Tes HbA1C digunakan untuk memonitor kadar glukosa darah rata-rata selama 8-12 minggu terakhir dengan mengukur fraksi hemoglobin yang terglikosilasi. Pengukuran dilakukan dengan metode kromatografi atau imunoturbidimetri, dan hasilnya menunjukkan kualitas kontrol glukosa darah pasien diabetes.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengantar dasar-dasar imunoasai (serologi) yang mencakup konsep dasar reaksi antara antigen dan antibodi, komponen penting antibodi, dan berbagai jenis uji serologi seperti uji presipitasi, aglutinasi, dan imunofluoresensi.
2. Beberapa teknik uji serologi yang dijelaskan antara lain uji ELISA, RIA, dan uji aliran samping menggunakan label seperti enzim dan
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur penentuan golongan darah ABO, yang meliputi tujuan pemeriksaan, metode forward dan reverse, pembuatan suspensi sel darah, dan interpretasi hasil reaksi untuk menentukan golongan darah pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar fibrinogen menggunakan metode Clauss, termasuk prinsip, prosedur, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya."
Tes HbA1C digunakan untuk memonitor kadar glukosa darah rata-rata selama 8-12 minggu terakhir dengan mengukur fraksi hemoglobin yang terglikosilasi. Pengukuran dilakukan dengan metode kromatografi atau imunoturbidimetri, dan hasilnya menunjukkan kualitas kontrol glukosa darah pasien diabetes.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengantar dasar-dasar imunoasai (serologi) yang mencakup konsep dasar reaksi antara antigen dan antibodi, komponen penting antibodi, dan berbagai jenis uji serologi seperti uji presipitasi, aglutinasi, dan imunofluoresensi.
2. Beberapa teknik uji serologi yang dijelaskan antara lain uji ELISA, RIA, dan uji aliran samping menggunakan label seperti enzim dan
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur penentuan golongan darah ABO, yang meliputi tujuan pemeriksaan, metode forward dan reverse, pembuatan suspensi sel darah, dan interpretasi hasil reaksi untuk menentukan golongan darah pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar fibrinogen menggunakan metode Clauss, termasuk prinsip, prosedur, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya."
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tujuan dan kegiatan praktikum pemeriksaan tinja untuk parasit cacing, meliputi pengelolaan spesimen tinja, pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis tinja, serta beberapa metode pemeriksaan seperti pengecatan langsung, konsentrasi, dan pengenceran.
Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2Endang Siahaan
1. Metoda pemeriksaan HbA1c secara ion-exchange HPLC merupakan metoda standar yang direkomendasikan IFCC untuk menilai kadar HbA1c.
2. Prinsipnya adalah memisahkan fraksi hemoglobin berdasarkan muatan listriknya menggunakan kolom bermuatan ion.
3. HbA1c memberikan gambaran kadar glikemik 2-3 bulan terakhir dan digunakan untuk diagnosis dan pemantauan diabetes.
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalSyscha Lumempouw
Dokumen tersebut merangkum beberapa materi praktikum mikrobiologi tentang sistem muskuloskeletal, meliputi identifikasi dan uji beberapa jenis bakteri patogen seperti Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Mycobacterium tuberculosis, dan Pseudomonas aeroginosa.
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%Dewi Fitriani
Dokumen ini memberikan instruksi tentang pembuatan suspensi eritrosit dengan berbagai kepekatan (2%, 5%, 10%, 40%, 50%) untuk mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibodi. Darah yang telah dicuci akan diencerkan dengan larutan saline sesuai perbandingan tertentu untuk mendapatkan berbagai kepekatan suspensi eritrosit yang akan digunakan sebelum transfusi darah atau tes medis lain.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiurarika ferlianti
Dokumen ini membahas tentang dua jenis cacing parasit yaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Ascaris lumbricoides adalah cacing bulat panjang dengan panjang 15-35 cm, sedangkan Trichuris trichiura memiliki kepala halus dan ekor gemuk dengan panjang 4-5 cm. Kedua cacing ini menghasilkan telur dengan karakteristik morfologi yang berbeda.
1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang pengecatan sitokimia pada leukemia yang dapat membantu diagnosis dan klasifikasi tipe leukemia. Beberapa metode pengecatan yang dijelaskan antara lain mieloperoksidase, sudan black, PAS, LAP, dan nonspesifik esterase, beserta prinsip, reagen, dan interpretasi hasilnya.
Dokumen tersebut membahas tentang imunodefisiensi pada anak, yang merupakan gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, autoimunitas, atau kanker. Imunodefisiensi dapat berupa primer (kongenital) atau sekunder (disebabkan penyakit lain). Tanda awal kemungkinan imunodefisiensi pada anak adalah infeksi berulang, namun diagnosis dini sangat penting
Dokumen tersebut membahas tentang leukosit dan prosedur hitung jenis leukosit. Terdapat 6 jenis utama leukosit yaitu basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit. Prosedur hitung jenis leukosit meliputi pengambilan contoh darah, pemeriksaan di bawah mikroskop, dan pengelompokkan 100 sel leukosit berdasarkan jenisnya.
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptdryuby
Tes dan interpretasi cairan asites meliputi tes makroskopis, kimia, dan mikroskopis. Tes makroskopis menilai volume, warna, kejernihan, berat jenis, dan bekuan cairan. Tes kimia meliputi tes protein, glukosa, LDH, dan tes-tes tambahan untuk mendiagnosis penyebab asites. Tes mikroskopis menghitung jumlah sel untuk membedakan transudat dan eksudat. Hasil tes digunakan untuk mendiagn
Flow cytometry adalah metode untuk mengukur sifat seluler dengan mengalirkan sel melalui laser. Terdiri dari sistem fluida, optik, dan elektronik. Digunakan untuk menganalisis ekspresi permukaan sel, mengklasifikasi jenis sel, dan memisahkan subpopulasi sel dengan aplikasi di bidang biomedis dan biologi.
Protein plasma terdiri atas albumin dan berbagai jenis globulin yang diproduksi hati. Albumin berperan menjaga tekanan osmosis darah sedangkan globulin terlibat dalam sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah. Kadar protein plasma dapat berubah pada berbagai kondisi patologis seperti infeksi kronis, disfungsi hati, dan gangguan ginjal.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tujuan dan kegiatan praktikum pemeriksaan tinja untuk parasit cacing, meliputi pengelolaan spesimen tinja, pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis tinja, serta beberapa metode pemeriksaan seperti pengecatan langsung, konsentrasi, dan pengenceran.
Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2Endang Siahaan
1. Metoda pemeriksaan HbA1c secara ion-exchange HPLC merupakan metoda standar yang direkomendasikan IFCC untuk menilai kadar HbA1c.
2. Prinsipnya adalah memisahkan fraksi hemoglobin berdasarkan muatan listriknya menggunakan kolom bermuatan ion.
3. HbA1c memberikan gambaran kadar glikemik 2-3 bulan terakhir dan digunakan untuk diagnosis dan pemantauan diabetes.
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalSyscha Lumempouw
Dokumen tersebut merangkum beberapa materi praktikum mikrobiologi tentang sistem muskuloskeletal, meliputi identifikasi dan uji beberapa jenis bakteri patogen seperti Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Mycobacterium tuberculosis, dan Pseudomonas aeroginosa.
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%Dewi Fitriani
Dokumen ini memberikan instruksi tentang pembuatan suspensi eritrosit dengan berbagai kepekatan (2%, 5%, 10%, 40%, 50%) untuk mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibodi. Darah yang telah dicuci akan diencerkan dengan larutan saline sesuai perbandingan tertentu untuk mendapatkan berbagai kepekatan suspensi eritrosit yang akan digunakan sebelum transfusi darah atau tes medis lain.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiurarika ferlianti
Dokumen ini membahas tentang dua jenis cacing parasit yaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Ascaris lumbricoides adalah cacing bulat panjang dengan panjang 15-35 cm, sedangkan Trichuris trichiura memiliki kepala halus dan ekor gemuk dengan panjang 4-5 cm. Kedua cacing ini menghasilkan telur dengan karakteristik morfologi yang berbeda.
1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang pengecatan sitokimia pada leukemia yang dapat membantu diagnosis dan klasifikasi tipe leukemia. Beberapa metode pengecatan yang dijelaskan antara lain mieloperoksidase, sudan black, PAS, LAP, dan nonspesifik esterase, beserta prinsip, reagen, dan interpretasi hasilnya.
Dokumen tersebut membahas tentang imunodefisiensi pada anak, yang merupakan gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, autoimunitas, atau kanker. Imunodefisiensi dapat berupa primer (kongenital) atau sekunder (disebabkan penyakit lain). Tanda awal kemungkinan imunodefisiensi pada anak adalah infeksi berulang, namun diagnosis dini sangat penting
Dokumen tersebut membahas tentang leukosit dan prosedur hitung jenis leukosit. Terdapat 6 jenis utama leukosit yaitu basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit. Prosedur hitung jenis leukosit meliputi pengambilan contoh darah, pemeriksaan di bawah mikroskop, dan pengelompokkan 100 sel leukosit berdasarkan jenisnya.
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptdryuby
Tes dan interpretasi cairan asites meliputi tes makroskopis, kimia, dan mikroskopis. Tes makroskopis menilai volume, warna, kejernihan, berat jenis, dan bekuan cairan. Tes kimia meliputi tes protein, glukosa, LDH, dan tes-tes tambahan untuk mendiagnosis penyebab asites. Tes mikroskopis menghitung jumlah sel untuk membedakan transudat dan eksudat. Hasil tes digunakan untuk mendiagn
Flow cytometry adalah metode untuk mengukur sifat seluler dengan mengalirkan sel melalui laser. Terdiri dari sistem fluida, optik, dan elektronik. Digunakan untuk menganalisis ekspresi permukaan sel, mengklasifikasi jenis sel, dan memisahkan subpopulasi sel dengan aplikasi di bidang biomedis dan biologi.
Protein plasma terdiri atas albumin dan berbagai jenis globulin yang diproduksi hati. Albumin berperan menjaga tekanan osmosis darah sedangkan globulin terlibat dalam sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah. Kadar protein plasma dapat berubah pada berbagai kondisi patologis seperti infeksi kronis, disfungsi hati, dan gangguan ginjal.
Tes protein urine penting untuk diagnosis dan prognosis gangguan ginjal. Terdapat berbagai metode untuk mengukur protein urine seperti metode colorimetric, turbidimetri, dan imunokimia. Hasil tes diinterpretasikan untuk mengetahui tingkat proteinuria dan penyakit ginjal yang mendasarinya.
Dokumen tersebut membahas tentang alat pemeriksaan carik celup urine. Ia menjelaskan pengertian, cara kerja, dan interpretasi hasil dari tes carik celup urine untuk parameter seperti protein, darah, nitrit, dan lainnya. Dokumen ini juga menyinggung potensi kesalahan dalam pemeriksaan carik celup urine.
Sindroma Evans merupakan kondisi autoimun langka yang ditandai dengan terjadinya anemia hemolitik autoimun dan trombositopenia purpura secara bersamaan tanpa adanya penyebab lain, yang disebabkan oleh kemampuan tubuh untuk membentuk antibodi yang menghancurkan eritrosit dan trombosit.
Dokumen tersebut membahas tentang bilirubin, termasuk pengertian, pembentukan, metabolisme, jenis, patologi, diagnosis ikterus, dan hiperbilirubinemia. Bilirubin dihasilkan dari degradasi hemoglobin dan merupakan produk yang toksik yang harus dikeluarkan tubuh. Hati memainkan peran penting dalam mengkonjugasi dan mengeluarkan bilirubin. Kenaikan kadar bilirubin dapat menyebabkan kondisi ikterus.
Metode kolorimetri untuk mengukur kadar hemoglobin darah meliputi metode hematin asam, hematin alkali, cyanmethemoglobin, oksihemoglobin, dan SLS-hemoglobin. Metode-metode tersebut berbeda dalam prinsip reaksi pembentukan derivat hemoglobin yang berwarna untuk diukur absorbsinya.
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Operator Warnet Vast Raha
Dokumen tersebut membahas tentang ikterus pada bayi baru lahir, termasuk definisi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan diagnosis. Ikterus dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis, dan dipengaruhi oleh produksi bilirubin, fungsi hati, transportasi, dan ekskresi bilirubin. Diagnosis dapat dilakukan secara visual atau pengukuran kadar bilirubin darah.
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Operator Warnet Vast Raha
Dokumen tersebut membahas tentang ikterus pada bayi baru lahir, termasuk definisi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan diagnosis. Ikterus dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis, dan dipengaruhi oleh produksi bilirubin, fungsi hati, transportasi, dan ekskresi bilirubin. Diagnosis dapat dilakukan secara visual atau pengukuran kadar bilirubin darah.
Dokumen tersebut membahas proses metabolisme urobilin dan bilirubin dalam tubuh, mulai dari pembentukan urobilinogen di usus, katabolisme heme di hati yang menghasilkan bilirubin, metabolisme bilirubin di hati melalui konjugasi dan sekresi, hingga metabolisme bilirubin di usus menjadi urobilinogen.
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Dokumen tersebut berisi pertanyaan dan jawaban mengenai fisiologi hewan yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fisiologi hewan. Pertanyaan terkait transfusi darah, reaksi hemolitik, ketentuan donor darah, komponen plasma segar beku, tahapan eritropoesis, dan proses pembekuan darah.
Hemoglobin adalah protein pada sel darah merah yang mengangkut oksigen dan karbondioksida. Kadar hemoglobin normal bervariasi menurut umur, mulai dari 17-22 gram/dl pada bayi baru lahir hingga 11,7-13,8 gram/dl pada perempuan dewasa. Hemoglobin terurai menjadi heme dan globin, dimana heme selanjutnya diubah menjadi bilirubin melalui beberapa tahapan metabolisme di hati. Bilirubin diekskresikan lewat
Teks ini membahas tentang pengujian antibodi antinuklir (ANA) pada penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). Metode pengujian ANA meliputi pemeriksaan imunofluoresensi pada sel Hep-2, tes ELISA, dan tes strip Euroline. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis dan memantau SLE karena keberadaan ANA dapat menunjukkan aktivitas penyakit.
The document discusses flow cytometry and its clinical application in monitoring CD4 T lymphocyte counts. Flow cytometry works by passing fluorescent-labeled cells in a fluid stream through a laser which causes fluorescence. Detectors then measure the cells' light scattering and fluorescence properties to characterize the cells and identify subsets. The document provides details on using the BD FACSCalibur flow cytometer to measure CD4 counts via two-color staining and gating on T lymphocyte populations. Normal CD4 values in adults and children are listed.
The document discusses viral load testing using NASBA (Nucleic Acid Sequence-Based Amplification) technology. It describes the NASBA process which uses 3 enzymes to amplify viral RNA or DNA in one temperature. The document provides examples of using NASBA to test viral load in HIV samples and discusses the benefits of NASBA including its high throughput, minimal hands-on time, and ability to detect down to 10-10^7 copies/ml.
This document summarizes methods for quantitatively determining serum immunoglobulin A (IgA) concentration, including radial immunodiffusion (RID), nephelometry, and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). RID involves measuring the diameter of precipitation rings formed between serum IgA and antibody-containing agar. Nephelometry measures light scatter from immune complexes formed between serum IgA and anti-IgA antiserum. ELISA uses a capture antibody to bind serum IgA and a labeled secondary antibody for detection. ELISA provides the best sensitivity while nephelometry is most commonly used in clinical labs due to its rapid automation capabilities. Normal IgA levels, deficiencies, and causes of high values are also
Teks ini membahas tentang elektroforesis kapiler menggunakan alat Minicap untuk memisahkan molekul seperti protein, lipoprotein, isoenzim, dan hemoglobin. Metode ini bekerja dengan memisahkan molekul berdasarkan kecepatan elektroforesisnya dalam tabung kapiler dengan diameter 100 μm yang dipengaruhi pH elektrolit dan aliran elektroosmosis. Teks ini juga menjelaskan prosedur dan komponen elektroforesis protein, hemoglobin, dan immunotyping
This document discusses thyroid hormone tests (T3, T4, TSH, fT4) and their principles, procedures, and clinical significance. It describes the hormones T3 and T4, how they are regulated by the hypothalamus-pituitary-thyroid axis, and common thyroid disorders like hypothyroidism and hyperthyroidism. It provides details on specific assays for the hormones, including radioimmunoassay, immunoradiometric assay, enzyme immunoassay, and electrochemiluminescent assay. Reference ranges and clinical implications of test results are also covered.
1. Western Blot dan RIBA merupakan tes konfirmasi untuk infeksi HIV yang mendeteksi antibodi terhadap protein inti, polimerase, dan envelope virus HIV.
2. Terdapat perbedaan antara Western Blot dan RIBA dalam hal protein yang digunakan sebagai antigen.
3. Hasil tes dapat negatif palsu, indeterminate, atau positif tergantung pola protein HIV yang terdeteksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar antigen CA 125 dengan metode ELISA untuk skrining, diagnosis, pemantauan terapi, dan prognosis kanker ovarium. Metode ELISA digunakan karena ekonomis dan sensitivitas yang tinggi. Kadar CA 125 yang meningkat dapat menandakan adanya kanker ovarium.
Tinjauan pustaka mengenai trombositopenia pada demam berdarah dengue membahas mekanisme penyebabnya yaitu supresi sumsum tulang, aktivasi dan destruksi trombosit oleh virus, serta disfungsi trombosit. Pemeriksaan jumlah trombosit penting untuk diagnosis dan pemantauan, dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Terapi trombositopenia meliputi transfusi trombosit dalam kondisi tertentu.
Thrombelastography (TEG) adalah tes koagulasi yang dilakukan di samping pasien untuk mengukur berbagai parameter koagulasi dalam 30 menit. TEG dapat digunakan untuk memantau koagulasi pada operasi jantung dan transplantasi hati serta mendeteksi gangguan koagulasi pada pasien trauma.
Tinjauan pustaka ini membahas patogenesis, diagnosis, dan klasifikasi paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH). PNH disebabkan oleh mutasi gen PIG-A yang mengakibatkan defisiensi protein yang terikat pada permukaan sel seperti DAF dan CD59. Ini menyebabkan aktivasi komplemen yang berlebihan dan hemolisis. Diagnosis didasarkan pada tes komplemen seperti sucrose lysis test dan flow sitometri untuk mengukur defisiensi CD55 dan CD59. PNH dik
Dokumen tersebut membahas sindrom mielodisplastik yang merupakan kelompok penyakit neoplastik pada sel induk hemopoietik yang ditandai oleh kegagalan sumsum tulang dan kelainan sel darah. Dibahas pula patogenesis, diagnosis, klasifikasi, dan prognosis sindrom mielodisplastik menurut WHO dan terapi yang diberikan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur hitung jenis lekosit secara manual dan otomatis. Secara manual melibatkan pembuatan hapusan darah, pewarnaan, dan perhitungan secara visual di bawah mikroskop. Secara otomatis menggunakan berbagai metode seperti impedansi, scatter cahaya, dan fluoresensi untuk menghitung dan membedakan jenis lekosit dengan lebih cepat dan akurat. Kedua metode memiliki kelebi
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang pemeriksaan Prothrombin Time (PTT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) secara otomatis. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi melalui jalur ekstrinsik, intrinsik, dan bersama dengan mengukur waktu pembekuan plasma menggunakan metode cahaya tersebar.
1. Tutor Kimia Klinik
PEMERIKSAAN ALBUMIN SERUM
DENGAN METODE BROMCRESOL
GREEN
Oleh : dr. Ferdy Royland M
Pembimbing: Dr. dr. Sidarti Soehita S.F.H.S., MS, Sp
PK (K)
2. Pendahuluan
Albumin merupakan protein plasma
terbesar yaitu 40-60% dari total protein.
Albumin disintesis di hati, jumlahnya
tergantung asupan protein dan regulasi
umpan balik level albumin plasma.
Molekulnya tidak mengandung karbohidrat
dan tidak disimpan di parenkim hati.
Waktu paruh albumin 15-19 hari.
2
3. Pendahuluan
Sejumlah kecil albumin difiltrasi
glomerulus dan seluruhnya diabsorbsi
oleh sel-sel tubulus proksimal, lalu
didegradasi oleh enzim-enzim lisosom
menjadi fragmen-fragmen, kemudian
dikembalikan ke sirkulasi dengan
berat molekul yang lebih rendah.
3
4. Pendahuluan
Albumin mempunyai berat molekul
66.000
pH isoelektris albumin antara 4,0 dan
5,8.
Pada pH 7,4 albumin bersifat anion
dengan lebih dari 200 ion negatif
untuk tiap molekulnya.
Albumin mengikat dan melarutkan
berbagai jenis senyawa seperti
bilirubin, kalsium dan asam lemak 4
5. Pendahuluan
Albumin mengikat logam berat yang
beracun seperti obat-obatan, oleh
karena itu turunnya konsentrasi
albumin darah mempunyai efek yang
berarti terhadap farmakokinetik.
Fungsi utama albumin adalah
menjaga tekanan onkotik plasma,
transpor dan penyimpanan berbagai
jenis ligand, dan sebagai sumber
asam amino endogen
5
6. Pendahuluan
Albumin dipakai sebagai petunjuk
kelangsungan hidup dan perawatan
baik pada pasien dialisis maupun
transplantasi ginjal.
Pada praktek klinis, albumin diukur
dengan menggunakan teknik manual
maupun otomatis menggunakan uji
dye binding yaitu bromcresol green
(BCG) dan bromcresol purple (BCP)
6
7. Arti Klinis
Level albumin mempunyai arti yang
kecil dalam diagnosis namun nilai
albumin penting dalam tatalaksana
dan pemantauan pengobatan.
Hiperalbuminemia jarang terjadi
kecuali pada dehidrasi.
Hipoalbuminemia paling banyak
terjadi pada berbagai penyakit,
disebabkan oleh satu atau lebih dari
beberapa hal dibawah ini:
7
8. Arti Klinis
1. Sintesis yang tidak cukup; primer
pada penyakit hati, sekunder karena
kurangnya asupan protein
2. Peningkatan katabolisme karena
kerusakan jaringan dan inflamasi
3. Berkurangnya absorbsi asam amino
disebabkan oleh sindrom
malabsorbsi atau malnutrisi
8
9. Arti Klinis
4. Hilangnya protein; melalui urin oleh
karena sindoma nefrotik,
glomerulonefritis kronis, diabetes,
SLE, melalui feses oleh karena
protein losing enteropathy yang
disebabkan oleh inflamasi atau
penyakit keganasan, melalui kulit
oleh karena luka bakar
5. Distribusi terganggu; pada ascites,
albumin masuk ke dalam cairan
peritoneal oleh karena peningkatan
sirkulasi portal 9
10. Arti Klinis
Hipoalbuminemia berat terutama
disebabkan hilangnya protein melalui
urine atau feses, saat level albumin
kurang dari 2,0 g/dL biasanya timbul
oedema
10
11. Pemeriksaan Albumin
Metode Pemeriksaan Albumin:
1. Presipitasi:
Salt fractination
Solvent fractination
Acid fractination
2. Trypthophan content
3. Elektroforesis:
Moving Boundary
Cellulosae acetate
Cellulosae acetate with elution peak
11
13. Pemeriksaan albumin
Metode acid atau salt precipitation.
Albumin pada supernatan diukur dengan
analisis total nitrogen atau dengan reaksi
biuret.
Teknik ini sudah ditinggalkan karena
prosedurnya menggunakan banyak
langkah dan tidak spesifik karena adanya
interaksi protein
13
14. Pemeriksaan albumin
Metode kandungan triptopan
Menggunakan metode direct colorimetric
memakai glyoxylic acid.
Glyoxylic acid dengan Cu2+ dan media
asam (asam asetat dan H2SO4)
berkondensasi dg Triptofan yang
terdapat dalam globulin menghasilkan
warna ungu.
Jumlah triptofan albumin 0,2%, globulin
2-3%
Cara ini diperkenalkan oleh Goldenberg
dan Drewis. 14
15. Pemeriksaan albumin
Elektroforesis protein
Fraksi yang terpisah dicat dan persentase
tiap fraksi yang tampak pada sampel
ditentukan dengan analisis densitometri.
Konsentrasi albumin dihitung dengan
mengalikan konsentrasi total protein pada
sampel dengan persentase albumin.
15
16. Pemeriksaan albumin
Metode dye binding
Didasarkan atas kemampuan protein
serum untuk berikatan dengan dye .
Pada pH 4,2 albumin bersifat sebagai
kation, oleh gaya elektrostatik albumin
mengikat dye yang bermuatan negatif.
Jumlah albumin diukur dengan dengan
menghitung absorben albumin-dye
complex.
16
17. Pemeriksaan albumin
Jenis dye:
Methyl orange
2-4’-hidroxy-azobenzene-benzoic acid
(HABA)
Bromcresol green (3,3’,5,5’ tetra bromo-m-
cresol sufonphthalein/BCG)
Bromcresol purple(5,5’dibromo-o-cresol
sulfonphhtalein/BCP).
17
18. Pemeriksaan albumin
Methyl orange tidak spesifik untuk albumin
oleh karena β-lipoprotein dan α1, α2
globulin juga berikatan dengan dye.
HABA meskipun lebih spesifik terhadap
albumin mempunyai sensitifitas yang
rendah.
Senyawa seperti salisilat, penisilin,
bilirubin terkonjugasi dan sulfonamid
mempengaruhi ikatan albumin dengan
dye.
18
19. Pemeriksaan albumin
BCG tidak dipengaruhi oleh senyawa
pengganggu seperti bilirubin dan
salisilat, namun hemoglobin dapat berikatan
dengan dye setiap 100 mg/dL
hemoglobin, albumin meningkat 0,1 g/dL.
Pada hipoalbuminemia pengukuran albumin
dengan BCG memberikan hasil false
high, terutama didapat pada pasien dengan
level albumin yang rendah bersamaan
dengan fraksi α globulin yang
meningkat, seperti penderita sindroma
nefrotik dan end state renal disease 19
20. Pemeriksaan albumin
α-globulin seperti ceruloplasmin dan α1-
acid glicoprotein bereaksi dengan BCG
menambah intensitas warna 1/3 dari
reaksi yang nampak pada albumin.
Ini terjadi apabila diinkubasi lebih dari 5
menit.
Spesifisitas reaksi untuk albumin dapat
ditingkatkan dengan melakukan
pembacaan absorben dengan standar
dalam waktu yang lebih pendek setelah
dicampur yaitu 0,5-30 detik sesudah 20
21. Pemeriksaan albumin
Bromcresol purple (BCP) merupakan dye
alternatif untuk penentuan albumin.
Pada pasien insufisiensi ginjal metode
BCP menunjukkan nilai albumin serum
yang dibawah nilai sebenarnya, serum
pada pasien ini mengandung bahan-
bahan yang berikatan kuat dengan
albumin dan merubah struktur albumin
mengganggu pengikatan BCP.
BCP yang mengikat albumin menjadi tidak
seimbang dengan adanya ikatan kovalen
bilirubin. 21
22. Metode Bromcresol Green (BCG)
Prinsip Tes
Uji kolorimetri dengan metode endpoint.
Sampel dan penambahan R1(buffer)
Penambahan R2 (substrat) dan reaksi
dimulai
Pada pH 4,1 albumin bersifat sebagai
kation yang mampu mengikat bromcresol
green yang bersifat sebagai anion
22
23. Metode Bromcresol Green (BCG)
Albumin diikat bromcresol green (BCG)
membentuk kompleks warna biru-hijau.
Intensitas warna biru-hijau berbanding
lurus dengan konsentrasi albumin dan
diukur dengan panjang gelombang 620
nm.
Albumin + BCG pH 4,1 albumin BCG
complex
23
24. Metode Bromcresol Green (BCG)
Reagen
Reagen 1 : Buffer citrat 95 mmol/ L, pH 4,1,
pengawet
Reagen 2 : Buffer citrat 95 mmol/L, pH 4,1,
Bromcresol green (BCG) 0,66 mmol/L,
pengawet
Spesimen
Serum atau plasma dapat digunakan untuk
prosedur ini.
Plasma dengan heparin (Li, Na, NH4+) atau
EDTA.
24
25. Metode Bromcresol Green (BCG)
Pengumpulan dan peyimpanan spesimen:
Spesimen yang dipilih adalah serum
Hindari hemolisis berlebihan
Albumin serum stabil selama 1 minggu
pada temperatur ruangan (18-30oC), dan
satu bulan bila disimpan dalam refrigrator
(2-8oC) dan dilindungi dari penguapan.
25
26. Metode Bromcresol Green (BCG)
Senyawa yang mengganggu
Bilirubin dan spesimen yang hemolisis.
Konsentrasi serum bilirubin hingga 15
mg/dl tidak mengganggu tes.
Konsentrasi albumin menunjukkan
peningkatan 0,1 g/dL untuk tiap 100 mg
hemoglobin dalam spesimen.
Lipemia juga dapat mengganggu
pemeriksaan namun tidak terlalu
signifikan.
26
32. Malnutrition inflammation syndrome :
Albumin serum merupakan penanda malnutrisi
- kekurangan masukan protein dan kalori untuk
menjaga lean body mass ;
- kebutuhan protein pada pasien PD lebih tinggi
dari pasien HD
Albumin serum saat ini dikenal sebagai an important
inverse acute phase reactant, dan penggunaan kadar
serum albumin yang rendah sebagai penanda
mortalitas mungkin lebih mencerminkan adanya proses
keradangan aktif, dan bukan suatu defisiensi nutrisi
yang spesifik
32