dan Pertahanan. Pada Tahun 2008 PDRB Subsektor Pemerintahan Umum dan Pertahanan
mencapai Rp537,63 milyar. Kontribusi Subsektor Pemerintahan Umum dan Pertahanan dalam
sektor jasa sebesar 13,87%. Sementara itu peranan swasta yang bergerak di bidang jasa dalam
perekonomian Kota Bengkulu masih relatif rendah. Hal itu terlihat dari relatif rendahnya
kontribusi subsektor swasta dalam sektor jasa maupun dalam PDRB Kota Bengkulu. Pada
Tahun 2008 kontribusi subsektor swasta dalam PDRB sektor jasa sebesar Rp288,05 milyar,
dalam PDRB Kota Bengkulu kontribusinya hanya sebesar 7,43%.
Posisi berikutnya pada struktur perekonomian Kota Bengkulu setelah sektor perdagangan,
hotel, dan restoran dan sektor jasa adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Kontribusi
sektor pengangkutan dan komunikasi dalam PDRB Kota Bengkulu pada Tahun 2008 sebesar
17,08%. Dibandingkan dengan Tahun 2007 kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi
dalam PDRB Kota Bengkulu tidak mengalami perubahan. Pada Tahun 2008 kontribusi sektor
pengangkutan dan komunikasi dalam PDRB Kota Bengkulu sebesar 17,08%. Penyumbang
terbesar dalam sektor pengangkutan dan komunikasi adalah subsektor angkutan khususnya
angkutan jalan raya. Pada Tahun 2008 PDRB angkutan jalan raya mencapai Rp341,06 milyar.
Kontribusinya dalam PDRB sektor angkutan dan komunikasi sebesar 51,53%, sedangkan
dalam PDRB Kota Bengkulu kontribusinya sebesar 8,80%.
3. PDRB Perkapita
Pada Tahun 2008 nilai nominal pendapatan perkapita per tahun penduduk di Kota Bengkulu
diperkirakan sebesar Rp14,12 juta. Bila dibandingkan dengan Tahun 2007 maka nilai nominal
pendapatan perkapita per tahun penduduk di Kota Bengkulu meningkat sebesar 11,16%.
Sementara itu nilai riil pendapatan perkapita per tahun penduduk di Kota Bengkulu pada
Tahun 2008 diperkirakan sebesar Rp6,91 juta. Jika dibandingkan dengan Tahun 2007 maka
nilai riil pendapatan perkapita per tahun penduduk di Kota Bengkulu diperkirakan meningkat
sebesar 3,28%.
Apabila dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Bengkulu, maka ditinjau dari nilai
nominal maupun nilai riil pendapatan perkapitanya tingkat kesejahteraan penduduk di Kota
Bengkulu jauh lebih baik. Pada Tahun 2008 nilai nominal pendapatan perkapita per tahun
penduduk di Provinsi Bengkulu kurang Rp7 juta, sedangkan nilai riil pendapatan perkapita per
tahun kurang dari Rp4 juta.
B. Kebijakan Keuangan
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-undang No.25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional dan undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka
kewajiban pemerintah daerah untuk membuat Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun
2009 yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kota Bengkulu dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bengkulu.
-12-
23. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
C. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Secara umum target APBD Kota Bengkulu tercapai sesuai target yang ditetapkan. Ini bisa dilihat
dari target pendapatan dalam Tahun 2009 sebesar Rp491.162.327.128,79 bisa dicapai sebesar
Rp475.664.056.169,03 atau sebesar 96,84%. Jika diperhatikan komposisi pendapatan Pemkot
Bengkulu, maka Pendapatan Asli Daerah Kota Bengkulu hanya sebesar Rp26.941.305.683,11 atau
5,66% dari total pendapatan sebesar Rp475.664.056.169,03. Selebihnya sebesar
Rp408.834.708.133,00 atau 85,95% merupakan kontribusi pemerintah pusat melalui transfer/dana
perimbangan, sebesar Rp11.871.208.352,92 atau 2,50% merupakan dana bagi hasil dari
pemerintah provinsi, dan sebesar Rp28.016.834.000,00 atau 5,89% merupakan pendapatan lain-
lain.
Target Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp34.582.971.796,99 bisa dicapai sebesar
Rp26.941.305.683,11 atau sebesar 77,90%.
-13-
24. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
BAB III
IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN
A. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan
Secara singkat anggaran dan realisasi Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota
Bengkulu TA 2009 Kota Bengkulu adalah sebagai berikut:
No. Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Pendapatan 491.162.327.128,79 475.664.056.169,03 96,84
Pendapatan Asli Daerah 34.582.971.796,99 26.941.305.683,11 77,90
Pendapatan Transfer 432.361.946.331,80 420.705.916.485,92 97,30
Lain-lain Pendapatan yang Sah 24.217.409.000,00 28.016.834.000,00 115,69
2. Belanja 534.398.327.128,79 500.997.884.400,00 93,75
Belanja Operasi 417.806.246.895,79 390.570.594.059,00 93,48
Belanja Modal 115.542.080.233,00 109.642.344.741,00 94,89
Belanja Tidak Terduga 1.000.000.000,00 772.110.000,00 77,21
Belanja Transfer 50.000.000,00 12.835.600,00 25,67
Surplus (Defisit) (43.236.000.000,00) (25.333.828.230,97) 58,59
3. Pembiayaan 43.236.000.000,00 43.998.548.697,17 101,76
Penerimaan Pembiayaan 44.736.000.000,00 44.998.548.697,17 100,59
Pengeluaran Pembiayaan 1.500.000.000,00 1.000.000.000,00 66,67
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 0,00 18.664.720.466,20 ~
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari target pendapatan sebesar Rp491.162.327.128,79 bisa dicapai
sebesar Rp475.664.056.169,03 atau sebesar 96,84%. Dari sisi belanja, dari rencana anggaran
belanja sebesar Rp534.398.327.128,79 dan terpakai (dibelanjakan) sebesar Rp500.997.884.400,00
atau sebesar 93,75%.
Dengan capaian angka-angka di atas, Pemkot Bengkulu pada akhir TA 2009 (tanggal 31 Desember
2009) memiliki SiLPA sebesar Rp18.664.720.466,20.
B. Hambatan dan kendala dalam pencapaian target yang ditetapkan
1. Hambatan yang dihadapi Pemkot Bengkulu dalam pencapaian target pendapatan yang
telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
a. Masih adanya sebagian wajib pajak dan wajib retribusi yang kurang sadar untuk
memenuhi kewajiban tepat waktu;
b. Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada sehingga potensi pendapatan belum digali
secara efektif.
2. Hambatan yang dihadapi Pemkot Bengkulu dalam pencapaian target belanja yang telah
ditetapkan adalah sebagai berikut:
a. Proses pengesahan APBD (termasuk APBD Perubahan) yang mengalami keterlambatan;
b. Kurangnya kualitas sumber daya manusia di lingkungan Pemkot Bengkulu.
-14-
25. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. Entitas pelaporan dan entitas akuntansi keuangan daerah
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Pembentukan Kota Bengkulu adalah dengan
Undang-Undang Darurat No.6 Tahun 1956 tentang pembentukan kota kecil dalam lingkungan
Daerah Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 No.57,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.1091). Dengan dibentuknya Provinsi
Bengkulu berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi
Bengkulu, Kotamadya Bengkulu menjadi salah satu daerah tingkat II di wilayah Provinsi
Bengkulu. Sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, Kotamadya Bengkulu merupakan daerah otonom. Alamat Kantor
Pemkot Bengkulu berada di Jalan S. Parman No.01 Kota Bengkulu.
Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang oleh karenanya
wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada
entitas pelaporan.
Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bengkulu pada TA 2009 adalah sebanyak 37
SKPD dengan rincian sebagai berikut:
No. Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
3. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset
4. Dinas Pendidikan Nasional
5. Dinas Kesehatan
6. Dinas Pekerjaan Umum
7. Dinas Tata Kota dan Pengawasan Bangunan
8. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
9. Dinas Pertamanan dan Kebersihan
10. Dinas Sosial
11. Dinas Tenaga Kerja, Pemuda, dan Olahraga
12. Dinas Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Menengah
13. Dinas Pertanian dan Peternakan
14. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
15. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
16. Dinas Kelautan dan Perikanan
17. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
18. Inspektorat
19. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
20. Badan Kepegawaian Daerah
21. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
22. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
23. Badan Lingkungan Hidup
-15-
26. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
No. Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
24. Badan Kesbangpol dan Linmas
25. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan KB
26. Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi
27. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
28. Kantor Pemadam Kebakaran
29. Kantor Penghubung
30. Kecamatan Ratu Agung
31. Kecamatan Ratu Samban
32. Kecamatan Sungai Serut
33. Kecamatan Kampung Melayu
34. Kecamatan Gading Cempaka
35. Kecamatan Teluk Segara
36. Kecamatan Selebar
37. Kecamatan Muara Bangkahulu
Terbitnya Permendagri No.13 Tahun 2006 dan revisinya Permendagri No.59 Tahun 2007 yang
menjadi pedoman pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah, mengamanatkan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai pengguna anggaran. Kewenangan ini sekaligus
memunculkan kewajiban kepada Kepala SKPD untuk menyusun laporan keuangan berupa neraca,
laporan realisasi anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam menyusun laporan keuangan ini, aset Pemerintah Daerah Kota Bengkulu masih dipusatkan
di Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) sesuai laporan keuangan tahun
sebelumnya, dan belum didistribusikan kepada setiap SKPD. Kecuali aset yang diperoleh dalam
TA 2009 akan menjadi data aset SKPD untuk keperluan penyusunan laporan keuangan TA 2009
ini.
B. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan
Basis akuntansi yang digunakan dalam Laporan Keuangan Pemkot Bengkulu, adalah basis kas
untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan dan penerimaan
pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah, serta belanja dan
pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.
Pemkot Bengkulu menggunakan istilah sisa (lebih/kurang) pembiayaan anggaran untuk setiap TA.
Sisa pembiayaan anggaran tergantung pada selisih realisasi penerimaan pendapatan dan
pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan pembiayaan.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada
saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan Pemkot Bengkulu, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Daerah.
-16-
27. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
C. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos
dalam Laporan Keuangan Pemkot Bengkulu.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat Kota Bengkulu,
lembaga legislatif, lembaga pemeriksa/pengawas fungsional, pihak yang memberi atau berperan
dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta Pemerintah Pusat.
Pos-Pos Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan Pemkot Bengkulu mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pada tanggal tertentu. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut:
1. Kas dan Setara Kas;
2. Investasi Jangka Pendek;
3. Piutang Pajak dan Bukan Pajak;
4. Persediaan;
5. Investasi Jangka Panjang;
6. Aset Tetap;
7. Kewajiban Jangka Pendek;
8. Kewajiban Jangka Panjang;
9. Ekuitas Dana.
Aset Lancar
Aset Lancar adalah sumber daya ekonomis yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas, dijual
atau dipakai habis dalam satu periode akuntansi. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar
jika:
1. Diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau
2. Berupa Kas dan Setara Kas.
Aset lancar meliputi:
1. Kas dan setara Kas
Kas adalah alat pembayaran sah yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
Pemkot Bengkulu. Kas di Kas Daerah merupakan saldo kas Pemkot Bengkulu yang berada di
rekening Kas Daerah pada bank-bank yang ditunjuk oleh Pemkot Bengkulu sesuai ketentuan
yang berlaku.
Kas dinyatakan dalam nilai rupiah, apabila terdapat kas dalam valuta asing maka harus
dikonversi berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi. Pada akhir
tahun, kas dalam valuta asing dikonversi ke dalam rupiah menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal neraca.
-17-
28. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
2. Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan (Sisa Uang Persediaan)
Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan sisa kas (uang tunai dan simpanan di bank) yang
belum dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran sampai akhir tahun anggaran
berjalan.
Kas di Bendahara Penerimaan adalah sisa kas yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan
atas penerimaan daerah sampai akhir tahun anggaran berjalan.
3. Investasi Jangka Pendek
Investasi Jangka Pendek merupakan investasi yang dapat segera dicairkan (dikonversi)
menjadi kas dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
b. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat
menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;
c. Berisiko rendah.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri atas:
a. Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang dapat diperpanjang
secara otomatis (revolving deposits);
b. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek dan pembelian Sertifikat
Bank Indonesia (SBI).
Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas
pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi anggaran.
Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka
pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga transaksi
investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank dan biaya lainnya yang
timbul dalam rangka perolehan tersebut.
Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi
dinilai berdasar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar.
Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset
lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.
Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka
pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. Hasil investasi yang diperoleh dari
investasi jangka pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi dan deviden tunai
(cash dividend) dicatat sebagai pendapatan.
Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, dan pelepasan hak karena
peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Penerimaan dari penjualan investasi jangka pendek
diakui sebagai penerimaan kas pemerintah daerah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan
dalam laporan realisasi anggaran.
4. Piutang
Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan kas
dalam satu periode akuntansi. Piutang terdiri atas bagian lancar tagihan penjualan angsuran,
piutang pajak daerah, piutang retribusi, dan piutang lain-lain. Piutang diakui pada akhir
-18-
29. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
periode akuntansi sebesar jumlah kas yang akan diterima dan jumlah pembiayaan yang telah
diakui dalam periode berjalan. Piutang dinilai sebesar nilai nominal.
5. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan
mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya
barang pakai habis seperti alat tulis kantor, obat-obatan, barang tak habis pakai seperti
komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi barang yang digunakan
dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian. Persediaan diakui
pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah daerah dan mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya
berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi
fisik. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan
dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk kontruksi dalam pengerjaan, tidak dimasukkan
sebagai persediaan.
Persediaan disajikan sebesar:
1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan;
Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua
belas) bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu
permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah
investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus tanpa
ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak
berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan,
dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau
menarik kembali. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi
salah satu kriteria:
1. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial di masa yang akan
datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah;
2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).
Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Tidak
-19-
30. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi
pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies).
Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber dari sebagian atau seluruh APBD melalui
pembelian, pembangunan, donasi dan pertukaran dengan aset lainnya.
Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas
operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap yang digunakan:
1. Tanah;
2. Peralatan dan Mesin;
3. Gedung dan Bangunan;
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
5. Aset Tetap Lainnya; dan
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh untuk dipakai dalam
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Peralatan dan Mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, dan seluruh
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari
12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah
serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemkot Bengkulu dan dalam kondisi siap dipakai.
Gedung dan Bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok
aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai.
Konstruksi Dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan
namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
Kriteria Aset Tetap
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:
1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;
5. Memenuhi ketentuan batas nilai materialitas
Dalam menentukan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, suatu
entitas harus menilai manfaat ekonomik masa depan yang dapat diberikan oleh pos tersebut, baik
langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut dapat
berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi Pemkot Bengkulu.
Manfaat ekonomi masa yang akan datang akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila
entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait.
Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut.
Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui.
-20-
31. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
Pengukuran Aset tetap
Pengukuran dapat dipertimbangkan andal biasanya dipenuhi bila terdapat transaksi pertukaran
dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset
yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat
diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga
kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi. Tujuan utama dari perolehan aset
tetap adalah untuk digunakan oleh pemerintah dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan
bukan dimaksudkan untuk dijual.
Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Saat pengakuan aset akan lebih
dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau
penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor.
Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih
adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus
diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset
tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah
berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama
pemilik sebelumnya.
Penilaian aset tetap
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya
perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat
perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya
langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan
dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang
terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor
dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi
yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing
aset yang bersangkutan. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran
sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos semacam itu diukur
berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang
dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer/diserahkan.
Donasi
Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat
perolehan. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu aset tetap
ke satu entitas, misalnya perusahaan nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk
digunakan oleh satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut akan
sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya secara hukum, seperti
adanya akta hibah.
Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset tetap tersebut dihubungkan dengan
kewajiban entitas lain kepada pemerintah daerah. Sebagai contoh, satu perusahaan swasta
membangun aset tetap untuk Pemkot Bengkulu dengan persyaratan kewajibannya kepada Pemkot
Bengkulu telah dianggap selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan seperti
-21-
32. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
perolehan aset tetap dengan pertukaran. Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan
aset donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan pemerintah daerah dan jumlah
yang sama juga diakui sebagai belanja modal dalam laporan realisasi anggaran.
Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang
kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas,
mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, dikapitalisasi dalam nilai aset yang bersangkutan.
Dalam hal tambahan pengeluaran untuk suatu aset tetap tidak memenuhi kriteria tersebut, maka
pengeluaran tersebut tidak dapat dikapitalisir ke dalam nilai aset tetap melainkan diakui sebagai
belanja yang mengurangi nilai aset bersih Pemkot Bengkulu.
Penyusutan Aset Tetap
Pemkot Bengkulu belum menerapkan ketentuan penyusutan aset tetap sebagaimana dimaksud
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No.7 tentang Akuntansi Aset Tetap, Paragraf
53 sampai dengan Paragraf 57.
Revaluasi Aset Tetap
Pemkot Bengkulu melakukan penilaian kembali untuk menyajikan saldo Aset Tetap per 31
Desember 2008.
Aset Bersejarah
Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya,
lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen,
tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art). Aset
bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset
bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja
Tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung
untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode
berjalan.
Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap
Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan
penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang. Aset tetap yang secara
permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah daerah tidak
memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya.
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan. Konstruksi
Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya
membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan sampai dengan akhir tahun (per tanggal 31
Desember) belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu
periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode
akuntansi.
-22-
33. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan setelah
pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan
perolehannya. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan.
Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemkot Bengkulu. Setiap entitas pelaporan
mengungkapkan setiap pos kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan
diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan dan lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan.
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Beberapa
kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan
suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga,
utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun
kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan jika:
1. Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2. Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinancing) kewajiban tersebut atas dasar jangka
panjang; dan
3. Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing),
atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan
keuangan disetujui.
Tunggakan Kewajiban
Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo namun Pemkot Bengkulu
tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis
utang pemerintah mungkin mempunyai saat jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal atau serial
tanggal saat debitur diwajibkan untuk melakukan pembayaran kepada kreditur.
Restrukturisasi Utang
Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus mencatat dampak
restrukturisasi secara prospektif sejak saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah
nilai tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah
pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini
harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos
kewajiban yang terkait.
Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif konstan dikalikan dengan
nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh
tempo. Tingkat bunga efektif yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan
nilai tunai jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru
-23-
34. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
(tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat bunga efektif yang baru
akan dapat menghasilkan jadwal pembayaran yang baru dimulai dari saat restrukturisasi sampai
dengan jatuh tempo.
Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari restrukturisasi utang
yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran
kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang.
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah. Ekuitas dana terbagi dalam 3 (tiga) klasifikasi, yaitu Ekuitas Dana Lancar,
Ekuitas Dana Investasi dan Ekuitas Dana Cadangan.
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana
lancar antara lain berupa sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih, cadangan piutang,
cadangan persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang.
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi
jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan
tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja,
transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan Pemkot Bengkulu yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas
pelaporan terhadap anggaran dengan:
1. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;
2. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber
daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam
periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi
Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan
dan penggunaan sumber daya ekonomi:
1. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;
2. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBD); dan
3. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan
2. Belanja
3. Transfer
4. Surplus atau defisit
5. Penerimaan pembiayaan
6. Pengeluaran pembiayaan
7. Pembiayaan neto; dan
-24-
35. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
8. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA)
Pendapatan
Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Daerah.
Pendapatan diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana
perimbangan dari Pemerintah Pusat (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus) dan Dana Bagi Hasil dari Pemerintah Provinsi Bengkulu.
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan pada
periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan
pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang
pendapatan pada periode yang sama.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan
pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana
lancar pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
Belanja
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Daerah. Khusus pengeluaran
melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk
melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi dikelompokkan dalam dua kelompok yakni
Belanja Tak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tak Langsung merupakan belanja yang
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja Tak Langsung terdiri atas:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Belanja Subsidi
4. Belanja Hibah
5. Belanja Bantuan Sosial
6. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa
7. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa
8. Belanja Tak Terduga.
Belanja Pegawai dalam kelompok belanja tak langsung merupakan belanja kompensasi, dalam
bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Uang representasi dan tunjangan
pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta
penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dianggarkan dalam belanja pegawai.
-25-
36. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
Belanja Bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas
kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
Belanja Subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh
masyarakat banyak.
Belanja Hibah sebagaimana digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang,
barang dan/atau jasa kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah lainnya, dan kelompok
masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya
Bantuan Sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial
kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat, dan
partai politik. Bantuan sosial diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta
memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan
daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil kepada pemerintah desa atau
pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang
bersifat umum atau khusus kepada pemerintahan desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya.
Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja Langsung terdiri atas:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal
Belanja Pegawai kelompok Belanja Langsung digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah
dalam melaksanakan program dan kegiatan.
Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai
manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan
program dan kegiatan pada pemerintahan daerah. Belanja barang/jasa berupa belanja barang pakai
habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor,
cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat,
sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya,
pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah
tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, dan lain-lain pengadaan
barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis.
Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap
berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan.
Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen
anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
-26-
37. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam
pendapatan lain-lain.
Surplus/Defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. Defisit
adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. Selisih
lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit.
Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun
pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara,
pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah Daerah.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Daerah. Penerimaan
pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto,
dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan.
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang
diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana
Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran
pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.
Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan Netto. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah
selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.
Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
D. Penerapan Kebijakan Akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan
Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2009 Pemkot Bengkulu mengacu kepada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana dimaksud dengan PP No.24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Bengkulu
No.23B Tahun 2009 tanggal 1 Desember 2009 tentang Kebijakan Akuntansi Pemkot Bengkulu.
Namun demikian ada beberapa penyajian yang belum sepenuhnya mengacu pada Kebijakan
Akuntansi, yaitu penyusutan aktiva tetap dan metode penilaian investasi penyertaan modal
pada BUMD yang mayoritas dimiliki Pemkot Bengkulu.
-27-
38. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
BAB V
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
A. PENJELASAN POS-POS NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu. Neraca Pemkot Bengkulu per 31 Desember 2009 nilai aset sebesar
Rp1.413.795.979.484,91, Kewajiban sebesar Rp29.448.937.008,90, dan Ekuitas Dana sebesar
Rp1.384.347.042.476,01. Penjelasan atas pos-pos neraca diuraikan sebagai berikut:
1. ASET Rp 1.413.795.979.484,91
a. Aset Lancar Rp 32.339.916.026,91
Aset Lancar adalah kas dan sumber daya lainnya yang diharapkan dapat dicairkan menjadi
kas, dijual atau dipakai habis dalam 1(satu) periode akuntansi. Posisi Aset Lancar Pemkot
Bengkulu per 31 Desember 2009 sebesar Rp32.339.916.026,91 dengan rincian sebagai
berikut:
1) Kas di Kas Daerah Rp 16.785.477.889,20
Jumlah tersebut merupakan saldo Kas Pemkot Bengkulu per 31 Desember 2009. Saldo
di atas sesuai dengan saldo R/K bank milik Pemkot Bengkulu.
No. Nomor Rekening Uraian BANK Jumlah (Rp)
1. G.01.01.00093.0 Rutin Bank Bengkulu 13.242.323.363,68
2. G.01.02.03255.0 Gaji Bank Bengkulu 219.035.587,00
3. G.01.02.24034.4 DAK Bank Bengkulu 3.171.281.850,05
4. G.01.02.24076.1 Dana Bencana Alam Bank Bengkulu 152.837.088,47
Jumlah 16.785.477.889,20
2) Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 1.879.303.927,00
Merupakan uang Pemkot Bengkulu yang sampai tanggal 31 Desember 2009 tidak
dibelanjakan dan masih di Bendahara Pengeluaran atau belum disetor ke Kas Daerah.
Rincian masing-masing SKPD dapat dilihat pada Lampiran 1.
3) Piutang Rp 6.399.258.415,71
Merupakan piutang berdasarkan administrasi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Bengkulu yang sudah ada ketetapannya
(SKP/SKPT) namun sampai dengan 31 Desember 2009 belum dibayar, dengan rincian
sebagai berikut:
-28-
39. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
(dalam rupiah)
No. Saldo Mutasi Saldo
Uraian
31-Des-08 Debet Kredit 31-Des-09
1. Piutang Pajak Hotel & Hiburan 255.875.000,00 32.630.000,00 27.880.000,00 260.625.000,00
Piutang Bagi Hasil
2. Piutang Bagi Hasil Pajak Pengambil- 118.504.992,24 164.735.924,75 107.500.029,57 175.740.887,42
an & Pemanfaatan Air Bawah Tanah
3 Piutang Bagi Hasil PKB 0,00 1.137.232.517,61 0,00 1.137.232.517,61
4 Piutang Bagi Hasil BBN-KB 0,00 3.318.510.012,50 0,00 3.318.510.012,50
5 Piutang Bagi Hasil PBB-KB 0,00 1.507.149.998,18 0,00 1.507.149.998,18
Total Piutang Bagi Hasil 118,504,992.24 6,127,628,453.04 107,500,029.57 6,138,633,415.71
Jumlah 374.379.992,24 6.160.258.453,04 135.380.029,57 6 .399.258.415,71
Dari saldo piutang sebesar Rp6.399.258.415,71 terdapat piutang bagi hasil dari
Pemerintah Provinsi Bengkulu berupa bagi hasil PKB, BBN-KB, dan PBB-KB sebesar
Rp6.138.633.415,71 sesuai SK Gubernur Bengkulu No.484 Tahun 2009 tanggal 13
November 2009, yaitu bagi hasil Triwulan IV yang belum diterima per 31 Desember
2009 dikurangi kelebihan penerimaan bagi hasil Triwulan I.
Rincian piutang pajak bisa dilihat pada Lampiran 2.
4) Piutang Lain-lain Rp 907.449.879,00
Saldo piutang lain-lain per 31 Desember 2009 sebesar Rp907.449.879,00 dengan
rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Saldo Mutasi Saldo
No. Uraian
31-Des-08 Debet Kredit 31-Des-09
1. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 19.082.000,00 0,00 19.082.000,00 0,00
2. Belanja Dibayar Dimuka 230.400.000,00 0,00 0,00 230.400.000,00
(kelebihan bayar atas %
fisik pekerjaan)
3. Tagihan atas sewa kios/Los 441.823.343,00 287.542.039,00 137.332.353,00 592.033.029,00
Pasar
4. Kelebihan Pembayaran 85.016.850,00 0,00 0,00 85.016.850,00
kepada rekanan atas
pengadaan barang dan jasa
(kontrak lebih bayar)
Jumlah 776.322.193,00 287.542.039,00 156.414.353,00 907.449.879,00
Dari 4 (empat) jenis piutang lain-lain ini yang aktif hanya tagihan atas sewa kios/los
pasar, sedangkan sisanya tidak aktif selama TA 2009. Piutang TGR telah dilakukan
reklasifikasi ke Aset Lainnya per 31 Desember 2009.
Rincian lengkap daftar piutang lain-lain bisa dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5.
5) Persediaan Rp 6.368.425.916,00
Nilai persediaan sebesar Rp6.368.425.916,00 merupakan barang habis pakai yang ada
di SKPD per 31 Desember 2009 dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang tersebut sudah dicatat sebagai belanja pada Tahun 2009. Dalam jumlah ini
sudah termasuk reklasifikasi belanja modal pada Dinas Kelautan dan Perikanan
sebagai persediaan yang akan dibagikan kepada masyarakat (nelayan).
-29-
40. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
Nilai Persediaan di atas merupakan nilai persediaan hasil opname fisik yang dilakukan
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) per 31 Desember 2009 dengan rincian
sebagai berikut:
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Alat Tulis Kantor 17.178.750,00
2. Alat Listrik 6.500.000,00
3. Barang Cetakan 205.219.380,00
4. Suku Cadang Sarana Mobilitas 0,00
5. Bahan/Bibit Tanaman 0,00
6. Obat-obatan 4.206.784.930,00
7. Materai/Perangko/surat berharga 0,00
8. Lainnya 1.932.742.856,00
Jumlah 6.368.425.916,00
Rincian nilai persediaan pada setiap SKPD bisa dilihat pada Lampiran 6.
b. Investasi Jangka Panjang Rp 25.728.856.420,00
1) Investasi Nonpermanen Rp 5.055.468.170,00
Investasi Nonpermanen merupakan investasi jangka panjang Pemkot Bengkulu yang
tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi Nonpermanen
Pemkot Bengkulu per 31 Desember 2009 tersebut berupa dana bergulir yang
disediakan Pemkot Bengkulu kepada masyarakat dengan harapan bisa meningkatkan
usaha masyarakat dan secara berkesinambungan akan diberikan kepada
masyarakat/kelompok usaha lain secara bergilir. Dana bergulir tersebut dikelola oleh
Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah dan Dinas Koperasi dan Pembinaan Pengusaha
Kecil Menengah (PPKM) Kota Bengkulu.
Hasil inventarisasi saldo Dana Bergulir per 31 Desember 2009 sebagai berikut:
(dalam rupiah)
SKPD Saldo Mutasi Tahun 2009 Saldo
No. Uraian
Pengelola 31-Des-08 Debet Kredit 31-Des-09
1. Pinjaman Modal Bagian 600.074.150,00 35.640.920,00 - 635.715.070,00
Perorangan (UKM) Ekonomi Setda
2. Pinjaman Modal Dinas 2.869.000.000,00 1.550.753.100,00 - 4.419.753.100,00
kepada Koperasi Koperasi dan
dan Kelompok PPKM
Jumlah 3.469.074.150,00 1.586.394.020,00 - 5.055.468.170,00
2) Investasi Permanen Rp 20.673.388.250,00
Investasi Permanen merupakan investasi jangka panjang Pemkot Bengkulu yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan dalam bentuk penyertaan modal
pada perusahaan-perusahaan milik daerah maupun perusahaan lain yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan.
Jumlah penyertaan modal Pemkot Bengkulu s.d. 31 Desember 2009 sebesar
Rp20.673.388.250,00, dengan rincian sebagai berikut:
-30-
41. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
(dalam rupiah)
Saldo Mutasi 2009 Saldo
No. Uraian
31-Des-08 Debet Kredit 31-Des-09
1. Bank Bengkulu 6.245.000.000,00 1.000.000.000,00 0,00 7.245.000.000,00
2. PDAM Kota Bengkulu 11.778.388.250,00 0,00 0,00 11.778.388.250,00
3. PD Ratu Agung Niaga 1.650.000.000,00 0,00 0,00 1.650.000.000,00
4. BPR Pesisir 261.730.000,00 0,00 261.730.000,00 0,00
Jumlah 19.935.118.250,00 1.000.000.000,00 261.730.000,00 20.673.388.250,00
Persentase penyertaan modal Pemkot Bengkulu per 31 Desember 2009 pada PT Bank
Bengkulu adalah sebesar 6,41% dan PD Ratu Agung Niaga sebesar 100%. Persentase
penyertaan modal Pemkot Bengkulu pada PDAM Kota Bengkulu per 31 Desember
2009 tidak diketahui, karena belum ada laporan keuangan per 31 Desember 2009.
Penyertaan modal Pemkot Bengkulu pada BPR Pesisir telah dikembalikan ke Kas
Daerah pada tanggal 14 Januari 2009.
c. Aset Tetap Rp 1.315.541.847.190,00
Nilai Aset Tetap (selain KDP) yang disajikan dalam laporan keuangan Pemkot Bengkulu
per tanggal 31 Desember 2009 adalah nilai aset hasil penilaian oleh PT Surveyor Indonesia
ditambah (dikurangi) hasil reviu oleh Inspektorat Kota Bengkulu, ditambah belanja modal
selama Tahun 2009. Realisasi belanja modal Tahun 2009 sebagai mutasi yang menambah
nilai aset selama Tahun 2009, kecuali yang dikoreksi bukan sebagai penambah nilai aset.
Saldo akhir per 31 Desember 2008 merupakan hasil penilaian aset yang dilakukan oleh PT
Surveyor Indonesia dan sudah dilakukan reviu oleh Inspektorat Kota Bengkulu, sehingga
nilai yang disajikan per 31 Desember 2008 adalah hasil penilaian (revaluation) aset oleh
PT Surveyor Indonesia ditambah/kurang hasil reviu Inspektorat Kota Bengkulu. Kebijakan
ini mengakibatkan nilai aset sebagaimana disajikan dalam laporan keuangan Pemkot
Bengkulu hasil audit BPK Perwakilan Provinsi Bengkulu Tahun Anggaran 2008 sebesar
Rp931.769.036.840,81 disesuaikan menjadi sebesar Rp1.169.211.125.809,00 dan setelah
ditambahkan mutasi selama TA 2009 menjadi sebesar Rp1.315.541.847.190,00.
Rekonsiliasi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Rincian jumlah Aset Tetap Pemkot Bengkulu per 31 Desember 2008 sebesar
Rp1.169.211.125.809,00 (disajikan kembali), mutasi selama TA 2009, dan saldo per 31
Desember 2009 sebesar Rp1.315.541.847.190,00 adalah sebagai berikut:
1) Tanah Rp 194.165.630.000,00
Nilai tanah per 31 Desember 2009 sebesar Rp194.165.630.000,00 dengan rincian
sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Saldo 31-Des-08 Mutasi 2009 Saldo
No. Uraian
(Disajikan Kembali) Debet Kredit 31-Des-09
1. Tanah 183.180.028.000,00 10.985.602.000,00 0,00 194.165.630.000,00
-31-
42. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
2) Peralatan dan Mesin Rp 91.442.935.090,00
Nilai peralatan dan mesin sebesar Rp91.442.935.090,00 di atas merupakan nilai per 31
Desember 2009 yang merupakan gabungan/reklasifikasi aset tetap dengan rincian
sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Saldo 31 Des 2008 Mutasi 2009 Saldo
No. Uraian
(Disaijkan Kembali) Debet Kredit 31 Des 2009
1. Alat-alat Berat (Besar) 116.500.000,00 0,00 0,00 116.500.000,00
2. Alat-alat Angkutan Darat Bermotor 30.842.753.333,00 4.689.228.000,00 0,00 35.531.981.333,00
3. Alat-alat Angkutan Air Bermotor 0,00 1.638.331.000,00 664.755.000,00 973.576.000,00
4. Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur 2.974.927.000,00 597.130.000,00 89.900.000,00 3.482.157.000,00
5. Alat-alat Pengolahan Pertanian 17.612.500,00 0,00 0,00 17.612.500,00
dan Peternakan
6. Peralatan Kantor & Rumah Tangga 42,484,405,978.00 3,736,403,900.00 - 46,220,809,878.00
7. Alat-alat Studio dan Komunikasi 838.368.000,00 393.819.477,00 0,00 1.232.187.477,00
8. Alat-alat Kedokteran 625.138.950,00 918.771.250,00 0,00 1.543.910.200,00
9. Alat-alat Laboratorium 2.018.153.702,00 243.259.000,00 0,00 2.261.412.702,00
10. Alat-alat Persenjataan/Keamanan 53.950.000,00 8.838.000,00 0,00 62.788.000,00
Jumlah 79.971.809.463,00 12.225.780.627,00 754.655.000,00 91.442.935.090,00
Dalam TA 2009, Pemkot Bengkulu mengeluarkan belanja modal untuk peralatan dan
mesin sebesar Rp12.225.780.627,00. Mutasi kredit sebesar Rp754.655.000,00
merupakan reklasifikasi aset tetap menjadi persediaan pada Dinas Kelautan dan
Perikanan yang terdiri dari:
No Uraian Jumlah (Rp)
1. Kapal Motor 489.050.000,00
2. Mesin Kapal 175.705.000,00
3. Alat GPS 89.900.000,00
Jumlah 754.655.000,00
3) Gedung dan Bangunan Rp 375.116.054.450,00
Nilai Gedung dan Bangunan sebesar di atas merupakan nilai per 31 Desember 2009
yang merupakan gabungan/reklasifikasi aset tetap dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Saldo 31 Des 2008 Mutasi 2009 Saldo
No. Uraian
(Disajikan Kembali) Debet Kredit 31 Des 2009
1. Bangunan Gedung 318.922.661.950,00 54.737.232.500,00 0,00 373.659.894.450,00
2. Bangunan Monumen 1.456.160.000,00 0,00 0,00 1.456.160.000,00
Jumlah 320.378.821.950,00 54.737.232.500,00 0,00 375.116.054.450,00
4) Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 561.614.762.164,00
Nilai Jalan, Irigasi dan jaringan sebesar di atas merupakan nilai per 31 Desember 2009
yang merupakan gabungan/reklasifikasi aset tetap dengan rincian sebagai berikut:
-32-
43. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
(dalam rupiah)
Saldo 31 Des 2008 Mutasi 2009 Saldo
No. Uraian (Disajikan Kembali) Debet Kredit 31 Des 2009
1. Jalan dan Jembatan 371.160.973.250,00 56.071.933.675,00 0,00 427.232.906.925,00
2. Jaringan Air 125.064.787.500,00 8.488.430.739,00 0,00 133.553.218.239,00
3. Instalasi Listrik dan Telepon 295.550.000,00 533.087.000,00 0,00 828.637.000,00
Jumlah 496.521.310.750,00 65.093.451.414,00 0,00 561.614.762.164,00
5) Aset Tetap Lainnya Rp 72.810.965.646,00
Nilai Aset tetap lainnya sebesar di atas merupakan nilai per 31 Desember 2009 yang
merupakan gabungan/reklasifikasi aset tetap dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Mutasi 2009 Saldo
No. Uraian Saldo 31 Des 2008
(Disajikan Kembali) Debet Kredit 31 Des 2009
1. Buku/Perpustakaan 67.040.411.246,00 18.332.500,00 0,00 67.058.743.746,00
2. Barang Bercorak Kesenian, 5.197.916.900,00 15.000.000,00 0,00 5.212.916.900,00
Kebudayaan
3. Hewan, Ternak & Tanaman 446.955.000,00 92.350.000,00 0,00 539.305.000,00
Jumlah 72.685.283.146,00 125.682.500,00 0,00 72.810.965.646,00
Dalam TA 2009, Pemkot Bengkulu menambah aset tetap lainnya senilai
Rp125.682.500,00.
6) Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp 20.391.499.840,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan dan pada tanggal laporan belum selesai seluruhnya (belum diakui
selesai). Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan sebesar Rp20.391.499.840,00 merupakan
pekerjaan TA 2007 yang sampai sekarang bermasalah dan belum ada keputusan
Pemkot Bengkulu atas status aset tersebut.
Rincian lihat bisa dilihat pada Lampiran 8.
7) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp 0,00
Sampai dengan penyusunan laporan keuangan Tahun 2009, Pemkot Bengkulu belum
menyusutkan aktiva tetapnya sebagaimana diatur dalam Stándar Akuntansi
Pemerintahan.
d. Dana Cadangan Rp 6.261.947.848,00
Saldo Dana Cadangan per 31 Desember 2009 sebesar Rp6.261.947.848,00 dengan rincian
sebagai berikut:
-33-
44. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2009
(dalam rupiah)
Saldo Mutasi 2009 Saldo
No. Uraian
31-Des-08 Debet Kredit 31-Des-09
1. Sertifikat Deposito No.03.01.00294.7 5.000.000.000,00 0,00 0,00 5.000.000.000,00
tanggal 15 Juni 2006
2. Rek. Simpeda No.001.02.01.16487-8 282.458.885,00 379.488.963,00 0,00 661.947.848,00
(Rek. Penampungan Bunga Deposito)
3. Surat Deposito Berjangka 600.000.000,00 0,00 0,00 600.000.000,00
No.03.01.00414.0, tgl 23 Juni 2008
(diambil dari Rek. Simpeda)
Jumlah 5.882.458.885,00 379.488.963,00 0,00 6.261.947.848,00
Pembentukan Dana Cadangan dilakukan pada Tahun 2002 dengan Perda No.29 Tahun
2002 tentang Dana Cadangan dengan menempatkan deposito pada PT Bank Bengkulu
sebesar Rp4.000.000.000,00. Namun, dalam perda pembentukan dana cadangan ini tidak
disebutkan suatu kegiatan tertentu yang akan didanai dengan dana tersebut. Belum
dilakukannya reklasifikasi atas dana cadangan tersebut dikarenakan Perda pembentukan
dana cadangan tersebut sampai saat ini belum dicabut atau masih berlaku.
Atas bunga deposito yang diterima, ditampung dalam rekening Simpeda pada PT Bank
Bengkulu No.001.02.01.16487-8 a.n. Pemda Kota c.q. Syaferi Syarif dan pencatatannya
dalam laporan keuangan menambah saldo Dana Cadangan.
Dari bunga deposito yang ditampung dalam rekening Simpeda tersebut, sebesar
Rp1.000.000.000,00 telah digunakan untuk menambah nilai nominal deposito pada PT
Bank Bengkulu dari semula Rp4.000.000.000,00 menjadi sebesar Rp5.000.000.000,00
sesuai dengan sertifikat deposito No.03.01.00294.7 tanggal 15 Juni 2006.
Dan dari bunga deposito juga dialihkan dalam bentuk Surat Deposito Berjangka
No.03.01.00414.0, tanggal 23 Juni 2008 sebesar Rp600.000.000,00.
Pada tanggal 5 April 2010, Pemkot Bengkulu telah mencairkan seluruh Dana Cadangan
termasuk bunga yang disimpan pada rekening Simpeda dan dalam bentuk deposito, sesuai
surat Kepala DPPKA kepada PT Bank Bengkulu No.900/180/D.III/2010 tanggal 5 April
2010.
e. Aset Lainnya Rp 33.923.412.000,00
1) Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Rp 19.082.000,00
Merupakan tuntutan atas kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja ataupun lalai.
Saldo tuntutan ganti kerugian daerah per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp19.082.000,00 dan merupakan reklasifikasi penyajian dari Piutang Lain-lain.
Rincian lihat bisa dilihat pada Lampiran 9.
2) Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp 32.866.280.000,00
Saldo kemitraan dengan pihak ketiga per 31 Desember 2009 sebesar
Rp32.866.280.000,00 merupakan nilai tanah Pemkot Bengkulu yang dikerjasamakan
dengan mitra kerjasama berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Tahun 2009
dengan rincian sebagai berikut:
-34-