Mahasiswa program studi pendidikan matematika UPY mengikuti mata kuliah program linear secara daring. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan daya matematika mahasiswa tersebut dalam pemecahan masalah dan komunikasi matematis."
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan kurikulum model grass roots sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Model ini dimulai dari gagasan guru dan melibatkan unsur masyarakat. Prosesnya memerlukan keterampilan profesional guru dan dukungan kepala sekolah serta orang tua siswa. Tujuannya adalah menghasilkan kurikulum yang relevan dengan potensi daerah dan meningkatkan kompetensi s
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa pada sub pokok bahasan sistem koloid di kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan sampel kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya, penerapan model tersebut Meningkatkan hasil belajar dan keaktifan sis
Media pembelajaran ini membantu guru dan siswa mempelajari konsep himpunan dan operasi-operasi dasar pada himpunan seperti gabungan, irisan, komplemen, selisih, dan jumlah melalui contoh-contoh soal beserta penyelesaiannya.
Dokumen tersebut membahas tentang tuna grahita, yaitu kondisi ketidakmampuan intelektual yang terjadi sejak lahir atau masa kanak-kanak dengan keterbatasan kapasitas belajar dan kemampuan beradaptasi sosial. Dokumen ini menjelaskan ciri-ciri tuna grahita ringan, sedang dan berat, masalah yang dialami anak tuna grahita, serta pelayanan pendidikan yang diberikan untuk anak tuna grahita.
Kurikulum 2013 untuk SMP/MTs dirancang berdasarkan tantangan internal dan eksternal pendidikan Indonesia, serta penyempurnaan pola pikir. Tujuannya mempersiapkan peserta didik menjadi manusia beriman, produktif, kreatif, dan berkontribusi. Kerangka dasarnya meliputi landasan filosofis, sosiologis, dan psikopedagogis yang menekankan pada pembangunan potensi peserta didik sesuai perkembangan psikologisnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan kurikulum model grass roots sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Model ini dimulai dari gagasan guru dan melibatkan unsur masyarakat. Prosesnya memerlukan keterampilan profesional guru dan dukungan kepala sekolah serta orang tua siswa. Tujuannya adalah menghasilkan kurikulum yang relevan dengan potensi daerah dan meningkatkan kompetensi s
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa pada sub pokok bahasan sistem koloid di kelas XI SMA Negeri 2 Sidikalang. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan sampel kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya, penerapan model tersebut Meningkatkan hasil belajar dan keaktifan sis
Media pembelajaran ini membantu guru dan siswa mempelajari konsep himpunan dan operasi-operasi dasar pada himpunan seperti gabungan, irisan, komplemen, selisih, dan jumlah melalui contoh-contoh soal beserta penyelesaiannya.
Dokumen tersebut membahas tentang tuna grahita, yaitu kondisi ketidakmampuan intelektual yang terjadi sejak lahir atau masa kanak-kanak dengan keterbatasan kapasitas belajar dan kemampuan beradaptasi sosial. Dokumen ini menjelaskan ciri-ciri tuna grahita ringan, sedang dan berat, masalah yang dialami anak tuna grahita, serta pelayanan pendidikan yang diberikan untuk anak tuna grahita.
Kurikulum 2013 untuk SMP/MTs dirancang berdasarkan tantangan internal dan eksternal pendidikan Indonesia, serta penyempurnaan pola pikir. Tujuannya mempersiapkan peserta didik menjadi manusia beriman, produktif, kreatif, dan berkontribusi. Kerangka dasarnya meliputi landasan filosofis, sosiologis, dan psikopedagogis yang menekankan pada pembangunan potensi peserta didik sesuai perkembangan psikologisnya.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang:
1. Pengertian bilangan rasional, perpangkatan rasional, dan bentuk akar
2. Sifat-sifat bilangan akar dan operasi aljabarnya
3. Cara merasionalkan penyebut pecahan
Makalah mengenai Teori Kognitivistik,Tokoh-tokoh Teori Kognitivistik,Kelebihan dan kekurangan Teori Kognitivistik ,Prinsip-prinsip dasar Teori belajar Kognitivistik, Pandangan Teori Kognitivistik tentang belajar, Pengaplikasian Teori Kognitivistik dalam pembelajaran
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ruang dimensi tiga dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis dan metode ekspositori.
2. Hasil belajar siswa meningkat dari 67,5% pada siklus I menjadi 87,5% pada siklus II.
3. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dapat ditingkatkan dengan menerapkan Penyelesaian Soal Sec
Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran kognitif yang merupakan proses belajar yang membutuhkan pemahaman dan pengertian serta sebagai jembatan antara pengetahuan lama dan baru, dari yang sederhana ke abstrak. Beberapa teori belajar seperti Piaget, Bruner, dan Ausubel juga dibahas dalam rangka mendukung penerapan pembelajaran kognitif.
The document provides solutions to physics problems for chapter 4 of mathematics 2. It includes solutions for determining derivatives and differentials of various functions with respect to variables like x, y, r, and θ. The highest level of mathematics involved includes taking second order derivatives and solving simultaneous equations. Sample problems include determining derivatives of functions that define relationships between polar and Cartesian coordinates.
Dokumen tersebut membahas perbandingan sistem pendidikan di Jerman dan Indonesia. Sistem pendidikan di Jerman bersifat desentralisasi di mana setiap negara bagian menentukan kurikulum mereka sendiri. Sedangkan di Indonesia bersifat sentralisasi namun pelaksanaannya desentralisasi. Kedua negara memiliki tujuan pendidikan untuk memajukan bangsa namun dengan dasar yang berbeda. Proses pembelajaran di Jerman lebih memberikan kebebasan kepada g
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang sistem pendidikan di Singapura, mulai dari sejarah, filosofi, ideologi, dan kebijakan pendidikan Singapura.
2. Sistem pendidikan Singapura menerapkan pendekatan fleksibel untuk mengembangkan potensi siswa dan menerapkan kebijakan bahasa dwibahasa.
3. Jenjang pendidikan di Singapura terdiri atas pendidikan pra sekolah
Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)DanBo Store
Teori belajar bermakna menurut David Ausubel menyatakan bahwa belajar akan bermakna jika informasi baru dapat dihubungkan dengan konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Teori ini menekankan pentingnya menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru agar proses belajar menjadi efektif dan informasi dapat diingat dalam jangka panjang.
Dokumen tersebut menjelaskan taksonomi tujuan pendidikan menurut Bloom yang membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi."
Dokumen tersebut membahas tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh satuan pendidikan. KTSP mengatur tentang visi, misi, tujuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, serta silabus pembelajaran.
Komponen-komponen kurikulum menurut dokumen tersebut meliputi tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, media mengajar, evaluasi pengajaran, dan penyempurnaan mengajar. Komponen-komponen kurikulum menurut Nana Syaodih Sukmadinata meliputi tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, evaluasi pengajaran, dan penyempurnaan mengajar. Sedangkan menurut Nana Sudjana meliputi tujuan, isi dan struktur
Kurikulum mengalami perubahan dari KTSP menjadi K13 lalu kembali ke KTSP karena K13 dianggap kurang berhasil dalam proses pembelajaran. Landasan pengembangan kurikulum terdiri atas filsafat, psikologi, sosiologi, dan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi tujuan dan materi pembelajaran.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang:
1. Pengertian bilangan rasional, perpangkatan rasional, dan bentuk akar
2. Sifat-sifat bilangan akar dan operasi aljabarnya
3. Cara merasionalkan penyebut pecahan
Makalah mengenai Teori Kognitivistik,Tokoh-tokoh Teori Kognitivistik,Kelebihan dan kekurangan Teori Kognitivistik ,Prinsip-prinsip dasar Teori belajar Kognitivistik, Pandangan Teori Kognitivistik tentang belajar, Pengaplikasian Teori Kognitivistik dalam pembelajaran
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ruang dimensi tiga dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis dan metode ekspositori.
2. Hasil belajar siswa meningkat dari 67,5% pada siklus I menjadi 87,5% pada siklus II.
3. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dapat ditingkatkan dengan menerapkan Penyelesaian Soal Sec
Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran kognitif yang merupakan proses belajar yang membutuhkan pemahaman dan pengertian serta sebagai jembatan antara pengetahuan lama dan baru, dari yang sederhana ke abstrak. Beberapa teori belajar seperti Piaget, Bruner, dan Ausubel juga dibahas dalam rangka mendukung penerapan pembelajaran kognitif.
The document provides solutions to physics problems for chapter 4 of mathematics 2. It includes solutions for determining derivatives and differentials of various functions with respect to variables like x, y, r, and θ. The highest level of mathematics involved includes taking second order derivatives and solving simultaneous equations. Sample problems include determining derivatives of functions that define relationships between polar and Cartesian coordinates.
Dokumen tersebut membahas perbandingan sistem pendidikan di Jerman dan Indonesia. Sistem pendidikan di Jerman bersifat desentralisasi di mana setiap negara bagian menentukan kurikulum mereka sendiri. Sedangkan di Indonesia bersifat sentralisasi namun pelaksanaannya desentralisasi. Kedua negara memiliki tujuan pendidikan untuk memajukan bangsa namun dengan dasar yang berbeda. Proses pembelajaran di Jerman lebih memberikan kebebasan kepada g
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang sistem pendidikan di Singapura, mulai dari sejarah, filosofi, ideologi, dan kebijakan pendidikan Singapura.
2. Sistem pendidikan Singapura menerapkan pendekatan fleksibel untuk mengembangkan potensi siswa dan menerapkan kebijakan bahasa dwibahasa.
3. Jenjang pendidikan di Singapura terdiri atas pendidikan pra sekolah
Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)DanBo Store
Teori belajar bermakna menurut David Ausubel menyatakan bahwa belajar akan bermakna jika informasi baru dapat dihubungkan dengan konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Teori ini menekankan pentingnya menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru agar proses belajar menjadi efektif dan informasi dapat diingat dalam jangka panjang.
Dokumen tersebut menjelaskan taksonomi tujuan pendidikan menurut Bloom yang membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi."
Dokumen tersebut membahas tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh satuan pendidikan. KTSP mengatur tentang visi, misi, tujuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, serta silabus pembelajaran.
Komponen-komponen kurikulum menurut dokumen tersebut meliputi tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, media mengajar, evaluasi pengajaran, dan penyempurnaan mengajar. Komponen-komponen kurikulum menurut Nana Syaodih Sukmadinata meliputi tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, evaluasi pengajaran, dan penyempurnaan mengajar. Sedangkan menurut Nana Sudjana meliputi tujuan, isi dan struktur
Kurikulum mengalami perubahan dari KTSP menjadi K13 lalu kembali ke KTSP karena K13 dianggap kurang berhasil dalam proses pembelajaran. Landasan pengembangan kurikulum terdiri atas filsafat, psikologi, sosiologi, dan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi tujuan dan materi pembelajaran.
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbingsrilinda_w
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa SMP melalui pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan pendekatan konvensional. Hasilnya menunjukkan siswa yang diajar dengan pendekatan inkuiri terbimbing memiliki kemampuan pemahaman dan komunikasi yang lebih baik.
Riset ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis android bernama "Lotika" untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika mahasiswa. Media dikembangkan menggunakan model pengembangan Luther yang terdiri atas 6 tahap, yaitu konsep, desain, pengumpulan bahan, pembuatan, pengujian, dan pendistribusian. Instrumen penelitian meliputi dokumentasi, observasi, lembar penilaian, angket, dan tes. Hasilnya menunj
Buku ini memberikan panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika berbasis konstruktivisme sesuai kurikulum 2013. Terdapat penjelasan mengenai model pembelajaran, contoh analisis topik, dan peta konsep matematika SMA. Buku ini membahas berbagai materi pelajaran matematika seperti program linear, matriks, sistem persamaan linear, persamaan garis lurus, dan lainnya beserta contoh soal latihan untuk mengevaluasi pemahaman s
Model pembelajaran project based learning diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran tersebut berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Paper penerapan konteks-listing-dan-counting-dengan-media-kancing-dan-boneka (1)Vina Dwi Purnamasari
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tindakan kelas mengenai penerapan konteks listing dan counting dengan media kancing dan boneka untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa SD. Tujuannya adalah mengetahui kemampuan siswa dalam listing dan counting serta meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika.
Dokumen ini membahas pelatihan pengayaan materi dan penyelesaian soal olimpiade matematika untuk guru SD. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kemampuan mengajar matematika untuk tingkat olimpiade dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti olimpiade. Kegiatannya meliputi tutorial materi, latihan soal, dan evaluasi awal serta akhir untuk mengukur peningkatan. Hasilnya menunjukkan pelatihan ini dapat memot
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...renatanurlaily77
bab 1 (Pendahuluan)
latar belakang
pertanyaan peneliti
manfaat penelitian
batasan penelitian
definisi operasional
bab 2 (kajian pustaka)
profil
berpikir
berpikir kritis
pemecahan masalah
hubungan berpikir kritis dengan pemecahan masalah
matematika open-ended
kecemasan matematika
penelitian relevan
bab 3 (metodelogi)
jenis dan pendekatan
subjek penelitian
data dan sumber data
teknik pengumpulan data
teknik analisis data
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...Danis Firsha-Qie
Produk berupa “Perangkat Pembelajaran Geometri SMA dengan Mengadaptasi Model CORE” ini disusun sebagai referensi pengembangan perangkat pembelajaran yang diorientasikan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, efikasi diri, dan prestasi belajar siswa SMA. Produk tersebut terdiri dari RPP dan LKS. Produk tersebut telah dikembangkan sesuai dengan ketentuan pengembangan perangkat berdasarkan Kurikulum 2013 dan telah teruji kualitasnya. Kualitas produk ini telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, efikasi diri, dan prestasi belajar geometri siswa SMA. Kompetensi dasar yang dikembangkan pada produk tersebut meliputi kompetensi dasar pada ruang lingkup geometri SMA.
Adapun ciri-ciri khusus pada perangkat yang dikembangkan terdapat pada metode dan tahapan pembelajaran yang digunakan. Metode yang digunakan adalah diskusi. Sedangkan tahapan pembelajaran yang digunakan meliputi: a) connecting dengan aktivitas mengamati (observing) dan menanya (questioning), b) organizing dengan aktivitas mengasosiasikan informasi/eksperimen (experi-mentting), c) reflecting dengan aktivitas menalar (associating) dan mengomu-nikasikan (communicating), dan d) extending dengan aktivitas menyelesaikan masalah geometri.
Perangkat pembelajaran geometri sma dengan mengadaptasi model core danis ag...Danis Firsha-Qie
Buku ini merupakan revisi dari buku dengan judul yang sama yang diupload pada tanggal 1 Oktober 2016. Revisi tersebut dilakukan pada penomoran halaman bagian lampiran.
tugasan 2-JABATAN MATEMATIK
PROGRAM IJAZAH SARJANA MUDA PERGURUAN (PISMP)
2. BAGAIMANAKAH PROGRAM-PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIK DARI LUAR TELAH MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIK DI MALAYSIA SACARA POSITIF.
Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Randy Ikas
Buku ini memberikan petunjuk penggunaan buku guru matematika untuk implementasi Kurikulum 2013. Buku ini menjelaskan model pembelajaran berbasis konstruktivisme dengan pendekatan scientific learning dan pedoman penyusunan rencana pembelajaran. Buku ini memuat materi pembelajaran matematika kelas X tentang eksponen dan logaritma, persamaan dan pertidaksamaan linear, sistem persamaan dan pertidaksamaan linear, matriks, serta uji kompetensi untuk mengevalu
Buku Pegangan Guru Matematika SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum-2013 Edisi Revisi-2014IWAN SUKMA NURICHT
Buku Pegangan Guru Matematika SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum-2013 Edisi Revisi-2014
Hak Cipta oleh: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2014
Similar to TUGAS AKHIR PROPOSAL TESIS DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 (20)
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
TUGAS AKHIR PROPOSAL TESIS DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
1. i
PROPOSAL TESIS
DAYA MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA UPY PADA MATA KULIAH PROGRAM LINEAR
SECARA DARING
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA
Oleh:
SUDRAJAT
21309251045
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
2. ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Fokus Penelitian ...................................................................................4
C. Rumusan Masalah ................................................................................4
D. Tujuan Penelitian...................................................................................4
E. Manfaat Penelitian.................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................7
A. Kajian Teori .........................................................................................7
1. Pembelajaran Daring .....................................................................7
2. Daya Matematika ...........................................................................9
3. Kemampuan Pemecahan Masalah ..................................................8
4. Kemampuan Komunikasi Matematis ..........................................14
B. Penelitian yang relevan ......................................................................18
C. Kerangka Berfikir ..............................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................21
A. Jenis Penelitian ..................................................................................21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................21
C. Teknik Pengumpulan Subjek Penelitian ............................................21
D. Data dan Sumber Data .......................................................................22
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................22
F. Instrumen Penelitian ..........................................................................23
G. Analisis Uji Coba Instrumen Tes .......................................................24
H. Teknik Data ........................................................................................29
I. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................31
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................33
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 2019 dunia digemparkan dengan adanya wabah
Coronavirus Disease-19 atau dikenal dengan sebutan COVID-19. Sumber
penularan kasus tersebut masih belum diketahui pasti, tetapi wabah COVID-
19 tersebut mulanya ditemukan di negara China tepatnya di kota Wuhan,
China. Dengan waktu yang cepat, penyakit tersebut telah menyebar di
berbagai belahan provinsi di China. Virus ini dapat ditularkan dari manusia
ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara
termasuk di negara Indonesia (Wang at al., 2020). Virus tersebut menyebar
hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Virus Corona tersebut ditandai
dengan adanya gejala seperti tubuh menjadi panas, batuk, pilek, gangguan
pada sistem pernapasan, letih, lesu dan sakit pada tenggorokan (Yuliana,
2020). Virus Corona tersebut termasuk dalam virus yang mematikan, karena
banyak orang yang terinfeksi dan menyebabkan kematian.
Adanya pandemi COVID-19 ini, pemerintah pusat mengambil
kebijakan untuk mengantisipasi penularan virus dengan menerapkan physical
distancing, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk
meminimalisir penularan COVID-19. Negara Indonesia, juga melakukan
kebijakan dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan, membuat
pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif proses
pendidikan bagi siswa maupun mahasiswa yang tidak bisa melaksanakan
proses pendidikan pada lembaga pendidikan (Purwanto et al., 2020). Oleh
karena itu, membuat sektor pendidikan seperti sekolah serta perguruan tinggi
menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka dan mengganti proses
belajar mengajar di sekolah menjadi di rumah dengan menerapkan kebijakan
Work From Home (WFH) yang berarti bekerja dari rumah.
Kebijakan Work From Home (WFH) tertuang dalam Surat Edaran
Mendikbud Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Bekerja dari Rumah
4. 2
dan Pembelajaran secara Daring dalam Rangka Pencegahan Penyebaran
Corona virus Diseases 2019 (COVID-19) dialamatkan kepada Seluruh
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Seluruh Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, Seluruh Kepala Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Seluruh Pemimpin Perguruan Tinggi
Negeri/Swasta, dan Seluruh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi,
Serta sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang
pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran COVID-
19 menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui
pembelajaran daring.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan dengan jarak
jauh (Kustiani & Despa, 2019). Mata kuliah program linear merupakan mata
kuliah yang dilaksanakan secara daring. Program linear merupakan salah satu
mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa program studi
pendidikan matematika Universitas PGRI Yogyakarta. Mahasiswa dalam
mempelajari program linear dituntut untuk menguasai dan memahami daya
matematika dengan baik (Sugilar, 2017). Selaras dengan pendapat tersebut,
mahasiswa harus mengetahui hakikat dari tujuan pembelajaran matematika
itu sendiri, tujuan pembelajaran matematika berdasarkan Permendiknas No.
22 tahun 2006 yang berisi tentang standar isi pembelajaran matematika.
Adapun tujuan umum pembelajaran matematika tersebut yaitu Problem
solving, Reasoning, Communication, Connections dan Representation.
Kelima kemampuan tersebut biasanya disebut dengan istilah daya
matematika atau mathematical power (Yaniawati, 2012).
Daya matematika atau mathematical power merupakan kemampuan
untuk menggali suatu informasi, membuat konjektur, dan menuliskan alasan-
alasan dengan logis untuk memecahkan suatu permasalahan baik rutin
maupun non rutin, mengomunikasikan, dan menghubungkan berbagai macam
ide-ide dalam topik matematika (NCTM, 1989). Daya matematika harus
dikuasai oleh mahasiswa program studi pendidikan matematika dengan baik
(Sugilar 2017). Selaras dengan pendapat tersebut, daya matematika yang
5. 3
ingin diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan komunikasi matematis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu dosen program studi
pendidikan matematika UPY bahwa daya matematika khususnya pada
kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis kurang optimal.
Padahal kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi
mahasiswa untuk masa depannya dan kemampuan pemecahan masalah harus
dimiliki mahasiswa calon guru untuk melatih diri agar terbiasa jika
dihadapkan pada suatu masalah didalam kelas. Kemampuan pemecahan
masalah merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang sedang dihadapi dan dapat menciptakan suatu ide baru
untuk mencapai tujuan tersebut (Rostika & Junita, 2017). Menurut Polya
(1973) kegiatan-kegiatan yang terdapat pada pemecahan masalah harus
memuat didalamnya yaitu memahami masalah, menyusun rencana
pemecahan masalah, menjelankan perencanaan penyelesaian masalah dan
mengecek kembali atau kesimpulan.
Sedangkan kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan
untuk menyampaikan gagasan/ ide matematis, baik secara lisan maupun
tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ ide matematis
orang lain secara cermat, analitis, kritis dan evaluatif untuk mempertajam
pemahaman (Lestari dan Yudhanegara, 2017). Kemampuan komunikasi
matematis harus dimiliki oleh mahasiswa calon guru matematika dikarenakan
untuk membantu proses penyusunan pikiran, menghubungkan suatu gagasan
dengan gagasan lain, menciptakan ide dan mengungkapkan kembalin suatu
pendapat dengan menuliskan sebuah kesimpulan (Sugilar, 2017).
Berdasarkan permasalahan diatas, fokus pembahasan dalam penelitian
ini adalah mendeskripsikan bagaimana kemampuan daya matematika
mahasiswa program studi pendidikan matematika UPY dilihat dari
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis
pada mata kuliah program linear secara daring.
6. 4
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam
penelitian ini difokuskan pada kajian “Daya Matematika Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika UPY pada mata kuliah program linear secara
daring”. Fokus penelitian ini meliputi:
1. Kemampuan daya matematika yang diukur yaitu kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis
2. Subjek penelitian ini yaitu mahasiswa semester 6 program studi
pendidikan matematika UPY.
3. Mata kuliah yang diambil dalam penelitian ini yaitu mata kuliah
program linear.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian diatas, rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bagaimana kemampuan daya matematika mahasiswa
program studi pendidikan matematika UPY dilihat dari kemampuan
pemecahan masalah pada mata kuliah program linear secara daring?
2. Mendeskripsikan bagaimana kemampuan daya matematika mahasiswa
program studi pendidikan matematika UPY dilihat dari kemampuan
komunikasi matematis pada mata kuliah program linear secara daring?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan daya matematika mahasiswa program
studi pendidikan matematika UPY dilihat dari kemampuan pemecahan
masalah pada mata kuliah program linear secara daring?
2. Untuk mengetahui kemampuan daya matematika mahasiswa program
studi pendidikan matematika UPY dilihat dari kemampuan komunikasi
matematis pada mata kuliah program linear secara daring?
7. 5
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan khususnya
pada bidang pendidikan matematika. Apabila penelitian ini
menunjukkan hasil yang baik, maka dapat dijadikan sebagai acuan atau
alternatif penelitian selanjutnya.
2. Secara praktis
Secara praktis penelitian ini di harapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. Bagi program studi
Sebagai bahan evaluasi pembelajaran yang dapat digunakan dalam
rangka peningkatan kualitas pendidikan ditingkat program studi.
b. Bagi Dosen
Diharapkan melalui penelitian ini, dosen mendapatkan gambaran
umum tentang kemampuan daya matematika yang dilihat dari
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi
matematis pada mahasiswa dan dapat digunakan sebagai bahan
rujukan untuk meningkatkan proses pembelajaran.
c. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian ini, mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana kemampuan daya matematika yang dimiliki.
d. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai kemampuan daya matematika mahasiswa
sehingga nantinya diharapkan mampu memberikan pembelajaran
yang efektif dan berkualitas
8. 6
e. Bagi pembaca
Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pelaksanaan
penelitian yang di masa mendatang.
9. 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Daring
Wabah virus corona telah melanda hampir sebagian besar dunia,
tanpa terkecuali Indonesia (Handarini, 2020). Hal ini memberi tantangan
tersendiri bagi setiap orang maupun orang atau organisasi. Di dunia
pendidikan sendiri memili tantangan baru dimana sekolah meliburkan
siswanya dengan syarat belajar dari rumah atau daring. Pemerintah
melarang aktivitas yang mengumpulkan masa yang banyak agar virus
corona tidak menyebar dan salah satu usaha pemerintah untuk
menghentikan penyebarannya (Sadikin, 2020).
Menurut Ayu & Gusti (2020) dalam jurnalnya perkembangan
teknologi informasi di era digital sangat memberi pengaruh besar
terhadap pendidikan di Indonesia. Yang sebelumnya berpusat pada
pengajaran bisa dilakukan secara tatap muka atau bisa dikatakan juga
pembelajaran yang berpusat ke guru atau pembelajaran yang berpusat
pada siswa. tapi di era ini guru dan siswa diminta untuk mandiri bisa
menggali informasi yang lebih luar menggunakan teknologi (Ayu &
Gusti, 2020).
Banyak aplikasi guru yang dipakai ketika pembelajaran daring
seperti whatsaap gurp, google classroom, google meet, etmodo, zoom,
youtobe, dan lain-lainnya. Menurut Kurniawan dkk (2020) pembelajaran
online yang menggunakan google classroom memungkinkan siswa untuk
mendapatkan pembelajaran menggunakan PPT, video dan lain-lain.
Dengan tatap muka secara online juga guru menggunakan aplikasi yang
baru-baru adalah google meet dan zoom meating.
Dikutip dari jurnal (Khusniyah & Hakim, 2019) dan jurnal
(Sofyana & Rozaq) menyatakan di era sekarang, hal ini sejalan lurus
dengan perkembangan teknologi informasi. Semua aktivitas manusia
10. 8
dapat dilakukan oleh secara tidak langsung atau bisa online. Dengan
adanya pergeseran masa, teknologi informasi juga dimanfaatkan untuk
mengajar siswa secara online. Pengajaran jarak jauh inilah yang disebut
dengan pembelajaran daring.
Dari beberapa pernyataan diatas, ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran daring adalah aktivitas manusia yang dilakukan secara tidak
langsung atau dapat dikatakan aktivitas yang dikerjakan melalui teknologi
seperti whatsaap group, zoom meating, google classroom, etmodo, google
meet dan LSM lainnya.
2. Daya Matematika
Istilah daya matematika atau mathematical power tidak terdaftar
pada kurikulum pembelajaran matematika di Indonesia, akan tetapi tujuan
pembelajaran matematika yang ada pada kurikulum di Indonesia
memaparkan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai pada kurikulum yaitu
problem solving, communication, reasoning, connection dan
representation. Kelima tujuan tersebut menurut NCTM (1989) dikenal
dengan sebutan standar proses daya matematika atau mathematical power
proces standards.
Daya matematika atau mathematical power merupakan
kemampuan untuk menggali informasi, menyusun konjektur, dan
membuat alasan-alasan secara logis untuk memecahkan suatu masalah
baik rutin maupun non rutin, mengomunikasikan, dan menghubungkan
berbagai macam ide-ide dalam topik matematika (NCTM, 1989). Daya
matematika juga diantaranya mengembangkan kepercayaan diri dan
disposisi guna mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara
kuantitatif dan spasial dalam menyelesaikan masalah serta dalam
mengambil suatu kesimpulan.
Unsur daya matematika atau mathematical power menurut Pinellas
County School (2000) dibagi menjadi 3 bagian yaitu standar proses, ruang
lingkup materi atau content standar dan kemampuan matematis atau
11. 9
mathematical abilities. Hubungan ketiga unsur tersebut akan Digambar
kan pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Hubungan antar ruang lingkup materi, standar proses
dan kemampuan matematis (diadaptasi dari mathematical power for all
student, Pinellas County Schools Division Of Curriculum And
Instruction Secondary Mathematics)
3. Kemampuan Pemecahan Masalah
a. Pengertian Pemecahan Masalah
Surya (2015: 145) mengemukakan bahwa pemecahan masalah
adalah salah satu strategi kognitif yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas hidup yang harus dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari dengan rentangan kesulitan mulai dari yang paling
sederhana hingga yang paling kompleks. Wena (2010: 52)
Mathematical Abilities
Conceptual Understanding
Procedural Knowledge
Process Standards
Problem solving
Reasoning
Communication
Connections
Representation
Content standar
1. Number sense and concepts
2. Measurement
3. Geometry and spatial sense
4. Algebratic thinking
5. Data analysis and probability
Math
Power
For All
12. 10
mengemukakan bahwa hakikat pemecahan masalah adalah
melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap
secara sistematis, sebagai seorang pemula (novice) memecahkan
suatu masalah. Ngaeni dan Saefudin (2017) mengemukakan bahwa
pemecahan masalah matematika adalah suatu proses yang mempunyai
banyak langkah yang harus ditempuh oleh seseorang dengan
menggunakan pola berfikir, mengorganisasikan dan pembuktian yang
logik dalam mengatasi masalah. Kemampuan pemecahan masalah
adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya, serta kemampuan
pemecahan masalah dapat menciptakan ide baru untuk mencapai
tujuan yang diharapkan (Rostika dan Junita, 2017).
Salah satu strategi yang dapat membantu proses dan hasil
belajar selama pembelajaran adalah kemampuan pemecahan masalah.
Aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya untuk
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga
belajar bagaimana menggunakan pengetahuan yang telah didapat
selama mengikuti aktivitas pembelajaran. Hal tersebut digunakan
untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah
khusus yang berkaitan dengan bidang studi yang dipelajari dan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah
kemampuan dalam mencari strategi untuk menyelesaikan masalah
matematika dengan tepat dengan menggabungkan konsep-konsep
yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan pemecahan masalah
sangat penting artinya bagi siswa untuk masa depannya dan
kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki siswa untuk melatih
diri agar terbiasa jika dihadapkan pada suatu masalah.
13. 11
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemampuan Pemecahan
Masalah
Menurut Siswono (dalam Ambarwati, 2016: 55) terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa, yaitu:
1. Pengalaman awal Pengalaman terhadap tugas-tugas
menyelesaikan soal cerita atau soal aplikasi. Pengalaman awal
seperti ketakutan (phobia) terhadap matematika dapat
menghambat kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah.
2. Latar belakang matematika Kemampuan siswa terhadap konsep-
konsep matematika yang berbeda-beda tingkatnya dapat memicu
perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
3. Keinginan dan motivasi Dorongan yang kuat dari dalam diri
(internal), seperti menumbuhkan keyakinan saya “BISA” maupun
eksternal, seperti diberikan soal-soal yang menarik, menantang,
kontekstual dapat mempengaruhi hasil pemecahan masalah.
4. Struktur masalah Struktur masalah yang diberikan kepada siswa
(pemecahan masalah), seperti format secara verbal atau gambar,
kompleksitas (tingkat kesulitan soal), konteks (latar belakang
cerita atau tema), bahasa soal, maupun pola masalah satu dengan
masalah yang lain dapat mengganggu kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pengalaman
awal, latar belakang matematika, keinginan dan motivasi, serta
struktur masalah merupakan faktor-faktor mempengaruhi
kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah.
c. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Secara umum strategi pemecahan masalah yang sering
digunakan adalah strategi yang dikemukakan oleh Polya. Menurut
Poyla (dalam Budhayanti & dkk, 2018: 8-10) untuk mempermudah
14. 12
memahami dan menyelesaikan suatu masalah, terlebih dahulu
masalah tersebut disusun menjadi masalahmasalah sederhana, lalu
dianalisis (mencari semua kemungkinan langkah-langkah yang akan
ditempuh), kemudian dilanjutkan dengan proses sintesis (memeriksa
kebenaran setiap langkah yang dilakukan). Pada tingkatan masalah
tertentu, langkah-langkah Polya di atas dapat disederhanakan menjadi
empat langkah yaitu memahami masalah, membuat rencana
penyelesaian, melaksanakan rencana dan melihat kembali. Berikut ini
tahapan yang dapat menjelaskan proses pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh Poyla.
1) Memahami masalah
Pada langkah pertama ini, pemecah masalah harus dapat
menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Untuk
mempermudah pemecah masalah memahami masalah dan
memperoleh informasi umum penyelesaiannya dapat dibuat
catatan-catatan penting dimana catatan-catatan tersebut bisa
berupa grafik, Tabel, diagram, gambar atau yang lainnya. Dengan
mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan maka proses
pemecahan masalah akan mempunyai arah yang jelas.
2) Merencanakan penyelesaian
Untuk dapat menyelesaikan masalah, pemecah masalah harus
dapat menemukan hubungan data/informasi dengan yang
ditanyakan. Pemilihan teorema-teorema atau konsepkonsep yang
telah dipelajari, dikombinasikan sehingga dapat dipergunakan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jadi diperlukan
aturan-aturan agar selama proses pemecahan masalah
berlangsung, dapat dipastikan tidak akan ada satupun alternatif
yang terabaikan. Untuk itu perlu mengikuti langkah-langkah
pemecahan masalah berikut.
a) Mengumpulkan data/informasi dengan mengaitkan
persyaratan yang ditentukan untuk analisis.
15. 13
b) Jika diperlukan analisis informasi yang diperoleh dengan
menggunakan analogi masalah yang pernah diselesaikan.
c) Apabila ternyata “macet”, perlu dibantu melihat masalah
tersebut dari sudut yang berbeda
Jika hubungan data dan yang ditanyakan sulit untuk dilihat secara
langsung, gunakan langkah-langkah berikut.
a) Membuat sub masalah. Hal ini akan sangat berguna untuk
masalah yang kompleks.
b) Coba untuk mengenali sesuatu yang sudah dikenali, misalnya
dengan mengingat masalah yang memiliki prinsip yang sama
atau mirip..
c) Coba untuk mengenali pola dengan mencari keteraturan-
keteraturan. Pola tersebut dapat berupa pola aljabar atau pola
geometri.
d) Gunakan analogi dari masalah tersebut, yaitu masalah yang
berhubungan, masalah yang mirip, yang lebih sederhana
sehingga memberikan petunjuk yang dibutuhkan dalam
memecahkan masalah yang lebih sulit.
e) Masukan sesuatu yang baru untuk membuat hubungan antara
data dengan hal yang tidak diketahui.
f) Membuat kasus g) Mulai dari akhir (asumsikan jawabannya)
yaitu dengan menganalisis bagaimana cara mendapatkan
tujuan yang hendak dicapai.
3) Menjalankan perencanaan penyelesaian masalah
Berdasarkan rencana penyelesaian masalah, penyelesaian–
penyelesaian masalah yang sudah direncanakan akan
dilaksanakan. Didalam menyelesaikan masalah, setiap langkah
dicek, apakah langkah tersebut sudah benar atau belum. Hasil
yang diperoleh harus diuji apakah hasil tersebut benar-benar hasil
yang dicari.
16. 14
4) Mengecek kembali atau kesimpulan
Tahap melihat kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh
mungkin merupakan bagian terpenting dari proses pemecahan
masalah. Setelah hasil penyelesaian diperoleh, perlu dilihat dan
dicek kembali untuk memastikan semua alternatif tidak diabaikan
misalnya dengan cara: a) Melihat kembali hasil b) Melihat
kembali alasan-alasan yang digunakan c) Menemukan hasil lain
d) Menggunakan hasil atau metode yang digunakan untuk
masalah lain e) Menginterpretasikan masalah kembali f)
Menginterpretasikan hasil g) Memecahkan masalah baru h) Dan
lain sebagainya.
Dari penjelasan diatas, peneliti menggunakan indikator
kemampuan pemecehan masalah menurut Polya yaitu memahami
masalah, menyusun rencana pemecahan masalah, menjelankan
perencanaan penyelesaian masalah dan mengecek kembali atau
kesimpulan.
4. Kemampuan Komunikasi Matematis
a. Pengertian kemampuan komunikasi matematis
Kemampuan komunikasi matematis menjadi sangat penting
dimiliki oleh seorang siswa, dikarenakan ketika diskusi antar siswa
dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan,
menjelaskan mendengar, menanyakan, menggambar dan bekerja
sama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang lebih
mendalam tentang matematika. Dalam hal ini, kemampuan
komunikasi dilihat sebagai kemampuan siswa mengomunikasikan
matematika yang dipelajari sebagai isi pesan yang disampaikan.
Dengan siswa mengomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya,
maka dapat terjadi renegosiasi respon antar siswa, dan peran guru
diharapkan hanya sebagai fasilisator dalam proses pembelajaran.
17. 15
Alasan mendalam mengapa kemampuan komunikasi sangat
penting dimiliki oleh seorang siswa menurut Susanto (2016: 214)
adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan komunikasi matematis sebagai tempat bagi siswa
dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya untuk
memperoleh informasi.
2) Kemampuan komunikasi matematis sebagai modal keberhasilan
bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam
eksplorasi dan investigasi.
3) Kemampuan komunikasi matematis sebagai kekuatan sentral
bagi siswa dalam merumuskan konsep, model maupun strategi.
Lestari dan Yudhanegara (2017: 83) menjelaskan bahwa
kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan untuk
menyampaikan gagasan/ ide matematis, baik secara lisan maupun
tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ ide
matematis orang lain secara cermat, analitis, kritis dan evaluatif untuk
mempertajam pemahaman. Sedangkan menurut Arum (2019: 13)
kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi kegiatan penggunaan keahlian menulis, menyimak,
menginterprestasikan, dan mengevaluasi ide, simbol atau istilah serta
informasi matematika yang diamati melalui proses mendengar,
mempresentasikan dan diskusi. Adapun kemampuan komunikasi
matematis menurut Wijayanti (2013, 186) merupakan kemampuan
untuk mengizinkan siswa untuk mengorganisasi dan menguatkan
berpikir matematis serta mengeksplor ide-ide matematis.
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan
kemampuan untuk menyampaikan sesuatu yang diketahuinya ataupun
menyampaikan gagasan/ ide matematisnya dan kegiatan
mengevaluasi ide, simbol atau istilah secara tertulis serta kemampuan
18. 16
untuk mengizinkan siswa untuk mengorganisasi dan menguatkan
berpikir matematis atau mengeksplor ide matematisnya.
b. Macam Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi dapat dilakukan oleh siswa dan guru dengan tujuan
agar dapat menyampaikan sebuah informasi yang bersifat untuk
memperjelas dan memahamkan siswa. Komunikasi matematis dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Komunikasi matematis lisan merupakan suatu peristiwa saling
interaksi yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas atau
kelompok kecil dan terjadi pengalihan pesan berisi tentang materi
matematika yang sedang dipelajari baik antara guru dengan siswa
maupun antar siswa (Harahap dan Surya, 2017: 4).
Contoh: membaca, mendengar, diskusi, menjelaskan dan berbagi.
2. Komunikasi matematis secara tertulis merupakan kemampuan
ataupun ketrampilan siswa dalam menggunakan simbol, bentuk,
notasi matematis dan struktur matematis baik dalam bentuk
penalaran, problem solving dan koneksi (Harahap dan Surya,
2017: 4).
Contoh: mengungkapkan ide matematis dalam fenomena
dikehidupan sehari-hari melalui grafik, tabel, persamaan aljabar
ataupun bahasa sehari-hari.
c. Indikator kemampuan komunikasi matematis
Indikator kemampuan komunikasi matematis sangat
berpengaruh besar dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung di dalam kelas karena melalui indikator tersebut kita
dapat melihat sejauh mana kemampuan komunikasi matematis yang
dimiliki oleh masing-masing siswa. Perlu diingat bahwasannya
matematika bukan alat untuk sekedar berpikir saja melainkan sebagai
alat untuk menyampaikan ide yang jelas dan tepat. Adapun indikator-
indikator kemampuan komunikasi matematis siswa menurut beberapa
ahli atau penelitian terdahulu, diantaranya adalah sebagai berikut:
19. 17
Indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Lestari
dan Yudhanegara (2017: 83) adalah sebagai berikut:
1) Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram kedalam ide
matematika.
2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika.
4) Mendengarkan, diskusi dan menulis tentang matematika.
5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
secara tertulis.
6) Menyusun pertanyaan matematika yang relevan dengan situasi
masalah.
7) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi
dan membuat generalisasi.
Adapun menurut Hendriana dan Soemarmo (2017: 30)
kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dengan
indikator kemampuan komunikasi matematis sebagai berikut:
1) Melukis atau mempresentasikan benda nyata, gambar dan
diagram dalam bentuk ide dan atau simbol matematika.
2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan menggunakan benda nyata, gambar, grafik dan
ekpresi aljabar.
3) Membuat model atau situasi atau persoalan secara tertulis
menggunakan simbol atau skema berfikir.
4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematik.
5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika.
6) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau kesimpulan secara
lisan ataupun tertulis
Indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Utari,
Sumarmo (2016: 50-51) antara lain:
20. 18
1) Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika
secara tertulis.
2) Kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk
ide atau simbol matematika secara visual
3) Kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara
tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir.
4) Kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau
kesimpulan secara tertulis.
Indikator kemampuan komunikasi matematis yang diukur pada
penelitian ini meliputi indikator kemampuan komunikasi matematis
secara tertulis menurut Utari, Sumarmo (2016: 50-51) yaitu sebagai
berikut:
1) Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika
secara tertulis
2) Kemampuan membuat gambar, grafik dan diagram dalam bentuk
ide atau simbol matematika secara visual
3) Kemampuan membuat model atau situasi atau persoalan secara
tertulis menggunakan simbol atau skema berfikir.
4) Kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau
kesimpulan secara tertulis
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hamdan Sugilar (2017) dengan judul
Daya Matematis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
mendaptkan hasil bahwa Kemampuan penalaran matematis mahasiswa
pendidikan matematika berada pada kisaran rata-rata 54,6 dengan
simpangan baku sebesar 1,94 nilai tersebut mengindikasikan bahwa
kemampuan penalaran matematis mahasiswa pendidikan matematika
pada kategori kurang sedangkan kemampuan komunikasi matematis
21. 19
mahasiswa pendidikan matematika berada pada kisaran rata-rata 77,43
dengan simpangan baku sebesar 1,95 nilai tersebut mengindikasikan
bahwa kemampuan komunikasi matematis mahasiswa pendidikan
matematika pada kategori baik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Purwati dkk (2020) dengan Judul Analisis
Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Dalam Menyelesaikan
Masalah Pada Mata Kuliah Program Linear mendapatkan hasil bahwa
dari hasil triangulasi diperoleh kesimpulan bahwa subyek 3 mempunyai
komunikasi matematis yang baik yang terlihat pada tingkat kemampuan
pemecahan masalah yang baik pula yaitu kemampuan pemahaman
masalah, perencanaan penyelesaian masalah, pelaksanaan perencanaan
masalah serta kemampuan memeriksa kembali. Sedangkan subyek 1 dan
subyek 2 mempunyai komunikasi matematis yang cukup baik yang
terlihat pada tingkat kemampuan pemecahan masalah yang kurang
sempurna yaitu kurang dapat melakukan peninjauan kembali terhadap
hasil pekerjaannya.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Godeliva (2019) dengan judul Analisis
Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Darma Untuk Program Linear Pokok
Bahasan Nilai Optimum Fungsi Objektif Metode Garis Selidik Tahun
Akademik 2018/2019 dengan hasil delapan dari 79 mahasiswa (10,13%)
berhasil melakukan pemecahan masalah dan mengikuti semua prosedur
dengan benar. Dua puluh lima mahasiswa (31,65%) mampu memahami
masalah, merancang penyelesaian, tetapi tidak tuntas dalam
menyelesaikan permasalahan.
22. 20
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Pandemi Covid-19
Pembelajaran
Daring
Mata Kuliah Program
Linear
Pemecahan Masalah Komunikasi
Matematis
Daya Matematika
23. 21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data yang
dikumpulkan merupakan hasil tes tertulis dan hasil wawancara dengan
mahasiswa. Data dipaparkan secara deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan daya matematis mahasiswa yang dilihat dari kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis pada mata
kuliah program linear.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas PGRI Yogyakarta. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juni 2022.
C. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 6 kelas A1
sebanyak 15 mahasiswa. Sebelum melakukan penelitian mahasiswa telah
menerima materi mengenai soal yang ingin diteliti, siswa memiliki
pengetahuan tentang materi yang diteliti dan siswa dapat menyampaikan
pemikiran secara tertulis untuk mengeksplorasi mengenai daya matematika.
Setelah selesai melakukan tes, selanjutnya teknik penentuan subjek
wawancara yaitu menggunakan sampel acak setiap stratifikasi (proportified
stratified random sampling). Teknik ini mengambil data acak secara
professional di setiap strata yang ada. Professional yang dimaksud artinya jika
peneliti mau mengambil satu setiap strata, maka setiap strata itu diambil
secara acak disetiap kategori. Pertanyaan wawancara adalah soal mengenai
bagaimana siswa dalam menjawab soal yang diberikan peneliti.
24. 22
D. Data Dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah secara deskriptif
dalam tulisan. Data yang dikumpulkan yaitu hasil tes daya matematika
dan hasil wawancara dengan subjek.
2. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini meliputi mahasiswa semester 6 kelas A1
dan Dosen pengampu mata kuliah program linear.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2018). Teknik pengumpulan data penelitian ini, diuraikan sebagai
berikut:
1. Tes Daya Matematika
Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan daya matematika
dilihat dari kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi matematis. Sebelum pengumpulan data dilakukan, soal
divalidasi terlebih dahulu oleh validator yaitu dosen pengampu mata
kuliah program linear Universitas PGRI Yogyakarta.
2. Wawancara
Sugiyono (2018: 317) menyatakan bahwa wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara yang akan dilakukan peneliti adalah wawancara
langsung. Maksud dari wawancara langsung disini wawancara yang
dilakukan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai tanpa
melalui pelantara.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur merupakan
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
25. 23
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya (Sugiyono, 2018: 197). Selaras dengan
pernyataan tersebut peneliti hanya menyusun pedoman wawancara
yang berisi garis-garis besar dari permasalahan yang ingin ditanyakan
kepada subjek.
Dari uraian diatas, peneliti melakukan wawancara setelah tes
daya matematika dilaksanakan, dengan tujuan agar peneliti dapat
menggali informasi lebih dalam hasil pekerjaan subjek terpilih.
3. Dokumentasi
Sugiyono (2018) menyatakan bahwa dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data yang digunakan sebagai bukti kuat data-data yang
diperoleh selama penelitian baik berupa tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data-data visual baik foto-foto mengenai data-data serta
nilai-nilai mahasiswa. Hasil dokumentasi digunakan untuk melengkapi
data yang dibutuhkan untuk mendukung hasil penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini instrumen yang digunakan sebagai
berikut:
1. Peneliti
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai human
instrumen, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya (Sugiyono, 2018).
2. Tes Daya Matematika
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk
soal tes berupa uraian, dengan tujuan untuk mengukur kemampuan daya
matematika mahasiswa calon guru matematika dilihat dari kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis.
26. 24
3. Pedoman wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik wawancara tak terstruktur. Dimana wawancara tak terstruktur
hanya menggunakan pedoman secara garis besar saja mengenai
kemampuan daya matematika yang diukur.
G. Analisis Uji Coba Instrumen Tes
Soal tes yang telah dibuat akan diujicobakan di kelas lain. Kegiatan
analisis kualitas tes dilakukan untuk mengetahui apakah soal tes memiliki
kualitas baik atau kurang baik. Untuk mengetahui tes yang digunakan
termasuk baik atau kurang baik maka dilakukan analisis validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1. Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2018: 173). Validitas instrumen terdiri dari validitas isi,
validitas isi-aiken’s dan validitas butir soal. Validitas isi suatu instrumen
dilakukan dengan mengkonsultasikan butir soal kepada dosen pengampu
mata kuliah program linear Universitas PGRI Yogyakarta. Validasi
Aiken’s untuk menghitung content-validity coefficient yang didasarkan
pada hasil penelitian dari panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu item
dari segi sejauh mana item tersebut mewakili konstruk yang diukur.
Formula yang diajukan oleh Aiken adalah sebagai berikut:
( 1)
s
v
n C
=
−
S = r -lo
(Azwar, 2019:113)
27. 25
Keterangan:
lo = angka penilaian validitas yang terendah
C = angka penilaian tertinggi
r = angka yang diberikan oleh peneliti
Tabel 3.5. Kategori Validasi Isi Aiken’s
(Retnawati, 2016:31)
Pengujian validitas soal dalam penelitian ini dengan bantuan
software SPSS 21. Adapun rumus koefisien korelasi Product Moment
Person dengan angka kasar sebagai berikut:
2 2 2 2
( ).( )
( ) . ( )
xy
N XY X Y
r
N X X N Y Y
−
=
− −
(Arikunto, 2018: 190)
Keterangan:
xy
r
= Koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan (Y)
N = Banyak subjek/ siswa yang diteliti
X
= Jumlah skor item/ skor butir soal
Y
= Jumlah skor total
2
X
= Jumlah kuadrat skor butir soal
2
Y
= Jumlah kuadrat jumlah soal
Uji validitas dilakukan pada setiap butir soal. Hasil r-hitung
dibandingkan dengan r-tabel (lihat tabel r) dimana df = n-2 (sig 5%, n =
jumlah sampel). Pada output, jika semua butir pertanyaan dalam
penelitian ini memiliki nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal dalam penelitian
tersebut dikatakan valid. Tetapi apabila nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal
Nilai Aiken’s (V) Kategori
0,8
Tinggi
0,4 0,8
− Sedang
0,4
Kurang
28. 26
dalam penelitian tersebut dikatakan tidak valid. Adapun tolak ukur untuk
menginterprestasikan derajat validitas instrumen ditentukan berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kategori Tingkat Validitas Tes
(Arikunto, 2018: 193)
2. Reliabilitas
Arikunto (2018: 122) menyatakan reliabilitas merupakan keadaan
instrument yang menunjukan hasil pengukuran yang reliabel (tidak
berubah-ubah, konsisten). Instrument yang reliabel adalah instrument
yang apabila digunakan untuk mengukur subjek atau objek yang sama
pada waktu yang berbeda dan pengukuran dilakukan oleh orang yang
berbeda hasilnya tetap sama. Tinggi rendahnya derajat reliabilitas suatu
instrumen ditentukan oleh nilai koefisien korelasi antara butir soal atau
item pernyataan/ pertanyaan dalam instrumen tersebut yang dinotasikan
dengan r. Pada penelitian ini untuk uji reliabilitas dengan bantuan
software SPSS 21. Adapun rumus Alfa Cronbach adalah sebagai berikut:
2
2
1
1
t
t
s
n
r
n s
= −
−
(Arikunto, 2018: 225)
Keterangan:
r = Reliabilitas yang dicari
n = Banyaknya butir soal
2
i
s
= Jumlah varians skor butir soal ke-i
2
i
s = Varians skor total
Koefisien Relasi Kategori
0,800 1,00
xy
r
Sangat Tinggi
0,600 0,800
xy
r
Tinggi
0,400 0,600
xy
r
Cukup
0,200 0,400
xy
r
Rendah
0,00 0,200
xy
r
Sangat Rendah
29. 27
Pada output, apabila nilai Cronbach-alpha ≥ α (0,05) maka
instrumen reliabel. Akan tetapi apabila nilai Cronbach-alpha < α (0,05)
maka instrumen tidak reliabel. Adapun tolak ukur untuk
menginterprestasikan derajat reliabilitas instrumen ditentukan
berdasarkan kriteria menurut Guilford sebagai berikut:
Tabel 3.7. Kriteria Koefisien Reliabilitas Tes
Nilai i
r Kriteria
0,90 1, 00
i
r
Sangat tinggi
0, 70 0,90
i
r
Tinggi
0, 40 0, 70
i
r
Sedang
0, 20 0, 40
i
r
Kurang
0, 20
i
r Sangat kurang
(Lestari dan Yudhanegara, 2017: 206)
3. Indeks kesukaran
Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat
kesukaran suatu butir soal (Lestari dan Yudhanegara, 2017:223). Indeks
kesukaran sangat erat kaitannya dengan daya pembeda, jika soal terlalu
sulit atau terlalu mudah, maka daya pembeda soal tersebut menjadi buruk
karena baik siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah akan
dapat menjawab soal tersebut dengan tepat atau tidak dapat menjawab
soal tersebut dengan tepat. Akibatnya, butir soal tersebut tidak akan
mampu membedakan siswa berdasarkan kemampuannya. Oleh karena
itu, suatu butir soal dikatakan memiliki indeks kesukaran yang baik jika
soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Pada penelitian
ini untuk mengetahui daya pembeda menggunakan bantuan Microsoft
Excel dengan rumus yang digunakan untuk menentukan indeks
kesukaran instrumen tes adalah sebagai berikut:
X
IK
SMI
−
=
30. 28
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran butir soal
X
−
= Rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal
SMI = Skor maksimum ideal (SMI), yaitu skor maksimum yang akan
diperoleh siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat
(sempurna).
Indeks kesukaran suatu butir soal di interprestasikan dalam kriteria
sebagai berikut:
Tabel 3.8. Interprestasi Indeks Kesukaran
(Lestari dan Yudhanegara, 2017:224)
4. Daya pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal merupakan Daya pembeda
dari sebuah butir soal merupakan kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan sangat tinggi dengan
siswa yang berkemampuan sangat rendah (Arikunto, 2018). Daya
pembeda dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal
dengan tepat dan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan
tepat (siswa yang menjawab kurang tepat/ tidak tepat). Tinggi rendahnya
tingkat daya pembeda suatu butir soal dinyatakan dengan indeks daya
pembeda (DP). Pada penelitian ini untuk mengetahui daya pembeda
menggunakan bantuan Microsoft Excel dengan rumus yang digunakan
untuk menentukan daya pembeda instrumen tes adalah sebagai berikut:
XA XB
DP
SMI
− −
−
=
IK Interprestasi Indeks Kesukaran
IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 0,30
IK
Sukar
0,30 0,70
IK
Sedang
0,70 1,00
IK
Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
31. 29
Keterangan:
DP = Indeks Daya Pembeda Butir Soal
XA
−
= Rata-rata Skor Jawaban Siswa Kelompok Atas
XB
−
= Rata-rata Skor Jawaban Siswa Kelompok Bawah
Skor Maks = Skor Maksimum Ideal (SMI), yaitu skor maksimum yang
akan diperoleh siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat
(sempurna)
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya
pembeda disajikan kedalam bentuk tabel, berikut:
Tabel 3.9. Kriteria Daya Pembeda
Skor Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
0,71 1,00
DP
Sangat Baik
0,41 0,70
DP
Baik
0,21 0,41
DP
Cukup
0,00 0,20
DP
Buruk
(Arikunto, 2018:242)
H. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2018) menjelaskan bahwa analisis data merupakan proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari dan membut kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.
Untuk menganalisis data kualitatif kemampuan daya matematika dan
hasil wawancara pada penelitian ini menggunakan model Miles dan
Huberman melalui tiga proses yaitu reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display) dan membentuk kesimpulan (conclusion drawing/
verification), (Sugiyono, 2018). Berikut ini dijelaskan proses dalam
32. 30
menganalisis data menurut Sugiyono (2018) menggunakan model Miles dan
Huberman adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Sugiyono (2018) menjelaskan bahwa reduksi data (data
reduction) merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono
(2018) penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, flowchart, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal
ini, data-data yang telah direduksi kemudian dikumpulkan yaitu
menyajikan hasil pekerjaan siswa yang dipilih sebagai subjek
penelitian untuk dijadikan bahan wawancara dan menyajikan hasil
wawancara yang telah direkam menjadi transkrip wawancara antara
peneliti dan subjek penelitian mengenai kemampuan komunikasi
matematis dan dokumentasi kemudian di deskripsikan dalam bahasa
yang baik dan benar.
Hasil kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi matematis dapat dilihat pada tabel beriut:
Nilai % Kriteria
N > 80 Tinggi
65 < x < 80 Sedang
x < 65 Rendah
Hilyani dkk (2020)
33. 31
Untuk mengetahui mampu atau tidak mampunya mahasiswa
dalam pencapaian daya matematika, penulis menggunakan kriteria
presentase adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11. Kriteria Presentase Daya Matematika
Interval Presentase Kriteria
0% ≤ P < 20% Belum Mampu
21% < P < 40% Kurang Mampu
41% < P < 60% Cukup Mampu
61% < P < 80% Mampu
81% < P ≤ 100% Sangat Mampu
3. Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2018) kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila
tidak ditemukan dengan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada
tahap pengumpulan dan berikutnya. Maksudnya apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
I. Pemeriksaan Keabsahan Data
Setelah data dianalisis langkah selanjutnya adalah pemeriksaan
keabsahan data yang telah diperoleh. Pemeriksaan keabsahan data dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi. Moleong (2017: 330) menyatakan
bahwa teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik.
Triangulasi teknik bertujuan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan
34. 32
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda (Sugiyono, 2018: 373). Peneliti dalam memeriksa keabsahan data
dengan cara membandingkan data yang diperoleh melalui hasil pengerjaan
soal tes kemampuan komunikasi matematis dan hasil wawancara kepada
subjek penelitian yang terpilih.
35. 33
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2018. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arum, Ramadani Kholifah. 2019. Efektifitas Strategi Pembelajaran Aktif
EveryoneIs A Teacher Here Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas VII SMP Muahamdiyah 1 Yogyakarta. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Program Sarjana Pendidikan Matematika
Universitas PGRI Yogyakarta
Ayu & Gusti. 2020. Dramatik pembelajaran daring pada masa pandemic covid-19.
Jurnal pendidikan undiksha.
Azwar, Saifuddin. 2019. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Godeliva, P. 2019. Analisis kemampuan pemecahan masalah mahasiswa program
studi pendidikan matematika Universitas Sanata Darma untuk program linear
pokok bahasan nilai optimum fungsi objektif metode garis selidik tahun
akademik 2018/2019. Skripsi tidak diterbitkan USD: Yogyakarta.
Handarini & Wulandari. 2020. Pembelajaran daring sebagai upaya study from
home (SFH). Jurnal Pendidikan UNNESA.
Harahap K, N dan Surya, E. 2017. Kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran matematika. ResearchGate: PPS Prodi Pendidikan Matematika
UNIMED.
Hilyani, dkk. 2020. Analisis kemampuan pemecahan masalah matematis pada
siswa kelas VII SMP Negeri 57 Palembang materi aritmatika sosial. SIGMA
Vol. 12, No. 2 Desember 2020.
Khusniyah & Hakim. 2019. Efektivitas pembelajaran daring sebuah bukti dari
pembelajaran bahasa inggris. Jurnal pendidikan uinmataram.
Kustiani, I., & Despa, D. (2019). Persepsi Peserta Program PS PPI Unila Mengenai
Aplikasi Pembelajaran Daring. Buletin Profesi Insinyur, 2(3), 122-124.
Lestari K, E & Yudhanegara M, R. 2017. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama
Moleong, Lexy. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
36. 34
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.
Reston, VA: Authur.
Ngaeni, E. N.dan Saefudin, A. A. 2017. Menciptakan Pembelajaran Matematika
yang Efektif dalam Pemecahan Masalah Matematika dengan
ModelPembelajaran Problem Posing.Jurnal Pendidikan Matematika FKIP
Univ. Muhammadiyah Metro. 6(2):264-274.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006
tentang Standar Isi.
Pinellas County Schools. 2000. Division of Curriculum and Instruction Secondary
Mathematics. Tersedia Online pada http://fcit.usf.edu/fcat8m/resource/
mathpowr/fullpower.pdf.
Purwanti dkk. 2020. Analisis Kemampuan komunikasi matematis mahasiswa
dalam menyelesaikan masalah pada mata kuliah program linear. Jurnal ilmiah
pendidikan matematika vol. 1 No. 2.
Polya. G. (1973). How To Solve (2nd Ed). Princeton: University Press.
Retnawati, Heri. 2016. Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian (Panduan
Peneliti, Mahasiswa, dan Psikometrian). Yogyakarta: Parama Publishing.
Rostika, D.& Junita, H. 2017.Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
SD dalam Pembelajaran Matematika dengan Model Diskursus Multy
Representation (DMR). Jurnal Pendidikan Dasar. 9(1):35-46
Sadikin & Hamidah. 2020. Pembelajaran daring ditengah wabah covid-19. Jurnal
Ilmiah unja.
Sevima.com. 2020. Kuliah Daring Hingga UN, Ini 5 Kebijakan Pendidikan Masa
Darurat Corona. 17-04-2020, 01.07 WIB.
Sofyan & Rozaq. 2019. Pembelajaran daring komunikasi berbasis whatsapp pada
kelas karyawan prodi teknik informatika PGRI Madiun. Jurnal pendidikan
Undikhsa.
Sugilar, H. 2017. Daya Matematis Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika. JNPM Maret 2017, Vol.1, No. 1. Hal. 97.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitif, Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
37. 35
Sumarmo, Utari. 2016. Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan
Kurikulum Sekolah Menengah. Makalah Seminar Pendidikan Matematika di
FMIPA Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Surya, Mohammad. 2015. Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran. Bandung:
ALFABETA.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia
Control and Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China
Wena, M. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur: PT
Bumi Aksara.
Wijayanti, Palupi Sri. 2013. “Pengaruh Pendekatan MEAs Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah, Komunikasi Matematis Dan Kepercayaan Diri Siswa”.
PHYTAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 8, No. 2. Desember
2013.
Yaniawati, R. P. (2012). Pengaruh E-Learning Untuk Meningkatkan Daya
Matematis Mahasiswa FKIP Universitas Pasundan. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, Edisi November, No. 3.
Yuliana. 2020. Corona virus disease (Covid-19); Sebuah tinjauan literatur.
Wellness and Healthy Magazine. Vol. 2 No. 1. Februari 2020. P. 187-192.
Lampung: Universitas Lampung.