Manajemen Pengadaan Obat di Rumah Sakit
Sistem pengadaan obat, Metode pengadaan obat, pendistribusian obat, komponen pengadaan obat, kriteria suplier siklus pengadaan obat
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Manajemen Pengadaan Obat di Rumah Sakit
Sistem pengadaan obat, Metode pengadaan obat, pendistribusian obat, komponen pengadaan obat, kriteria suplier siklus pengadaan obat
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
Rectal drug delivery is an efficient alternate to oral and parenteral route of administration in partial avoidance of first pass metabolism and protein peptide drug delivery. This route allows both local and systemic therapy of drugs.
Antibiotika merupakan golongan obat yang banyak digunakan terutama di negara-negara yang masih memiliki permasalahan penyakit karena infeksius bakteri. Materi ini menjelaskan tentang pengertian antibiotika dan golongan-golongannya. Termasuk faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam memilih antibiotika.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
Rectal drug delivery is an efficient alternate to oral and parenteral route of administration in partial avoidance of first pass metabolism and protein peptide drug delivery. This route allows both local and systemic therapy of drugs.
Antibiotika merupakan golongan obat yang banyak digunakan terutama di negara-negara yang masih memiliki permasalahan penyakit karena infeksius bakteri. Materi ini menjelaskan tentang pengertian antibiotika dan golongan-golongannya. Termasuk faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam memilih antibiotika.
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxfitrialavita
bambu merupakan tumbuhan hijau yang memiliki 1575 spesies termasuk dalam sub famili Bambusoideae dari famili rumput-rumpuran atau Poaceae. Indonesia memilik 157 jenis bambu, 50% bambu Indonesia merupakan jenis endemik dan lebih dari 50% merupakan jenis bambu yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi untuk dikembangkan
bambu merupakan tanaman yang memiliki berbagai manfaat mulai dari ujung atas sampai ke akar terutama reung. Tunas bambu yang dikenal dengan rebung dimanfaatkan sebagai sayuran dan makanan lezat diberbagai negara.
Abstrak
Tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron L) telah banyak digunakan masyarakat diantaranya untuk mengngurangi bengkak nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih pada hewan uji mencit jantan. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap pola searah. Sebanyak 35 ekor mencit jantan dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan. Kelompok I dan II diberikan CMC-Na 1% (kontrol negatif) dan parasetamol dosis 65 mg/kg bb (kontrol positif). Kelompok III-VII diberi ekstrak etanol daun kayu putih berturut-turut dosis 1,28; 5,12; 20,48; 81,92 dan 327,68 g/kgBB. Perlakuan diberikan secara peroral. 15 menit kemudian diberi asam asetat 1% dosis 262,5 mg/kgBB secara intraperitonial. Data % proteksi didapat dari pengamatan jumlah geliat kumulatif mencit. Data dianalisis dengan analisis varian (ANAVA) satu jalan dilanjutkan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kayu putih mempunyai efek analgetika pada mencit putih jantan Swiss-webster. Ekstrak etanol daun kayu putih mulai dosis 5,12 g/kgBB mempunyai persen proteksi yang setara dengan parasetamol dosis 65 mg/kgBB.
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipinikabiounpad
Zingiberaceae atau biasa dikenal dengan temu-temuan seringkali kita temukan di dapur sebagai bagian dari bumbu. Namun selain itu, temu-temuan memiliki banyak khasiat dan manfaat yang baik bagi tubuh.
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Uji Efek Analgetik Temulawak Curcuma xanthorhizza Roxb.) pada Mencit Jantan dengan Metode Geliat
1. UJI EFEK ANALGETIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorhizza
Roxb.) PADA MENCIT JANTAN DENGAN DENGAN METODE
GELIAT
Pembimbing :
Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt.
6. Latar
Belakang
Masalah
Berdasarkan zat-zat yang
terkandung pada temulawak saat ini
telah diketahui manfaatnya yaitu
sebagai penambah nafsu makan,
memperbaiki kesehatan fungsi
pencernaan, memperbaiki fungsi
hati, pereda nyeri sendi dan tulang
(analgesik), dan sebagai antioksidan
(BPOM, 2005). Analgetika atau obat
penghalang nyeri adalah zat-zat
yang mengurangi atau menghalau
rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
Dengan berkembangnya zaman,khasiat
rimpang temulawak semakin diakui. Saat ini
sudah dibuktikan secara ilmiah lewat
berbagai penelitian. Rimpang temulawak
banyak dimanfaatkan sebagai jamu atau
obat tradisinal. Hal ini menimbulkan
banyaknya produk jamu atau obat
tradisional yang dipasarkan dalam bentuk
perasaan, instan, dan serbuk. Bentuk
perasaan dibuat dari umbi temulawak yang
diparut dan diperas. Untuk bentuk instan di
buat dari perasan temulawak yang di masak
dengan gula. Sedangkan bentuk serbuk
dibuat dari umbi temulawak yang dirajang
tipis-tipis dan dikeringkan, kemudian dibuat
menjadi bentuk serbuk.
Ketiga bentuk sediaan diatas belum
diketahui apakah memiliki efek
analgesik yang efektifnya sama
dengan bentuk obat generic seperti
aspirin yang telah terbukti
keefektifannya dalam pengobatan
nyeri. Untuk itu peneliti ingin
melakukan penelitian tentang efek
analgetik dari temulawak instan
sebagai obat tradisional yang tidak
memiliki efek samping
membahayakan dan dapat
digunakan sebagai penganti aspirin.
7. Identifikasi Masalah
1
• Jenis
temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza
Roxb) yang
digunakan
untuk uji
analgetik.
2
• Bentuk
sediaan
temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza
Roxb)
untuk uji
analgetik.
3
• Jenis Mencit
yang
digunakan
untuk uji
analgetik.
4
• Metode uji
analgetik
yang akan
digunakan
dalam
penelitian uji
efek
analgetik.
5
• Dosis efektif
temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza
Roxb)
sebagai
analgetik.
8. 1
2
3
4
5
Temulawak
Bentuk Sediaan
Jenis temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
yang akan digunakan untuk uji analgetik adalah
temulawak yang di peroleh dari daerah Yogyakarta.
Bentuk sediaan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) untuk
uji anlgetik adalah dalam bentuk perasaan yang dimasak dengan
gula (instan) yang ada di pasaran, perasan temulawak murni
dan temulawak serbuk.Mencit
Jenis mecit yang digunakan adalah mecit yang
berjenis kelamin jantan, berumur 2-3 bulan dengan
bobot 20-30 gram.
Metode
Metode pengujian analgetik yang digunakan pada
mencit adalah metode geliat.
Variasi dosis/konsentrasi
Terdapat 3 variasi dosis/konsentrasi (instan
temulawak, perasan temulawak dan serbuk
temulawak) yang akan diuji coba pada mencit.
Pembatasan Masalah
9. Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Bagaimana efek analgetik dari beberapa variasi dosis temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) dalam bentuk perasaan yang dimasak dengan gula (instan),
perasan temulawak murni dan temulawak serbuk pada mencit jantan?
Mengetahui efek analgetik dari beberapa variasi dosis temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) dalam bentuk perasaan yang dimasak dengan gula (instan),
perasan temulawak murni dan temulawak serbuk pada mencit jantan.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan dengan
efek samping yang minim serta bermanfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan
dalam bidang farmasi.
13. Cara aspirin mengobati rasa nyeri yaitu dengan
menghambat enzim siklooksigenase dan mengasetiliasi
gugus aktifserin. Trombosit sangat rentan terhadap
penghambatan ini karena tidak mampu mengadakan
regenerasi enzim sehingga dosis tunggal aspirin 40 mg
sehari telah cukup untuk menghambat siklooksigenase
trombosit manusia selama masa hidup trombosit yaitu 8-11
hari (Anonim, 2011).
• Aspirin adalah salah satu obat yang biasa digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri atau sebagai obat analgetik. Aspirin
merupakan golongan obat analgesik, antpiretik serta obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang merupakan suatu
kelompok obat heterogen.
15. Penelitian yang relevan
Penelitian tentang efek analgetik pada tumbuhan jenis curcuma
salah satunya oleh Mohammad Syahrir Syahruddin, Santun Bhekti
Rahimah, dan Budiman dengan judul “Efek Analgetik Ekstrak
Etanol Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria) terhadap Nyeri Akut pada
Tikus yang Diinduksi dengan Metode Tail Immersion”. Pada
penelitian ini diketahui bahwa ekstrak kunyit putih memiliki efek
analgetik yang terbentuk diakibatkan karena kurkumin yang
merupakan zat aktif pada kunyit putih dapat menghambat kerja
enzim siklooksigenase, sehingga prostaglandin tidak terbentuk.
Penelitian yang dilakukan oleh Jumiatul Yazizah Jahwa dengan
judul “Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol 70% Rimpang Temulawak
(Curcuma Xanthorrhiz Roxb) Pada Mencit (Mus Musculus) Jantan
Galur Swiss Yang Diinduks Nyeri Asam Asetat Dengan Metode
Geliat (Writhing Test)”. Penelitian ini menghasilkan suatu
kesimpulan bahwa ekstrak etanol 70% rimpang temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb) dengan dosis 140 mg/KgBB, 280
mg/KgBB dan 560 mg/KgBB memiliki efek analgesik pada mencit
jantan galur Swiss. Sedangkan pada dosis 280 mg/KgBb dan 560
mg/KgBB memberikan efek analgesik yang efektivitasnya hampir
setara dengan pemberian aspirin dalam penurunan jumlah geliat
mencit (mus musculus) jantan galur Swiss yang diinduksi asam
asetat dengan metode geliat (writhing test).
16. Kerangka Berpikir
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu yang merupakan
tanaman khas yang banyak tumbuh di Indonesia. Temulawak mengandung senyawa aktif berupa zat
kurkumin, yang mana diasumsikan bermanfaat sebagai analgetik. Analgetik adalah obat penghilang
nyeri atau zat-zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran penggunanya.
Pada tiap mencit dalam tiap kelompok uji,
dihitung jumlah geliat masing-masing mencit
dengan tujuan mendapat data IC50 dari grafik
hubungan konsentrasi atau dosis temulawak
dengan jumlah geliat yang ditimbulkan oleh
mencit. Berdasarkan hal diatas, maka penelitian
ini menggunakan variasi konsentrasi perasan
temulawak terhadap hewan uji (mencit).
Uji analgetik pada temulawak dilakukan dengan pemberian perasan, insta,
dan temulawak pada mencit dengan berbagai konsentrasi hingga
mencapai IC50. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
geliat. Uji analgetik diawali dengan proses penyiapan sediaan bahan uji,
yaitu perasan temulawak dan menyiapkan hewan uji.
Hewan uji berupa mencit dibagi menjadi lima kelompok,
yang mana tiap kelompok berisi lima ekor mencit. Pada
kelompok I, hewan uji diberi perlakuan oral dengan
asetosal. Pada kelompok II, hewan uji diberi perlaukan
oral dengan akuades. Pada kelompok III, IV dan V hewan
uji diberi perlakuan oral dengan 3 macam variasi
dosis/konsentrasi yang berbeda pada tiap bahan uji.
23. Rancangan
Penelitian Mencit dibagi ke dalam lima
kelompok, setiap kelompok berisi
lima ekor mencit. Total jumlah mencit
jantan yang digunakan pada
penelitian ini adalah 25 ekor.
Pengambilan mencit dilakukan
secara acak kemudian diberi nomor.
24. Persiapan Hewan Uji
Selama beberapa hari, mencit dibiarkan
beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Berat badan dan keadaan fisik mencit tetap
diamati setiap hari. Mencit yang siap menjadi
hewan uji memiliki ciri-ciri antara lain bulu yang
bersih, mata yang jernih, dan berat badannya
tidak mengalami penurunan.
Mencit Jantan
25. Penyiapan Bahan Uji
Pembuatan
perasan
temulawak
Pembuatan
larutan
temulawak
instan
Pembuatan
larutan
serbuk
temulawak
Pembuatan
larutan obat
pembanding
Pembuatan
asam
asetat
Perasan temulawak
yang akan digunakan
yaitu perasan
temulawak murni
(100%), perasan
temulawak 1 : 1 dan
perasan temulawak 1 :
2. Mencit dengan
berat badan kurang
lebih 20 gram
diberikan larutan
sebanyak 1 mL.
Temulawak instan
dilarutkan dalam
air dan di buat
stok sebanyak
50ml tiap dosis.
Temulawak serbuk
dilarutkan dalam
air dan dibuat stok
sebanyak 50ml
tiap dosis. Sebagai kontrol positif
digunakan analgetik
aspirin dengan dosis
0,1456 mg/20 gramBB
mencit.
Asam asetat yang
digunakan adalah
asam asetat
dengan
konsentrasi 1%
26. Uji pendahuluan yang akan dilakukan meliputi tiga
tahapan antara lain, uji pendahuluan kadar asam asetat
yang akan digunakan, uji pendahuluan untuk
menentukan waktu induksi, dan uji pendahuluan untuk
mencari kadar asetosal yang tidak menimbulkan geliat
pada mencit.
Uji Pendahuluan
27. Uji Efek
Analgetik Mencit dikelompokkan menjadi lima
kelompok, dimana masing-masing
kelompok berisi lima ekor mencit.
Dibuat tabel pengelompokkan dan
perlakuan pada mencit serta uji
statistik yang akan digunakan.
28. Tabel Pengelompokkan
Mencit pada Uji Efek
Analgetik
28
Kelompok Uji Perlakuan
secara Oral
Induksi
Asam
Asetat
Jumlah
mencit
(ekor)
Keterangan
I Asetosal √ 5 Kontrol positif
II Akuades √ 5 Kontrol negatif
III Larutan I
(dosis/
konsentrasi I)
√ 5
IV Larutan II
(dosis/
konsentrasi II)
√ 5
V Larutan III
(dosis/
konsentrasi III)
√ 5
29. Prosedur Uji Anagetik
29
Mencit tidak diberi
makanan sebelum uji
dilakukan, namun tetap
diberi minum.
Mencit ditimbang berat
badannya sebelum
dilakukan uji.
Mencit dikelompokkan
dengan pengambilan
secara acak, dimana
pada tiap kelompok diisi
dengan lima ekor mencit.
Pada kelompok III, tiap
mencit diberi sampel
dosis/konsentrasi I
kemudian diinduksi
dengan asam asetat.
Pada kelompok II (kontrol
negatif), tiap mencit
diberi larutan akuades
secara oral kemudian
diinduksi dengan asam
asetat.
Pada kelompok I (kontrol
positif), tiap mencit diberi
asetosal secara oral
kemudian diinduksi
dengan asam asetat.
Pada kelompok IV, tiap
mencit diberi sampel
dosis/konsentrasi II
kemudian diinduksi
dengan asam asetat.
Pada kelompok V, tiap
mencit diberi sampel
dosis/konsentrasi III
kemudian diinduksi
dengan asam asetat.
Selang 10 menit setelah
diberi perlakuan, jumlah
geliat mencit dihitung tiap
lima menit secara
kontinyu selama satu
jam.
30. Uji Statistika
Data yang diperoleh dihitung nilai IC50
dengan membuat kurva hubungan antara
persen inhibisi dengan konsentrasi dosis
dan menggunakan uji statistik ANOVA.
30
31. Daftar Pustaka I
Anonim. 2011. Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat.
www.itokindo.org, diakses 13 April 2016.
Bangun, Abednego. 2012. Ensiklopedia Tanamanan Obat Indonesia.
Bandung: Indonesia Publishing House, hal 422-423.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Info
POM.
Bambang,Wahono.2008.Temulawak.pustakaalbayaty.files.wordpress.co
m/2008/05/temulawak.pdf, diakses 14 April 2016
Jumiatul Yazizah Jahwa. 2016. Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol 70%
Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) Pada
Mencit (Mus Musculus) Jantan Galur Swiss Yang Diinduksi
Nyeri Asam Asetat Dengan Metode Geliat (Writhing Test).
Surakarta: Fakultas Kedokteran UMS.
Kelompok Kerja Ilmiah. 1993. Penapisan Framakologi, Pengujian
Fitokimia, dan Pegujian Klinik. Jakarta: Pengembangan dan
Pemanfaatan Obat Bahan Alam.
32. Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi ke-5. Bandung: ITB
Nurfina Aznam dan Eddy Sulistiowati. 2001. Kimia Farmasi. Jakarta:
Univeritas Terbuka.
Syahruddin, Mohammad Syahrir, Santun Bhekti Rahimah, Budiman.
2014. Efek Analgetik Ekstrak Etanol Kunyit Putih (Curcuma
Zedoaria) Terhadap Nyeri Akut Pada Tikus Yang Diinduksi
Dengan Metode Tail Immersion. Bandung: Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Bandung.
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja.2013.Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek Samping. Jakarta : PT.Elex Media
Komputindo;p.312-313.
Thomas A.N.S.2008.Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta :
Kanisius;.p.33
33. Anonim. Tanpa tahun. “Temulawak”.
http://herbaljogja.indonetwork.co.id/product/temulawak-
1725868, diakses pada tanggal 10 November 2016
Agung E., Nugroho. 2012. Prinsip Aksi Obat & Nasib Obat dalam
Tubuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bunga D. Ayurini dan Gunardi. 2010. Pengaruh Ekstrak Etanol
Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)terhadap
Jumlah Geliatan Mencit BALB/C yang Diinjeksi Asam
Asetat 0,1%. Artikel Ilmiah. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Diana Wijayanti. 2013. Efek Analgetik Ekstrak Air Daun Salam
(Syzygium polyanthum) pada Mencit dengan Metode
Geliat. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Filbert, Harry S.J., Koleangan, Max R.J., Runtuwene, Vanda S.,
Kamu. 2014. “Penentuan Aktivitas Antioksidan
Berdasarkan Nilai IC50 Ekstrak Metanol dan Fraksi Hasil
Partisinya pada Kuliat Biji Pinang Yaki Areca vestiara
Giseke)”. Jurnal MIPA UNSTRAT online 3. Volume 2, Hlm
149-154, http://ejournal.unstrat.ac.id/index.php/jmuo
Daftar Pustaka II
34. Gembong, Tjitrosoepomo. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-
Obatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mukhriani. 2014. “Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan
Identifikasi Senyawa Aktif”. Jurnal Kesehatan. 2(VII). Hlm.
361-363.
Riyanto. 2016. “Asetosal”.
http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/asetosal.html,
diakses pada 10 November 2016.
Syaiful, Aprilianto. 2014. “Uji Analgetik”.
http://farmasiapriliant56.blogspot.co.id/2014/05/uji-
anlgetik.html. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2016
Zullies, Ikawati. 2008. “Mengenal Aspirin”.
https://zulliesikawati.wordpress.com/2008/10/10/mengenal-
aspirin/, diakses pada tanggal 10 November 2016.
35. Agnesi Lasarus, Johanis A. Najoan, Jane Wulsan. 2013. Uji Efek
Analgesik Ekstrak Daun Pepaya (Carica pepaya (L.))
Pada Mencit. Manado:Universitas Sam Ratulangi
Australia New Zealand Food Standards Code: "Standard 1.2.4 –
Labeling of ingredients"
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.
Info POM. 6 (6) : 1-12.
Devaraj, S., Eshafani, A.S., Ismail. S., Ramanathan, S., Yam, M.F.,
2010. Evaluation of the Antinociceptive Activity and
Acute Oral Toxicity of Standardized Ethanolic Extract of
the Rhizome of Curcuma xanthorrizha Roxb. Molecules
Journal. 15 : 2925-34.
Hartwig, M.S., Wilson, L.M., 2012. Nyeri:Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta : EGC pp.1064-81.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Willliamson, E.M., 2010.
Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : EGC pp. 49&50.
Daftar Pustaka III
36. International Association for the Study of Pain (IASP)., 2002. What
causes cancer pain?. Available at
http://www.iasppain.org/PCU02-2.html. Diakses pada 19
Agustus 2015.
Jayaprakasha, G.K., Jaganmohan, R.L., Sakariah, K.K., 2006.
Antioxidant Activities of Curcumin, Demethoxycurcumin
and Bisdemethoxycurcumin. Food Chemistry. 98 : 720-24
Nurfina Aznam dan Eddy Sulistiowati. 2001. Kimia Farmasi. Jakarta:
Univeritas Terbuka.
Wilmana, P.F., Gunawan, S.G., 2012. Analgesik-antipiretik,
Analgesik. Antiinflamasi nonsteroid dan Obat Gangguan
Sendi Lainnya : Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapetik FK UI pp. 230-
237.