Tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dan telah berperan penting dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dokumen ini menjelaskan cara menanam beberapa jenis TOGA secara sederhana di polibag, termasuk persiapan media tanam, tahap penanaman, dan pemeliharaan tanaman. Jenis-jenis TOGA yang dijelaskan antara lain kunyit, temulawak, katuk, jahe, leng
BUKU SAKU TANAMAN OBAT
Warisan Tradisi Nusantara untuk Kesejahteraan Rakyat
Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Jl. Tentara Pelajar No. 1, Bogor 16111
Telp. +62-251-8313083. Telp. +62-251-8336194
E-mail: puslitbangbun@litbang.pertanian.go.id
Website: www.perkebunan.litbang.pertanian.go.id
Informasi lebih lanjut:
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111
Telp. +62-251-8321879. Faks. +62-251-8327010
E-mail: balittro@telkom.net.id
Website: http://balittro.litbang.pertanian.go.id
Cetakan V / 2021
berbagai manfaat dari tanaman yang bisa dijadikan untuk obat alami yang dapat ditanam sendiri yang dikenal dengan sebutan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) berikut beberapa jenis TOGA dan manfaatnya yang dapat ditanam disekitar rumah
BUKU SAKU TANAMAN OBAT
Warisan Tradisi Nusantara untuk Kesejahteraan Rakyat
Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Jl. Tentara Pelajar No. 1, Bogor 16111
Telp. +62-251-8313083. Telp. +62-251-8336194
E-mail: puslitbangbun@litbang.pertanian.go.id
Website: www.perkebunan.litbang.pertanian.go.id
Informasi lebih lanjut:
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111
Telp. +62-251-8321879. Faks. +62-251-8327010
E-mail: balittro@telkom.net.id
Website: http://balittro.litbang.pertanian.go.id
Cetakan V / 2021
berbagai manfaat dari tanaman yang bisa dijadikan untuk obat alami yang dapat ditanam sendiri yang dikenal dengan sebutan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) berikut beberapa jenis TOGA dan manfaatnya yang dapat ditanam disekitar rumah
2. Tanaman obat keluarga adalah tanaman
hasil budidaya rumahan yang berkhasiat
sebagai obat. Sejak zaman dahulu memiliki
peranan penting dalam menjaga
kesehatan, mempertahankan stamina dan
mengobati penyakit. Oleh karena itu
tanaman obat keluarga telah berakar kuat
dalam kehidupan masyarakat hingga saat
ini. Obat tradisional yang tersedia di desa
menjadi salah satu alternatif pengobatan
di masyarakat. Masyarakat menunjukkan
indikasi lebih menyukai obat dari bahan
alami daripada obat-obatan sintetik.
Kecenderungan ini dikenal sebagai trend
"gaya hidup kembali ke alam". Tanaman
obat dapat dijadikan obat yang aman,
tidak mengandung bahan kimia, murah,
dan mudah didapat.
Upaya preventif (pencegahan)
Upaya promotif (meningkatkan/ menjaga
kesehatan)
Upaya kuratif (penyembuhan penyakit)
Beberapa fungsi TOGA dalam menjaga kesehatan
masyarakat antara lain:
Pengenalan Tanaman
Obat Keluarga (TOGA)
Fungsi Utama TOGA
1
3. Tanaman obat yang dipilih untuk ditanam di
pekarangan biasanya adalah tanaman yang
dapat dimanfaatkan untuk pertolongan pertama
atau obat-obat ringan seperti demam dan batuk.
Tanaman obat yang sering di pekarangan, antara
lain sirih, kunyit, jahe, jeruk nipis, temulawak dan
sebagainya.
Sarana untuk pelestarian alam.
Penanaman TOGA merupakan salah satu
upaya pembudidayaan kembali, maka
sumber bahan obat alam terutama
tumbuh-tumbuhan tidak akan mengalami
kepunahan.
Sarana untuk pemertaan pendapatan.
Selain berfungsi sebagai sarana untuk
menyediakan bahan obat bagi keluarga,
TOGA juga berfungsi sebagai sumber
penghasilan bagi keluarga tersebut.
Sarana keindahan.
Apabila penanaman TOGA ditata dengan
baik maka akan menghasilkan keindahan
bagi lingkungani di sekitarnya. Sehingga
diperlukan perawatan terhadap tanaman
terutama yang ditamam di pekarangan
rumah.
Jenis-Jenis TOGA
Fungsi Lain TOGA
dalam kehidupan
2
4. Kunyit
1.
7Jenis TOGA
beserta
Kandungan dan
Manfaatnya
( Curcuma domestica)
Tanaman ini mengandung senyawa
bioaktif kurkuminoid. Kurkuminoid
merupakan senyawa sekunder
kelompok fenol dari jalur asetat-
mevalonat. Prekursor kurkuminoid
adalah ferulic acid dan caumaric
acid. Kurkuminoid memberikan warna
kuning dan bersifat antioksidan.
Kurkuminoid berkhasiat sebagai
hipokolesteromik, kolagogung,
koleretik, bakteriostatik,
antihepatotoksik, dan anti-inflamasi.
Selain itu senyawa fenolik dalam kunyit dapat menghambat
pertumbuhan kanker dan mempunyai aktivitas mutagenik,
sedangkan dalam masalah kesehatan sehari-hari ramuan
jamu kunyit dapat digunakan untuk mengobati mag,
antikolesterol, diare, nyeri haid, sakit kuning atau sakit hati,
dan obat infeksi. Kunyit dapat diolah menjadi jamu, susu
kunyit, minuman kunyit asam, ayam kunyit, dan olahan
makanan lain.
3
5. 2. Temulawak
( Curcuma xanthorriza)
Komponen bioaktif utama yang
terdapat dalam temulawak dan
berkhasiat sebagai obat adalah
xantorhizol dan kurkuminoid .
Temulawak banyak digunakan
sebagai obat, baik dalam bentuk
tunggal maupun campuran, yaitu
sebagai hepatoprotektor, anti-
inflamasi, antikaker, antidiabetes,
antimikroba, antihiperlipidemia, dan
pencegah kolera, anti bakteri,
anticendawan, antioksidan,
neuroprotektor, antikanker, antialergi,
dan antihiperkolesterolemia.
Selain kurkumin, kandungan l-
turmeron pada temulawak juga
berkhasiat untuk mengobati berbagai
penyakit dan biasa digunakan
sebagai sirup multivitamin terutama
untuk anak-anak, karena berguna
sebagai penambah nafsu makan.
Temulawak dapat diolah menjadi berbagai macam jenis
minuman, seperti teh temulawak, susu temulawak, tonik
temulawak, dan latte temulawak
4
6. 3. Katuk
( Sauropus androgynus)
Senyawa aktif pada daun katuk
meliputi betakaroten sebagai zat aktif
warna serta dapat mempelancar
produksi ASI. Selain itu senyawa
fitokimia seperti saponin, flavonoid,
dan tannin, isoflavonoid mampu
memperlambat berkurangnya masa
tulang (osteomalasia), sedangkan
saponin terbukti berkhasiat sebagai
antikanker, antimikroba, dan
meningkatkan sistem imun dalam
tubuh.
Kandungan vitamin C yang berfungsi
sebagai antioksidan, memperkuat
aliran darah, menyembuhkan luka, dan
meningkatkan kekebalan tubuh. Selain
itu daun katuk juga dapat digunakan
sebagai obat bisul dan demam. Daun
katuk dapat diolah menjadi sop,
direbus atau dikukus, dan juga dapat
diolah sebagai minuman fungsional.
Rebusan daun katuk memberikan rasa yang agak asam dan
manis, air perasan daun katuk digunakan untuk pewarna
makanan, air rebusan daun dan akarnya digunakan sebagai
obat demam, diuretika dan menghasilkan ASI. Dosis daun
katuk yang efektif untuk meningkatkan produksi dan kualitas
ASI selama menyusui adalah 400 gram daun segar (kadar air
70%) per hari. 5
7. Kunyit
1.
( Curcuma domestica)
Tanaman ini mengandung senyawa
bioaktif kurkuminoid. Kurkuminoid
merupakan senyawa sekunder
kelompok fenol dari jalur asetat-
mevalonat. Prekursor kurkuminoid
adalah ferulic acid dan caumaric acid.
Kurkuminoid memberikan warna
kuning dan bersifat antioksidan.
Kurkuminoid berkhasiat sebagai
hipokolesteromik, kolagogung,
koleretik, bakteriostatik,
antihepatotoksik, dan anti-inflamasi.
Selain itu senyawa fenolik dalam kunyit dapat
menghambat pertumbuhan kanker dan
mempunyai aktivitas mutagenik, sedangkan
dalam masalah kesehatan sehari-hari ramuan
jamu kunyit dapat digunakan untuk mengobati
mag, antikolesterol, diare, nyeri haid, sakit
kuning atau sakit hati, dan obat infeksi.
4. Jahe
( Zingiber officinale)
Komponen bioaktif jahe adalah
senyawa flavonoid yang terdiri atas
gingerol dan shogahol. Flavonoid
gliserol dan shogahol merupakan
senyawa yang memberikan ciri khas
rasa dan bau jahe. Ekstrak air jahe
bersifat antioksidan, dapat
menurunkan inflamasi, mencegah
kanker, dan meningkatkan sistem
imun.
Jahe mempunyai manfaat untuk
antimasuk angin, menghangatkan
badan, menenangkan pikiran dan
membuat tubuh tahan terhadap
serangan virus karena dapat
meningkatkan kemampuan
menghancurkan sel yang terinfeksi
oleh virus. Selain itu jahe juga
mempunyai aktifitas antirematik
sehingga berfungsi sebagai anti-
inflamasi rematik arthitis kronis.
Jahe dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan dan
minuman, seperti jus jahe, sirup jahe, roti jahe, asinan jahe,
dan permen jahe
6
8. 5. Lengkuas
(Alpinia Purpurata) Komponen bioaktif yang
menyebabkan aroma pedas
menyengat pada lengkuas telah
dibuktikan dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis jamur.
Komponen tersebut adalah linalool,
geranyl acetate, dan 1,8- cineole.
Khasiat lengkuas merah sebagai
antimikroba, dapat diaplikasikan
pada jamur penyebab ketombe dan
penyakit kulit lainnya.
Kegunaan rimpang lengkuas lainnya adalah untuk mengobati
eksim, bronkhitis, masuk angin, radang anak telinga, radang
lambung, khlorela, dan sebagai obat karminativ (merangsang
gerakan usus, memperbaiki pencernaan, dan menghilangkan
kembung). Lengkuas sering kali digunakan sebagai bumbu
masakan, namun selain itu lengkuas juga bisa diolah menjadi
berbagai ramuan, seperti teh lengkuas dan jamu lengkuas.
Rimpang mengandung basonin,
eugenol, galangan, dan galangol.
Basonin dikenal dapat menimbulkan
efek merangsang semangat, eugenol
dapat memiliki sifat antijamur,
antikejang, analgetik, anestetik, dan
penekan pengendali gerak. Galangan
dapat meredakan rasa lelah dan
antimutagenik, sementara galangal
dapat merangsang semangat dan
menghangatkan tubuh.
7
9. 6. Kencur
(Kaempferia galanga)
Komponen bioaktif yang terkandung
dalam rimpang kencur antara lain
minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan
polifenol yang diketahui memiliki
banyak manfaat. Ekstrak rimpang
kencur berguna untuk antibakteri
sehingga bisa digunakan untuk
mengobati penyakit kulit seperti
gatal-gatal yang disebabkan oleh
pertumbuhan bakteri.
Rimpang kencur juga banyak digunakan sebagai obat
influenza pada bayi, sakit kepala, keseleo, menghilangkan
lelah, radang lambung, batuk, memperlancar haid radang
telinga anak, darah kotor, mata pegal, dan diare. Selain itu
daun kencur juga bisa digunakan sebagai obat sakit kepala,
biasanya daun ditumbuk halus dan dioleskan pada dahi
sebagai kompres.
Apabila rimpang kencur diolah
menjadi minuman seperti beras kencur
maka dapat berguna untuk
meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan nafsu makan khususnya
pada anak-anak, mencegah dan
menghilangkan masuk angin
Rimpang kencur dapat diolah menjadi berbagai jenis ramuan
seperti jamu beras kencur, bahan membuat ragi dan zat
warna alami, tepung, dan bumbu masak.
8
10. 7. Lidah Buaya
(Aloe vera) Komponen utama bioaktif pada lidah
buaya adalah aloin, emodin, resin,
gum dan unsur lainnya seperti minyak
atsiri. Gel atau lendir daun lidah
buaya mengandung beberapa mineral
seperti Zn, K, Fe, dan vitamin (A, B1, B2,
B12, C, E), inositol, asam folat, dan
kholin.
Gel lidah buaya dapat menyebabkan anti penuaan karena
mampu menghambat proses penipisan kulit. Gel lidah buaya
juga terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada
penderita diabetes. Gel lidah buaya yang berwarna bening
seperti jeli ini sering digunakan sebagai salep, losion, krim,
dan sebagainya.
Bagian-bagian lidah buaya yang bisa
dimanfaatkan yaitu gel dan getah.
Gel diperoleh dari bagian yang
berada di tengah kulit lidah buaya,
sedangkan getah diperoleh dari
bagian yang tepat berada di bawah
lapisan kulit lidah buaya. Lidah buaya
dimanfaatkan sebagai obat luka
bakar, panas dalam, asam urat,
penyakit kulit dan sebagai obat
pencahar. Lidah buaya juga
dipercaya dapat membuat rambut
lebih indah dan melembapkan kulit
agar lebih halus.
9
11. Tanah yang akan dipakai sebagai media
diolah dengan cangkul atau sekop dan
diberi pupuk kandang sebagai pupuk
dasar.
Tanah dimasukkan dalam media polibag
disesuaikan dengan tanaman TOGA yang
akan ditanam
Pindahkan bibit tanaman dengan sedikit
tanah
Penanaman dilakukan dengan
memasukkan tanaman hingga batas leher
akar
Tanah ditekan sekitar batang tanaman
Benih tanaman TOGA berupa rimpang
yang telah disiapkan kemudian ditanam
dalam polibag dengana lubang ukuran 5
cm- 10 cm dan kedalaman 20 cm dengan
arah tunas menghadap ke atas
Cara Menanam Tanaman Obat Keluarga
(TOGA) secara Sederhana
Persiapan Tanaman
Tahap Penanaman
10
12. Apabila rimpang tanaman TOGA yang tumbuh
atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan
penyulaman
Penyiangan biasanya dilakukan secara rutin setiap
2-3 minggu sekali
Tanaman TOGA yang berasal dari rimpang
termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu
pengeringan dan pengaturan pengairan perlu
dilakukan agar tanaman terbebas dari genangan
air sehingga rimpang tidak membusuk
Pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk cair
atau pupuk urea yang dilarutkan ke dalam air.
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman
sebanyaka 2 kali sehari yakni pagi dan sore
dengan mempertimbangkan kondisi kelembapan
tanaman.
Penanaman menggunakan polibag
dilakukan apabila terdapat keterbatasan
lahan pekarangan yang sempit. Teknik
penanaman TOGA juga harus disesuaikan
dengan jenis tanaman dan kondisi lahan
atau media penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Catatan :
11
13. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kaltim. Teknologi
Budidaya Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dalam Polibag.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian
Pertanian. Samarinda
Darwis, S.N., M. Indo dan S. Hasiyah. 1991. Tumbuhan Obat
Famili Zingiberaceae. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. Bogor.
Fitriatien, S. R., N. E. J. Rachmawati, N. Rahmah, D. A. Safitri,
M. R. Pahlevi, & N. M. W. Natsir. 2017. Kegiatan Penanaman
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai salah satu Usaha
Pemberdayaan Siswa SDN Dermo Guna dalam
Menumbuhkan Kepedulian Kesehatan Keluarga. Abadimas
Adi Buana. 2 (2) : 21-28.
Majid, T. S. & M. Muchtaridi. 2018. Aktivitas Farmakologi
Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr).
(Sauropus androgynus (L.) Merr). Farmaka. 16 (2) : 398-405
Mindarti, S. & B. Nurbaeti. 2015. Buku Saku Tanaman Obat
Keluarga (TOGA). Bandung. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP). Hal 4.
Nurcholis, W., E. D. Purakusumah, M. Raharjo, & L.K.Darusman.
2012. Variasi Bahan Bioaktif dan Bioaktivitas Tiga Nomor
Harapan Temulawak pada Lokasi Budidaya Berbeda. J.
Agron. Indonesia. 40 (2) : 153 - 159
Soleh & S. Megantara. 2019. Karakteristik Morfologi Tana-
man Kencur (Kaempferia galanga L.) dan AKtivitas
Farmakologi. Farmaka. 17 (2) : 256-262
Daftar Pustaka
12
14. Sulaeman, A., P. HAriyadi, M. A. Wiratakusumah, M.Khumadi,
M. H. B. Djoefire, D. Muchtadi, M. R. M. Damanik, E.
Damayanthi, F. R. Zakaria, S. Yasni, S. Budjianto, S. S.
Mardjan, T. R. Muchtadi, Sugiyono, B. S. L. Jenie, & D.
Fardiaz. 2016. Pangan untuk Kesejahteraan Masyarakat.
IPB Press. Bogor. Hal. 298.
Widyaningsih, T. D., N. Wijayanti, & N. I. P. Nugrahini. 2017.
Pangan Fungsional. Malang. UB Media . Hal. 28-29.
Daftar Pustaka
13