SOP ini menjelaskan prosedur perawatan bayi dan balita gizi buruk pasca rawat inap di layanan rawat jalan puskesmas, meliputi persiapan logistik dan tenaga kesehatan, tata laksana 10 langkah, pemantauan kenaikan berat badan, dan pelaporan kasus. Dokumen ini bertujuan memandu tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan yang tepat bagi bayi dan balita gizi buruk.
SOP ini menjelaskan proses penetapan status gizi dan klasifikasi balita gizi buruk di Puskesmas Sungai Menang, meliputi persiapan, pelaksanaan pemeriksaan antropometri dan tes nafsu makan, penetapan status gizi, klasifikasi kondisi untuk penentuan tata laksana, serta pencatatan dan pelaporan. Tujuannya agar balita gizi buruk mendapat perawatan yang cepat dan tepat sesuai kondisinya.
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukyusup firmawan
Dokumen ini memberikan standar operasional prosedur untuk penatalaksanaan balita gizi buruk di Puskesmas Kalimanggis. Prosedur ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita yang gizinya buruk dan menargetkan balita berusia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk. Prosedur yang dijelaskan meliputi persiapan, pelaksanaan yang terdiri dari pemeriksaan medis, anamnesa, penentuan kebutuhan gizi, pemberian p
Materi Penyuluhan Stunting dengan ePPGBM.pptxrahma86703
Dokumen ini membahas tentang data stunting dan upaya yang dilakukan UPTD Puskesmas Kesugihan 1 untuk menanggulanginya. Data menunjukkan total balita di wilayah tersebut sebanyak 2430 anak dengan 47 anak stunting. Kendala yang dihadapi adalah belum semua balita memiliki NIK dan tidak semua hadir ke posyandu. Upaya yang dilakukan adalah memasukkan NIK balita, pelatihan kader KPM, serta pemeriksaan dan pem
Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan pemberian dan pendampingan makanan tambahan untuk ibu hamil KEK di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan angka ibu hamil KEK, kematian bayi dan ibu, serta bayi berat lahir rendah dengan memberikan makanan tambahan lokal selama 90 hari dan memantau perkembangan berat badan serta lingkar lengan atas ibu hamil. Kegiatan akan dilaks
SOP ini menjelaskan proses penetapan status gizi dan klasifikasi balita gizi buruk di Puskesmas Sungai Menang, meliputi persiapan, pelaksanaan pemeriksaan antropometri dan tes nafsu makan, penetapan status gizi, klasifikasi kondisi untuk penentuan tata laksana, serta pencatatan dan pelaporan. Tujuannya agar balita gizi buruk mendapat perawatan yang cepat dan tepat sesuai kondisinya.
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukyusup firmawan
Dokumen ini memberikan standar operasional prosedur untuk penatalaksanaan balita gizi buruk di Puskesmas Kalimanggis. Prosedur ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita yang gizinya buruk dan menargetkan balita berusia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk. Prosedur yang dijelaskan meliputi persiapan, pelaksanaan yang terdiri dari pemeriksaan medis, anamnesa, penentuan kebutuhan gizi, pemberian p
Materi Penyuluhan Stunting dengan ePPGBM.pptxrahma86703
Dokumen ini membahas tentang data stunting dan upaya yang dilakukan UPTD Puskesmas Kesugihan 1 untuk menanggulanginya. Data menunjukkan total balita di wilayah tersebut sebanyak 2430 anak dengan 47 anak stunting. Kendala yang dihadapi adalah belum semua balita memiliki NIK dan tidak semua hadir ke posyandu. Upaya yang dilakukan adalah memasukkan NIK balita, pelatihan kader KPM, serta pemeriksaan dan pem
Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan pemberian dan pendampingan makanan tambahan untuk ibu hamil KEK di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan angka ibu hamil KEK, kematian bayi dan ibu, serta bayi berat lahir rendah dengan memberikan makanan tambahan lokal selama 90 hari dan memantau perkembangan berat badan serta lingkar lengan atas ibu hamil. Kegiatan akan dilaks
Kerangka acuan ini membahas strategi pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Kecamatan Cilandak. Dokumen ini menjelaskan pentingnya menyusui bayi secara eksklusif hingga umur 6 bulan sesuai rekomendasi WHO/UNICEF, serta merencanakan berbagai kegiatan sosialisasi dan evaluasi untuk mendukung program tersebut.
Kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodiumyusup firmawan
Dokumen ini merupakan kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodium di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup, kurang, dan tidak mengandung yodium melalui pemeriksaan garam di Posyandu menggunakan iodina test. Hasil kegiatan akan dilaporkan dalam bentuk laporan data pencapaian pemant
Prosedur pemberian vitamin A, pemantauan status gizi balita, dan penanganan kasus gizi buruk. Petugas mencatat data sasaran, memberikan vitamin A sesuai prosedur, menilai status gizi, dan merujuk kasus gizi buruk.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kesehatan sederhana oleh kader kesehatan melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat."
Untuk mencapai tinggi dan berat badan optimal, diperlukan asupan gizi seimbang dari ASI eksklusif hingga 6 bulan, dilanjutkan dengan MP-ASI. Periode konsepsi hingga usia 2 tahun merupakan masa pertumbuhan janin, bayi, dan anak yang penting untuk mendapatkan semua zat gizi makro dan mikro.
Kerangka acuan kegiatan validasi balita kurusyusup firmawan
Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan validasi balita kurus di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data balita kurus berdasarkan nama, alamat, kelompok umur, jenis kelamin dan status ekonomi serta memberikan rekomendasi kebijakan perencanaan kedepan. Kegiatan akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di 24 posyandu dan 6 desa dengan bi
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang Posyandu dan peran kader Posyandu. Posyandu adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dikelola oleh dan untuk masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan dasar terutama untuk ibu, bayi dan anak balita. Kader Posyandu memainkan peran penting dalam menyelenggarakan kegiatan Posyandu seperti pendaftaran, penimbangan,
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan pertumbuhan balita di posyandu yang meliputi proses penimbangan, pencatatan, penilaian status gizi, dan tindakan yang diberikan berdasarkan hasil penilaian tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pemantauan pertumbuhan balita dijelaskan seperti fasilitas, kelengkapan, jumlah dan pelatihan petugas posyandu. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemant
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang pengisian dan pembacaan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS berisi data pertumbuhan dan informasi perkembangan anak dari lahir hingga usia 5 tahun. Dokumen menjelaskan jenis-jenis catatan pada KMS seperti berat badan, ASI, imunisasi, dan aspek yang dimonitor untuk menilai pertumbuhan anak. Cara membaca KMS adalah dengan menghubungkan titik berat badan bul
Dokumen ini merupakan Standar Operasional Prosedur tentang Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) selama 90 hari untuk bayi dan balita gizi buruk dan kurang di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis. Dokumen ini menjelaskan tujuan, sasaran, kebijakan, dan prosedur pelaksanaan PMT-P mulai dari persiapan, pelaksanaan pemberian makanan tambahan oleh bidan desa dan kader, pelaporan, hingga evaluasi yang dil
Posyandu adalah tempat pelayanan kesehatan dasar untuk ibu hamil, bayi dan anak di desa yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan bimbingan puskesmas. Posyandu memberikan pelayanan gizi, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi dan penanggulangan penyakit. Tujuannya adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Kerangka acuan ini membahas strategi pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Kecamatan Cilandak. Dokumen ini menjelaskan pentingnya menyusui bayi secara eksklusif hingga umur 6 bulan sesuai rekomendasi WHO/UNICEF, serta merencanakan berbagai kegiatan sosialisasi dan evaluasi untuk mendukung program tersebut.
Kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodiumyusup firmawan
Dokumen ini merupakan kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodium di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup, kurang, dan tidak mengandung yodium melalui pemeriksaan garam di Posyandu menggunakan iodina test. Hasil kegiatan akan dilaporkan dalam bentuk laporan data pencapaian pemant
Prosedur pemberian vitamin A, pemantauan status gizi balita, dan penanganan kasus gizi buruk. Petugas mencatat data sasaran, memberikan vitamin A sesuai prosedur, menilai status gizi, dan merujuk kasus gizi buruk.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kesehatan sederhana oleh kader kesehatan melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat."
Untuk mencapai tinggi dan berat badan optimal, diperlukan asupan gizi seimbang dari ASI eksklusif hingga 6 bulan, dilanjutkan dengan MP-ASI. Periode konsepsi hingga usia 2 tahun merupakan masa pertumbuhan janin, bayi, dan anak yang penting untuk mendapatkan semua zat gizi makro dan mikro.
Kerangka acuan kegiatan validasi balita kurusyusup firmawan
Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan validasi balita kurus di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data balita kurus berdasarkan nama, alamat, kelompok umur, jenis kelamin dan status ekonomi serta memberikan rekomendasi kebijakan perencanaan kedepan. Kegiatan akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di 24 posyandu dan 6 desa dengan bi
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang Posyandu dan peran kader Posyandu. Posyandu adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dikelola oleh dan untuk masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan dasar terutama untuk ibu, bayi dan anak balita. Kader Posyandu memainkan peran penting dalam menyelenggarakan kegiatan Posyandu seperti pendaftaran, penimbangan,
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan pertumbuhan balita di posyandu yang meliputi proses penimbangan, pencatatan, penilaian status gizi, dan tindakan yang diberikan berdasarkan hasil penilaian tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pemantauan pertumbuhan balita dijelaskan seperti fasilitas, kelengkapan, jumlah dan pelatihan petugas posyandu. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemant
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang pengisian dan pembacaan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS berisi data pertumbuhan dan informasi perkembangan anak dari lahir hingga usia 5 tahun. Dokumen menjelaskan jenis-jenis catatan pada KMS seperti berat badan, ASI, imunisasi, dan aspek yang dimonitor untuk menilai pertumbuhan anak. Cara membaca KMS adalah dengan menghubungkan titik berat badan bul
Dokumen ini merupakan Standar Operasional Prosedur tentang Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) selama 90 hari untuk bayi dan balita gizi buruk dan kurang di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis. Dokumen ini menjelaskan tujuan, sasaran, kebijakan, dan prosedur pelaksanaan PMT-P mulai dari persiapan, pelaksanaan pemberian makanan tambahan oleh bidan desa dan kader, pelaporan, hingga evaluasi yang dil
Posyandu adalah tempat pelayanan kesehatan dasar untuk ibu hamil, bayi dan anak di desa yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan bimbingan puskesmas. Posyandu memberikan pelayanan gizi, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi dan penanggulangan penyakit. Tujuannya adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita di Puskesmas Panyileukan. Hasil rangkuman Pelatihan Gizi Buruk Pada Balita bagi tenaga kesehatan di Puskesmas untuk dipresentasikan kepada seluruh tenaga kesehatan dan paramedis di puskesmas. Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita ini bisa menjadi standardisasi penatalaksanaan balita dengan status gizi buruk yang ditemukan di pelayanan rawat jalan/posyandu di puskesmas.
Malnutrisi didefinisikan sebagai kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi atau nutrisi seseorang. Kondisi yang termasuk dalam kelompok gizi kurang adalah kondisi stunting atau tinggi badan pendek menurut umur, wasting atau berat badan rendah menurut tinggi badan, serta underweight atau berat badan rendah menurut usia. Sementara itu, yang termasuk ke dalam kelompok gizi lebih adalah overweight dan obesitas. Ada juga malnutrisi yang terkait dengan mikronutrien, seperti defisiensi atau kelebihan mikronutrien. Penyebab malnutrisi secara umum adalah ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan nutrisi tubuh. Di negara maju, malnutrisi biasanya disebabkan oleh pola diet yang buruk, penyakit kronis, gangguan pencernaan, gangguan mental, hingga alkoholisme. Sementara itu, di negara berkembang, seringkali asupan makan yang kurang merupakan penyebab utama malnutrisi. Angka kemiskinan yang tinggi, serta rendahnya kesadaran dan pengetahuan mengenai diet yang seimbang merupakan faktor penting dalam terjadinya malnutrisi di negara berkembang.
Pada kasus malnutrisi akut berat, lakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya komplikasi medis dan keadaan nafsu makan pasien. Pasien yang memiliki nafsu makan dan tingkat kesadaran baik dapat dirawat jalan. Pasien yang memiliki komplikasi medis, edema berat, atau nafsu makan yang buruk akan memerlukan rawat inap. Penatalaksanaan malnutrisi yang paling penting adalah modifikasi diet dan pemberian suplemen. Tujuan terapi pada malnutrisi adalah agar pasien dapat memiliki tingkat kesehatan optimal, mencegah perburukan status gizi dan metabolik, serta untuk memastikan asupan yang memadai. Pasien yang memiliki nafsu makan dan tingkat kesadaran baik dapat dirawat jalan. Pasien yang memiliki komplikasi medis, edema berat, atau nafsu makan yang buruk akan memerlukan rawat inap.
Surveilans gizi bertujuan untuk memantau masalah dan program gizi secara terus menerus agar dapat mengambil tindakan segera. Dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data gizi secara sistematis, lalu menyebarkan hasilnya untuk pengambilan tindakan. Prinsipnya adalah tersedianya informasi gizi yang akurat dan teratur sehingga dapat digunakan untuk menentukan
Surveilans gizi bertujuan untuk memantau masalah dan program gizi secara terus menerus agar dapat mengambil tindakan segera. Dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data gizi secara sistematis, lalu menyebarkan hasilnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai target RPJMN 2014 yaitu menurunkan angka gizi kurang dan stunting pada balita. Pelaksanaan surveilans gizi di
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan pertumbuhan balita, meliputi penentuan umur anak, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, penetapan status pertumbuhan dan gizi, serta tindak lanjut hasil pemantauan yang dapat berupa konseling, pengobatan, atau rujukan ke fasilitas kesehatan. Pemantauan ini bertujuan untuk mencegah masalah gizi pada anak melalui deteksi dini di posy
Pemantauan Status Gizi ini memberikan informas itentang status gizi balita secara berkesinambungan, yang diharapkan dapat dipergunakan dalam penentuan arah kebijakan perbaikan gizi masyarakat agar lebih efektif,esisien dan tepat sasaran. Sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap tercapainya peningkatan derajat kesehatanmasyarakat.
1. SOP TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA > 6 BULAN DENGAN
BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SUNGAI MENANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP
PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA > 6 BULAN
DENGAN BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
Pendahuluan
Tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi) di fasilitas pelayanan kesehatan akan melakukan
perawatan pada bayi gizi buruk usia < 6 bulan dan balita usia ≥ 6 bulan dengan berat badan
< 4 kg pasca rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan.
Sasaran
SOP ini ditujukan kepada tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi) dalam melakukan tindak
lanjut pada bayi gizi buruk usia < 6 bulan dan balita usia ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4
kg pasca rawat inap yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Hasil yang Diharapkan
1. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) mampu melakukan perawatan pada bayi gizi
buruk usia < 6 bulan dan balita usia ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg secara cepat
dan tepat sesuai 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk di layanan rawat jalan.
2. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) mampu melakukan perencanaan, persiapan
logistik, pemantauan dan evaluasi manajemen layanan rawat jalan.
Langkah-langkah Pelaksanaan
Persiapan Awal
Perawatan bayi dan balita gizi buruk di layanan rawat jalan memerlukan persiapan sebagai
berikut:
1. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) terlatih melakukan tata laksana gizi buruk sesuai
protokol tata laksana pasca rawat inap pada bayi gizi buruk < 6 bulan dan balita ≥ 6
bulan dengan berat badan < 4 kg di layanan rawat jalan.
2. Fasilitas Kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan, termasuk:
a. Alat antropometri (alat timbang berat badan, seperti timbangan digital anak dan bayi,
alat ukur panjang atau tinggi badan, seperti papan ukur panjang atau tinggi badan
(length/ height board) dan Pita LiLA) sesuai standar.
b. Tabel Z-skor sederhana (mengacu pada tabel dan grafik dalam Permenkes Nomor 2
Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak) atau perangkat lunak (software)
penghitung Z-skor (WHO Anthro).
c. Kartu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
2. SOP TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA > 6 BULAN DENGAN
BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SUNGAI MENANG
d. Bahan untuk membuat F100 yang diencerkan atau susu formula.
e. Home economic set (alat untuk mengolah dan menyajikan F100, seperti gelas ukur,
kompor, panci, sendok makan, piring, mangkok, gelas dan penutup, dll).
f. Obat-obatan seperti antibiotika, mineral mix, ReSoMal, obat cacing dan vitamin
sesuai protokol.
g. Formulir pasien, formulir rujukan, formulir pencatatan dan pelaporan.
h. Bagan protokol tata laksana gizi buruk rawat jalan, alat bantu kerja (job aids) lainnya,
seperti tabel F100 yang diencerkan dan protokol tes nafsu makan.
Tata Laksana Balita Gizi Buruk di Layanan Rawat Jalan
Penanganan sesuai 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk di Layanan Rawat Jalan
3. SOP TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA > 6 BULAN DENGAN
BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SUNGAI MENANG
Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk
1. Melakukan anamnesis riwayat kesehatan balita
Meliputi riwayat kelahiran, imunisasi, pemberian ASI dan makan (termasuk nafsu
makan), penyakit dan riwayat keluarga.
2. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan khusus
- Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.
- Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir MTBS.
3. Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.
4. Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan:
- Pemberian antibiotika merupakan lanjutan dari pengobatan sebelumnya di rawat inap.
- Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C. Bila demam > 39°C rujuk
balita ke rawat inap. Berikan penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah
kepada pengasuh.
- Vitamin dan zat gizi mikro (sesuai 10 langkah tata laksana gizi buruk)
5. Pemberian Vitamin A dan Asam Folat m6erupakan lanjutan dari pemberian di rawat
inap.
Menghitung kebutuhan gizi bayi usia < 6 bulan dan balita usia ≥ 6 bulan dengan berat
badan < 4 kg
- Bayi < 6 bulan pasca rawat inap yang mendapat ASI: dilakukan penilaian pemberian
ASI Eksklusif.
- Bayi < 6 bulan dan Balita > 6 bulan dengan BB < 4 kg pasca rawat inap yang tidak
ada kemungkinan mendapatkan ASI diberikan susu formula bayi atau F100 yang
diencerkan: kebutuhan energi 150 kkal/kgBB/hari atau 200 ml/kgBB/hari (sesuai tabel
4. SOP TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA > 6 BULAN DENGAN
BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SUNGAI MENANG
petunjuk pemberian F100 yang diencerkan atau susu formula bayi pada fase
6. Melakukan konseling gizi kepada pengasuh
- Cara pembuatan F100 yang diencerkan
- Cara pemberian F100 yang diencerkan
- Akses mendapatkan F100
Bayi usia < 6 bulan pasca rawat inap yang mendapat ASI:
Menilai kenaikan berat badan
Menilai dan melanjutkan pemberian ASI
Konseling pemberian MP-ASI
Bayi pasca rawat inap yang mendapat susu formula bayi atau F100 yang diencerkan:
Menilai kenaikan berat badan
Menilai pemberian formula/ asupan zat gizi bayi
Kebutuhan energi 150 kkal/kgBB/hari atau 200 ml/kgBB/hari
Konseling pemberian MP-ASI
Mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan formulir rawat jalan.
5. SOP TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA > 6 BULAN DENGAN
BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SUNGAI MENANG
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Hal-hal berikut penting untuk didokumentasikan, termasuk diantaranya:
Jumlah kasus pasca rawat inap pada bayi gizi buruk usia < 6 bulan dan balita gizi
buruk usia > 6 bulan dengan berat badan < 4 kg yang dirawat jalan:
- Sembuh
- Masih dirawat
- Drop out
- Meninggal
- Pindah ke layanan rawat inap
- Pindah ke layanan rawat jalan lain
Penyakit penyerta atau penyulit
Lama hari perawatan
Rata-rata kenaikan berat badan per hari atau per minggu
Pemantauan dan Supervisi Fasilitatif
Kepala Puskesmas dan Tim Asuhan Gizi di fasilitas pelayanan kesehatan melakukan
pemantauan dan evaluasi proses tata laksana gizi buruk pada bayi dan balita secara rutin,
misalnya dalam pertemuan mini lokakarya bulanan.
Dalam kegiatan pemantauan dan supervisi fasilitatif dibicarakan hal-hal yang menjadi
keberhasilan, tantangan atau kendala dan mencari solusi bersama.
6. SOP TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA > 6 BULAN DENGAN
BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SUNGAI MENANG
Hal-hal yang perlu dipantau, termasuk diantaranya:
1. Efektivitas alur pelayanan/ pemeriksaan balita di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Pelaksanaan 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk di layanan rawat jalan.
3. Kualitas tata laksana balita gizi buruk di layanan rawat jalan.
4. Logistik :
Alat antropometri (alat timbang berat badan, seperti timbangan digital anak dan bayi,
alat ukur panjang atau tinggi badan, seperti papan ukur panjang atau tinggi badan
(length/ height board) dan Pita LiLA) sesuai standar.
Tabel Z-skor sederhana (mengacu pada tabel dan grafik dalam Permenkes Nomor 2
Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak) atau perangkat lunak (software)
penghitung Z-skor (WHO Anthro).
Kartu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Bahan untuk membuat F100 atau formula untuk gizi buruk lainnya
Home economic set (alat untuk mengolah dan menyajikan F100, seperti gelas ukur,
kompor, panci, sendok makan, piring, mangkok, gelas dan penutupnya, dll).
Obat-obatan seperti antibiotika, mineral mix, ReSoMal, obat cacing dan vitamin
sesuai protokol.
Formulir pasien, formulir rujukan, formulir pencatatan dan pelaporan.
Bagan protokol tata laksana rawat jalan, alat bantu kerja (job aids) lainnya, seperti
tabel F100 dan protokol tes nafsu makan.
5. Lainnya:
Tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi) terlatih Pencegahan dan Tata Laksana Gizi
Buruk pada Balita (pelatihan 47 JPL)
Kasus relaps dan penyebabnya
Kematian kasus gizi buruk, waktu dan penyebabnya
Penyebab drop out (pulang paksa) dan tidak sembuh.
7. SOP TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA > 6 BULAN DENGAN
BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SUNGAI MENANG
Lampiran 1.
Petunjuk Pemberian F100 Diencerkan atau Susu Formula Bayi (Gizi Buruk) atau F75
(Gizi Buruk dengan Edema) untuk Pemberian Makan Bayi Gizi Buruk Usia < 6 Bulan
yang Tidak Mendapat ASI atau Balita Usia ≥ 6 Bulan dengan Berat Badan < 4 kg