1. 1
BAB 1
LATAR BELAKANG
1.1 Fakta tentang Media
Media dan sekolah merupakan wadah paling efektif dalam menyampaikan
informasi dan mengedukasi masyarakat. Fakta membuktikan masyarakat lebih
banyak mendapatkan informasi dari media. Sekolah juga merupakan tempat
terstrategis bagi masyarakat, khususnya siswa untuk menimba ilmu dan
pengetahuan.
Survei global Edelman Trust Barometer terhadap 21 negara pada 2014
mendapati tingkat kepercayaan publik terhadap media lebih tinggi dibandingkan
tingkat kepercayaan terhadap pemerintah. Tingkat kepercayaan publik terhadap
media mencapai 52 persen, terhadap pemerintah hanya 44 persen, bisnis 58
persen, dan LSM 64 persen.
Dibandingkan dengan dunia, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia
terhadap media jauh lebih tinggi. Tahun 2014, tingkat keyakinan terhadap media
78 persen, meningkat dari 77 persen pada 2013. Angka ini sangat fantastis bila
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia (59 persen) dan
Singapura (70 persen).
Riset tersebut juga mendapati level kepercayaan masyarakat terhadap
sumber informasi dari online search engines sama tingginya dengan media
tradisional yaitu masing-masing 65 persen, hybrid media 54 persen, dan sosial
media 47 persen. Sebagai sumber informasi bisnis, masyarakat ternyata
mengandalkan online search 30 persen, koran26 persen, televisi 21 persen.
1.2 Fakta tentang Sekolah
Begitu juga dengan pengaruh sekolah terhadap penyampaian informasi
dan edukasi, khususnya kepada anak taman kanak-kanak hingga mahasiswa.
Dengan jumlah jam yang tersita banyak di sekolah, misalkan anak TK minimal
berada di sekolah 4 jam, sangat memungkinkan bagi anak sekaligus orangtua
mendapatkan informasi luas dari sekolah.
Sekolah merupakan tempat umum, gudang informasi bagi para
masyarakat. Tempat bagi banyak anak dan para orang tua serta para pendidik
membahas berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan dan manfaat
pendidikan. Lokasi pertemuan antara guru dengan para orang tua menyalurkan
tips bagi anak. Lagipula, Survei Edelman Trust Barometer mengakui bahwa
kepercayaan masyarakat terhadap para akademisi tinggi.
Media dan sekolah berperan penting dalam menunjang tingkat literasi
keuangan masyarakat melalui edukasi keuangan. Edukasi keuangan adalah cara
2. 2
terampuh bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat terhadap akses produk dan jasa keuangan. Akan tetapi, hingga kini
fungsi keduanya belum maksimal. Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai hal.
1.3 Penyebab
Sebuah grup pengamat media di Amerika melansir siaran berita di media
cetak, online atau televisi didominasi berita kriminal, mencakup 26,9 persen jam
tayang. Setelah berita kriminal liputan tentang bencana, seperti kebakaran,
tabrakan mobil, banjir, peledakan 12,2 persen, dilanjutkan dengan berita olahraga
11,4 persen. Setelah itu ada liputan kesehatan 10,1 persen, pemerintah 8,7 persen,
dan ekonomi 8,5 persen. Topik-topik seperti pendidikan, lingkungan hidup, seni,
dan sains hanya 1,3 hingga 3,6 persen.
Meskipun berita tentang ekonomi dan keuangan mencapai 8,5 persen dari
total pemberitaan di media, berita terbanyak disoroti adalah sentimen pasar dan
kabar negatif seperti investasi bodong, yang justru tidak berkolerasi positif bagi
tingkat partisipasi masyarakat terhadap penggunaan industri jasa keuangan.
Padahal, melalui konten, media ampuh dalam menyajikan informasi dan
mengedukasi bahkan mempersuasi serta membangkitkan partipasi publik. Media
merupakan penggerak ide perubahan. Hanya saja, edukasi literasi keuangan
kepada masyarakat tidak mendapat tempat utama dalam pemberitaan di media
begitu juga pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan wawancara dengan para murid di berbagai sekolah dan
kampus, didapati pelajaran Ekonomi dan Keuangan dianggap kurang menarik dan
belum memiliki dampak yang signifikan akibat metode pengajaran, media
pembelajaran atau bahkan ketidaksesuaian antara apa yang diajarkan para tenaga
pendidik dengan fakta yang tengah terjadi. Melek finansial belum menjadi topik
penting dalam pelajaran Ekonomi, bahkan anak jurusan Ekonomi di Perguruan
Tinggi sekalipun ada yang tidak paham cara membuka akun ke bank.
Padahal, jumlah media massa dan sekolah atau kampus di Indonesia
terbilang sangat besar. Sebagai contoh, di Sumatera Utara, terdapat 77 perusahaan
pers baik yang menerbitkan berita harian maupun mingguan, belum termasuk
sejumlah media online lainnya, yang angkanya dapat menembus lebih dari 100.
Belum lagi dihitung media internal milik sekolah ataupun kampus. Perhitungan
kasar jika dalam sebuah provinsi terdapat 100 perusahaan pers maka di 34
provinsi Indonesia terdapat minimal 3.400 perusahaan pers. Begitu juga dengan
guru, jumlah guru sangat besar. Jika media tidak dapat menjangkau masyarakat di
daerah tertinggal, peran pendidik dapat dimaksimalkan.
1.4 Keterbatasan Pengetahuan
Hingga kini peran wartawan media dan guru sekolah belum terasa
maksimal. Dalam penelitian ini penulis mendapati banyak jurnalis dan guru
3. 3
ternyata tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang
keuangan dan beberapa hal yang menyangkut dengan produk dan jasa industri jasa
keuangan. Akibatnya, mereka tidak mengerti dan sulit untuk menyampaikan
informasi penting kepada masyarakat.
Bagi sebagian besar wartawan, hal itu disebabkan beragam faktor.
Pertama, pemindahan liputan menyebabkan mereka yang memasuki pos baru di
bidang ekonomi dan keuangan gagap dalam menyampaikan informasi, khususnya
informasi terkini mengingat perkembangan industri jasa keuangan sangat cepat
berubah. Kedua, wartawan yang membidangi ekonomi tidak selalu
berlatarbelakang jurusan ekonomi atau keuangan, yang memang memaksanya
harus belajar banyak hal baru. Ketiga, tidak adanya wadah bagi para jurnalis
untuk mempelajari keuangan dan produk dan jasa keuangan secara kontinu.
Kalaulah ada, hanya berupa workshop wartawan yang diadakan singkat selama
sehari atau dua hari. Itupun umumnya hanya diselenggarakan oleh regulator
seperti BEI, BI, SRO, dan beberapa PUJK (pelaku usaha jasa keuangan).
Keempat, tidak semua PUJK maupun regulator memiliki humas yang aktif
dan terbuka terhadap wartawan sehingga banyak wartawan cenderung kurang
memahami apa saja kegiatan yang tengah dilakukan oleh instansi tersebut.
Akibatnya, jika diundang, sebagian besar wartawan bergantung pada berita rilis
dalam membuat berita atau menyalin apa yang dibuat media lain. Itu berdampak
terhadap kesamaan isi pada hampir seluruh berita yang ditayangkan di media,
yang terkesan monoton.
Berdasarkan wawancara dengan para pelaku industri jasa keuangan,
beberapa guru, wartawan, dan murid fakta pun terungkap. Kepala Kantor
Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Medan Muhammad Pintor Nasution dan
Kepala Humas Pegadaian Kanwil I Aceh-Sumut Lintong Panjaitan
menyampaikan tidak banyak jurnalis mampu menghasilkan artikel yang dapat
mendorong minat untuk memahami tentang pasar modal dan pegadaian. Dari
sekian banyak artikel yang diterbitkan oleh media, hampir 90 persen berisi
mengenai kegiatan bulanan maupun tahunan lembaga tersebut dan sentimen pasar.
Akibat tidak paham tentang apa yang harus disampaikan, para jurnalis ataupun
guru, sering mengandalkan satu sumber yang mereka anggap paling mudah untuk
dibawakan. Wartawan cenderung mengandalkan press release atau teman media
lain untuk saling berbagi. Guru mengandalkan buku cetak yang pengetahuan dan
informasi di dalamnya belum tentu dimuktahirkan. Akibatnya, pengajaran tampak
membosankan.
Selain itu, berdasarkan yang penulis telusuri, kebanyakan penulis buku
Ekonomi dan Keuangan, khususnya buku pelajaran sekolah, tidak berasal dari
tenaga pendidik atau guru. Selain itu, konten buku kurang menarik dan tidak up to
date dengan perkembangan produk dan jasa keuangan. Banyak isi buku tidak
persuasif dan ketinggalan dan sebagian besar guru tidak mengikuti perkembangan
terkini tentang keuangan dan industri jasa keuangan. Akhirnya, mereka hanya
menyampaikan apa yang mereka tahu dari buku yang isinya tidak pahami
4. 4
sepenuhnya. Itu menyebabkan para siswa mendapatkan pengetahuan minim dan
pelajaran ekonomi dan keuangan terkesan formalitas.
Padahal setiap guru dan wartawan berpeluang besar untuk menjadi penulis
buku. Setiap wartawan dan guru berkesempatan untuk menghasilkan buku-buku
bagus dan menarik untuk dikonsumsi masyarakat. Guru berkesempatan besar
untuk menjadi pemateri yang handal bagi masyarakat. Lagipula, mereka memiliki
waktu dan berhubungan lebih banyak dengan masyarakat apabila kita
membandingkan hubungan antara PUJK dengan masyarakat. Selain itu, banyak
konten yang telah dihasilkan OJK terkesan tidak dimaksimalkan dalam
mengedukasi masyarakat. Padahal, satu video OJK sebenarnya dapat mencakup
satu topik pertemuan pelajaran Ekonomi.
Sama halnya dengan fungsi wartawan di tengah masyarakat. Satu tulisan
dapat merangsang pikiran ribuan bahkan jutaan pembaca. Itu sebabnya,
pemahaman wartawan ataupun guru tentang keuangan harus tinggi. Bila perlu,
tidak ada kesenjangan antara apa yang dipahami para insan pers dan pendidik
dengan apa yang tengah terjadi di pasar keuangan.
Tidak dapat dipungkiri selama ini OJK sendiri dapat menilai betapa media
sangat berjasa dalam memperkenalkan namanya kepada publik dan betapa
senangnya sekolah ataupun kampus menerima OJK untuk mengedukasi para anak
didik. Kerjasama tersebut yang harus ditingkatkan OJK hingga dampaknya
menyentuh seluruh lapisan masyarakat Indonesia dimanapun berada.
Sejumlah faktor yang menyebabkan masyarakat umumnya tidak tergugah
untuk berurusan dengan industri jasa keuangan antara lain akibat pengetahuan
minim, persepsi negatif, dan kesenjangan informasi yang dimiliki masyarakat.
Selain itu, ketidakfamiliaran masyarakat terhadap istilah-istilah yang digunakan
industri jasa keuangan, memang membutuhkan pengajaran khusus yang tidak
hanya bersifat sementara, namun berkesinambungan sesuai dengan perkembangan
zaman.
Ada begitu banyak istilah-istilah asing yang diadaptasi seperti
menggunakan bahasa Inggris dan Arab, atau biasa disebut klausul baku,
mempersulit masyarakat dengan dengan produk dan jasa keuangan. Lagipula
berdasarkan temuan OJK dan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
menunjukkan umumnya ketidakjelian konsumen memahami kontrak PUJK selalu
berujung pada sengketa. Karena itu, OJK membutuhkan banyak relawan yang
terdiri dari jurnalis dan penulis-penulis serta tenaga pendidik yang dapat
membantu OJK mengkampanyekan literasi keuangan secara berkesinambungan
dan merata, membuat produk dan jasa keuangan dekat dengan masyarakat.
Terlebih lagi, membantu mereka menghindari berurusan dengan perusahaan
bodong dan memahami klausul baku dalam perjanjian dengan PUJK.
Permasalahan yang dihadapi para wartawan media maupun guru sekolah
terkait peningkatan pengetahuan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi OJK.
Mendidik para jurnalis menjadi penulis yang handal, pembawa berita yang
5. 5
kompeten serta mendidik guru menjadi ahli. OJK pun harus mengakui kegagalan
wartawan dalam memahami dan melaporkan hal-hal yang menyangkut keuangan
menjadi masalah. Sebab, apa yang diberitakan media dan diajarkan guru menjadi
tolok ukur upaya edukasi literasi keuangan dan peran OJK di Indonesia.
Dengan mendidik, melatih, dan menunjang kemampuan kedua pihak
tersebut, diharapkan akan lebih banyak lagi pemberitaan positif yang membangun
dan mendorong masyarakat untuk mengetahui beragam produk jasa keuangan,
menguasai beragam cara, teknik dan analisis kredit, deposito, investasi, dan
sebagainya. Para pembaca dan pendengar diharapkan mendapatkan pembelajaran
dan motivasi dari tulisan dan penjelasan yang dikemukakan oleh guru dan
wartawan.
6. 6
BAB 2
DESKRIPSI
2.1 Peran OJK
OJK memiliki wewenang yang tinggi dibandingkan dengan institusi lain,
berwenang dalam mengajak, mendorong dan menjadi pengatur antara PUJK
dengan masyarakat. Dari sekian banyak pengalaman penulis di lapangan, para
PUJK tampak sangat patuh terhadap OJK. Seperti tugas-tugas yang diamanatkan
oleh OJK kepada PUJK, terbukti banyak PUJK yang taat untuk melaksanakan
tugas guna mengedukasi masyarakat.
Banyak PUJK yang senang untuk meningkatkan keuangan inklusif ke
sekolah maupun terjung langsung ke masyarakat dengan melakukan beragam
kegiatan yang dapat mempersuasif publik. Salah satu pelatihan yang disebut
sekolah pasar modal (SPM) yang diselenggarakan oleh BEI misalnya, menjadi
satu sampel yang tepat untuk pelatihan wartawan dan guru. Di SPM tersebut, BEI
yang berperan sebagai regulator dan beberapa perusahaan pialang terjun langsung
mengajari masyarakat. Cara ini dinilai para siswa SPM lebih berdampak dalam
meningkatkan pengetahuan mereka dibandingkan dengan hanya kegiatan lainnya
yang selama ini dibuat oleh BEI. Sebab, dalam SPM tersebut mereka dapat leluasa
menanyakan langsung kepada para praktisi. Sekolah seperti ini patut dilanjutkan
dan dikembangkan oleh OJK, yaitu mendirikan sekolah bagi wartawan dan guru
dan meningkatkan pelatihan bagi mereka. Harapan penulis pelatihan harus
kontinu.
Mengapa harus OJK yang melaksanakannya? Karena hanya OJK yang
memiliki wewenang untuk mengajak wartawan dan para guru. Paling tidak OJK
lebih disegani dibandingkan PUJK. Jika OJK menjadi penengah, diharapkan pusat
kegiatan akan lebih seimbang dan tidak ada paksaan dari PUJK ke media ataupun
kepada guru. Sebaliknya, tidak ada tanggungjawab wartawan dan guru terhadap
PUJK atas apa yang mereka sumbangsihkan.
2.2 Sekolah Keuangan OJK
Layaknya kantor perwakilan BEI yang di dalam gedungnya ada ruangan
khusus untuk SPM, penulis berharap di Gedung OJK yang baru nanti, juga akan
terdapat sekolah yang bagus, diperuntukkan kepada umum, khususnya bagi guru
dan wartawan. Sekolah itu akan menghasilkan para guru dan wartawan yang
handal dalam mengedukasi masyarakat tentang keuangan dan melahirkan para
insan yang berbakat dalam menciptakan artikel, buku, metode, dan alat-alat yang
menunjang literasi keuangan.
Ibaratkan mendidik para investor, para guru dan wartawan harus dibekali
pemahaman. Karena OJK mengawasi lima jenis industri jasa keuangan yaitu
perbankan, pasar modal, pegadaian, asuransi, dan perusahaan jasa keuangan non
7. 7
bank, materi dasar mulai dari pengenalan hingga perkembangan serta proses
bisnis dari kelima industri jasa keuangan tersebut harus diajarkan dan diutamakan.
Bahkan, para wartawan dan guru sebisa mungkin diberikan kesempatan untuk
menyaksikan langsung bagaimana proses bisnis industri jasa keuangan tersebut
hingga mereka benar-benar paham bagaimana PUJK mengelola dana masyarakat.
Dengan begitu, besar kemungkinan setiap wartawan dan guru mampu
menjelaskan dengan baik kepada masyarakat tentang kelima industri tersebut dan
mempersuasi masyarakat agar tingkat partisipasi terhadap produk dan jasa
keuangan di Tanah Air meningkat.
Lebih jauh, sekolah ini juga penulis harapkan dapat digunakan sebagai
wadah bagi OJK, regulator lainnya, dan PUJK dalam menyampaikan update
perkembangan industri jasa keuangan, baik secara harian, mingguan, bulanan,
kuartalan, dan tahunan. Ini menjadi sarana bagi seluruh pihak untuk berbagi
informasi, membahas, dan mencari solusi atas masalah-masalah yang muncul.
2.3 Telah Teruji
Sekolah sejenis SPM telah teruji ampuh dalam mengedukasi masyarakat
yang berdampak signifikan terhadap literasi keuangan dan keuangan inklusif. Di
seluas dunia, sejumlah organisasi global yang fokus terhadap pendidikan investor
dan literasi keuangan mengangap penting pendidikan dan pelatihan. Kebanyakan
mereka telah menciptakan forum dan sekolah-sekolah seperti International Forum
for Investor Education (IFIE), International Network on Financial Education
(INFE), dan masih banyak lagi. Forum tersebut melibatkan banyak organisasi
yang terdiri dari regulator, asosiasi industri jasa ekuangan dan lainnya.
Sekolah bagi guru dan wartawan yang penulis namakan “Sekolah
Keuangan OJK”sangat mungkin diterapkan di 34 provinsi di Tanah Air. Banyak
guru dan wartawan senang untuk terlibat dalam kampanye literasi keuangan dan
keuangan inklusif yang dicita-citakan OJK. Apalagi bagi guru dan wartawan
mendapatkan pelatihan itu krusial mengingat jumlah pelatihan terbilang minim.
2.4 Pengakuan langsung
Kepala Kantor Perwakilan BEI Medan mengatakan SPM sangat
bermanfaat dan terbukti merupakan sarana paling efektif dalam meningkatkan
pengetahuan masyrakat tentang pasar modal sekaligus membangkitkan minat para
peserta untuk berinvestasi di pasar modal. SPM sangat penting sebab pendidikan
dan pengajaran yang diberikan pada sekolah itu berpeluang lebih besar dalam
menunjang seseorang menjadi investor dibandingkan kegiatan sejenis yang
dilakukan BEI.
Para peserta SPM turut memperkuat dan meyakini SPM merupakan sarana
mereka mencerahkan sekaligus menghilangkan rasa penasaran tentang pasar
modal. Salah satu peserta SPM yang adalah mantan dosen di kampus swasta
Medan, berkomentar, pelatihan SPM yang dilakukan BEI bermanfaat baginya
yang selama ini menganggap pasar modal adalah wahana untuk berjudi dan
8. 8
mengira pasar modal rumit untuk dipelajari. Namun, karena tertarik untuk
mengetahui lebih pasti jawabannya, ia mengikuti SPM dan pelatihan yang
berlangsung selama sehari penuh itu membuka cakrawalanya tentang betapa besar
manfaat dari pasar modal. Bahkan, ia pun akhirnya tertarik dan berminat untuk
segera berinvestasi di pasar modal.
2.5 Berbakat
Tentu ada guru dan wartawan yang berpotensi dan berbakat yang dapat
menjadi partner OJK sebagai garda terdepan dalam mengedukasi masyarakat.
Banyak dari wartawan dan guru sebenarnya ingin mendalami seluk-beluk tentang
perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non bank lainnya. Dari ulasan atau
survei penulis, hampir 20 persen wartawan mampu memuat tulisan yang berbeda,
yang lebih edukatif dan persuasif kepada pembaca. Para guru, tidak hanya guru
ekonomi, juga memiliki potensi besar untuk mengajarkan literasi keuangan lebih
handal. Jumlah itu menunjukkan ada harapan pasti bagi OJK, kampanye literasi
keuangan dapat lebih mudah dilaksanakan dengan dukungan para insan media dan
sekolah.
Sehingga diperlukan guru dan wartawan yang dapat dikategorikan
relawan, yang layak masuk dalam daftar guru yang akan memperoleh Sekolah
Keuangan OJK (SKO). Sebab, tanpa ada tujuan yang jelas dan komitmen dari
para guru dan wartawan, pelatihan yang diberikan kepada mereka hanya sia-sia.
Bisa jadi hanya akan menjadi sebuah formalitas yang membosankan.
Mengingat ada begitu banyak wartawan dan guru, diperlukan kriteria yang
sesuai untuk menetapkan guru dan wartawan yang layak dibina. Para insan media
maupun pendidik yang terlibat seharusnya mereka yang benar-benar terpanggil
dan memiliki tujuan yang sama dengan OJK yaitu meningkatkan literasi
keuangan. Mereka juga seharusnya adalah orang-orang kreatif yang mampu
menuliskan atau menjelaskan informasi kepada masyarakat dengan lebih mudah
dan bersifat mendidik publik. Untuk itu, penulis perlu menekankan OJK berhak
untuk menyaring para jurnalis dan guru yang akan mereka latih dan ajak
kerjasama dalam meningkatkan melek finansial masyarakat.
Sekadar tambahan informasi, untuk membuktikan masih banyak jurnalis
yang tertarik untuk mendapatkan pelatihan maupun sekolah begitu juga dengan
guru, dapat dilihat dari tingkat partisipasi kedua entitas itu dalam lomba tulisan
atau lomba sejenis yang diadakan PUJK. Terbukti PUJK tidak hanya
mendapatkan banyak artikel yang menjadi masukan, lebih dari itu membantu
mereka mempromosikan produk dan jasa keuangannya dan mendekatkan mereka
dengan masyarakat.
9. 9
2.6 Bagian SKO
Para wartawan dan guru harus dibimbing oleh para praktisi maupun
institusi yang ahli di bidangnya antara lain: para pelaku industri jasa keuangan
seperti asosiasi perbankan, asosiasi asuransi; regulator yakni OJK, SRO, BI; pakar
ataupun praktisi, dan masih banyak lagi yang dapat dilibatkan OJK untuk
melaksanakannya.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, OJK berhak merekrut para
insan media dan guru. OJK perlu bekerjasama dengan seluruh media dan sekolah,
kampus atau instansi pendidikan lainnya. Terkait hal teknis menyangkut
pengaturan materi, kelas, jumlah jam, dan berbagai lainnya, OJK dapat
berkonsultasi dengan BEI jika perlu sehubungan pendirian sekolah.
10. 10
BAB 3
DAMPAK INOVASI
Penulis telah ungkapkan sebelumnya penajaman pengetahuan guru dan
wartawan akan memungkinkan mereka pandai dan handal dalam mengedukasi
masyarakat. Di samping itu, dukungan kreativitas dan sumber pengetahuan yang
mereka peroleh dari SKO memungkinkan finansial mereka lebih baik sebab
mereka secara tidak langsung akan lebih cakap dalam mengelola dananya masing-
masing.
Peningkatan pengetahuan para insan media dan guru akan berdampak
terhadap pengetahuan masyarakat. Publik akan lebih banyak membicarakan
tentang keuangan dan industri jasa keuangan didukung kampanye yang dilakukan
di sekolah dan media massa. Seiring semakin seringnya masyarakat membahas
mengenai topik keuangan dan industri jasa keuangan, mereka akan lebih mudah
menyerap dan mengerti perkembangan industri jasa keuangan.
Para wartawan dan guru yang telah berkomitmen tersebut akan
menghasilkan output-output dan mendistribusikan pengetahuan dan ilmu yang
mereka peroleh. Setelah mendapatkan peningkatan kualitas, para guru dan
wartawan diharapkan dapat bekerjasama dengan OJK dan pelaku industri jasa
keuangan lain guna mengkampanyekan literasi keuangan. Penulis berharap
konsep output ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan kegiatan dan
inisiatif OJK di sekolah maupun media.
3.1 Output
Kampanye itu dapat disebarluaskan melalui berbagai distribusi output
sebagai berikut:
1. Kurikulum sekolah.
Sistem pendidikan sekolah seharusnya menerapkan pendidikan keuangan
sejak dini bagi anak.Dari hasil bimbingan yang diterima, para guru
diharapkan mampu merancang kurikulum pendidikan keuangan yang
sesuai dengan kondisi sekolah.
2. Pemasaran sosial
Para insan media maupun guru dapat mendukung pelaku usaha jasa
keuangan untuk mengisi konten dan terlibat dalam kegiatan edukasi yang
diselenggarakan PUJK seperti melalui edukasi melalui website, koran,
radio dan televisi, media sosial, dan buku atau majalah yang berformat
anak remaja dan anak muda
3. Melibatkan asosiasi
Baik guru maupun wartawan yang telah mendapatkan pelatihan yang
mapan dan layak untuk menjadi pembicara, dapat diajukan untuk mengajar
maupun membimbing masyarakat melalui asosiasi.Wartawan dapat
11. 11
menuliskan gagasan dan melibatkan asosiasi konsumen misalnya, untuk
mendorong mereka memperdalam pengetahuan masyarakat terhadap
keuangan.Para guru pun demikian, diharapkan dapat melibatkan asosiasi
guru dan kelompok masyarakat lainnya dalam meningkatkan melek
finansial mereka.
4. Kegiatan literasi keuangan di sekolah dan di masyarakat. Dengan adanya
kerjasama yang terus terjaga, pihak sekolah maupun media tentu akan
saling mendukung dalam menciptakan kegiatan literasi keuangan sebagai
kegiatan rutin. Fakta bahwa banyak media yang selama ini rutin
melakukannya bekerjasama dengan para PUJK, kegiatan disebarluaskan
melalui radio, koran, dan banyak channel lainnya.
5. Kompetisi intelegensi keuangan. Penulis berharap OJK bersama PUJK dan
lainnya akan menetapkan kompetisi intelegensi keuangan yang menyasar
seluruh segmen masyarakat. Kompetisi ini diharapkan menjadi kegiatan
praktis yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi publik.
Salah satu kompetisi intelegensi keuangan itu juga telah diterapkan oleh
BEI yang dapat menjadi sampel bagi OJK. Jika kegiatan yang diadakan
BEI hanya melibatkan anak SMA, penulis berharap seluruh anak tingkatan
TK, SD, SMP, SMA, mahasiswa, dan umum, dapat dilibatkan dalam
kompetensi intelegensi keuangan. Terutama, bagi awak media dan guru,
yang menjadi ujung tombak pendidikan.
6. Langkah nyata yang praktis. Dengan jumlah siswa yang besar pihak
sekolah bekerjasama dengan para PUJK dapat melakukakan langkah
praktis yaitu dengan mewajibkan setiap anak untuk memiliki tabungan.
Langkah semacam ini telah terbukti efektif bagi anak untuk mengenal
PUJK lebih jauh.
7. Kegiatan berbasis grup. Dengan semakin banyaknya PUJK yang
berhadapan langsung dengan masyarakat melalui media dan sekolah.
Kegiatan berbasis grup akan tercipta. Kegiatan tersebut dapat berupa
pendekatan publik tentang investasi, kredit, dan sebagainya. Bagi orang
tua yang ingin mengetahui tentang asuransi pendidikan dan kesehatan
yang lebih mendalam dari PUJK, dapat mengumpulkan orang tua dalam
satu grup di sekolah.
8. Pendekatan PUJK berbasis komunitas. Dengan semakin dekatnya
hubungan antara sekolah dan PUJK, maka PUJK dapat meneliti kebiasaan
dan mengembangkan produk dan jasa keuangan yang cocok bagi
komunitas. Misalkan, kebiasaan menabung anak atau jumlah uang yang
dimiliki untuk anak SD tentu berbeda dengan anak SMA. Pendekatan-
pendekatan praktis pun harus senantiasa dikembangkan PUJK.
9. Pembelajaran berbasis konten yang efektif. Dengan semakin banyaknya
pengajaran, maka diharapkan seluruh pihak, baik wartawan, guru, OJK,
PUJK dan lainnya dapat menghasilkan pembelajaran berbasis konten yang
efektif dalam mengedukasi literasi keuangan. Misalkan para PUJK dapat
menciptakan simulasi kredit atau debit, yang dapat digunakan para guru
untuk mengajarkan para murid.
12. 12
10. Perpustakaan sekolah berisi topik keuangan dan industri jasa keuangan.
Dengan semakin banyak artikel, buku, dan alat bantu ajar diproduksi oleh
wartawan, guru, PUJK, OJK, dan lainnya maka besar kemungkinan untuk
mendorong masing-masing sekolah menyediakan ruang khusus di
perpustakaan rak buku, artikel dan alat bantu ajar finansial.
Jika ini diterapkan dan target tercapai, dampaknya adalah tugas OJK
dalam mengedukasi masyarakat akan terasa di kalangan masyarakat. Sebuah
literatur menunjukkan pesan yang disampaikan dengan rutin, tersedia di saat
orang ingin mendengar, dan didukung dengan pembahasan dan perbincangan di
kalangan masyarakat akan menghasilkan kampanye yang sangat efektif.
Lebih dari itu, kampanye tersebut akan lebih kontroversial dan efektif.
Demikian juga, penekanan informasi dalam grup-grup juga akan sangat efektif
dan membuahkan hasil. Ini menyimpulkan pesan daripada kampanye melek
finansial dapat secara optimal meningkat dari waktu ke waktu, mulai dari poin
utama yang dibuat menjadi awal dari kebutuhan untuk menabung, mengajar
masyarakat tentang bagaimana dan di mana harus menabung, fokus dengan
portofolio, dan sebagainya.
3.2 Manfaat
Dengan begitu, seluruh pihak akan mendapatkan manfaat: Pertama,
mengetahui sumber daya apa yang dapat dikembangkan dan didukung bersama.
Kedua, mendorong pihak paham dan tergerak untuk memanfaatkan sumber-
sumber bantuan pengajaran praktis yang dapat diperoleh dari regulator dan PUJK
untuk diterapkannya di kelas. Ketiga, memungkinkan bagi semua guru yang
memperoleh Sekolah Keuangan OJK menulis buku-buku keuangan yangmenarik,
akurat dan mendidik bagi anak didik. Keempat, menciptakan kedekatan-kedekatan
antara satu sama lain yang sebelumnya tidak terjalin dengan erat.
Bagi para wartawan: pertama, mereka akan menjadi partner utama OJK
dalam menyampikan informasi penting termasuk mengajak masyarakat melek
finansial. Kedua, memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi terkini dan
para narasumber yang handal seiring mereka banyak mengenal parapelaku di
industri jasa keuangan. Ketiga, memungkinkan mereka menguasai banyak hal
yang dapat mendorong mereka untuk menghasilkan artikel yang berbobot.
Bagi regulator: pertama, dengan adanya kerjasama, tugas-tugas regulator
untuk mengedukasi masyarakat dapat terbantu didukung guru dan wartawan.
Kedua, membantu mereka untuk mencapai target-target perekrutan investor
seiring adanya pengenalan produk-produk kepada masyarakat luas.
Bagi para industri jasa keuangan: pertama, mendekatkan mereka dengan
masyarakat secara luas. Kedua, mempromosikan produk mereka. Ketiga,
meningkatkan peluang bagi mereka untuk menjalin kerjasama dengan guru dan
wartawan dalam hal promosi produk.
13. 13
BAB 4
PELUANG REPLIKASI
SKO sangat mungkin untuk didirikan dan peluang replikasi sangat besar
sebab ini telah dilaksanakan oleh BEI di berbagai provinsi yang tersebar di Tanah
Air. Jumlah media di Indonesia yang terdiri dari media cetak maupun elektronik
sangat besar begitu juga dengan jumlah sekolah-sekolah sehingga kampanye ini
akan sampai ke pelosok-pelosok.
Untuk menyelenggarakannya dibutuhkan segala sarana dan prasarana
seperti gedung dan alat tulis serta buku-buku sebagai yang dibutuhkan para
wartawan dan guru sebagai bahan pelajaran.
4. 1 Keikusertaan Media
Sebagaimana telah penulis kemukakan sebelumnya, mengapa harus media
dimanfaatkan oleh OJK yaitu karena jumlah media besar. Hampir di daerah
pelosok sekalipun telah terjangkau oleh media elektronik maupun cetak. Peluang
untuk menyampaikan informasi apapun kepada masyarakat melalui media sangat
mungkin.
Tidak mungkin ada perusahaan media yang menolak tawaran kerjasama
OJK dan PUJK sebab seluruhnya memiliki hubungan mutualisme yang telah
terjalin dalam pemberitaan maupun iklan. Maka dengan adanya SKO akan lebih
memantapkan hubungan tersebut.
4.2 Keikutsertaan Sekolah dan Kampus
Jika perusahaan besar kemungkinan tidak menolak, apalagi sekolah
maupun kampus atau instansi pendidikan. Penulis meyakini sekolah atau para
tenaga pendidik menyambut baik program OJK apapun, khususnya tawaran untuk
melatih para guru.
Keikutsertaan sekolah dan kampus tentu akan lebih terasa dan bermakna
sebab pesan, informasi, berita, dan pengetahuan apapun dari OJK maupun PUJK
akan disampaikan berulang-ulang oleh para tenaga pendidik sehingga itu
meningkatkan daya pemahaman masyarakat.