SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
REVITALISASI WAWASAN KEBANGSAAN
Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si
Dosen Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia Bandung
PENDAHULUAN
• Semangat kebangsaan Indonesia mulai mengkristal dan mencapai tahapan
yang baru sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928.
• Sejak saat itu, para pemuda Indonesia bersepakat untuk berikrar tentang
satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air Indonesia.
• Komitmen nasional dalam kerangka Sumpah Pemuda kemudian menjadi
dasar yang sangat kuat bagi bangsa Indonesia untuk memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme Barat pada tanggal 17 Agustus
1945 yang terepresentasikan oleh Soekarno dan Hatta.
• Sejak saat itulah, bangsa Indonesia berdiri kokoh sebagai sebuah negara
bangsa atau nation state yang berdaulat dan tidak diintervensi oleh pihak
asing manapun.
• Konsepsi kebangsaan “Bhineka Tunggal Ika” yang merupakan salah satu
senyawa dari ideologi bangsa Indonesia, yakni Pancasila, merupakan
sebuah cerminan betapa Indonesia menghargai dan menghormati
perbedaan, keragaman, dan kemajemukan dalam kerangka persatuan dan
kesatuan Indonesia.
• Para “founding father” bangsa Indonesia sangat menyadari bahwa bangsa
Indonesia ini terbentuk karena didasarkan pada persamaan nasib,
persamaan sejarah, dan persamaan perjuangan. Artinya, nasib, sejarah, dan
perjuangan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke inilah yang
mendorong terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, bukan
persamaan etnis, suku, agama, dan golongan yang melahirkan Indonesia.
• Dalam kontkes inilah, semangat kebangsaan yang menghargai perbedaan,
kemajemukan, pluralisme dan keanekaragaman harus dijunjung tinggi dan
ditanamkan secara simultan kepada anak cucu generasi penerus bangsa
Indonesia agar supaya mereka menyadari hakekat bangsa Indonesia yang
luas dan bervariasi ini.
• Hal ini sangat penting mengingat saat ini ada kecenderungan dikalangan
generasi penerus bangsa Indonesia mulai menipis semangat kebangsaan
dan bahkan tidak tahu makna dan hakekat dari “perbedaan dalam kesatuan”
yang dilahirkan oleh bapak pendiri bangsa Indonesia ini. Maraknya konflik
politik, kekerasan kolektif dan kerusuhan massal yang terjadi di Indonesia
pada penghujung abad 20 ini telah mengindikasikan mulai menguatnya gejala
disintegrasi bangsa yang bermuara pada gerakan-gerakan separatisme
secara sporadis dibeberapa daerah di Indonesia.
PENGERTIAN WAWASAN KEBANGSAAN
Pengertian Wawasan
Kata ”wawasan” berasal dari ”wawas” (bahasa Jawa) yang artinya melihat
atau memandang. Dengan penambahan akhiran ”an”, kata ini secara
harfiah berarti : cara penglihatan atau cara tinjau atau cara pandang.
Pengertian Kebangsaan
Dalam bahasa Inggris, kata Kebangsaan disebut dengan “Nationality”.
Berbicara kebangsaan pasti akan terkait dengan nasionalisme. Dan
berbicara tentang nasionalisme tentu sangat berkait dengan dua konsep
penting, yakni negara (nation) dan bangsa (state). Ketiga-tiganya adalah
konsep-konsep penting yang menjadi semacam kata kunci (key word)
dalam memperbincangkan masalah semangat kebangsaan. Oleh karena
itu, alangkah lebihnya apabila kita membedah konsepsi nasionalisme baik
secara definisi, karakteristik maupun pola-polanya yang sangat unik.
Ada banyak sekali pandangan dari berbagai ilmuwan politik tentang pengertian
dan asal-usul dari nasionalisme.
• Menurut Gooch[1], nasionalisme adalah merupakan kesadaran diri suatu
bangsa. Nasionalisme adalah ikatan emosional dan refleksi hakiki antar
entitas dalam suatu bangsa. Nasionalisme telah berkembang sejak akhir
abad ke-18.
• Menurut Greenfeld dan Chirot[2], istilah nasionalisme mengacu pada
seperangkat gagasan dan sentimen yang membentuk kerangka konseptual
tentang identitas nasional yang sering hadir bersama dengan berbagai
identitas lain seperti okupasi, agama, suku, linguistik, teritorial, kelas, gender,
dan lain-lain.
• Menurut Emerson[4], nasionalisme merupakan konsep yang dimuncul
sebagai tanggapan terhadap kekuatan yang datang dari Barat. Kolonialisme
Barat terhadap negara-negara sedang berkembang pada abad ke-17 sampai
dengan abad ke-20 telah menstimulan munculnya semangat dan rasa
nasionalisme dikalangan komunitas masyarakat dari negara sedang
berkembang dalam rangka melakukan perlawanan perjuangan melawan
penjajah.
[1] Pendapat Gooch ini dikutip dari L.L. Snyder, The Dynamic of Nasionalism, (Princeton : D. Van Nostrand Co. Inc.), hlm. 25.
[2] L. Greenfeld dan D. Chirot, “Nasionalisme and Agression” , dalam Theory and Society, 23 (1) 1994, hlm. 79 – 130.
[3] A. M. Alonso, “The Politics of Space, Time, and Substance : State Formation, Nationalism, and Ethnicity”, dalam Annual Review of Anthroplogy, 23, 1994, hlm. 379 –
[4] R. Emerson, From Empire to Nation, (Cambridge : Harvard University Press, 1967), hlm. 188
[5] E. Kedourie, Nationalism, (London : Hutchinson University Library, 1996), hlm. 9
• Berdasarkan pengertian tentang wawasan dan kebangsaan, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian wawasan kebangsaan adalah cara
pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan
lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (melalui
interaksi dan interelasi) dan dalam pembangunannnya di lingkungan
nasional (termasuk lokal dan propinsional), regional, dan global.
PEMBABAKAN SEJARAH KEBANGSAAN INDONESIA
• Kebangsaan Gelombang Pertama : Kebangkitan Nasional 1908
• Kebangsaan Gelombang Kedua : Soempah Pemoeda 1928
• Kebangsaan Gelombang Ketiga : Kemerdekaan 1945
• Kebangsaan Gelombang Keempat : Lahirnya Orde Baru 1966
Kebangsaan Gelombang Kelima : Lahirnya Orde Reformasi 1998
• Bangunan rumah “Negara RI” dapat dijaga ketat dengan laras senapan
ABRI lebih dari 20 tahun, yaitu hingga mencapai 1,5 kali lipatnya
menjadi 32 tahun. Tetapi akhirnya goyah, walaupun bukan oleh gugatan
para pemuda dan mahasiswa, tetapi oleh krisis moneter, yang
menyingkap kain penutup “bangunan” negara RI, sehingga
menampakkan pilar-pilar penyangganya yang sudah demikian kropos,
digerogoti oleh rayap-rayap yang menjadi begitu gemuk dan makmur
lewat jejaring KKN.
• Gelombang krismon yang melanda Asia Tenggara, dimanfaatkan dengan
baik oleh para mahasiswa dan pemuda, yang sudah termarjinalkan lewat
laras ABRI, begitu muak melihat kenyataan bangunan RI.
• Para pemuda berhasil menjatuhkan Soeharto dari kursinya. Tetapi
sayang, para penggantinya tak dapat menyatukan seluruh kekuatan
bangsa. Bahkan para pengganti Soeharto cenderung lebih parah dalam
menggerogoti pilar-pilar bangunan yang masih tersisa.
KONDISI KEBANGSAAN INDONESIA
Kondisi Ideologi
Mulai lunturnya semangat dan keyakinan akan jiwa Pancasila di sebagian besar
rakyat Indonesia. Pemahaman terhadap ideologi Pancasila hanya sebatas pada
penghafalan, namun belum pada tataran implementasi dan pengamalan nilai-
nilai yang terkadung dalam Pancasila. Bahkan ada upaya-upaya dari beberapa
pihak untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain.
Kondisi Politik
Munculnya berbagai gejala beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau gejala disintegrasi dan
separatisme, seperti di Aceh, Papua, dan Riau merupakan gambaran
nasionalisme bangsa yang semakin menipis. Selain itu, tidak terciptanya
konsensus nasional antar elit yang kemudian berakibat pada terfragmentasinya
kekuatan-kekuatan politik dan sebagian demonstrasi mahasiswa yang sudah
tidak murni lagi memperjuangkan rakyat merupakan gambaran umum kondisi
carut marutnya perpolitikan bangsa.
Kondisi Ekonomi
Krisis ekonomi regional yang kemudian merembet ke Indonesia telah
menghancurkan sendi-sendi dasar perekonomian Indonesia sehingga
menciptakan berbagai permasalahan seputar kemiskinan, pengangguran dan
kesenjangan pendapatan. Masuknya IMF, bercokolnya perusahaan asing,
privatisasi terhadap BUMN, penjualan asset strategis bangsa, disusul dengan
Capital flight dan hancurnya sistem perbankan merupakan sedikit gambaran
kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang sedang dalam krisis.
Kondisi Sosial-Budaya
Semangat gotong royong dan tenggang rasa yang merupakan ciri khas
bangsa Indonesia telah mengalami penggerogotan oleh nilai-nilai
individualisme Barat sehingga sangat mempengaruhi gaya hidup dan pola
hidup bangsa Indonesia, terutama kaum mudanya. Budaya pop (Pop culture)
telah berhasil menggantikan budaya timur (Rest culture). Budaya lokal-
nasional telah tergusur oleh proyek ”uniformisasi budaya” global Barat.
Kondisi Pertahanan-Keamanan
Adanya embargo persenjataan oleh AS telah melemahkan sistem
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia sehingga membuat TNI
agak kesulitan dalam melengkapi dirinya dengan peralatan yang
dibuthkan, dihadapkan kepada luasnya wilayah yang harus dijaga yakni
keseluruhan integritas wilayah Indonesia. Hal ini dapat dicontohkan
dengan masuknya enam pesawat udara militer AS di Pulau Bawean tahun
lalu yang tidak bisa dicegah oleh TNI. Selain itu, pencurian atas kekayaan
laut oleh negara asing juga sulit diantisipasi oleh TNI. Keterbatasan
anggaran pertahanan juga menjadi salah satu hal yang ikut melemahkan
kehandalan kinerja TNI.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI KEBANGSAAN INDONESIA
Eksternal
• Yang dimaksud faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari
luar, yakni adanya penetrasi asing berupa globalisasi.
• Menurut Anthony Giddens (1999)[1], globalisasi telah melahirkan ruang
sosio-kultural yang spektakuler dalam hubungan antar bangsa dan
interkoneksi yang melampaui batas-batas geografis dan kedaulatan
negara. Dalam kaitan ini, penetrasi globalisasi membawa tiga dampak
siginfikan.
• Pertama, mulai meluntur dan mengendurnya ikatan-ikatan negara bangsa
sebagai hasil dari pergulatan antara kedaulatan negara versus
kapitalisme global.
• Kedua, pola “tekanan ke bawah”. Artinya, globalisasi telah membuka
katub-katub peluang bagi bangkitnya identitas budaya lokal (local
culture) yang selama ini sedang terbuai oleh kemasan ikatan
nasionalisme budaya yang didasarkan pada negara bangsa.
• Ketiga, pola “desakan ke samping”. Artinya, kecenderungan penetrasi
globalisasi telah menciptakan domain ekonomi dan kultural baru yang
melintasi batas-batas negara bangsa yang selama ini ada.
•
• Jika dilihat lebih mendalam, pola-pola penetrasi globalisasi ini menimbulkan
suatu paradoks. Disatu sisi, globalisasi melakukan gerak meluas ke wilayah
global melalui teknologi komunikasi dan informasi. Namun di sisi lain,
globalisasi telah menstimulan tumbuhnya identitas-identitas lokal yang
primordial. Meskipun begitu, yang perlu diwaspadai adalah proses
uniformitas nilai yang mengarah pada hegemoni budaya.
• Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pola pentrasi asing yang
dibungkus dalam kemasan globalisasi telah menimbulkan distorsi ekonomi
yang ditandai dengan kemiskinan, kesenjangan, dan ketimpangan, distorsi
politik yang ditandai dengan konflik, kekerasan dan kerusuhan berbau
SARA, yang kemudian mengarah pada gejala disintegrasi bangsa atau
gerakan separatisme. Tiadanya filter yang kuat dari bangsa Indonesia telah
mendorong globalisasi direspon secara parsial oleh kelompok-kelompok
etnis tertentu untuk memisahkan diri dari Bangsa Indonesia.
Internal
• Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam, yakni gerakan
etnisitas yang muncul karena dampak dari penetrasi asing dan globalisasi
UPAYA MENINGKATKAN WAWASAN KEBANGSAAN
Formula atau resep tersebut adalah revitalisasi wawasan kebangsaan
berbasis spiritual.
• Revitalisasi wawasan kebangsaan bisa dimaknai menghidupkan kembali
“ruh” wawasan kebangsaan dalam kondisi masyarakat dewasa ini yang
diwarnai oleh arus globalisasi dan modernisasi. Apabila pada masa
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, hal itu dituangkan secara
eksplisit dalam bentuk Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, maka pada
masa kemerdekaan ini seharusnya wawasan kebangsaan dituangkan
dalam struktur dan kultur kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat. Artinya, konsepsi wawasan kebangsaan bukan hanya
sekedar rumusan ideologi yang berfungsi sebagai slogan atau jargon
belaka, akan tetapi harus dituangkan, dimaknai dan diimplementasikan
dalam interaksi sosial di masyarakat.
• Wawasan kebangsaan pada masa kini bukanlah mengulang kembali
secara tekstual apa yang terjadi dalam sejarah perjalanan bangsa
mengusir penjajah, akan tetapi secara kontekstual memberi makna dan
warna baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks
ini, bangsa Indonesia harus mampu menangkap “ruh” Sumpah Pemuda
dan kemudian menempatkannya sesuai dengan tantangan jaman. Hal ini
bisa dilakukan melalui suatu proses sosialisasi nilai-nilai yang terkandung
dalam Sumpah Pemuda sehingga kesadaran terhadap jati diri bangsa
dapat terinternalisasi secara mendalam.
• Revitalisasi wawasan kebangsaan yang diselenggarakan melalui
pemantapan kembali komitmen bangsa yang mengacu pada filosofi
Sumpah Pemuda, bertujuan untuk meneguhkan kembali nilai-nilai
kebangsaan dalam hati sanubari setiap insan manusia Indonesia,
khususnya bagi generasi muda penerus bangsa untuk menyadari dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi satu nusa, satu
bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia.
• Pemaknaan modal kebangsaan “sumpah pemuda” sebagai jati diri bangsa
seharusnya dijadikan landasan filosofis dan ideal dalam memulai
pembenahan kembali cara pandang bangsa terhadap keberadaan negara
dan bangsanya. Karena Sumpah Pemuda ditempatkan dalam format
sebagai landasan filosofis, maka sangatlah tepat jika kita semua
mengupayakan agar pemaknaan tersebut juga sekaligus mencerminkan
sikap diri yg berbasis moral spiritual. Artinya, proses memaknai filosofi
Sumpah Pemuda tidak hanya dikaitkan dengan kepentingan fisik material
belaka.
• Pembentukan karakter bangsa (character building) sebagai alat untuk
menumbuhkan wawasan kebangsaan dapat termanifestasikan dalam
proses kaderisasi pemimpin bangsa dan pemikir-pemikir bangsa yang
berwawasan kebangsaan dengan semangat nasionalisme yang tinggi
berlandaskan kepada pemilikan kecerdasan intelektual, emosional, dan
spiritual.
• Proses dan mekanisme untuk menginternalisasi konsepsi Sumpah
Pemuda dalam kerangka wawasan kebangsaan adalah dengan cara
pencanangan program gerakan disiplin nasional, program tegakkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, membasmi korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta gerakan cinta tanah air.
• karena itu, berbagai kegiatan pendidikan, pelatihan, pengkajian,
penelitian, dan lokakarya untuk mendeseminasikan serangkaian
nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi Sumpah Pemuda mutlak
harus dilakukan agar supaya timbul kesadaran masyarakat akan
pentingnya wawasan kebangsaan dalam kerangka menghadapi
“Perang Modern”.
• Berbagai program aksi atau action programm perlu dilakukan secara
sinergis oleh berbagai stake holders bangsa Indonesia untuk
menginternalisasi konsepsi Sumpah Pemuda kepada generasi
penerus bangsa, baik di lembaga pendidikan seperti pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi, maupun di lembaga pendidikan non
formal yang ada di dalam masyarakat.
• Rekonsiliasi nasional, yang sangat penting dibutuhkan demi
pemulihan krisis multidimensi, hanya bisa terwujud apabila
dikerangkai oleh semangat revitalisasi wawasan kebangsaan yang di
dalamnya mengandung nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme.
Pembangunan karakter bangsa harus difokuskan pada pembentukan
jiwa-jiwa nasionalisme dan patriotisme bangsa yang berbasis
spiritual. Spiritual adalah ruh dan jati diri yang akan selalu
memberikan senyawa kepemimpinan, ketauladanan dan kepatuhan
dalam menata ulang masyarakat Indonesia ditengah jebakan
“Perang Modern”.
• Pemberdayaan dan sinergi antar komponen masyarakat merupakan
modal yang sangat ampuh dan perlu dilembagakan dalam rangka
membangun semangat wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan
yang digalang oleh segenap bangsa Indonesia tidak akan tercapai
dengan baik apabila masing-masing komponen bangsa tidak berdaya
dan bersinergi menyatukan kekuatan dalam menghadapi musuh
bersama bangsa Indonesia yang termanifestasikan dalam “Perang
Modern”.
• Untuk menghadapi Perang Modern, perlu kiranya dilakukan suatu
kebijakan yang mengarah pada gerakan revitalisasi kebangsaan
dengan fokus pada tiga pilar pembangunan, yakni ”State Building,
Nation Building, dan Character Building”.
• Dari solusi berupa revitalisasi wawasan kebangsaan yang telah
diuraikan di atas, sudah selayaknya segenap komponen bangsa
menaruh perhatian terhadap fenomena “Perang Modern”. Revitalisasi
wawasan kebangsaan berbasis spiritual inilah yang harus dijadikan
penangkal dalam menghadapi ancaman “Perang Modern”. Dalam
konteks inilah, nilai-nilai spiritual yang terbalut dalam revitalisasi
wawasan kebangsaan patut dijadikan resep untuk menyelesaikan
permasalahan menurunnya nasionalisme yang telah disebabkan oleh
“Perang Modern”.
jbptunikompp-gdl-dewikurnia-23119-11-wasbang.ppt

More Related Content

Similar to jbptunikompp-gdl-dewikurnia-23119-11-wasbang.ppt

Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalismeMakalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
KhairulAnwarGenaliwe
 
IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL(Kewarganegaraan)
IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL(Kewarganegaraan)IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL(Kewarganegaraan)
IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL(Kewarganegaraan)
Mifta Finanti
 

Similar to jbptunikompp-gdl-dewikurnia-23119-11-wasbang.ppt (20)

Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasIndonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
 
Identitas nasional By Andi Juntak
Identitas nasional By Andi JuntakIdentitas nasional By Andi Juntak
Identitas nasional By Andi Juntak
 
Makalah identitas nasional akbid paramata
Makalah identitas nasional akbid paramataMakalah identitas nasional akbid paramata
Makalah identitas nasional akbid paramata
 
1. identitas nasional
1. identitas nasional1. identitas nasional
1. identitas nasional
 
Sesi 3 - Materi Identitas Nasional Indonesia
Sesi 3 - Materi Identitas Nasional IndonesiaSesi 3 - Materi Identitas Nasional Indonesia
Sesi 3 - Materi Identitas Nasional Indonesia
 
wasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptxwasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptx
 
Bab 2 identitas nasional
Bab 2 identitas nasionalBab 2 identitas nasional
Bab 2 identitas nasional
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalismeMakalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
 
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesiaPertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
 
Nasionalisme kita
Nasionalisme kitaNasionalisme kita
Nasionalisme kita
 
makalah PKN
makalah PKNmakalah PKN
makalah PKN
 
Wawasan Kebangsaan.docx
Wawasan Kebangsaan.docxWawasan Kebangsaan.docx
Wawasan Kebangsaan.docx
 
Buku ajar spni
Buku ajar spniBuku ajar spni
Buku ajar spni
 
Pkn makalah identitas nasional
Pkn makalah identitas nasionalPkn makalah identitas nasional
Pkn makalah identitas nasional
 
TBM dan Pancasila sebagai Rumah Kita
TBM dan Pancasila sebagai Rumah KitaTBM dan Pancasila sebagai Rumah Kita
TBM dan Pancasila sebagai Rumah Kita
 
Nasionalisme
Nasionalisme Nasionalisme
Nasionalisme
 
Ayu
AyuAyu
Ayu
 
Nasionalisme Di Era Globalisasi ( Kelompok 4 ).pptx
Nasionalisme Di Era Globalisasi ( Kelompok 4 ).pptxNasionalisme Di Era Globalisasi ( Kelompok 4 ).pptx
Nasionalisme Di Era Globalisasi ( Kelompok 4 ).pptx
 
IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL(Kewarganegaraan)
IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL(Kewarganegaraan)IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL(Kewarganegaraan)
IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL(Kewarganegaraan)
 
Makalah pancasila 16060484079
Makalah pancasila 16060484079Makalah pancasila 16060484079
Makalah pancasila 16060484079
 

More from tugasips91 (7)

pendudukan jepang di Indonesia.pptx
pendudukan jepang di Indonesia.pptxpendudukan jepang di Indonesia.pptx
pendudukan jepang di Indonesia.pptx
 
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.pptx
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.pptxProklamasi Kemerdekaan Indonesia.pptx
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.pptx
 
Penyebaran Agama Hindu Buddha di Nusantara.pptx
Penyebaran Agama Hindu Buddha di Nusantara.pptxPenyebaran Agama Hindu Buddha di Nusantara.pptx
Penyebaran Agama Hindu Buddha di Nusantara.pptx
 
Teori nenek moyang Indonesia.pptx
Teori nenek moyang Indonesia.pptxTeori nenek moyang Indonesia.pptx
Teori nenek moyang Indonesia.pptx
 
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.pptx
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.pptxKedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.pptx
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.pptx
 
kehidupan awal manusia purba.pptx
kehidupan awal manusia purba.pptxkehidupan awal manusia purba.pptx
kehidupan awal manusia purba.pptx
 
kolonialisme-bram (1).ppt
kolonialisme-bram (1).pptkolonialisme-bram (1).ppt
kolonialisme-bram (1).ppt
 

Recently uploaded

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungPenyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
SemediGiri2
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
putrisari631
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKAATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
VeonaHartanti
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 

Recently uploaded (20)

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptxMateri Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungPenyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
 
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
 
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptxMateri Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKAATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 

jbptunikompp-gdl-dewikurnia-23119-11-wasbang.ppt

  • 1. REVITALISASI WAWASAN KEBANGSAAN Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si Dosen Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung
  • 2. PENDAHULUAN • Semangat kebangsaan Indonesia mulai mengkristal dan mencapai tahapan yang baru sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. • Sejak saat itu, para pemuda Indonesia bersepakat untuk berikrar tentang satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air Indonesia. • Komitmen nasional dalam kerangka Sumpah Pemuda kemudian menjadi dasar yang sangat kuat bagi bangsa Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme Barat pada tanggal 17 Agustus 1945 yang terepresentasikan oleh Soekarno dan Hatta. • Sejak saat itulah, bangsa Indonesia berdiri kokoh sebagai sebuah negara bangsa atau nation state yang berdaulat dan tidak diintervensi oleh pihak asing manapun. • Konsepsi kebangsaan “Bhineka Tunggal Ika” yang merupakan salah satu senyawa dari ideologi bangsa Indonesia, yakni Pancasila, merupakan sebuah cerminan betapa Indonesia menghargai dan menghormati perbedaan, keragaman, dan kemajemukan dalam kerangka persatuan dan kesatuan Indonesia.
  • 3. • Para “founding father” bangsa Indonesia sangat menyadari bahwa bangsa Indonesia ini terbentuk karena didasarkan pada persamaan nasib, persamaan sejarah, dan persamaan perjuangan. Artinya, nasib, sejarah, dan perjuangan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke inilah yang mendorong terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, bukan persamaan etnis, suku, agama, dan golongan yang melahirkan Indonesia. • Dalam kontkes inilah, semangat kebangsaan yang menghargai perbedaan, kemajemukan, pluralisme dan keanekaragaman harus dijunjung tinggi dan ditanamkan secara simultan kepada anak cucu generasi penerus bangsa Indonesia agar supaya mereka menyadari hakekat bangsa Indonesia yang luas dan bervariasi ini. • Hal ini sangat penting mengingat saat ini ada kecenderungan dikalangan generasi penerus bangsa Indonesia mulai menipis semangat kebangsaan dan bahkan tidak tahu makna dan hakekat dari “perbedaan dalam kesatuan” yang dilahirkan oleh bapak pendiri bangsa Indonesia ini. Maraknya konflik politik, kekerasan kolektif dan kerusuhan massal yang terjadi di Indonesia pada penghujung abad 20 ini telah mengindikasikan mulai menguatnya gejala disintegrasi bangsa yang bermuara pada gerakan-gerakan separatisme secara sporadis dibeberapa daerah di Indonesia.
  • 4. PENGERTIAN WAWASAN KEBANGSAAN Pengertian Wawasan Kata ”wawasan” berasal dari ”wawas” (bahasa Jawa) yang artinya melihat atau memandang. Dengan penambahan akhiran ”an”, kata ini secara harfiah berarti : cara penglihatan atau cara tinjau atau cara pandang. Pengertian Kebangsaan Dalam bahasa Inggris, kata Kebangsaan disebut dengan “Nationality”. Berbicara kebangsaan pasti akan terkait dengan nasionalisme. Dan berbicara tentang nasionalisme tentu sangat berkait dengan dua konsep penting, yakni negara (nation) dan bangsa (state). Ketiga-tiganya adalah konsep-konsep penting yang menjadi semacam kata kunci (key word) dalam memperbincangkan masalah semangat kebangsaan. Oleh karena itu, alangkah lebihnya apabila kita membedah konsepsi nasionalisme baik secara definisi, karakteristik maupun pola-polanya yang sangat unik.
  • 5. Ada banyak sekali pandangan dari berbagai ilmuwan politik tentang pengertian dan asal-usul dari nasionalisme. • Menurut Gooch[1], nasionalisme adalah merupakan kesadaran diri suatu bangsa. Nasionalisme adalah ikatan emosional dan refleksi hakiki antar entitas dalam suatu bangsa. Nasionalisme telah berkembang sejak akhir abad ke-18. • Menurut Greenfeld dan Chirot[2], istilah nasionalisme mengacu pada seperangkat gagasan dan sentimen yang membentuk kerangka konseptual tentang identitas nasional yang sering hadir bersama dengan berbagai identitas lain seperti okupasi, agama, suku, linguistik, teritorial, kelas, gender, dan lain-lain. • Menurut Emerson[4], nasionalisme merupakan konsep yang dimuncul sebagai tanggapan terhadap kekuatan yang datang dari Barat. Kolonialisme Barat terhadap negara-negara sedang berkembang pada abad ke-17 sampai dengan abad ke-20 telah menstimulan munculnya semangat dan rasa nasionalisme dikalangan komunitas masyarakat dari negara sedang berkembang dalam rangka melakukan perlawanan perjuangan melawan penjajah. [1] Pendapat Gooch ini dikutip dari L.L. Snyder, The Dynamic of Nasionalism, (Princeton : D. Van Nostrand Co. Inc.), hlm. 25. [2] L. Greenfeld dan D. Chirot, “Nasionalisme and Agression” , dalam Theory and Society, 23 (1) 1994, hlm. 79 – 130. [3] A. M. Alonso, “The Politics of Space, Time, and Substance : State Formation, Nationalism, and Ethnicity”, dalam Annual Review of Anthroplogy, 23, 1994, hlm. 379 – [4] R. Emerson, From Empire to Nation, (Cambridge : Harvard University Press, 1967), hlm. 188 [5] E. Kedourie, Nationalism, (London : Hutchinson University Library, 1996), hlm. 9
  • 6. • Berdasarkan pengertian tentang wawasan dan kebangsaan, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian wawasan kebangsaan adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (melalui interaksi dan interelasi) dan dalam pembangunannnya di lingkungan nasional (termasuk lokal dan propinsional), regional, dan global. PEMBABAKAN SEJARAH KEBANGSAAN INDONESIA • Kebangsaan Gelombang Pertama : Kebangkitan Nasional 1908 • Kebangsaan Gelombang Kedua : Soempah Pemoeda 1928 • Kebangsaan Gelombang Ketiga : Kemerdekaan 1945 • Kebangsaan Gelombang Keempat : Lahirnya Orde Baru 1966
  • 7. Kebangsaan Gelombang Kelima : Lahirnya Orde Reformasi 1998 • Bangunan rumah “Negara RI” dapat dijaga ketat dengan laras senapan ABRI lebih dari 20 tahun, yaitu hingga mencapai 1,5 kali lipatnya menjadi 32 tahun. Tetapi akhirnya goyah, walaupun bukan oleh gugatan para pemuda dan mahasiswa, tetapi oleh krisis moneter, yang menyingkap kain penutup “bangunan” negara RI, sehingga menampakkan pilar-pilar penyangganya yang sudah demikian kropos, digerogoti oleh rayap-rayap yang menjadi begitu gemuk dan makmur lewat jejaring KKN. • Gelombang krismon yang melanda Asia Tenggara, dimanfaatkan dengan baik oleh para mahasiswa dan pemuda, yang sudah termarjinalkan lewat laras ABRI, begitu muak melihat kenyataan bangunan RI. • Para pemuda berhasil menjatuhkan Soeharto dari kursinya. Tetapi sayang, para penggantinya tak dapat menyatukan seluruh kekuatan bangsa. Bahkan para pengganti Soeharto cenderung lebih parah dalam menggerogoti pilar-pilar bangunan yang masih tersisa.
  • 8. KONDISI KEBANGSAAN INDONESIA Kondisi Ideologi Mulai lunturnya semangat dan keyakinan akan jiwa Pancasila di sebagian besar rakyat Indonesia. Pemahaman terhadap ideologi Pancasila hanya sebatas pada penghafalan, namun belum pada tataran implementasi dan pengamalan nilai- nilai yang terkadung dalam Pancasila. Bahkan ada upaya-upaya dari beberapa pihak untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Kondisi Politik Munculnya berbagai gejala beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau gejala disintegrasi dan separatisme, seperti di Aceh, Papua, dan Riau merupakan gambaran nasionalisme bangsa yang semakin menipis. Selain itu, tidak terciptanya konsensus nasional antar elit yang kemudian berakibat pada terfragmentasinya kekuatan-kekuatan politik dan sebagian demonstrasi mahasiswa yang sudah tidak murni lagi memperjuangkan rakyat merupakan gambaran umum kondisi carut marutnya perpolitikan bangsa.
  • 9. Kondisi Ekonomi Krisis ekonomi regional yang kemudian merembet ke Indonesia telah menghancurkan sendi-sendi dasar perekonomian Indonesia sehingga menciptakan berbagai permasalahan seputar kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan pendapatan. Masuknya IMF, bercokolnya perusahaan asing, privatisasi terhadap BUMN, penjualan asset strategis bangsa, disusul dengan Capital flight dan hancurnya sistem perbankan merupakan sedikit gambaran kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang sedang dalam krisis. Kondisi Sosial-Budaya Semangat gotong royong dan tenggang rasa yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia telah mengalami penggerogotan oleh nilai-nilai individualisme Barat sehingga sangat mempengaruhi gaya hidup dan pola hidup bangsa Indonesia, terutama kaum mudanya. Budaya pop (Pop culture) telah berhasil menggantikan budaya timur (Rest culture). Budaya lokal- nasional telah tergusur oleh proyek ”uniformisasi budaya” global Barat.
  • 10. Kondisi Pertahanan-Keamanan Adanya embargo persenjataan oleh AS telah melemahkan sistem pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia sehingga membuat TNI agak kesulitan dalam melengkapi dirinya dengan peralatan yang dibuthkan, dihadapkan kepada luasnya wilayah yang harus dijaga yakni keseluruhan integritas wilayah Indonesia. Hal ini dapat dicontohkan dengan masuknya enam pesawat udara militer AS di Pulau Bawean tahun lalu yang tidak bisa dicegah oleh TNI. Selain itu, pencurian atas kekayaan laut oleh negara asing juga sulit diantisipasi oleh TNI. Keterbatasan anggaran pertahanan juga menjadi salah satu hal yang ikut melemahkan kehandalan kinerja TNI.
  • 11. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI KEBANGSAAN INDONESIA Eksternal • Yang dimaksud faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari luar, yakni adanya penetrasi asing berupa globalisasi. • Menurut Anthony Giddens (1999)[1], globalisasi telah melahirkan ruang sosio-kultural yang spektakuler dalam hubungan antar bangsa dan interkoneksi yang melampaui batas-batas geografis dan kedaulatan negara. Dalam kaitan ini, penetrasi globalisasi membawa tiga dampak siginfikan. • Pertama, mulai meluntur dan mengendurnya ikatan-ikatan negara bangsa sebagai hasil dari pergulatan antara kedaulatan negara versus kapitalisme global. • Kedua, pola “tekanan ke bawah”. Artinya, globalisasi telah membuka katub-katub peluang bagi bangkitnya identitas budaya lokal (local culture) yang selama ini sedang terbuai oleh kemasan ikatan nasionalisme budaya yang didasarkan pada negara bangsa. • Ketiga, pola “desakan ke samping”. Artinya, kecenderungan penetrasi globalisasi telah menciptakan domain ekonomi dan kultural baru yang melintasi batas-batas negara bangsa yang selama ini ada. •
  • 12. • Jika dilihat lebih mendalam, pola-pola penetrasi globalisasi ini menimbulkan suatu paradoks. Disatu sisi, globalisasi melakukan gerak meluas ke wilayah global melalui teknologi komunikasi dan informasi. Namun di sisi lain, globalisasi telah menstimulan tumbuhnya identitas-identitas lokal yang primordial. Meskipun begitu, yang perlu diwaspadai adalah proses uniformitas nilai yang mengarah pada hegemoni budaya. • Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pola pentrasi asing yang dibungkus dalam kemasan globalisasi telah menimbulkan distorsi ekonomi yang ditandai dengan kemiskinan, kesenjangan, dan ketimpangan, distorsi politik yang ditandai dengan konflik, kekerasan dan kerusuhan berbau SARA, yang kemudian mengarah pada gejala disintegrasi bangsa atau gerakan separatisme. Tiadanya filter yang kuat dari bangsa Indonesia telah mendorong globalisasi direspon secara parsial oleh kelompok-kelompok etnis tertentu untuk memisahkan diri dari Bangsa Indonesia. Internal • Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam, yakni gerakan etnisitas yang muncul karena dampak dari penetrasi asing dan globalisasi
  • 13. UPAYA MENINGKATKAN WAWASAN KEBANGSAAN Formula atau resep tersebut adalah revitalisasi wawasan kebangsaan berbasis spiritual. • Revitalisasi wawasan kebangsaan bisa dimaknai menghidupkan kembali “ruh” wawasan kebangsaan dalam kondisi masyarakat dewasa ini yang diwarnai oleh arus globalisasi dan modernisasi. Apabila pada masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, hal itu dituangkan secara eksplisit dalam bentuk Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, maka pada masa kemerdekaan ini seharusnya wawasan kebangsaan dituangkan dalam struktur dan kultur kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Artinya, konsepsi wawasan kebangsaan bukan hanya sekedar rumusan ideologi yang berfungsi sebagai slogan atau jargon belaka, akan tetapi harus dituangkan, dimaknai dan diimplementasikan dalam interaksi sosial di masyarakat.
  • 14. • Wawasan kebangsaan pada masa kini bukanlah mengulang kembali secara tekstual apa yang terjadi dalam sejarah perjalanan bangsa mengusir penjajah, akan tetapi secara kontekstual memberi makna dan warna baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini, bangsa Indonesia harus mampu menangkap “ruh” Sumpah Pemuda dan kemudian menempatkannya sesuai dengan tantangan jaman. Hal ini bisa dilakukan melalui suatu proses sosialisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda sehingga kesadaran terhadap jati diri bangsa dapat terinternalisasi secara mendalam. • Revitalisasi wawasan kebangsaan yang diselenggarakan melalui pemantapan kembali komitmen bangsa yang mengacu pada filosofi Sumpah Pemuda, bertujuan untuk meneguhkan kembali nilai-nilai kebangsaan dalam hati sanubari setiap insan manusia Indonesia, khususnya bagi generasi muda penerus bangsa untuk menyadari dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia.
  • 15. • Pemaknaan modal kebangsaan “sumpah pemuda” sebagai jati diri bangsa seharusnya dijadikan landasan filosofis dan ideal dalam memulai pembenahan kembali cara pandang bangsa terhadap keberadaan negara dan bangsanya. Karena Sumpah Pemuda ditempatkan dalam format sebagai landasan filosofis, maka sangatlah tepat jika kita semua mengupayakan agar pemaknaan tersebut juga sekaligus mencerminkan sikap diri yg berbasis moral spiritual. Artinya, proses memaknai filosofi Sumpah Pemuda tidak hanya dikaitkan dengan kepentingan fisik material belaka. • Pembentukan karakter bangsa (character building) sebagai alat untuk menumbuhkan wawasan kebangsaan dapat termanifestasikan dalam proses kaderisasi pemimpin bangsa dan pemikir-pemikir bangsa yang berwawasan kebangsaan dengan semangat nasionalisme yang tinggi berlandaskan kepada pemilikan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. • Proses dan mekanisme untuk menginternalisasi konsepsi Sumpah Pemuda dalam kerangka wawasan kebangsaan adalah dengan cara pencanangan program gerakan disiplin nasional, program tegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, membasmi korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta gerakan cinta tanah air.
  • 16. • karena itu, berbagai kegiatan pendidikan, pelatihan, pengkajian, penelitian, dan lokakarya untuk mendeseminasikan serangkaian nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi Sumpah Pemuda mutlak harus dilakukan agar supaya timbul kesadaran masyarakat akan pentingnya wawasan kebangsaan dalam kerangka menghadapi “Perang Modern”. • Berbagai program aksi atau action programm perlu dilakukan secara sinergis oleh berbagai stake holders bangsa Indonesia untuk menginternalisasi konsepsi Sumpah Pemuda kepada generasi penerus bangsa, baik di lembaga pendidikan seperti pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, maupun di lembaga pendidikan non formal yang ada di dalam masyarakat. • Rekonsiliasi nasional, yang sangat penting dibutuhkan demi pemulihan krisis multidimensi, hanya bisa terwujud apabila dikerangkai oleh semangat revitalisasi wawasan kebangsaan yang di dalamnya mengandung nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Pembangunan karakter bangsa harus difokuskan pada pembentukan jiwa-jiwa nasionalisme dan patriotisme bangsa yang berbasis spiritual. Spiritual adalah ruh dan jati diri yang akan selalu memberikan senyawa kepemimpinan, ketauladanan dan kepatuhan dalam menata ulang masyarakat Indonesia ditengah jebakan “Perang Modern”.
  • 17. • Pemberdayaan dan sinergi antar komponen masyarakat merupakan modal yang sangat ampuh dan perlu dilembagakan dalam rangka membangun semangat wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan yang digalang oleh segenap bangsa Indonesia tidak akan tercapai dengan baik apabila masing-masing komponen bangsa tidak berdaya dan bersinergi menyatukan kekuatan dalam menghadapi musuh bersama bangsa Indonesia yang termanifestasikan dalam “Perang Modern”. • Untuk menghadapi Perang Modern, perlu kiranya dilakukan suatu kebijakan yang mengarah pada gerakan revitalisasi kebangsaan dengan fokus pada tiga pilar pembangunan, yakni ”State Building, Nation Building, dan Character Building”. • Dari solusi berupa revitalisasi wawasan kebangsaan yang telah diuraikan di atas, sudah selayaknya segenap komponen bangsa menaruh perhatian terhadap fenomena “Perang Modern”. Revitalisasi wawasan kebangsaan berbasis spiritual inilah yang harus dijadikan penangkal dalam menghadapi ancaman “Perang Modern”. Dalam konteks inilah, nilai-nilai spiritual yang terbalut dalam revitalisasi wawasan kebangsaan patut dijadikan resep untuk menyelesaikan permasalahan menurunnya nasionalisme yang telah disebabkan oleh “Perang Modern”.