SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
1. DEFINISI, ETIOLOGI,
APPENDICITIS
DEFINISI APENDISITIS
Apendisitis
Peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-
laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer,
2010).
Menurut (Smeltzer,2005)
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi
akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen dan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.
Menurut (Price, 2005)
Apendisitis adalah peradangan apendiks yang
mengenai semua lapisan dinding organ tersebut.
ETIOLOGI APENDISITIS
Penyebab appendicitis
Adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga terjadi :
1. kongseti vaskuler
2. iskemik nekrosis
Akibat : terjadi infeksi.
Penyebab umum : infeksi bakteri.
Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecalith. Fecalith adalah
feses yang dimaksud adalah yang sudah mengeras di dalam saluran
cerna. Fecalith ini ditemukan pada sekitar 20% anak dengan
appendicitis.
Penyebab lain dari obstruksi :
1. Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya
2. Benda asing (pin, biji-bijian)
3. Parasit
Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah
ulserasi mukosa appendix oleh parasit Entamoeba histolytica.
REFERENSI
1.https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-
content/uploads/2016/10/APPEDISITIS-AKUT.pdf
2.https://digilib.unila.ac.id/20879/15/BAB%20II.pdf
REFERENSI :
1. KOTHADIA, J.P., S. KATZ AND L. GINZBURG, CHRONIC
APPENDICITIS : UNCOMMON CAUSE OF CHRONIC ABDOMINAL
PAIN
2. BMJ, ACUTE APPENDICITIS : PATHOPHYSIOLOGY
CARA MENEGAKKAN
DIAGNOSA APENDISITIS
1.Anamnesis.
2.Pemeriksaan fisik.
3.Pemeriksaan penunjang.
1. ANAMNESIS.
KELUHAN UTAMA : NYERI PADA PERUT KANAN BAWAH SEJAK 2
HARI.
KELUHAN TAMBAHAN: MUAL,MUNTAH,(-) NAFSU MAKAN.
(-) ADA GANGGUAN HAID.
2. PEMERIKSAAN FISIK.
TEKANAN DARAH : 120/80 MMHG
FREKUENSI NADI : 90 KALI/MENIT
FREKUENSI NAPAS : 18 KALI/MENIT
SUHU : 37,4○C
• Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik
nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney
dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
• Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum.
• Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus
abdominis.
• Rovsing sign(+). adalah nyeri abdomen di kuadran kanan
bawah apabila dilakukan penekanan pada abdomen
bagian kiri bawah.
• Psoas sign (+).
Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks.
• Obturator sign(+).
adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut
menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium.
• 3.Pemeriksaan Penunjang.
• 1.Pemeriksaan laboratorium
• a.Hitung jenis leukosit dengan hasil leukositosis.
• jumlah : 12.000-18.000/mm3.
• b.Pemeriksaan urin dengan hasil sedimen dapat normal
atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal
bila apendiks yang meradang menempel pada ureter
atau vesika.
• 2.Pemeriksaan Radiologi
• a.Apendikogram.
• Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras
BaS04 serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan
1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan
kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam
untuk dewasa.
• b.Ultrasonografi (USG)
• USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah.
REFERENSI
1. NOOR BA,PUTRA DA,OKTAVIATI,DKK.2018.PENATALAKSAAN
APPENDISITIS.UNIVERSITAS INDONESIA:FAKULTAS KEDOKTERAN.
2. KANONA, H., ET AL., STUMP APPENDICITIS: A REVIEW.
INTERNATIONAL JOURNAL OF SURGERY, 2012. 10(9): P. 425-428.
TATALAKSANA & EDUKASI APPENDICITIS
TATALAKSANA APENDISITIS
Tatalaksana Appendicitis
Apendisitis biasanya diatasi dengan prosedur operasi pengangkatan usus buntu
yang meradang (appendectomy) yang dilakukan sesegera mungkin untuk
mencegah perforasi dan terbentuknya abses.
Namun, pada apendisitis kronis, tidak selalu bersifat darurat. Pasien biasanya dapat
diberikan obat antibiotik dan antinyeri untuk mengobati kondisi radang usus buntu
kronis.
TATALAKSANA SURGICAL
Operasi usus buntu (appendectomy) ini bertujuan mengangkat apendiks yang
mengalami peradangan sebelum pecah dan memicu komplikasi yang berbahaya.
Apendektomi bisa dilakukan dengan prosedur laparoskopi maupun operasi terbuka.
Operasi terbuka membutuhkan sayatan besar pada perut, sementara laparoskopi hanya
memerlukan beberapa sayatan kecil.
a. Laparoscopy (keyhole surgery)
Appendectomy
Sebagian besar operasi usus buntu disarankan dengan laparoskopi. Hal ini dikarenakan
masa pemulihannya akan lebih cepat dan dapat meminimalisir luka pasca operasi karena
sayatan bedahnya yang berukuran kecil. Prosedur ini dapat dilakukan dengan membuat
3 sampai 4 sayatan kecil di perut.
TATALAKSANA SURGICAL
 Laparoskopi dapat dilakukan dengan memasukkan tabung tipis (laparoskop), yang memiliki
kamera kecil dan cahaya, ke perut, melalui kanula.
 Dengan laparoskop ini, dokter bedah dapat melihat bagian dalam perut pada monitor.
 Dengan bantuan minotor, usus buntu dapat diangkat melalui sayatan perut kecil.
Tetapi operasi laparoskopi tidak selalu efektif dilakukan pada semua orang. Jika appendix telah
pecah dan infeksi telah menyebar di luar appendix atau bahkan disertai abses, maka dapat dilakukan
appendectomy operasi terbuka, untuk membersihkan rongga perut.
Tatalaksana Surgica|
TATALAKSANA SURGICAL
Prosedur ini dapat dilakukan apabila:
 Appendiks telah pecah dan membentuk massa apendiks
 Infeksi telah menyebar
 apendiks telah menyebabkan abses
 pasien memiliki tumor dalam sistem pencernaan
 pasien adalah seorang wanita dalam trimester ketiga kehamilannya
 pasien telah menjalani banyak operasi perut sebelumnya
Operasi terbuka dilakukan dengan membuat 1 sayatan besar di sisi kanan bawah abdomen untuk
mengangkat apendiks. Ketika ada infeksi yang meluas dari lapisan dalam perut (peritonitis), kadang-
kadang perlu untuk membuat sayatan tengah abdomen. Prosedur ini disebut laparotomi. Setelah
operasi, pasien akan diberikan antibiotik secara intravena.
b. Operasi Terbuka (Opern Surgery)
Tatalaksana Surgical
TATALAKSANA SURGICAL
Pasien biasanya dapat bangkit dan berjalan atau bergerak dalam waktu 12 jam setelah operasi, baik
laparoskopi maupun operasi terbuka. Sedangkan masa pemulihan yang diperlukan sampai bisa
kembali ke rutinitas normal adalah sekitar 2 hingga 3 minggu. Namun penyembuhan akan lebih
cepat pada operasi laparoskopi dibandingkan operasi terbuka.
Tatalaksana Farmakologi | Rizky Kurniawan
TATALAKSANA FARMAKOLOGI
Antibiotik dapat menjadi pilihan pada keadaan tertentu. Antibiotik yang dapat diberikan untuk
appendicitis adalah antibiotik spektrum luas (Broad-spectrum antibiotic) yang dapat menghambat
atau membunuh bakteri aerob dan anaerob. Berikan antibiotic secara IV selama perawatan dan
dilanjutkan dengan antibiotik oral selama 7 hari. Contoh antibiotik yang dapat diberikan adalah
ampisilin (25–50 mg/kgBB/dosis IV/IM empat kali sehari), gentamisin (7.5 mg/kgBB/dosis IV/IM
sekali sehari) dan metronidazol (7.5 mg/kgBB/dosis tiga kali sehari).
Penggunaan antibiotik ini bila dibandingkan dengan appendektomi dapat bermanfaat pada
appendicitis yang tidak memiliki komplikasi. Namun harus diingat bahwa penggunaannya perlu
mempertimbangkan tingkat edukasi pasien dan askes terhadap layanan kesehatan.
Antibiotik
Tatalaksana Farmakologi | Rizky Kurniawan
TATALAKSANA FARMAKOLOGI
Pada pasien dengan suspek appendicitis, pemberian asupan via oral harus dihindari. Lakukan
pemasangan IV 3 way, untuk pemberian cairan dan obat, serta pengambilan sampel darah. Berikan
analgesik dan antiemetik secara parenteral, apabila diperlukan. Berikan antibiotik spektrum luas
untuk kuman aerob dan anaerob secara intravena kepada pasien yang menunjukkan tanda klinis
septikemia, atau kepada pasien yang akan menjalani apendektomi. Hal ini dilakukuan karena
antibiotik efektif dalam mengurangi tingkat infeksi luka pasca operasi dan juga pada pasien dengan
appendiceal abscess atau septikemia.
Pada pasien yang mengalami dehidrasi, ganti cairan yang hilang dengan memberikan garam normal
sebanyak 10–20 ml/kgBB cairan bolus, ulangi sesuai kebutuhan dan ikuti dengan kebutuhan cairan
rumatan 150% kebutuhan normal.
Persiapan rujukan ke rumah sakit
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
Untuk menghindari komplikasi atau membantu pemulihan appendicitis pasca operasi, maka dapat
dilakukan beberapa hal, seperti:
 Hindari aktivitas berat setelah operasi
 Bangkit dan bergerak ketika dirasa siap
 Istirahat ketika lelah
 Konsumsi banyak cairan
 Konsumsi makanan yang bertekstur halus dan mudah dicerna
 Konsumsi makanan tinggi serat, untuk membantu mencegah konstipasi pasca operasi
 Makanlah dengan porsi kecil namun sering untuk mengurangi “stres” pada saluran pencernaan.
REFERENSI
 Kothadia, et al. NCBI (2015). Chronic appendicitis: uncommon cause of chronic abdominal pain. Therapeutic
Advances in Gastroenterology, 8(3), pp. 160–162.
 Whorwell, P. NCBI (2015). The continuing dilemma of chronic appendicitis. Therapeutic Advances in
Gastroenterology, 8(3), pp. 112–113.
 NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Appendicitis. Treatment.
 Mayo Clinic (2018). Diagnosis & Treatment. Appendicitis.
 Bennington-Castro, J. & Sinha, S. Everyday Health (2017). What Is an Appendectomy?
 Pisano, M., et al., Conservative treatment for uncomplicated acute appendicitis in adults. Emergency
Medicine and Health Care, 2013
 Salminen, Paulina, et al. "Antibiotic therapy vs appendectomy for treatment of uncomplicated acute
appendicitis: the APPAC randomized clinical trial." Jama 313.23 (2015): 2340-2348.

More Related Content

Similar to 1. DEFINISI, ETIOLOGI, DAN CARA MENEGAKKAN DIAGNOSA APENDISITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISBaskoro Abdiansyah
 
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptxPresentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptxrezaaulia27
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDFASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDFBaskoro Abdiansyah
 
Leaflet apendisitis akper pemda muna
Leaflet apendisitis akper pemda munaLeaflet apendisitis akper pemda muna
Leaflet apendisitis akper pemda munaSeptian Muna Barakati
 
PPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptxPPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptxAdheliaSya
 
Asuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitisAsuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitisArief Yanto
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxSaniaJunianti
 
Leaflet apendisitis akper pemda muna
Leaflet apendisitis akper pemda munaLeaflet apendisitis akper pemda muna
Leaflet apendisitis akper pemda munaWarnet Raha
 
LAPORAN PATOLOGI ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINAL
LAPORAN PATOLOGI ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINALLAPORAN PATOLOGI ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINAL
LAPORAN PATOLOGI ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINALAnggini Fz
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTANindi Yulianti
 
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptxASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptxjanghyun4
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxnandananda776342
 
referat peritonitis.pptx
referat peritonitis.pptxreferat peritonitis.pptx
referat peritonitis.pptxsetiaji6
 

Similar to 1. DEFINISI, ETIOLOGI, DAN CARA MENEGAKKAN DIAGNOSA APENDISITIS (20)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
 
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptxPresentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Askep appendix 1
Askep appendix 1Askep appendix 1
Askep appendix 1
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDFASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
 
Apendiksitis
ApendiksitisApendiksitis
Apendiksitis
 
Modul 3 cetak
Modul 3 cetakModul 3 cetak
Modul 3 cetak
 
Leaflet apendisitis akper pemda muna
Leaflet apendisitis akper pemda munaLeaflet apendisitis akper pemda muna
Leaflet apendisitis akper pemda muna
 
PPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptxPPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptx
 
Asuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitisAsuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitis
 
Appendektomi
AppendektomiAppendektomi
Appendektomi
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
 
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum Ulkus peptikum
Ulkus peptikum
 
Leaflet apendisitis akper pemda muna
Leaflet apendisitis akper pemda munaLeaflet apendisitis akper pemda muna
Leaflet apendisitis akper pemda muna
 
LAPORAN PATOLOGI ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINAL
LAPORAN PATOLOGI ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINALLAPORAN PATOLOGI ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINAL
LAPORAN PATOLOGI ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINAL
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptxASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
 
referat peritonitis.pptx
referat peritonitis.pptxreferat peritonitis.pptx
referat peritonitis.pptx
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 

1. DEFINISI, ETIOLOGI, DAN CARA MENEGAKKAN DIAGNOSA APENDISITIS

  • 2. DEFINISI APENDISITIS Apendisitis Peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki- laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer, 2010).
  • 3. Menurut (Smeltzer,2005) Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Menurut (Price, 2005) Apendisitis adalah peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut.
  • 4. ETIOLOGI APENDISITIS Penyebab appendicitis Adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga terjadi : 1. kongseti vaskuler 2. iskemik nekrosis Akibat : terjadi infeksi. Penyebab umum : infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecalith. Fecalith adalah feses yang dimaksud adalah yang sudah mengeras di dalam saluran cerna. Fecalith ini ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis.
  • 5. Penyebab lain dari obstruksi : 1. Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya 2. Benda asing (pin, biji-bijian) 3. Parasit Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit Entamoeba histolytica.
  • 7.
  • 8. REFERENSI : 1. KOTHADIA, J.P., S. KATZ AND L. GINZBURG, CHRONIC APPENDICITIS : UNCOMMON CAUSE OF CHRONIC ABDOMINAL PAIN 2. BMJ, ACUTE APPENDICITIS : PATHOPHYSIOLOGY
  • 10. 1. ANAMNESIS. KELUHAN UTAMA : NYERI PADA PERUT KANAN BAWAH SEJAK 2 HARI. KELUHAN TAMBAHAN: MUAL,MUNTAH,(-) NAFSU MAKAN. (-) ADA GANGGUAN HAID. 2. PEMERIKSAAN FISIK. TEKANAN DARAH : 120/80 MMHG FREKUENSI NADI : 90 KALI/MENIT FREKUENSI NAPAS : 18 KALI/MENIT SUHU : 37,4○C
  • 11. • Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis. • Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. • Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus abdominis. • Rovsing sign(+). adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah.
  • 12. • Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang terjadi pada apendiks. • Obturator sign(+). adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium.
  • 13. • 3.Pemeriksaan Penunjang. • 1.Pemeriksaan laboratorium • a.Hitung jenis leukosit dengan hasil leukositosis. • jumlah : 12.000-18.000/mm3. • b.Pemeriksaan urin dengan hasil sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika.
  • 14. • 2.Pemeriksaan Radiologi • a.Apendikogram. • Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaS04 serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa. • b.Ultrasonografi (USG) • USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah.
  • 15. REFERENSI 1. NOOR BA,PUTRA DA,OKTAVIATI,DKK.2018.PENATALAKSAAN APPENDISITIS.UNIVERSITAS INDONESIA:FAKULTAS KEDOKTERAN. 2. KANONA, H., ET AL., STUMP APPENDICITIS: A REVIEW. INTERNATIONAL JOURNAL OF SURGERY, 2012. 10(9): P. 425-428.
  • 16. TATALAKSANA & EDUKASI APPENDICITIS
  • 17. TATALAKSANA APENDISITIS Tatalaksana Appendicitis Apendisitis biasanya diatasi dengan prosedur operasi pengangkatan usus buntu yang meradang (appendectomy) yang dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah perforasi dan terbentuknya abses. Namun, pada apendisitis kronis, tidak selalu bersifat darurat. Pasien biasanya dapat diberikan obat antibiotik dan antinyeri untuk mengobati kondisi radang usus buntu kronis.
  • 18. TATALAKSANA SURGICAL Operasi usus buntu (appendectomy) ini bertujuan mengangkat apendiks yang mengalami peradangan sebelum pecah dan memicu komplikasi yang berbahaya. Apendektomi bisa dilakukan dengan prosedur laparoskopi maupun operasi terbuka. Operasi terbuka membutuhkan sayatan besar pada perut, sementara laparoskopi hanya memerlukan beberapa sayatan kecil. a. Laparoscopy (keyhole surgery) Appendectomy Sebagian besar operasi usus buntu disarankan dengan laparoskopi. Hal ini dikarenakan masa pemulihannya akan lebih cepat dan dapat meminimalisir luka pasca operasi karena sayatan bedahnya yang berukuran kecil. Prosedur ini dapat dilakukan dengan membuat 3 sampai 4 sayatan kecil di perut.
  • 19. TATALAKSANA SURGICAL  Laparoskopi dapat dilakukan dengan memasukkan tabung tipis (laparoskop), yang memiliki kamera kecil dan cahaya, ke perut, melalui kanula.  Dengan laparoskop ini, dokter bedah dapat melihat bagian dalam perut pada monitor.  Dengan bantuan minotor, usus buntu dapat diangkat melalui sayatan perut kecil. Tetapi operasi laparoskopi tidak selalu efektif dilakukan pada semua orang. Jika appendix telah pecah dan infeksi telah menyebar di luar appendix atau bahkan disertai abses, maka dapat dilakukan appendectomy operasi terbuka, untuk membersihkan rongga perut.
  • 20. Tatalaksana Surgica| TATALAKSANA SURGICAL Prosedur ini dapat dilakukan apabila:  Appendiks telah pecah dan membentuk massa apendiks  Infeksi telah menyebar  apendiks telah menyebabkan abses  pasien memiliki tumor dalam sistem pencernaan  pasien adalah seorang wanita dalam trimester ketiga kehamilannya  pasien telah menjalani banyak operasi perut sebelumnya Operasi terbuka dilakukan dengan membuat 1 sayatan besar di sisi kanan bawah abdomen untuk mengangkat apendiks. Ketika ada infeksi yang meluas dari lapisan dalam perut (peritonitis), kadang- kadang perlu untuk membuat sayatan tengah abdomen. Prosedur ini disebut laparotomi. Setelah operasi, pasien akan diberikan antibiotik secara intravena. b. Operasi Terbuka (Opern Surgery)
  • 21. Tatalaksana Surgical TATALAKSANA SURGICAL Pasien biasanya dapat bangkit dan berjalan atau bergerak dalam waktu 12 jam setelah operasi, baik laparoskopi maupun operasi terbuka. Sedangkan masa pemulihan yang diperlukan sampai bisa kembali ke rutinitas normal adalah sekitar 2 hingga 3 minggu. Namun penyembuhan akan lebih cepat pada operasi laparoskopi dibandingkan operasi terbuka.
  • 22. Tatalaksana Farmakologi | Rizky Kurniawan TATALAKSANA FARMAKOLOGI Antibiotik dapat menjadi pilihan pada keadaan tertentu. Antibiotik yang dapat diberikan untuk appendicitis adalah antibiotik spektrum luas (Broad-spectrum antibiotic) yang dapat menghambat atau membunuh bakteri aerob dan anaerob. Berikan antibiotic secara IV selama perawatan dan dilanjutkan dengan antibiotik oral selama 7 hari. Contoh antibiotik yang dapat diberikan adalah ampisilin (25–50 mg/kgBB/dosis IV/IM empat kali sehari), gentamisin (7.5 mg/kgBB/dosis IV/IM sekali sehari) dan metronidazol (7.5 mg/kgBB/dosis tiga kali sehari). Penggunaan antibiotik ini bila dibandingkan dengan appendektomi dapat bermanfaat pada appendicitis yang tidak memiliki komplikasi. Namun harus diingat bahwa penggunaannya perlu mempertimbangkan tingkat edukasi pasien dan askes terhadap layanan kesehatan. Antibiotik
  • 23. Tatalaksana Farmakologi | Rizky Kurniawan TATALAKSANA FARMAKOLOGI Pada pasien dengan suspek appendicitis, pemberian asupan via oral harus dihindari. Lakukan pemasangan IV 3 way, untuk pemberian cairan dan obat, serta pengambilan sampel darah. Berikan analgesik dan antiemetik secara parenteral, apabila diperlukan. Berikan antibiotik spektrum luas untuk kuman aerob dan anaerob secara intravena kepada pasien yang menunjukkan tanda klinis septikemia, atau kepada pasien yang akan menjalani apendektomi. Hal ini dilakukuan karena antibiotik efektif dalam mengurangi tingkat infeksi luka pasca operasi dan juga pada pasien dengan appendiceal abscess atau septikemia. Pada pasien yang mengalami dehidrasi, ganti cairan yang hilang dengan memberikan garam normal sebanyak 10–20 ml/kgBB cairan bolus, ulangi sesuai kebutuhan dan ikuti dengan kebutuhan cairan rumatan 150% kebutuhan normal. Persiapan rujukan ke rumah sakit
  • 24. TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI Untuk menghindari komplikasi atau membantu pemulihan appendicitis pasca operasi, maka dapat dilakukan beberapa hal, seperti:  Hindari aktivitas berat setelah operasi  Bangkit dan bergerak ketika dirasa siap  Istirahat ketika lelah  Konsumsi banyak cairan  Konsumsi makanan yang bertekstur halus dan mudah dicerna  Konsumsi makanan tinggi serat, untuk membantu mencegah konstipasi pasca operasi  Makanlah dengan porsi kecil namun sering untuk mengurangi “stres” pada saluran pencernaan.
  • 25. REFERENSI  Kothadia, et al. NCBI (2015). Chronic appendicitis: uncommon cause of chronic abdominal pain. Therapeutic Advances in Gastroenterology, 8(3), pp. 160–162.  Whorwell, P. NCBI (2015). The continuing dilemma of chronic appendicitis. Therapeutic Advances in Gastroenterology, 8(3), pp. 112–113.  NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Appendicitis. Treatment.  Mayo Clinic (2018). Diagnosis & Treatment. Appendicitis.  Bennington-Castro, J. & Sinha, S. Everyday Health (2017). What Is an Appendectomy?  Pisano, M., et al., Conservative treatment for uncomplicated acute appendicitis in adults. Emergency Medicine and Health Care, 2013  Salminen, Paulina, et al. "Antibiotic therapy vs appendectomy for treatment of uncomplicated acute appendicitis: the APPAC randomized clinical trial." Jama 313.23 (2015): 2340-2348.