SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
PENGARUH SIKAP JURNALIS TERHADAP BERITA
Judul Buku : “Mediating the Message”
Judul Chapter : “Influences on Content From Individual Media Workers”
Pengaruh Konten dari Pekerja Media
Halaman : 53-81
Pengarang : Pamela Shoemaker and Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 1991
Jumlah pekerjaan Jurnalis meningkat lebih dari 60 persen antara tahun 1971 dan 1982,
ketika jumlah pekerjaan berita dipaksa di Koran harian dan mingguan, majalah berita, televisi,
radio dan pelayanan berita yang terhitung menjadi 112.072 oleh Weaver dan Wilhoit. Faktanya,
pengeluaran untuk pekerjaan Komunikasi pada umumnya bagus.: Pekerjaan untuk para
Komunikator diperkirakan akan naik lebih cepat dari rata –rata selama tahun 2000 (Badan
Statistik , 1988).
Menggunakan kategori yang berbeda dari Weaver dan Wilhoit, Lembaga Statistik
Amerika pada tahun 1986 mentargetkan jumlah orang yang terikat di pekerjaan komunikasi, Full
time, paruh waktu, atau freelance:
 75.000 wartawan dan koresponden, 70 persen bekerja untuk Koran.
 214.000 penulis dan editor, hampir 40 persen yang bekerja untuk Koran, majalah,
dan penerbit buku.
 61.000 penyiar radio dan televisi dan pembawa berita.
 87.000 spesialis Hubungan Masyarakat.
 323.000 marketing, periklanan, manajer Hubungan Masyarakat
 109.000 Fotografer dan operator kamera, separuhnya bekerja sendiri.
 73.000 aktor, sutradara dan produser.
Pengaruh yang potensial pada konten media massa dari faktor dalam pekerja komunikasi.
Pertama, kita melihat karakteristik dari komunikator dan sifat mereka dan latar belakang
professional mereka untuk melihat bagaimana, contohnya, pendidikan Jurnalis akan
mempengaruhi beritanya. Kedua kami mempertimbangkan pengaruh dari etika komunikator ,
sifat, dan kepercayaannya, etika tersebut yang dipegang oleh komunikator sebagai hasil dari latar
belakang mereka atau pengalaman pribadi contohnya etika berpolitik atau kepercayaannya.
Ketiga kami menyelidiki orientasi seseorang dan konsep peran yang komunikator pegang paling
tidak bagian dari fungsi menjadi tersosialisasi pada pekerjaan mereka, contohnya meski jurnalis
mengharuskan dirinya netral terhadap suatu acara atau sebagai peserta yang aktif di semua berita.
EVOLUSI DARI KARIR SI KOMUNIKATOR
Jurnalis selalu menjadi karir yang sangat yang mudah di dapat. Tidak ada izin maupun
tes, anda bahkan tidak perlu gelar sarjana Jurnalis. Karena kebanyakan orang berfikir bahwa
mereka semua akan menghasilkan karya Jurnalis yang bagus. Hasilnya bahwa banyak orang
mencoba pekerjaan Jurnalis sebagai pekerjaan pertama dan pindah ke lainnya. Gaji yang rendah
dan keuntungan adalah alasan untuk meninggalkan dunia Jurnalis (Weaver & Wilhoit, 1986a, pp.
38-39).
Beberapa kali Jurnalis hanya bosan dan terbakar oleh repetisi alami dari pekerjaan itu
(bukan berita pemilihan lain tentang pendukungan kandidat!) atau dari kritikan yang selalu
menemani peran Jurnalis sebagai peneliti pasif dari sebuah kejadian : David Wise, mantan
Kepala harian New York Herald Tribune, berkata bila “reporter menghabiskan banyak waktu
duduk di sekitar koridor menunggu perkembangan dalam untuk mengatakan pada mereka apa
yang terjadi” (Hess, 1981, hal. 123).
Ada jumlah yang pas dari pergerakan antara Jurnalis dan pekerjaan komunikasi massa
lainnya. Beberapa Jurnalis meninggalkan pekerjaan mengumpulkan berita mereka untuk bekerja
sebagai penulis di televisi dan produser.
PENDIDIKAN DARI KOMUNIKATOR
Aspek lain dari latar belakang komunikator adalah jumlah dan tipe pendidikan yang
mereka punya. Departemen Komunikasi sudah disebarkan di Universitas yang berbeda-beda
bidang kejurnalisannya, komunikasi massa, film radi dan televisi, komunikasi verbal, periklanan,
komunikasi seni, komunikasi sains. Awal dari pendidikan Jurnalisme pada tahu 1869 pada saat
singkatnya program Jurnalis (Dennis, 1988, hal. 10-11). Sekarang lebih dari 340 universitas
memberikan gelar sarjana di bidang Jurnalis dan Komunikasi Massa. Dan program ini berlanjut
berkembang. Pada tahun 1985 lebih dari 20.000 sarjana diberi penghargaan pada bidang
Jurnalisme dan Komunikasi Massa lebih dari 6 kali diberi penghargaan 20 tahun terakhir.
Survei pada tahun 1987 mengenai fakultas Komunikasi Massa dari 4 tahun dan program
pascasarjana menunjukkan bahwa 98 persen memiliki pengalaman di bidang media professional
selama kira-kira 9 tahun. Meskipun fakultas menyediakan gelar Ph.Dtapi mempunyai
pengalaman professional yang kurang dibandingkan fakultas yang lain, pengalaman media dari
gelar Ph.D. masih rata-rata lebih dari 6 tahun. Itu bukan hal yang mengejutkan, lalu, Fakultas
Komunikasi Massa sama dengan pekerjaan Jurnalis dari berbagai sisi, termasuk distribusi
geografis, budaya dan agama.
EFEK LATAR BELAKANG PROFESIONAL MEDIA PADA KONTEN
Ya, untuk mengatakan bahwa pengaruh pada konten tidak termasuk pengaruh yang
negatif. Pendidikan Jurnalis lebih baik daripada kebanyakan orang Amerika. Mereka menulis
lebih baik daripada kebanyakan orang Amerika. Apakah perbedaan itu negatif? Apakah dunia
kan menjadi tempat yang lebih baik bila para Jurnalis sedikit mengandung sastra atau memilih
yang lebih tidak berpendidikan?
Masih, ada kecenderungan latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat
dunia. keluarga kita, sekolah kita, dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kami,
harapan dan impian. Ini tidak berbeda proses untuk para profesional komunikasi bagi konstruksi
pekerja, dokter atau pekerja sosial.
SIKAP PRIBADI, NILAI-NIAI DAN KEYAKINAN
Peran bahwa komunikasi massa adalah politik liberal, anti-agama, dan tidak seperti
“Kebanyakan orang Amerika” menjadi hal yang umum beberapa tahun terakhir. Permasalahan
etika Komunikasi Massa dan nilai nilainya berdasarkan asumsi bahwa sikap Jurnalis
mempengaruhi beritanya.
PERAN PROFESIONAL
Apakah Jurnalisme itu adalah suatu pekerjaan? Jawabannya berdasarkan dimana anda
menempatkan kriterianya. Jurnalisme tidak sesuai kriteria profesionalisme. Meski kebanyakan
Jurnalis bekerja sepanjang waktu, mereka berkomitmen pada pekerjaannya dan menunjukkan
pelayanan bantuan masyarakat, tidak ada mekanisme untuk menegakkan standar professional
atau untuk menuruti pendidikan formal. Dan otonomi Jurnalis terbatas oleh kendala organisasi.
BENINDA RAHMADHANY
01312143498
Judul buku : Mediating the Massage: Theories of Influences of Mass
Media Content
Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers
(Pengaruh media Konten dari pekerja Individu)
Halaman : 53 - 81
Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 1991
Dalam bab ini kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-
faktor yang intrinsik pada pekerja yang berbasis komunikasi. Pertama, kita melihat karakteristik
komunikator dan pada latar belakang pribadi dan profesional mereka juga melihat bagaimana,
misalnya, pendidikan wartawan dapat mempengaruhi kisah mereka. Kedua, kami
mempertimbangkan pengaruh dari komunikator, sikap personal, nilai-nilai, dan keyakinan.
Ketiga, kami menyelidiki orientasi profesional dan konsepsi peran komunikator memegang
setidaknya sebagian sebagai fungsi yang disosialisasikan kepada pekerjaan mereka.
Latar belakang dan Karakteristik
Sekarang ini, keberadaan wanita sungguh banyak di bumi. Itu membuat banyaknya
peluang di lapangan pekerjaan, terutama di media penyiaran. Meskipun ini merupakan peluang
yang selalu meningkat bagi perempuan, persentase perempuan dalam pekerjaan jurnalistik masih
tertinggal. persentase perempuan dalam angkatan Tenaga Kerja AS hampir 43 persen pada tahun
1981.
Sebagai peningkatan jumlah mereka, perempuan juga sudah mulai membuat terobosan ke
manajemen media. Karena lebih banyak perempuan bekerja di jurnalisme, perbedaan gaji yang
besar diamati pada tahun 1970 oleh Jognstone adalah penyempitan substansial.
Evolusi communicaton Pemilik
Jurnalisme selalu menjadi karir yang relatif mudah untuk masuk ke - tidak ada lisensi atau tes
yang diperlukan, Anda tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. Omset ini membuat karir jurnalistik
terutama orang muda. Kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang dan penemuan
membuat seorang wartawan yang baik. Beberapa wartawan meninggalkan pekerjaan pengumpulan berita
mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi.
Pendidikan dari Komunikator
Sekarang ini sebagian besar profesional media memiliki gelar. Dalam penilaian ini "sekolah
jurnalisme teladan, Footlick (1988) menulis bahwa wartawan yang baik harus" tahu lebih sedikit
tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan
sejarah seni. Kebanyakan departemen komunikasi massa diselenggarakan menurut media, dalam
editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, PR, atau iklan "urutan".
Pengaruh Media Profesional Backgrounds Media Konten
Wartawan lebih terdidik daripada rata-rata. Namun, ada kecenderungan untuk latar belakang kita juga
mempengaruhi bagaimana melihat dunia. Tapi seberapa kuat pengaruh? Weaver dan Wilhoit mengatakan
bahwa efek dari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat
pentingnya rutinitas organisasi dan kendala (1986). Oleh karena itu, mungkin dari meningkatnya jumlah
perempuan dan minoritas dalam media massa tidak akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam
konten media pendidikan, sosialisasi, dan kendala organisasi dapat meniadakan perbedaan yang paling
individual antara komunikator.
Seperti dalam semua karir, populasi profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "sukarelawan untuk
menjadi seorang jurnalis; Anda tidak disusun - dan orang-orang yang memilih karir yang sama cenderung
memiliki karakteristik yang sama.
PERSONAL, SIKAP, NILAI, DAN KEYAKINAN
Nilai Pribadi dan Keyakinan
Kami Jurnalis (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya percaya terhadap apa yang disebut "ibu"
nilai - mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran ekonomi; mereka menentang
kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979). Selain itu, untuk nilai-nilai dasar ini berurusan dengan
kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga memegang nilai-nilai yang lebih khas dari gerakan
progresif Amerika pada awal abad ke-20.
Demokrasi Altrustic adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian besar wartawan
keyakinan bahwa berita harus "Ikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan publik"
(1979).
Sikap Politik Pribadi
Jadi betapa liberal wartawan? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan cenderung lebih berpendidikan
daripada rata-rata Amerika - perbedaan yang telah dikaitkan dengan tuduhan bahwa wartawan lebih
politis daripada liberal kebanyakan orang Amerika. Sebuah pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan
liberalisme, namun. Sedangkan mahasiswa tahun 1960-an dan awal 1970-an cenderung moe liberal dari
orang tua mereka, mahasiswa di tahun 1980-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih
konservatif.
Entah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang wartawan yang secara
politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal terhadap hal ini: Dalam studinya
tentang "elit" Washington korps pers, Hess (1981) menemukan bahwa, meskipun Washington Jurnalis
juga melihat korps berita memiliki bias liberal, mereka menilai diri mereka sebagai lebih konservatif
dibandingkan gambar ini. Hess menyimpulkan bahwa elit Washington wartawan lebih apolitis dari tekan
kritikus menyiratkan.
Orientasi Agama Pribadi
Erat dengan argumen tentang wartawan orientasi politik adalah sejauh mana wartawan atau menentang
Christanity, Yudaisme, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan tha meskipun jurnalisme adalah
humanisme Kristen dan panteisme (dan telah) meninggalkan warisan Kristen mereka.
PERAN PROFESIONAL DAN ETIKA
Sebagai jurnalis muda membaca surat kabar mereka bekerja atau menonton newcasts stasiun televisi
mereka, mereka belajar banyak tentang norma-norma masyarakat dan bagaimana wartawan menutupi
kontroversi.
Breed menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau penerbit / manager
jarang. Karyawan baru leaen "oleh osmosis", misalnya dengan mendengarkan atasan mereka membahas
pro dan kontra dari berbagai berita. Informasi kebijakan dilakukan tidak hanya oleh apa yang eksekutif
mengatakan, tetapi juga oleh apa yang tidak mereka katakan.
Peran Profesional
Apakah Jurnalisme profesi? Jawabannya tergantung pada set kriteria yang Anda gunakan. Satu
mendefinisikan profesi sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut: waktu pekerjaan penuh, praktisi
sangat berkomitmen untuk tujuan profesi, masuk ke dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh sebuah
organisasi formal yang menetapkan standar profesional, praktisi mengaku profesi fllowing ditentukan
sekolah formal dan akuisisi tubuh khusus pengetahuan, melayani masyarakat, dan memiliki otonomi
tingkat tinggi.
Peran Etika
Wartawan keyakinan tentang apa yang etis dapat memberikan pengaruh nyata pada konten media.
Meskipun jurnalisme secara keseluruhan tidak memiliki kode etik ditegakkan, ini memiliki standar yang
diterbitkan mengatur bagaimana staf mereka harus beroperasi.
Untuk akhir, kami menyatakan penerimaan standar praktek di sini ditetapkan; tanggung jawab,
Kebebasan Pers, Etika, Akurasi dan Objektivitas, Fair Play, dan saling percaya.
Peran penilaian etis lebih mudah untuk menilai. Apakah keputusan untuk menerbitkan foto tertentu
didasarkan pada kode etik yang diterbitkan atau keputusan pribadi individu, keputusan memiliki efek
nyata pada media content.more menarik, namun situasi ketika standar etika dapat berbenturan dengan satu
sama lain atau dengan nilai-nilai, seperti kesopanan publik, menghormati konvensi, dan ketertiban.
Valentina S. Sitorus
013 12 143 494
Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influences of Mass Media Content
Judul Chapter : Beyond Proceses and Effect
Halaman : 8 – 22
Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 1991
Bab 2 : MELAMPAU PROSES DAN EFEK
Kebanyakan buku teori komunikasi massa berkonsentrasi pada proses di mana pesan diterima
dan dipahami oleh penonton, dan pada efek bahwa pesan tersebut dapat menghasilkan. Dalam
kedua kasus, pesan itu sendiri, dalam hal ilmu sosial, variabel independen, atau penyebab.
pengaruh pesan kemudian dianggap sebagai variabel dependen tergantung, yaitu, pada paparan
konten. Buku ini mendefinisikan pesan itu sendiri sebagai variabel dependen. kami berpendapat
bahwa pesan, atau konten media, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik di dalam maupun di luar
organisasi media.
TRADISIONAL FOKUS KOMUNIKASI PENELITIAN
Tingkat Analisis
Tingkat analisis dalam penelitian komunikasi dianggap dalam menentukan tingkatan. Mulai dari
mikro hingga makro, dari unit terkecil suatu system hingga unit terbesar suatu system. Studi
tingkat mikro meneliti komunikasi sebagai suatu kegiatan yang terlibat dalam dan
mempengaruhi orang-orang individu. Studi tingkat makro mengkaji struktur sosial di luar
kendali setiap individu jaringan sosial, organisasi dan budaya. Ini fungsi tingkat sejauh
menentukan, dengan apa yang terjadi pada tingkat yang lebih tinggi.
Apa yang Dipelajari?
Menurut Harold Lasswell (1948) Cara paling awal dan paling sering dikutip menggambarkan
proses komunikasi disarankan. Yang mengusulkan kerangka kerja ini:
Siapa
Mengatakan apa
Melalui media apa
Kepada siapa
Apa efeknya
Studi komunikasi massa telah meneliti semua elemen ini komunikator (yang), isi media
(mengatakan apa), medium (yang saluran pikir), penonton (kepada siapa), dan efeknya (dengan
efek apa) tetapi kebanyakan penelitian telah terkonsentrasi pada dua elemen terakhir, penonton,
dan efek.
Jika kita menggunakan teori Lasswell dan faktor ke tingkat dimensi analisis itu. Dapat
membangun sebuah matriks di mana untuk menemukan studi komunikasi tahun terakhir.
Siapa
(Komunikator)
Mengatakan Apa
Melalui Media Apa
Kepada Siapa
(Pendengar)
Dengan Apa
Efeknya
(Efek)
Mikro /
Individual
 Rayuan Tidak
Bersalah (1940)
 Analisi Isi
Kekerasan dan
Media (1969)
 Televisi dan
Perilaku Sosial.
Konten dan
Kontrol Media.
(1971)
 Studi Pendanaan, Gerak Gambar, pada
Kaum Muda
 Invasi Dari
Mars (1940)
 Pilihan Rakyat
(1946)
 Pengaruh
Pribadi (1955)
 Televisi
Dalam
Kehidupan
Anak-Anak
Kita (1961)
 Kekerasan dan
Survei
Penonton
Media (1969)
 Tv & Perilaku
Sosial (1971)
- Tv Di
Kehidupan
Sehari-
Hari
 Eksperimen
Hovland Dalam
Komunikasi
Massa
 Komunikasi dan
Persuasi
 Televisi dan
Perilaku Sosial
- Televisi dan
Pembelajaran
Sosial
- Televisi dan
Remaja
Sikap Agresif
Makro / Sistem
Sosial
 Aliran Sistem
Informasi
(1948)
 Fungsi
Pengaturan
Agenda Media
Massa (1972)
Dengan masalah masyarakat luas, mereka melakukan di tingkat individu analisis, dan kami
menggunakan variabel pengukuran sebenarnya yang digunakan dalam studi, bukan tingkat teori
untuk menemukan mereka pada matriks kami. Hanya tiga dari studi ini meneliti konten media
dengan cara apapun, dan tidak ada yang ditujukan semata-mata untuk komunikator.
Pelajaran Utama Komunikasi
Pada isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi ada tiga studi tentang konten media.
Frederic Wertham adalah rayuan yang tidak bersalah menyebabkan keributan publik cukup
dengan menghubungkan analisis konten seksual dan kekerasan dalam buku komik dengan
asumsi bahwa konten tersebut negatif akan mempengaruhi pembaca, bahkan sampai
menyebabkan peningkatan kenakalan remaja.
Pada penonton. Sebagian besar "tonggak" Studi jatuh ke dalam "kepada siapa" kategori. Tujuan
dari studi ini meliputi pengukuran konten film dan komposisi penonton, dengan tujuan utama
untuk menentukan bagaimana film mempengaruhi anak-anak, penelitian yang dihasilkan
menjembatani "penonton" dan "efek" kategori, dan penulis menyimpulkan bahwa sejumlah
faktor individu dan situasional memediasi efek film.
Pada efek. Keadilan studi efek yang terkenal adalah yang dilakukan kepada tentara Amerika
oleh psikolog Carl Hovland selama Perang Dunia II, yang isinya berupa sistematis bervariasi
untuk menentukan pesan yang paling persuasif. Meskipun komponen lain di dalam uraian
Lasswell tentang proses komunikasi yang termasuk kedalam penelitian ini (seperti kredibilitas
komunikator dan struktur argumen dalam pesan), yang menarik hanya efek yang mereka
hasilkan. Studi kemudian oleh Hovland dipadatkan tempat utama efek persuasi dalam penelitian
komunikasi (Hovland, Janis & Kelley. 1953).
Dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai landmark,
dapat dilihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah menuju individu atau
mikro. Tingkat dan arah fokus pada penonton dan efek pada penonton itu. Bila konten telah
dipelajari, itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang dampak potensial dan bukan
tentang orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya.
Buku Pelajaran
Sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir
untuk membuat titik kita dengan cara lain. Kebanyakan mahasiswa telah memiliki banyak
pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan
dengan merangkum segudang studi. Buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang
mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan atau paradigma. Kita bisa,
karena itu, mendapatkan membaca cepat bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan
berkonsultasi buku teks popular.
Kedua teks memulai mengenai sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian
menunjukkan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. Hanya 6
persen dari buku ini mencakup komunikator dan lingkungan mereka.
Satu bagian mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang terakhir ini dikhususkan
untuk persepsi penonton konten media. Sekitar 15 persen dari buku terdiri dari informasi tentang
industri media, orang, dan organisasi.
Kenapa berfokus kepada tradisional?
Fokus teori komunikasi kepada tradisional berada kepada siapa dan apa efeknya, dan tingkat
analisis yang berlaku kepada individu atau mikro.
Konteks Ilmu Sosial
Jurnalis dan ilmu sosial adalah system pengumpulan yang kedua nya memiliki banyak kesamaan.
Keduanya adalah kegiatan yang mencoba mewakili kebenaran di dunia, keduanya membuat
klaim objektivitas dan belum baik penyampaiannya kepada pandangan realitas yang terbatas.
Tidak ada yang dapat dipahami terlepas dari budaya yang memproduksi dan mendukung budaya
tersebut.
Rutinitas seperti ini membantu akurasi wartawan pada klaim objektifitas dan klaim kendala
ilmiah yang di teliti lalu di validasi. Sumber data wartawan dari hasil wawancaranya adalah yang
dapat dipercaya, gaya bicara narasumber, dan menghindari pendapat terbuka. Apabila iluwan
sosial menggunakan metode yang mengundang duplikasi. Dalam setiap kasus, karya dari setiap
pihak dapat dipertahankan karena prosedur yang pernah diikuti dari berbagai professional.
Mereka terpanggil untuk mempertahankan bagaimanapun pekerjaannya, dan tidak berarti semua
kegiatan itu benar. Sebagai system pengumpulan informasi, jurnalis dan ilmuan sosial memiliki
bias tersendiri.
Paradigma didasarkan oleh keyakinan pada kebersamaan, tetapi hasilnya terkadang diremehkan.
Fakta bahwa keyakinan, harapan, dan perubahan itu tidak hanya dari waktu ke waktu, tetapi dari
satu lingkungan budaya yang lain. Sebagai konsumen berita, kita terbiasa dengan rutinitas
paradigma jurnalistik. Informasi yang kita nikmati sebenarnya telah disaring pada beberapa
tingkatan.
Pengetahuan ilmiah, terutama dibidang sosial juga disaring. Ilmu sosial dalam jurnalis, jawaban
yang kita temukan tergantung pada pertanyaan yang diajukan. Disisa bab ini, akan dibahas
bagaimana factor-faktor sosial seperti norma-norma budaya yang telah mempengaruhi dan
bagaimana para ilmuwan mempelajarinya. Dan juga akan mengidentifikasi beberapa penonton
dan efek penekanan matriks.
Fokus pada individu
Tiga bias budaya Amerika pada penelitian komunikasi massa yaitu budaya, metodologis, dan
teoritis.
Individual sebagai bias budaya. Hadiah individual atas kolektif, pada budaya kita yang
menekankan pada individualisme dan cenderung terlihat baik pada orang-orang yang bergantung
pada orang lain, contohnya kesejahteraan orang pada masyarakat kolektif. Tetapi nuansa
negative pada konteks ini adalah individualisme, walaupun dapat membantu pekerjaan dalam
masyarakat lebih lancar. Sedangkan individu yang ideal adalah mandiri, mengaktualisasikan diri,
dan otonom. Sedangkan orang yang bergantung dianggap lemah dan psikologis terbelakang.
Individualisme sebagai bias metodologi. Metode yang dikembangkan adalah untuk mempelajari
perilaku individu dan pekerjaannya terhadap studi strktur sosial yang besar. Teknik statis
dipergunakan untuk menganalisis data yang seringkali didasari pada survey responden individu.
Sehingga setiap orang menjadi kasus nya sendiri dan menjadi unit analisis.
Individualisme sebagai bias teoritis. Teori yang lebih mudah mengenai hal-hal yang dapat
diukur. Akibatnya, bias metodologis telah mendorong perkembangan teorii tingkat mikro.
Mmelainkan pembangunan teori yang rumit memiliki banyak penyebab.
Ini mungkin tampak seperti minor semantik bagaimana perilaku ditafsirkan, tapi seperti
perbedaan kecil yang membuat perbedaan besar dalam bagaimana kita melihat dan menafsirkan
dunia sosial. Individu berpusat pada warna budaya yang cara mencarinya dilakukan dalam
budaya tersebut, dan kita harus menyadari bahwa warna yang untuk dihinari pada kekeliruan
umum. Yaitu, perlu dipahami bahwa kita dapat dan mengukur periaku individu dan harus yakin
bahwa pada tingkat individu merupakan satu-satunya penyebab perilaku individu.
Fokus pada Penonton dan Efek
Setelah mengidentifikasi beberapa alasan umum pada matriks ditingkat mikro atau individu, dan
identifikasi berikutnya yaitu beberapa factor yang cenderung membatasi topik penelitian dalam
teori komunikasi peneitian.
Kekeliruan ilmu sosial. Komunikasi massa meneliti dengan ilmu sosial lainnya sejauh mana ia
telah gagal untuk memeriksa secara kritis system disekitar yang sedang dikembangkan.
Birokrasi kelembagaan awal. Lebih dari ilmu-ilmu sosial lainnya, sarjana komunikasi massa dan
lembaga-lembaga belajar saling erat dalam berhubungan. Kekhawatiran akademik terkadang
terjadi pada orang-orang dari lembaga media besar dan sejarah awal penelitian komunikasi tidak
terlepas dari sejarah media massa.
Hubungan saat ini. Organisasi media terus memberikan tempat bagi para sarjana untuk
melakukan penelitian dan professional media terus melayani di dewan perguruan tinggi. Banyak
professional di departemen studi komunikasi menyadari dirinya dibawah serangan dari para
professional organisasi media untuk tidak melakukan studi lebih berguna dari masalah-masalah
praktis. Ilmu sosial lainnya seperti sosiologi atau psikologi juga mengandalkan tempat eksternal
untuk dana penelitian, tetapi mereka tidak memiliki link komunikasi profesional yang tidak
memberikan tempat konsistuen terkonsentrasi.
Ringkasan
Berbagai factor telah bergabung pada condong penelitian komunikasi dalam matriks kepada
pendekatan tingkat individu atau makro, dan pertanyaan dari khalayak dan berefek kepada
media. Pada bab ini memberikan kerangka untuk memahami keadaan tersebut, dan
memfasilitasinya. Teori dan penelitian setelah semuanya tidak ada dalam ruang hampa, dan
semua itu adalah kegiatan manusia yang dibentuk oleh kekuatan budaya yang sama untuk
mempengaruhi kegiatan manusia lainnya.
Rista Tri Darisman
01312143512
PENGARUH JURNALIS TERHADAP KONTEN MEDIA
Judul Buku : Mediating the Message : Theories of Influences of Mass Media Content
Judul Chapter : Influences on Content From Individual Media Workers
Halaman : ......................................
Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishin Group
Tahun Terbit : 1991
Banyak masyarakat yang kurang menyukai media massa dikarenakan sering menunjukkan berita
– berita berbau negatif dan mengekspresikan kebebasan palsu.
Contohnya film dan program – program televisi yang sering mengungkit masalah – masalah seks
, kekerasan , atau mungkin kisah - kisah sosial yang tidak begitu penting. Masyarakat biasanya
menyalahkan jurnalis , pembuat film , fotografer , iklan , dan praktisi – praktisi relasi publik.
Potensi pengaruh konten media massa memiliki beberapa faktor , yakni:
1. Latar belakang objek komunikasi massa ( komunikator ). Contohnya , tingkat pendidikan
seorang jurnalis penyiaran mempengaruhi kualitas beritanya.
2. Tingkah laku ( attitude ) objek komunikasi massa ( komunikator ) . tingkah laku penyiar
adalah cerminan dari latar belakang dan pengalamanya. Contohnya etika politik dan
kepercayaan.
3. Objek komunikasi ( komunikator ) mempertahankan setidaknya sebagian fungsi yang
disosialisasikan sebagai profesi mereka . contohnya , jurnalis menganggap dirinya
sebagai transmitter yang normal dalam sebuah peristiwa atau sebagai partisipan dalam
pengembangan berita.
Karakteristik komunikator dan latar belakangnya serta pengalaman tidak hanya membentuk
kepribadian dan kualitas komunikator saja . Tetapi juga mengarahkan latar belakang dan
pengalaman komunikator lebih baik.
Peran dan etik professionalitasan diatas memberikan efek langsung pada konten media massa.
Dimana efek tingkah laku dan kualitas konten media massa tidak diarahkan.
Salah satu mitos jurnalistik adalah konsep editor media cetak awal sebagai keberanian , kasar-
dan-jatuh menerjang batas , dan berani untuk berbicara dalam pertahanan dari orang – orang
seperti dirinya.
Jurnalisme selalu menjadi professi yang mudah di dapat , tidak perlu izin atau pun test yang
berarti , bahkan tidak perlu menjadi lulusan perguruan tinggi di bidang jurnalis. Karena banyak
orang berpikir mereka dapat menulis , mereka sering berpikir bahwa mereka adalah seorang
jurnalis yang bagus. Maka dari itu , banyak orang mencoba bidang jurnalistik sebagai awal karir
mereka sebelum mencoba hal lain. Pendapatan yang rendah menjadi alasan banyak orang
meninggalkan karir di bidang jurnalistik.
Hal tersebut menyebabkan banyaknya kaum muda yang berkarir di bidang jurnalistik. Kejiwa
mudaan selalu berkaitan dengan antusiasme , dan antusiasme akan menciptakan jurnalis yang
baik. Banyak reporter televisi terlihat muda dan atraktif dikararenakan antusiasme jiwa muda.
Selain itu , antusias yang dimiliki kalangan anak muda di bidang jurnalistik , akan
mempengaruhi kualitas berita mereka. Beritanya pasti akan terlihat lebih segar dan mudah
dipahami karena mengikuti perkembangan zaman.
Jurnalis yang kehilangan jiwa mudanya , antusiasme , atau menginginkan pendapatan yang besar
biasanya akan keluar dari professinya sebagai jurnalis.
Beberapa jurnalis melepaskan pekerjaan mereka sebagai pencari berita untuk bekerja sebagai
penulis naskah dan produser.
Seorang jurnalis yang baik harus mengaetahui sedikit tentang banyak hal , dari matematika ke
politik luar negeri , dari politik di gedung pengadilan hingga sejarah . jurnalis yang baik
memperhatikan banyak hal , belajar dengan cepat , menulis dengan baik , dan menghargai
kemampuan tersebut. Junalisme juga menuntut seseorang untuk bekerja dengan mudah
beradaptasi. Seseorang yang mudah beradaptasi akan mendapatkan informasi yang dia inginkan
dengan cepat pula.
Konten berita mendapat pengaruh dari jurnalisnya atau orang yang bekerja di media tersebut.
Nama baik seorang figur masyarakat atau sebuah instansi sangat rentan dengan media , buruk
baiknya nama mereka adalah tugas jurnalis untuk mengabarkanya di media. Kemudian , media
juga merupakan saluran masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah ,
mungkin tentang pembangunan jalan , hak yang tidak diberikan , dan lain sebagainya. Apalagi
dengan kebebasan bersuara saat ini , jurnalis akan bekerja seperti detektif hanya untuk
mendapatkan sebuah peristiwa yang bernilai berita.
Kebanyakan jurnalis yang memberikan informasi tidak mengesampingkan urusan pribadinya.
Seperti perasaan dan tehnik penyampaian. Alhasil , audience yang mendengarkan atau melihat
laporan berita tersebut kurang tertarik. Untuk reporter televisi dituntut untuk menggunakan
smiling face ( wajah ceria ) dan untuk radio menggunakan smiling voice ( suara ceria ) namun ,
juga harus memperhatikan situasi da kondisi di lokasi kejadian. Nah , dibagian ini banyak
jurnalis yang keliru sehingga penyampaian beritanya kurang bermakna karena ekspresi wajah ,
suara , maupun tulisanya tidak mencerminkan situasi dan kondisi berita yang ia laporkan.
Sebagai jurnalis muda sudah sebuah kewajiban untuk membaca koran tempat ia bekerja atau
menonton program berita di stasiun televisi tempat ia bekerja pula. Mereka belajar banyak
tentang norma dan bagaimana reporter meliput sebuah kejadian.
Jurnalis adalah sebuah profesi atau hanya sekedar hobi ditentukan oleh cara pandang masyarakat
sendiri. Namun , hal yang harus diingat adalah , jurnalis merupakan pekerjaan penuh. Bukan
paruh waktu yang dapat dikerjakan oleh kaum mahasiswa dan pelajar. Praktisi – praktisi
jurnalistik sangat berkomitmen untuk tujuan profesi ini sesungguhnya. Tujuan mutlak dari tugas
jurnalistik adalah mencari , mengolah , dan mengabarkan berita kepada masyakat dengan
maksud memberi informasi yang faktual , bukan berdasarkan opini maupun pendapat jurnalis itu
sendiri.
Kelanjutan profesi jurnalistik diatur oleh organisasi dan membangun standar professional.
Kaidah professi jurnalistik sudah diatur dan memiliki standarnya sendiri , oleh karena itu tidak
semua kalangan dan lapisan masyarakat dapat menjadi seorang jurnalis baik itu media penyiaran
maupun media cetak.
Tujuan junalistik adalah untuk pelayanan masyarakat. Masyarakat mendapatkan informasi
seputar perkembangan zaman , baik itu perkembangan dibidang teknologi , pendidikan dan
kesehatan. Oleh karena jurnalis maka masyarakat berkembang pola pikirnya dan tidak terpaku
dengan tradisi lama yang mangurung pribadi dan suara masyarakat. Tapi masyarakat pada
umumnya sekarang , kurang menghargai jurnalistik dikarenakan adanya anggapan bahwa
jurnalis adalah penyebar isu yang tidak terbukti kebenaranya. Hal itu di buktikan dengan adanya
program hiburan di televisi yaitu program berita yang membahas kisah – kisah artis. Padahal ,
program berita tersebut bukan bagian dari program yang mengandung dan mengikat kaidah
jurnalistik.
Jurnalis harus mempunyai derajat yang tinggi. Hal ini akan otomasi terjadi ketika seseorang
sudah mengambil pekerjaan sebagai jurnalis. Ia akan dipandang sebagai seseorang yang
berkelas. Contohnya , jurnalis televisi yang mengenakan seragam tempat ia bekerja akan
dipandang oleh masyrakat yang melihatnya sebagai seseorang yang memiliki hak istimewa.
Ada beberapa hal yang harus dipen=gang erat oleh jurnalis , yaitu , tanggung jawab , kebebasan
bersuara dan mengabarkan , etika jurnalistik , ketepatan dan objek berita , tidak mengenal curang
, dan kepercayaan.
Edika Ipelona
013 12 143 501
1 Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi
Manajemen Berita, Jurusan Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014
dengan Dosen Pengampu Darmanto.

More Related Content

Similar to Media Profesional Latar Belakang dan Konten

Pengaruh media pada pembentukan opini masyarakat
Pengaruh media pada pembentukan opini masyarakatPengaruh media pada pembentukan opini masyarakat
Pengaruh media pada pembentukan opini masyarakatfebastream
 
Menjadi Jurnalis Muslim
Menjadi Jurnalis MuslimMenjadi Jurnalis Muslim
Menjadi Jurnalis MuslimOleh Solihin
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theoryelsatamara
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theorymankoma2012
 
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita BerkalaPENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita BerkalaDiana Amelia Bagti
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theorymankoma2012
 
Komunikasi massa, budaya, dan literasi media
Komunikasi massa, budaya, dan literasi mediaKomunikasi massa, budaya, dan literasi media
Komunikasi massa, budaya, dan literasi mediaRizky Kertanegara
 
Ikatan Pers Mahasiswa Bentuk Karakteristik Jurnalisme
Ikatan Pers Mahasiswa Bentuk Karakteristik JurnalismeIkatan Pers Mahasiswa Bentuk Karakteristik Jurnalisme
Ikatan Pers Mahasiswa Bentuk Karakteristik JurnalismeRadyastuti
 
teknik menulis artikel website
teknik menulis artikel websiteteknik menulis artikel website
teknik menulis artikel websiteBoiHariyadi
 
pert 11 humas.pptxsefrduhtrFJFGDhtrsrthGFD124
pert 11 humas.pptxsefrduhtrFJFGDhtrsrthGFD124pert 11 humas.pptxsefrduhtrFJFGDhtrsrthGFD124
pert 11 humas.pptxsefrduhtrFJFGDhtrsrthGFD124YuliaIya1
 
2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relationsblade_net
 
Makalah workshop bandung
Makalah workshop bandungMakalah workshop bandung
Makalah workshop bandungmistertipr
 

Similar to Media Profesional Latar Belakang dan Konten (20)

Pengaruh media pada pembentukan opini masyarakat
Pengaruh media pada pembentukan opini masyarakatPengaruh media pada pembentukan opini masyarakat
Pengaruh media pada pembentukan opini masyarakat
 
Menjadi Jurnalis Muslim
Menjadi Jurnalis MuslimMenjadi Jurnalis Muslim
Menjadi Jurnalis Muslim
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theory
 
Jurnalisme.pptx
Jurnalisme.pptxJurnalisme.pptx
Jurnalisme.pptx
 
Menjadi Jurnalis
Menjadi JurnalisMenjadi Jurnalis
Menjadi Jurnalis
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theory
 
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita BerkalaPENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theory
 
Komunikasi massa, budaya, dan literasi media
Komunikasi massa, budaya, dan literasi mediaKomunikasi massa, budaya, dan literasi media
Komunikasi massa, budaya, dan literasi media
 
Pelaku dan Pesan Kampanye
Pelaku dan Pesan KampanyePelaku dan Pesan Kampanye
Pelaku dan Pesan Kampanye
 
Pelaku dan Pesan Kampanye
Pelaku dan Pesan KampanyePelaku dan Pesan Kampanye
Pelaku dan Pesan Kampanye
 
Agenda setting
Agenda settingAgenda setting
Agenda setting
 
Ikatan Pers Mahasiswa Bentuk Karakteristik Jurnalisme
Ikatan Pers Mahasiswa Bentuk Karakteristik JurnalismeIkatan Pers Mahasiswa Bentuk Karakteristik Jurnalisme
Ikatan Pers Mahasiswa Bentuk Karakteristik Jurnalisme
 
teknik menulis artikel website
teknik menulis artikel websiteteknik menulis artikel website
teknik menulis artikel website
 
pert 11 humas.pptxsefrduhtrFJFGDhtrsrthGFD124
pert 11 humas.pptxsefrduhtrFJFGDhtrsrthGFD124pert 11 humas.pptxsefrduhtrFJFGDhtrsrthGFD124
pert 11 humas.pptxsefrduhtrFJFGDhtrsrthGFD124
 
Mengapa Media Berperan Penting Tingkatkan Literasi Keuangan
Mengapa Media Berperan Penting Tingkatkan Literasi KeuanganMengapa Media Berperan Penting Tingkatkan Literasi Keuangan
Mengapa Media Berperan Penting Tingkatkan Literasi Keuangan
 
2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations2. evolusi dan sejarah public relations
2. evolusi dan sejarah public relations
 
Makalah workshop bandung
Makalah workshop bandungMakalah workshop bandung
Makalah workshop bandung
 
Press release 3 okt (yuti)
Press release 3 okt (yuti)Press release 3 okt (yuti)
Press release 3 okt (yuti)
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 

More from Diana Amelia Bagti

KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi SosialKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi SosialDiana Amelia Bagti
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderDiana Amelia Bagti
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan JurnalistikKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan JurnalistikDiana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & MediaILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & MediaDiana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)Diana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)Diana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)Diana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur KreatifCREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur KreatifDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking SkillsCREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking SkillsDiana Amelia Bagti
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar TensesCREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar TensesDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)Diana Amelia Bagti
 
CRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & JournalismCRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & JournalismDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical ThinkingCREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical ThinkingDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - CreativityCREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - CreativityDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)Diana Amelia Bagti
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)Diana Amelia Bagti
 

More from Diana Amelia Bagti (20)

KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi SosialKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan JurnalistikKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
 
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & MediaILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
 
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
 
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur KreatifCREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
 
CREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking SkillsCREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking Skills
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
 
CREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar TensesCREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar Tenses
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
 
CRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & JournalismCRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & Journalism
 
CREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical ThinkingCREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical Thinking
 
CREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - CreativityCREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - Creativity
 
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 

Media Profesional Latar Belakang dan Konten

  • 1. PENGARUH SIKAP JURNALIS TERHADAP BERITA Judul Buku : “Mediating the Message” Judul Chapter : “Influences on Content From Individual Media Workers” Pengaruh Konten dari Pekerja Media Halaman : 53-81 Pengarang : Pamela Shoemaker and Stephen Reese Penerbit : Longman Publishing Group Tahun Terbit : 1991 Jumlah pekerjaan Jurnalis meningkat lebih dari 60 persen antara tahun 1971 dan 1982, ketika jumlah pekerjaan berita dipaksa di Koran harian dan mingguan, majalah berita, televisi, radio dan pelayanan berita yang terhitung menjadi 112.072 oleh Weaver dan Wilhoit. Faktanya, pengeluaran untuk pekerjaan Komunikasi pada umumnya bagus.: Pekerjaan untuk para Komunikator diperkirakan akan naik lebih cepat dari rata –rata selama tahun 2000 (Badan Statistik , 1988). Menggunakan kategori yang berbeda dari Weaver dan Wilhoit, Lembaga Statistik Amerika pada tahun 1986 mentargetkan jumlah orang yang terikat di pekerjaan komunikasi, Full time, paruh waktu, atau freelance:  75.000 wartawan dan koresponden, 70 persen bekerja untuk Koran.  214.000 penulis dan editor, hampir 40 persen yang bekerja untuk Koran, majalah, dan penerbit buku.  61.000 penyiar radio dan televisi dan pembawa berita.  87.000 spesialis Hubungan Masyarakat.  323.000 marketing, periklanan, manajer Hubungan Masyarakat  109.000 Fotografer dan operator kamera, separuhnya bekerja sendiri.  73.000 aktor, sutradara dan produser.
  • 2. Pengaruh yang potensial pada konten media massa dari faktor dalam pekerja komunikasi. Pertama, kita melihat karakteristik dari komunikator dan sifat mereka dan latar belakang professional mereka untuk melihat bagaimana, contohnya, pendidikan Jurnalis akan mempengaruhi beritanya. Kedua kami mempertimbangkan pengaruh dari etika komunikator , sifat, dan kepercayaannya, etika tersebut yang dipegang oleh komunikator sebagai hasil dari latar belakang mereka atau pengalaman pribadi contohnya etika berpolitik atau kepercayaannya. Ketiga kami menyelidiki orientasi seseorang dan konsep peran yang komunikator pegang paling tidak bagian dari fungsi menjadi tersosialisasi pada pekerjaan mereka, contohnya meski jurnalis mengharuskan dirinya netral terhadap suatu acara atau sebagai peserta yang aktif di semua berita. EVOLUSI DARI KARIR SI KOMUNIKATOR Jurnalis selalu menjadi karir yang sangat yang mudah di dapat. Tidak ada izin maupun tes, anda bahkan tidak perlu gelar sarjana Jurnalis. Karena kebanyakan orang berfikir bahwa mereka semua akan menghasilkan karya Jurnalis yang bagus. Hasilnya bahwa banyak orang mencoba pekerjaan Jurnalis sebagai pekerjaan pertama dan pindah ke lainnya. Gaji yang rendah dan keuntungan adalah alasan untuk meninggalkan dunia Jurnalis (Weaver & Wilhoit, 1986a, pp. 38-39). Beberapa kali Jurnalis hanya bosan dan terbakar oleh repetisi alami dari pekerjaan itu (bukan berita pemilihan lain tentang pendukungan kandidat!) atau dari kritikan yang selalu menemani peran Jurnalis sebagai peneliti pasif dari sebuah kejadian : David Wise, mantan Kepala harian New York Herald Tribune, berkata bila “reporter menghabiskan banyak waktu duduk di sekitar koridor menunggu perkembangan dalam untuk mengatakan pada mereka apa yang terjadi” (Hess, 1981, hal. 123). Ada jumlah yang pas dari pergerakan antara Jurnalis dan pekerjaan komunikasi massa lainnya. Beberapa Jurnalis meninggalkan pekerjaan mengumpulkan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis di televisi dan produser.
  • 3. PENDIDIKAN DARI KOMUNIKATOR Aspek lain dari latar belakang komunikator adalah jumlah dan tipe pendidikan yang mereka punya. Departemen Komunikasi sudah disebarkan di Universitas yang berbeda-beda bidang kejurnalisannya, komunikasi massa, film radi dan televisi, komunikasi verbal, periklanan, komunikasi seni, komunikasi sains. Awal dari pendidikan Jurnalisme pada tahu 1869 pada saat singkatnya program Jurnalis (Dennis, 1988, hal. 10-11). Sekarang lebih dari 340 universitas memberikan gelar sarjana di bidang Jurnalis dan Komunikasi Massa. Dan program ini berlanjut berkembang. Pada tahun 1985 lebih dari 20.000 sarjana diberi penghargaan pada bidang Jurnalisme dan Komunikasi Massa lebih dari 6 kali diberi penghargaan 20 tahun terakhir. Survei pada tahun 1987 mengenai fakultas Komunikasi Massa dari 4 tahun dan program pascasarjana menunjukkan bahwa 98 persen memiliki pengalaman di bidang media professional selama kira-kira 9 tahun. Meskipun fakultas menyediakan gelar Ph.Dtapi mempunyai pengalaman professional yang kurang dibandingkan fakultas yang lain, pengalaman media dari gelar Ph.D. masih rata-rata lebih dari 6 tahun. Itu bukan hal yang mengejutkan, lalu, Fakultas Komunikasi Massa sama dengan pekerjaan Jurnalis dari berbagai sisi, termasuk distribusi geografis, budaya dan agama. EFEK LATAR BELAKANG PROFESIONAL MEDIA PADA KONTEN Ya, untuk mengatakan bahwa pengaruh pada konten tidak termasuk pengaruh yang negatif. Pendidikan Jurnalis lebih baik daripada kebanyakan orang Amerika. Mereka menulis lebih baik daripada kebanyakan orang Amerika. Apakah perbedaan itu negatif? Apakah dunia kan menjadi tempat yang lebih baik bila para Jurnalis sedikit mengandung sastra atau memilih yang lebih tidak berpendidikan? Masih, ada kecenderungan latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia. keluarga kita, sekolah kita, dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kami, harapan dan impian. Ini tidak berbeda proses untuk para profesional komunikasi bagi konstruksi pekerja, dokter atau pekerja sosial.
  • 4. SIKAP PRIBADI, NILAI-NIAI DAN KEYAKINAN Peran bahwa komunikasi massa adalah politik liberal, anti-agama, dan tidak seperti “Kebanyakan orang Amerika” menjadi hal yang umum beberapa tahun terakhir. Permasalahan etika Komunikasi Massa dan nilai nilainya berdasarkan asumsi bahwa sikap Jurnalis mempengaruhi beritanya. PERAN PROFESIONAL Apakah Jurnalisme itu adalah suatu pekerjaan? Jawabannya berdasarkan dimana anda menempatkan kriterianya. Jurnalisme tidak sesuai kriteria profesionalisme. Meski kebanyakan Jurnalis bekerja sepanjang waktu, mereka berkomitmen pada pekerjaannya dan menunjukkan pelayanan bantuan masyarakat, tidak ada mekanisme untuk menegakkan standar professional atau untuk menuruti pendidikan formal. Dan otonomi Jurnalis terbatas oleh kendala organisasi. BENINDA RAHMADHANY 01312143498
  • 5. Judul buku : Mediating the Massage: Theories of Influences of Mass Media Content Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers (Pengaruh media Konten dari pekerja Individu) Halaman : 53 - 81 Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese Penerbit : Longman Publishing Group Tahun Terbit : 1991 Dalam bab ini kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor- faktor yang intrinsik pada pekerja yang berbasis komunikasi. Pertama, kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar belakang pribadi dan profesional mereka juga melihat bagaimana, misalnya, pendidikan wartawan dapat mempengaruhi kisah mereka. Kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari komunikator, sikap personal, nilai-nilai, dan keyakinan. Ketiga, kami menyelidiki orientasi profesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya sebagian sebagai fungsi yang disosialisasikan kepada pekerjaan mereka. Latar belakang dan Karakteristik Sekarang ini, keberadaan wanita sungguh banyak di bumi. Itu membuat banyaknya peluang di lapangan pekerjaan, terutama di media penyiaran. Meskipun ini merupakan peluang yang selalu meningkat bagi perempuan, persentase perempuan dalam pekerjaan jurnalistik masih tertinggal. persentase perempuan dalam angkatan Tenaga Kerja AS hampir 43 persen pada tahun 1981. Sebagai peningkatan jumlah mereka, perempuan juga sudah mulai membuat terobosan ke manajemen media. Karena lebih banyak perempuan bekerja di jurnalisme, perbedaan gaji yang besar diamati pada tahun 1970 oleh Jognstone adalah penyempitan substansial.
  • 6. Evolusi communicaton Pemilik Jurnalisme selalu menjadi karir yang relatif mudah untuk masuk ke - tidak ada lisensi atau tes yang diperlukan, Anda tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. Omset ini membuat karir jurnalistik terutama orang muda. Kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang dan penemuan membuat seorang wartawan yang baik. Beberapa wartawan meninggalkan pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi. Pendidikan dari Komunikator Sekarang ini sebagian besar profesional media memiliki gelar. Dalam penilaian ini "sekolah jurnalisme teladan, Footlick (1988) menulis bahwa wartawan yang baik harus" tahu lebih sedikit tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan sejarah seni. Kebanyakan departemen komunikasi massa diselenggarakan menurut media, dalam editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, PR, atau iklan "urutan". Pengaruh Media Profesional Backgrounds Media Konten Wartawan lebih terdidik daripada rata-rata. Namun, ada kecenderungan untuk latar belakang kita juga mempengaruhi bagaimana melihat dunia. Tapi seberapa kuat pengaruh? Weaver dan Wilhoit mengatakan bahwa efek dari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat pentingnya rutinitas organisasi dan kendala (1986). Oleh karena itu, mungkin dari meningkatnya jumlah perempuan dan minoritas dalam media massa tidak akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam konten media pendidikan, sosialisasi, dan kendala organisasi dapat meniadakan perbedaan yang paling individual antara komunikator. Seperti dalam semua karir, populasi profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "sukarelawan untuk menjadi seorang jurnalis; Anda tidak disusun - dan orang-orang yang memilih karir yang sama cenderung memiliki karakteristik yang sama. PERSONAL, SIKAP, NILAI, DAN KEYAKINAN Nilai Pribadi dan Keyakinan Kami Jurnalis (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya percaya terhadap apa yang disebut "ibu" nilai - mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran ekonomi; mereka menentang kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979). Selain itu, untuk nilai-nilai dasar ini berurusan dengan kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga memegang nilai-nilai yang lebih khas dari gerakan progresif Amerika pada awal abad ke-20.
  • 7. Demokrasi Altrustic adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian besar wartawan keyakinan bahwa berita harus "Ikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan publik" (1979). Sikap Politik Pribadi Jadi betapa liberal wartawan? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika - perbedaan yang telah dikaitkan dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada liberal kebanyakan orang Amerika. Sebuah pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme, namun. Sedangkan mahasiswa tahun 1960-an dan awal 1970-an cenderung moe liberal dari orang tua mereka, mahasiswa di tahun 1980-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih konservatif. Entah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang wartawan yang secara politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal terhadap hal ini: Dalam studinya tentang "elit" Washington korps pers, Hess (1981) menemukan bahwa, meskipun Washington Jurnalis juga melihat korps berita memiliki bias liberal, mereka menilai diri mereka sebagai lebih konservatif dibandingkan gambar ini. Hess menyimpulkan bahwa elit Washington wartawan lebih apolitis dari tekan kritikus menyiratkan. Orientasi Agama Pribadi Erat dengan argumen tentang wartawan orientasi politik adalah sejauh mana wartawan atau menentang Christanity, Yudaisme, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan tha meskipun jurnalisme adalah humanisme Kristen dan panteisme (dan telah) meninggalkan warisan Kristen mereka. PERAN PROFESIONAL DAN ETIKA Sebagai jurnalis muda membaca surat kabar mereka bekerja atau menonton newcasts stasiun televisi mereka, mereka belajar banyak tentang norma-norma masyarakat dan bagaimana wartawan menutupi kontroversi. Breed menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau penerbit / manager jarang. Karyawan baru leaen "oleh osmosis", misalnya dengan mendengarkan atasan mereka membahas pro dan kontra dari berbagai berita. Informasi kebijakan dilakukan tidak hanya oleh apa yang eksekutif mengatakan, tetapi juga oleh apa yang tidak mereka katakan.
  • 8. Peran Profesional Apakah Jurnalisme profesi? Jawabannya tergantung pada set kriteria yang Anda gunakan. Satu mendefinisikan profesi sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut: waktu pekerjaan penuh, praktisi sangat berkomitmen untuk tujuan profesi, masuk ke dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh sebuah organisasi formal yang menetapkan standar profesional, praktisi mengaku profesi fllowing ditentukan sekolah formal dan akuisisi tubuh khusus pengetahuan, melayani masyarakat, dan memiliki otonomi tingkat tinggi. Peran Etika Wartawan keyakinan tentang apa yang etis dapat memberikan pengaruh nyata pada konten media. Meskipun jurnalisme secara keseluruhan tidak memiliki kode etik ditegakkan, ini memiliki standar yang diterbitkan mengatur bagaimana staf mereka harus beroperasi. Untuk akhir, kami menyatakan penerimaan standar praktek di sini ditetapkan; tanggung jawab, Kebebasan Pers, Etika, Akurasi dan Objektivitas, Fair Play, dan saling percaya. Peran penilaian etis lebih mudah untuk menilai. Apakah keputusan untuk menerbitkan foto tertentu didasarkan pada kode etik yang diterbitkan atau keputusan pribadi individu, keputusan memiliki efek nyata pada media content.more menarik, namun situasi ketika standar etika dapat berbenturan dengan satu sama lain atau dengan nilai-nilai, seperti kesopanan publik, menghormati konvensi, dan ketertiban. Valentina S. Sitorus 013 12 143 494
  • 9. Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influences of Mass Media Content Judul Chapter : Beyond Proceses and Effect Halaman : 8 – 22 Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese Penerbit : Longman Publishing Group Tahun Terbit : 1991 Bab 2 : MELAMPAU PROSES DAN EFEK Kebanyakan buku teori komunikasi massa berkonsentrasi pada proses di mana pesan diterima dan dipahami oleh penonton, dan pada efek bahwa pesan tersebut dapat menghasilkan. Dalam kedua kasus, pesan itu sendiri, dalam hal ilmu sosial, variabel independen, atau penyebab. pengaruh pesan kemudian dianggap sebagai variabel dependen tergantung, yaitu, pada paparan konten. Buku ini mendefinisikan pesan itu sendiri sebagai variabel dependen. kami berpendapat bahwa pesan, atau konten media, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik di dalam maupun di luar organisasi media. TRADISIONAL FOKUS KOMUNIKASI PENELITIAN Tingkat Analisis Tingkat analisis dalam penelitian komunikasi dianggap dalam menentukan tingkatan. Mulai dari mikro hingga makro, dari unit terkecil suatu system hingga unit terbesar suatu system. Studi tingkat mikro meneliti komunikasi sebagai suatu kegiatan yang terlibat dalam dan mempengaruhi orang-orang individu. Studi tingkat makro mengkaji struktur sosial di luar kendali setiap individu jaringan sosial, organisasi dan budaya. Ini fungsi tingkat sejauh menentukan, dengan apa yang terjadi pada tingkat yang lebih tinggi. Apa yang Dipelajari? Menurut Harold Lasswell (1948) Cara paling awal dan paling sering dikutip menggambarkan proses komunikasi disarankan. Yang mengusulkan kerangka kerja ini: Siapa Mengatakan apa Melalui media apa Kepada siapa Apa efeknya Studi komunikasi massa telah meneliti semua elemen ini komunikator (yang), isi media (mengatakan apa), medium (yang saluran pikir), penonton (kepada siapa), dan efeknya (dengan
  • 10. efek apa) tetapi kebanyakan penelitian telah terkonsentrasi pada dua elemen terakhir, penonton, dan efek. Jika kita menggunakan teori Lasswell dan faktor ke tingkat dimensi analisis itu. Dapat membangun sebuah matriks di mana untuk menemukan studi komunikasi tahun terakhir. Siapa (Komunikator) Mengatakan Apa Melalui Media Apa Kepada Siapa (Pendengar) Dengan Apa Efeknya (Efek) Mikro / Individual  Rayuan Tidak Bersalah (1940)  Analisi Isi Kekerasan dan Media (1969)  Televisi dan Perilaku Sosial. Konten dan Kontrol Media. (1971)  Studi Pendanaan, Gerak Gambar, pada Kaum Muda  Invasi Dari Mars (1940)  Pilihan Rakyat (1946)  Pengaruh Pribadi (1955)  Televisi Dalam Kehidupan Anak-Anak Kita (1961)  Kekerasan dan Survei Penonton Media (1969)  Tv & Perilaku Sosial (1971) - Tv Di Kehidupan Sehari- Hari  Eksperimen Hovland Dalam Komunikasi Massa  Komunikasi dan Persuasi  Televisi dan Perilaku Sosial - Televisi dan Pembelajaran Sosial - Televisi dan Remaja Sikap Agresif Makro / Sistem Sosial  Aliran Sistem Informasi (1948)  Fungsi Pengaturan Agenda Media Massa (1972) Dengan masalah masyarakat luas, mereka melakukan di tingkat individu analisis, dan kami menggunakan variabel pengukuran sebenarnya yang digunakan dalam studi, bukan tingkat teori untuk menemukan mereka pada matriks kami. Hanya tiga dari studi ini meneliti konten media dengan cara apapun, dan tidak ada yang ditujukan semata-mata untuk komunikator.
  • 11. Pelajaran Utama Komunikasi Pada isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi ada tiga studi tentang konten media. Frederic Wertham adalah rayuan yang tidak bersalah menyebabkan keributan publik cukup dengan menghubungkan analisis konten seksual dan kekerasan dalam buku komik dengan asumsi bahwa konten tersebut negatif akan mempengaruhi pembaca, bahkan sampai menyebabkan peningkatan kenakalan remaja. Pada penonton. Sebagian besar "tonggak" Studi jatuh ke dalam "kepada siapa" kategori. Tujuan dari studi ini meliputi pengukuran konten film dan komposisi penonton, dengan tujuan utama untuk menentukan bagaimana film mempengaruhi anak-anak, penelitian yang dihasilkan menjembatani "penonton" dan "efek" kategori, dan penulis menyimpulkan bahwa sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film. Pada efek. Keadilan studi efek yang terkenal adalah yang dilakukan kepada tentara Amerika oleh psikolog Carl Hovland selama Perang Dunia II, yang isinya berupa sistematis bervariasi untuk menentukan pesan yang paling persuasif. Meskipun komponen lain di dalam uraian Lasswell tentang proses komunikasi yang termasuk kedalam penelitian ini (seperti kredibilitas komunikator dan struktur argumen dalam pesan), yang menarik hanya efek yang mereka hasilkan. Studi kemudian oleh Hovland dipadatkan tempat utama efek persuasi dalam penelitian komunikasi (Hovland, Janis & Kelley. 1953). Dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai landmark, dapat dilihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah menuju individu atau mikro. Tingkat dan arah fokus pada penonton dan efek pada penonton itu. Bila konten telah dipelajari, itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang dampak potensial dan bukan tentang orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya. Buku Pelajaran Sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir untuk membuat titik kita dengan cara lain. Kebanyakan mahasiswa telah memiliki banyak pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan dengan merangkum segudang studi. Buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan atau paradigma. Kita bisa, karena itu, mendapatkan membaca cepat bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan berkonsultasi buku teks popular. Kedua teks memulai mengenai sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian menunjukkan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. Hanya 6 persen dari buku ini mencakup komunikator dan lingkungan mereka. Satu bagian mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang terakhir ini dikhususkan untuk persepsi penonton konten media. Sekitar 15 persen dari buku terdiri dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi. Kenapa berfokus kepada tradisional?
  • 12. Fokus teori komunikasi kepada tradisional berada kepada siapa dan apa efeknya, dan tingkat analisis yang berlaku kepada individu atau mikro. Konteks Ilmu Sosial Jurnalis dan ilmu sosial adalah system pengumpulan yang kedua nya memiliki banyak kesamaan. Keduanya adalah kegiatan yang mencoba mewakili kebenaran di dunia, keduanya membuat klaim objektivitas dan belum baik penyampaiannya kepada pandangan realitas yang terbatas. Tidak ada yang dapat dipahami terlepas dari budaya yang memproduksi dan mendukung budaya tersebut. Rutinitas seperti ini membantu akurasi wartawan pada klaim objektifitas dan klaim kendala ilmiah yang di teliti lalu di validasi. Sumber data wartawan dari hasil wawancaranya adalah yang dapat dipercaya, gaya bicara narasumber, dan menghindari pendapat terbuka. Apabila iluwan sosial menggunakan metode yang mengundang duplikasi. Dalam setiap kasus, karya dari setiap pihak dapat dipertahankan karena prosedur yang pernah diikuti dari berbagai professional. Mereka terpanggil untuk mempertahankan bagaimanapun pekerjaannya, dan tidak berarti semua kegiatan itu benar. Sebagai system pengumpulan informasi, jurnalis dan ilmuan sosial memiliki bias tersendiri. Paradigma didasarkan oleh keyakinan pada kebersamaan, tetapi hasilnya terkadang diremehkan. Fakta bahwa keyakinan, harapan, dan perubahan itu tidak hanya dari waktu ke waktu, tetapi dari satu lingkungan budaya yang lain. Sebagai konsumen berita, kita terbiasa dengan rutinitas paradigma jurnalistik. Informasi yang kita nikmati sebenarnya telah disaring pada beberapa tingkatan. Pengetahuan ilmiah, terutama dibidang sosial juga disaring. Ilmu sosial dalam jurnalis, jawaban yang kita temukan tergantung pada pertanyaan yang diajukan. Disisa bab ini, akan dibahas bagaimana factor-faktor sosial seperti norma-norma budaya yang telah mempengaruhi dan bagaimana para ilmuwan mempelajarinya. Dan juga akan mengidentifikasi beberapa penonton dan efek penekanan matriks. Fokus pada individu Tiga bias budaya Amerika pada penelitian komunikasi massa yaitu budaya, metodologis, dan teoritis. Individual sebagai bias budaya. Hadiah individual atas kolektif, pada budaya kita yang menekankan pada individualisme dan cenderung terlihat baik pada orang-orang yang bergantung pada orang lain, contohnya kesejahteraan orang pada masyarakat kolektif. Tetapi nuansa negative pada konteks ini adalah individualisme, walaupun dapat membantu pekerjaan dalam masyarakat lebih lancar. Sedangkan individu yang ideal adalah mandiri, mengaktualisasikan diri, dan otonom. Sedangkan orang yang bergantung dianggap lemah dan psikologis terbelakang. Individualisme sebagai bias metodologi. Metode yang dikembangkan adalah untuk mempelajari perilaku individu dan pekerjaannya terhadap studi strktur sosial yang besar. Teknik statis dipergunakan untuk menganalisis data yang seringkali didasari pada survey responden individu. Sehingga setiap orang menjadi kasus nya sendiri dan menjadi unit analisis.
  • 13. Individualisme sebagai bias teoritis. Teori yang lebih mudah mengenai hal-hal yang dapat diukur. Akibatnya, bias metodologis telah mendorong perkembangan teorii tingkat mikro. Mmelainkan pembangunan teori yang rumit memiliki banyak penyebab. Ini mungkin tampak seperti minor semantik bagaimana perilaku ditafsirkan, tapi seperti perbedaan kecil yang membuat perbedaan besar dalam bagaimana kita melihat dan menafsirkan dunia sosial. Individu berpusat pada warna budaya yang cara mencarinya dilakukan dalam budaya tersebut, dan kita harus menyadari bahwa warna yang untuk dihinari pada kekeliruan umum. Yaitu, perlu dipahami bahwa kita dapat dan mengukur periaku individu dan harus yakin bahwa pada tingkat individu merupakan satu-satunya penyebab perilaku individu. Fokus pada Penonton dan Efek Setelah mengidentifikasi beberapa alasan umum pada matriks ditingkat mikro atau individu, dan identifikasi berikutnya yaitu beberapa factor yang cenderung membatasi topik penelitian dalam teori komunikasi peneitian. Kekeliruan ilmu sosial. Komunikasi massa meneliti dengan ilmu sosial lainnya sejauh mana ia telah gagal untuk memeriksa secara kritis system disekitar yang sedang dikembangkan. Birokrasi kelembagaan awal. Lebih dari ilmu-ilmu sosial lainnya, sarjana komunikasi massa dan lembaga-lembaga belajar saling erat dalam berhubungan. Kekhawatiran akademik terkadang terjadi pada orang-orang dari lembaga media besar dan sejarah awal penelitian komunikasi tidak terlepas dari sejarah media massa. Hubungan saat ini. Organisasi media terus memberikan tempat bagi para sarjana untuk melakukan penelitian dan professional media terus melayani di dewan perguruan tinggi. Banyak professional di departemen studi komunikasi menyadari dirinya dibawah serangan dari para professional organisasi media untuk tidak melakukan studi lebih berguna dari masalah-masalah praktis. Ilmu sosial lainnya seperti sosiologi atau psikologi juga mengandalkan tempat eksternal untuk dana penelitian, tetapi mereka tidak memiliki link komunikasi profesional yang tidak memberikan tempat konsistuen terkonsentrasi. Ringkasan Berbagai factor telah bergabung pada condong penelitian komunikasi dalam matriks kepada pendekatan tingkat individu atau makro, dan pertanyaan dari khalayak dan berefek kepada media. Pada bab ini memberikan kerangka untuk memahami keadaan tersebut, dan memfasilitasinya. Teori dan penelitian setelah semuanya tidak ada dalam ruang hampa, dan semua itu adalah kegiatan manusia yang dibentuk oleh kekuatan budaya yang sama untuk mempengaruhi kegiatan manusia lainnya. Rista Tri Darisman 01312143512
  • 14. PENGARUH JURNALIS TERHADAP KONTEN MEDIA Judul Buku : Mediating the Message : Theories of Influences of Mass Media Content Judul Chapter : Influences on Content From Individual Media Workers Halaman : ...................................... Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese Penerbit : Longman Publishin Group Tahun Terbit : 1991 Banyak masyarakat yang kurang menyukai media massa dikarenakan sering menunjukkan berita – berita berbau negatif dan mengekspresikan kebebasan palsu. Contohnya film dan program – program televisi yang sering mengungkit masalah – masalah seks , kekerasan , atau mungkin kisah - kisah sosial yang tidak begitu penting. Masyarakat biasanya menyalahkan jurnalis , pembuat film , fotografer , iklan , dan praktisi – praktisi relasi publik. Potensi pengaruh konten media massa memiliki beberapa faktor , yakni: 1. Latar belakang objek komunikasi massa ( komunikator ). Contohnya , tingkat pendidikan seorang jurnalis penyiaran mempengaruhi kualitas beritanya. 2. Tingkah laku ( attitude ) objek komunikasi massa ( komunikator ) . tingkah laku penyiar adalah cerminan dari latar belakang dan pengalamanya. Contohnya etika politik dan kepercayaan. 3. Objek komunikasi ( komunikator ) mempertahankan setidaknya sebagian fungsi yang disosialisasikan sebagai profesi mereka . contohnya , jurnalis menganggap dirinya sebagai transmitter yang normal dalam sebuah peristiwa atau sebagai partisipan dalam pengembangan berita. Karakteristik komunikator dan latar belakangnya serta pengalaman tidak hanya membentuk kepribadian dan kualitas komunikator saja . Tetapi juga mengarahkan latar belakang dan pengalaman komunikator lebih baik.
  • 15. Peran dan etik professionalitasan diatas memberikan efek langsung pada konten media massa. Dimana efek tingkah laku dan kualitas konten media massa tidak diarahkan. Salah satu mitos jurnalistik adalah konsep editor media cetak awal sebagai keberanian , kasar- dan-jatuh menerjang batas , dan berani untuk berbicara dalam pertahanan dari orang – orang seperti dirinya. Jurnalisme selalu menjadi professi yang mudah di dapat , tidak perlu izin atau pun test yang berarti , bahkan tidak perlu menjadi lulusan perguruan tinggi di bidang jurnalis. Karena banyak orang berpikir mereka dapat menulis , mereka sering berpikir bahwa mereka adalah seorang jurnalis yang bagus. Maka dari itu , banyak orang mencoba bidang jurnalistik sebagai awal karir mereka sebelum mencoba hal lain. Pendapatan yang rendah menjadi alasan banyak orang meninggalkan karir di bidang jurnalistik. Hal tersebut menyebabkan banyaknya kaum muda yang berkarir di bidang jurnalistik. Kejiwa mudaan selalu berkaitan dengan antusiasme , dan antusiasme akan menciptakan jurnalis yang baik. Banyak reporter televisi terlihat muda dan atraktif dikararenakan antusiasme jiwa muda. Selain itu , antusias yang dimiliki kalangan anak muda di bidang jurnalistik , akan mempengaruhi kualitas berita mereka. Beritanya pasti akan terlihat lebih segar dan mudah dipahami karena mengikuti perkembangan zaman. Jurnalis yang kehilangan jiwa mudanya , antusiasme , atau menginginkan pendapatan yang besar biasanya akan keluar dari professinya sebagai jurnalis. Beberapa jurnalis melepaskan pekerjaan mereka sebagai pencari berita untuk bekerja sebagai penulis naskah dan produser. Seorang jurnalis yang baik harus mengaetahui sedikit tentang banyak hal , dari matematika ke politik luar negeri , dari politik di gedung pengadilan hingga sejarah . jurnalis yang baik memperhatikan banyak hal , belajar dengan cepat , menulis dengan baik , dan menghargai kemampuan tersebut. Junalisme juga menuntut seseorang untuk bekerja dengan mudah beradaptasi. Seseorang yang mudah beradaptasi akan mendapatkan informasi yang dia inginkan dengan cepat pula. Konten berita mendapat pengaruh dari jurnalisnya atau orang yang bekerja di media tersebut. Nama baik seorang figur masyarakat atau sebuah instansi sangat rentan dengan media , buruk baiknya nama mereka adalah tugas jurnalis untuk mengabarkanya di media. Kemudian , media juga merupakan saluran masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah ,
  • 16. mungkin tentang pembangunan jalan , hak yang tidak diberikan , dan lain sebagainya. Apalagi dengan kebebasan bersuara saat ini , jurnalis akan bekerja seperti detektif hanya untuk mendapatkan sebuah peristiwa yang bernilai berita. Kebanyakan jurnalis yang memberikan informasi tidak mengesampingkan urusan pribadinya. Seperti perasaan dan tehnik penyampaian. Alhasil , audience yang mendengarkan atau melihat laporan berita tersebut kurang tertarik. Untuk reporter televisi dituntut untuk menggunakan smiling face ( wajah ceria ) dan untuk radio menggunakan smiling voice ( suara ceria ) namun , juga harus memperhatikan situasi da kondisi di lokasi kejadian. Nah , dibagian ini banyak jurnalis yang keliru sehingga penyampaian beritanya kurang bermakna karena ekspresi wajah , suara , maupun tulisanya tidak mencerminkan situasi dan kondisi berita yang ia laporkan. Sebagai jurnalis muda sudah sebuah kewajiban untuk membaca koran tempat ia bekerja atau menonton program berita di stasiun televisi tempat ia bekerja pula. Mereka belajar banyak tentang norma dan bagaimana reporter meliput sebuah kejadian. Jurnalis adalah sebuah profesi atau hanya sekedar hobi ditentukan oleh cara pandang masyarakat sendiri. Namun , hal yang harus diingat adalah , jurnalis merupakan pekerjaan penuh. Bukan paruh waktu yang dapat dikerjakan oleh kaum mahasiswa dan pelajar. Praktisi – praktisi jurnalistik sangat berkomitmen untuk tujuan profesi ini sesungguhnya. Tujuan mutlak dari tugas jurnalistik adalah mencari , mengolah , dan mengabarkan berita kepada masyakat dengan maksud memberi informasi yang faktual , bukan berdasarkan opini maupun pendapat jurnalis itu sendiri. Kelanjutan profesi jurnalistik diatur oleh organisasi dan membangun standar professional. Kaidah professi jurnalistik sudah diatur dan memiliki standarnya sendiri , oleh karena itu tidak semua kalangan dan lapisan masyarakat dapat menjadi seorang jurnalis baik itu media penyiaran maupun media cetak. Tujuan junalistik adalah untuk pelayanan masyarakat. Masyarakat mendapatkan informasi seputar perkembangan zaman , baik itu perkembangan dibidang teknologi , pendidikan dan kesehatan. Oleh karena jurnalis maka masyarakat berkembang pola pikirnya dan tidak terpaku dengan tradisi lama yang mangurung pribadi dan suara masyarakat. Tapi masyarakat pada umumnya sekarang , kurang menghargai jurnalistik dikarenakan adanya anggapan bahwa jurnalis adalah penyebar isu yang tidak terbukti kebenaranya. Hal itu di buktikan dengan adanya
  • 17. program hiburan di televisi yaitu program berita yang membahas kisah – kisah artis. Padahal , program berita tersebut bukan bagian dari program yang mengandung dan mengikat kaidah jurnalistik. Jurnalis harus mempunyai derajat yang tinggi. Hal ini akan otomasi terjadi ketika seseorang sudah mengambil pekerjaan sebagai jurnalis. Ia akan dipandang sebagai seseorang yang berkelas. Contohnya , jurnalis televisi yang mengenakan seragam tempat ia bekerja akan dipandang oleh masyrakat yang melihatnya sebagai seseorang yang memiliki hak istimewa. Ada beberapa hal yang harus dipen=gang erat oleh jurnalis , yaitu , tanggung jawab , kebebasan bersuara dan mengabarkan , etika jurnalistik , ketepatan dan objek berita , tidak mengenal curang , dan kepercayaan. Edika Ipelona 013 12 143 501 1 Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi Manajemen Berita, Jurusan Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014 dengan Dosen Pengampu Darmanto.