3. PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
Pemikiran KHD atau Ki Hajar Dewantara adalah sebuah konsep
pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter
peserta didik sebagai individu yang memiliki kepribadian
unggul dan mampu berkontribusi pada masyarakat. Konsep ini
sangat relevan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah
asal peserta didik, sehingga dapat dikontekstualkan dalam
konteks lokal sosial budaya di daerah Anda.
4. Kearifan Budaya Daerah
Dalam konteks pemikiran KHD, kearifan budaya daerah
menjadi hal yang sangat penting untuk
dikontekstualkan. Kearifan budaya daerah dapat
menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik dalam
memahami nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal
yang relevan. Dalam hal ini, kearifan budaya daerah
menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada
konteks lokal sosial budaya di daerah Anda.
5. KEARIFAN BUDAYA DAERAH
MERUJUK PADA
PENGETAHUAN, TRADISI,
KEPERCAYAAN, DAN
PRAKTIK YANG
BERKEMBANG DALAM
MASYARAKAT LOKAL DI
SUATU DAERAH. INI
MENCERMINKAN KEKAYAAN
DAN KEANEKARAGAMAN
BUDAYA YANG MENJADI
IDENTITAS UNIK DARI
SUATU WILAYAH. KEARIFAN
BUDAYA DAERAH
MENCAKUP BERBAGAI
ASPEK KEHIDUPAN SEPERTI
BAHASA , SENI, ADAT
ISTIADAT, ARSITEKTUR,
PAKAIAN ADAT, MUSIK,
TARIAN, DAN KEPERCAYAAN
SPIRITUAL.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan budaya daerah
mencakup:
• Keharmonisan: Menghargai dan mempraktikkan keselarasan
antara manusia, alam, dan sesama makhluk hidup.
• Gotong Royong: Semangat saling membantu dan bekerja
sama dalam komunitas untuk mencapai tujuan bersama.
• Hikmat: Menghargai pengetahuan dan kearifan yang
diwariskan dari leluhur dan menggunakannya untuk
mengambil keputusan yang bijaksana.
• Rasa Hormat: Menghormati orang tua, pendahulu, dan sesama
dengan menghargai nilai-nilai budaya serta tradisi yang ada.
• Ketekunan: Menunjukkan ketekunan, ketabahan, dan semangat
dalam menghadapi tantangan hidup.
• Keterhubungan: Menghargai dan memelihara hubungan erat
dengan keluarga, tetangga, dan komunitas.
• Keterbukaan: Menerima perbedaan dan mempraktikkan
toleransi dalam berinteraksi dengan orang-orang dari latar
belakang budaya yang berbeda.
6. PEMIKIRAN KHD
MERUPAKAN
PENDEKATAN DALAM
PENDIDIKAN YANG
MENDORONG PESERTA
DIDIK UNTUK
MENGEMBANGKAN
TIGA ASPEK PENTING,
YAITU BERPIKIR
KRITIS, HUMANIS,
DAN DINAMIS.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing
aspek tersebut:
Berpikir Kritis: Pemikiran kritis melibatkan kemampuan peserta didik
untuk menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah secara
rasional. Dalam pemikiran KHD, peserta didik diajak untuk melihat
berbagai perspektif, menggali informasi secara mendalam, dan
mengembangkan keterampilan berpikir logis. Hal ini mendorong
mereka untuk menjadi individu yang kritis dan tidak hanya menerima
informasi secara pasif, tetapi juga mampu mengajukan pertanyaan,
mengidentifikasi kelemahan dalam argumen, dan mengambil
keputusan yang berdasarkan pemikiran yang kritis.
Humanis: Pemikiran KHD mendorong peserta didik untuk
mengembangkan rasa empati, toleransi, dan kepedulian terhadap
sesama manusia. Peserta didik diajak untuk menghargai nilai-nilai
kemanusiaan, menghormati hak asasi manusia, dan memperhatikan
keberagaman budaya dan pandangan hidup. Dengan pendekatan
humanis, peserta didik diarahkan untuk menjadi individu yang peduli,
berempati, dan berkontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Dinamis: Pemikiran KHD mendorong peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan beradaptasi dan berinovasi dalam
menghadapi perubahan dan tantangan. Pemikiran dinamis
mengajarkan peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat, terbuka terhadap perubahan, dan mampu menghadapi
kompleksitas dunia modern. Peserta didik diajak untuk
mengembangkan keterampilan kreativitas, pemecahan masalah, dan
kemampuan berpikir fleksibel agar dapat berkontribusi dalam
menghadapi tantangan masa depan.
7. KOLABORASI ANTARA
SEKOLAH,
KOMUNITAS, DAN
PEMANGKU
KEPENTINGAN LOKAL
MEMILIKI PERAN
PENTING DALAM
MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN
PENDIDIKAN YANG
MENDUKUNG
PENGUATAN
KARAKTER PESERTA
DIDIK.
Berikut adalah penjelasan mengenai kolaborasi tersebut:
Sekolah: Sekolah berperan sebagai lembaga pendidikan utama yang
bertanggung jawab atas pembentukan karakter peserta didik. Sekolah
dapat mengintegrasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah
dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler. Melalui pembelajaran
yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, sekolah dapat membantu
peserta didik memahami, menghargai, dan menginternalisasi nilai-
nilai tersebut. Sekolah juga dapat menciptakan suasana belajar yang
inklusif, kolaboratif, dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik.
Komunitas: Kolaborasi dengan komunitas lokal memungkinkan
peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan yang
melibatkan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah. Melalui
kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, partisipasi dalam festival
budaya, atau melibatkan komunitas dalam proses pembelajaran,
peserta didik dapat memperkuat pemahaman mereka tentang nilai-
nilai dan praktik budaya lokal. Kolaborasi dengan komunitas juga
dapat membantu membangun hubungan yang erat antara sekolah
dan masyarakat, sehingga tercipta dukungan yang kuat dalam
penguatan karakter peserta didik.
Pemangku Kepentingan Lokal: Melibatkan pemangku kepentingan
lokal, seperti tokoh masyarakat, pemimpin agama, orang tua, dan
lembaga kearifan lokal, penting untuk membentuk lingkungan
pendidikan yang holistik. Pemangku kepentingan lokal dapat
memberikan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang berharga
dalam membentuk karakter peserta didik. Kolaborasi dengan
pemangku kepentingan lokal juga dapat memperkuat hubungan
antara sekolah dan masyarakat, serta memperluas jaringan
pendidikan yang berkelanjutan.
8. PENERAPAN SESUAI DENGAN KULTUR BUDAYA
DI GAYO LUES
• Mengarah kepada konteks sosial budaya
berdasarkan pemikiran KHD dalam
penerapannya di Gayo Lues tidak ada
sekolah khusus untuk agama.
• Keanekaragaman agama ini
mengarahkan peserta didik saling
menghormati atau menghargai antar
agama.
• Setiap sekolah memiliki sanggar tari saman
• Tari Saman merupakan tarian khas asli dari kabupaten
gayo lues yang telah diakui UNESCO dan menetapkan
Tari Saman sebagai bagian dari Daftar Representatif
Warisan Budaya Tak Benda Manusia pada tanggal 24
November 2011 secara sah.
• Sehingga dengan adanya sanggar seni tari saman di
sekolah-sekolah menjadikan pesrta didik bangga dan
ikut melestarikan kultur kebudayaan yang ada di
kabupaten gayo lues.
• masyarakat gayo juga
dalam kehidupannya selalu
menggunakan Bahasa gayo
termasuk juga dalam
proses pembelajaran.
9. KESIMPULAN
• Kolaborasi antara sekolah, komunitas, dan pemangku
kepentingan lokal penting untuk penguatan karakter peserta
didik. Melalui kolaborasi ini, peserta didik dapat memperoleh
pemahaman tentang nilai-nilai budaya daerah dan
mengembangkan sikap bertanggung jawab sebagai anggota
masyarakat. Pendekatan pemikiran KHD juga mendukung
penguatan karakter dengan mendorong berpikir kritis,
humanis, dan dinamis. Dengan demikian, peserta didik dapat
menjadi individu yang memiliki identitas kuat, keterampilan
sosial yang baik, dan kontribusi positif dalam masyarakat.