Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasSatrio Arismunandar
Identitas “Indonesia” dan keindonesiaan ternyata adalah sesuatu yang masih harus terus kita perjuangkan. Ia adalah sesuatu yang selalu dalam pembentukan, selalu dalam proses menjadi (becoming).
Pancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesaEmillia Ardhiana
Dosen Pengampu : Dr. Made Pramono, M.Hum.
Nama : Emillia Ardhiana Wulandari
Nim : 18030174017
Jurusan : Matematika
Prodi : Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Surabaya
Makalah perjuangan organisasi pergerakan kebangsaan... tugas sejarah mengenai seputar peristiwa yang terjadi di masa lampau. terdapat beberapa organisasi yang pernah terbentuk di masa itu, yang dibahas lengkap dalam materi ini
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasSatrio Arismunandar
Identitas “Indonesia” dan keindonesiaan ternyata adalah sesuatu yang masih harus terus kita perjuangkan. Ia adalah sesuatu yang selalu dalam pembentukan, selalu dalam proses menjadi (becoming).
Pancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesaEmillia Ardhiana
Dosen Pengampu : Dr. Made Pramono, M.Hum.
Nama : Emillia Ardhiana Wulandari
Nim : 18030174017
Jurusan : Matematika
Prodi : Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Surabaya
Makalah perjuangan organisasi pergerakan kebangsaan... tugas sejarah mengenai seputar peristiwa yang terjadi di masa lampau. terdapat beberapa organisasi yang pernah terbentuk di masa itu, yang dibahas lengkap dalam materi ini
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
3. Politik DRAINAGE Belanda mengeruk
kekayaan dari negara Indonesia untuk kepentingan
dan kesejahteraan negara Belanda.
Puncaknya : Terjadi pada masa tanam paksa dimana
Belanda mampu membangun Dam, sedangkan rakyat
Indonesia hidup sengsara.
LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL
4. Politik balas budi yang bertujuan
untuk memperbaiki kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
TRIAS VAN DEVENTER
1. IRIGASI → bertujuan untuk
mengairi sawah rakyat
Indonesia agar hasil panennya
meningkat.
2. EMIGRASI → mengurangi
kepadatan di P. Jawa dan
mengolah tanah di luar Jawa.
3. EDUKASI → meningkatkan
kualitas masyarakat Indonesia
PELAKSANAAN
1.IRIGASI digunakan untuk
mengairi perkebunan milik
swasta Belanda.
2.EMIGRASI digunakan untuk
membuka lahan baru di P. Jawa
dan mendapatkan tenaga kerja
murah.
3.EDUKASI digunakan semata-
mata untuk memnuhi
kebutuhan pegawai rendahan.
5. INTERNAL
1. Penderitaan masyarakat
pribumi sejak
diberlakukannya politik
tanam dan politik
liberal.
2. Lahirnya golongan
intelektual
3. Program Pax-
Neerlandica
EKSTERNAL
1. Kemenangan Jepang atas
Rusia (1905)
2. Kelahiran paham-paham
baru, seperti :
Nasionalisme
Liberalisme
Sosialisme
Demokrasi
1. Perkembangan
Nasionalisme di Berbagai
Negara.
6.
7. PERGERAKAN DI INDONESIA
Pergerakan Nasional (1908 - 1942)
Masa Pembentukan (1908 - 1920)
Masa Radikal/Nonkooperasi (1920 – 1930)
Masa Moderat/Kooperasi (1930 – 1942)
8. 1. Keanggotannya tidak didasarkan
atas kelompok etnis (suku) tertentu,
melainkan beberapa kelompok
etnis.
2. Sebagian besar pemimpin
pergerakan nasional berasal dari
kalangan terdidik.
3. Organisasi-organisasi pergerakan
nasional tersebut memiliki tujuan
yang jelas.
4. Organisasi-organisasi pergerakan
nasional memiliki paham
kebangsaan atau nasionalisme.
10. BUDI UTOMO
o Berdiri : 20 Mei 1908
o Tokoh Perintis :dr. Wahidin
Sudirohusodo
o Ketua : Sutomo
o Anggota :Pelajar STOVIA
o Tujuan : Mencapai
kemajuan dan meningkatkan
derajat serta martabat bangsa
Indonesia melalui bidang
pendidikan dan kebudayaan.
o Tanggal berdiri Budi Utomo
diperingati sebagai Hari
Kebangkitan Nasional
11. SAREKAT ISLAM (SI)
o SDI (Jakarta) : 1909
o SDI (Yogyakarta) : 1911
o Tujuan :
Menyatukan pedagang muslim dalam
persaingannya dengan pedagang Cina
o Pendiri : K.H. Samanhudi
Tahun 1912 SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI)
o Pendiri : H.O.S. Cokroaminoto dan K.H.
Agus Salim
o Anggota : rakyat Indonesia
o Tujuan :
Memajukan kehidupan rakyat melalui
perekonomian
Membina persatuan dan memajukan umat Islam
Mengangkat dan memajukan derajat serta
kecerdasan rakyat untuk menentang setiap bentuk
penindasan
12. Indische Partij
o Berdiri : 25 Desember 1912
o Tokoh Pendiri : Tiga Serangkai
1. Douwes Dekker
2. Cipto Mangunkusumo
3. Suwardi Suryaningrat
o Tujuan :
1. Mengembangkan rasa nasionalisme dan
menciptakan kebersamaan dan persatuan
antara orang Indo dan orang bumiputera
2. Mempersiapkan kehidupan rakyat yang
merdeka
13.
14. Perhimpunan Indonesia (PI)
Berdiri : 1908 dengan nama Indische
Vereeniging di Belanda
Bersifat : sosial, beralih bersifat politik dengan
nama Indonesische Vereeniging
Tahun 1925 berubah nama menjadi Perhimpunan
Indonesia
Pendiri : Sultan Kesayangan dan R.M Noto
Suroto
Tokoh : M. Hatta, Ahmad Subardjo, dr. Cipto M,
Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat
Tujuan : Mengusahakan suatu pemerintahan
untuk Indonesia.
Bersifat keras dan tidak mau bekerjasama dengan kolonial Belanda
(non-kooperasi).
15. Partai Komunis Indonesia (PKI)
o Berdiri : 1914, dengan nama
Indische Sociial Demokratische
Vereeniging (ISDV)
o Pendiri : Sneevliet dan Semaun
Tahun 1920 diganti nama menjadi
Partai Komunis Nasional
o Ketua : Semaun
o Anggota : buruh dan tani
o Partai ini sering melakukan
pemberontakan
16. Partai Nasional Indonesia (PNI)
o Berdiri : 4 Juli 1927
o Pendiri : Ir. Soekarno, Ishaq
Cokrohadisuryo, Mr. Sartono, Mr. Sunaryo
o Tujuan : mencapai Indonesia merdeka
o Asas :
1. Self help; menolong diri sendiri
2. Non-kooperastif; tidak mau bekerjasama
dengan Belanda
3. Marhainisme; memperjuangkan rakyat
kecil
o Dalam Kongres pertama (27-30 Mei 1928),
disahkan :
o Ketua : Ir. Soekarno
o Sekretaris/Bendahara : Ishaq cokrohadisuryo
o Anggota : Samsi
sastrowidagdo, Mr. Sartono, Mr. Sunaryo, Ir.
Anwari
17. ORGANISASI YANG BERDIRI DI MASA KOOPERASI
PARINDRA
PARTINDO
GAPI
ORGANISASI
KEAGAMAAN
ORGANISASI
PEMUDA & WANITA
18.
19. Kata ”wawasan” berasal dari ”wawas” (bahasa Jawa)
yang artinya melihat atau memandang.
Penambahan akhiran ”an”, kata ini secara harfiah
berarti : cara penglihatan atau cara tinjau atau cara
pandang.
Dalam Bahasa Inggris, kata “Kebangsaan” disebut
dengan “Nationality”. Kebangsaan pasti akan terkait
dengan “Nasionalisme”. Berbicara nasionalisme
tentu sangat berkait dengan dua konsep penting,
yakni “Negara” (nation) dan “Bangsa” (state).
20. Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928
ikrar tentang satu
bangsa, satu bahasa
dan satu tanah air
INDONESIA
PROKLAMASI
17 Agustus1945
Nation State
21. Konsepsi kebangsaan
“Bhineka Tunggal Ika”
merupakan salah satu
senyawa dari ideologi
Bangsa Indonesia,
PANCASILA
cerminan betapa
Indonesia menghargai &
menghormati perbedaan,
keragaman &
kemajemukan dalam
kerangka persatuan dan
kesatuan Indonesia
“Founding Father” Bangsa Indonesia sangat menyadari
bahwa bangsa ini terbentuk karena persamaan nasib,
persamaan sejarah, dan persamaan perjuangan. Artinya,
persamaan inilah yang mendorong terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, bukan
persamaan etnis, suku, agama, dan golongan.
22. • Dalam konteks inilah, semangat kebangsaan yang menghargai
perbedaan, kemajemukan, pluralisme dan keanekaragaman
harus dijunjung tinggi dan ditanamkan secara simultan kepada
anak cucu generasi penerus bangsa Indonesia agar supaya
mereka menyadari hakekat bangsa Indonesia yang luas dan
bervariasi ini.
• Hal ini sangat penting mengingat saat ini ada kecenderungan
dikalangan generasi penerus bangsa Indonesia mulai menipis
semangat kebangsaan dan bahkan tidak tahu makna dan
hakekat dari “perbedaan dalam kesatuan” yang dilahirkan oleh
bapak pendiri bangsa Indonesia ini. Maraknya konflik politik,
kekerasan kolektif dan kerusuhan massal yang terjadi di
Indonesia pada penghujung abad 20 ini telah mengindikasikan
mulai menguatnya gejala disintegrasi bangsa yang bermuara
pada gerakan-gerakan separatisme secara sporadis di
beberapa daerah di Indonesia.
23. Berdasarkan pengertian tentang wawasan dan kebangsaan, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian wawasan kebangsaan adalah cara
pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan
lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (melalui
interaksi dan interelasi) dan dalam pembangunannnya di lingkungan
nasional (termasuk lokal dan propinsional), regional, dan global.
• Kebangsaan Gel Pertama : Kebangkitan Nasional 1908
• Kebangsaan Gel Kedua : Sumpah Pemuda 1928
• Kebangsaan Gel Ketiga : Kemerdekaan 1945
• Kebangsaan Gel Keempat : Orde Baru 1966
• Kebangsaan Gel Kelima : Lahirnya Orde Reformasi
24. • Menurut Gooch[1], nasionalisme adalah merupakan kesadaran diri suatu
bangsa. Nasionalisme adalah ikatan emosional dan refleksi hakiki antar
entitas dalam suatu bangsa. Nasionalisme telah berkembang sejak akhir
abad ke-18.
• Menurut Greenfeld dan Chirot[2], istilah nasionalisme mengacu pada
seperangkat gagasan dan sentimen yang membentuk kerangka konseptual
tentang identitas nasional yang sering hadir bersama dengan berbagai
identitas lain seperti okupasi, agama, suku, linguistik, teritorial, kelas, gender,
dan lain-lain.
• Menurut Emerson[4], nasionalisme merupakan konsep yang dimuncul
sebagai tanggapan terhadap kekuatan yang datang dari Barat. Kolonialisme
Barat terhadap negara-negara sedang berkembang pada abad ke-17 sampai
dengan abad ke-20 telah menstimulan munculnya semangat dan rasa
nasionalisme dikalangan komunitas masyarakat dari negara sedang
berkembang dalam rangka melakukan perlawanan perjuangan melawan
penjajah.
[1] Pendapat Gooch ini dikutip dari L.L. Snyder, The Dynamic of Nasionalism, (Princeton : D. Van Nostrand Co. Inc.), hlm. 25.
[2] L. Greenfeld dan D. Chirot, “Nasionalisme and Agression” , dalam Theory and Society, 23 (1) 1994, hlm. 79 – 130.
[3] A. M. Alonso, “The Politics of Space, Time, and Substance : State Formation, Nationalism, and Ethnicity”, dalam Annual Review of Anthroplogy, 23, 1994, hlm. 379 – 405.
[4] R. Emerson, From Empire to Nation, (Cambridge : Harvard University Press, 1967), hlm. 188
[5] E. Kedourie, Nationalism, (London : Hutchinson University Library, 1996), hlm. 9
25. KONDISI KEBANGSAAN INDONESIA
Kondisi Ideologi
Mulai lunturnya semangat dan keyakinan akan jiwa Pancasila di
sebagian besar rakyat Indonesia. Pemahaman terhadap ideologi
Pancasila hanya sebatas pada penghafalan, namun belum pada tataran
implementasi dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Bahkan ada upaya-upaya dari beberapa pihak untuk
menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain.
Kondisi Politik
Munculnya berbagai gejala beberapa daerah yang ingin memisahkan
diri dari NKRI atau gejala disintegrasi dan separatisme, seperti di Aceh,
Papua, dan Riau merupakan gambaran Nasionalisme bangsa yang
semakin menipis. Selain itu, tidak terciptanya konsensus nasional antar
elit yang kemudian berakibat pada terfragmentasinya kekuatan-
kekuatan politik dan sebagian demonstrasi mahasiswa yang sudah
tidak murni lagi memperjuangkan rakyat merupakan gambaran umum
kondisi carut marutnya perpolitikan bangsa.
26. Kondisi Ekonomi
Krisis ekonomi regional yang kemudian merembet ke Indonesia telah
menghancurkan sendi-sendi dasar perekonomian Indonesia sehingga
menciptakan berbagai permasalahan seputar kemiskinan,
pengangguran dan kesenjangan pendapatan. Masuknya IMF,
bercokolnya perusahaan asing, privatisasi terhadap BUMN,
penjualan asset strategis bangsa, disusul dengan Capital flight dan
hancurnya sistem perbankan merupakan sedikit gambaran kondisi
ekonomi bangsa Indonesia yang sedang dalam krisis.
Kondisi Sosial-Budaya
Semangat gotong royong dan tenggang rasa yang merupakan ciri
khas bangsa Indonesia telah mengalami penggerogotan oleh nilai-
nilai individualisme Barat sehingga sangat mempengaruhi gaya hidup
dan pola hidup bangsa Indonesia, terutama kaum mudanya. Budaya
pop (Pop culture) telah berhasil menggantikan budaya timur (Rest
culture). Budaya lokal-nasional telah tergusur oleh proyek
”uniformisasi budaya” global Barat.
27. Kondisi Pertahanan-Keamanan
Adanya embargo persenjataan oleh AS telah melemahkan sistem
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia sehingga membuat
TNI agak kesulitan dalam melengkapi dirinya dengan peralatan
yang dibuthkan, dihadapkan kepada luasnya wilayah yang harus
dijaga yakni keseluruhan integritas wilayah Indonesia. Hal ini
dapat dicontohkan dengan masuknya enam pesawat udara militer
AS di Pulau Bawean tahun lalu yang tidak bisa dicegah oleh TNI.
Selain itu, pencurian atas kekayaan laut oleh negara asing juga
sulit diantisipasi oleh TNI. Keterbatasan anggaran pertahanan
juga menjadi salah satu hal yang ikut melemahkan kehandalan
kinerja TNI.
28. Integrasi adalah proses
mempersatukan masyarakat, yang
cenderung membuatnya menjadi suatu
BANGSA yang harmonis, yang
didasarkan pada tantangan yang oleh
anggota – anggotanya dianggap sama.
29. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI KEBANGSAAN INDONESIA
Eksternal
• Yang dimaksud faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari
luar, yakni adanya penetrasi asing berupa globalisasi.
• Menurut Anthony Giddens (1999)[1], globalisasi telah melahirkan ruang
sosio-kultural yang spektakuler dalam hubungan antar bangsa dan
interkoneksi yang melampaui batas-batas geografis dan kedaulatan
negara. Dalam kaitan ini, penetrasi globalisasi membawa tiga dampak
siginfikan.
• Pertama, mulai meluntur dan mengendurnya ikatan-ikatan negara bangsa
sebagai hasil dari pergulatan antara kedaulatan negara versus
kapitalisme global.
• Kedua, pola “tekanan ke bawah”. Artinya, globalisasi telah membuka katub-
katub peluang bagi bangkitnya identitas budaya lokal (local culture) yang
selama ini sedang terbuai oleh kemasan ikatan nasionalisme budaya yang
didasarkan pada negara bangsa.
• Ketiga, pola “desakan ke samping”. Artinya, kecenderungan penetrasi
globalisasi telah menciptakan domain ekonomi dan kultural baru yang
melintasi batas-batas negara bangsa yang selama ini ada.
30. • Jika dilihat lebih mendalam, pola-pola penetrasi globalisasi ini menimbulkan
suatu paradoks. Disatu sisi, globalisasi melakukan gerak meluas ke wilayah
global melalui teknologi komunikasi dan informasi. Namun di sisi lain,
globalisasi telah menstimulan tumbuhnya identitas-identitas lokal yang
primordial. Meskipun begitu, yang perlu diwaspadai adalah proses
uniformitas nilai yang mengarah pada hegemoni budaya.
• Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pola pentrasi asing yang
dibungkus dalam kemasan globalisasi telah menimbulkan distorsi ekonomi
yang ditandai dengan kemiskinan, kesenjangan, dan ketimpangan, distorsi
politik yang ditandai dengan konflik, kekerasan dan kerusuhan berbau
SARA, yang kemudian mengarah pada gejala disintegrasi bangsa atau
gerakan separatisme. Tiadanya filter yang kuat dari bangsa Indonesia telah
mendorong globalisasi direspon secara parsial oleh kelompok-kelompok
etnis tertentu untuk memisahkan diri dari Bangsa Indonesia.
Internal
• Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam, yakni gerakan
etnisitas yang muncul karena dampak dari penetrasi asing dan globalisasi
31. “Revitalisasi Wawasan Kebangsaan”
• Revitalisasi wawasan kebangsaan bisa dimaknai menghidupkan
kembali “ruh” wawasan kebangsaan dalam kondisi masyarakat
dewasa ini yang diwarnai oleh arus globalisasi dan modernisasi.
Apabila pada masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, hal
itu dituangkan secara eksplisit dalam bentuk Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928, maka pada masa kemerdekaan ini seharusnya
wawasan kebangsaan dituangkan dalam struktur dan kultur
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Artinya,
konsepsi wawasan kebangsaan bukan hanya sekedar rumusan
ideologi yang berfungsi sebagai slogan atau jargon belaka, akan
tetapi harus dituangkan, dimaknai dan diimplementasikan dalam
interaksi sosial di masyarakat.
32. • Oleh karena itu, berbagai kegiatan pendidikan, pelatihan,
pengkajian, penelitian, dan lokakarya untuk mendeseminasikan
serangkaian nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi Sumpah
Pemuda mutlak harus dilakukan agar supaya timbul kesadaran
masyarakat akan pentingnya wawasan kebangsaan dalam kerangka
menghadapi “Perang Modern”.
• Berbagai program aksi atau action programm perlu dilakukan secara
sinergis oleh berbagai stake holders bangsa Indonesia untuk
menginternalisasi konsepsi Sumpah Pemuda kepada generasi
penerus bangsa, baik di lembaga pendidikan seperti pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi, maupun di lembaga pendidikan non
formal yang ada di dalam masyarakat.
33. • Rekonsiliasi nasional, yang sangat penting dibutuhkan demi
pemulihan krisis multidimensi, hanya bisa terwujud apabila dirangkai
oleh semangat revitalisasi wawasan kebangsaan yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Pembangunan
karakter bangsa harus difokuskan pada pembentukan jiwa-jiwa
nasionalisme dan patriotisme bangsa yang berbasis spiritual. Spiritual
adalah ruh dan jati diri yang akan selalu memberikan senyawa
kepemimpinan, ketauladanan dan kepatuhan dalam menata ulang
masyarakat Indonesia di tengah jebakan “Perang Modern”.
• Pemberdayaan dan sinergi antar komponen masyarakat merupakan
modal yang sangat ampuh dan perlu dilembagakan dalam rangka
membangun semangat wawasan kebangsaan dan menghadapi
musuh bersama bangsa Indonesia yang termanifestasikan dalam
“Perang Modern”. fokus diarahkan pada tiga pilar pembangunan, yakni
”State Building, Nation Building, dan Character Building”.