Slaid ini berkisar tentang nilai-nilai estetik yang terdapat dalam Karya Agung Melayu. Dalam slaid ini, turut dinyatakan beberapa contoh karya agung terpilih
Hubungan etnik di Malaysia dan konsep masyarakat- kuliah 1Yokhanah Palani
Pembentanga ini berkaitan tentang latang belakang hubungan etnik, pengajaran 13 mei 1969, kepentingan memahami hubungan etnik,konsep masyarakat serta konsep-konsep asas hubungan etnik seperti ras, etnik, diskriminasi dan sebagainya.
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan kebudayaan yang beragam. Struktur masyarakat Indonesia ditandai dengan keragaman suku bangsa, ras, agama dan budaya. Namun keragaman ini menimbulkan konflik dimana-mana. Keadaan seperti ini menggambarkan bahwa unsur-unsur yang ada di Indonesia belum berfungsi secara satu kesatuan. Yang menjadi pemasalahan sekarang adalah bagaimana membuat unsur-unsur yang ada di Indonesia menjadi suatu system yaitu adanya jalinan kesatuan antara satu unsur dengan unsur yang lain, atau bagaimana membuat Bangsa Indonesia dapat terintegrasi secara nasional
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang. Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia.
Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial, sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan.
Di Indonesia, berbagai konflik antarsukubangsa, antarpenganut keyakinan keagamaan, ataupun antarkelompok telah memakan korban jiwa dan raga serta harta benda, seperti kasus Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia belum menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan demokratis.
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan kebudayaan yang beragam. Struktur masyarakat Indonesia ditandai dengan keragaman suku bangsa, ras, agama dan budaya. Namun keragaman ini menimbulkan konflik dimana-mana. Keadaan seperti ini menggambarkan bahwa unsur-unsur yang ada di Indonesia belum berfungsi secara satu kesatuan. Yang menjadi pemasalahan sekarang adalah bagaimana membuat unsur-unsur yang ada di Indonesia menjadi suatu system yaitu adanya jalinan kesatuan antara satu unsur dengan unsur yang lain, atau bagaimana membuat Bangsa Indonesia dapat terintegrasi secara nasional
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang. Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
Topik 2 potret hubungan etnik
1.
2. HASIL PEMBELAJARAN
1. Memahami sejarah pembentukan
masyarakat plural di Malaysia.
2. Mengenal pasti teori-teori hubungan etnik.
3. Menjelaskan konsep-konsep hubungan
etnik dan aplikasinya di Malaysia.
3. PENGENALAN
Bab ini membincangkan:
Sejarah pembentukan masyarakat berbilang
etnik di Malaysia:
○ Zaman Kesultanan Melayu Melaka.
○ Zaman kolonial Inggeris.
Teori dan konsep penting dalam memahami
kepelbagaian etnik.
Mengaplikasi konsep ras dan etnik dalam
memahami kepelbagaian etnik di Malaysia.
4. ZAMAN GEMILANG MELAYU
MELAKA
Empayar Melaka dikenali sebagai ‘Venice of
the East’. Pelabuhan Enterport tumpuan
pelbagai pedagang pelbagai bangsa
Masyarakat plural – terbentuk secara semula
jadi dengan interaksi orang tempatan dan
pedagang-pedagang asing.
Pelabuhan Melaka
sewaktu zaman
kegemilangannya.
5. Kemuncak pluraliti Empayar Melaka:
Pelabuhan Melaka menjadi tempat pertemuan para pedagang dari
seluruh dunia.
Sistem pentadbiran yang baik/tersusun
Kehebatan pemerintah/sultan
Hubungan diplomatik yang luas (perkahwinan, perluasan kuasa,
perlindungan)
Jaminan keamanan/keselamatan, sistem perundangan
berasaskan ajaran Islam
Para pegawai istana bukan hanya terdiri daripada orang Melayu
tempatan, tetapi juga orang India.
Berlaku proses asimilasi dan amalgamasi (kahwin campur (Baba
Nyonya, Chettiar, Arab-Melayu) pertembungan pelbagai budaya,
mencorakkan satu masyarakat berbilang budaya, agama dan
bahasa.
6. Ringkasnya, zaman keagungan Melaka
boleh dilihat dari aspek:
Pemerintahan
Perdagangan
Kependudukan
Kebudayaan
7. ZAMAN KOLONIAL INGGERIS (1874 hingga
1957)
Kedatangan British ke Alam Melayu berlandaskan
serampang tiga mata:
Keagamaan.
Kekayaan. (monopoli ekonomi, getah & bijih
timah)
Kemegahan. (tanah jajahan)
Kolonialisme membawa kepada penaklukan:
Ruang fizikal.
Ruang pemikiran/epistemologi.
8. Perubahan komposisi penduduk Tanah Melayu:
Sebelum tahun 1848 hampir kesemuanya
orang Melayu.
Kemasukan besar-besaran orang Cina pada
pertengahan abad ke-19 berkerja di lombong
bijih timah.
Kemasukan besar-besaran orang India pada
awal abad ke-20 bekerja di ladang-ladang
getah.
Buruh dari Jawa
10. Menjelang tahun 1931, jumlah penduduk
bukan Melayu melebihi penduduk Melayu.
○ Kewujudan penduduk pelbagai kaum.
○ Mengekalkan budaya masing-masing.
○ Pengasingan dari segi ruang fizikal dan
ekonomi pengenalan kaum berdasarkan
kegiatan ekonomi masing-masing.
○ Hasilnya masyarakat majmuk (plural
society).
11. Masyarakat majmuk (plural society) – J.Nagata. 2001.
Plural Societies, in International Encyclopedia of the Social &
Behavioral Sciences, pp.11513-11516. Elsevier Science Ltd.
The idea of the ‘plural society’ was first coined by a British
colonial administrator, Furnivall, on the basis of practical
experience in Southeast Asia, in his classic volume, Colonial
Policy and Practice: A Comparative Study of Burma &
Netherlands India (1939), more as a descriptive device than
as theory.
It reflected the condition, common in colonial and later,
newly independent postcolonial states, of deeply divided
societies, usually along ascriptive lines of ethnicity, or race,
but also of culture, religion, or language.
14. Teoriberkaitan
HubunganEtnik • Teori Ekologi
• Teori Freudian
• Teori Kelas
• Teori Masyarakat Majmuk
• Teori Pasaran Buruh Terpisah
• Teori Pilihan Rasional
• Teori Pertukaran Sosial
• Teori Sistem Ekologikal
Bronfenbrenner
15. Teori Kelas
Cox (1948) mendapati masalah hubungan ras dan etnik (di AS)
berhubung rapat dengan kelas dan sistem kasta yang melibatkan
golongan kapitalis berkulit putih terhadap orang bukan kulit-putih dan
buruh.
Rumusan Cox:
keuntungan pihak kapitalis dalam memperoleh sumber menindas
kaum buruh.
Dalam hubungan yang tidak sama rata ini, wujud sistem yang
mendukung ketidaksamarataan dalam struktur masyarakat yang
memisahkan juga buruh kulit putih daripada kulit hitam.
Kategori ras seterusnya wujud dalam kehidupan sosial masyarakat
kapitalis yang menguntungkan kelas pemerintah dan pertembungan
dengan kelas buruh.
16. Teori Masyarakat Majmuk
Funivall (1948) & Smith(1965) mengkaji teori ini di
kalangan masyarakat majmuk di A. Tenggara. (menjadi
tumpuan bangsa Eropah, China dan India)
Masyarakat (majmuk) saling bergaul tetapi tidak
bergabung dalam satu kumpulan yang sama (di
sebabkan masing-masing mempunyai pegangan agama,
budaya, bahasa, adat dan cara hidup sendiri)
17. Teori Pilihan Rasional
Teori pilihan rasional tentang hubungan etnik:
Individu mempunyai matlamat dan kecenderungan yang berbeza.
Individu bertindak untuk memaksimumkan ganjaran material dan kedudukan sosial.
Tingkah laku individu merupakan fungsi sentimen peribadi dan kepercayaan terhadap
kelompok sebayanya.
Apabila individu membuat satu pilihan untuk bertindak, tindakan pilihan yang lain akan
tertutup.
Semasa individu bertindak ke atas pilihan tingkah laku yang dibuat,individu berkenaan akan
mewujudkan ikatan sosial yang lebih eratdengan individu lain yang terlibat.
Apabila individu gagal memaksimumkan ganjaran yang dihajati,maka ia akan mengambil
tindakan menggemblengkan kekuatan kolektif, dan dimensi yang dipilih akan menggambarkan
konteks sejarah budaya masyarakat tersebut.
Apabila individu gagal memaksimumkan kepuasan melalui pelbagai dimensi kumpulan sosial
yang wujud dalam masyarakat, ia akan berpaling kepada soal-soal keagamaan dan
ketuhanan.
Apabila individu memilih untuk menggemblengkan kekuatan kolektif berdasarkan warisan
kebudayaan, batas kumpulan bersifat terbuka.
Apabila individu memilih untuk menggemblengkan kekuatan kolektif berdasarkan warisan
fizikal, batas kumpulan bersifat tertutup.
18. • Ras
• Etnik
• Budaya
• Stereotaip
• Prejudis
• Diskriminasi
Konsep-
konsep
Hubungan
Etnik
19. Konsep Etnik
Berasal dari perkataan ethnos
Ras ialah perbezaan dari segi ciri-ciri fizikal dalam kelompok
manusia dan ciri yang paling ketara serta sering digunakan
untuk membezakan kumpulan manusia ialah warna kulit,
rambut, rupa bentuk (fizikal dan biologikal, tingkahlaku dan
tahap intelektual) e.g (Caucasoid, Mongoloid, Negroid,
Australoid)
Etnik pula dari segi bahasa boleh didefinasikan sebagai
kaum atau bangsa. Dari segi istilah pula etnik boleh
didefinisikan sebagai kelompok manusia yang ditentukan
melalui perbezaan ciri-ciri budaya seperti adat resam,
pakaian, bahasa, kegiatan ekonomi dan sebagainya.(Ada
persamaa paras rupa, tingkah laku)
20. Etnik ialah berkenaan bangsa manusia: tidak
memaksa perubahan terhadap kepercayaan agama
atau membuang unsur sesuatu kaum
Etnik dapat dikelaskan melalui perbezaan budaya.
Etnik juga dapat dikelaskan mengikut demografi
iaitu mengikut kedudukan geografi dan sempadan
negeri.
Contohnya di Sabah dan Sarawak terdapat
pelbagai kumpulan etnik pada kedudukan geografi
yang berbeza.
21.
22. Konsep Etnisiti
Etnisiti merujuk kepada rasa kekitaan
sesuatu kumpulan etnik tertentu.
Ini bererti wujudnya satu kebudayaan
atau sub-budaya jelas yakni anggotanya
berasa disatukan dengan satu sejarah,
nilai, sikap dan tingkah laku yang sama.
23. Etnosentrisme
Manakala etnosentrisme pula merujuk
kepada kepercayaan atau rasa bangga
yang wujud dalam kalangan anggota
sesebuah kelompok etnik bahawa budaya
dan etnisiti mereka adalah jauh lebih baik
dan hebat daripada kelompok lain.
Etnosentrisme juga membawa makna
suatu perspektif melihat kelompok etnik
lain daripada lensa dan kaca mata etnik
sendiri.
24. Konsep Ras dan Rasisme
Istilah ras dan etnik sering kali digunakan secara berulangan walaupun
membawa makna berbeza.
Di Malaysia, istilah ras dan etnik sering kali dicampur aduk dan digunakan
secara bertukar sehingga maknanya menjadi lebih kurang sama.
Orang Melayu, Cina dan India serta pelbagai etnik lain di Sabah dan
Sarawak sepatutnya dikenali sebagai etnik tetapi juga dipanggil ras dalam
kehidupan seharian.
Pada dasarnya, ras boleh dikatakan sebagai sebuah kelompok sosial yang
mempunyai tanda pengenalan kolektif berasaskan ciri-ciri fizikal-biologikal
nyata, seperti warna kulit, warna mata, warna rambut dan selainnya.
Ciri paling ketara yang digunakan untuk membezakan kumpulan manusia
ialah warna kulit.
25. Rasisme ditakrifkan sebagai pandangan,
pemikiran, atau kepercayaan negatif oleh
sesuatu kelompok sosial atau para anggotanya
mengenai sesuatu kelompok lain berdasarkan
perbezaan wajah fizikal-biologikal atau ras
semata-mata dan ini ditunjukkan secara terbuka
melalui perilaku atau tindakan terbuka.
Rasisme adalah gabungan prejudis dan kuasa
diartikulasi melalui diskriminasi berasaskan
warna kulit, mata dan ciri-ciri fizikal-biologikal
selainnya.
26. Rasisme wujud pada dua tahap iaitu tahap individu dan
tahap institusi.
Pada tahap individu, rasisme berlaku dalam bentuk
kepercayaan wujudnya ras tertentu yang berstatus lebih
tinggi dan ada yang berstatus lebih rendah.
Rasisme pada peringkat individu ini wujud dalam bentuk
kepercayaan dan sikap individu.
Pada tahap institusi, rasisme melibatkan dasar dan
pelaksanaan yang bersifat diskriminasi, seterusnya
membentuk ketidaksamaan bagi masyarakat daripada
ras yang berbeza.
Rasisme pada tahap institusi ini dapat dilihat secara
tersirat di dalam struktur sosial.
27. Konsep Prejudis dan
Stereotaip
Prejudis ditakrif sebagai pandangan negatif yang tersemat di dalam hati
seseorang atau satu kelompok etnik, yang sering tidak diluahkan secara
terbuka, mengenai ahli atau kelompok etnik lain.
Selalunya pandangan ini adalah tidak berasaskan maklumat yang jelas,
tepat atau mencukupi. Apabila prejudis disuarakan, ini menjadi stereotaip.
Prejudis antara etnik berlaku apabila sesebuah etnik memandang negatif
akan etnik lain. Mengubah prejudis yang tinggi terhadap sesebuah etnik
lain adalah sukar walaupun fakta yang kukuh diberikan bagi membuktikan
bahawa pemahaman tersebut adalah salah.
Prejudis yang wujud biasanya berasaskan sokongan yang aktif daripada
masyarakat sekeliling. Melalui proses sosialisasi, sikap prejudis disalurkan
dari satu generasi kepada satu generasi lain. Kesan sikap prejudis
semakin mudah dilihat apabila berlaku persaingan bagi mendapatkan
sesuatu yang terhad sama ada dari aspek politik, ekonomi sosial dan
sebagainya.
28. Stereotaip pula ialah kenyataan-kenyataan umum yang negatif
terhadap sesuatu etnik seperti semua orang Arab itu Islam, orang
Belanda itu kedekut dan sebagainya.
Dengan kata lain, stereotaip ialah gambaran berlebih-lebihan
tentang sesuatu perlakuan baik atau buruk yang ditujukan kepada
sesuatu etnik oleh etnik lain. Ini terhasil apabila berlaku
pertembungan dua atau lebih komuniti etnik.
Fahaman stereotaip ini akan menimbulkan perasaan yang negatif
dalam kalangan masyarakat khususnya masyarakat majmuk di
Malaysia.
Ini kerana fahaman stereotaip akan menjadikan sesuatu etnik itu
akan memandang rendah kepada etnik lain dan seterusnya
membawa implikasi kepada terbatasnya interaksi antara etnik dan
menimbulkan semangat perkauman yang menebal.
29. Konsep Diskriminasi
Diskriminasi ditakrifkan sebagai pandangan, pemikiran dan
kepercayaan negatif oleh seseorang atau sekelompok etnik
terhadap anggota atau kelompok etnik lain yang
mempengaruhi perilaku pihak yang berpandangan negatif.
Ringkasnya, diskriminasi adalah perbuatan membezakan
seseorang individu atau sesuatu kelompok etnik lain
berasaskan ciri-ciri etnik semata-mata.
Diskriminasi merupakan hasil terjemahan daripada
prasangka yang ada pada sesuatu etnik.
Ini semakin mudah berlaku terutama apabila wujud prejudis
dan stereotaip dalam sesebuah masyarakat, sama ada di
peringkat individu ataupun kumpulan etnik.
31. Segregasi
merupakan hubungan yang bersifat pemisahan
antara etnik dalam sesebuah negara.
Pemisahan berlaku dalam beberapa keadaan:
antaranya dari segi kawasan tempat tinggal,
sistem persekolahan, pengangkutan dan
kemudahan awam.
wujud sama ada didasari oleh undang-undang
atau tidak seperti Dasar Apartheid di Afrika
Selatan.
A + B + C
32. Akomodasi
merupakan proses etnik menyedari norma dan nilai
mereka antara satu sama lain, namun mereka tetap
mempertahankan budaya hidup masing-masing.
Namun, mereka hidup secara harmoni dan
menghormati antara satu sama lain.
Di peringkat pemerintahan pusat, setiap etnik
mempunyai wakil dan dalam bidang ekonomi dan
pendidikan, mereka saling bergantungan.
Switzerland adalah negara yang mempunyai
hubungan etnik bersifat akomodasi kerana etnik-etnik
Jerman, Perancis dan Itali, saling membuat
penyesuaian antara mereka
A + B + C = A + B + C
33. Akulturasi
merupakan satu proses penerimaan unsur
kebudayaan dalam kalangan individu atau
kelompok dari sesuatu kebudayaan lain yang
berlainan.
Akulturasi terjadi apabila satu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan yang tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing yang berbeza sehingga unsur-
unsur kebudayaan asing itu akhirnya diterima dan
diolah ke dalam kebudayaan sendiri.
Berbeza dengan proses asimilasi, proses
akulturasi tidak menyebabkan kehilangan identiti
asal masyarakat yang menerima.
34. Dalam sejarah tamadun manusia, sering berlaku
pertemuan atau pertembungan antara dua atau
lebih kebudayaan. Proses ini menyebabkan
berlakunya proses pinjam-meminjam.
Pada peringkat awal, unsur pinjaman digunakan
secara langsung dan kemudian diolah dan
dijadikan unsur kebudayaan sendiri.
Di Malaysia, beberapa kes boleh dijadikan rujukan
seperti penggunaan tali leher, ‘angpow’, makanan,
hiburan dan sebagainya
35. Namun kejayaan akulturasi bergantung
kepada:
i.Unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah
diterima seperti budaya kebendaan seperti
pakaian dan kebudayaan tersebut memberi
manfaat yang besar.
ii. Unsur kebudayaan asing berbentuk bukan
kebendaan sukar diterima seperti ideologi,
pemikiran dan sebagainya.
A + B + C = Ai + Bi + Ci
36. Asimilasi
merupakan satu proses percantuman dan
penyatuan antara etnik yang berlainan budaya
sehingga membentuk satu kelompok dengan
kebudayaan dan identiti yang sama. Ini berkaitan
dengan penyerapan sehala individu ke dalam
etnik yang lain.
Asimilasi yang sempurna menyebabkan
berlakunya penghapusan penuh perbezaan dari
segi kebudayaan dan identiti.
Di Malaysia, apa yang berlaku ke atas masyarakat
Jawa, masyarakat Cina Kelantan, Baba dan
Nyonya, merupakan antara contoh berlakunya
proses asimilasi
37. Proses asimilasi berlaku apabila
terdapatnya:
i. Etnik yang berbeza budaya.
ii. Individu di dalam atau antara etnik
sering berinteraksi.
iii. Interaksi berlaku dalam tempoh yang
lama.
38. Kejayaan asimilasi bergantung kepada:
i. Kesanggupan etnik minoriti menghilangkan
identiti mereka dan menerima identiti etnik
lain.
ii. Kesanggupan etnik majoriti menerima etnik
lain.
iii. Perbezaan saiz kelompok majoriti dan
minoriti tidak besar atau kelompok minoriti
adalah kecil.
iv. Terdapat banyak persamaan budaya antara
etnik.
v. Penguasaan dalam sesuatu bidang
khususnya etnik minoriti akan menyukarkan
proses asimilasi.
39. Faktor penghalang asimilasi ialah:
i.Kurangnya pengetahuan kebudayaan sehingga
menimbulkan perasaan takut terhadap budaya
lain.
ii. Timbul perasaan bahawa budaya etnik lebih
tinggi dari etnik lain.
iii. Adanya perbezaan kepentingan antara etnik
yang terlibat.
A + B + C = A
40. Amalgamasi
merupakan satu proses yang terjadi apabila
budaya atau ras bercampur untuk membentuk
jenis-jenis budaya dan ras yang baru.
Cara utama dalam menentukan proses
amalgamasi terjadi ialah perkahwinan campur
antara etnik.
A + B + C = D
43. Dasar Apartheid – pengasingan
orang kulit putih dan kulit hitam di
Afrika Selatan 1948-1994
Segregasi.
Makanan
pelbagai kaum
diterima ramai di
Malaysia
Akulturasi
44. Angpau Tahun Baru Cina
dan ‘angpau’ Hari Raya
AidilFitri Akulturasi.
Kaum Peranakan
India (Chetty) dan
Peranakan Cina
(Baba & Nyonya)
Amalgamasi.
45. PENUTUP
Potret hubungan etnik di Malaysia pada masa
sekarang terbentuk oleh sejarah lampau
serta interaksi kompleks pelbagai faktor yang
berlaku kini.
Kefahaman tentang konsep-konsep
dan teori-teori berkaitan
hubungan etnik penting
untuk memahami potret
hubungan etnik di
negara ini.