Malnutrisi didefinisikan sebagai kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi atau nutrisi seseorang. Kondisi yang termasuk dalam kelompok gizi kurang adalah kondisi stunting atau tinggi badan pendek menurut umur, wasting atau berat badan rendah menurut tinggi badan, serta underweight atau berat badan rendah menurut usia. Sementara itu, yang termasuk ke dalam kelompok gizi lebih adalah overweight dan obesitas. Ada juga malnutrisi yang terkait dengan mikronutrien, seperti defisiensi atau kelebihan mikronutrien. Penyebab malnutrisi secara umum adalah ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan nutrisi tubuh. Di negara maju, malnutrisi biasanya disebabkan oleh pola diet yang buruk, penyakit kronis, gangguan pencernaan, gangguan mental, hingga alkoholisme. Sementara itu, di negara berkembang, seringkali asupan makan yang kurang merupakan penyebab utama malnutrisi. Angka kemiskinan yang tinggi, serta rendahnya kesadaran dan pengetahuan mengenai diet yang seimbang merupakan faktor penting dalam terjadinya malnutrisi di negara berkembang.
Pada kasus malnutrisi akut berat, lakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya komplikasi medis dan keadaan nafsu makan pasien. Pasien yang memiliki nafsu makan dan tingkat kesadaran baik dapat dirawat jalan. Pasien yang memiliki komplikasi medis, edema berat, atau nafsu makan yang buruk akan memerlukan rawat inap. Penatalaksanaan malnutrisi yang paling penting adalah modifikasi diet dan pemberian suplemen. Tujuan terapi pada malnutrisi adalah agar pasien dapat memiliki tingkat kesehatan optimal, mencegah perburukan status gizi dan metabolik, serta untuk memastikan asupan yang memadai. Pasien yang memiliki nafsu makan dan tingkat kesadaran baik dapat dirawat jalan. Pasien yang memiliki komplikasi medis, edema berat, atau nafsu makan yang buruk akan memerlukan rawat inap.
[ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ]
Salinan PPT MI 4.pptx
1. Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
di Layanan Rawat Jalan
Direktorat Gizi Masyarakat
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
1
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
tata laksana gizi buruk pada balita di layanan rawat jalan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 2
3. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
• Melakukan pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk
• Melakukan konseling pemberian RUTF atau F100 dan
makanan padat gizi
• Melakukan pemantauan dan evaluasi perawatan gizi
buruk pada balita di layanan rawat jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 3
4. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
1. Pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk
a. Konfirmasi status gizi
b. Prosedur rawat jalan pada balita gizi buruk
2. Konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan
padat gizi
3. Pemantauan dan evaluasi perawatan gizi buruk pada
balita di layanan rawat jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4
5. Pokok Bahasan 1
Pelayanan Rawat Jalan pada
Balita Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 5
6. Balita gizi buruk yang dirawat di layanan rawat jalan dapat
merupakan:
• Kasus baru balita gizi buruk 6 – 59 bulan, termasuk kasus
relaps.
• Rujukan dari layanan rawat inap. Balita gizi buruk yang
memenuhi syarat untuk pindah rawat dari rawat inap ke rawat
jalan untuk melanjutkan perawatan gizi hingga sembuh.
• Kasus lama:
• Masuk kembali setelah drop-out.
• Pindahan dari layanan rawat jalan lain.
Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6
7. • Layanan rawat jalan dapat dilakukan di Puskesmas/Pustu.
• Puskesmas/Pustu yang dapat memberikan layanan balita gizi buruk:
–Tenaga kesehatan sudah mendapat pelatihan pencegahan dan
tatalaksana balita gizi buruk.
–Fasilitas kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan, termasuk:
Alat antropometri (alat ukur panjang/tinggi badan, alat timbang dan
pita LiLA) sesuai standar
RUTF atau bahan F100
Home economic set
Obat-obat rutin (seperti antibiotika, obat cacing) sesuai protokol
7
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (2)
8. Segera lakukan pemeriksaan saat balita gizi buruk yang tampak
sakit dirujuk atau dibawa ke fasilitas kesehatan.
Gunakan pendekatan MTBS untuk menilai tanda bahaya umum
dan kedaruratan medis pada balita sakit.
Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (3)
Bila ditemukan tanda bahaya atau kondisi kedaruratan medis,
lakukan tindakan segera sesuai protokol tata laksana balita gizi
buruk sebelum dilakukan pemeriksaan lengkap dan/atau dirujuk
fasilitas kesehatan lebih tinggi.
Bila tidak ada kondisi kedaruratan medis, lakukan pemeriksaan
lengkap, termasuk pengukuran antropometri, edema bilateral
dan tes nafsu makan sesuai protokol.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8
9. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 9
1) Menyampaikan penjelasan kepada keluarga tentang prosedur
yang akan dilakukan.
2) Melakukan antropometri dan pitting edema bilateral
a) Timbang berat badan
b) Ukur panjang/tinggi badan
c) Ukur LiLA (6 – 59 bulan)
d) Periksa pitting edema bilateral
a. Konfirmasi Status Gizi
10. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 10
KLASIFIKASI KURANG GIZI AKUT
Berdasarkan Indeks Antropometri dan Edema Bilateral
11. Penentuan balita gizi buruk dirawat di layanan rawat inap atau
rawat jalan berdasarkan:
• Umur
• Hasil pemeriksaan antropometri
• Hasil pemeriksaan pitting edema bilateral
• Hasil pemeriksaan klinis – ada atau tidak komplikasi medis
• Hasil tes nafsu makan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 11
Melakukan Pengelompokan Kasus
13. Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (4)
Salah satu kriteria balita gizi buruk dapat dirawat di layanan
rawat jalan adalah nafsu makan baik.
Lakukan tes nafsu makan sesuai protokol untuk menentukan
apakah balita mempunya nafsu makan baik atau tidak.
Tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan RUTF atau
F100 saat balita pertama kali dirujuk/dibawa ke fasiltas
kesehatan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 13
14. Tes Nafsu Makan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 14
• Tes nafsu makan dilakukan sebelum pasien menjalani terapi gizi
dengan menggunakan RUTF atau F100 sesuai dengan rencana
terapi.
• Tes dilakukan paling cepat 2 jam setelah makan.
• Cari tempat yang tenang ketika melakukan tes nafsu makan.
• Jelaskan pada ibu/pengasuh tujuan tes nafsu makan dan bagaimana
tes akan dilakukan.
• Dorong ibu/pengasuh untuk tidak terburu-buru dan terus membujuk
balita dengan lembut.
Hasil tes nafsu makan
- Nafsu makan baik rawat di layanan rawat jalan
- Nafsu makan buruk rawat di layanan rawat inap
15. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 15
Langkah tes nafsu makan dengan RUTF
• Minta pengasuh untuk mencuci tangan dengan sabun, mencuci
muka dan tangan anak dengan sabun.
• Pastikan kemasan RUTF bersih sebelum melakukan tes nafsu
makan.
• Biarkan anak bermain dengan kemasan RUTF dan menjadi
terbiasa/nyaman dengan lingkungan sekitar.
• Sediakan air minum yang bersih dan sudah dimasak bagi anak
selama tes nafsu makan
• Remas kemasan sebelum digunakan Buka Tekan dan makan.
16. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
16
• Minta pengasuh untuk duduk nyaman dengan anak di pangkuan mereka
dan berikan RUTF langsung dari kemasan atau ambil RUTF di jari dan
gunakan jari untuk memberikan RUTF kepada anak.
• Jika anak menolak, maka pengasuh sebaiknya mencoba terus untuk
membujuk anak secara perlahan dan tidak buru-buru.
• Tes biasanya berlangsung sebentar, tapi jika anak merasa tertekan,
mungkin akan butuh waktu lebih lama. Anak seharusnya tidak dipaksa
untuk makan RUTF.
• Amati (tes sebaiknya diamati oleh tenaga kesehatan) dan catat hasil tes.
• RUTF yang digunakan untuk tes nafsu makan dikurangi dari jatah
yang dibawa pulang.
• Tes nafsu makan dilakukan pada setiap kunjungan.
17. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (3)
Untuk menentukan bahwa nafsu makan anak baik selama tes nafsu
makan (30 menit – 1 jam), anak harus menghabiskan RUTF sesuai jumlah
berikut:
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 17
Berat Badan Anak
Jumlah RUTF yang harus dikonsumsi
selama tes nafsu makan (bungkus)
Minimal Maksimal
< 4 kg 1/8 1/4
4 – 6,9 kg 1/4 1/3
7 – 9,9 kg 1/3 1/2
10 – 14,9 kg 1/2 3/4
18. Sumber: A Training of Trainers on the Philippine Integrated Management of Acute Malnutrition (PIMAM) for Children
under Five Years of Age
Mengukur Porsi RUTF
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 18
19. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (4)
Hasil Tes Nafsu Makan dengan menggunakan RUTF
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 19
Baik
Anak dapat menghabiskan jumlah RUTF yang ditentukan
untuk lulus tes, anak makan RUTF dengan lahap dan terlihat
ingin makan terus.
Buruk
Anak mengonsumsi RUTF dengan bujukan terus menerus
dari pengasuh atau menolak makan RUTF.
*Jika tes nafsu makan dengan RUTF hasilnya buruk, dapat dilakukan tes nafsu makan
dengan F100. Jika hasil tes nafsu makan dengan F100 juga hasilnya buruk, maka balita
harus dirujuk.
20. Tes Nafsu Makan dengan F100 (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 20
Apabila tidak tersedia RUTF dan terapi gizi akan menggunakan F100,
maka tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan F100
Langkah tes nafsu makan dengan F100:
a. Ibu diberi penjelasan tentang prosedur tes nafsu makan
b. Hitung dan siapkan dosis F100 untuk keperluan sehari sesuai berat badan
c. Siapkan satu dosis F100 untuk satu kali pemberian saat itu (1/6 dari dosis
harian).
d. Berikan dosis F100 pertama (1/6 dari dosis harian) pada balita secara
perlahan, balita dapat meminum sendiri F100 nya atau minta ibu/pengasuh
memberikan F100 kepada balita.
21. Tes Nafsu Makan dengan F100 (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21
e. Bila balita menolak, minta ibu/pengasuh untuk membujuk balita secara
perlahan dan tidak terburu-buru.
f. Amati proses dan catat hasilnya.
g. Sisa dosis (5 bungkus) F100 diberikan kepada ibu/pengasuh untuk
diberikan di rumah. Minta ibu untuk mencatat jumlah F100 yang tersisa/
tidak dihabiskan.
h. Minta ibu/pengasuh untuk kembali membawa balita ke layanan rawat
jalan esok harinya dengan membawa kemasan kosong F100 dan catatan
sisa F100.
Nafsu makan balita dikatakan baik jika balita dapat menghabiskan 80%
dari target F100 dalam sehari sesuai berat badan.
24. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 24
Pengelompokan Kasus
Balita gizi buruk yang langsung dirawat di layanan
rawat jalan, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Balita 6 – 59 bulan, dengan
• BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan/atau
• LiLA < 11,5 cm dan/atau
• Pitting edema bilateral derajat +1 atau +2, dan
• Nafsu makan baik, dan
• Tanpa komplikasi medis
25. b. Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita
Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 25
1 2 3 4 5 6 7
Anamnesis
riwayat
kesehatan balita
Pemeriksaan fisik
secara umum dan
khusus
Pemeriksaan
penunjang sesuai
indikasi
Pemberian obat
sesuai hasil
pemeriksaan
Menghitung
kebutuhan gizi
Konseling tentang
cara pemberian RUTF
atau F100 dan
makanan padat gizi
Mencatat hasil
layanan dalam
rekam medis dan
formulir rawat
jalan
26. 1. Anamnesis kesehatan Balita: riwayat kelahiran, imunisasi,
menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan
riwayat keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh,
pernafasan, nadi.
- Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir
MTBS.
3. Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 26
27. 4) Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan:
- Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali
balita masuk rawat jalan, walaupun tidak ada gejala klinis
infeksi:Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama
5 hari.
- Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C.
Bila demam >39°C rujuk balita ke rawat inap. Memberikan
penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah
kepada pengasuh.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 27
28. Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 28
Jumlah zat gizi yang
diperlukan sebagai
terapi gizi:
Energi: 150-220
kkal/kgBB/hari
Protein: 4-6 g/kgBB/hari
Cairan: 150-200
ml/kgBB/hari
Pemenuhan kebutuhan
gizi dapat diperoleh dari:
• Ready To Use
Therapeutic Food
(RUTF) atau F100
SERTA
• makanan padat gizi
29. Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 29
Bila dengan RUTF
• Siap dimakan
• Padat gizi setara dengan F100
• Diperkaya dengan vitamin dan mineral
• Untuk balita gizi buruk ≥ 6 bulan (rekomendasi WHO)
Jumlah kebutuhan RUTF (500 kcal/92 g atau 1 bungkus) per kg berat badan balita
Berat badan balita (kg) Paket per hari Paket per minggu Kkal per hari
3,5 – 3,9 1 ½ 11 750
4,0 – 5,4 2 14 1.000
5,5 – 6,9 2 ½ 18 1.250
7,0 – 8,4 3 21 1.500
8,5 – 9,4 3 ½ 25 1.750
9,5 – 10,4 4 28 2.000
10,5 – 11,9 4 ½ 32 2.250
≥ 12 5 35 2500
30. Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30
Bila dengan F100
• Beri F100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak) untuk 2 hari,
karena hanya dapat bertahan 2 x 24 jam (suhu ruang).
• Mineral mix diberikan terpisah.
• Pada tahap awal, balita dengan BB < 7 kg hanya diberi F100.
Bila BB ≥ 7 kg, maka dapat diberikan 2/3 dari total kebutuhan
kalori berupa F100, sisanya diberikan berupa makanan yang
mengandung tinggi protein hewani dan tinggi energi/minyak.
Tenaga kesehatan membantu ibu/pengasuh mencampur larutan mineral mix
ke dalam bahan F100
31. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31
Suplementasi Zat Gizi Mikro (1)
Penggunaan
TANDA DEFISIENSI VITAMIN A ATAU RIWAYAT CAMPAK
DALAM 3 BULAN TERAKHIR
Tidak Ya
Bila dengan RUTF
Tidak diberikan suplementasi
Vitamin A dosis tinggi.
Vitamin A dosis tinggi
sesuai umur (3 kali)
Hari ke-1, ke-2 dan
ke-15).
Bila dengan F100
Vitamin A dosis tinggi (1 kali)
- hari ke-1 sesuai umur.
Vitamin A
Jika tidak tersedia kapsul Vitamin A dosis tinggi dapat diberikan Vitamin A
dosis 5000 SI per hari selama proses pemulihan.
32. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 32
Suplementasi Zat Gizi Mikro (2)
Penggunaan Asam Folat Multivitamin
Bila dengan RUTF
Tidak perlu diberikan karena RUTF sudah mengandung
vitamin dan mineral dengan jumlah yang cukup.
Bila dengan F100
5 mg pada hari pertama,
dan selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin C dan vitamin B
kompleks
33. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 33
Suplementasi Zat Gizi Mikro (3)
Suplementasi Zat Besi menurut Berat Badan
Zat Besi (elemental)
• 3 mg/kgBB/hari
setelah berat badan
mengalami kenaikan
34. Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan
1 kali/ minggu
• BB/TB < -3 SD (Gizi Buruk)
1 kali/ minggu atau 1
kali/ 2 minggu
• BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD
(Gizi Kurang)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 34
Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD)
maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan
36. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 36
Tindakan Kunjungan ke-2, ke-3, ke-
4, ke-6, ke-7, dst.
Kunjungan ke-1, ke-5, ke-
9 dst*
Antropometri:
Berat badan √ √
LiLA √ √
Tinggi Badan √
Lingkar Kepala √
Cek pitting edema bilateral √ √
Kondisi klinis √ √
Tes nafsu makan (RUTF) √ √
Prosedur Kunjungan Ulang (1)
*) Tentukan z-score BB/PB atau BB/TB
37. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 37
Prosedur Kunjungan Ulang (2)
Penilaian kemajuan terapi
• Kenaikan berat badan cukup
• Bila ada edema, maka edema berkurang atau hilang
• Kondisi klinis lainnya membaik
• Kurang: kenaikan BB < 5 g/kg BB/hari
• Cukup: kenaikan BB 5-10 g/kg BB/hari
• Baik: kenaikan BB > 10 g/kg BB/hari
ATAU
• Kurang: kenaikan BB < 50 g/kg BB/per minggu
• Baik: kenaikan BB ≥ 50 g/kg BB/per minggu
PENILAIAN KENAIKAN BERAT BADAN
Balita gizi buruk dengan edema bilateral mungkin akan terjadi penurunan berat
badan pada minggu awal karena berkurang atau hilangnya cairan edema
38. Contoh cara menghitung kenaikan rata-rata
berat badan per minggu
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 38
Berat badan saat ini = 9,0 kg = 9000 g
Berat badan awal (7 hari lalu) = 8,5 kg = 8500 g
Langkah 1.
Hitung kenaikan BB dalam gram = 9000 – 8500 = 500 g
Langkah 2.
Hitung BB rata-rata dalam periode 7 hari (1 minggu) dalam kg = (9000 + 8500) ÷ 2 =
8750 g 8,75 kg
Langkah 3.
Bagi kenaikan rata-rata BB per hari dengan BB rata-rata dalam kg =
500 g/minggu ÷ 8,75 kg = 57,1 g/kg per minggu.
39. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 39
Prosedur Kunjungan Ulang (3)
Keluarga mendapat konseling pemberian makanan balita sesuai
umur/kebutuhan kalori dan pentingnya melakukan stimulasi tumbuh
kembang.
Hitung ulang kebutuhan RUTF atau F100 sesuai dengan berat
badan terakhir.
Balita gizi buruk dengan edema mengalami penurunan BB saat
edema berkurang, maka untuk perhitungan kebutuhan RUTF
atau F100 menggunakan BB awal.
Pastikan pemberikan obat-obatan rutin dan layanan kesehatan
lainnya (misalnya imunisasi) sesuai dengan protokol.
Catat jumlah RUTF atau F100 yang diberikan saat kunjungan
dan jumlah sisa jika balita belum habis jatah RUTF atau F100
dari kunjungan sebelumnya.
40. Keluar Rawat Jalan (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
40
41. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 41
Kriteria keluar rawat jalan (selama 2 minggu berturut atau 2 kunjungan)
a) Status gizi baik (berdasarkan indeks antropometri yang sama saat masuk
perawatan), dan
Status gizi saat masuk Status gizi saat keluar
LiLA <11,5 cm LiLA 12,5 cm atau lebih
BB/PB atau BB/TB <-3 SD BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD
LiLA <11,5 cm
dan
BB/PB atau BB/TB <-3 SD
LiLA 12,5 cm atau lebih (≥12,5 cm) dan
BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD
Keluar Rawat Jalan (2)
b) Tidak ada edema bilateral, dan
c) Kondisi klinis membaik.
42. Tindakan Sebelum Balita Keluar dari
Layanan Rawat Jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42
Bila balita mendapatkan RUTF, maka berikan 7 bungkus
RUTF sebagai jatah terakhir
Berikan konseling ASI, MPASI (6 sampai <24 bln) dan
makanan keluarga untuk balita ≥ 24 bulan, cara penyiapan
dan pengolahan makanan
Pastikan pengasuh memahami cara meneruskan
pemberian RUTF atau F100 untuk balita
Informasikan kepada ibu/pengasuh tentang hasil
layanan rawat jalan
4
3
2
1
Minta ibu untuk menganjurkan orangtua, teman-teman dan
keluarga balita yang menderita gizi buruk atau edema,
mengenai adanya pelayanan balita gizi buruk
5
Lengkapi kartu Penerimaan Layanan Rawat Jalan dan anjurkan untuk
melengkapi imunisasi
6
43. Evaluasi Pembelajaran
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 43
Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain
peran (role play) tes nafsu makan.
44. Pokok Bahasan 2
Konseling Pemberian RUTF atau F100 dan
Makanan Padat Gizi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 44
45. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 45
Setiap Ibu/Pengasuh harus mendapatkan konseling
pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi
agar dapat meneruskan pemberiannya kepada balita di
rumah dengan cara yang tepat
46. KONSELING GIZI
• Upaya membantu orang lain untuk dapat mengenali diri,
menetapkan alternatif pemecahan masalah dan mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah sesuai keadaan, dan
kebutuhan dirinya yang disadari dan bukan karena terpaksa.
• Salah satu terapi gizi dan bagian penting dalam rangkaian
kegiatan pelayanan gizi di sarana pelayanan kesehatan, untuk
mengubah kebiasaan makan anak guna mempercepat proses
penyembuhan.
• Perlu komunikasi interpersonal antara konselor dan klien.
• Konseling gizi dilakukan oleh tenaga yang kompeten (nutrisionis/
dietisien).
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
46
47. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Melakukan
Konseling
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47
Gunakan Komunikasi Non
Verbal
Ajukan pertanyaan terbuka
Gunakan respon dan isyarat
Mendengarkan keluhan
ibu/pengasuh
Ulangi kembali apa yang
dikatakan ibu/pengasuh
Hindari penggunaan kata
yang menghakimi
48. Langkah Melakukan Konseling (1)
Sambut klien dengan ramah dan sopan
Tanyakan peluang yang dimiliki dan
hambatan yang dihadapi
Upayakan klien untuk memahami
permasalahan yang dihadapi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48
SALAM
(SA)
TANYAKAN
(T)
URAIKAN
(U)
49. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 49
BanTu klien untuk menyesesuaikan
permasalahan yang dihadapi, memahami cara
pemecahan dan mengambil keputusan
Jelaskan pada klien semua informasi sumber
daya yang tersedia untuk pemecahan masalah
Ulangi secara ringkas semua informasi yang
telah disampaikan dan keputusan yang akan
diambil. Ucapkan terima kasih dan buat janji
untuk pertemuan berikutnya
BANTU
(TU)
JELASKAN
(J)
ULANGI
(U)
Langkah Melakukan Konseling (2)
50. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50
1. Menyapa dan memberikan
salam kepada ibu/pengasuh
2.Sampaikan tujuan pemberian
RUTF/F100/makanan padat gizi
3. Anjurkan kepada Ibu/pengasuh
untuk cuci tangan dengan sabun
sebelum menyiapkan
RUTF/F100/makanan padat gizi
4. Sampaikan dan tunjukkan cara
membuat F100 dan minta ibu
mempraktekkan
5. Sampaikan petunjuk
pemberian/dosis RUTF/F100
beserta pemberian ASI
6. Sampaikan petunjuk
penyimpanan RUTF/F100
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (1)
51. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
51
7. Sampaikan anjuran untuk
membujuk anak mengonsumsi
RUTF/F100 dalam jumlah sedikit
dan sering sehingga porsi 1 hari
habis
8. Sampaikan bahwa
ibu/pengasuh harus melakukan
kunjungan ke faskes secara rutin
untuk memantau perkembangan
status gizi anak
9. Sampaikan jika anak
kehilangan nafsu
makan/menderita penyakit lain
10. Jika anak diare, jangan
hentikan pemberian RUTF/F100
dan ASI tetapi dicari penyebab
diare
11. Sampaikan bahwa anak harus
selalu memakai pakaian
tebal/baju hangat
12. Sampaikan bahwa setelah
anak membaik dan nafsu makan
meningkat, ibu/pengasuh dapat
memberikan makanan padat gizi
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (2)
52. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
52
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (3)
Setelah anak membaik dan nafsu makan meningkat, ibu/pengasuh
dapat memberikan makanan padat gizi yang tersedia secara lokal
sebagai tambahan (setelah pemberian ASI, RUTF atau F100).
Syarat makanan padat gizi: konsentrasi energi dan protein tinggi,
dianjurkan diberikan dalam bentuk makanan bersantan/dimasak
menggunakan minyak/margarin dan lauknya berasal dari hewani.
53. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 53
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (4)
Bila balita mendapatkan F100, maka makanan padat gizi dapat
diberikan pada saat BB balita > 7 kg. Makanan padat gizi diberikan
1/3 dari total kebutuhan sehari dan 2/3nya diberikan dari F100.
Bila balita mendapatkan RUTF maka makanan padat gizi
bisa diberikan saat balita masih merasa lapar setelah dosis
RUTF untuk 1 hari telah dihabiskan.
57. Pokok Bahasan 3
Pemantauan dan Evaluasi
Perawatan Gizi Buruk Pada Balita di
Layanan Rawat Jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 63
58. Pemantauan dan Evaluasi Perawatan di
Layanan Rawat Jalan
Bagian penting dalam
pelayanan balita gizi
buruk rawat jalan
Masalah spesifik lebih
mudah diatasi secara
efektif
Sebagai dasar
perbaikan
pelaksanaan dan
perencanaan
pelayanan rawat jalan
Dilakukan melalui:
- Kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan/kader.
- Pada saat kunjungan ibu/pengasuh ke
fasilitas pelayanan kesehatan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 64
59. Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan
1 kali/ minggu
• BB/TB < -3 SD (Gizi Buruk)
1 kali/ minggu atau 1
kali/ 2 minggu
• BB/TB -3 SD sampai dengan < -2
SD (Gizi Kurang)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 65
Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD)
maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan
60. Hal-Hal yang Dievaluasi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 66
Perkembangan kenaikan BB dan LiLA anak
Jika ada edema perhatikan perkembangan pemulihan
edema
Perubahan nafsu makan
Kepatuhan dalam menjalani terapi diet dan pengobatan lain
61. Penilaian Hasil Layanan Rawat Jalan
Pada saat pemantauan dan penilaian kemajuan layanan rawat jalan,
perlu diperhatikan kondisi terkait:
• Klinis
• Antropometri
• Edema bilateral
• Respon
• Nafsu makan
Kemudian hasil dievaluasi, apakah ada perkembangan yang baik
atau lambat. Jika ada keterlambatan harus dicari penyebabnya.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 67
62. Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 68
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan
Berat badan Berat badan turun tetapi
nafsu makan baik
Berat badan turun dan nafsu makan
buruk/tidak ada nafsu makan
Berat badan tetap atau naik
tapi tidak sesuai yang
diharapkan (kurang dari
50g/kgBB per minggu
selama 2 minggu berturut-
turut) dan nafsu makan baik
Berat badan tetap atau naik tapi tidak
sesuai yang diharapkan (kurang dari
50g/kgBB per minggu) setelah 3
minggu mendapatkan terapi gizi dan
telah dilakukan kunjungan rumah
63. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 69
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan
Edema bilateral Edema bilateral tidak
berkurang pada kunjungan
minggu ke-2
Timbulnya edema bilateral baru
Peningkatan derajat edema bilateral
menjadi derajat +3
Tidak ada perbaikan pada edema
bilateral pada kunjungan minggu
ke-2
Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (2)
64. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 70
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan
Nafsu Makan Makan <75% RUTF dalam
seminggu
Minum <80% F100 dalam
seminggu
Tidak ada nafsu makan atau tidak bisa
makan
Tidak ada
respons (Tidak
sembuh)
Jika setelah 3 bulan mendapat terapi
gizi di layanan rawat jalan namun tidak
mencapai kriteria sembuh, maka rujuk
untuk pemeriksaan lengkap
Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (3)
65. Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
71
Penyebab terkait dengan balita dan
lingkungan rumah
Tindak Lanjut
Balita melewatkan satu kunjungan atau drop out
(absen pada dua kunjungan berturut-turut)
Ada penolakan dari keluarga untuk membawa
anak ke layanan rawat inap, atau balita keluar
dari layanan rawat inap.
Lakukan kunjungan rumah untuk
mengindentifikasi penyebab ibu/pengasuh tidak
membawa balita untuk kunjungan ulang dan
bersama-sama mencari solusi.
Ada kesulitan makan (misalnya karena kelainan
bawaan)
Identifikasi penyebab dan lakukan konseling sesuai
dengan penyebab kesulitan makan. Bila perlu
lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi.
66. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 72
Penyebab terkait dengan balita dan
lingkungan rumah
Tindak Lanjut
Nafsu makan buruk/tidak ada, karena ada
masalah kesehatan (misalnya diare, HIV, TB,
dll)
Lakukan rujukan untuk pemeriksaan lengkap
sesuai indikasi. Berikan pengobatan sesuai
dengan standar untuk masalah kesehatan yang
teridentifikasi.
Lakukan konseling, termasuk konseling cara
pemberian obat dan kebersihan diri serta
sanitasi lingkungan.
Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (2)
67. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 73
Penyebab terkait dengan balita dan
lingkungan rumah
Tindak Lanjut
Balita tidak diberi RUTF dan F100 sesuai
dengan frekuensi dan dosis, pengasuh tidak
mempraktikkan pemberian makan sesuai
anjuran.
Pengasuh memberi makanan lain pada anak
sebelum anak menghabiskan semua RUTF atau
F100
RUTF atau F100 dimakan bersama anggota
keluarga lain
Lakukan konseling untuk ibu/pengasuh dan
anggota keluarga lain tentang pentingnya
pemberian RUTF atau F100 untuk pemulihan
balita gizi buruk.
RUTF atau F100 hanya boleh diberikan pada
balita gizi buruk sesuai dengan dosis dan
petunjuk petugas kesehatan.
Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (3)
68. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 75
• Lakukan identifikasi masalah dan tindak lanjut apabila
ditemukan kasus dengan kemajuan lambat.
• Diskusikan perkembangan balita gizi buruk bersama tim
asuhan gizi dan petugas kesehatan lainnya setiap bulan
saat lokakarya mini di Puskesmas
• Bila diperlukan, petugas kesehatan dapat melibatkan
kepada desa/tokoh masyarakat
69. Pencatatan dan Pelaporan Layanan Rawat Jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
76
Kasus Gizi Buruk Baru Kasus Gizi Buruk Lama
Kasus yang keluar dari layanan
rawat jalan (sembuh, meninggal,
DO, Tidak respon, dirujuk ke
layanan rawat inap, pindah ke
layanan rawat jalan lain)
Layanan rawat jalan juga melakukan pencatatan kegiatan kunjungan rumah
dan tindak lanjut yang dilakukan
70. Evaluasi Pembelajaran
Peserta melaksanakan penugasan berupa latihan
pengisian formulir pemantauan dan evaluasi pasien
rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 77