SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
36
BAB 2 : LOGIKA PREDIKAT & KALIMAT
BERKUANTOR
2.1 PENGANTAR LOGIKA PREDIKAT
2.1.1 PENDAHULUAN
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat ditarik satu kesimpulan
bahwa titik berat logika adalah pada pembuktian validitas suatu argumen
logika proposisional dengan berbagai teknik yang relevan, yaitu
menggunakan tabel kebenaran sebagai dasar pembuktian dan juga
menggunakan hukum-hukum logika.
Logika proposisional sudah cukup untuk menangani pernyataan-
pernyataan yang sederhana dan banyak dijumpai dalam peristiwa sehari-
hari. Akan tetapi logika proposisional saja ternyata belum mampu
menangani argumen-argumen yang berisi pernyataan-pernyataan yang
rumit dan sering dijumpai dalam peristiwa sehari-hari. Sebagai contoh
perhatikan argumen berikut ini :
Contoh 2.1 :
1. Semua gajah mempunyai belalai.
2. Dumbo seekor gajah.
3. Dengan demikian, Dumbo memiliki belalai.
Tanpa perlu dibuktikan validitasnya, orang-orang pasti mengatakan
argumen tersebut valid karena dengan jelas kesimpulan mengikuti
premis-premisnya. Akan tetapi bagaimana cara membuktikannya?.
Tentunya memakai logika proposisional.
2.1.2 ARGUMEN PADA LOGIKA PREDIKAT
Validitas sebuah argumen dapat dibuktikan dengan contoh yang mirip
dengan contoh diatas. Perhatikan contoh argumen berikut :
Contoh 2.2 :
1. Semua mahasiswa pasti pandai.
2. Badu seorang mahasiswa.
3. Dengan demikian, Badu pandai.
Secara nalar, kebanyakan orang akan menilai bahwa argumen di atas
mempunyai validitas yang kuat. Akan tetapi, saat validitas tersebut ingin
dibuktikan dengan logika proposisional, ternyata tidak bisa diselesaikan.
Pembuktiannya dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur logika
proposisional dengan menentukan terlebih dahulu proposisi-proposisinya :
A=Semua mahasiswa pasti pandai.
B=Badu seorang mahasiswa.
C=Badu pasti pandai.
Selanjutnya akan menjadi seperti berikut :
A
B
―――
 C
37
Dalam bentuk ekspresi logika diatas, tidak ada hukum-hukum logika
proposisional yang dapat digunakan untuk membuktikan validitas
argumen tersebut karena tidak ada yang mampu menghubungkan antara
ketiga proposisi yang digunakan di atas. Atau tidak mungkin suatu
kesimpulan yang berbeda dapat dihasilkan dari premis-premis yang
berbeda. Dengan kata lain, tidak mungkin suatu kesimpulan berupa C
dapat dihasilkan dari premis A dan premis B.
Kalau argumen diatas masih ingin dibuktikan dengan logika proposisional,
maka klaimatnya harus diperbaiki. Misalnya seperti berikut :
Contoh 2.3:
1. Jika Badu seorang mahasiswa, maka ia pasti pandai.
2. Badu seorang mahasiswa.
3. Dengan demikian, ia pasti pandai.
Jika dirubah dalam bentuk ekspresi logika
1. B  C premis 1
2. B premis 2
3. C kesimpulan
Atau dapat juga ditulis [(BC)B]C
Dalam logika proposisional, ekspresi logika di atas sudah benar karena
kesimpulan diambil dari premis-premis.
Persoalan yang terjadi adalah pernyataan tersebut tidak sepenuhnya
mampu menangkap ide pada argumen yang pertama yaitu “Semua
mahasiswa pandai”. Ide pada pernyataan tersebut tidak tertangkap pada
argumen kedua karena hanya mampu menunjuk seorang mahasiswa yaitu
Badu, bukan semua mahasiswa.
Persoalan lain juga terjadi, yakni kesulitan menentukan objek, misalnya
orang yang dimaksudkan jika diganti dengan kata ganti orang. Perhatikan
pernyataan-pernyataan pada contoh argumen berikut ini :
Contoh 2.4:
1. Jika Badu seorang mahasiswa, maka ia pasti pandai.
2. Dewi seorang mahasiswa.
3. Dengan demikian, ia pasti pandai.
Siapakah “ia” yang berada pada kesimpulan? Apakah Badu atau Dewi?.
Kalau premis 1 diubah menjadi, “ Jika Dewi seorang mahasiswa, maka
pasti ia pandai”, maka pernyataan tersebut sudah pasti tepat. Akan tetapi
argumen tersebut menunjuk kepada dua orang mahasiswa yaitu Badu dan
Dewi sehingga kata “ia” sebagai kata ganti tunggal tidak bisa berperan
dengan tepat karena bisa berarti “Badu”, bisa juga berarti “Dewi”.
Jadi suatu argumen yang sangat kuat logikanya, memang ada yag tidak
dapat ditangani oleh logika proposisional. Oleh karena itu logika
Dalam bentuk ekspresi logika : (AB)  C
38
proposisional dikembangkan menjadi logika predikat (predicate logic) atau
kalkulus predikat (predicate calculus).
Untuk mrncari kesamaan antara pernyataan-pernyataan dalam argumen
pada logika predikat, diperlukan sesuatu yang mampu
menghubungkannya. Pada contoh yang terakhir, penghubung antara Badu
dan Dewi adalah keduanya mahasiswa. Selain mengidentifikasikan
individu-individunya, yaitu Badu dan Dewi, juga akan dicari predikatnya.
Ini merupakan langkah awal logika predikat sebelum membuktikan
validitasnya. Secara umum, predikat digunakan untuk menjelaskan
properti, yakni hubungan antara individu-individu. Lihat contoh yang
sederhana berikut
Contoh 2.5 :
Badu dan Dewi berpacaran
Dalam logika proposisional akan dipecah menjadi dua pernyataan, yaitu
“Badu berpacaran” dan “Dewi berpacaran”. Kedua pernyataan tersebut
akan menjadi aneh karen maksud kalimatnya bukan seperti itu. Di sini
tidak diketahui dengan siapa Badu atau Dewi berpacaran. Padahal pada
pernyataan awal jelas bahwa Badu berpacaran dengan Dewi atau Dewi
berpacaran dengan Badu.
Dengan logika predikat, kata “berpacaran” pada contoh diatas merupakan
predikat, sedangkan individu-individunya yang berupa entitas yang
dihubungkan dengan predikat tersebut, yaitu Badu dan Dewi, disebut
term. Term pada logika predikat berfungsi sama seperti kata benda
(noun) pada bahasa inggris.
Sebagai pelengkap term dan predikat, orang menggunakan kuantor
(quantifier), sedangkan prosesnya disebut pengkuantoran
(quantification).Kuantor mengindikasikan seberapa banyak perulangan
pada pernyataan tertentu yang bernilai benar, khususnya kuantor
universal (universal quantifier) yang menginikasikan suatu pernyataan
selalu bernilai benar. Kuantor lainnya adalah kuantor eksistensial
(Existensial quantifier) yang mengindikasikan bahwa suatu pernyataan
kadang-kadang bernilai benar atau mungkin juga salah . pada pernyataan
“Semua mahasiswa pasti pandai” maka kata “semua” secara universal
semuanya selalu bernilai benar.
Dari uraian di atas, maka hubungan antara logika predikat dengan logika
proposisional menjadi jelas, bahwa logika predikat sebenarnya
menjadikan logika proposisional menjadi bersifat universal atau umum.
Dengan demikian, selain term, predikat dan kuantor, logika predikat juga
memiliki proposisi-proposisi dan perangkai-perangkai sebagai bagian dari
pembahasan dan proses manipulasinya.
Satu bagian yang penting dari logika dari logika predikat adalah fungsi
proposisional (propositional function) atau cukup disebut fungsi saja.
Fungsi berperan penting sewaktu menggunakan persamaan-persamaan
karena ia bertugas persis seperti variabel proposisional karena fungsi
tersebutlah yang dirangkai dengan perangkai-perangkai logika, dan
kemudian membentuk ekspresi logika, dari yang rumit sampai yang
39
sederhana dan digunakan sebagai bahan untuk dimanipulasi secara
matematis.
Bagi para ahli di bidang ilmu komputer, logika predikat berperan penting
dengan beberapa alasan. Pertama, logika predikat memberi alasan logis
yang mendasari bahasa pemrograman logika, misalnya PROLOG dan LISP.
Kedua, logika predikat mampu mendorong pengembangan kebutuhan
aplikasi komputer. Ketiga, logika predikat mampu berperan di bagian
pembuktian tentang masalah “correctness” sehingga dapat secara tepat
mengetahui kondisi program yang menghasilkan keluaran yang benar.
Contoh-contoh argumen yang menggunakan logika predikat masih cukup
banyak, misalnya dua contoh berikut ini :
Contoh 2.6 :
1. Setiap kucing mempunyai ekor.
2. Tom adalah seekor kucing.
3. Dengan demikian, Tom memiliki ekor
Atau :
1. Setiap lelaki hidup abadi.
2. Socrates adalah seorang lelaki.
3. Dengan demikian, Socrates hidup abadi.
Argumen juga bisa lebih panjang karena memiliki lebih dari 2 premis,
tetapi tetap dengan satu kesimpulan. Lihat contoh argumen berikut :
Contoh 2.7:
1. Badu menyukai Siti.
2. Pria yang menyukai Siti pasti menyukai Dewi.
3. Badu hanya menyukai wanita cantik.
4. Dengan demikian, Dewi adalah wanita cantik.
Jelas bahwa kesimpulan pada pernyataan ke-4 adalah logis karena jelas
berasal dari premis-premisnya, tetapi jika dibuktikan melalui logika
proposisional akan terjadi kesulitan karena kesimpulan bukan diambil
utuh dari premisnya, tetapi merupakan gabungan dari beberapa premis.
Di sinilah logika predikat akan berperan.
Banyak argumen logis yang tidak bisa diselesaikan pembuktian
validitasnya dengan logika proposisional. Untuk itu, kemudian
dikembangkan logika predikat untuk mengatasi masalah tersebut.
Logika predikat diperkenalkan oleh Sir William Hamilton (1788-1856)
dengan doktrinnya yang dinamakan “Quantification Theory”. Oleh karena
itu, logika predikat sebenarnya adalah logika proposisional yang ditambah
dengan hal-hal baru, yaitu pengkuantoran.
40
2.2 KALIMAT BERKUANTOR
Perhatikan ketiga kalimat berikut :
a) Semarang ibukota jawa tengah
b) X adalah binatang berkaki empat, X={kuda, burung, ular, singa}
Jika diperhatikan pada kedua kalimat diatas, kalimat (a) adalah sebuah
kalimat pernyataan dengan nilai kebenaran T. Kalimat (b) belum dapat
ditentukan nilai kebenarannya sebelum variabel x –nya
diganti dengan salah satu himpunan dari x, karena itu kalimat (b) disebut
kalimat terbuka. Jika x diganti dengan “Kuda” atau “Singa”, maka kalimat
terbuka (b) menjadi benar. Tetapi jika diganti dengan “Burung” atau
“Ular”, maka kalimatnya menjadi salah.
Apa yang terjadi jika terhdap suatu kalimat terbuka ditambahkan kata-
kata seperti : “untuk semua/ setiap x…..”, Beberapa/Terdapat/Ada x……..
Untuk kalimat (b) maka kalimatnya menjadi :
1) Untuk semua/setiap x, x adalah binatang berkaki empat.
2) Terdapat binatang x, dimana x adalah binatang berkaki empat.
Kata-kata semua…….., setiap………, beberapa…….., terdapat…….., ada……..
seperti adi atas disebut dengan kalimat berkuantor (Quantifier).
Kuantor tersebut menunjukkan atau berkait dengan banyaknya pengganti
peubah x sehingga didapatkan suatu pernyataan berkuantor yang bernilai
benar saja atau salah saja. Seperti yang telah diuaraikan pada argumen
pada logika predikat, kuantor ada dua jenis yaitu kuantor universal dan
kuantor eksistensial.
KUANTOR UNIVERSAL (UNIVERSAL QUANTIFIER).
Kuantor universal menunjukkan bahwa setiap objek dalam semestanya
mempunyai sifat kalimat yang menyatakannya. Kita dapat meletakkan
kata-kata “Untuk semua/setiap x” di depan kalimat terbuka yang
mengandung variabel x untuk menghasilkan kalimat yang mempunyai
suatu nilai kebenaran. Nilai x ditentukan berdasarkan semesta
pembicaraannya. Kuantor universal disimbolkan dengan “”. Kuantor
universal mengindikasikan bahwa sesuatu bernilai benar untuk semua
individual-individualnya. Perhatikan kalimat berikut ini :
“Semua gajah mempunyai belalai”
Maka jika predikat “mempunyai belalai” diganti dengan simbol B maka
dapat ditulis :
G(x)  B(x), dapat dibaca “Jika x adalah gajah, maka x mempunyai
belalai”
Tetapi kalimat di atas belum berupa kalimat berkuantor karena kalimat
diatas belum memuat kata “semua”. Untuk itu perlu ditambahkan simbul
kuantor universal sehingga menjadi
(x)(G(x)  B(x)), jadi sekarang dapat dibaca ” Untuk semua x, jika x
adalah gajah, maka x mempunyai belalai”.
41
Pernyataan-pernyataan yang berisi kata ”semua”, ”setiap”, atau kata lain
yang sama artinya, mengindikasikan adanya pengkuantifikasian secara
universal, maka dipakai kuantor universal. Dalam bahasa inggris,
misalnya untuk orang ada kata ”every people”, ”all people”, ”anybody”,
“each people”, dan lain-lainnya.
Misalnya jika diketahui pernyataan logika, ”Setiap mahasiswa harus
belajar dari buku teks”, jika ingin ditulis dalam logika predikat, maka
ditentukan misal B untuk “ harus belajar dari buku teks”, sehingga jika
ditulis B(x), berarti “x harus belajar dari buku teks”. Kata “Setiap
mahasiswa” mengindikasikan bernilai benar untuk setiap x, maka
penulisan yang lengkap adalah :
(x) Bx, dibaca “Untuk setiap x, x harus belajar dari buku teks”.
Akan tetapi notasi diatas belum sempurna karena x belum menunjuk
mahasiswa, maka harus lebih ditegaskan dan sebaiknya ditulis :
(x)(M(x)  B(x)), dibaca “Untuk setiap x, jika x mahasiswa, maka x
harus belajar dari buku teks”.
Langkah untuk melakukan pengkuantoran universal :
Perhatikan pernyataan berikut ini :
“Semua mahasiswa harus rajin belajar”
Untuk melakukan pengkuantoran universal pada pernyataan tersebut
maka dilakukan langkah-langkah seperti berikut :
1. Carilah lingkup (scope) dari kuantor universalnya, yaitu
“Jika x adalah mahasiswa, maka x harus rajin belajar”.
Selanjutnya akan ditulis :
mahasiswa(x)  harus rajin belajar(x)
2. Berilah kuantor universal di depannya
(x)(mahasiswa(x)  harus rajin belajar(x))
3. Ubahlah menjadi suatu fungsi
(Ax)(M(x)  B(x))
Contoh 2.8 :
1. ”Semua tanaman hijau membutuhkan air untuk tumbuh ”.
 Jika x adalah tanaman hijau, maka x membutuhkan air untuk
tumbuh
Tanaman hijau(x)  membutuhkan air untuk tumbuh(x)
 (x) (Tanaman hijau(x)  membutuhkan air untuk
tumbuh(x))
 (x)(T(x)  A(x))
42
2. ”Semua artis adalah cantik”.
 Jika x adalah artis, maka x cantik, Artis(x)  cantik(x).
 (x)( Artis(x)  cantik(x))
 (x)(A(x)  C(x))
3. Jika diketahui persamaan x+3>10, dengan x adalah himpunan
bilangan bulat positif A > 5 . Tentukan nilai kebenaran (xA)
x+3>10. Untuk menentukan nilai kebenarannya, maka harus dicek
satu persatu
A={1,2,3,4}. Jika kuantor universal, maka untuk semua nilai A yang
dimasukkan harus memenuhi persamaan yaitu x+3<10
Untuk A=1, maka 1+3>10  4>10 Memenuhi
A=2, maka 2+3>10  5>10 Memenuhi
A=3, maka 3+3>10  6>10 Memenuhi
A=4, maka 4+3>10  7>10 Memenuhi
Karena semua himpunan A memenuhi, maka (x) x+3>10 bernilai
benar. Tapi jika ada satu saja nilai A yang tidak memenuhi, misalnya
dimasukkan A=8, sehingga 8+3>10  11>10, dimana hasilnya salah
maka (x) x+3>10 bernilai salah. Nilai x yang menyebabkan suatu
kuantor bernilai salah disebut dengan contoh penyangkal atau
counter example.
SOAL LATIHAN 1
1. Misal Px : x adalah planet seperti bumi
Qx : x mendukung kehidupan
Terjemahkan pernyataan kuantor universal berikut ke dalam bahasa
sehari-hari.
a) x(Px  Qx) :
Untuk semua X jika X adalah palanet seperti bumi maka X
mendukung kehidupan
b) x(Px)  x(Qx)
Semua x adalah planet seperti bumi atau semua x mendukung
kehidupan
Semua planet seperti bumi atau semua planet mendukung
kehidupan
c) x(Px  Qx)
Semua x adalah planet seperti bumi atau x tidak mendukung
kehidupan
Semua planet seperti bumi atau tidak mendukung kehidupan
d) x(Px)  x(Qx)
Semua planet seperti bumi atau semua planet tidak mendukung
kehidupan
2. Misal Rx : x adalah bilangan integer
Ubahlah ke dalam pernyataan berkuantor universal
a) Kuadarat dari setiap bilangan integer negatif adalah positif
b) Tidak semua bilangan integer positif
c) Tidak ada bilangan integer positif yang negatif
d) Semua bilangan integer adalah positif atau tidak ada bilangan
e) integer yang positif
43
KUANTOR EKSISTENSIAL (EXISTENSIAL QUANTIFIER)
Kuantor eksistensial menunjukkan bahwa diantara objek-objek (term –
term) dalam semestanya, paling sedikit ada ada satu term/objek
yang memenuhi sifat kalimat yang menyatakannya. Kita dapat
meletakkan kata-kata : “Terdapat…..”, “Beberapa x bersifat…..”, “Ada……”,
“Paling sedikit ada satu x………” di depan kalimat terbuka yang
mengandung variabel x. Kuantor eksistensial disimbolkan dengan ””.
Kuantor eksistensial mengindikasikan bahwa sesuatu kadang-kadang
bernilai benar untuk individu-individualnya.
Dalam bahasa inggris, penggunaan kuantor eksistensial dapat ditunjukkan
dengan penggunaan kata kata: ”some”,” there is”, ”at least one”, dan
kata-kata lain yang sama artinya.
Perhatikan kalimat berikut ini :
” Ada pelajar yang memperoleh beasiswa berprestasi ”
Untuk melakukan pengkuantoran eksistensial pada pernyataan tersebut,
dilakukan langkkah-langkah sebagai berikut :
1. Carilah scope dari kuantor-kuantor eksistensialnya, yaitu :
“Ada x yang adalah pelajar, dan x memperoleh beasiswa berprestasi “.
Selanjutnya akan ditulis :
Pelajar(x)  memperoleh beasiswa berprestasi(x)
2. Berilah kuantor eksisitensial di depannya.
(x) (Pelajar(x)  memperoleh beasiswa berprestasi(x))
3. Ubahlah menjadi suatu fungsi.
(x)(P(x)  B(x))
Contoh 2.9:
1. “Beberapa orang rajin beribadah”.
Jika ditulis dengan menggunakan logika predikat, maka:
 ”Ada x yang adalah orang, dan x rajin beribadah”.
 (x)(Orang(x)  rajin beribadah(x))
 (x)(O(x)  I(x))
2. “Ada binatang yang tidak mempunyai kaki”.
 “Terdapat x yang adalah binatang, dan x tidak mempunyai kaki”.
 (x)(binatang(x)  tidak mempunyai kaki(x))
 (x)(B(x)  K(x))
3. Misalkan B adalah himpunan bilangan bulat. Tentukan nilai kebenaran
(x  B)(x2
=x).
(x  B)(x2
=x) dapat dibaca “Terdapat x yang adalah bilangan bulat
dan x memenuhi x2
=x”. (x  B)(x2
=x) akan bernilai benar jika dapat
ditunjukkan paling sedikit ada satu bilangan bulat yang memenuhi
x2
=x.
Misal x= -1, maka (-1)2
=1 Tidak memenuhi
X= 1, maka (1)2
=1 Memenuhi
Karena ada satu nilai yang memenuhi, yaitu x=1, maka pernyataan di
atas bernilai benar.
44
MEMPREDIKATKAN SATU DAN N-ARITAS OBJEK
Contoh berikut merupakan pernyataan untuk semakin memahami cara
menulis simbol dengan logika predikat. Perhatikan dengan sekssms
bsgsimsns huruf besar menggantikan predikat dan huruf kecil
menggantikan variabel (objek).
Contoh 2.10:
1. Badu seorang mahasiswa. M(b)
2. Jika Badu rajin belajar, maka ia akan lulus. B(b)  L(b)
3. Semua rumput berwarna hijau. (y)(R(y)  H(y))
Tidak selalu harus menggunakan huruf kecil x untuk variabel yang umum,
tetapi yang penting adalah konsisten. Jadi untuk contoh no.3 tidak boleh
ditulis (y)(R(y)  H(x))
Contoh 2.11:
1. Semua orang harus bekerja. (x)(O(x)  B(x))
2. Beberapa mahasiswa lupus sarjana. (x)(M(x)  L(x))
3. Ada sesuatu yang hilang di desa Sidomakmur. (x)(S(x)  H(x))
Dari berbagai contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa :
 Jika pernyataan memakai kuantor universal (), maka digunakan
perangkai implikasi (), yaitu “Jika semua......maka.....”
 Jika pernyataan memakai kuantor eksistensial (), maka digunakan
perangkai konjungsi (), yaitu “Ada...yang...dan....”.
Conoth-contoh diatas berhubungan dengan predikat unary atau relasi satu
tempat (objek hanya satu), dan tentu saja penulisan simbol harus ampu
menunjukkan predikat n-ary yaitu relasi dimana objeknya sebanyak n
buah. Lihat contoh berikut :
Contoh 2.12:
1. Setiap orang mencintai Jogjakarta. (x) C(x,J)
2. Setiap bilangan genap dapat dibagi 2. (x)(G(x)  B(x,2))
3. Tak ada bilangan prima di antara 23 dan 29. (x)(P(x)  A(x,23,29))
4. Badu mengenal seua benda. (x) K(b,x)
KUANTOR GANDA
Domain atau semesta pembicaraan penafsiran kuantor sangat penting
untuk menentukan jenis kuantor yang akan digunakan serta
mempengaruhi penulisan simbolnya. Lihat contoh berikut :
“Setiap orang mencintai Jogjakarta”
Selanjutnya, dapat ditulis simbolnya dengan logika predikat
(x) C(x,j)
45
Simbol tersebut dapat dibaca “Untuk semua y, y mencintai Jogjakarta”.
Persoalan yang terjadi adalah domain penafsirab seseorang untuk y bisa
berbeda-beda. Ada orang yang menganggap y hádala manusia, tetapi
mungkin orang lain menganggap y bisa mahluk hidup apa saja, misal
ayam, bebek, bahkan mungkin y bisa menjadi benda apa saja. Tentu saj
domain penafsiran semacam ini kacau karena yang dimaksudkan pasti
hanya orang atau manusia. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa
domain penafsiran hanya orang, penulisan simbol harus diperbaiki seperti
berikut :
(y)(O(y)  C(y,j))
Sekarang simbol tersebut dapat dibaca ”Untuk semua y jika y adalah
orang, maka y mencintai Jogjakarta”.
Untuk menulis simbol yang tepat, memang harus menempatkan terlebih
dahulu domain penafsiran karena domain penafsiran Sangay
mempengaruhi penulisan dan sekaligus menghindari terjadinya
ambiguitas. Contoh domain penafsiran yang bersifat umum antara lain
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bilangan prima, bilangan asli, dan
sebagainya, yang nantinya akan menggunakan kuantor universal. Akan
tetapi jira tertentu saja atau tidak semuanya, misalnya beberapa
manusia, atau satu manusia saja, akan memakai kuantor yang berbeda
yaitu kuantor eksisitensial.
Persoalan selanjutnya adalah bagaimana jira memakai dua kuntor yang
berbeda pada satu penulisan simbol yang berasal dari satu pernyataan.
Apakah domain penafsiran juga akan berbeda atau sama?. Perhatikan
contoh berikut ini :
“Setiap orang dicintai oleh seseorang”
Dengan notasi simbol logika predikat, akan ditullis seperti berikut
(x)(y) C(y,x)
Yang dapat dibaca ”Untuk semua x, terdapat y dimana y mencintai x”
X dan Y sebenarnya menunjuk domain penafsiran yang sama yaitu orang,
dan pada simbol tersebut ternyata dibedakan. Penulisan tersebut lebih
baik lagi jika bisa memakai variable yang sama. Maka pernyataan diatas
secara lengkap dapat ditulis :
(x)(O(x)  (x)(O(y)  C(y,x)))
Sekarang perhatikan contoh penulisan pernyataan berikut jika
menggunakan angka atau bilangan.
(xreal)(yreal)S(x,y), misalkan S(x,y)=x+y=y+x dan dapat dibaca “
Untuk semua bilangan real x dan semua bilangan real y, adalah benar
x+y=y+x”
Sekarang perhatikan jika pengkuantoran ternyata melibatkan lebih dari
satu jenis kuantor dengan contoh pernyataan berikut :
46
“Terdapat bilangan positif x sedemikian sehingga untuk semua bilangan
positif y berlaku y<x”
Pernyataan di atas dapat ditulis :
(x)(y)(y<x)
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa kuantor universal () dan kuantor
eksistensial () diperlakukan sebagai perangkai unary dan kuantor juga
memiliki urutan lebih tinggi dibandingkan dengan perangkai binary. Lihat
contoh berikut :
Contoh 2.13:
H(x) : x hidup
M(x) : x mati
(x)(H(x)  M(x)) dibaca “Untuk semua x, x hidup atau x mati”
Akan tetapi jika ditulisnya (x)(H(x))  M(x) maka dibaca “Untuk semua x
hidup, atau x mati”. Pada “x mati”, x tidak terhubing dengan kuantor
universal, yang terhubung hanya”x hidup”. Sekali lagi, perhatikan
penulisan serta peletakan tanda kurungnya.
Secara umum, hubungan antara penempatan kuantor ganda adalah
sebagai berikut :
(x)(y) P(x,y)  (y)(x) P(x,y)
(x)(y) P(x,y)  (y)(x) P(x,y)
(x)(y) P(x,y)  (y)(x) P(x,y)
Ingkaran kalimat berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama
seperti ingkaran pada kalimat berkuantor tunggal.
[(x)(y) P(x,y)]  (x)(y) P(x,y)
[(x)(y) P(x,y)]  (x)(y) P(x,y)
Contoh 2.14:
Tentukan negasi dari logika predikat berikut ini :
1. (x)(y) x=2y dengan domainnya adalah bilangan bulat
(x)(y) x=2y dibaca “Untuk semua bilangan bulat x, terdapat
bilangan bulat y yang memenuhi x=2y. Maka negasinya :
[(x)(y) x=2y]  (x)(y) x2y
2. Ada toko buah yang menjual segala jenis buah
Dapat ditulis (x)(y) x menjual y. Maka negasinya
[(x)(y) x menjual y]  (x)(y) x tidak menjual y
Dibaca “Semua toko buah tidak menjual paling sedikit satu jenis
buah”.
Mengubah pernyataan ke dalam logika predikat yang memiliki kuantor
ganda
Misal : “Ada seseorang yang mengenal setiap orang”
Langkah-langkahnya :
1. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal y”, maka akan menjadi K(x,y).
K(x,y) : x kenal y
2. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal semua y”, sehingga menjadi
47
(y) K(x,y)
3. Jadikan pernyataan “ada x, yang x kenal semua y”, sehingga menjadi
(x)(y) K(x,y)
SOAL LATIHAN 2
1. Ubahlah pernyataan berikut ke dalam logika predikat kemudian
negasikan
a. Setiap orang memiliki seseorang yang menjadi ibunya.
b. Semua orang menghormati Presiden SBY.
c. Ada mahasiswa TI yang tidak lulus logika informatika.
Ada X, dimana X adalah mahasiswa TI DAN X tidak lulus logika Inf
d. Setiap orang dicintai oleh seseorang.
e. Ada programmer yang menguasai semua bahasa pemrograman.
Pernyataan diatas mengandung kuantor ganda yaitu Kuantor
eksistensial dan universal
Ubah terlebih dahulu kalimat pertama “Ada programmer yang
menguasai........”
Ada X, dimana X adalah programmer DAN X menguasai semua
bahasa pemrograman
Baru ubah kalimat “ X menguasai Semua bahasa pemrograman”
X menguasai, Untuk semua X, jika X adalah bahasa
2. Misalkan B(x,y) adalah pernyataan “x mengikuti matakuliah y”, dan
semsta pembicaraan untuk x adalah semua mahasiswa di matakuliah
tersebut, sedangkan y adalah semua matakuliah ilmu komputer.
Ubahlah ekspresi dengan kuantor-kuantor berikut ke dalam pernyataan
berbahasa Indonesia.
a. (x)(y) B(x,y)
b. (x)(y) B(x,y)
c. (x)(y) B(x,y)
d. (y)(x) B(x,y)
e. (y)(x) B(x,y)
f. (x)(y) B(x,y)
3. Misalkan W(x,y) adalah pernyataan “x berwisata ke y”, dan semesta
pembicaraan untuk x adalah semua mahasiswa di STMIK NH,
sedangkan y adalah semua objek wisata di Indonesia. Ubahlah kuantor
berikut ke dalam pernyataan berbahasa Indonesia.
a) W(Badu, Borobudur)
b) (x) W(x, Kuta)
c) (y) W(Dito,y)
d) (y) (W(Dewi,y)  W(Siti,y))
4. Misalkan A(x) adalah pernyataan “x berbicara bahasa Inggris” dan B(x)
adalah pernyataan “x menguasai bahasa pemrograman Borland
Delphi”. Ubahlah pernyataan berikut ke dalam simbol kuantor
kemudian negasikan.
48
a. Ada mahasiswa di STMIK yang dapat berbicara bhs Inggris dan
menguasai Delphi.
b. Ada mahasiswa di STMIK yang dapat berbicara bhs Inggris tetapi
tidak meguasai Delphi.
c. Semua mahasiswa di STMIK dapat berbicara bhs Inggris sekaligus
menguasai Delphi.
d. Tidak ada mahasiswa STMIK yang dapat berbicara bhs Inggris dan
menguasai Delphi.
5. Jika diketahui semesta pembicaraannnya adalah (1,2,3). Tentukan nilai
kebenaran pernyataan berkuantor berikut :
a. (x)(y) x2
<y+1
b. (x)(y) x2
+y2
<12
c. (x)(y) x2
+y2
<12
6. Negasikan pernyataan berikut
a. (x)(y)(p(x,y)  q(x,y))
b. (x)(y)(p(x,y)  q(x,y))
c. (y)(x)(p(x)  q(x))
49
LEMBAR TUGAS/KUIS
50
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
51
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
52
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
53
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen
54
LEMBAR TUGAS/KUIS
Paraf Dosen

More Related Content

What's hot

Proposisi Logika Matematika
Proposisi Logika MatematikaProposisi Logika Matematika
Proposisi Logika MatematikaTaufik_Yui
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianFahrul Usman
 
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunanFajar Istiqomah
 
Representasi Pengetahuan
Representasi PengetahuanRepresentasi Pengetahuan
Representasi PengetahuanSherly Uda
 
powerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikapowerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikaSuryo Wedo Susilo
 
Tabel Kebenaran pernyataan, Tautologi, kontradiksi, dan kontingen
Tabel Kebenaran pernyataan, Tautologi, kontradiksi, dan kontingenTabel Kebenaran pernyataan, Tautologi, kontradiksi, dan kontingen
Tabel Kebenaran pernyataan, Tautologi, kontradiksi, dan kontingenarlanridfan farid
 
Bab 01 logika mtk diskrit
Bab 01 logika mtk diskritBab 01 logika mtk diskrit
Bab 01 logika mtk diskritKarlFykr
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1BAIDILAH Baidilah
 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 
Penyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh MapPenyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh MapCheria Asyifa
 
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03KuliahKita
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptrahmawarni
 
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Fatma Qolbi
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 03
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 03Matematika Diskrit - 03 himpunan - 03
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 03KuliahKita
 
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Sukma Puspitorini
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierIzhan Nassuha
 
Teori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomataTeori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomataBanta Cut
 

What's hot (20)

Logika dasr
Logika dasrLogika dasr
Logika dasr
 
Proposisi Logika Matematika
Proposisi Logika MatematikaProposisi Logika Matematika
Proposisi Logika Matematika
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
 
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
 
02.logika
02.logika02.logika
02.logika
 
8 logika predikat
8  logika predikat8  logika predikat
8 logika predikat
 
Representasi Pengetahuan
Representasi PengetahuanRepresentasi Pengetahuan
Representasi Pengetahuan
 
powerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikapowerpoint logika matematika
powerpoint logika matematika
 
Tabel Kebenaran pernyataan, Tautologi, kontradiksi, dan kontingen
Tabel Kebenaran pernyataan, Tautologi, kontradiksi, dan kontingenTabel Kebenaran pernyataan, Tautologi, kontradiksi, dan kontingen
Tabel Kebenaran pernyataan, Tautologi, kontradiksi, dan kontingen
 
Bab 01 logika mtk diskrit
Bab 01 logika mtk diskritBab 01 logika mtk diskrit
Bab 01 logika mtk diskrit
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
 
Penyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh MapPenyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh Map
 
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
 
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 03
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 03Matematika Diskrit - 03 himpunan - 03
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 03
 
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
 
Teori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomataTeori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomata
 

Similar to Bab 2 logika predikat ta 2019

Bab 2 kalimat berkuantor
Bab 2 kalimat berkuantorBab 2 kalimat berkuantor
Bab 2 kalimat berkuantorMustahal SSi
 
pengantar sistem Pakar 2
pengantar sistem Pakar 2 pengantar sistem Pakar 2
pengantar sistem Pakar 2 yanthi Ncenk
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematikaNasifah LasMana
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematikaNasifah LasMana
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematikaNasifah LasMana
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematikaNasifah LasMana
 
Aljabar sma 1
Aljabar sma 1Aljabar sma 1
Aljabar sma 1Rusmianty
 
Bab I. Kalimat Deklaratif
Bab I. Kalimat DeklaratifBab I. Kalimat Deklaratif
Bab I. Kalimat DeklaratifMustahal SSi
 
INFORMATIKA Rumpun Teknologi_Bab 1 Berpikir Komputasional.pptx
INFORMATIKA Rumpun Teknologi_Bab 1 Berpikir Komputasional.pptxINFORMATIKA Rumpun Teknologi_Bab 1 Berpikir Komputasional.pptx
INFORMATIKA Rumpun Teknologi_Bab 1 Berpikir Komputasional.pptxAzlinManurung
 
Aljabar Boolean dan Sintesis Fungsi Logika (1).pdf
Aljabar Boolean dan Sintesis Fungsi Logika (1).pdfAljabar Boolean dan Sintesis Fungsi Logika (1).pdf
Aljabar Boolean dan Sintesis Fungsi Logika (1).pdfVigoIte
 
Makalah logika informatika
Makalah logika informatikaMakalah logika informatika
Makalah logika informatikaCidals Ferry
 
Tugas uas bahasa indonesia
Tugas uas bahasa indonesiaTugas uas bahasa indonesia
Tugas uas bahasa indonesiaBudi Darmawan
 
Fuzzy logic (Logika Fuzzy)
Fuzzy logic (Logika Fuzzy)Fuzzy logic (Logika Fuzzy)
Fuzzy logic (Logika Fuzzy)radar radius
 
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaSebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaNailul Hasibuan
 
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan Topan Helmi Nicholas
 

Similar to Bab 2 logika predikat ta 2019 (20)

Bab 2 kalimat berkuantor
Bab 2 kalimat berkuantorBab 2 kalimat berkuantor
Bab 2 kalimat berkuantor
 
pengantar sistem Pakar 2
pengantar sistem Pakar 2 pengantar sistem Pakar 2
pengantar sistem Pakar 2
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Makalah logika matematika
Makalah logika matematikaMakalah logika matematika
Makalah logika matematika
 
Aljabar sma 1
Aljabar sma 1Aljabar sma 1
Aljabar sma 1
 
880 bab 2_kuantor
880 bab 2_kuantor880 bab 2_kuantor
880 bab 2_kuantor
 
Diskret II Logika
Diskret II LogikaDiskret II Logika
Diskret II Logika
 
Bab I. Kalimat Deklaratif
Bab I. Kalimat DeklaratifBab I. Kalimat Deklaratif
Bab I. Kalimat Deklaratif
 
INFORMATIKA Rumpun Teknologi_Bab 1 Berpikir Komputasional.pptx
INFORMATIKA Rumpun Teknologi_Bab 1 Berpikir Komputasional.pptxINFORMATIKA Rumpun Teknologi_Bab 1 Berpikir Komputasional.pptx
INFORMATIKA Rumpun Teknologi_Bab 1 Berpikir Komputasional.pptx
 
Aljabar Boolean dan Sintesis Fungsi Logika (1).pdf
Aljabar Boolean dan Sintesis Fungsi Logika (1).pdfAljabar Boolean dan Sintesis Fungsi Logika (1).pdf
Aljabar Boolean dan Sintesis Fungsi Logika (1).pdf
 
Makalah logika informatika
Makalah logika informatikaMakalah logika informatika
Makalah logika informatika
 
Tugas uas bahasa indonesia
Tugas uas bahasa indonesiaTugas uas bahasa indonesia
Tugas uas bahasa indonesia
 
Fuzzy logic (Logika Fuzzy)
Fuzzy logic (Logika Fuzzy)Fuzzy logic (Logika Fuzzy)
Fuzzy logic (Logika Fuzzy)
 
logika_pedikat.ppt
logika_pedikat.pptlogika_pedikat.ppt
logika_pedikat.ppt
 
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaSebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
 
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
 

More from Sukma Puspitorini

More from Sukma Puspitorini (11)

Tugas pertemuan 3
Tugas pertemuan 3Tugas pertemuan 3
Tugas pertemuan 3
 
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
Slide bagian 5 pencarian buta (blind seacrh)
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Bab 1 dasar dasar logika ta 2019
Bab 1 dasar dasar logika ta 2019Bab 1 dasar dasar logika ta 2019
Bab 1 dasar dasar logika ta 2019
 
Belajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupuBelajar dari kupu kupu
Belajar dari kupu kupu
 
5 kiat praktis baru
5 kiat praktis baru5 kiat praktis baru
5 kiat praktis baru
 
Kirim papa2
Kirim papa2Kirim papa2
Kirim papa2
 
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskeyAljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
Aljabar Boole : K-Map & Quine McCluskey
 
Panduan Tugas
Panduan TugasPanduan Tugas
Panduan Tugas
 
E Mail Netiquette
E Mail Netiquette E Mail Netiquette
E Mail Netiquette
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

Bab 2 logika predikat ta 2019

  • 1. 36 BAB 2 : LOGIKA PREDIKAT & KALIMAT BERKUANTOR 2.1 PENGANTAR LOGIKA PREDIKAT 2.1.1 PENDAHULUAN Seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa titik berat logika adalah pada pembuktian validitas suatu argumen logika proposisional dengan berbagai teknik yang relevan, yaitu menggunakan tabel kebenaran sebagai dasar pembuktian dan juga menggunakan hukum-hukum logika. Logika proposisional sudah cukup untuk menangani pernyataan- pernyataan yang sederhana dan banyak dijumpai dalam peristiwa sehari- hari. Akan tetapi logika proposisional saja ternyata belum mampu menangani argumen-argumen yang berisi pernyataan-pernyataan yang rumit dan sering dijumpai dalam peristiwa sehari-hari. Sebagai contoh perhatikan argumen berikut ini : Contoh 2.1 : 1. Semua gajah mempunyai belalai. 2. Dumbo seekor gajah. 3. Dengan demikian, Dumbo memiliki belalai. Tanpa perlu dibuktikan validitasnya, orang-orang pasti mengatakan argumen tersebut valid karena dengan jelas kesimpulan mengikuti premis-premisnya. Akan tetapi bagaimana cara membuktikannya?. Tentunya memakai logika proposisional. 2.1.2 ARGUMEN PADA LOGIKA PREDIKAT Validitas sebuah argumen dapat dibuktikan dengan contoh yang mirip dengan contoh diatas. Perhatikan contoh argumen berikut : Contoh 2.2 : 1. Semua mahasiswa pasti pandai. 2. Badu seorang mahasiswa. 3. Dengan demikian, Badu pandai. Secara nalar, kebanyakan orang akan menilai bahwa argumen di atas mempunyai validitas yang kuat. Akan tetapi, saat validitas tersebut ingin dibuktikan dengan logika proposisional, ternyata tidak bisa diselesaikan. Pembuktiannya dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur logika proposisional dengan menentukan terlebih dahulu proposisi-proposisinya : A=Semua mahasiswa pasti pandai. B=Badu seorang mahasiswa. C=Badu pasti pandai. Selanjutnya akan menjadi seperti berikut : A B ―――  C
  • 2. 37 Dalam bentuk ekspresi logika diatas, tidak ada hukum-hukum logika proposisional yang dapat digunakan untuk membuktikan validitas argumen tersebut karena tidak ada yang mampu menghubungkan antara ketiga proposisi yang digunakan di atas. Atau tidak mungkin suatu kesimpulan yang berbeda dapat dihasilkan dari premis-premis yang berbeda. Dengan kata lain, tidak mungkin suatu kesimpulan berupa C dapat dihasilkan dari premis A dan premis B. Kalau argumen diatas masih ingin dibuktikan dengan logika proposisional, maka klaimatnya harus diperbaiki. Misalnya seperti berikut : Contoh 2.3: 1. Jika Badu seorang mahasiswa, maka ia pasti pandai. 2. Badu seorang mahasiswa. 3. Dengan demikian, ia pasti pandai. Jika dirubah dalam bentuk ekspresi logika 1. B  C premis 1 2. B premis 2 3. C kesimpulan Atau dapat juga ditulis [(BC)B]C Dalam logika proposisional, ekspresi logika di atas sudah benar karena kesimpulan diambil dari premis-premis. Persoalan yang terjadi adalah pernyataan tersebut tidak sepenuhnya mampu menangkap ide pada argumen yang pertama yaitu “Semua mahasiswa pandai”. Ide pada pernyataan tersebut tidak tertangkap pada argumen kedua karena hanya mampu menunjuk seorang mahasiswa yaitu Badu, bukan semua mahasiswa. Persoalan lain juga terjadi, yakni kesulitan menentukan objek, misalnya orang yang dimaksudkan jika diganti dengan kata ganti orang. Perhatikan pernyataan-pernyataan pada contoh argumen berikut ini : Contoh 2.4: 1. Jika Badu seorang mahasiswa, maka ia pasti pandai. 2. Dewi seorang mahasiswa. 3. Dengan demikian, ia pasti pandai. Siapakah “ia” yang berada pada kesimpulan? Apakah Badu atau Dewi?. Kalau premis 1 diubah menjadi, “ Jika Dewi seorang mahasiswa, maka pasti ia pandai”, maka pernyataan tersebut sudah pasti tepat. Akan tetapi argumen tersebut menunjuk kepada dua orang mahasiswa yaitu Badu dan Dewi sehingga kata “ia” sebagai kata ganti tunggal tidak bisa berperan dengan tepat karena bisa berarti “Badu”, bisa juga berarti “Dewi”. Jadi suatu argumen yang sangat kuat logikanya, memang ada yag tidak dapat ditangani oleh logika proposisional. Oleh karena itu logika Dalam bentuk ekspresi logika : (AB)  C
  • 3. 38 proposisional dikembangkan menjadi logika predikat (predicate logic) atau kalkulus predikat (predicate calculus). Untuk mrncari kesamaan antara pernyataan-pernyataan dalam argumen pada logika predikat, diperlukan sesuatu yang mampu menghubungkannya. Pada contoh yang terakhir, penghubung antara Badu dan Dewi adalah keduanya mahasiswa. Selain mengidentifikasikan individu-individunya, yaitu Badu dan Dewi, juga akan dicari predikatnya. Ini merupakan langkah awal logika predikat sebelum membuktikan validitasnya. Secara umum, predikat digunakan untuk menjelaskan properti, yakni hubungan antara individu-individu. Lihat contoh yang sederhana berikut Contoh 2.5 : Badu dan Dewi berpacaran Dalam logika proposisional akan dipecah menjadi dua pernyataan, yaitu “Badu berpacaran” dan “Dewi berpacaran”. Kedua pernyataan tersebut akan menjadi aneh karen maksud kalimatnya bukan seperti itu. Di sini tidak diketahui dengan siapa Badu atau Dewi berpacaran. Padahal pada pernyataan awal jelas bahwa Badu berpacaran dengan Dewi atau Dewi berpacaran dengan Badu. Dengan logika predikat, kata “berpacaran” pada contoh diatas merupakan predikat, sedangkan individu-individunya yang berupa entitas yang dihubungkan dengan predikat tersebut, yaitu Badu dan Dewi, disebut term. Term pada logika predikat berfungsi sama seperti kata benda (noun) pada bahasa inggris. Sebagai pelengkap term dan predikat, orang menggunakan kuantor (quantifier), sedangkan prosesnya disebut pengkuantoran (quantification).Kuantor mengindikasikan seberapa banyak perulangan pada pernyataan tertentu yang bernilai benar, khususnya kuantor universal (universal quantifier) yang menginikasikan suatu pernyataan selalu bernilai benar. Kuantor lainnya adalah kuantor eksistensial (Existensial quantifier) yang mengindikasikan bahwa suatu pernyataan kadang-kadang bernilai benar atau mungkin juga salah . pada pernyataan “Semua mahasiswa pasti pandai” maka kata “semua” secara universal semuanya selalu bernilai benar. Dari uraian di atas, maka hubungan antara logika predikat dengan logika proposisional menjadi jelas, bahwa logika predikat sebenarnya menjadikan logika proposisional menjadi bersifat universal atau umum. Dengan demikian, selain term, predikat dan kuantor, logika predikat juga memiliki proposisi-proposisi dan perangkai-perangkai sebagai bagian dari pembahasan dan proses manipulasinya. Satu bagian yang penting dari logika dari logika predikat adalah fungsi proposisional (propositional function) atau cukup disebut fungsi saja. Fungsi berperan penting sewaktu menggunakan persamaan-persamaan karena ia bertugas persis seperti variabel proposisional karena fungsi tersebutlah yang dirangkai dengan perangkai-perangkai logika, dan kemudian membentuk ekspresi logika, dari yang rumit sampai yang
  • 4. 39 sederhana dan digunakan sebagai bahan untuk dimanipulasi secara matematis. Bagi para ahli di bidang ilmu komputer, logika predikat berperan penting dengan beberapa alasan. Pertama, logika predikat memberi alasan logis yang mendasari bahasa pemrograman logika, misalnya PROLOG dan LISP. Kedua, logika predikat mampu mendorong pengembangan kebutuhan aplikasi komputer. Ketiga, logika predikat mampu berperan di bagian pembuktian tentang masalah “correctness” sehingga dapat secara tepat mengetahui kondisi program yang menghasilkan keluaran yang benar. Contoh-contoh argumen yang menggunakan logika predikat masih cukup banyak, misalnya dua contoh berikut ini : Contoh 2.6 : 1. Setiap kucing mempunyai ekor. 2. Tom adalah seekor kucing. 3. Dengan demikian, Tom memiliki ekor Atau : 1. Setiap lelaki hidup abadi. 2. Socrates adalah seorang lelaki. 3. Dengan demikian, Socrates hidup abadi. Argumen juga bisa lebih panjang karena memiliki lebih dari 2 premis, tetapi tetap dengan satu kesimpulan. Lihat contoh argumen berikut : Contoh 2.7: 1. Badu menyukai Siti. 2. Pria yang menyukai Siti pasti menyukai Dewi. 3. Badu hanya menyukai wanita cantik. 4. Dengan demikian, Dewi adalah wanita cantik. Jelas bahwa kesimpulan pada pernyataan ke-4 adalah logis karena jelas berasal dari premis-premisnya, tetapi jika dibuktikan melalui logika proposisional akan terjadi kesulitan karena kesimpulan bukan diambil utuh dari premisnya, tetapi merupakan gabungan dari beberapa premis. Di sinilah logika predikat akan berperan. Banyak argumen logis yang tidak bisa diselesaikan pembuktian validitasnya dengan logika proposisional. Untuk itu, kemudian dikembangkan logika predikat untuk mengatasi masalah tersebut. Logika predikat diperkenalkan oleh Sir William Hamilton (1788-1856) dengan doktrinnya yang dinamakan “Quantification Theory”. Oleh karena itu, logika predikat sebenarnya adalah logika proposisional yang ditambah dengan hal-hal baru, yaitu pengkuantoran.
  • 5. 40 2.2 KALIMAT BERKUANTOR Perhatikan ketiga kalimat berikut : a) Semarang ibukota jawa tengah b) X adalah binatang berkaki empat, X={kuda, burung, ular, singa} Jika diperhatikan pada kedua kalimat diatas, kalimat (a) adalah sebuah kalimat pernyataan dengan nilai kebenaran T. Kalimat (b) belum dapat ditentukan nilai kebenarannya sebelum variabel x –nya diganti dengan salah satu himpunan dari x, karena itu kalimat (b) disebut kalimat terbuka. Jika x diganti dengan “Kuda” atau “Singa”, maka kalimat terbuka (b) menjadi benar. Tetapi jika diganti dengan “Burung” atau “Ular”, maka kalimatnya menjadi salah. Apa yang terjadi jika terhdap suatu kalimat terbuka ditambahkan kata- kata seperti : “untuk semua/ setiap x…..”, Beberapa/Terdapat/Ada x…….. Untuk kalimat (b) maka kalimatnya menjadi : 1) Untuk semua/setiap x, x adalah binatang berkaki empat. 2) Terdapat binatang x, dimana x adalah binatang berkaki empat. Kata-kata semua…….., setiap………, beberapa…….., terdapat…….., ada…….. seperti adi atas disebut dengan kalimat berkuantor (Quantifier). Kuantor tersebut menunjukkan atau berkait dengan banyaknya pengganti peubah x sehingga didapatkan suatu pernyataan berkuantor yang bernilai benar saja atau salah saja. Seperti yang telah diuaraikan pada argumen pada logika predikat, kuantor ada dua jenis yaitu kuantor universal dan kuantor eksistensial. KUANTOR UNIVERSAL (UNIVERSAL QUANTIFIER). Kuantor universal menunjukkan bahwa setiap objek dalam semestanya mempunyai sifat kalimat yang menyatakannya. Kita dapat meletakkan kata-kata “Untuk semua/setiap x” di depan kalimat terbuka yang mengandung variabel x untuk menghasilkan kalimat yang mempunyai suatu nilai kebenaran. Nilai x ditentukan berdasarkan semesta pembicaraannya. Kuantor universal disimbolkan dengan “”. Kuantor universal mengindikasikan bahwa sesuatu bernilai benar untuk semua individual-individualnya. Perhatikan kalimat berikut ini : “Semua gajah mempunyai belalai” Maka jika predikat “mempunyai belalai” diganti dengan simbol B maka dapat ditulis : G(x)  B(x), dapat dibaca “Jika x adalah gajah, maka x mempunyai belalai” Tetapi kalimat di atas belum berupa kalimat berkuantor karena kalimat diatas belum memuat kata “semua”. Untuk itu perlu ditambahkan simbul kuantor universal sehingga menjadi (x)(G(x)  B(x)), jadi sekarang dapat dibaca ” Untuk semua x, jika x adalah gajah, maka x mempunyai belalai”.
  • 6. 41 Pernyataan-pernyataan yang berisi kata ”semua”, ”setiap”, atau kata lain yang sama artinya, mengindikasikan adanya pengkuantifikasian secara universal, maka dipakai kuantor universal. Dalam bahasa inggris, misalnya untuk orang ada kata ”every people”, ”all people”, ”anybody”, “each people”, dan lain-lainnya. Misalnya jika diketahui pernyataan logika, ”Setiap mahasiswa harus belajar dari buku teks”, jika ingin ditulis dalam logika predikat, maka ditentukan misal B untuk “ harus belajar dari buku teks”, sehingga jika ditulis B(x), berarti “x harus belajar dari buku teks”. Kata “Setiap mahasiswa” mengindikasikan bernilai benar untuk setiap x, maka penulisan yang lengkap adalah : (x) Bx, dibaca “Untuk setiap x, x harus belajar dari buku teks”. Akan tetapi notasi diatas belum sempurna karena x belum menunjuk mahasiswa, maka harus lebih ditegaskan dan sebaiknya ditulis : (x)(M(x)  B(x)), dibaca “Untuk setiap x, jika x mahasiswa, maka x harus belajar dari buku teks”. Langkah untuk melakukan pengkuantoran universal : Perhatikan pernyataan berikut ini : “Semua mahasiswa harus rajin belajar” Untuk melakukan pengkuantoran universal pada pernyataan tersebut maka dilakukan langkah-langkah seperti berikut : 1. Carilah lingkup (scope) dari kuantor universalnya, yaitu “Jika x adalah mahasiswa, maka x harus rajin belajar”. Selanjutnya akan ditulis : mahasiswa(x)  harus rajin belajar(x) 2. Berilah kuantor universal di depannya (x)(mahasiswa(x)  harus rajin belajar(x)) 3. Ubahlah menjadi suatu fungsi (Ax)(M(x)  B(x)) Contoh 2.8 : 1. ”Semua tanaman hijau membutuhkan air untuk tumbuh ”.  Jika x adalah tanaman hijau, maka x membutuhkan air untuk tumbuh Tanaman hijau(x)  membutuhkan air untuk tumbuh(x)  (x) (Tanaman hijau(x)  membutuhkan air untuk tumbuh(x))  (x)(T(x)  A(x))
  • 7. 42 2. ”Semua artis adalah cantik”.  Jika x adalah artis, maka x cantik, Artis(x)  cantik(x).  (x)( Artis(x)  cantik(x))  (x)(A(x)  C(x)) 3. Jika diketahui persamaan x+3>10, dengan x adalah himpunan bilangan bulat positif A > 5 . Tentukan nilai kebenaran (xA) x+3>10. Untuk menentukan nilai kebenarannya, maka harus dicek satu persatu A={1,2,3,4}. Jika kuantor universal, maka untuk semua nilai A yang dimasukkan harus memenuhi persamaan yaitu x+3<10 Untuk A=1, maka 1+3>10  4>10 Memenuhi A=2, maka 2+3>10  5>10 Memenuhi A=3, maka 3+3>10  6>10 Memenuhi A=4, maka 4+3>10  7>10 Memenuhi Karena semua himpunan A memenuhi, maka (x) x+3>10 bernilai benar. Tapi jika ada satu saja nilai A yang tidak memenuhi, misalnya dimasukkan A=8, sehingga 8+3>10  11>10, dimana hasilnya salah maka (x) x+3>10 bernilai salah. Nilai x yang menyebabkan suatu kuantor bernilai salah disebut dengan contoh penyangkal atau counter example. SOAL LATIHAN 1 1. Misal Px : x adalah planet seperti bumi Qx : x mendukung kehidupan Terjemahkan pernyataan kuantor universal berikut ke dalam bahasa sehari-hari. a) x(Px  Qx) : Untuk semua X jika X adalah palanet seperti bumi maka X mendukung kehidupan b) x(Px)  x(Qx) Semua x adalah planet seperti bumi atau semua x mendukung kehidupan Semua planet seperti bumi atau semua planet mendukung kehidupan c) x(Px  Qx) Semua x adalah planet seperti bumi atau x tidak mendukung kehidupan Semua planet seperti bumi atau tidak mendukung kehidupan d) x(Px)  x(Qx) Semua planet seperti bumi atau semua planet tidak mendukung kehidupan 2. Misal Rx : x adalah bilangan integer Ubahlah ke dalam pernyataan berkuantor universal a) Kuadarat dari setiap bilangan integer negatif adalah positif b) Tidak semua bilangan integer positif c) Tidak ada bilangan integer positif yang negatif d) Semua bilangan integer adalah positif atau tidak ada bilangan e) integer yang positif
  • 8. 43 KUANTOR EKSISTENSIAL (EXISTENSIAL QUANTIFIER) Kuantor eksistensial menunjukkan bahwa diantara objek-objek (term – term) dalam semestanya, paling sedikit ada ada satu term/objek yang memenuhi sifat kalimat yang menyatakannya. Kita dapat meletakkan kata-kata : “Terdapat…..”, “Beberapa x bersifat…..”, “Ada……”, “Paling sedikit ada satu x………” di depan kalimat terbuka yang mengandung variabel x. Kuantor eksistensial disimbolkan dengan ””. Kuantor eksistensial mengindikasikan bahwa sesuatu kadang-kadang bernilai benar untuk individu-individualnya. Dalam bahasa inggris, penggunaan kuantor eksistensial dapat ditunjukkan dengan penggunaan kata kata: ”some”,” there is”, ”at least one”, dan kata-kata lain yang sama artinya. Perhatikan kalimat berikut ini : ” Ada pelajar yang memperoleh beasiswa berprestasi ” Untuk melakukan pengkuantoran eksistensial pada pernyataan tersebut, dilakukan langkkah-langkah sebagai berikut : 1. Carilah scope dari kuantor-kuantor eksistensialnya, yaitu : “Ada x yang adalah pelajar, dan x memperoleh beasiswa berprestasi “. Selanjutnya akan ditulis : Pelajar(x)  memperoleh beasiswa berprestasi(x) 2. Berilah kuantor eksisitensial di depannya. (x) (Pelajar(x)  memperoleh beasiswa berprestasi(x)) 3. Ubahlah menjadi suatu fungsi. (x)(P(x)  B(x)) Contoh 2.9: 1. “Beberapa orang rajin beribadah”. Jika ditulis dengan menggunakan logika predikat, maka:  ”Ada x yang adalah orang, dan x rajin beribadah”.  (x)(Orang(x)  rajin beribadah(x))  (x)(O(x)  I(x)) 2. “Ada binatang yang tidak mempunyai kaki”.  “Terdapat x yang adalah binatang, dan x tidak mempunyai kaki”.  (x)(binatang(x)  tidak mempunyai kaki(x))  (x)(B(x)  K(x)) 3. Misalkan B adalah himpunan bilangan bulat. Tentukan nilai kebenaran (x  B)(x2 =x). (x  B)(x2 =x) dapat dibaca “Terdapat x yang adalah bilangan bulat dan x memenuhi x2 =x”. (x  B)(x2 =x) akan bernilai benar jika dapat ditunjukkan paling sedikit ada satu bilangan bulat yang memenuhi x2 =x. Misal x= -1, maka (-1)2 =1 Tidak memenuhi X= 1, maka (1)2 =1 Memenuhi Karena ada satu nilai yang memenuhi, yaitu x=1, maka pernyataan di atas bernilai benar.
  • 9. 44 MEMPREDIKATKAN SATU DAN N-ARITAS OBJEK Contoh berikut merupakan pernyataan untuk semakin memahami cara menulis simbol dengan logika predikat. Perhatikan dengan sekssms bsgsimsns huruf besar menggantikan predikat dan huruf kecil menggantikan variabel (objek). Contoh 2.10: 1. Badu seorang mahasiswa. M(b) 2. Jika Badu rajin belajar, maka ia akan lulus. B(b)  L(b) 3. Semua rumput berwarna hijau. (y)(R(y)  H(y)) Tidak selalu harus menggunakan huruf kecil x untuk variabel yang umum, tetapi yang penting adalah konsisten. Jadi untuk contoh no.3 tidak boleh ditulis (y)(R(y)  H(x)) Contoh 2.11: 1. Semua orang harus bekerja. (x)(O(x)  B(x)) 2. Beberapa mahasiswa lupus sarjana. (x)(M(x)  L(x)) 3. Ada sesuatu yang hilang di desa Sidomakmur. (x)(S(x)  H(x)) Dari berbagai contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa :  Jika pernyataan memakai kuantor universal (), maka digunakan perangkai implikasi (), yaitu “Jika semua......maka.....”  Jika pernyataan memakai kuantor eksistensial (), maka digunakan perangkai konjungsi (), yaitu “Ada...yang...dan....”. Conoth-contoh diatas berhubungan dengan predikat unary atau relasi satu tempat (objek hanya satu), dan tentu saja penulisan simbol harus ampu menunjukkan predikat n-ary yaitu relasi dimana objeknya sebanyak n buah. Lihat contoh berikut : Contoh 2.12: 1. Setiap orang mencintai Jogjakarta. (x) C(x,J) 2. Setiap bilangan genap dapat dibagi 2. (x)(G(x)  B(x,2)) 3. Tak ada bilangan prima di antara 23 dan 29. (x)(P(x)  A(x,23,29)) 4. Badu mengenal seua benda. (x) K(b,x) KUANTOR GANDA Domain atau semesta pembicaraan penafsiran kuantor sangat penting untuk menentukan jenis kuantor yang akan digunakan serta mempengaruhi penulisan simbolnya. Lihat contoh berikut : “Setiap orang mencintai Jogjakarta” Selanjutnya, dapat ditulis simbolnya dengan logika predikat (x) C(x,j)
  • 10. 45 Simbol tersebut dapat dibaca “Untuk semua y, y mencintai Jogjakarta”. Persoalan yang terjadi adalah domain penafsirab seseorang untuk y bisa berbeda-beda. Ada orang yang menganggap y hádala manusia, tetapi mungkin orang lain menganggap y bisa mahluk hidup apa saja, misal ayam, bebek, bahkan mungkin y bisa menjadi benda apa saja. Tentu saj domain penafsiran semacam ini kacau karena yang dimaksudkan pasti hanya orang atau manusia. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa domain penafsiran hanya orang, penulisan simbol harus diperbaiki seperti berikut : (y)(O(y)  C(y,j)) Sekarang simbol tersebut dapat dibaca ”Untuk semua y jika y adalah orang, maka y mencintai Jogjakarta”. Untuk menulis simbol yang tepat, memang harus menempatkan terlebih dahulu domain penafsiran karena domain penafsiran Sangay mempengaruhi penulisan dan sekaligus menghindari terjadinya ambiguitas. Contoh domain penafsiran yang bersifat umum antara lain manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bilangan prima, bilangan asli, dan sebagainya, yang nantinya akan menggunakan kuantor universal. Akan tetapi jira tertentu saja atau tidak semuanya, misalnya beberapa manusia, atau satu manusia saja, akan memakai kuantor yang berbeda yaitu kuantor eksisitensial. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana jira memakai dua kuntor yang berbeda pada satu penulisan simbol yang berasal dari satu pernyataan. Apakah domain penafsiran juga akan berbeda atau sama?. Perhatikan contoh berikut ini : “Setiap orang dicintai oleh seseorang” Dengan notasi simbol logika predikat, akan ditullis seperti berikut (x)(y) C(y,x) Yang dapat dibaca ”Untuk semua x, terdapat y dimana y mencintai x” X dan Y sebenarnya menunjuk domain penafsiran yang sama yaitu orang, dan pada simbol tersebut ternyata dibedakan. Penulisan tersebut lebih baik lagi jika bisa memakai variable yang sama. Maka pernyataan diatas secara lengkap dapat ditulis : (x)(O(x)  (x)(O(y)  C(y,x))) Sekarang perhatikan contoh penulisan pernyataan berikut jika menggunakan angka atau bilangan. (xreal)(yreal)S(x,y), misalkan S(x,y)=x+y=y+x dan dapat dibaca “ Untuk semua bilangan real x dan semua bilangan real y, adalah benar x+y=y+x” Sekarang perhatikan jika pengkuantoran ternyata melibatkan lebih dari satu jenis kuantor dengan contoh pernyataan berikut :
  • 11. 46 “Terdapat bilangan positif x sedemikian sehingga untuk semua bilangan positif y berlaku y<x” Pernyataan di atas dapat ditulis : (x)(y)(y<x) Sebelumnya telah dijelaskan bahwa kuantor universal () dan kuantor eksistensial () diperlakukan sebagai perangkai unary dan kuantor juga memiliki urutan lebih tinggi dibandingkan dengan perangkai binary. Lihat contoh berikut : Contoh 2.13: H(x) : x hidup M(x) : x mati (x)(H(x)  M(x)) dibaca “Untuk semua x, x hidup atau x mati” Akan tetapi jika ditulisnya (x)(H(x))  M(x) maka dibaca “Untuk semua x hidup, atau x mati”. Pada “x mati”, x tidak terhubing dengan kuantor universal, yang terhubung hanya”x hidup”. Sekali lagi, perhatikan penulisan serta peletakan tanda kurungnya. Secara umum, hubungan antara penempatan kuantor ganda adalah sebagai berikut : (x)(y) P(x,y)  (y)(x) P(x,y) (x)(y) P(x,y)  (y)(x) P(x,y) (x)(y) P(x,y)  (y)(x) P(x,y) Ingkaran kalimat berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama seperti ingkaran pada kalimat berkuantor tunggal. [(x)(y) P(x,y)]  (x)(y) P(x,y) [(x)(y) P(x,y)]  (x)(y) P(x,y) Contoh 2.14: Tentukan negasi dari logika predikat berikut ini : 1. (x)(y) x=2y dengan domainnya adalah bilangan bulat (x)(y) x=2y dibaca “Untuk semua bilangan bulat x, terdapat bilangan bulat y yang memenuhi x=2y. Maka negasinya : [(x)(y) x=2y]  (x)(y) x2y 2. Ada toko buah yang menjual segala jenis buah Dapat ditulis (x)(y) x menjual y. Maka negasinya [(x)(y) x menjual y]  (x)(y) x tidak menjual y Dibaca “Semua toko buah tidak menjual paling sedikit satu jenis buah”. Mengubah pernyataan ke dalam logika predikat yang memiliki kuantor ganda Misal : “Ada seseorang yang mengenal setiap orang” Langkah-langkahnya : 1. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal y”, maka akan menjadi K(x,y). K(x,y) : x kenal y 2. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal semua y”, sehingga menjadi
  • 12. 47 (y) K(x,y) 3. Jadikan pernyataan “ada x, yang x kenal semua y”, sehingga menjadi (x)(y) K(x,y) SOAL LATIHAN 2 1. Ubahlah pernyataan berikut ke dalam logika predikat kemudian negasikan a. Setiap orang memiliki seseorang yang menjadi ibunya. b. Semua orang menghormati Presiden SBY. c. Ada mahasiswa TI yang tidak lulus logika informatika. Ada X, dimana X adalah mahasiswa TI DAN X tidak lulus logika Inf d. Setiap orang dicintai oleh seseorang. e. Ada programmer yang menguasai semua bahasa pemrograman. Pernyataan diatas mengandung kuantor ganda yaitu Kuantor eksistensial dan universal Ubah terlebih dahulu kalimat pertama “Ada programmer yang menguasai........” Ada X, dimana X adalah programmer DAN X menguasai semua bahasa pemrograman Baru ubah kalimat “ X menguasai Semua bahasa pemrograman” X menguasai, Untuk semua X, jika X adalah bahasa 2. Misalkan B(x,y) adalah pernyataan “x mengikuti matakuliah y”, dan semsta pembicaraan untuk x adalah semua mahasiswa di matakuliah tersebut, sedangkan y adalah semua matakuliah ilmu komputer. Ubahlah ekspresi dengan kuantor-kuantor berikut ke dalam pernyataan berbahasa Indonesia. a. (x)(y) B(x,y) b. (x)(y) B(x,y) c. (x)(y) B(x,y) d. (y)(x) B(x,y) e. (y)(x) B(x,y) f. (x)(y) B(x,y) 3. Misalkan W(x,y) adalah pernyataan “x berwisata ke y”, dan semesta pembicaraan untuk x adalah semua mahasiswa di STMIK NH, sedangkan y adalah semua objek wisata di Indonesia. Ubahlah kuantor berikut ke dalam pernyataan berbahasa Indonesia. a) W(Badu, Borobudur) b) (x) W(x, Kuta) c) (y) W(Dito,y) d) (y) (W(Dewi,y)  W(Siti,y)) 4. Misalkan A(x) adalah pernyataan “x berbicara bahasa Inggris” dan B(x) adalah pernyataan “x menguasai bahasa pemrograman Borland Delphi”. Ubahlah pernyataan berikut ke dalam simbol kuantor kemudian negasikan.
  • 13. 48 a. Ada mahasiswa di STMIK yang dapat berbicara bhs Inggris dan menguasai Delphi. b. Ada mahasiswa di STMIK yang dapat berbicara bhs Inggris tetapi tidak meguasai Delphi. c. Semua mahasiswa di STMIK dapat berbicara bhs Inggris sekaligus menguasai Delphi. d. Tidak ada mahasiswa STMIK yang dapat berbicara bhs Inggris dan menguasai Delphi. 5. Jika diketahui semesta pembicaraannnya adalah (1,2,3). Tentukan nilai kebenaran pernyataan berkuantor berikut : a. (x)(y) x2 <y+1 b. (x)(y) x2 +y2 <12 c. (x)(y) x2 +y2 <12 6. Negasikan pernyataan berikut a. (x)(y)(p(x,y)  q(x,y)) b. (x)(y)(p(x,y)  q(x,y)) c. (y)(x)(p(x)  q(x))