SlideShare a Scribd company logo
1 of 71
Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
di Layanan Rawat Jalan
Direktorat Gizi Masyarakat
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
1
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
tata laksana gizi buruk pada balita di layanan rawat jalan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 2
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
• Melakukan pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk
• Melakukan konseling pemberian RUTF atau F100 dan
makanan padat gizi
• Melakukan pemantauan dan evaluasi perawatan gizi
buruk pada balita di layanan rawat jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 3
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
1. Pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk
a. Konfirmasi status gizi
b. Prosedur rawat jalan pada balita gizi buruk
2. Konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan
padat gizi
3. Pemantauan dan evaluasi perawatan gizi buruk pada
balita di layanan rawat jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4
Pokok Bahasan 1
Pelayanan Rawat Jalan pada
Balita Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 5
Balita gizi buruk yang dirawat di layanan rawat jalan dapat
merupakan:
• Kasus baru balita gizi buruk 6 – 59 bulan, termasuk kasus
relaps.
• Rujukan dari layanan rawat inap. Balita gizi buruk yang
memenuhi syarat untuk pindah rawat dari rawat inap ke rawat
jalan untuk melanjutkan perawatan gizi hingga sembuh.
• Kasus lama:
• Masuk kembali setelah drop-out.
• Pindahan dari layanan rawat jalan lain.
Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6
• Layanan rawat jalan dapat dilakukan di Puskesmas/Pustu.
• Puskesmas/Pustu yang dapat memberikan layanan balita gizi buruk:
–Tenaga kesehatan sudah mendapat pelatihan pencegahan dan
tatalaksana balita gizi buruk.
–Fasilitas kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan, termasuk:
 Alat antropometri (alat ukur panjang/tinggi badan, alat timbang dan
pita LiLA) sesuai standar
 RUTF atau bahan F100
 Home economic set
 Obat-obat rutin (seperti antibiotika, obat cacing) sesuai protokol
7
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (2)
Segera lakukan pemeriksaan saat balita gizi buruk yang tampak
sakit dirujuk atau dibawa ke fasilitas kesehatan.
Gunakan pendekatan MTBS untuk menilai tanda bahaya umum
dan kedaruratan medis pada balita sakit.
Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (3)
Bila ditemukan tanda bahaya atau kondisi kedaruratan medis,
lakukan tindakan segera sesuai protokol tata laksana balita gizi
buruk sebelum dilakukan pemeriksaan lengkap dan/atau dirujuk
fasilitas kesehatan lebih tinggi.
Bila tidak ada kondisi kedaruratan medis, lakukan pemeriksaan
lengkap, termasuk pengukuran antropometri, edema bilateral
dan tes nafsu makan sesuai protokol.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 9
1) Menyampaikan penjelasan kepada keluarga tentang prosedur
yang akan dilakukan.
2) Melakukan antropometri dan pitting edema bilateral
a) Timbang berat badan
b) Ukur panjang/tinggi badan
c) Ukur LiLA (6 – 59 bulan)
d) Periksa pitting edema bilateral
a. Konfirmasi Status Gizi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 10
KLASIFIKASI KURANG GIZI AKUT
Berdasarkan Indeks Antropometri dan Edema Bilateral
Penentuan balita gizi buruk dirawat di layanan rawat inap atau
rawat jalan berdasarkan:
• Umur
• Hasil pemeriksaan antropometri
• Hasil pemeriksaan pitting edema bilateral
• Hasil pemeriksaan klinis – ada atau tidak komplikasi medis
• Hasil tes nafsu makan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 11
Melakukan Pengelompokan Kasus
12
Alur Penapisan Balita Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (4)
Salah satu kriteria balita gizi buruk dapat dirawat di layanan
rawat jalan adalah nafsu makan baik.
Lakukan tes nafsu makan sesuai protokol untuk menentukan
apakah balita mempunya nafsu makan baik atau tidak.
Tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan RUTF atau
F100 saat balita pertama kali dirujuk/dibawa ke fasiltas
kesehatan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 13
Tes Nafsu Makan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 14
• Tes nafsu makan dilakukan sebelum pasien menjalani terapi gizi
dengan menggunakan RUTF atau F100 sesuai dengan rencana
terapi.
• Tes dilakukan paling cepat 2 jam setelah makan.
• Cari tempat yang tenang ketika melakukan tes nafsu makan.
• Jelaskan pada ibu/pengasuh tujuan tes nafsu makan dan bagaimana
tes akan dilakukan.
• Dorong ibu/pengasuh untuk tidak terburu-buru dan terus membujuk
balita dengan lembut.
Hasil tes nafsu makan
- Nafsu makan baik  rawat di layanan rawat jalan
- Nafsu makan buruk  rawat di layanan rawat inap
Tes Nafsu Makan dengan RUTF (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 15
Langkah tes nafsu makan dengan RUTF
• Minta pengasuh untuk mencuci tangan dengan sabun, mencuci
muka dan tangan anak dengan sabun.
• Pastikan kemasan RUTF bersih sebelum melakukan tes nafsu
makan.
• Biarkan anak bermain dengan kemasan RUTF dan menjadi
terbiasa/nyaman dengan lingkungan sekitar.
• Sediakan air minum yang bersih dan sudah dimasak bagi anak
selama tes nafsu makan
• Remas kemasan sebelum digunakan  Buka  Tekan dan makan.
Tes Nafsu Makan dengan RUTF (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
16
• Minta pengasuh untuk duduk nyaman dengan anak di pangkuan mereka
dan berikan RUTF langsung dari kemasan atau ambil RUTF di jari dan
gunakan jari untuk memberikan RUTF kepada anak.
• Jika anak menolak, maka pengasuh sebaiknya mencoba terus untuk
membujuk anak secara perlahan dan tidak buru-buru.
• Tes biasanya berlangsung sebentar, tapi jika anak merasa tertekan,
mungkin akan butuh waktu lebih lama. Anak seharusnya tidak dipaksa
untuk makan RUTF.
• Amati (tes sebaiknya diamati oleh tenaga kesehatan) dan catat hasil tes.
• RUTF yang digunakan untuk tes nafsu makan dikurangi dari jatah
yang dibawa pulang.
• Tes nafsu makan dilakukan pada setiap kunjungan.
Tes Nafsu Makan dengan RUTF (3)
Untuk menentukan bahwa nafsu makan anak baik selama tes nafsu
makan (30 menit – 1 jam), anak harus menghabiskan RUTF sesuai jumlah
berikut:
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 17
Berat Badan Anak
Jumlah RUTF yang harus dikonsumsi
selama tes nafsu makan (bungkus)
Minimal Maksimal
< 4 kg 1/8 1/4
4 – 6,9 kg 1/4 1/3
7 – 9,9 kg 1/3 1/2
10 – 14,9 kg 1/2 3/4
Sumber: A Training of Trainers on the Philippine Integrated Management of Acute Malnutrition (PIMAM) for Children
under Five Years of Age
Mengukur Porsi RUTF
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 18
Tes Nafsu Makan dengan RUTF (4)
Hasil Tes Nafsu Makan dengan menggunakan RUTF
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 19
Baik
Anak dapat menghabiskan jumlah RUTF yang ditentukan
untuk lulus tes, anak makan RUTF dengan lahap dan terlihat
ingin makan terus.
Buruk
Anak mengonsumsi RUTF dengan bujukan terus menerus
dari pengasuh atau menolak makan RUTF.
*Jika tes nafsu makan dengan RUTF hasilnya buruk, dapat dilakukan tes nafsu makan
dengan F100. Jika hasil tes nafsu makan dengan F100 juga hasilnya buruk, maka balita
harus dirujuk.
Tes Nafsu Makan dengan F100 (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 20
Apabila tidak tersedia RUTF dan terapi gizi akan menggunakan F100,
maka tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan F100
Langkah tes nafsu makan dengan F100:
a. Ibu diberi penjelasan tentang prosedur tes nafsu makan
b. Hitung dan siapkan dosis F100 untuk keperluan sehari sesuai berat badan
c. Siapkan satu dosis F100 untuk satu kali pemberian saat itu (1/6 dari dosis
harian).
d. Berikan dosis F100 pertama (1/6 dari dosis harian) pada balita secara
perlahan, balita dapat meminum sendiri F100 nya atau minta ibu/pengasuh
memberikan F100 kepada balita.
Tes Nafsu Makan dengan F100 (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21
e. Bila balita menolak, minta ibu/pengasuh untuk membujuk balita secara
perlahan dan tidak terburu-buru.
f. Amati proses dan catat hasilnya.
g. Sisa dosis (5 bungkus) F100 diberikan kepada ibu/pengasuh untuk
diberikan di rumah. Minta ibu untuk mencatat jumlah F100 yang tersisa/
tidak dihabiskan.
h. Minta ibu/pengasuh untuk kembali membawa balita ke layanan rawat
jalan esok harinya dengan membawa kemasan kosong F100 dan catatan
sisa F100.
Nafsu makan balita dikatakan baik jika balita dapat menghabiskan 80%
dari target F100 dalam sehari sesuai berat badan.
22
Alur Penapisan Balita Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
23
Alur Penapisan Balita Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 24
Pengelompokan Kasus
Balita gizi buruk yang langsung dirawat di layanan
rawat jalan, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Balita 6 – 59 bulan, dengan
• BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan/atau
• LiLA < 11,5 cm dan/atau
• Pitting edema bilateral derajat +1 atau +2, dan
• Nafsu makan baik, dan
• Tanpa komplikasi medis
b. Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita
Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 25
1 2 3 4 5 6 7
Anamnesis
riwayat
kesehatan balita
Pemeriksaan fisik
secara umum dan
khusus
Pemeriksaan
penunjang sesuai
indikasi
Pemberian obat
sesuai hasil
pemeriksaan
Menghitung
kebutuhan gizi
Konseling tentang
cara pemberian RUTF
atau F100 dan
makanan padat gizi
Mencatat hasil
layanan dalam
rekam medis dan
formulir rawat
jalan
1. Anamnesis kesehatan Balita: riwayat kelahiran, imunisasi,
menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan
riwayat keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh,
pernafasan, nadi.
- Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir
MTBS.
3. Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 26
4) Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan:
- Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali
balita masuk rawat jalan, walaupun tidak ada gejala klinis
infeksi:Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama
5 hari.
- Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C.
Bila demam >39°C rujuk balita ke rawat inap. Memberikan
penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah
kepada pengasuh.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 27
Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 28
Jumlah zat gizi yang
diperlukan sebagai
terapi gizi:
 Energi: 150-220
kkal/kgBB/hari
 Protein: 4-6 g/kgBB/hari
 Cairan: 150-200
ml/kgBB/hari
Pemenuhan kebutuhan
gizi dapat diperoleh dari:
• Ready To Use
Therapeutic Food
(RUTF) atau F100
SERTA
• makanan padat gizi
Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 29
Bila dengan RUTF
• Siap dimakan
• Padat gizi setara dengan F100
• Diperkaya dengan vitamin dan mineral
• Untuk balita gizi buruk ≥ 6 bulan (rekomendasi WHO)
Jumlah kebutuhan RUTF (500 kcal/92 g atau 1 bungkus) per kg berat badan balita
Berat badan balita (kg) Paket per hari Paket per minggu Kkal per hari
3,5 – 3,9 1 ½ 11 750
4,0 – 5,4 2 14 1.000
5,5 – 6,9 2 ½ 18 1.250
7,0 – 8,4 3 21 1.500
8,5 – 9,4 3 ½ 25 1.750
9,5 – 10,4 4 28 2.000
10,5 – 11,9 4 ½ 32 2.250
≥ 12 5 35 2500
Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30
Bila dengan F100
• Beri F100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak) untuk 2 hari,
karena hanya dapat bertahan 2 x 24 jam (suhu ruang).
• Mineral mix diberikan terpisah.
• Pada tahap awal, balita dengan BB < 7 kg hanya diberi F100.
Bila BB ≥ 7 kg, maka dapat diberikan 2/3 dari total kebutuhan
kalori berupa F100, sisanya diberikan berupa makanan yang
mengandung tinggi protein hewani dan tinggi energi/minyak.
Tenaga kesehatan membantu ibu/pengasuh mencampur larutan mineral mix
ke dalam bahan F100
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31
Suplementasi Zat Gizi Mikro (1)
Penggunaan
TANDA DEFISIENSI VITAMIN A ATAU RIWAYAT CAMPAK
DALAM 3 BULAN TERAKHIR
Tidak Ya
Bila dengan RUTF
Tidak diberikan suplementasi
Vitamin A dosis tinggi.
Vitamin A dosis tinggi
sesuai umur (3 kali)
Hari ke-1, ke-2 dan
ke-15).
Bila dengan F100
Vitamin A dosis tinggi (1 kali)
- hari ke-1 sesuai umur.
Vitamin A
Jika tidak tersedia kapsul Vitamin A dosis tinggi dapat diberikan Vitamin A
dosis 5000 SI per hari selama proses pemulihan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 32
Suplementasi Zat Gizi Mikro (2)
Penggunaan Asam Folat Multivitamin
Bila dengan RUTF
Tidak perlu diberikan karena RUTF sudah mengandung
vitamin dan mineral dengan jumlah yang cukup.
Bila dengan F100
5 mg pada hari pertama,
dan selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin C dan vitamin B
kompleks
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 33
Suplementasi Zat Gizi Mikro (3)
Suplementasi Zat Besi menurut Berat Badan
Zat Besi (elemental)
• 3 mg/kgBB/hari
setelah berat badan
mengalami kenaikan
Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan
1 kali/ minggu
• BB/TB < -3 SD (Gizi Buruk)
1 kali/ minggu atau 1
kali/ 2 minggu
• BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD
(Gizi Kurang)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 34
Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD)
maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan
Kunjungan
Minggu ke Jenis kunjungan
Minggu 1 Kunjungan awal/ke-1
Minggu 2 Kunjungan ke-2
Minggu 3 Kunjungan ke-3
Minggu 4 Kunjungan ke-4
Minggu 5 Kunjungan ke-5
Minggu 10 Kunjungan ke-10
Minggu 12, dst.. Kunjungan ke-12, dst..
35
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 36
Tindakan Kunjungan ke-2, ke-3, ke-
4, ke-6, ke-7, dst.
Kunjungan ke-1, ke-5, ke-
9 dst*
Antropometri:
Berat badan √ √
LiLA √ √
Tinggi Badan √
Lingkar Kepala √
Cek pitting edema bilateral √ √
Kondisi klinis √ √
Tes nafsu makan (RUTF) √ √
Prosedur Kunjungan Ulang (1)
*) Tentukan z-score BB/PB atau BB/TB
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 37
Prosedur Kunjungan Ulang (2)
Penilaian kemajuan terapi
• Kenaikan berat badan cukup
• Bila ada edema, maka edema berkurang atau hilang
• Kondisi klinis lainnya membaik
• Kurang: kenaikan BB < 5 g/kg BB/hari
• Cukup: kenaikan BB 5-10 g/kg BB/hari
• Baik: kenaikan BB > 10 g/kg BB/hari
ATAU
• Kurang: kenaikan BB < 50 g/kg BB/per minggu
• Baik: kenaikan BB ≥ 50 g/kg BB/per minggu
PENILAIAN KENAIKAN BERAT BADAN
Balita gizi buruk dengan edema bilateral mungkin akan terjadi penurunan berat
badan pada minggu awal karena berkurang atau hilangnya cairan edema
Contoh cara menghitung kenaikan rata-rata
berat badan per minggu
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 38
Berat badan saat ini = 9,0 kg = 9000 g
Berat badan awal (7 hari lalu) = 8,5 kg = 8500 g
Langkah 1.
Hitung kenaikan BB dalam gram = 9000 – 8500 = 500 g
Langkah 2.
Hitung BB rata-rata dalam periode 7 hari (1 minggu) dalam kg = (9000 + 8500) ÷ 2 =
8750 g  8,75 kg
Langkah 3.
Bagi kenaikan rata-rata BB per hari dengan BB rata-rata dalam kg =
500 g/minggu ÷ 8,75 kg = 57,1 g/kg per minggu.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 39
Prosedur Kunjungan Ulang (3)
Keluarga mendapat konseling pemberian makanan balita sesuai
umur/kebutuhan kalori dan pentingnya melakukan stimulasi tumbuh
kembang.
Hitung ulang kebutuhan RUTF atau F100 sesuai dengan berat
badan terakhir.
Balita gizi buruk dengan edema mengalami penurunan BB saat
edema berkurang, maka untuk perhitungan kebutuhan RUTF
atau F100 menggunakan BB awal.
Pastikan pemberikan obat-obatan rutin dan layanan kesehatan
lainnya (misalnya imunisasi) sesuai dengan protokol.
Catat jumlah RUTF atau F100 yang diberikan saat kunjungan
dan jumlah sisa jika balita belum habis jatah RUTF atau F100
dari kunjungan sebelumnya.
Keluar Rawat Jalan (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
40
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 41
Kriteria keluar rawat jalan (selama 2 minggu berturut atau 2 kunjungan)
a) Status gizi baik (berdasarkan indeks antropometri yang sama saat masuk
perawatan), dan
Status gizi saat masuk Status gizi saat keluar
LiLA <11,5 cm LiLA 12,5 cm atau lebih
BB/PB atau BB/TB <-3 SD BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD
LiLA <11,5 cm
dan
BB/PB atau BB/TB <-3 SD
LiLA 12,5 cm atau lebih (≥12,5 cm) dan
BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD
Keluar Rawat Jalan (2)
b) Tidak ada edema bilateral, dan
c) Kondisi klinis membaik.
Tindakan Sebelum Balita Keluar dari
Layanan Rawat Jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42
Bila balita mendapatkan RUTF, maka berikan 7 bungkus
RUTF sebagai jatah terakhir
Berikan konseling ASI, MPASI (6 sampai <24 bln) dan
makanan keluarga untuk balita ≥ 24 bulan, cara penyiapan
dan pengolahan makanan
Pastikan pengasuh memahami cara meneruskan
pemberian RUTF atau F100 untuk balita
Informasikan kepada ibu/pengasuh tentang hasil
layanan rawat jalan
4
3
2
1
Minta ibu untuk menganjurkan orangtua, teman-teman dan
keluarga balita yang menderita gizi buruk atau edema,
mengenai adanya pelayanan balita gizi buruk
5
Lengkapi kartu Penerimaan Layanan Rawat Jalan dan anjurkan untuk
melengkapi imunisasi
6
Evaluasi Pembelajaran
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 43
Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain
peran (role play) tes nafsu makan.
Pokok Bahasan 2
Konseling Pemberian RUTF atau F100 dan
Makanan Padat Gizi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 44
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 45
Setiap Ibu/Pengasuh harus mendapatkan konseling
pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi
agar dapat meneruskan pemberiannya kepada balita di
rumah dengan cara yang tepat
KONSELING GIZI
• Upaya membantu orang lain untuk dapat mengenali diri,
menetapkan alternatif pemecahan masalah dan mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah sesuai keadaan, dan
kebutuhan dirinya yang disadari dan bukan karena terpaksa.
• Salah satu terapi gizi dan bagian penting dalam rangkaian
kegiatan pelayanan gizi di sarana pelayanan kesehatan, untuk
mengubah kebiasaan makan anak guna mempercepat proses
penyembuhan.
• Perlu komunikasi interpersonal antara konselor dan klien.
• Konseling gizi dilakukan oleh tenaga yang kompeten (nutrisionis/
dietisien).
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
46
Hal-hal yang Diperhatikan dalam Melakukan
Konseling
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47
Gunakan Komunikasi Non
Verbal
Ajukan pertanyaan terbuka
Gunakan respon dan isyarat
Mendengarkan keluhan
ibu/pengasuh
Ulangi kembali apa yang
dikatakan ibu/pengasuh
Hindari penggunaan kata
yang menghakimi
Langkah Melakukan Konseling (1)
Sambut klien dengan ramah dan sopan
Tanyakan peluang yang dimiliki dan
hambatan yang dihadapi
Upayakan klien untuk memahami
permasalahan yang dihadapi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48
SALAM
(SA)
TANYAKAN
(T)
URAIKAN
(U)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 49
BanTu klien untuk menyesesuaikan
permasalahan yang dihadapi, memahami cara
pemecahan dan mengambil keputusan
Jelaskan pada klien semua informasi sumber
daya yang tersedia untuk pemecahan masalah
Ulangi secara ringkas semua informasi yang
telah disampaikan dan keputusan yang akan
diambil. Ucapkan terima kasih dan buat janji
untuk pertemuan berikutnya
BANTU
(TU)
JELASKAN
(J)
ULANGI
(U)
Langkah Melakukan Konseling (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50
1. Menyapa dan memberikan
salam kepada ibu/pengasuh
2.Sampaikan tujuan pemberian
RUTF/F100/makanan padat gizi
3. Anjurkan kepada Ibu/pengasuh
untuk cuci tangan dengan sabun
sebelum menyiapkan
RUTF/F100/makanan padat gizi
4. Sampaikan dan tunjukkan cara
membuat F100 dan minta ibu
mempraktekkan
5. Sampaikan petunjuk
pemberian/dosis RUTF/F100
beserta pemberian ASI
6. Sampaikan petunjuk
penyimpanan RUTF/F100
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
51
7. Sampaikan anjuran untuk
membujuk anak mengonsumsi
RUTF/F100 dalam jumlah sedikit
dan sering sehingga porsi 1 hari
habis
8. Sampaikan bahwa
ibu/pengasuh harus melakukan
kunjungan ke faskes secara rutin
untuk memantau perkembangan
status gizi anak
9. Sampaikan jika anak
kehilangan nafsu
makan/menderita penyakit lain
10. Jika anak diare, jangan
hentikan pemberian RUTF/F100
dan ASI tetapi dicari penyebab
diare
11. Sampaikan bahwa anak harus
selalu memakai pakaian
tebal/baju hangat
12. Sampaikan bahwa setelah
anak membaik dan nafsu makan
meningkat, ibu/pengasuh dapat
memberikan makanan padat gizi
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
52
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (3)
Setelah anak membaik dan nafsu makan meningkat, ibu/pengasuh
dapat memberikan makanan padat gizi yang tersedia secara lokal
sebagai tambahan (setelah pemberian ASI, RUTF atau F100).
Syarat makanan padat gizi: konsentrasi energi dan protein tinggi,
dianjurkan diberikan dalam bentuk makanan bersantan/dimasak
menggunakan minyak/margarin dan lauknya berasal dari hewani.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 53
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (4)
Bila balita mendapatkan F100, maka makanan padat gizi dapat
diberikan pada saat BB balita > 7 kg. Makanan padat gizi diberikan
1/3 dari total kebutuhan sehari dan 2/3nya diberikan dari F100.
Bila balita mendapatkan RUTF maka makanan padat gizi
bisa diberikan saat balita masih merasa lapar setelah dosis
RUTF untuk 1 hari telah dihabiskan.
No.
Bahan
Makanan
300 Kal 400 Kal 500 Kal 600 Kal 700 Kal 800 Kal 900 Kal 1000 Kal
1 nasi 50 75 100 125 150 200 200 250
2 telur 25 25 55 55 55 55 55 55
3 daging sapi 25 25 25 25 25 25 25 25
4 bayam 25 25 50 50 50 50 75 75
5 minyak 5 5 10 10 10 15 15 15
6 tempe 25 25 25 25
7 buah 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1p 1p 1p 1p
8 biskuit PMT 20 30 30 40 40 40 50 60
9 ikan 25 25
Energi (Kkal) 325 404 546 625 726,9 835 915,2 1026,7
protein (g) 12,5 13,9 20,2 21,7 27,3 28,5 34,8 36.9
% 15 13,8 14,8 13,9 15 13,7 14,7 14,2
lemak (g) 15 16,7 25,7 27,4 29,5 37,3 36,9 38,6
% 41,5 37,2 42,1 39,5 36,5 37 36,3 35
KH (g) 35,3 49,5 58,8 72,9 89,2 103,5 112,3 133,6
% 43,5 49 43,1 47,6 49 49,7 49 52
Fe (mg) 2,9 3,6 4,9 5,6 6,2 6,3 7,9 8,7
Vit C (mg) 39,3 39,3 47,5 47,5 78,5 78,9 86,8 86,8
Standar Makanan Padat Gizi (Kombinasi Formula)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
60
KANDUNGAN ZAT GIZI RUTF
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
61
Kandungan gizi per 100 gram
Energi: 545 kkal
Protein: 13.6 g = 10% kalori protein
Lemak: 35.7g = 59% kalori lemak
(kemudian dengan pengurangan: 31% kalori karbohidrat = 42.2 g karbohidrat
Vitamin Mineral
Vitamin A: 910 mikrogram Kalsium: 320 miligram
Vitamin D: 16 mikrogram Fosfor: 394 miligram
Vitamin E: 20 miligram Potassium: 1111 miligram
Vitamin C: 53 miligram Magnesium 92 miligram
Vitamin B1: 0.6 miligram Zink: 14 miligram
Vitamin B2: 1.8 miligram Tembaga 1.78 miligram
Vitamin B6: 0.6 miligram Zat besi: 11.53 miligram
Vitamin B12: 1.8 microgram Yodium: 110 microgram
Vitamin K: 21 microgram Sodium: < 290 miligram
Biotin: 65 microgram Selenium: 30 microgram
Asam Folat: 210 mikrogram
Asam Patotenat: 3.1 miligram
Niasin: 5.3 miligram
Evaluasi Pembelajaran
Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain
peran (role play) konseling gizi.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 62
Pokok Bahasan 3
Pemantauan dan Evaluasi
Perawatan Gizi Buruk Pada Balita di
Layanan Rawat Jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 63
Pemantauan dan Evaluasi Perawatan di
Layanan Rawat Jalan
Bagian penting dalam
pelayanan balita gizi
buruk rawat jalan
Masalah spesifik lebih
mudah diatasi secara
efektif
Sebagai dasar
perbaikan
pelaksanaan dan
perencanaan
pelayanan rawat jalan
Dilakukan melalui:
- Kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan/kader.
- Pada saat kunjungan ibu/pengasuh ke
fasilitas pelayanan kesehatan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 64
Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan
1 kali/ minggu
• BB/TB < -3 SD (Gizi Buruk)
1 kali/ minggu atau 1
kali/ 2 minggu
• BB/TB -3 SD sampai dengan < -2
SD (Gizi Kurang)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 65
Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD)
maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan
Hal-Hal yang Dievaluasi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 66
Perkembangan kenaikan BB dan LiLA anak
Jika ada edema perhatikan perkembangan pemulihan
edema
Perubahan nafsu makan
Kepatuhan dalam menjalani terapi diet dan pengobatan lain
Penilaian Hasil Layanan Rawat Jalan
Pada saat pemantauan dan penilaian kemajuan layanan rawat jalan,
perlu diperhatikan kondisi terkait:
• Klinis
• Antropometri
• Edema bilateral
• Respon
• Nafsu makan
Kemudian hasil dievaluasi, apakah ada perkembangan yang baik
atau lambat. Jika ada keterlambatan harus dicari penyebabnya.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 67
Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 68
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan
Berat badan Berat badan turun tetapi
nafsu makan baik
Berat badan turun dan nafsu makan
buruk/tidak ada nafsu makan
Berat badan tetap atau naik
tapi tidak sesuai yang
diharapkan (kurang dari
50g/kgBB per minggu
selama 2 minggu berturut-
turut) dan nafsu makan baik
Berat badan tetap atau naik tapi tidak
sesuai yang diharapkan (kurang dari
50g/kgBB per minggu) setelah 3
minggu mendapatkan terapi gizi dan
telah dilakukan kunjungan rumah
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 69
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan
Edema bilateral Edema bilateral tidak
berkurang pada kunjungan
minggu ke-2
 Timbulnya edema bilateral baru
 Peningkatan derajat edema bilateral
menjadi derajat +3
 Tidak ada perbaikan pada edema
bilateral pada kunjungan minggu
ke-2
Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 70
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan
Nafsu Makan Makan <75% RUTF dalam
seminggu
Minum <80% F100 dalam
seminggu
Tidak ada nafsu makan atau tidak bisa
makan
Tidak ada
respons (Tidak
sembuh)
Jika setelah 3 bulan mendapat terapi
gizi di layanan rawat jalan namun tidak
mencapai kriteria sembuh, maka rujuk
untuk pemeriksaan lengkap
Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (3)
Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (1)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
71
Penyebab terkait dengan balita dan
lingkungan rumah
Tindak Lanjut
Balita melewatkan satu kunjungan atau drop out
(absen pada dua kunjungan berturut-turut)
Ada penolakan dari keluarga untuk membawa
anak ke layanan rawat inap, atau balita keluar
dari layanan rawat inap.
Lakukan kunjungan rumah untuk
mengindentifikasi penyebab ibu/pengasuh tidak
membawa balita untuk kunjungan ulang dan
bersama-sama mencari solusi.
Ada kesulitan makan (misalnya karena kelainan
bawaan)
Identifikasi penyebab dan lakukan konseling sesuai
dengan penyebab kesulitan makan. Bila perlu
lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 72
Penyebab terkait dengan balita dan
lingkungan rumah
Tindak Lanjut
Nafsu makan buruk/tidak ada, karena ada
masalah kesehatan (misalnya diare, HIV, TB,
dll)
Lakukan rujukan untuk pemeriksaan lengkap
sesuai indikasi. Berikan pengobatan sesuai
dengan standar untuk masalah kesehatan yang
teridentifikasi.
Lakukan konseling, termasuk konseling cara
pemberian obat dan kebersihan diri serta
sanitasi lingkungan.
Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (2)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 73
Penyebab terkait dengan balita dan
lingkungan rumah
Tindak Lanjut
Balita tidak diberi RUTF dan F100 sesuai
dengan frekuensi dan dosis, pengasuh tidak
mempraktikkan pemberian makan sesuai
anjuran.
Pengasuh memberi makanan lain pada anak
sebelum anak menghabiskan semua RUTF atau
F100
RUTF atau F100 dimakan bersama anggota
keluarga lain
Lakukan konseling untuk ibu/pengasuh dan
anggota keluarga lain tentang pentingnya
pemberian RUTF atau F100 untuk pemulihan
balita gizi buruk.
RUTF atau F100 hanya boleh diberikan pada
balita gizi buruk sesuai dengan dosis dan
petunjuk petugas kesehatan.
Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (3)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 75
• Lakukan identifikasi masalah dan tindak lanjut apabila
ditemukan kasus dengan kemajuan lambat.
• Diskusikan perkembangan balita gizi buruk bersama tim
asuhan gizi dan petugas kesehatan lainnya setiap bulan
saat lokakarya mini di Puskesmas
• Bila diperlukan, petugas kesehatan dapat melibatkan
kepada desa/tokoh masyarakat
Pencatatan dan Pelaporan Layanan Rawat Jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
76
Kasus Gizi Buruk Baru Kasus Gizi Buruk Lama
Kasus yang keluar dari layanan
rawat jalan (sembuh, meninggal,
DO, Tidak respon, dirujuk ke
layanan rawat inap, pindah ke
layanan rawat jalan lain)
Layanan rawat jalan juga melakukan pencatatan kegiatan kunjungan rumah
dan tindak lanjut yang dilakukan
Evaluasi Pembelajaran
Peserta melaksanakan penugasan berupa latihan
pengisian formulir pemantauan dan evaluasi pasien
rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 77
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 78

More Related Content

Similar to Salinan PPT MI 4.pptx

Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjutKb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjutpjj_kemenkes
 
book reading Gizi buruk.pptx
book reading Gizi buruk.pptxbook reading Gizi buruk.pptx
book reading Gizi buruk.pptxIisRicaMustika
 
Buku pedoman-pelayanan-anakdfr
Buku pedoman-pelayanan-anakdfrBuku pedoman-pelayanan-anakdfr
Buku pedoman-pelayanan-anakdfrFuzzam Loperasta
 
Air Susu Ibu dan Menyusui
Air Susu Ibu dan MenyusuiAir Susu Ibu dan Menyusui
Air Susu Ibu dan MenyusuiSusy Arissani
 
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKANPELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKANSukantiRahayu1
 
Journal Reading_Effects of therapeutic zinc supplementation for diarrhea and ...
Journal Reading_Effects of therapeutic zinc supplementation for diarrhea and ...Journal Reading_Effects of therapeutic zinc supplementation for diarrhea and ...
Journal Reading_Effects of therapeutic zinc supplementation for diarrhea and ...TamaRoma3
 
INOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxINOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxSariahUkin
 
PPT BU RINA MARIYANA.pdf
PPT BU RINA MARIYANA.pdfPPT BU RINA MARIYANA.pdf
PPT BU RINA MARIYANA.pdfAchmadMubaroq1
 
slaid taklimat HiTS 18012022.pptx
slaid taklimat HiTS 18012022.pptxslaid taklimat HiTS 18012022.pptx
slaid taklimat HiTS 18012022.pptxBugeyTim1
 
Stunting Presentasi Medimas.pptx
Stunting Presentasi Medimas.pptxStunting Presentasi Medimas.pptx
Stunting Presentasi Medimas.pptxssuser9495fe
 
pedoman Yanzi masa covid_ed.pptx
pedoman Yanzi masa covid_ed.pptxpedoman Yanzi masa covid_ed.pptx
pedoman Yanzi masa covid_ed.pptxLitaOktarina1
 
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptxMateri stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptxAnisEkaSukmadadari1
 
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Bayi
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada BayiPerencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Bayi
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Bayipjj_kemenkes
 
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMSOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMPuskesmasSungaiMenan
 
1. TUGAS KADER SIP.ppt
1. TUGAS KADER SIP.ppt1. TUGAS KADER SIP.ppt
1. TUGAS KADER SIP.pptgithakolo
 

Similar to Salinan PPT MI 4.pptx (20)

Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjutKb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
 
book reading Gizi buruk.pptx
book reading Gizi buruk.pptxbook reading Gizi buruk.pptx
book reading Gizi buruk.pptx
 
Materi iii jan-2013
Materi iii jan-2013Materi iii jan-2013
Materi iii jan-2013
 
THYPOID PADA ANAK
THYPOID PADA ANAKTHYPOID PADA ANAK
THYPOID PADA ANAK
 
Buku pedoman-pelayanan-anakdfr
Buku pedoman-pelayanan-anakdfrBuku pedoman-pelayanan-anakdfr
Buku pedoman-pelayanan-anakdfr
 
Air Susu Ibu dan Menyusui
Air Susu Ibu dan MenyusuiAir Susu Ibu dan Menyusui
Air Susu Ibu dan Menyusui
 
PERAN KADER SURVEILANS GIZI.ppt
PERAN KADER SURVEILANS GIZI.pptPERAN KADER SURVEILANS GIZI.ppt
PERAN KADER SURVEILANS GIZI.ppt
 
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKANPELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
 
1.3 sop gizi buruk
1.3 sop gizi buruk1.3 sop gizi buruk
1.3 sop gizi buruk
 
Journal Reading_Effects of therapeutic zinc supplementation for diarrhea and ...
Journal Reading_Effects of therapeutic zinc supplementation for diarrhea and ...Journal Reading_Effects of therapeutic zinc supplementation for diarrhea and ...
Journal Reading_Effects of therapeutic zinc supplementation for diarrhea and ...
 
Materi inti v jan-2013
Materi inti v  jan-2013Materi inti v  jan-2013
Materi inti v jan-2013
 
INOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxINOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptx
 
PPT BU RINA MARIYANA.pdf
PPT BU RINA MARIYANA.pdfPPT BU RINA MARIYANA.pdf
PPT BU RINA MARIYANA.pdf
 
slaid taklimat HiTS 18012022.pptx
slaid taklimat HiTS 18012022.pptxslaid taklimat HiTS 18012022.pptx
slaid taklimat HiTS 18012022.pptx
 
Stunting Presentasi Medimas.pptx
Stunting Presentasi Medimas.pptxStunting Presentasi Medimas.pptx
Stunting Presentasi Medimas.pptx
 
pedoman Yanzi masa covid_ed.pptx
pedoman Yanzi masa covid_ed.pptxpedoman Yanzi masa covid_ed.pptx
pedoman Yanzi masa covid_ed.pptx
 
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptxMateri stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
 
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Bayi
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada BayiPerencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Bayi
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Bayi
 
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMSOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
 
1. TUGAS KADER SIP.ppt
1. TUGAS KADER SIP.ppt1. TUGAS KADER SIP.ppt
1. TUGAS KADER SIP.ppt
 

Recently uploaded

Contoh Proposal - Relokasi Puskesmas.docx
Contoh Proposal - Relokasi Puskesmas.docxContoh Proposal - Relokasi Puskesmas.docx
Contoh Proposal - Relokasi Puskesmas.docxREdy28
 
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxPPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxDianLestariDian
 
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptxKONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptxErvi Suminar
 
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfnjwahidah
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxImmanuelIndrapratama
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologiZulAzhri
 
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptxdermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptxFotocameraM10
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdfnendaayuwandari
 
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntasCytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntascytotec sabah
 
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)athahirah77
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPeniMSaptoargo2
 
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899moratmaret503
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxgunadarmabarra
 
[ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ]
[ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ][ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ]
[ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ]moratmaret503
 

Recently uploaded (20)

Contoh Proposal - Relokasi Puskesmas.docx
Contoh Proposal - Relokasi Puskesmas.docxContoh Proposal - Relokasi Puskesmas.docx
Contoh Proposal - Relokasi Puskesmas.docx
 
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxPPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
 
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptxKONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdfTEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
 
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
 
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandunganKimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
 
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptxdermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
 
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntasCytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
 
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
 
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandunganKimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
 
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
[ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ]
[ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ][ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ]
[ obat telat datang bulan obat penggugur kandungan Banjarmasin 087776558899 ]
 

Salinan PPT MI 4.pptx

  • 1. Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita di Layanan Rawat Jalan Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI 1 Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
  • 2. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tata laksana gizi buruk pada balita di layanan rawat jalan. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 2
  • 3. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu: • Melakukan pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk • Melakukan konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi • Melakukan pemantauan dan evaluasi perawatan gizi buruk pada balita di layanan rawat jalan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 3
  • 4. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk a. Konfirmasi status gizi b. Prosedur rawat jalan pada balita gizi buruk 2. Konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi 3. Pemantauan dan evaluasi perawatan gizi buruk pada balita di layanan rawat jalan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4
  • 5. Pokok Bahasan 1 Pelayanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 5
  • 6. Balita gizi buruk yang dirawat di layanan rawat jalan dapat merupakan: • Kasus baru balita gizi buruk 6 – 59 bulan, termasuk kasus relaps. • Rujukan dari layanan rawat inap. Balita gizi buruk yang memenuhi syarat untuk pindah rawat dari rawat inap ke rawat jalan untuk melanjutkan perawatan gizi hingga sembuh. • Kasus lama: • Masuk kembali setelah drop-out. • Pindahan dari layanan rawat jalan lain. Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (1) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6
  • 7. • Layanan rawat jalan dapat dilakukan di Puskesmas/Pustu. • Puskesmas/Pustu yang dapat memberikan layanan balita gizi buruk: –Tenaga kesehatan sudah mendapat pelatihan pencegahan dan tatalaksana balita gizi buruk. –Fasilitas kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan, termasuk:  Alat antropometri (alat ukur panjang/tinggi badan, alat timbang dan pita LiLA) sesuai standar  RUTF atau bahan F100  Home economic set  Obat-obat rutin (seperti antibiotika, obat cacing) sesuai protokol 7 Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (2)
  • 8. Segera lakukan pemeriksaan saat balita gizi buruk yang tampak sakit dirujuk atau dibawa ke fasilitas kesehatan. Gunakan pendekatan MTBS untuk menilai tanda bahaya umum dan kedaruratan medis pada balita sakit. Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (3) Bila ditemukan tanda bahaya atau kondisi kedaruratan medis, lakukan tindakan segera sesuai protokol tata laksana balita gizi buruk sebelum dilakukan pemeriksaan lengkap dan/atau dirujuk fasilitas kesehatan lebih tinggi. Bila tidak ada kondisi kedaruratan medis, lakukan pemeriksaan lengkap, termasuk pengukuran antropometri, edema bilateral dan tes nafsu makan sesuai protokol. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8
  • 9. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 9 1) Menyampaikan penjelasan kepada keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan. 2) Melakukan antropometri dan pitting edema bilateral a) Timbang berat badan b) Ukur panjang/tinggi badan c) Ukur LiLA (6 – 59 bulan) d) Periksa pitting edema bilateral a. Konfirmasi Status Gizi
  • 10. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 10 KLASIFIKASI KURANG GIZI AKUT Berdasarkan Indeks Antropometri dan Edema Bilateral
  • 11. Penentuan balita gizi buruk dirawat di layanan rawat inap atau rawat jalan berdasarkan: • Umur • Hasil pemeriksaan antropometri • Hasil pemeriksaan pitting edema bilateral • Hasil pemeriksaan klinis – ada atau tidak komplikasi medis • Hasil tes nafsu makan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 11 Melakukan Pengelompokan Kasus
  • 12. 12 Alur Penapisan Balita Gizi Buruk Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
  • 13. Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (4) Salah satu kriteria balita gizi buruk dapat dirawat di layanan rawat jalan adalah nafsu makan baik. Lakukan tes nafsu makan sesuai protokol untuk menentukan apakah balita mempunya nafsu makan baik atau tidak. Tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan RUTF atau F100 saat balita pertama kali dirujuk/dibawa ke fasiltas kesehatan. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 13
  • 14. Tes Nafsu Makan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 14 • Tes nafsu makan dilakukan sebelum pasien menjalani terapi gizi dengan menggunakan RUTF atau F100 sesuai dengan rencana terapi. • Tes dilakukan paling cepat 2 jam setelah makan. • Cari tempat yang tenang ketika melakukan tes nafsu makan. • Jelaskan pada ibu/pengasuh tujuan tes nafsu makan dan bagaimana tes akan dilakukan. • Dorong ibu/pengasuh untuk tidak terburu-buru dan terus membujuk balita dengan lembut. Hasil tes nafsu makan - Nafsu makan baik  rawat di layanan rawat jalan - Nafsu makan buruk  rawat di layanan rawat inap
  • 15. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (1) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 15 Langkah tes nafsu makan dengan RUTF • Minta pengasuh untuk mencuci tangan dengan sabun, mencuci muka dan tangan anak dengan sabun. • Pastikan kemasan RUTF bersih sebelum melakukan tes nafsu makan. • Biarkan anak bermain dengan kemasan RUTF dan menjadi terbiasa/nyaman dengan lingkungan sekitar. • Sediakan air minum yang bersih dan sudah dimasak bagi anak selama tes nafsu makan • Remas kemasan sebelum digunakan  Buka  Tekan dan makan.
  • 16. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (2) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 16 • Minta pengasuh untuk duduk nyaman dengan anak di pangkuan mereka dan berikan RUTF langsung dari kemasan atau ambil RUTF di jari dan gunakan jari untuk memberikan RUTF kepada anak. • Jika anak menolak, maka pengasuh sebaiknya mencoba terus untuk membujuk anak secara perlahan dan tidak buru-buru. • Tes biasanya berlangsung sebentar, tapi jika anak merasa tertekan, mungkin akan butuh waktu lebih lama. Anak seharusnya tidak dipaksa untuk makan RUTF. • Amati (tes sebaiknya diamati oleh tenaga kesehatan) dan catat hasil tes. • RUTF yang digunakan untuk tes nafsu makan dikurangi dari jatah yang dibawa pulang. • Tes nafsu makan dilakukan pada setiap kunjungan.
  • 17. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (3) Untuk menentukan bahwa nafsu makan anak baik selama tes nafsu makan (30 menit – 1 jam), anak harus menghabiskan RUTF sesuai jumlah berikut: Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 17 Berat Badan Anak Jumlah RUTF yang harus dikonsumsi selama tes nafsu makan (bungkus) Minimal Maksimal < 4 kg 1/8 1/4 4 – 6,9 kg 1/4 1/3 7 – 9,9 kg 1/3 1/2 10 – 14,9 kg 1/2 3/4
  • 18. Sumber: A Training of Trainers on the Philippine Integrated Management of Acute Malnutrition (PIMAM) for Children under Five Years of Age Mengukur Porsi RUTF Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 18
  • 19. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (4) Hasil Tes Nafsu Makan dengan menggunakan RUTF Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 19 Baik Anak dapat menghabiskan jumlah RUTF yang ditentukan untuk lulus tes, anak makan RUTF dengan lahap dan terlihat ingin makan terus. Buruk Anak mengonsumsi RUTF dengan bujukan terus menerus dari pengasuh atau menolak makan RUTF. *Jika tes nafsu makan dengan RUTF hasilnya buruk, dapat dilakukan tes nafsu makan dengan F100. Jika hasil tes nafsu makan dengan F100 juga hasilnya buruk, maka balita harus dirujuk.
  • 20. Tes Nafsu Makan dengan F100 (1) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 20 Apabila tidak tersedia RUTF dan terapi gizi akan menggunakan F100, maka tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan F100 Langkah tes nafsu makan dengan F100: a. Ibu diberi penjelasan tentang prosedur tes nafsu makan b. Hitung dan siapkan dosis F100 untuk keperluan sehari sesuai berat badan c. Siapkan satu dosis F100 untuk satu kali pemberian saat itu (1/6 dari dosis harian). d. Berikan dosis F100 pertama (1/6 dari dosis harian) pada balita secara perlahan, balita dapat meminum sendiri F100 nya atau minta ibu/pengasuh memberikan F100 kepada balita.
  • 21. Tes Nafsu Makan dengan F100 (2) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21 e. Bila balita menolak, minta ibu/pengasuh untuk membujuk balita secara perlahan dan tidak terburu-buru. f. Amati proses dan catat hasilnya. g. Sisa dosis (5 bungkus) F100 diberikan kepada ibu/pengasuh untuk diberikan di rumah. Minta ibu untuk mencatat jumlah F100 yang tersisa/ tidak dihabiskan. h. Minta ibu/pengasuh untuk kembali membawa balita ke layanan rawat jalan esok harinya dengan membawa kemasan kosong F100 dan catatan sisa F100. Nafsu makan balita dikatakan baik jika balita dapat menghabiskan 80% dari target F100 dalam sehari sesuai berat badan.
  • 22. 22 Alur Penapisan Balita Gizi Buruk Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
  • 23. 23 Alur Penapisan Balita Gizi Buruk Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
  • 24. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 24 Pengelompokan Kasus Balita gizi buruk yang langsung dirawat di layanan rawat jalan, bila memenuhi kriteria sebagai berikut: Balita 6 – 59 bulan, dengan • BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan/atau • LiLA < 11,5 cm dan/atau • Pitting edema bilateral derajat +1 atau +2, dan • Nafsu makan baik, dan • Tanpa komplikasi medis
  • 25. b. Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 25 1 2 3 4 5 6 7 Anamnesis riwayat kesehatan balita Pemeriksaan fisik secara umum dan khusus Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi Pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan Menghitung kebutuhan gizi Konseling tentang cara pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi Mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan formulir rawat jalan
  • 26. 1. Anamnesis kesehatan Balita: riwayat kelahiran, imunisasi, menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan riwayat keluarga. 2. Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh, pernafasan, nadi. - Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir MTBS. 3. Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 26
  • 27. 4) Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan: - Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali balita masuk rawat jalan, walaupun tidak ada gejala klinis infeksi:Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5 hari. - Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C. Bila demam >39°C rujuk balita ke rawat inap. Memberikan penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah kepada pengasuh. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 27
  • 28. Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 28 Jumlah zat gizi yang diperlukan sebagai terapi gizi:  Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari  Protein: 4-6 g/kgBB/hari  Cairan: 150-200 ml/kgBB/hari Pemenuhan kebutuhan gizi dapat diperoleh dari: • Ready To Use Therapeutic Food (RUTF) atau F100 SERTA • makanan padat gizi
  • 29. Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (1) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 29 Bila dengan RUTF • Siap dimakan • Padat gizi setara dengan F100 • Diperkaya dengan vitamin dan mineral • Untuk balita gizi buruk ≥ 6 bulan (rekomendasi WHO) Jumlah kebutuhan RUTF (500 kcal/92 g atau 1 bungkus) per kg berat badan balita Berat badan balita (kg) Paket per hari Paket per minggu Kkal per hari 3,5 – 3,9 1 ½ 11 750 4,0 – 5,4 2 14 1.000 5,5 – 6,9 2 ½ 18 1.250 7,0 – 8,4 3 21 1.500 8,5 – 9,4 3 ½ 25 1.750 9,5 – 10,4 4 28 2.000 10,5 – 11,9 4 ½ 32 2.250 ≥ 12 5 35 2500
  • 30. Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (2) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30 Bila dengan F100 • Beri F100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak) untuk 2 hari, karena hanya dapat bertahan 2 x 24 jam (suhu ruang). • Mineral mix diberikan terpisah. • Pada tahap awal, balita dengan BB < 7 kg hanya diberi F100. Bila BB ≥ 7 kg, maka dapat diberikan 2/3 dari total kebutuhan kalori berupa F100, sisanya diberikan berupa makanan yang mengandung tinggi protein hewani dan tinggi energi/minyak. Tenaga kesehatan membantu ibu/pengasuh mencampur larutan mineral mix ke dalam bahan F100
  • 31. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31 Suplementasi Zat Gizi Mikro (1) Penggunaan TANDA DEFISIENSI VITAMIN A ATAU RIWAYAT CAMPAK DALAM 3 BULAN TERAKHIR Tidak Ya Bila dengan RUTF Tidak diberikan suplementasi Vitamin A dosis tinggi. Vitamin A dosis tinggi sesuai umur (3 kali) Hari ke-1, ke-2 dan ke-15). Bila dengan F100 Vitamin A dosis tinggi (1 kali) - hari ke-1 sesuai umur. Vitamin A Jika tidak tersedia kapsul Vitamin A dosis tinggi dapat diberikan Vitamin A dosis 5000 SI per hari selama proses pemulihan.
  • 32. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 32 Suplementasi Zat Gizi Mikro (2) Penggunaan Asam Folat Multivitamin Bila dengan RUTF Tidak perlu diberikan karena RUTF sudah mengandung vitamin dan mineral dengan jumlah yang cukup. Bila dengan F100 5 mg pada hari pertama, dan selanjutnya 1 mg/hari Vitamin C dan vitamin B kompleks
  • 33. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 33 Suplementasi Zat Gizi Mikro (3) Suplementasi Zat Besi menurut Berat Badan Zat Besi (elemental) • 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan mengalami kenaikan
  • 34. Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan 1 kali/ minggu • BB/TB < -3 SD (Gizi Buruk) 1 kali/ minggu atau 1 kali/ 2 minggu • BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD (Gizi Kurang) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 34 Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD) maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan
  • 35. Kunjungan Minggu ke Jenis kunjungan Minggu 1 Kunjungan awal/ke-1 Minggu 2 Kunjungan ke-2 Minggu 3 Kunjungan ke-3 Minggu 4 Kunjungan ke-4 Minggu 5 Kunjungan ke-5 Minggu 10 Kunjungan ke-10 Minggu 12, dst.. Kunjungan ke-12, dst.. 35 Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
  • 36. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 36 Tindakan Kunjungan ke-2, ke-3, ke- 4, ke-6, ke-7, dst. Kunjungan ke-1, ke-5, ke- 9 dst* Antropometri: Berat badan √ √ LiLA √ √ Tinggi Badan √ Lingkar Kepala √ Cek pitting edema bilateral √ √ Kondisi klinis √ √ Tes nafsu makan (RUTF) √ √ Prosedur Kunjungan Ulang (1) *) Tentukan z-score BB/PB atau BB/TB
  • 37. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 37 Prosedur Kunjungan Ulang (2) Penilaian kemajuan terapi • Kenaikan berat badan cukup • Bila ada edema, maka edema berkurang atau hilang • Kondisi klinis lainnya membaik • Kurang: kenaikan BB < 5 g/kg BB/hari • Cukup: kenaikan BB 5-10 g/kg BB/hari • Baik: kenaikan BB > 10 g/kg BB/hari ATAU • Kurang: kenaikan BB < 50 g/kg BB/per minggu • Baik: kenaikan BB ≥ 50 g/kg BB/per minggu PENILAIAN KENAIKAN BERAT BADAN Balita gizi buruk dengan edema bilateral mungkin akan terjadi penurunan berat badan pada minggu awal karena berkurang atau hilangnya cairan edema
  • 38. Contoh cara menghitung kenaikan rata-rata berat badan per minggu Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 38 Berat badan saat ini = 9,0 kg = 9000 g Berat badan awal (7 hari lalu) = 8,5 kg = 8500 g Langkah 1. Hitung kenaikan BB dalam gram = 9000 – 8500 = 500 g Langkah 2. Hitung BB rata-rata dalam periode 7 hari (1 minggu) dalam kg = (9000 + 8500) ÷ 2 = 8750 g  8,75 kg Langkah 3. Bagi kenaikan rata-rata BB per hari dengan BB rata-rata dalam kg = 500 g/minggu ÷ 8,75 kg = 57,1 g/kg per minggu.
  • 39. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 39 Prosedur Kunjungan Ulang (3) Keluarga mendapat konseling pemberian makanan balita sesuai umur/kebutuhan kalori dan pentingnya melakukan stimulasi tumbuh kembang. Hitung ulang kebutuhan RUTF atau F100 sesuai dengan berat badan terakhir. Balita gizi buruk dengan edema mengalami penurunan BB saat edema berkurang, maka untuk perhitungan kebutuhan RUTF atau F100 menggunakan BB awal. Pastikan pemberikan obat-obatan rutin dan layanan kesehatan lainnya (misalnya imunisasi) sesuai dengan protokol. Catat jumlah RUTF atau F100 yang diberikan saat kunjungan dan jumlah sisa jika balita belum habis jatah RUTF atau F100 dari kunjungan sebelumnya.
  • 40. Keluar Rawat Jalan (1) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 40
  • 41. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 41 Kriteria keluar rawat jalan (selama 2 minggu berturut atau 2 kunjungan) a) Status gizi baik (berdasarkan indeks antropometri yang sama saat masuk perawatan), dan Status gizi saat masuk Status gizi saat keluar LiLA <11,5 cm LiLA 12,5 cm atau lebih BB/PB atau BB/TB <-3 SD BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD LiLA <11,5 cm dan BB/PB atau BB/TB <-3 SD LiLA 12,5 cm atau lebih (≥12,5 cm) dan BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD Keluar Rawat Jalan (2) b) Tidak ada edema bilateral, dan c) Kondisi klinis membaik.
  • 42. Tindakan Sebelum Balita Keluar dari Layanan Rawat Jalan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42 Bila balita mendapatkan RUTF, maka berikan 7 bungkus RUTF sebagai jatah terakhir Berikan konseling ASI, MPASI (6 sampai <24 bln) dan makanan keluarga untuk balita ≥ 24 bulan, cara penyiapan dan pengolahan makanan Pastikan pengasuh memahami cara meneruskan pemberian RUTF atau F100 untuk balita Informasikan kepada ibu/pengasuh tentang hasil layanan rawat jalan 4 3 2 1 Minta ibu untuk menganjurkan orangtua, teman-teman dan keluarga balita yang menderita gizi buruk atau edema, mengenai adanya pelayanan balita gizi buruk 5 Lengkapi kartu Penerimaan Layanan Rawat Jalan dan anjurkan untuk melengkapi imunisasi 6
  • 43. Evaluasi Pembelajaran Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 43 Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain peran (role play) tes nafsu makan.
  • 44. Pokok Bahasan 2 Konseling Pemberian RUTF atau F100 dan Makanan Padat Gizi Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 44
  • 45. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 45 Setiap Ibu/Pengasuh harus mendapatkan konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi agar dapat meneruskan pemberiannya kepada balita di rumah dengan cara yang tepat
  • 46. KONSELING GIZI • Upaya membantu orang lain untuk dapat mengenali diri, menetapkan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan untuk mengatasi masalah sesuai keadaan, dan kebutuhan dirinya yang disadari dan bukan karena terpaksa. • Salah satu terapi gizi dan bagian penting dalam rangkaian kegiatan pelayanan gizi di sarana pelayanan kesehatan, untuk mengubah kebiasaan makan anak guna mempercepat proses penyembuhan. • Perlu komunikasi interpersonal antara konselor dan klien. • Konseling gizi dilakukan oleh tenaga yang kompeten (nutrisionis/ dietisien). Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 46
  • 47. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Melakukan Konseling Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47 Gunakan Komunikasi Non Verbal Ajukan pertanyaan terbuka Gunakan respon dan isyarat Mendengarkan keluhan ibu/pengasuh Ulangi kembali apa yang dikatakan ibu/pengasuh Hindari penggunaan kata yang menghakimi
  • 48. Langkah Melakukan Konseling (1) Sambut klien dengan ramah dan sopan Tanyakan peluang yang dimiliki dan hambatan yang dihadapi Upayakan klien untuk memahami permasalahan yang dihadapi Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48 SALAM (SA) TANYAKAN (T) URAIKAN (U)
  • 49. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 49 BanTu klien untuk menyesesuaikan permasalahan yang dihadapi, memahami cara pemecahan dan mengambil keputusan Jelaskan pada klien semua informasi sumber daya yang tersedia untuk pemecahan masalah Ulangi secara ringkas semua informasi yang telah disampaikan dan keputusan yang akan diambil. Ucapkan terima kasih dan buat janji untuk pertemuan berikutnya BANTU (TU) JELASKAN (J) ULANGI (U) Langkah Melakukan Konseling (2)
  • 50. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50 1. Menyapa dan memberikan salam kepada ibu/pengasuh 2.Sampaikan tujuan pemberian RUTF/F100/makanan padat gizi 3. Anjurkan kepada Ibu/pengasuh untuk cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan RUTF/F100/makanan padat gizi 4. Sampaikan dan tunjukkan cara membuat F100 dan minta ibu mempraktekkan 5. Sampaikan petunjuk pemberian/dosis RUTF/F100 beserta pemberian ASI 6. Sampaikan petunjuk penyimpanan RUTF/F100 Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (1)
  • 51. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 51 7. Sampaikan anjuran untuk membujuk anak mengonsumsi RUTF/F100 dalam jumlah sedikit dan sering sehingga porsi 1 hari habis 8. Sampaikan bahwa ibu/pengasuh harus melakukan kunjungan ke faskes secara rutin untuk memantau perkembangan status gizi anak 9. Sampaikan jika anak kehilangan nafsu makan/menderita penyakit lain 10. Jika anak diare, jangan hentikan pemberian RUTF/F100 dan ASI tetapi dicari penyebab diare 11. Sampaikan bahwa anak harus selalu memakai pakaian tebal/baju hangat 12. Sampaikan bahwa setelah anak membaik dan nafsu makan meningkat, ibu/pengasuh dapat memberikan makanan padat gizi Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (2)
  • 52. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 52 Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (3) Setelah anak membaik dan nafsu makan meningkat, ibu/pengasuh dapat memberikan makanan padat gizi yang tersedia secara lokal sebagai tambahan (setelah pemberian ASI, RUTF atau F100). Syarat makanan padat gizi: konsentrasi energi dan protein tinggi, dianjurkan diberikan dalam bentuk makanan bersantan/dimasak menggunakan minyak/margarin dan lauknya berasal dari hewani.
  • 53. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 53 Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (4) Bila balita mendapatkan F100, maka makanan padat gizi dapat diberikan pada saat BB balita > 7 kg. Makanan padat gizi diberikan 1/3 dari total kebutuhan sehari dan 2/3nya diberikan dari F100. Bila balita mendapatkan RUTF maka makanan padat gizi bisa diberikan saat balita masih merasa lapar setelah dosis RUTF untuk 1 hari telah dihabiskan.
  • 54. No. Bahan Makanan 300 Kal 400 Kal 500 Kal 600 Kal 700 Kal 800 Kal 900 Kal 1000 Kal 1 nasi 50 75 100 125 150 200 200 250 2 telur 25 25 55 55 55 55 55 55 3 daging sapi 25 25 25 25 25 25 25 25 4 bayam 25 25 50 50 50 50 75 75 5 minyak 5 5 10 10 10 15 15 15 6 tempe 25 25 25 25 7 buah 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1p 1p 1p 1p 8 biskuit PMT 20 30 30 40 40 40 50 60 9 ikan 25 25 Energi (Kkal) 325 404 546 625 726,9 835 915,2 1026,7 protein (g) 12,5 13,9 20,2 21,7 27,3 28,5 34,8 36.9 % 15 13,8 14,8 13,9 15 13,7 14,7 14,2 lemak (g) 15 16,7 25,7 27,4 29,5 37,3 36,9 38,6 % 41,5 37,2 42,1 39,5 36,5 37 36,3 35 KH (g) 35,3 49,5 58,8 72,9 89,2 103,5 112,3 133,6 % 43,5 49 43,1 47,6 49 49,7 49 52 Fe (mg) 2,9 3,6 4,9 5,6 6,2 6,3 7,9 8,7 Vit C (mg) 39,3 39,3 47,5 47,5 78,5 78,9 86,8 86,8 Standar Makanan Padat Gizi (Kombinasi Formula) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 60
  • 55. KANDUNGAN ZAT GIZI RUTF Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 61 Kandungan gizi per 100 gram Energi: 545 kkal Protein: 13.6 g = 10% kalori protein Lemak: 35.7g = 59% kalori lemak (kemudian dengan pengurangan: 31% kalori karbohidrat = 42.2 g karbohidrat Vitamin Mineral Vitamin A: 910 mikrogram Kalsium: 320 miligram Vitamin D: 16 mikrogram Fosfor: 394 miligram Vitamin E: 20 miligram Potassium: 1111 miligram Vitamin C: 53 miligram Magnesium 92 miligram Vitamin B1: 0.6 miligram Zink: 14 miligram Vitamin B2: 1.8 miligram Tembaga 1.78 miligram Vitamin B6: 0.6 miligram Zat besi: 11.53 miligram Vitamin B12: 1.8 microgram Yodium: 110 microgram Vitamin K: 21 microgram Sodium: < 290 miligram Biotin: 65 microgram Selenium: 30 microgram Asam Folat: 210 mikrogram Asam Patotenat: 3.1 miligram Niasin: 5.3 miligram
  • 56. Evaluasi Pembelajaran Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain peran (role play) konseling gizi. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 62
  • 57. Pokok Bahasan 3 Pemantauan dan Evaluasi Perawatan Gizi Buruk Pada Balita di Layanan Rawat Jalan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 63
  • 58. Pemantauan dan Evaluasi Perawatan di Layanan Rawat Jalan Bagian penting dalam pelayanan balita gizi buruk rawat jalan Masalah spesifik lebih mudah diatasi secara efektif Sebagai dasar perbaikan pelaksanaan dan perencanaan pelayanan rawat jalan Dilakukan melalui: - Kunjungan rumah oleh petugas kesehatan/kader. - Pada saat kunjungan ibu/pengasuh ke fasilitas pelayanan kesehatan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 64
  • 59. Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan 1 kali/ minggu • BB/TB < -3 SD (Gizi Buruk) 1 kali/ minggu atau 1 kali/ 2 minggu • BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD (Gizi Kurang) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 65 Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD) maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan
  • 60. Hal-Hal yang Dievaluasi Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 66 Perkembangan kenaikan BB dan LiLA anak Jika ada edema perhatikan perkembangan pemulihan edema Perubahan nafsu makan Kepatuhan dalam menjalani terapi diet dan pengobatan lain
  • 61. Penilaian Hasil Layanan Rawat Jalan Pada saat pemantauan dan penilaian kemajuan layanan rawat jalan, perlu diperhatikan kondisi terkait: • Klinis • Antropometri • Edema bilateral • Respon • Nafsu makan Kemudian hasil dievaluasi, apakah ada perkembangan yang baik atau lambat. Jika ada keterlambatan harus dicari penyebabnya. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 67
  • 62. Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan Saat Pemantauan (1) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 68 Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan Berat badan Berat badan turun tetapi nafsu makan baik Berat badan turun dan nafsu makan buruk/tidak ada nafsu makan Berat badan tetap atau naik tapi tidak sesuai yang diharapkan (kurang dari 50g/kgBB per minggu selama 2 minggu berturut- turut) dan nafsu makan baik Berat badan tetap atau naik tapi tidak sesuai yang diharapkan (kurang dari 50g/kgBB per minggu) setelah 3 minggu mendapatkan terapi gizi dan telah dilakukan kunjungan rumah
  • 63. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 69 Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan Edema bilateral Edema bilateral tidak berkurang pada kunjungan minggu ke-2  Timbulnya edema bilateral baru  Peningkatan derajat edema bilateral menjadi derajat +3  Tidak ada perbaikan pada edema bilateral pada kunjungan minggu ke-2 Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan Saat Pemantauan (2)
  • 64. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 70 Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan Nafsu Makan Makan <75% RUTF dalam seminggu Minum <80% F100 dalam seminggu Tidak ada nafsu makan atau tidak bisa makan Tidak ada respons (Tidak sembuh) Jika setelah 3 bulan mendapat terapi gizi di layanan rawat jalan namun tidak mencapai kriteria sembuh, maka rujuk untuk pemeriksaan lengkap Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan Saat Pemantauan (3)
  • 65. Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat pada Layanan Rawat Jalan (1) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 71 Penyebab terkait dengan balita dan lingkungan rumah Tindak Lanjut Balita melewatkan satu kunjungan atau drop out (absen pada dua kunjungan berturut-turut) Ada penolakan dari keluarga untuk membawa anak ke layanan rawat inap, atau balita keluar dari layanan rawat inap. Lakukan kunjungan rumah untuk mengindentifikasi penyebab ibu/pengasuh tidak membawa balita untuk kunjungan ulang dan bersama-sama mencari solusi. Ada kesulitan makan (misalnya karena kelainan bawaan) Identifikasi penyebab dan lakukan konseling sesuai dengan penyebab kesulitan makan. Bila perlu lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
  • 66. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 72 Penyebab terkait dengan balita dan lingkungan rumah Tindak Lanjut Nafsu makan buruk/tidak ada, karena ada masalah kesehatan (misalnya diare, HIV, TB, dll) Lakukan rujukan untuk pemeriksaan lengkap sesuai indikasi. Berikan pengobatan sesuai dengan standar untuk masalah kesehatan yang teridentifikasi. Lakukan konseling, termasuk konseling cara pemberian obat dan kebersihan diri serta sanitasi lingkungan. Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat pada Layanan Rawat Jalan (2)
  • 67. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 73 Penyebab terkait dengan balita dan lingkungan rumah Tindak Lanjut Balita tidak diberi RUTF dan F100 sesuai dengan frekuensi dan dosis, pengasuh tidak mempraktikkan pemberian makan sesuai anjuran. Pengasuh memberi makanan lain pada anak sebelum anak menghabiskan semua RUTF atau F100 RUTF atau F100 dimakan bersama anggota keluarga lain Lakukan konseling untuk ibu/pengasuh dan anggota keluarga lain tentang pentingnya pemberian RUTF atau F100 untuk pemulihan balita gizi buruk. RUTF atau F100 hanya boleh diberikan pada balita gizi buruk sesuai dengan dosis dan petunjuk petugas kesehatan. Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat pada Layanan Rawat Jalan (3)
  • 68. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 75 • Lakukan identifikasi masalah dan tindak lanjut apabila ditemukan kasus dengan kemajuan lambat. • Diskusikan perkembangan balita gizi buruk bersama tim asuhan gizi dan petugas kesehatan lainnya setiap bulan saat lokakarya mini di Puskesmas • Bila diperlukan, petugas kesehatan dapat melibatkan kepada desa/tokoh masyarakat
  • 69. Pencatatan dan Pelaporan Layanan Rawat Jalan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 76 Kasus Gizi Buruk Baru Kasus Gizi Buruk Lama Kasus yang keluar dari layanan rawat jalan (sembuh, meninggal, DO, Tidak respon, dirujuk ke layanan rawat inap, pindah ke layanan rawat jalan lain) Layanan rawat jalan juga melakukan pencatatan kegiatan kunjungan rumah dan tindak lanjut yang dilakukan
  • 70. Evaluasi Pembelajaran Peserta melaksanakan penugasan berupa latihan pengisian formulir pemantauan dan evaluasi pasien rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 77
  • 71. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 78