Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara menempatkan manusia sebagai pusat pendidikan tanpa membeda-bedakan latar belakang. Dokumen ini membahas empat filosofi dasar pengembangan kurikulum yaitu parennialisme, esensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme yang berbeda dalam penekanan tujuan, nilai, materi pelajaran, dan metode mengajarnya.
2. Filosofi Ki Hadjar Dewantara
Depdiknas/Kemdiknasbud mempunyai simbol
“tut wuri handayani “
Ing ngarso sung tulada, Ing madya mangun karsa,
tut wuri handayani
Ing ngarso sung tulada = di depan memberi teladan
Ing madya mangun karsa = di tengah memberi peluang
untuk berprakarsa
Tut wuri handayani = dari belakang memberi
dorongan dan arahan
3. Pelaksanaan Pendidikan
Menurut Ki Hadjar Dewantara :
Tidak boleh membeda-bedakan agama,
etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan,
status ekonomi, dan status sosial
seseorang.
Pendidikan perlu didasarkan pada nilai-
nilai kemerdekaan asasi, karena Tuhan
memberikan kemerdekaan bagi manusia
untuk mengembangkan diri dalam
peradaban yang lebih tinggi.
4. Filosofi Dasar dalam Pengembangan
Kurikulum
Brameld dalam Longstreet dan Shane (1993)
Parennialism
Essentialism
Progressivism
Reconstructivism
5. Menekankan pada keabadian, keidealan,
kebenaran, dan keindahan dari pada warisan
budaya serta dampak sosial tertentu.
Pengetahuan yang lebih eksternal serta ideal
lebih dipentingkan untuk dipelajari,
sementara kegiatan sehari-hari kurang
ditekankan
Menekankan kebenaran absolut, kebenaran
universal yang tidak terikat pada tempat dan
waktu. (ex : pemikiran Plato dan Karya
Shakespeare)
Implikasi dari penerapan jenis ini adalah
penyajian yang sama untuk semua orang.
Perbedaan individual (diversifikasi kurikulum)
kurang diakkomodasikan.
Parennialism
8. Reconstructivism
Elaborasi lanjut dari paham
progressivism
Peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan
Berorientasi pada masa depan
Menekankan perbedaan individual,
pemecahan masalah, berpikir kritis
9. Dasar Filosofi Parennialism
Realis
Essentialism
Idealis, Realis
Progresivism
Pragmatis
Reconstructivis
m Pragmaatis
Tujuan Mengembangkan
kemapuan
Rasional dan
Intelektual
Meningkatkan
perkembangan
intelektual
individu;
mendidik
peserta didik
agar menjadi
kompeten
Meningkatkan
kehidupan
sosial yang
demokratis
Meningkatkan dan
membangun
kembali
masyarakat. yang
bermartabat
Pengetahuan Alam ini konstan,
kurikulum
berpusat mapel,
penguasaan fakta,
serta
pengetahuan itu
statis tidak
terikat tempat
dan waktu
Keterampilan
dan pengetahuan
akademik
esensial;
ketuntasan
belajar; bereaksi
terhadap
progressivism
Kurikulum
perlu berpusat
pada
manusianya;
proses
pembelajaran
harus hidup dan
relevan dengan
kebutuhan
masyarakatnya
Rekonseptualisasi
dengan berdialog
untuk
mempertanyakan
masalah moral,
spiritual, dan
menggunakan cara-
cara intuitif dalam
pengemb.
Kurikulum.
10. Dasar Filosofi Parennialism
Realis
Essentialism
Idealis, Realis
Progresivism
Pragmatis
Reconstructivis
m Pragmaatis
Nilai Berakar pada
masa lalu, nilai
normatif ideal
dari masyarakat
konstan, absolut,
mutlak, dan
universal
Membantu
peserta didik
berpikir rasional,
tidak terlalu
berakar pada
masa lalu,
memerhatikan
hal-hal
kontemporer,
memusatkan
keunggulan,
bukan
kecukupan
pemilikan nilai-
nilai tradisional.
Memprotes
perenialism,
Reformasi
peserta didik
berperan aktif
dalam
pembelajaran
dan
pendidikannya
(CBSA)
Kebutuhan
masyarakat lebih
penting daripada
kepentingan
individual. Peserta
didik perlu menjadi
agen perubahan
dalam
meningkatkan
martabat
masyarakat /
bangsa.
Materi Kurikulum Berpusat mapel,
pendidikan ideal,
seni yang tinggi,
buku yang hebat
dan pemikir
besar
Fundamentalis,
essentialist,
“back to basic”
materi bukan
proses
Bagaimana
berpikir bukan
apa yang dipikir,
kurikulum
merupakan
interdisiplin
Reformasi
pembudayaan
masyarakat,
kurikulum lebih
memenuhi standar
internasional
11. Dasar Filosofi Parennialism
Realis
Essentialism
Idealis, Realis
Progresivism
Pragmatis
Reconstructivis
m Pragmaatis
Metode Guru mempunyai
prioritas penu
dalam
pengembangan
kemampuan
intelektual
Mengajar
pengetahuan
khusus,
pembenahan
konsep, dan
sangat
mementingkan
mapel dari pada
proses
Bertentangan
dengan guru
yang otoriter,
banyak kegiatan,
perlu mengelola
konflik,
berfokus pada
kebutuhan
siswa dan
kerjasama
Memperbaiki
warisan budaya
dengan lebih kritis
Para pemikir
besar / ahli
John Dewey,
Carl Rogers,
Abraham
Maslow, Charles
Silberman, John
Holt, A.S. Neill,
Ivan Illich dan
Paul Goodman
Theodore Brameld,
Alvin Toffler,
Harold Shane,
Mario Fantini,
Michael Apple,
Paulo Freire