SlideShare a Scribd company logo
Tutor Kimia Klinik
PEMERIKSAAN ALBUMIN SERUM
DENGAN METODE BROMCRESOL
GREEN



Oleh : dr. Ferdy Royland M
Pembimbing: Dr. dr. Sidarti Soehita S.F.H.S., MS, Sp
PK (K)
Pendahuluan
 Albumin merupakan protein plasma
  terbesar yaitu 40-60% dari total protein.
 Albumin disintesis di hati, jumlahnya
  tergantung asupan protein dan regulasi
  umpan balik level albumin plasma.
 Molekulnya tidak mengandung karbohidrat
  dan tidak disimpan di parenkim hati.
 Waktu paruh albumin 15-19 hari.


                                              2
Pendahuluan
   Sejumlah kecil albumin difiltrasi
    glomerulus dan seluruhnya diabsorbsi
    oleh sel-sel tubulus proksimal, lalu
    didegradasi oleh enzim-enzim lisosom
    menjadi fragmen-fragmen, kemudian
    dikembalikan ke sirkulasi dengan
    berat molekul yang lebih rendah.



                                           3
Pendahuluan
    Albumin mempunyai berat molekul
     66.000
    pH isoelektris albumin antara 4,0 dan
     5,8.
    Pada pH 7,4 albumin bersifat anion
     dengan lebih dari 200 ion negatif
     untuk tiap molekulnya.
    Albumin mengikat dan melarutkan
     berbagai jenis senyawa seperti
     bilirubin, kalsium dan asam lemak       4
Pendahuluan
 Albumin mengikat logam berat yang
  beracun seperti obat-obatan, oleh
  karena itu turunnya konsentrasi
  albumin darah mempunyai efek yang
  berarti terhadap farmakokinetik.
 Fungsi utama albumin adalah
  menjaga tekanan onkotik plasma,
  transpor dan penyimpanan berbagai
  jenis ligand, dan sebagai sumber
  asam amino endogen
                                      5
Pendahuluan
 Albumin dipakai sebagai petunjuk
  kelangsungan hidup dan perawatan
  baik pada pasien dialisis maupun
  transplantasi ginjal.
 Pada praktek klinis, albumin diukur
  dengan menggunakan teknik manual
  maupun otomatis menggunakan uji
  dye binding yaitu bromcresol green
  (BCG) dan bromcresol purple (BCP)

                                        6
Arti Klinis
 Level albumin mempunyai arti yang
  kecil dalam diagnosis namun nilai
  albumin penting dalam tatalaksana
  dan pemantauan pengobatan.
 Hiperalbuminemia jarang terjadi
  kecuali pada dehidrasi.
 Hipoalbuminemia paling banyak
  terjadi pada berbagai penyakit,
  disebabkan oleh satu atau lebih dari
  beberapa hal dibawah ini:
                                         7
Arti Klinis
1.   Sintesis yang tidak cukup; primer
     pada penyakit hati, sekunder karena
     kurangnya asupan protein
2.   Peningkatan katabolisme karena
     kerusakan jaringan dan inflamasi
3.   Berkurangnya absorbsi asam amino
     disebabkan oleh sindrom
     malabsorbsi atau malnutrisi


                                           8
Arti Klinis
4. Hilangnya protein; melalui urin oleh
   karena sindoma nefrotik,
   glomerulonefritis kronis, diabetes,
   SLE, melalui feses oleh karena
   protein losing enteropathy yang
   disebabkan oleh inflamasi atau
   penyakit keganasan, melalui kulit
   oleh karena luka bakar
5. Distribusi terganggu; pada ascites,
   albumin masuk ke dalam cairan
   peritoneal oleh karena peningkatan
   sirkulasi portal                       9
Arti Klinis
   Hipoalbuminemia berat terutama
    disebabkan hilangnya protein melalui
    urine atau feses, saat level albumin
    kurang dari 2,0 g/dL biasanya timbul
    oedema




                                           10
Pemeriksaan Albumin
Metode Pemeriksaan Albumin:
1. Presipitasi:
 Salt fractination
 Solvent fractination
 Acid fractination
2. Trypthophan content
3. Elektroforesis:
 Moving Boundary
 Cellulosae acetate
 Cellulosae acetate with elution peak

                                         11
Pemeriksaan Albumin
4. Imunokimia
 Electroimmunoassay
 Radial immunodiffusion
 Turbidimetri
 Nephelometri
 Radioimmunoassay
 Enzyme Immunoassay
5. Dye binding
 Methyl orange
 HABA (2-[4- hydroxyazo benzene] benzoic acids)
 BCG (bromcresol green)
 Bromcresol purple
 Bromphenol blue
                                                   12
Pemeriksaan albumin
Metode acid atau salt precipitation.
 Albumin pada supernatan diukur dengan
  analisis total nitrogen atau dengan reaksi
  biuret.
 Teknik ini sudah ditinggalkan karena
  prosedurnya menggunakan banyak
  langkah dan tidak spesifik karena adanya
  interaksi protein


                                               13
Pemeriksaan albumin
   Metode kandungan triptopan
    Menggunakan metode direct colorimetric
     memakai glyoxylic acid.
    Glyoxylic acid dengan Cu2+ dan media
     asam (asam asetat dan H2SO4)
     berkondensasi dg Triptofan yang
     terdapat dalam globulin menghasilkan
     warna ungu.
    Jumlah triptofan albumin 0,2%, globulin
     2-3%
    Cara ini diperkenalkan oleh Goldenberg
     dan Drewis.                           14
Pemeriksaan albumin
Elektroforesis protein
 Fraksi yang terpisah dicat dan persentase
  tiap fraksi yang tampak pada sampel
  ditentukan dengan analisis densitometri.
 Konsentrasi albumin dihitung dengan
  mengalikan konsentrasi total protein pada
  sampel dengan persentase albumin.



                                              15
Pemeriksaan albumin
Metode dye binding
 Didasarkan atas kemampuan protein
  serum untuk berikatan dengan dye .
 Pada pH 4,2 albumin bersifat sebagai
  kation, oleh gaya elektrostatik albumin
  mengikat dye yang bermuatan negatif.
 Jumlah albumin diukur dengan dengan
  menghitung absorben albumin-dye
  complex.

                                            16
Pemeriksaan albumin
Jenis dye:
 Methyl orange
 2-4’-hidroxy-azobenzene-benzoic acid
  (HABA)
 Bromcresol green (3,3’,5,5’ tetra bromo-m-
  cresol sufonphthalein/BCG)
 Bromcresol purple(5,5’dibromo-o-cresol
  sulfonphhtalein/BCP).

                                               17
Pemeriksaan albumin
 Methyl orange tidak spesifik untuk albumin
  oleh karena β-lipoprotein dan α1, α2
  globulin juga berikatan dengan dye.
 HABA meskipun lebih spesifik terhadap
  albumin mempunyai sensitifitas yang
  rendah.
 Senyawa seperti salisilat, penisilin,
  bilirubin terkonjugasi dan sulfonamid
  mempengaruhi ikatan albumin dengan
  dye.
                                               18
Pemeriksaan albumin
 BCG tidak dipengaruhi oleh senyawa
  pengganggu seperti bilirubin dan
  salisilat, namun hemoglobin dapat berikatan
  dengan dye  setiap 100 mg/dL
  hemoglobin, albumin meningkat 0,1 g/dL.
 Pada hipoalbuminemia pengukuran albumin
  dengan BCG memberikan hasil false
  high, terutama didapat pada pasien dengan
  level albumin yang rendah bersamaan
  dengan fraksi α globulin yang
  meningkat, seperti penderita sindroma
  nefrotik dan end state renal disease          19
Pemeriksaan albumin
 α-globulin seperti ceruloplasmin dan α1-
  acid glicoprotein bereaksi dengan BCG
  menambah intensitas warna 1/3 dari
  reaksi yang nampak pada albumin.
 Ini terjadi apabila diinkubasi lebih dari 5
  menit.
 Spesifisitas reaksi untuk albumin dapat
  ditingkatkan dengan melakukan
  pembacaan absorben dengan standar
  dalam waktu yang lebih pendek setelah
  dicampur yaitu 0,5-30 detik sesudah           20
Pemeriksaan albumin
 Bromcresol purple (BCP) merupakan dye
  alternatif untuk penentuan albumin.
 Pada pasien insufisiensi ginjal metode
  BCP menunjukkan nilai albumin serum
  yang dibawah nilai sebenarnya, serum
  pada pasien ini mengandung bahan-
  bahan yang berikatan kuat dengan
  albumin dan merubah struktur albumin
  mengganggu pengikatan BCP.
 BCP yang mengikat albumin menjadi tidak
  seimbang dengan adanya ikatan kovalen
  bilirubin.                                21
Metode Bromcresol Green (BCG)
Prinsip Tes
 Uji kolorimetri dengan metode endpoint.
 Sampel dan penambahan R1(buffer)
 Penambahan R2 (substrat) dan reaksi
  dimulai
 Pada pH 4,1 albumin bersifat sebagai
  kation yang mampu mengikat bromcresol
  green yang bersifat sebagai anion


                                            22
Metode Bromcresol Green (BCG)
 Albumin diikat bromcresol green (BCG)
  membentuk kompleks warna biru-hijau.
 Intensitas warna biru-hijau berbanding
  lurus dengan konsentrasi albumin dan
  diukur dengan panjang gelombang 620
  nm.
 Albumin + BCG       pH 4,1   albumin BCG
  complex


                                             23
Metode Bromcresol Green (BCG)
Reagen
 Reagen 1 : Buffer citrat 95 mmol/ L, pH 4,1,
  pengawet
 Reagen 2 : Buffer citrat 95 mmol/L, pH 4,1,
  Bromcresol green (BCG) 0,66 mmol/L,
  pengawet

Spesimen
 Serum atau plasma dapat digunakan untuk
  prosedur ini.
 Plasma dengan heparin (Li, Na, NH4+) atau
  EDTA.
                                                 24
Metode Bromcresol Green (BCG)
Pengumpulan dan peyimpanan spesimen:
 Spesimen yang dipilih adalah serum
 Hindari hemolisis berlebihan
 Albumin serum stabil selama 1 minggu
  pada temperatur ruangan (18-30oC), dan
  satu bulan bila disimpan dalam refrigrator
  (2-8oC) dan dilindungi dari penguapan.



                                               25
Metode Bromcresol Green (BCG)
Senyawa yang mengganggu
 Bilirubin dan spesimen yang hemolisis.
 Konsentrasi serum bilirubin hingga 15
  mg/dl tidak mengganggu tes.
 Konsentrasi albumin menunjukkan
  peningkatan 0,1 g/dL untuk tiap 100 mg
  hemoglobin dalam spesimen.
 Lipemia juga dapat mengganggu
  pemeriksaan namun tidak terlalu
  signifikan.
                                           26
Metode Bromcresol Green
(BCG)
Nilai rujukan
 Albumin : 3,5-5,2 g/dl




                           27
TERIMAKASIH...
                 28
29
STRUKTUR BCG
     OH   Br
O     S   O         OH

                    Br

               Br
Br
          O
                         30
Bromcresol purple




                    31
Malnutrition inflammation syndrome :

Albumin serum merupakan penanda malnutrisi 
    - kekurangan masukan protein dan kalori untuk
 menjaga lean body mass ;
   - kebutuhan protein pada pasien PD lebih tinggi
 dari pasien HD

Albumin serum saat ini dikenal sebagai an important
 inverse acute phase reactant, dan penggunaan kadar
 serum albumin yang rendah sebagai penanda
 mortalitas mungkin lebih mencerminkan adanya proses
 keradangan aktif, dan bukan suatu defisiensi nutrisi
 yang spesifik




                                                     32
33

More Related Content

What's hot

Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2
Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2
Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2
Endang Siahaan
 
Pemeriksaan agregasi trombosit.
Pemeriksaan agregasi trombosit.Pemeriksaan agregasi trombosit.
Pemeriksaan agregasi trombosit.
Dian Jenova
 
Vilep imunologi semester iv
Vilep imunologi semester ivVilep imunologi semester iv
Vilep imunologi semester iv
AhmadPurnawarmanFais
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysispdspatklinsby
 
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalPraktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Syscha Lumempouw
 
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2%   50%Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2%   50%
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%
Dewi Fitriani
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
Riskymessyana99
 
Presentasi metode px mikroalbuminuria
Presentasi metode px mikroalbuminuriaPresentasi metode px mikroalbuminuria
Presentasi metode px mikroalbuminuriaDiana Arwati
 
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris TrichiuraAscaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
rika ferlianti
 
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
Riskymessyana99
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
Abulkhair Abdullah
 
10
1010
Imunodefisiensi
ImunodefisiensiImunodefisiensi
Imunodefisiensi
Ariyanto Harsono
 
Leukosit
LeukositLeukosit
Leukosit
fikri asyura
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Arini Utami
 
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptpemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
dryuby
 
Flow cytometry
Flow cytometryFlow cytometry
Flow cytometry
sarahaurora
 

What's hot (20)

Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2
Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2
Pemeriksaan hb a1c secara ion exchange hplc 2
 
Th5
Th5Th5
Th5
 
Pemeriksaan agregasi trombosit.
Pemeriksaan agregasi trombosit.Pemeriksaan agregasi trombosit.
Pemeriksaan agregasi trombosit.
 
Vilep imunologi semester iv
Vilep imunologi semester ivVilep imunologi semester iv
Vilep imunologi semester iv
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysis
 
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletalPraktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
Praktikum mikrobiologi blok 17 – sistem muskoskeletal
 
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2%   50%Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2%   50%
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 
Presentasi metode px mikroalbuminuria
Presentasi metode px mikroalbuminuriaPresentasi metode px mikroalbuminuria
Presentasi metode px mikroalbuminuria
 
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris TrichiuraAscaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
Ascaris Lumbricoides Dan Trichuris Trichiura
 
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
10
1010
10
 
Imunodefisiensi
ImunodefisiensiImunodefisiensi
Imunodefisiensi
 
Sel darah merah
Sel darah merahSel darah merah
Sel darah merah
 
Leukosit
LeukositLeukosit
Leukosit
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
 
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptpemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
 
Flow cytometry
Flow cytometryFlow cytometry
Flow cytometry
 

Similar to Tkk1

Biokimia presentasi protensi plasma
Biokimia presentasi protensi plasmaBiokimia presentasi protensi plasma
Biokimia presentasi protensi plasma
NiluhPutuDika
 
Tkk4
Tkk4Tkk4
Tkk4
andreei
 
Metabolisme Porfirin
Metabolisme PorfirinMetabolisme Porfirin
Metabolisme Porfirin
Dedi Kun
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
PRAMITHA GALUH
 
Case lgk nike
Case lgk nikeCase lgk nike
Case lgk nike
Alvino maulana
 
1
11
Tutor hema yuni 20101209
Tutor hema yuni 20101209Tutor hema yuni 20101209
Tutor hema yuni 20101209
pdspatklinsby
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Operator Warnet Vast Raha
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Operator Warnet Vast Raha
 
Metabolisme Bilirubin
Metabolisme BilirubinMetabolisme Bilirubin
Metabolisme Bilirubin
Nur Syahwidad
 
Metabolisme Bilirubin
Metabolisme BilirubinMetabolisme Bilirubin
Metabolisme Bilirubin
Yogananta Ramadhan, MD
 
Ikterik neonatus
Ikterik neonatus Ikterik neonatus
Ikterik neonatus
EndahPentiannisa2
 
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi HewanTanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
dewisetiyana52
 
METABOLISME BILIRUBIN.pptx
METABOLISME BILIRUBIN.pptxMETABOLISME BILIRUBIN.pptx
METABOLISME BILIRUBIN.pptx
chocoraisin
 
Power point BIO KIMIA
Power point  BIO KIMIA Power point  BIO KIMIA
Power point BIO KIMIA
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Tkk1 (20)

Tkik4
Tkik4Tkik4
Tkik4
 
Biokimia presentasi protensi plasma
Biokimia presentasi protensi plasmaBiokimia presentasi protensi plasma
Biokimia presentasi protensi plasma
 
Tkk4
Tkk4Tkk4
Tkk4
 
Metabolisme Porfirin
Metabolisme PorfirinMetabolisme Porfirin
Metabolisme Porfirin
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Case lgk nike
Case lgk nikeCase lgk nike
Case lgk nike
 
1
11
1
 
Tutor hema yuni 20101209
Tutor hema yuni 20101209Tutor hema yuni 20101209
Tutor hema yuni 20101209
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
 
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa ...
 
Metabolisme Bilirubin
Metabolisme BilirubinMetabolisme Bilirubin
Metabolisme Bilirubin
 
Metabolisme heme
Metabolisme heme Metabolisme heme
Metabolisme heme
 
Metabolisme Bilirubin
Metabolisme BilirubinMetabolisme Bilirubin
Metabolisme Bilirubin
 
Ikterik neonatus
Ikterik neonatus Ikterik neonatus
Ikterik neonatus
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi HewanTanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
 
METABOLISME BILIRUBIN.pptx
METABOLISME BILIRUBIN.pptxMETABOLISME BILIRUBIN.pptx
METABOLISME BILIRUBIN.pptx
 
Power point BIO KIMIA
Power point  BIO KIMIA Power point  BIO KIMIA
Power point BIO KIMIA
 
Rkik1
Rkik1Rkik1
Rkik1
 
Rkk1
Rkk1Rkk1
Rkk1
 

More from andreei

Tibaru18
Tibaru18Tibaru18
Tibaru18
andreei
 
Tibaru17
Tibaru17Tibaru17
Tibaru17
andreei
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16andreei
 
Tibaru15
Tibaru15Tibaru15
Tibaru15andreei
 
Tibaru14
Tibaru14Tibaru14
Tibaru14
andreei
 
Tibaru13
Tibaru13Tibaru13
Tibaru13
andreei
 
Tibaru12
Tibaru12Tibaru12
Tibaru12
andreei
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11andreei
 
Tibaru9
Tibaru9Tibaru9
Tibaru9
andreei
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
andreei
 
Tibaru10
Tibaru10Tibaru10
Tibaru10andreei
 
Tibaru7
Tibaru7Tibaru7
Tibaru7
andreei
 
Refhemabaru8
Refhemabaru8Refhemabaru8
Refhemabaru8
andreei
 
Refhemabaru7
Refhemabaru7Refhemabaru7
Refhemabaru7
andreei
 
Refhemabaru6
Refhemabaru6Refhemabaru6
Refhemabaru6
andreei
 
Refhemabaru5
Refhemabaru5Refhemabaru5
Refhemabaru5
andreei
 
12
1212
11
1111

More from andreei (20)

Tibaru18
Tibaru18Tibaru18
Tibaru18
 
Tibaru17
Tibaru17Tibaru17
Tibaru17
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16
 
Tibaru15
Tibaru15Tibaru15
Tibaru15
 
Tibaru14
Tibaru14Tibaru14
Tibaru14
 
Tibaru13
Tibaru13Tibaru13
Tibaru13
 
Tibaru12
Tibaru12Tibaru12
Tibaru12
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru9
Tibaru9Tibaru9
Tibaru9
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru10
Tibaru10Tibaru10
Tibaru10
 
Tibaru8
Tibaru8Tibaru8
Tibaru8
 
Tibaru7
Tibaru7Tibaru7
Tibaru7
 
Refhemabaru8
Refhemabaru8Refhemabaru8
Refhemabaru8
 
Refhemabaru7
Refhemabaru7Refhemabaru7
Refhemabaru7
 
Refhemabaru6
Refhemabaru6Refhemabaru6
Refhemabaru6
 
Refhemabaru5
Refhemabaru5Refhemabaru5
Refhemabaru5
 
12
1212
12
 
12
1212
12
 
11
1111
11
 

Tkk1

  • 1. Tutor Kimia Klinik PEMERIKSAAN ALBUMIN SERUM DENGAN METODE BROMCRESOL GREEN Oleh : dr. Ferdy Royland M Pembimbing: Dr. dr. Sidarti Soehita S.F.H.S., MS, Sp PK (K)
  • 2. Pendahuluan  Albumin merupakan protein plasma terbesar yaitu 40-60% dari total protein.  Albumin disintesis di hati, jumlahnya tergantung asupan protein dan regulasi umpan balik level albumin plasma.  Molekulnya tidak mengandung karbohidrat dan tidak disimpan di parenkim hati.  Waktu paruh albumin 15-19 hari. 2
  • 3. Pendahuluan  Sejumlah kecil albumin difiltrasi glomerulus dan seluruhnya diabsorbsi oleh sel-sel tubulus proksimal, lalu didegradasi oleh enzim-enzim lisosom menjadi fragmen-fragmen, kemudian dikembalikan ke sirkulasi dengan berat molekul yang lebih rendah. 3
  • 4. Pendahuluan  Albumin mempunyai berat molekul 66.000  pH isoelektris albumin antara 4,0 dan 5,8.  Pada pH 7,4 albumin bersifat anion dengan lebih dari 200 ion negatif untuk tiap molekulnya.  Albumin mengikat dan melarutkan berbagai jenis senyawa seperti bilirubin, kalsium dan asam lemak 4
  • 5. Pendahuluan  Albumin mengikat logam berat yang beracun seperti obat-obatan, oleh karena itu turunnya konsentrasi albumin darah mempunyai efek yang berarti terhadap farmakokinetik.  Fungsi utama albumin adalah menjaga tekanan onkotik plasma, transpor dan penyimpanan berbagai jenis ligand, dan sebagai sumber asam amino endogen 5
  • 6. Pendahuluan  Albumin dipakai sebagai petunjuk kelangsungan hidup dan perawatan baik pada pasien dialisis maupun transplantasi ginjal.  Pada praktek klinis, albumin diukur dengan menggunakan teknik manual maupun otomatis menggunakan uji dye binding yaitu bromcresol green (BCG) dan bromcresol purple (BCP) 6
  • 7. Arti Klinis  Level albumin mempunyai arti yang kecil dalam diagnosis namun nilai albumin penting dalam tatalaksana dan pemantauan pengobatan.  Hiperalbuminemia jarang terjadi kecuali pada dehidrasi.  Hipoalbuminemia paling banyak terjadi pada berbagai penyakit, disebabkan oleh satu atau lebih dari beberapa hal dibawah ini: 7
  • 8. Arti Klinis 1. Sintesis yang tidak cukup; primer pada penyakit hati, sekunder karena kurangnya asupan protein 2. Peningkatan katabolisme karena kerusakan jaringan dan inflamasi 3. Berkurangnya absorbsi asam amino disebabkan oleh sindrom malabsorbsi atau malnutrisi 8
  • 9. Arti Klinis 4. Hilangnya protein; melalui urin oleh karena sindoma nefrotik, glomerulonefritis kronis, diabetes, SLE, melalui feses oleh karena protein losing enteropathy yang disebabkan oleh inflamasi atau penyakit keganasan, melalui kulit oleh karena luka bakar 5. Distribusi terganggu; pada ascites, albumin masuk ke dalam cairan peritoneal oleh karena peningkatan sirkulasi portal 9
  • 10. Arti Klinis  Hipoalbuminemia berat terutama disebabkan hilangnya protein melalui urine atau feses, saat level albumin kurang dari 2,0 g/dL biasanya timbul oedema 10
  • 11. Pemeriksaan Albumin Metode Pemeriksaan Albumin: 1. Presipitasi:  Salt fractination  Solvent fractination  Acid fractination 2. Trypthophan content 3. Elektroforesis:  Moving Boundary  Cellulosae acetate  Cellulosae acetate with elution peak 11
  • 12. Pemeriksaan Albumin 4. Imunokimia  Electroimmunoassay  Radial immunodiffusion  Turbidimetri  Nephelometri  Radioimmunoassay  Enzyme Immunoassay 5. Dye binding  Methyl orange  HABA (2-[4- hydroxyazo benzene] benzoic acids)  BCG (bromcresol green)  Bromcresol purple  Bromphenol blue 12
  • 13. Pemeriksaan albumin Metode acid atau salt precipitation.  Albumin pada supernatan diukur dengan analisis total nitrogen atau dengan reaksi biuret.  Teknik ini sudah ditinggalkan karena prosedurnya menggunakan banyak langkah dan tidak spesifik karena adanya interaksi protein 13
  • 14. Pemeriksaan albumin Metode kandungan triptopan  Menggunakan metode direct colorimetric memakai glyoxylic acid.  Glyoxylic acid dengan Cu2+ dan media asam (asam asetat dan H2SO4) berkondensasi dg Triptofan yang terdapat dalam globulin menghasilkan warna ungu.  Jumlah triptofan albumin 0,2%, globulin 2-3%  Cara ini diperkenalkan oleh Goldenberg dan Drewis. 14
  • 15. Pemeriksaan albumin Elektroforesis protein  Fraksi yang terpisah dicat dan persentase tiap fraksi yang tampak pada sampel ditentukan dengan analisis densitometri.  Konsentrasi albumin dihitung dengan mengalikan konsentrasi total protein pada sampel dengan persentase albumin. 15
  • 16. Pemeriksaan albumin Metode dye binding  Didasarkan atas kemampuan protein serum untuk berikatan dengan dye .  Pada pH 4,2 albumin bersifat sebagai kation, oleh gaya elektrostatik albumin mengikat dye yang bermuatan negatif.  Jumlah albumin diukur dengan dengan menghitung absorben albumin-dye complex. 16
  • 17. Pemeriksaan albumin Jenis dye:  Methyl orange  2-4’-hidroxy-azobenzene-benzoic acid (HABA)  Bromcresol green (3,3’,5,5’ tetra bromo-m- cresol sufonphthalein/BCG)  Bromcresol purple(5,5’dibromo-o-cresol sulfonphhtalein/BCP). 17
  • 18. Pemeriksaan albumin  Methyl orange tidak spesifik untuk albumin oleh karena β-lipoprotein dan α1, α2 globulin juga berikatan dengan dye.  HABA meskipun lebih spesifik terhadap albumin mempunyai sensitifitas yang rendah.  Senyawa seperti salisilat, penisilin, bilirubin terkonjugasi dan sulfonamid mempengaruhi ikatan albumin dengan dye. 18
  • 19. Pemeriksaan albumin  BCG tidak dipengaruhi oleh senyawa pengganggu seperti bilirubin dan salisilat, namun hemoglobin dapat berikatan dengan dye  setiap 100 mg/dL hemoglobin, albumin meningkat 0,1 g/dL.  Pada hipoalbuminemia pengukuran albumin dengan BCG memberikan hasil false high, terutama didapat pada pasien dengan level albumin yang rendah bersamaan dengan fraksi α globulin yang meningkat, seperti penderita sindroma nefrotik dan end state renal disease 19
  • 20. Pemeriksaan albumin  α-globulin seperti ceruloplasmin dan α1- acid glicoprotein bereaksi dengan BCG menambah intensitas warna 1/3 dari reaksi yang nampak pada albumin.  Ini terjadi apabila diinkubasi lebih dari 5 menit.  Spesifisitas reaksi untuk albumin dapat ditingkatkan dengan melakukan pembacaan absorben dengan standar dalam waktu yang lebih pendek setelah dicampur yaitu 0,5-30 detik sesudah 20
  • 21. Pemeriksaan albumin  Bromcresol purple (BCP) merupakan dye alternatif untuk penentuan albumin.  Pada pasien insufisiensi ginjal metode BCP menunjukkan nilai albumin serum yang dibawah nilai sebenarnya, serum pada pasien ini mengandung bahan- bahan yang berikatan kuat dengan albumin dan merubah struktur albumin mengganggu pengikatan BCP.  BCP yang mengikat albumin menjadi tidak seimbang dengan adanya ikatan kovalen bilirubin. 21
  • 22. Metode Bromcresol Green (BCG) Prinsip Tes  Uji kolorimetri dengan metode endpoint.  Sampel dan penambahan R1(buffer)  Penambahan R2 (substrat) dan reaksi dimulai  Pada pH 4,1 albumin bersifat sebagai kation yang mampu mengikat bromcresol green yang bersifat sebagai anion 22
  • 23. Metode Bromcresol Green (BCG)  Albumin diikat bromcresol green (BCG) membentuk kompleks warna biru-hijau.  Intensitas warna biru-hijau berbanding lurus dengan konsentrasi albumin dan diukur dengan panjang gelombang 620 nm.  Albumin + BCG pH 4,1 albumin BCG complex 23
  • 24. Metode Bromcresol Green (BCG) Reagen  Reagen 1 : Buffer citrat 95 mmol/ L, pH 4,1, pengawet  Reagen 2 : Buffer citrat 95 mmol/L, pH 4,1, Bromcresol green (BCG) 0,66 mmol/L, pengawet Spesimen  Serum atau plasma dapat digunakan untuk prosedur ini.  Plasma dengan heparin (Li, Na, NH4+) atau EDTA. 24
  • 25. Metode Bromcresol Green (BCG) Pengumpulan dan peyimpanan spesimen:  Spesimen yang dipilih adalah serum  Hindari hemolisis berlebihan  Albumin serum stabil selama 1 minggu pada temperatur ruangan (18-30oC), dan satu bulan bila disimpan dalam refrigrator (2-8oC) dan dilindungi dari penguapan. 25
  • 26. Metode Bromcresol Green (BCG) Senyawa yang mengganggu  Bilirubin dan spesimen yang hemolisis.  Konsentrasi serum bilirubin hingga 15 mg/dl tidak mengganggu tes.  Konsentrasi albumin menunjukkan peningkatan 0,1 g/dL untuk tiap 100 mg hemoglobin dalam spesimen.  Lipemia juga dapat mengganggu pemeriksaan namun tidak terlalu signifikan. 26
  • 27. Metode Bromcresol Green (BCG) Nilai rujukan  Albumin : 3,5-5,2 g/dl 27
  • 29. 29
  • 30. STRUKTUR BCG OH Br O S O OH Br Br Br O 30
  • 32. Malnutrition inflammation syndrome : Albumin serum merupakan penanda malnutrisi  - kekurangan masukan protein dan kalori untuk menjaga lean body mass ; - kebutuhan protein pada pasien PD lebih tinggi dari pasien HD Albumin serum saat ini dikenal sebagai an important inverse acute phase reactant, dan penggunaan kadar serum albumin yang rendah sebagai penanda mortalitas mungkin lebih mencerminkan adanya proses keradangan aktif, dan bukan suatu defisiensi nutrisi yang spesifik 32
  • 33. 33