Dokumen tersebut membahas perbandingan sistem pendidikan di Jerman dan Indonesia. Sistem pendidikan di Jerman bersifat desentralisasi di mana setiap negara bagian menentukan kurikulum mereka sendiri. Sedangkan di Indonesia bersifat sentralisasi namun pelaksanaannya desentralisasi. Kedua negara memiliki tujuan pendidikan untuk memajukan bangsa namun dengan dasar yang berbeda. Proses pembelajaran di Jerman lebih memberikan kebebasan kepada g
Pendidikan adalah suatu proses belajar-mengajar yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan berencana yang membiasakan para warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati serta mengamalkan nilai-nilai yang disepakati bersama sebagai terpuji, dikehendaki serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah suatu proses belajar-mengajar yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan berencana yang membiasakan para warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati serta mengamalkan nilai-nilai yang disepakati bersama sebagai terpuji, dikehendaki serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi masyarakat, bangsa dan negara.
Sekolah/madrasah tidak lagi menjalankan kebijakan yang berpusat sentralistik dan pengambilan keputusan terpusat, akan tetapi bergeser ke arah desentralistik dan manajemen partisipatif berdasarkan pola manajemen berbasis sekolah.
Sekolah bebas mengelola sekolah/madrasah berdasarkan permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang standart pengelolaan pendidikan. Akreditasi sekolah/madrasah merupakan pelaksanaan supervise dan evaluasi standar pengelolaan pendidikan. Standar pengelolaan pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah pada dasarnya merupakan konsep dasar terlaksananya pendidikan di Negara Indonesia. Dengan adanya standar pengelolaan pendidikan ini masing-masing sekolah mempunyai konsep yang berbeda-beda tetapi tetap dalam koridor Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. STRUKTUR DAN JENIS PENDIDIKAN1. SEKOLAH DASAR (PRIMARY SCHOOL/GRUNDSCHULE) ? 4 ATAU 6 TAHUN (TERGANTUNG WILAYAH)
2. SEKOLAH MENENGAH (SECONDARY SCHOOL), TERDIRI DARI:
Lower Secondary School (hauptschule) 5-6 tahun; untuk siswa yang akan melanjutkan ke vocational school
Lower Secondary School (realschule) 6 tahun; siswa dapat melanjutkan ke vocational school,fachhochschule atau sekolah tinggi
bidang tertentu
Higher Secondary School (gymnasium) 8-9 tahun; untuk siswa yang akan melanjutkan ke universitas
Comprehensive School (gesamtschule) ? grade 1 sampai lulus; memadukan 3 jenis kualifikasi di atas
Vocational School (part-time: berufsschule/ full-time: berufsfacherschule) 2-3 tahun; untuk siswa lulusan lower secondary school
3. PENDIDIKAN TINGGI (HIGHER EDUCATION), TERDIRI DARI:
University
University Of Applied Science (Fachhochschule)
Lain-lain (Sekolah Tinggi Seni, Musik Dsb); Pendidikan Informal
3. MANAJEMEN PENDIDIKAN
OTORITA
• Lander berwenang atas pendidikan di daerahnya
• Pada negara-negara bagian yang luas derahnya, sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh
kementrian negara bagian, tetapi melalui badan administratif regional yang merupakan bagian
dari badan eksekutif tanpa pasangan atau counterpart langsung dari pihak legislatif atau DPR.
• Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan infra struktur yang
diperlukan dan ada kalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf
4. PENDANAAN
• Dengan pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada di tangan
lender dan masyarakat setempat.
• Secara umum, seluruh biaya personil ditanggung oleh pemerintah negara bagian, dan infra
struktur oleh masyarakat. Hampir semua program pendidikan (termasuk pembebbasan uang
kuliah pada pendidikan tinggi) bersifat gratis.
PERSONALIA
• Guru-guru merupakan pendidik yang ahli di bidangnya
5. DINAMIKA DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI JERMAN
Menteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan mereka melakukan melalui tiga jenis instrumen:
A) tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan “grade” dan jeis
sekolah;
B) pedoman kurikulum; dan
C) pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks.
Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya
dengan pedoman kurikulum. Ini diputuskan oleh kementerian negara bagian dan mencakup silabus, rekomendasi
metode mengajar (keputusan untuk memakai metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan kepada guru), dan
kadang-kadang juga model rencana pelajaran.
Mengenai buku teks, tidak ada yang dapat dipakai di sekolah-sekolah jerman tanpa mendapat peretujuan dari
kementerian negara bagian. Sekolah dan guru-guru kemudian dapat bebas memilih dari buku-buku yang sudah ada
dalam daftar yang sudah di syahkan.
6. UJIAN, KENAIKAN KELAS, DAN SERTIFIKASI
• Tes formal pada prinsipnya tidak digunakan untuk menilai keberhasilan anak disekolah. Pengecualian itu hanya untuk keperluan
diagnostik yaitu mengidentifikasi jenis-jenis dyslexia (kesulitan belajar membaca dan menulis karena kondisi pada otak).
• Tidak ada kenaikan kelas secara otomatis, tetapi kelas mengulang juga sudah hampir tidak dilaksanakan lagi (hanya 1,5% per kelas
di pendidikan dasar, dan kira-kira 4% di sekolah tingkat menengah pada tahun 1990).
• Sertifikat dan diploma yang dicapai di universitas dan ujian-ujian negara bagian dan memberi hak kepada pemegangnya untuk
memasuki program pendidikan yang lebih tinggi,
EVALUASI, DAN PENELITIAN PENDIDIKAN
• Tidak ada evaluasi nasional yang dilakukan secara teratur mengenai hasil pendidikan
• Apabila di bandingkan dengan negara lain, jerman belum banyak melakukan penelitian empiris dalam bidang pendidikan.
7. ANALISIS PERBANDINGAN PENDIDIKAN
DI JERMAN DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
NO
PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
PERBANDINGAN
ANALISIS
JERMAN INDONESIA
1 Tujuan Ø Untuk membentuk pribadi sosialis.
Ø Mengembangkan individualitas dan
partisipasi dalam kehidupan
masyarakat.
Ø Menyiapkan lulusan yang
berkualitas.
Ø Undang-undang tentang Sekolah
khusus dan Universitas ditetapkan
tujuan umum pendidikan dengan
tekanan pada pengembangan
individualitas dan partisipasi dalam
kehidupan.
Ø Mencerdaskan kehidupan bangsa serta
pembentukan manusia seutuhnya
berdasarkan pancasila dan UUD 1945
bahwa setiap warga negara berhak
menerima pengajaran.
Ø Untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Setiap negara memiliki
tujuan pendidikan masing-
masing yang tujuannya
untuk memperbaiki taraf
hidup menjadi lebih baik,
suatu bangsa dapat
dikatakan maju yaitu dapat
dinilai dari kualitas
pendidikan yang ada di
negara tersebut.
2 Sistem Sistem pendidikan di Jerman
desentralisasi.
Sistem pendidikan di Indonesia adalah
sentralisasi, namun dalam
penyelengaraannya satuan dan kegiatan
pendidikan dilaksanakan secara
desentralisasi.
Kedua negara tersebut
memiliki sistem pendidikan
yang sama, yang dalam
pelaksanaannyapun dapat
berjalan dengan baik.
8. NO
PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
PERBANDINGAN
ANALISIS
JERMAN INDONESIA
3 Dasar Jerman bertitik tolak dari nilai-nilai
Demokrasi yang lebih liberal, yang
membiarkan kompetisi individual
berkembang secara alamiah.
Indonesia mendasari
pendidikan dengan
falsafah pancasila.
Kedua negara ini memiliki dasar yang
berbeda, namun perbedaan Dasar
tersebut tidak menjadi penghambat
untuk setiap negara dalam
mewujudkan pendidikan, selagi dasar
yang di anut itu tidak menyimpang
aturan pendidikan, maka dapat
dikatakan sah-sah saja, demi
mewujudkan pendidikan yang
semakin lebih baik.
4 Kurikulum Menteri-menteri pendidikan negara
bagian menentukan kurikulum
mereka sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
dan mereka melakukan itu melalui
tiga jenis instrumen
yaitu, pertama, tabel yang
menguraikan jumlah jam belajar per
minggu, serta mata pelajaran sesuai
dengan “grade” dan jenis sekolah.
kedua, pedoman kurikulum.
ketiga, pemberian wewenang
penulisan dan pengadaan buku teks.
Berdasarkan standar
nasional disesuaikan
dengan perkembangan
peserta didik dengan
kebutuhan lingkungan
pendidikan nasional.
Kurikulum yang digunakan di
indinesia menurut kami baik karena
dalam kurikulum tersebut diterapkan
cara penyesuaian terhadap
perkembangan peserta didik dengan
lingkungan hal ini dapat
memudahkan pendidik dalam
memahami karakter dan kemampuan
anak didik.
Kemudian kurikulum yang digunakan
di negara Jerman juga baik, selagi
tidak menyimpang dengan
pendidikan.
9. NO
PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
PERBANDINGAN
ANALISIS
JERMAN INDONESIA
5 Proses Keputusan untuk metode mengajar
tertentu sepenuhnya diserahkan
kepada guru. konsep “pengajaran
terbuka” atau “open instruction”
yang menekankan pada “murid
belajar atas dorongan sendiri”.
1. pendidikan formal,
2. nonformal, dan
3. informal.
Proses pendidikan yang diterapkan di
jerman cukup menarik, tak ada
salahnya indonesia dapat mengadopsi
tehnik yang digunakan di Jerman agar
dapat membangun pendidikan di
indonesia lebih baik lagi. Tehnik
tersebut nantinya dapat di terapkan
pada pendidikan di indonesia baik
dalam pendidikan formal, non formal
dan informal. Tak ada salahnya hal ini
dicoba.
6 Evaluasi Tidak ada evaluasi nasional yang
dilakukan secara teratur mengenai
hasil pendidikan.
Apabila di bandingkan dengan negara
lain, Jerman belum banyak
melakukan penelitian empiris dalam
bidang pendidikan.
Evaluasi Pasal 58
1. Evaluasi hasibelajar
peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau
proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
dalam kegiatan Evaluasi pendidikan
ternyata indonesia dapat dikatakan
lebih baik di bandingkan dengan Negara
Jerman.
7 Pembiayaan Dengan pengecualian pendidikan
tinggi, keuangan pendidikan
sepenuhnya berada di tangan Lender
dan masyarakat setempat. Secara
umum, seluruh biaya personil
ditanggung oleh pemerintah negara
bagian, dan infra struktur oleh
masyarakat
Sumber pendanaan pendidikan
di Indonesia berasal dari APBN,
APBD ditanggung bersama antar
pusat, daerah dan masyarakat
Dalam masalah administrasi
pendidikan, kedua negara ini memiliki
peran yang baik dalam bidang
pendidikan, dan masyarakat juga ikut
berpartisipasi dalam masalah
administrasi pendidikan.
10. KURIKULUM KIMIA DI JERMAN
• Tingkat 7 : reaksi asam, pembakaran, limbah, bahan-bahan yang berasal dari bumi
• Tingkat 8 : reaksi, unsur, pembakaran, batuan
• Tingkat 9 : reaksi asam, reaksi logam, reaksi sat, penelitian pasca sat dan proyek penelitian
• Tingkat 10 : polimer dan etanol, minyak dan tumbuhan, bumi dan atmosfer
• Tingkat 11 : partikel sub atom, laju reaksi kimia, asam basa
• Tingkat 12 : kimia dasar, reaksi kimia
• Tingkat 13 : kimia fisika dan kimia organik, termodinamika dan kimia anorganik
11. DAFTAR PUSTAKA
• Na, Amor. Perbandingan Sistem Pendidikan Jerman Dan Indonesia
http://Uninaamor.Blogspot.Co.Id/2012/11/Perbandingan-pendidikan-di-jerman-dan.Html
• Refrensi Bacaan.Sistem Pendidikan Di Jerman Http:// Kojirosebastian. Blogspot.Co.Id/2012/12/Sistem-
pendidikan-di-jerman.Html.
• Ilmu Hayat. Sistem Pendidikab Di Jerman. Http:// Ilmuhayat. Blogspot.Co.Id/2013/06/Sistem-
pendidikan-di-negara-jerman.Html. Departemen Agama RI. Kumpulan Undang-undang Dan Peraturan
Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI.
• Hasbullah. 1999. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
• Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara.