SlideShare a Scribd company logo
KELOMPOK 1
(TUBRUKAN)
AHMAD ZAINAL
AKRIAN RIZKY LATUCONSINA
ANTONIO HERBERT MANGIRI
ANUGRAHADISTYAPRIYOGA
Apa itu
tubrukan ?
Di dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) BabVI mengenaiTubrukan
Kapal pasal 534 disebutkan, “Tubrukan
kapal berarti terjadi benturan atau
sentuhan kapal yang satu dengan yang
lainnya”.
Contoh
Tubrukan
Peraturan
Internasional
Mengenai
Pencegahan
Tubrukan
Peraturan tentang lalu lintas di laut secara international pertama
kali diadopsi pada tahun 1960, yang dikenal dengan COLREG 1960.
Proses penyempurnaanColreg dilakukan terus menerus, sampai
pada tanggal 20 Oktober 1972 disetujui oleh semua anggota IMO
pada waktu itu, untuk mengadopsi Colreg yang baru menggantikan
Colreg 1960, yang dikenal dengan Konvensi tentang Peraturan
PencegahanTubrukan di Laut Internasional 1972 (Convention on
the International Regulations for Preventing Collisions at Sea, 1972 –
COLREG 1972).
Di Indonesia dikenal dengan nama PIMTL (Peraturan Internasional
MencegahTubrukan di Laut) atau P2TL (Peraturan Pencegahan
Tubrukan di Laut). Colreg 1972 ini baru diberlakukan sejak tanggal
15 Juli 1977. Indonesia telah meratifikasi walaupun 2 tahun setelah
diberlakukan, yaitu pada tahun 1979 melalui Keputusan Presiden
nomor 50 tahun 1979.
Sejak diberlakukannya, P2TL 1972 telah mengalami perobahan-
perobahan dengan amandemen berupa Resolusi2 hasil dari sidang-
sidangAssembly IMO yaitu:
 Resolusi A.464(XII), hasil sidangAssembly ke 12 tahun 1981;
 Resolusi A.626(15), hasil sidangAssembly ke 15 tahun 1987;
 Resolusi A.678(16), hasil sidangAssembly ke 16 tahun 1989;
 Resolusi A.736(18), hasil sidangAssembly ke 18 tahun 1993; and
 Resolusi A.910(22), hasil sidangAssembly ke 22 tahun 2001.
Macam
macam
penyebab
tubrukan
1. Kondisi Cuaca dan iklim
Cuaca diperairan yang memepengaruhi pelayaran diantranya
adalah ketinggian gelombang, kecepatan arus, kecepatan angina
dan cuaca buruk. Ketinggian gelombang adala variabel yang paling
berpengaruh pada faktor kelayakan pelayaran
2. Kondisi Kapal
Layaknya semua moda, kapal juga harus mendapatkan sertifikasi
laik jalan sebelum berlayar. Sebut saja kondisi mesin, kondisi
lambung kapal, hingga sistem navigasinya harus berada dalam
kondisi prima agar setidaknya dapat menjamin keselamatan suatu
pelayaran.
3. Skill Nakhoda
Ini bisa berbuntut pada generalisasi human error, dimana sebagai
pemegang kendali terhadap suatu kapal, tentu saja seorang
nakhoda harus piawai betul dalam mengemudikan kapal yang ia
bawa. Salah-salah, yang ada kapalnya malah bisa karam!
4. Pengelolaan Lalu Lintas Laut
kecelakaan kapal bisa saja karena pengelolaan lalu lintas laut yang
kurang tepat sasaran. Jalur lintasan yang terlalu padat merupakan
salah satu turunan dari penyebab kecelakaan kapal di laut.
5. Equipment Error
Sebenarnya ini merupakan turunan dari poin kedua, namun lebih
rinci. piranti komunikasi yang terpasang di kapal harus benar-benar
berfungsi sebagaimana mestinya. Ini dimaksudkan agar
komunikasi bridge to bridge tetap berjalan lancar – alih-alih
menimbulkan kesalahpahaman karena piranti komunikasi yang
tidak berfungsi secara optimal.
Perihal
tubrukan
kapal
sehubungan
dengan
tanggung
jawab atas
kerugian
Jumlah kapal semakin meningkat sehingga lalu lintas kapal di lautan maupun selat
semakin padat dan ramai. Konsekuensinya, risiko tubrukan kapal juga semakin
tinggi. Salah satu aspek yang tidak dapat dilepaskan dari pengangkutan laut adalah
asuransi.
Terjadinya tubrukan kapal akan menimbulkan kerugian yang nantinya bisa jadi
menimbulkan tanggung jawab pada pihak-pihak yang terlibat dalam pelayaran
tersebut. Dalam situasi tertentu, kapal yang sedang berlayar berada dalam keadaan
darurat, sementara untuk menyelamatkannya diharuskan untuk membuang
sejumlah muatan yang kemudian dapat merusak badan kapal. Kondisi ini disebut
dengan general average. Segala kerugian akibat keadaan tersebut ditanggung
bersama-sama oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam pelayaran, mulai dari pemilik
dan operator kapal, serta pemilik barang.
Ada pula klausul di dalam asuransi maritim yang diberi judul both to blame collision.
Ketika dua kapal saling bertubrukan atau bersinggungan, langkah pertama adalah
menemukan siapa yang menyebabkan dan bersalah atas tubrukan tersebut. Dalam
keadaan ini tidak dapat ditentukan secara pasti pihak mana yang bersalah, sebab
masing-masing pihak akan menuduh pihak lain yang menyebabkan tubrukan.
Kepastian mengenai kasus ini hanya dapat diketahui melalui keputusan Mahkamah
Pelayaran.
KUHD Indonesia mengatur bila tubrukan terjadi karena hal yang tidak disengaja, di
luar kekuasaan, atau ada keragu-raguan mengenai sebab tubrukan kapal, kerugian
yang terjadi akibat tubrukan ditanggung oleh semua pihak yang menderita. Bila
tubrukan terjadi karena kesalahan salah satu pihak, maka tanggung jawab dipikul
oleh pihak yang bersalah. Adapun bila tubrukan kapal terjadi akibat kedua pihak,
tanggung jawab yang dipikul oleh masing-masing pengusaha adalah seimbang
sesuai dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh masing-masing pihak.
Bagaimana
cara
mencegah
adanya
bahaya
tubrukan ?
Dengan cara melakukan pengamatan keliling dengan menggunakan
1. Mata
Melihat semua arah ( 3600 )
Isyarat-isyarat yang menarik perhatian baik pada siang hari maupun pada
malam hari.
2. Telinga (mendengar)
Dalam englihatan terbatas seperti :
 Kabut
 Hujan lebat,
 Angin Kencang
 Asap tebal
3. Semua alat navigasi seperti :
 Alat baring
 Radar
 Alat baring
 Perum gema
 RDF ( Radio Direction Finder )
 dll.
Tindakan
untuk
menghindari
bahaya
tubrukan
1. Jika mengijinkan harus tegas
2. Dalam waktu yang cukup ( Jauh-jauh sudah merubah
haluan) dapat
 memperhatikkan kecakapan pelaut yang baik.
 Perubahan haluan : Tegas
 Perubahan kecepatan : Tegas ( Waktu yang tepat )
 Kombinasi antara merubah haluan dan kecepatan
3. Hindarilah perubahan haluan untuk menghidari bahaya tubrukan I
tapi akan menimbulkan masalah ke II atau situas terlalu dekat.
SEKIAN DAN
TERIMA
KASIH

More Related Content

What's hot

Proses pembuatan kapal
Proses pembuatan kapalProses pembuatan kapal
Proses pembuatan kapal
tanalialayubi
 
BAHAN TAYANG Penanganan dan Pengaturan Muatan.pptx
BAHAN TAYANG Penanganan dan Pengaturan Muatan.pptxBAHAN TAYANG Penanganan dan Pengaturan Muatan.pptx
BAHAN TAYANG Penanganan dan Pengaturan Muatan.pptx
MualimMualim5
 
Keselamatan Pelayaran
Keselamatan PelayaranKeselamatan Pelayaran
Keselamatan Pelayaran
Bp Nafri
 
Man Over Board Drill
Man Over Board DrillMan Over Board Drill
Man Over Board Drill
Capt. Persobi Waldemar
 
Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang PelayaranUndang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Penataan Ruang
 
FIRE FIRGHTING APPLIANCES
FIRE FIRGHTING APPLIANCESFIRE FIRGHTING APPLIANCES
FIRE FIRGHTING APPLIANCES
Capt. Persobi Waldemar
 
Kd2 menguraikan ukuran pokok kapal
Kd2 menguraikan ukuran pokok kapalKd2 menguraikan ukuran pokok kapal
Kd2 menguraikan ukuran pokok kapal
robert hokoyoku
 
Ukuran utama makalah
Ukuran utama makalahUkuran utama makalah
Ukuran utama makalah
Surya Wardana
 
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010 ...
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010          ...CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010          ...
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010 ...
Akbar Yahya Yogerasi
 
Konstruksi geladak
Konstruksi geladakKonstruksi geladak
Konstruksi geladak
tanalialayubi
 
Buku Teknik Kapal Penangkapan Ikan SMK
Buku Teknik Kapal Penangkapan Ikan SMKBuku Teknik Kapal Penangkapan Ikan SMK
Buku Teknik Kapal Penangkapan Ikan SMK
Andry Dy
 
P2TL - Draft.ppt
P2TL - Draft.pptP2TL - Draft.ppt
P2TL - Draft.ppt
QAMSDept
 
Soal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jagaSoal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jaga
IrwanJaya7
 
SCENARIO COMMUNICATION OF LAUNCHING LIFEBOAT No.1 & No.2
SCENARIO COMMUNICATION OF LAUNCHING LIFEBOAT No.1 & No.2SCENARIO COMMUNICATION OF LAUNCHING LIFEBOAT No.1 & No.2
SCENARIO COMMUNICATION OF LAUNCHING LIFEBOAT No.1 & No.2
Capt. Persobi Waldemar
 
Imsbc
ImsbcImsbc
Colregs 1972
Colregs 1972Colregs 1972
Tugas merancang kapal ii rencana umum
Tugas merancang kapal ii   rencana umumTugas merancang kapal ii   rencana umum
Tugas merancang kapal ii rencana umum
Yogga Haw
 
Pertanyaan dan jawaban interview cadet deck
Pertanyaan dan jawaban interview cadet deckPertanyaan dan jawaban interview cadet deck
Pertanyaan dan jawaban interview cadet deck
ahmadhamir
 
Dasar – dasar konstruksi kapal
Dasar – dasar konstruksi kapalDasar – dasar konstruksi kapal
Dasar – dasar konstruksi kapal
tanalialayubi
 
SOPEP LESSONS
SOPEP LESSONSSOPEP LESSONS
SOPEP LESSONS
Capt. Persobi Waldemar
 

What's hot (20)

Proses pembuatan kapal
Proses pembuatan kapalProses pembuatan kapal
Proses pembuatan kapal
 
BAHAN TAYANG Penanganan dan Pengaturan Muatan.pptx
BAHAN TAYANG Penanganan dan Pengaturan Muatan.pptxBAHAN TAYANG Penanganan dan Pengaturan Muatan.pptx
BAHAN TAYANG Penanganan dan Pengaturan Muatan.pptx
 
Keselamatan Pelayaran
Keselamatan PelayaranKeselamatan Pelayaran
Keselamatan Pelayaran
 
Man Over Board Drill
Man Over Board DrillMan Over Board Drill
Man Over Board Drill
 
Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang PelayaranUndang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
 
FIRE FIRGHTING APPLIANCES
FIRE FIRGHTING APPLIANCESFIRE FIRGHTING APPLIANCES
FIRE FIRGHTING APPLIANCES
 
Kd2 menguraikan ukuran pokok kapal
Kd2 menguraikan ukuran pokok kapalKd2 menguraikan ukuran pokok kapal
Kd2 menguraikan ukuran pokok kapal
 
Ukuran utama makalah
Ukuran utama makalahUkuran utama makalah
Ukuran utama makalah
 
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010 ...
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010          ...CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010          ...
CHAPTER VIII STANDARDS REGARDING WATCHKEEPING AMENDMENT MANILA 2010 ...
 
Konstruksi geladak
Konstruksi geladakKonstruksi geladak
Konstruksi geladak
 
Buku Teknik Kapal Penangkapan Ikan SMK
Buku Teknik Kapal Penangkapan Ikan SMKBuku Teknik Kapal Penangkapan Ikan SMK
Buku Teknik Kapal Penangkapan Ikan SMK
 
P2TL - Draft.ppt
P2TL - Draft.pptP2TL - Draft.ppt
P2TL - Draft.ppt
 
Soal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jagaSoal ant ii dinas jaga
Soal ant ii dinas jaga
 
SCENARIO COMMUNICATION OF LAUNCHING LIFEBOAT No.1 & No.2
SCENARIO COMMUNICATION OF LAUNCHING LIFEBOAT No.1 & No.2SCENARIO COMMUNICATION OF LAUNCHING LIFEBOAT No.1 & No.2
SCENARIO COMMUNICATION OF LAUNCHING LIFEBOAT No.1 & No.2
 
Imsbc
ImsbcImsbc
Imsbc
 
Colregs 1972
Colregs 1972Colregs 1972
Colregs 1972
 
Tugas merancang kapal ii rencana umum
Tugas merancang kapal ii   rencana umumTugas merancang kapal ii   rencana umum
Tugas merancang kapal ii rencana umum
 
Pertanyaan dan jawaban interview cadet deck
Pertanyaan dan jawaban interview cadet deckPertanyaan dan jawaban interview cadet deck
Pertanyaan dan jawaban interview cadet deck
 
Dasar – dasar konstruksi kapal
Dasar – dasar konstruksi kapalDasar – dasar konstruksi kapal
Dasar – dasar konstruksi kapal
 
SOPEP LESSONS
SOPEP LESSONSSOPEP LESSONS
SOPEP LESSONS
 

Similar to TUBRUKAN .pptx

ppt transportasiiiiiiiiiiiiiiii (1).pptx
ppt transportasiiiiiiiiiiiiiiii (1).pptxppt transportasiiiiiiiiiiiiiiii (1).pptx
ppt transportasiiiiiiiiiiiiiiii (1).pptx
ssuserd30037
 
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.pptHUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
ssuserd30037
 
6 benny dan mudiyanto pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
6 benny dan mudiyanto   pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar6 benny dan mudiyanto   pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
6 benny dan mudiyanto pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayarDidik Purwiyanto Vay
 
MULTIMODA & FREIGHT FORWARDING - ASURANSI MUATAN
MULTIMODA & FREIGHT FORWARDING - ASURANSI MUATANMULTIMODA & FREIGHT FORWARDING - ASURANSI MUATAN
MULTIMODA & FREIGHT FORWARDING - ASURANSI MUATAN
Syifa Fauziah
 
BAB I Eko Reizal Abadi.docx
BAB I Eko Reizal Abadi.docxBAB I Eko Reizal Abadi.docx
BAB I Eko Reizal Abadi.docx
christiawannursusant
 
Prosedur darurat
Prosedur daruratProsedur darurat
Prosedur darurat
Mayeng Coey
 
AKAT LAUT.pdf
AKAT LAUT.pdfAKAT LAUT.pdf
AKAT LAUT.pdf
kikiwahyudiwahyudi
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananbachrisb
 
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan BerlayarJURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
bennyagussetiono
 
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyahPENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyahYuliansyah Haroni
 
introduction on marine insurance
introduction on marine insuranceintroduction on marine insurance
introduction on marine insuranceTommy Wibowo
 
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
isetiawa1
 
IMO LIST CONVENTION
IMO LIST CONVENTION IMO LIST CONVENTION
IMO LIST CONVENTION
AkbarYahyaYogerasi2
 
Sumbangan Pemikiran FMMI
Sumbangan Pemikiran FMMISumbangan Pemikiran FMMI
Sumbangan Pemikiran FMMI
Darul Makmur
 
CROWD MANAGEMENT.pptx
CROWD MANAGEMENT.pptxCROWD MANAGEMENT.pptx
CROWD MANAGEMENT.pptx
IskandarZulkarnain24647
 
Vol2 no1 implementasi kebijakan perkapalan di pelabuhan tg perak surabaya, al...
Vol2 no1 implementasi kebijakan perkapalan di pelabuhan tg perak surabaya, al...Vol2 no1 implementasi kebijakan perkapalan di pelabuhan tg perak surabaya, al...
Vol2 no1 implementasi kebijakan perkapalan di pelabuhan tg perak surabaya, al...Didik Purwiyanto Vay
 
Marine cargo 2015
Marine cargo 2015Marine cargo 2015
Marine cargo 2015
proteksi-asset
 
anatomi kecelakaan transportasi perhubungan
anatomi kecelakaan transportasi perhubungananatomi kecelakaan transportasi perhubungan
anatomi kecelakaan transportasi perhubungan
EviAprianti4
 
PPT KELOMPOK 3 .pptx
PPT KELOMPOK 3 .pptxPPT KELOMPOK 3 .pptx
PPT KELOMPOK 3 .pptx
ahmadznal
 

Similar to TUBRUKAN .pptx (20)

ppt transportasiiiiiiiiiiiiiiii (1).pptx
ppt transportasiiiiiiiiiiiiiiii (1).pptxppt transportasiiiiiiiiiiiiiiii (1).pptx
ppt transportasiiiiiiiiiiiiiiii (1).pptx
 
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.pptHUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
HUKUM_PENGANGKUTAN di indonesiabag 1.ppt
 
6 benny dan mudiyanto pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
6 benny dan mudiyanto   pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar6 benny dan mudiyanto   pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
6 benny dan mudiyanto pengaruh safety equipment terhadap keselamatan berlayar
 
MULTIMODA & FREIGHT FORWARDING - ASURANSI MUATAN
MULTIMODA & FREIGHT FORWARDING - ASURANSI MUATANMULTIMODA & FREIGHT FORWARDING - ASURANSI MUATAN
MULTIMODA & FREIGHT FORWARDING - ASURANSI MUATAN
 
BAB I Eko Reizal Abadi.docx
BAB I Eko Reizal Abadi.docxBAB I Eko Reizal Abadi.docx
BAB I Eko Reizal Abadi.docx
 
Uu 21 1992
Uu 21 1992Uu 21 1992
Uu 21 1992
 
Prosedur darurat
Prosedur daruratProsedur darurat
Prosedur darurat
 
AKAT LAUT.pdf
AKAT LAUT.pdfAKAT LAUT.pdf
AKAT LAUT.pdf
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikanan
 
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan BerlayarJURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
JURNAL PDP VOL 1 NO 1 Benny Agus Setiono Safety Equipment, Keselamatan Berlayar
 
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyahPENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
PENCEGAHAN PENCEMARAN yuliansyah
 
introduction on marine insurance
introduction on marine insuranceintroduction on marine insurance
introduction on marine insurance
 
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
244019935 isps-code-langkah-khusus-keamanan-pelayaran
 
IMO LIST CONVENTION
IMO LIST CONVENTION IMO LIST CONVENTION
IMO LIST CONVENTION
 
Sumbangan Pemikiran FMMI
Sumbangan Pemikiran FMMISumbangan Pemikiran FMMI
Sumbangan Pemikiran FMMI
 
CROWD MANAGEMENT.pptx
CROWD MANAGEMENT.pptxCROWD MANAGEMENT.pptx
CROWD MANAGEMENT.pptx
 
Vol2 no1 implementasi kebijakan perkapalan di pelabuhan tg perak surabaya, al...
Vol2 no1 implementasi kebijakan perkapalan di pelabuhan tg perak surabaya, al...Vol2 no1 implementasi kebijakan perkapalan di pelabuhan tg perak surabaya, al...
Vol2 no1 implementasi kebijakan perkapalan di pelabuhan tg perak surabaya, al...
 
Marine cargo 2015
Marine cargo 2015Marine cargo 2015
Marine cargo 2015
 
anatomi kecelakaan transportasi perhubungan
anatomi kecelakaan transportasi perhubungananatomi kecelakaan transportasi perhubungan
anatomi kecelakaan transportasi perhubungan
 
PPT KELOMPOK 3 .pptx
PPT KELOMPOK 3 .pptxPPT KELOMPOK 3 .pptx
PPT KELOMPOK 3 .pptx
 

TUBRUKAN .pptx

  • 1. KELOMPOK 1 (TUBRUKAN) AHMAD ZAINAL AKRIAN RIZKY LATUCONSINA ANTONIO HERBERT MANGIRI ANUGRAHADISTYAPRIYOGA
  • 2. Apa itu tubrukan ? Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) BabVI mengenaiTubrukan Kapal pasal 534 disebutkan, “Tubrukan kapal berarti terjadi benturan atau sentuhan kapal yang satu dengan yang lainnya”.
  • 4. Peraturan Internasional Mengenai Pencegahan Tubrukan Peraturan tentang lalu lintas di laut secara international pertama kali diadopsi pada tahun 1960, yang dikenal dengan COLREG 1960. Proses penyempurnaanColreg dilakukan terus menerus, sampai pada tanggal 20 Oktober 1972 disetujui oleh semua anggota IMO pada waktu itu, untuk mengadopsi Colreg yang baru menggantikan Colreg 1960, yang dikenal dengan Konvensi tentang Peraturan PencegahanTubrukan di Laut Internasional 1972 (Convention on the International Regulations for Preventing Collisions at Sea, 1972 – COLREG 1972). Di Indonesia dikenal dengan nama PIMTL (Peraturan Internasional MencegahTubrukan di Laut) atau P2TL (Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut). Colreg 1972 ini baru diberlakukan sejak tanggal 15 Juli 1977. Indonesia telah meratifikasi walaupun 2 tahun setelah diberlakukan, yaitu pada tahun 1979 melalui Keputusan Presiden nomor 50 tahun 1979.
  • 5. Sejak diberlakukannya, P2TL 1972 telah mengalami perobahan- perobahan dengan amandemen berupa Resolusi2 hasil dari sidang- sidangAssembly IMO yaitu:  Resolusi A.464(XII), hasil sidangAssembly ke 12 tahun 1981;  Resolusi A.626(15), hasil sidangAssembly ke 15 tahun 1987;  Resolusi A.678(16), hasil sidangAssembly ke 16 tahun 1989;  Resolusi A.736(18), hasil sidangAssembly ke 18 tahun 1993; and  Resolusi A.910(22), hasil sidangAssembly ke 22 tahun 2001.
  • 6. Macam macam penyebab tubrukan 1. Kondisi Cuaca dan iklim Cuaca diperairan yang memepengaruhi pelayaran diantranya adalah ketinggian gelombang, kecepatan arus, kecepatan angina dan cuaca buruk. Ketinggian gelombang adala variabel yang paling berpengaruh pada faktor kelayakan pelayaran 2. Kondisi Kapal Layaknya semua moda, kapal juga harus mendapatkan sertifikasi laik jalan sebelum berlayar. Sebut saja kondisi mesin, kondisi lambung kapal, hingga sistem navigasinya harus berada dalam kondisi prima agar setidaknya dapat menjamin keselamatan suatu pelayaran. 3. Skill Nakhoda Ini bisa berbuntut pada generalisasi human error, dimana sebagai pemegang kendali terhadap suatu kapal, tentu saja seorang nakhoda harus piawai betul dalam mengemudikan kapal yang ia bawa. Salah-salah, yang ada kapalnya malah bisa karam!
  • 7. 4. Pengelolaan Lalu Lintas Laut kecelakaan kapal bisa saja karena pengelolaan lalu lintas laut yang kurang tepat sasaran. Jalur lintasan yang terlalu padat merupakan salah satu turunan dari penyebab kecelakaan kapal di laut. 5. Equipment Error Sebenarnya ini merupakan turunan dari poin kedua, namun lebih rinci. piranti komunikasi yang terpasang di kapal harus benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Ini dimaksudkan agar komunikasi bridge to bridge tetap berjalan lancar – alih-alih menimbulkan kesalahpahaman karena piranti komunikasi yang tidak berfungsi secara optimal.
  • 8. Perihal tubrukan kapal sehubungan dengan tanggung jawab atas kerugian Jumlah kapal semakin meningkat sehingga lalu lintas kapal di lautan maupun selat semakin padat dan ramai. Konsekuensinya, risiko tubrukan kapal juga semakin tinggi. Salah satu aspek yang tidak dapat dilepaskan dari pengangkutan laut adalah asuransi. Terjadinya tubrukan kapal akan menimbulkan kerugian yang nantinya bisa jadi menimbulkan tanggung jawab pada pihak-pihak yang terlibat dalam pelayaran tersebut. Dalam situasi tertentu, kapal yang sedang berlayar berada dalam keadaan darurat, sementara untuk menyelamatkannya diharuskan untuk membuang sejumlah muatan yang kemudian dapat merusak badan kapal. Kondisi ini disebut dengan general average. Segala kerugian akibat keadaan tersebut ditanggung bersama-sama oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam pelayaran, mulai dari pemilik dan operator kapal, serta pemilik barang. Ada pula klausul di dalam asuransi maritim yang diberi judul both to blame collision. Ketika dua kapal saling bertubrukan atau bersinggungan, langkah pertama adalah menemukan siapa yang menyebabkan dan bersalah atas tubrukan tersebut. Dalam keadaan ini tidak dapat ditentukan secara pasti pihak mana yang bersalah, sebab masing-masing pihak akan menuduh pihak lain yang menyebabkan tubrukan. Kepastian mengenai kasus ini hanya dapat diketahui melalui keputusan Mahkamah Pelayaran. KUHD Indonesia mengatur bila tubrukan terjadi karena hal yang tidak disengaja, di luar kekuasaan, atau ada keragu-raguan mengenai sebab tubrukan kapal, kerugian yang terjadi akibat tubrukan ditanggung oleh semua pihak yang menderita. Bila tubrukan terjadi karena kesalahan salah satu pihak, maka tanggung jawab dipikul oleh pihak yang bersalah. Adapun bila tubrukan kapal terjadi akibat kedua pihak, tanggung jawab yang dipikul oleh masing-masing pengusaha adalah seimbang sesuai dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh masing-masing pihak.
  • 9. Bagaimana cara mencegah adanya bahaya tubrukan ? Dengan cara melakukan pengamatan keliling dengan menggunakan 1. Mata Melihat semua arah ( 3600 ) Isyarat-isyarat yang menarik perhatian baik pada siang hari maupun pada malam hari. 2. Telinga (mendengar) Dalam englihatan terbatas seperti :  Kabut  Hujan lebat,  Angin Kencang  Asap tebal 3. Semua alat navigasi seperti :  Alat baring  Radar  Alat baring  Perum gema  RDF ( Radio Direction Finder )  dll.
  • 10. Tindakan untuk menghindari bahaya tubrukan 1. Jika mengijinkan harus tegas 2. Dalam waktu yang cukup ( Jauh-jauh sudah merubah haluan) dapat  memperhatikkan kecakapan pelaut yang baik.  Perubahan haluan : Tegas  Perubahan kecepatan : Tegas ( Waktu yang tepat )  Kombinasi antara merubah haluan dan kecepatan 3. Hindarilah perubahan haluan untuk menghidari bahaya tubrukan I tapi akan menimbulkan masalah ke II atau situas terlalu dekat.