SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan
sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat
berteduh, pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat
diperoleh dari lingkungan, Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia
sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali,
dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan.
Bangsa indonesia telah lama mengenal dan menggunakan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi
masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar
pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kumala, 2006).
Penggunaan obat herbal sebagai alternatif penyembuhan penyakit
semakin meningkat di indonesia karena sebagian besar masyarakat berpendapat
bahwa obat herbal tidak mempunyai efek samping. Selama kurun waktu 2000 –
2006 terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional, yang dilakukan untuk
pengobatan sendiri ( swamedikasi) dari 15,2 % menjadi 38,30 %. Peningkatan ini
terjadi mungkin disebabkan adanya intervensi pemerintah melalui promosi
pemanfaatan obat asli indonesia dan penggalakan TOGA (tanaman obat
1
2
keluarga) atau mungkin juga berkaitan dengan peningkatan jumlah industri obat
tradisional di indonesia. Penyakit yang biasa ditangani secara swamedikasi
dengan obat tradisional biasanya merupakan penyakit-penyakit ringan ( Supardi
& susyanty, n.d.). Tidak menutup kemungkinan penggunaan obat tradisional
dilakukan oleh pengidap penyakit kronis seperti diabetes militus yang periode
pengobatannya cukup lama.
Diabetes millitus atau dikenal juga dengan sebutan penyakit kencing
manis merupakan salah satu penyakit kronis yang mengharuskan pasiennya
selalu memonitoring kadar gula darahnya. Walaupun tidak menyebabkan
kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal jika pengelolanya tidak
tepat. Pengelola diabetes militus memerlukan penanganan secara multidisiplin
yang cukup terapi non-obat dan terapi obat. Pengidap diabetes millitus juga harus
selalu mengkosumsi obat untuk menstabilkan kadar gula darahnya ( Ditjen
Binafar & Alkes, Depkes RI, 2005). Keadaan pasien diabetes millitus yang tidak
kunjung sembuh terkadang menimbilkan rasa bosan dalam berobat dan mulai
mencari-cari alternatif pengobatan lain yang dirasa memberikan kenyamanan
bagi psikis dan mental. Bagi beberapa kalangan, atas dasar ekonomi alasan tidak
mampu mengakses pengobatan moderen, mendorong mereka untuk beralih ke
pengobatan tradisional, salah satunya dengan mengkosumsi obat herbal
(Mosihuzzan & Choudhar, 2008).
Pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima Kecamatan Wera Desa
Tawali khususnya, penggunaan tanaman obat sebagai obat tradisional masih
sering digunakan sebagai alternatif pengobatan suatu penyakit. Pengolahan
3
tanaman obat sebagai alternatif pengobatan diabetes militus masilah sangat
sederhana karena pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima Kecamatan Wera
Desa Tawali khususnya, masih sering menggunakan tanaman obat sebagai obat
tradisional sebagai antidiabetes.
Ditinjau dari masalah tersebut, maka akan diteliti profil penggunaan
obat tradisional sebagai antidiabetes pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima
Kecamatan Wera Desa Tawali.
B. Rumusan masalah
Bagaimana gambaran pengguna dan penggunaan obat tradisonal dan
tanaman obat apa yang masih digunakan sebagai antidiabetes dan apa alasan
masyarakat memilihnya ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran pengguna dan penggunaan obat tradisonal
sebagai antidiabetes dan apa alasan masyarakat memilihnya, dan jenis tanaman
obat apa yang masih digunakan oleh masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera
Kabupaten Bima sebagai obat antidiabetes.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
Dapat menjadi bahan kajian untuk penambah wawasan bagi Masyarakat
untuk menggunakan obat tradisional agar tujuan terapi tercapai sesuai yang
diharapkan.
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
menyusun skripsi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tentang Obat
1. Pengertian Obat
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah
bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Menurut Katzung (1997), obat dalam pengertian umum adalah suatu substansi
yang melaui efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi biologik.
2. Peran Obat
Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran
obat secara umum adalah sebagai berikut:
a. Penetapan diagnosa
b. Untuk pencegahan penyakit
c. Menyembuhkan penyakit
d. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
e. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
f. Penigkatan kesehatan
g. Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, dkk, 2009)
5
6
3. Penggolongan Obat (Chaerunisaa, dkk, 2009).
a. Obat Bebas
Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di
warung, tanpa resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi
hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang
ringan.
Gambar 1. Logo Obat Bebas
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan
disertaidengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna
hitam.
Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas
7
c. Obat Keras dan Obat Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Gambar 3. Logo Obat Keras dan Obat Psikotropika
d. Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan (Depkes,
2006).
Gambar 4. Logo Narkotika
8
B. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan,
bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat
tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan
pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat
mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional
mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk
pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994).
Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat
tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan
menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa
memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional
tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan,
peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang
terlibat dalam pembuatan obat tradisional (Dirjen POM, 1994).
Obat tradisional mencakup jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
Perbedaan ketiga jenis obat tradisional ini adalah ada tidaknya data pendukung
terhadap manfaat obat, yaitu data empiris, data preklinik atau data klinik. Dan
ketiga jenis obat tersebut harus melalui standar penilaian yang dilakukan Badan
9
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga khasiat dan keamanannya
terjamin.Pada kategori jamu, biasanya obat tradisional yang satu ini memiliki
bukti berupa data empirik, yaitu bukti akan manfaat yang didasarkan pada
pengalaman masyarakat yang telah mengkonsumsi jamu secara turun-temurun
(Yuningsih, 2012).
1. Penggolongan Obat Tradisional
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang diracik dengan menggunakan
bahan tanaman sebagai penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara
tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan. Satu jenis jamu
yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5 – 10
macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Walaupun demikian,
jamu harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu (Mutmainah,
2014).
Jamu hanya dapat dikonsumsi sebagai mencegah, mengurangi atau
mengatasi keluhan yang dialami seseorang. Bukan menyembuhkan suatu
diagnosa penyakit. Secara umum, jamu dibedakan menjadi dua yaitu yang
bertujuan untuk menjaga kesehatan dan yang dimanfaatkan untuk
mengobati keluhan penyakit.
Gambar 5. Logo Jamu
10
b. Herbal Terstandar
Herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari
ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,
binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan
peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga
kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan
pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart
pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Gambar 6. Logo Herbal Terstandar
c. Fitofarmaka
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan 2005,
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Gambar 7. Logo Obat Fitofarmaka
11
2. Penggolongan Simplisia (Menurut Material Medika, 1995)
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian
hewan zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
c. Simplisia Pelikan (Mineral)
Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia.
Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan digunakan dalam
campuran obat tradisional karena obat tradisional diperjual belikan secara
bebas. Dengan sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan
dengan ramuan obat tradisional dapat berakibat buruk bagi kesehatan
(Dirjen POM, 1986).
C. Tanaman Obat
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat ini sudah lama dimiliki
oleh nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara
ilmiah. Dan pemanfaatan tanaman obat indonesia akan terus meningkat mengingat
12
kuatnya keterkaitan bangsa indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu,
bagian-bagian yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia.
1. Kulit (cortex)
Kortek adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu.
2. Kayu (lignum)
Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.
3. Daun (folium)
Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan
sebagai bahan baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri.
4. Herba
Simplisia herba pada umumnya berupa produk tanaman obat dari jenis
herba yang bersifat herbaceous.
5. Bunga (flos)
Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tungga atau majemuk,
bagian bunga majemuk serta komponen penyusun bunga.
6. Akar (radix)
Akar tanaman yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat
berasal dari jenis tanaman yang umumnya berbatang lunak dan memiliki
kandungan air yang tinggi.
7. Umbi (bulbus)
Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis,
umbi akar, atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam
tergantung dari jenis tanamannya.
13
8. Rimpang (rhizoma)
Rhizoma atau rimpang adalah produk tanaman obat berupa potongan-
potongan atau irisan rimpang.
9. Buah (fructus)
Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang
lunak akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat
berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar.
9. Kulit Buah (perikarpium)
Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang
lunak, keras bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi.
10. Biji (semen)
Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga
umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-
macam tergantung dari jenis tanaman .
D. Diabetes
1. Pengertian
Diabetes memiliki nama lengkap diabetes mellitus yang secara harfiah
bermakna “gula madu”, berasal dari bahasa yunani yang berarti, mengalirkan
melalui pipa dengan tekanan atmosfer. Secara eksplisit, kata tersebut
menggambarkan dengan tepat mengenai penyakit ini, di mana pada tubuh
penderita diabetes, air melewati tubuh seolah-olah dialirkan dari mulut dan
14
langsung keluar melalui saluran kemih. Diabetes juga dikenal kencing manis,
sebab air seni seseorang mengandung gula (Wibowo, 2013).
Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat
menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang
dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh karena
itu akan menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa. Diabetes mellitus
adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar
gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung
koroner, retinopati, nepropati, gangren, dan lainnya (Mihardja, 2009).
2. Jenis-Jenis Diabetes
Ada beberapa jenis penyakit diabetes mellitus diantaranya:
a. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe ini disebut insulin dependent diabetes mellitus,
meliputi sistoma ketoasidosis hingga rusaknya sel β di dalam pangkreas,
sehingga pangkreas tidak menghasilkan insulin. Diabetes tipe 1 biasanya
muncul sejak usia kanak-kanak. Ada juga yang menderita penyakit ini sejak
usia di bawah umur 30 tahun.
b. Diabetes Tipe 2
Pada diabetes tipe 2, masalahnya bukan karena pangkreas tidak
membuat insulin. Pangkreas tetap bisa memproduksi insulin tetapi jumlah
tidak mencukupi atau sebagian besar insulin terserap oleh sel-sel lemak
akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.
15
c. Diabetes Tipe 3
Diabetes tipe ini termasuk kategori gestasional, diabetes tersebut
terjadi selama masa kehamilan, setelah melahirkan kembali pulih seperti
sedia kala ( Wibowo, 2013).
3. Patofisologi (Depkes RI, 2006)
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau
lengerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun adapula yang di
sebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie,
Rubella, CM Virus, Herpes, dan lainsebagainya.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya diabetes tipe 2 antara lain obesitas, diet tinggi
lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan.
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah keadaan diabetes atau
intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya
berlangsung hanya sementara atau temporer.
4. Gejala Penyakit Diabetes
Berikut ini merupakan gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita
diabetes mellitus (Tobing dkk, 2008):
16
a. Sering buang air kecil. Tingginya kadar gula dalam darah yang
dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka
buang air kecil menjadi lebih banyak. Bahkan tidur di malam hari kerap
terganggu karena ingin buang air kecil.
b. Haus dan banyak minum. Banyaknya urin yang keluar menyebabkan
cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air minum meningkat.
c. Fatigue/ lelah , muncul karena energy menurun akibat berkurangnya
glukosa dalam jaringan dan sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi tidak
bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin
sehingga orang yang menderita diabetes kekurangan energi.
d. Pusing dan berkeringat serta tidak dapat berkonsentrasi. Hal tersebut
disebabkan oleh menurunnya kadar gula. Setelah seseorang mengkonsumsi
gula, reaksi pankreas meningkat menimbulkan hipoglikemik.
e. Meningkatnya berat badan disebabkan terganggunya metabolisme
karbohidrat karena hormone lainnya juga terganggu.
f. Gatal disebabkan oleh mengeringnya kulit akibat gangguan regulasi cairan
tubuh.
g. Gangguan imunitas. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah
menyebabkan penderita diabetes rentan terhadap infeksi. Hal tersebut
disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel darah putih.
h. Gangguan mata. Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan
dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang karena kelumpuhan
pada otot mata.
17
i. Polyneuropathy atau gangguan sensorik pada saraf peripheral di kaki dan
tangan.
macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut
dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai ketika seseorang pergi ke
pelayanan kesehatan dan diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang
gambaran klinik dari diabetes mellitus tidak jelas dan baru ditemukan pada saat
pemeriksaan skrining atau pemeriksaan untuk penyakit lain (Misnadiarly,
2006).
5. Diagnosis
Diagnosis klinik umumnya akan diperkirakan apabila ada keluhan
khas diabetes millitus berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dijelaskan penyebabnya. Apabila ada keluhan khas,
hasil pemeriksaaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis diabetes millitus, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini (Depkes RI,2006).
Glukosa Plasma
Puasa
Glukosa Plasma 2 jam
setelah makan
Normal <100 mg/dl <140 mg/dl
Pra diabetes 100-125 mg/dl -
IFG atau IGT - 140 – 199 mg/dl
Diabetes ≥ 126 mg/dl > 200 mg/dl
Tabel 1. Kriteria Penegakan diagnosis.
18
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
a. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita
merasa pusing, lemas, gemetaran, pandangan berkunang-kunang, pitam
(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung
meningkat, sampai hilang kesadaran. Serangan hipoglikemia pada penderita
diabetes umumnya terjadi apabila penderita lupa makan pagi siang atau
malam, berolah raga terlalu berat, mengkosumsi obat diabetes dalam dosis
lebih besar dari seharusnya, minum alkohol dan mengkosumsi obat-obatan
lain yang dapat meningkatkan hipoglikemia.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia disebabkan antara lain oleh setres, infeksi dan
kosumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia di tandai dengan poliuria,
polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah dan pandangan kabur.
c. Makrovaskular
Ada 3 jenis komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang
pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner ( coronary heart
disease), penyakit pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh darah
parifer ( peripheral vascular disease).
19
d. Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita
diabetes tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein
yang terglikasi ( termasuk HbA1c) menyebabkan diding pembuluh darah
menjadi makin lemah, rapuh dan terjadi penyubatan pada pembuluh-
pembuluh darah kecil. Hal ini yang mendorong komplikasi mikrovaskuler
seperti retinopati, nefropati dan neuropati.
7. Faktor Risiko
Faktor risiko atau risk factor merupakan salah satu istilah dari risiko
berupa penjabaran dari faktor-faktor determinan epidemiologi suatu penyakit
yang menentukan kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko bisa
berupa karakteristik, perilaku, gejala, atau keluhan dari seseorang yang tidak
menderita yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden
sebuah penyakit (Bustan, 2008).
Pengukuran faktor risiko diabetes millitus dilakukan terhadap
masyarakat yang berusia 20 tahun ke atas sesuai dengan jenis faktor risiko
yang disebutkan pada consensus perkenin 2006 (Kemenkes RI, 2008). Ruang
lingkup faktor risiko diabetes millitus dibagi atas dua faktor yaitu faktor yang
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi (unmodifiable risk
factor), Faktor risiko yang sudah melekat pada seseorang sepanjang
20
hidupnya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat dikendalikan. Faktor
risiko diabetes millitus yang tidak dapat di modifikasi antara lain:
1. Ras dan Etnik
Rasa tau etnik yang dimaksud adalah seperti suku atau
kebudayaan setempat dimana suku atau budaya dapat menjadi salah
satu faktor risiko diabetes millitus yang berasal dari lingkungan.
Biasanya, penyakit yang berhubungan dengan ras atau etnik pada
umumnya berkaitan dengan faktor genetik dan faktor lingkungan
(Masriadi, 2012).
2. Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik yang melekat pada
host atau penderita penyakit. Umur mempunyai hubungan dengan
tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta sifat resistensi tertentu. Umur
juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku, juga karakteristik
tempat dan waktu. Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut
usia sangat berhubungan dengan perbedaan tingkat keterpaparan dan
proses patogenesis (Masriadi, 2012). Diabetes seringkali ditemukan
pada masyarakat dengan usia tua karena pada usia tersebut, fungsi
tubuh secara fisiologis menurun dan terjadi penurunan sekresi atau
resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal (Gusti & Erna,
2014).
21
3. Riwayat Keluarga Penderita Diabetes Millitus
Seorang anak merupakan keturunan pertama dari orang tua
dengan diabetes millitus (Ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan). Risikoseorang anak mendapat diabetes millitus tipe 2
adalah 15% bila salah seorang tuanya menderita diabetes millitus dan
kemungkinan 75% bilamana kedua-duanya menderita diabetes millitus.
Pada umumnya apabilaseseorang menderita diabetes millitus maka
saudara kandungnya mempunyai risiko diabetes millitus sebanyak 10%
(Kemenkes RI, 2008).
Risiko untuk mendapatkan diabetes millitus dari ibu lebih besar
10-30% dari pada ayah dengan diabetes millitus. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu
(Trisnawati dan Soedijono, 2013).
4. Pernah Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan ≥ 4000 gram
Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat
lebih dari 4000 gram dianggap berisiko terhadap kejadian diabetes
mellitus baik tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang pernah
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg (4.000 gram/ 9 pounds)
biasanya dianggap sebagai pra diabetes(Lanywati, 2001).
5. Riwayat Lahir Dengan Berat Badan Lahirdengan Berat Badan <2500
Gram
Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ialah
apabila seseorang ketika lahir dengan berat badan <2500 gram.
22
Seseorang yang lahir dengan berat badan lahir rendah dimungkinkan
memiliki kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk
memproduksi insulin akan terganggu. Hal tersebut menjadi dasar
mengapa riwayat berat badan lahir rendah seseorang dapat berisiko
terhadap kejadian berat badan lahir rendah (Kemenks, 2008).
b. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi
Faktor risiko yang dapat di modifikasi (Modifiable risk factor)
artinya faktor risiko ini akan bisa di hindari dengan memodifikasi atau di
siasati dengan tindakan tertentu sehingga faktor risiko itu menjadi tidak ada
lagi.Faktor risiko yang bisa di modifikasi :
1. Obesitas
Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori
dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan
subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan hati). Obesitas
juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan (Gusti & Erna, 2014).
Indeks masa tubuh orang dewasa normalnya ialah antara 18,5-25
kg/m2. JIka lebih dari 25 kg/m2 maka dapat dikatakan seseorang
tersebut mengalami obesitas.
2. Kuranya Aktivitas Fisik
Menurut WHO yang dimaksud dengan aktifitas fisik adalah
kegiatan paling sedikit 10 menit tanpa henti dengan melakukan kegiatan
fisik ringan, sedang dan berat.
23
3. Pola Konsumsi Tidak Sehat
Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus
memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan,
usia, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit,
hamil, menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap
orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan
tidak juga kekurangan. Disamping itu, manusia memerlukan air dan
serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh (Kemenkes RI,
2002).
4. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko terkenal dalam banyak
penyakit, termasuk berbagai jenis kanker dan penyakit kardiovaskular
termasuk diabetes millitus. Merokok meningkatkan kejadian diabetes
dan memperburuk homeostasis glukosa dan komplikasi diabetes kronis.
Dalam komplikasi mikrovaskuler, onset dan perkembangan
nefropati diabetes sangat berhubungan dengan merokok. Merokok
dikaitkan dengan resistensi insulin, peradangan dan dyslipidemia.
Dalam komplikasi makrovaskuler, merokok dikaitkan dengan kejadian
2 sampai 3 kali lebih tinggi kematian. Namun, pencegahan merokok
dan berhenti merokok mungkin tidak cukup ditekankan dalam diabetes
klinik (Chang, 2012).
24
8. Pencegahan
Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diabetes:
a. menurunkan berat badan dan mencegah penumpukan lemak dalam tubuh,
sebab lemak tersebut menyerap insulin.
b. banyak mengkosumsi makanan berserat tinggi yang mengandung banyak
glukosa kompleks.
c. Mengurangi mengkosumsi makanan berlemak, makanan awetan, dan
goreng-gorengan.
d. Banyak minum air putih dan olahraga teratur.
e. Menghindari stres, mengkosumsi alkohol dan softdring.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif yang
merupakan suatu pendekatan penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati, sehingga data yang dikumpulkan adalah data yang berupa
kata/ kalimat maupun gambar, wawancara, catatan lapangan, foto, video,
dokumen pribadi, memo ataupun dokumen resmi lainnya ( Irawan, 2011).
2. Jenis Penelitian.
Penelitian deskriptif melakukan penelitian taraf deskripsi, yaitu
menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami
dan disimpulkan. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara akurat
fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai permasalahan yang
akan di teliti. Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum ( Wulandari,
2013).
25
26
B. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan dikalangan masyaratat Desa Tawali Kecamatan
Wera Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB).
C. Sumber Data.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer adalah data yang
diperoleh peneliti secara langsung ( dari tangan pertama), sementara data skunder
adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudh ada ( Sekaran, 2006).
Sumber data dalam penelitian ini adalah yang diperoleh secara langsung
dari masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima yang pernah
ataupun yang sedang mengalami diabetes millitus.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data siapa
sumbernya dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari
mana data diperoleh, apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer)
atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder). Teknik
pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket atau kuesioner dan
wawancara.
1. Teknik Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada orang lain
27
yang dijadikan sebagai reponden untuk dijawab. Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden
mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan
persepsinya (Sekaran, 2006).
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatapmuka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun
peneliti terhadap narasumber atau sumber data (Sekaran, 2006).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara kuisioner dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada orang
lain yang di jadikan sebagai reponden untuk dijawab. Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Karlina,
2013). Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah seluruh
masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima, yang berjumlah
500 KK.
28
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu sampel yang telah ditentukan
oleh peneliti seperti masyarakat yang mengidap penyakit diabetes.
Menurut Arikunto (2010) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh sampel yang benar-benar berfungsi sebagai sampel.
Apabila subyek kurang dari 100 maka pengambilan sampel semuanya, apabila
lebih dari 100 maka pengambilan cukup 10 –15 % atau 20 –25 %.
Dimana sampel yang digunakan sebanyak 50 orang yang mewakili
dari 500 populasi.
F. Teknik Analisis data
Data yang diperoleh dikelola secara manual dan dilihat jumlah pengguna,
jenis tanaman, cara penggunaan obat tradisional sebagai antidiabetes dan
dinyatakan dalam bentuk presentase.
G. Definisi Operasional
1. Profil penggunaan obat yaitu data mengenai jumlah pengguna, jenis obat
tradisional dan cara penggunaan obat tradisional anti diabetes di masyarakat
Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima 2015.
2. Obat Tradisional adalah obat secara turun-temurun telah digunakan untuk
kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh
berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat
29
bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup
terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan
penyakit
3. Diabetes adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa menghasilkan hormon
insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara optimal
insulin yang dihasilkan sehingga terjadi kelonjakan kadar gula dalam darah
melebih normal.
H. Penggunaan Obat Tradisional
Jumlah pertanyaan tentang menggunakan obat tradisonal sebagai antihi
diabetes dan tidak menggunakan, sebanyak 15 nomor dengan penelitian ini
menggunakan skala Guttman. Menurut Sugiyono (2006) skala Guttman
digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang jelas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan, bila jawaban benar diberi skor 1 dan bila jawaban
salah diberi skor nol.
Rumus (Sugiyono, 2006)
I =
Keterangan
I = Interval
R = Range/Kisaran
K = Jumlah Kategori
Skor = 10 x 1 = 10 (100%)
K
R
30
Skor = 10 x 0 = 0 (0%)
Range = skor tertinggi – skor terendah
= 100% - 0% = 100%
Kriteria objektif sebanyak 2 kategori yaitu Ya dan Tidak.
Interval = range
Jumlah Kategori
I = 100%
2
= 50%
Kriteria Objektif :
Ya : Apabila nilai jawaban responden ≥ 50%
Tidak : Apabila nilai jawaban responden ≤ 50 %.
I. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 8. Kerangka Konsep
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Jenis kelamin
Obat Tradisional
Sebagai Antidiabetes
Diabetes
31
keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel Yang Diteliti
:Variabel Yang Tidak Diteliti
J. Tahapan –Tahapan Penelitian Dan Jadwalnya.
Tahap kegiatan (Bulan) Tahun 2015
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan.
a. Perencanaan
b. Penyusunan proposal
2. Pelaksanaan
a. Peermohonan surat
isin penelitian.
b. Pelaksanaan
penelitian
3. Penyusunan
a. Pengolahan hasil
penelitian
Tabel 2. Tahapan –Tahapan Penelitian Dan Jadwalnya
Keterangan : : Pelaksanaan Kegiatan
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilaksanakan dilapangan
mulai tanggal 25 Maret sampai 10 April di Desa Tawali Kecamatan Wera
Kabupaten Bima tahun 2015. Penelitian ini dilakukan pada kelompok Masyarakat
dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah responden yaitu 50 orang
responden diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Gambaran Umum Responden (Profil Pengguna Obat Antidiabetes)
Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa
Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Profil responden dijelaskan berdasarkan
data di bawah ini, data meliputi umur, jenis kelamin, pendidikn dan pekerjaan.
a. Umur
Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Tawali
Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Umur Jumlah (n) Persen (%)
Dewasa ( 26 – 45 Tahun) 17 34
Lansia awal ( 46 – 55 Tahun) 24 48
Lansia Ahir ( 56-65 Tahun) 9 18
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
32
33
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa resonden yang memiliki usia
kategori lansia awal dapat beresiko lebih besar terkena diabetes berjumlah
24 orang dengan presentase sebesar (48%), kemudia responden yang masuk
kategori dewasa berjumlah 17 orang dengan presentase sebesar (34%), yang
paling sedikit memiliki reseiko terkena diabetes yang masuk kategori lansia
ahir berjumlah 9 orang dengan presentase sebesar (18%). Hal ini di
sebabkan oleh banyak faktor terutama kebiasaan hidup yang kurang baik (
obesitas, diet tinngi lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan).
b. Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan
antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir.
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Tawali
Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4 dibawah ini.
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)
Laki-laki 17 34
Perempuan 33 66
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah yaitu
(66%) berjumlah 33 responden berjenis kelamin perempuan kemudian
selebihnya berjumlah 17 orang yaitu (34%) berjenis kelamin laki-laki. Hal
ini dikarenakan beberapa faktor di antaranya faktor psikologis dan makanan.
34
c. Pekerjaan
Distribusi responden menurut pekerjaan di Desa Tawali Kecamatan
Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 5 dibawah ini.
Pekerjaan Jumlah (n) Persen (%)
Petani 18 36
PNS 12 24
Swasta 7 14
Ibu Rumah Tangga 13 26
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tertinggi
yaitu memiliki pekerjaan sebagai petani berjumlah 18 orang dengan
presentase sebesar (36%), kemudian yang memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga berjumlah (26%), kemudian yang memiliki pekerjaan sebagai
pegawe negeri sipil berjumlah 12 orang dengan presentase sebesar (24%),
dan responden yang terendah memiliki pekerjaan sebagai swasta berjumlah
7 orang dengan presentase sebesar (14%).
d. Pendidikan Terakhir
Distribusi responden menurut pendidikan terakhir di Desa Tawali
Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
35
Pendidikan Terakhir Jumlah (n) Persen (%)
Tidak Tamat SD 11 22
SD 3 6
SMP 5 10
SMA 17 34
Perguruan Tinggi 14 28
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa yang tertinggi memiliki
pendidikan terakhir SMA berjumlah 17 responden dengan presentase
sebesar (34%), kemudian yang tamat dari perguruan tinggi berjumlah 14
responden dengan presentase (28%), yang tidak tamat SD berjumlah 11
responden dengan presentase (22%) dan yang masuk dalam kategori
terendan yaitu pendidikan terakhir SMP dan SD berjumlah 5 dan 3
responden dengan presentase sebesar (10%) dan (6%).
e. Penggunaan Obat Tradisional
Distribusi responden menurut penggunaan obat tradisional di Desa
Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Jawaban Responden Jumlah (n) Persen (%)
Menggunakan ( ya) 35 70
Tidak Menggunakan (tidak) 15 30
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
36
Dari tabel 7 diatas dapat di lihat hampir sebagian besar responden
yang mengidap penyakit diabetes millitu menggunakan obat tradisional
sebagai terapi penurun gula darah sebesar (70%) berjumlah 35 responden
dan yang tidak menggunakan obat tradisional berjumlah 15 responden
dengan presentase (30%). Hal ini di karenakan faktor ekonomi dan jauhnya
jarak rumah sakit dari tempat tinggal responden.
2. Penggunaan Obat Tradisional
Penggunaan obat tradisional pada masyarakat di Desa Tawali
Kecamatan Wera Kabupaten Bima dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner atau pertanyaan kepada responden mengenai tanaman apa yang
digunakan, bagian apanya yang digunakan, cara pengolahanya dan cara
penggunaanyan.
a. Penggunaan Obat Tradisional Tunggal
Tabel 8. Penggunaan Obat Tradisional Tunggal Sebagai Antidiabetes
di Masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera 2015
No Nama Bahan
Yang
digunakan
Bagian yang
digunakan
Cara Pengolahan Atura Pakai
1
Anggur Hijau Daun Direbus dengan air sebanyak 2
gelas sehingga menjadi 1 gelas
kemudian airnya diminum
setelah didinginkan.
3 x perhari ½
gelas
2
Ketumbar Daun Daun ketumbar sebanyak 5-10
lembar, kemudian di rebus
dengan air secukupnya
didiamkan hingga dinginkan
lalu diminum.
2 x perhari 1
gelas
37
3 Mimba Daun Daun mimba secukupnya
direbus dengan 4 gelas air lalu
di minum.
3 x sehari 1
gelas
4 Lamtoro/ pete Biji Digoreng hingga berubah
warna kehitaman kemudian
ditumbuk dan diseduh dengan
air mendidih.
1 x sehari 1
gelas
5 Pinang Buah Direbus buah pinang kemudian
didiamkan hingga dingin dan
diminum.
2 x sehari 1
gelas
6 Sirsak daun yang muda Direbus dan didiamkan hingga
dingin kemudian di minum
1 x sehari ½
gelas
7 Pare Biji Direbus dengan air
secukupnya, kemudian
diminum.
2 x sehari ½
gelas
8 Sambung
nyawa
Daun Ambil daun sambung nyawa
secukupnya dicuci bersih
dimakan seperti lalapan.
1 x sehari 7-
10 helai daun
9 Songga/Bidara
Laut
Batang Direbus beberapa potong
batang hingga mendidih,
kemudian diminum
3 x sehari ½
gelas
10 Manggis Kulit buah Kulit buah manggis yang
sudah kering, kemudian
direbus dengan air secukupnya
2 x sehari 1
gelas
11 Mengkudu Buah Ambil 1 buah mengkudu,
kemudian di blender lalu
diminum.
1 x sehari 1
gelas
12 Sirih Daun Direbus dengan air
secukupnya, kemudian
diminum
1 x sehari 1
gelas
13 Songga/
Bidara Laut
Batang Hangatkan air secukupnya,
kemudian dimasukan ke dalam
gelas yang terbuat dari batang
songga didiamkan hingga
berubah warna lalu diminum.
2 x sehari 1
gelas
14 Jamblang Biji Sediakan sekitar 15 biji
jamblang kemudian
dikeringkan, sesudah kering di
tumbuk baru dimasak
kemudian diminum.
2-3 x sehari 1
gelas
15 Lamtoro/pete Biji Digoreng hingga berubah
warna kehitaman, kemudian
ditumbuk dan diseduh dengan
air mendidih.
2 x sehari 1
gelas
16 Kumis Kucing Daun Ambil beberapa helai daun 1 x sehari 1
38
kumis kucing, kemudian cuci
bersih lalu direbus, baru
diminum.
gelas
17 Sirsak Daun Ambil daun sirsak
secukupnya, direbus dengan 3
gelas air, lalu diminum.
2 x sehari 1
gelas
18 Lidah Buaya Daun Ambil lidah buaya 1 – 2 helai
kemudian di potong dan di
rebus dengan 2 gelas air lalu
diminum.
2-1 sehari ½
gelas
19 Pare Buah Ambil 1-2 buah pare kemudian
di potong-potong, diblender
dengan 1 gelas air lalu
diminum.
1 x sehari 1
gelas
20 Manggis Kulit buah Sediakan kulit manggis yang
sudah kering secukupnya,
kemudian dimasak lalu di
minum.
3 x sehari 1
gelas
21 Songga/
Bidara Laut
Batang Hangatkan air secukupnya
kemudian dimasukan ke dalam
gelas yang terbuat dari batang
songga didiamkan hingga
berubah warna lalu diminum.
3 x sehari 1
gelas
22 Sirih Daun Direbus daun sirih 7-10 helai
dengan air secukupnya
kemudian diminum
2 x sehari ½
gelas
23 Mimba Daun Daun mimba secukupnya
direbus dengan 2 gelas air, lalu
diminum.
2 x sehari ½
gelas
24 Pinang Buah Ambil 2-4 biji pinang
kemudian direbus dengan air 2
gelas.
1 x sehari ½
gelas
Sumber: Data Primer
39
b. Penggunaan Obat Tradisional Kombinasi
Tabel 9. Penggunaan Obat Tradisional Kombinasi Sebagai
Antidiabetes di Masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera 2015
No Nama Bahan
Yang
digunakan
Bagian yang
digunakan
Cara Pengolahan Atura Pakai
1 Mengkudu Buah Sediakan 1-3 buah mengkudu
lalu direbus dengan 2 gelas air,
kemudian masukan ke dalam
gelas, dan ditambahkan madu
1-2 sendok makan.
2 x perhari ½
gelas
Madu
2 Ketumbar Daun Ambil 10 helai daun ketumbar,
kemudian direbus bersamaan
dengan beberpa potong kayu
manis direbus dengan 3 gelas
air lalu diminum.
1 x sehari 1
gelasKayu manis Batang
3 Kunyit Rimpang Rebus beberapa potong kunyit
kering kemudian ditambahkan
bawang putih secukupnya lalu
diminum.
1 x sehari 1
gelasBawang putih Umbi
4 Songga/
Bidara Laut
Batang Masak batang songga yang
sudah dipotong-potong dan
kulit manggis dengan air 3
gelas hingga mendidih
dimasukan ke dalam gelas
dicampur dengan madu 2
sendok
1 x sehari 1
gelas
Manggis Kulit Buah
Madu
5 Lamtoro/ pete Biji Goreng lamtoro dan kopi
secukupnya hingga warna
kehitaman, kemudian
ditumbuk hingga halus, lalu
diseduh dengan air hangat.
3 x sehari ½
gelasKopi Biji
6 Ketumbar Daun Ambil 7-10 helai daun
ketumbar kemudian direbus
bersamaan dengan kayu manis
dengan 2 gelas air lalu
diminum.
2 x sehari 1
gelasKayu manis Batang
7 Mimba Daun Sediakan ke tiga jenis daun
secukupnya, lalu direbus
3 x sehari 1
gelasBrotowali Daun
40
Kejibeling Daun dengan 3 gelas air kemudian
diminum waktu hangat
8 Ketumbar Daun Ambil beberapa helai daun
ketumbar, kemudian direbus
bersamaan dengan kayu manis
dengan 2-4 gelas air lalu
diminum.
2 x sehari 1
gelasKayu Manis Batang
9 Mimba Daun Rebus beberpa helai daun
mimba hingga mendidih,
kemudian dimasukan ke dalam
gelas yang terbuat dari batang
songga.
1 x sehari 1
gelasSongga/
Bidara Laut
Batang
10 Kumis Kucing Daun Sediakan 10 lembar daun
kumis kucing, 7 lembar daun
sirsak direbus hingga mendidih
dengan 4 gelas air.
2 x sehari 1
gelas
Daun sirsak
Daun
11 Sirsak Daun Ambil 5-7 lembar daun sirsak,
kemudian direbus dengan kulit
manggis yang sudah kering
secukupnya sampai mendidih.
3 x sehari 1
gelasKulit manggis Kulit buah
Sumber: Data Primer
c. Uraian mekanisme berbagai tanaman obat
Nama Tanaman
Obat
Kandungan Untuk Diabetes
Anggur
Kandungan gizi anggur antara lain, energi, protein, lemak,
karbohidrat, serat, gula, kalsium, besi, magnesium, fosfor, vitamin,
dan kalium.
Sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa konsumsi anggur
setiap hari dapat memperlambat perkembangan diabetes tipe I dan
konsumsi anggur juga dapat mengurangi tekanan darah pada diabetes
tipe II dan mencegah resistensi insulin.
Ketumbar
Ketumbar mengandung minyak atsiri tanin asam malat, kalsium
oksalat.
Daun ketumbar memiliki efek merangsang kelenjar endokrin, sekresi
insulin meningkat dari pankreas yang kemudian meningkatkan insulin
dalam darah. Proses ini mengatur asimilasi yang tepat dan penyerapan
gula dalam darah.
Mimba
Kandungan kimia daun mimba antara lain azachdirichtin, minyak
gliserda, asam asetiloksituranoe.
Dalam buku yang berjudul mimba tanaman multi fungsi, di tulis oleh
dr. Sukrasno, tahun 2004. Aktivitas hipoglikemik ekstrak daun mimba
setingkat dengan glibenklamid. Glibenklamid merupakan bahan aktif
yang berfungsi sebagai antidiabetes.
Lamtoro/ Pate Biji lamtoro mempunyai beragam kandungan kimia yang sangat
41
bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Diantaranya yaitu
karbohidrat,protein,kalsium,kalium,kromium,kalori,hidratarang,fosfor,
vitamin A, B1 , C dan zat besi.
Kandungan kimia yang paling tinggi dalam Petai Cina adalah Kalsium
dan kalium. Kalium pada Petai cina berperan merangsang pancreas
memproduksi insulin, sedangkan Kalsium dalam Petai cina berfungsi
untuk meningkatkan kepekaan insulin.
Sirsak
Beberapa zat atau senyawa yang terkandung di dalam daun sirsak
seperti lemak, vitamin A, vitamin B, fruktosa, protein, kalsium
senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, steroid dan juga asetogenin
inilah yang membantu tubuh untuk mengendalikan kadar gula darah
untuk tetap berada pada batas normal.
Penelitian febbyola S.moniaga,2014.Subjek penelitian berupa tikus
Wistar jantan berjumlah 18 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok,
kelompok kontrol negatif dan 5 kelompok tikus Wistar hiperglikemik
akibat pemberian alloxan dengan dosis 110 mg/kg berat badan tikus.
Tikus hiperglikemik diberi ekstrak daun sirsak dosis 1000, 2000, dan
5000 mg/kg BB tikus, kelompok kontrol positif yang diberi novomix
flexpen, dan 1 kelompok hanya diberi alloxan. Data diperoleh dari
pemeriksaan kadar gula darah pada semua kelompok tikus Wistar
pada hari pertama, hari kedua , hari ketiga pada menit ke-0 ,30, 60, 90,
dan menit ke-120. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak daun sirsak mempunyai efek terhadap penurunan kadar gula
darah tikus Wistar yang telah diinduksi alloxan.
Pare
Kandungan yang terdapat pada buah pare adalah energi, protein,
lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, C dan
air.
Pakar nutrisi mengatakan kandungan sufonylurea pada buah pare
bersifat hipoglikemik.
Sambung Nyawa
Zat yang terkandung dalam tanaman sambung nyawa di antaranya
senyawa flavanoid, polifenol, minyak atsiridan sterol tak jenuh.Daun
sambung nyawa bersifat hipoglikemik.
Songga/Bidara Laut
Menurut penelitian supriadi dari Jurusan Farmasi Universitas
Hasanuddin pada 1986. Riset memakai kelinci itu menguji pengaruh
konsentrasi (5, 10, 15, dan 20%) rebusan kayu songga. Hasilnya
pemberian konsentrasi 20% sebanyak 5 ml/kg bobot badan (bb)
memberikan efek terbesar penurunan gula darah sebesar 43,96%.
Penurunan itu terjadi setelah 5 jam konsumsi.
Manggis
Kandungan mangiferin untuk menurunkan kadar gula darah dan bisa
menurunkan kadar resistensi insulin dan Anti oksidan pada kulit
manggis bisa mencegah kerusakan pada sel beta pangkreas akibat
serangan radikal bebas.
Menurut penelitian adinda ayu dyahnugra menunjukkan bahwa
ekstrak bubuk simplisia kulit manggis mengandung senyawa
antioksidan dengan aktivitasnya sebesar 84.42% yang diketahui total
42
fenol sebesar 41.12 mg GAE/g sampel. Dosis ekstrak kulit manggis
yang diberikan selama perlakuan berpengaruh sangat nyata (α = 0,01)
pada penurunan kadar glukosa darah, peningkatan berat badan serta
peningkatan asupan pakan pada tikus percobaan. Pemberian ekstrak
dengan dosis sebesar 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB selama 4
minggu percobaan dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar
105.92 mg/dl dan 134.25 mg/dl.
Mengkudu
Dalam penelitian vivi 2013. hasil analisis sesudah perlakuan
didapatkan bahwa rerata kadarglukosa darah sewaktu untuk kelompok
kontrol adalah 321,01±12,08 mg/dL dan untuk kelompok perlakuan
adalah 272,70±39,16 mg/dL. Analisis kemaknaan dengan uji t-
independent menunjukkan terdapat perbedaan secara bermakna
(p<0,05) yang berarti ekstrak buah mengkudu berkhasiat terhadap
penurunan glukosa darah.
Sirih
Para ahli pengobatan tradisional telah banyak menggunakan tanaman
sirih merah oleh karena mempunyai kandungan kimia yang penting
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam daun sirih merah
terkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan
flavonoid. Dari buku ”A review of natural product and plants as
potensial antidiabetic” dilaporkan bahwa senyawa alko-koloid dan
flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa
darah.
Jamblang
Dalam buku fakta ilmiah buah dan sayur di tulis dr setiawan
dalimartha dan dr. Felix Adrian,2013. Jamblang mengandung fatty oil
3-5% oleic acid mampu menurunkan kadar glukosa dara
(hipoglikemik).
Kumis Kucing
Tanaman ini mengandung orthosiphon glikosida, zat samak, minyak
atsiri, minyak lemak, saponin, garam kalium dan
miyoinositol.menurunkan kadar gula darah.
Buku atlas tumbuhan obat indonesia. Di tuli oleh dr. Setiawan
dalimartha. Jilid 2, 2006.Pemberian infusa kombinasi daun kumis
kucing dan daun sambiloto 0,129 g/kg bb dan 0,3 g/kg bb mampu
menurunkan kadar gula dara.
Lidah Buaya
Mengandung asam amino, air, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral,
enzim, hormon dan masih banyak kandungan lainnya.
Dalam penelitian arisyi sunu pradono, 2011. Pemberian decocta daun
lidah buaya (Aloe vera L.) pada dosis 2,5 ml, 5 ml, dan 10 ml dapat
menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban
glukosa. Efek hipoglikemik decocta daun lidah buaya (Aloe vera
L.)dengan dosis diatas kurang kuat bila dibandingkan efek
hipoglikemik Glibenklamid 0,126 gr.
Kunyit
Penelitian khairi amruddin, 2014. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat penurunan kadar glukosa darah yang signifikan pada semua
43
kelompok perlakuan. Terdapat kematian hewan uji pada kelompok
kontrol positif (dosis tungal glibenklamid) dan kelompok
perlakuan 3 (kombinasi glibenklamid+ekstrak 500 mg).Proses
penurunan kadar glukosa darah cukup baik dan efektif terjadi pada kel
ompok perlakuan 1 (kombinasi glibenklamid+ekstrak 150 mg).
Kombinasi glibenkalimid dan ekstrak kunyit cukup efektif untuk
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih sebagai model
diabetes tipe 2.
Kayu Manis
Kayu manis mengandung minyak atsiri, damar, zat penyamak,
eugenol, dafrole, tannin, kalsium oksanat dan sinamadehid.
Kayu manis mampu meningkatkan sentivitas insulin dalam darah,
sehingga akan banyak glukosa yang digunakan darah untuk diubah
menjadi energi.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan obat
tradisional sebagai antidiabetes di masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera
Kabupaten Bima 2015. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada
50 responden yang diambil secara Purposive Sampling menggunakan 15
pertanyaan masing-masing pada penggunaan obat tradisional sebagai antidiabetes.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, faktor yang
mempengaruhi masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima
menggunakan obat tradisional sebagai antidiabetes karena mudah didapatkan dan
ekonomis, didukung oleh hasil penelitian Santoso dkk, (2000) menunjukkan
bahwa alasan pasien diabetes melitus berobat ke pengobatan tradisional karena
biaya yang lebih murah dibandingkan pengobatan konvensional,cocok, pelayanan
yang baik, biasa kepengobatan tradisional, takut ke pelayanan kesehatan
konvensional, ketakuan akan efek samping karena obat konvensional yang
44
mengandung bahan kimia, dan ke pelayanan kesehatan konvensional belum
sembuh.
Pengobatan tradisional yang dilakukan penderita diabetes melitus dengan
menggunakan tanaman obat mempunyai fungsi untuk mengendalikan atau
mengontrol gula darah, mencegah timbulnya komplikasi diabetes dan
memperbaiki kerusakan jaringan sel (Pahandayani, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa
responden yang menggunakan obat tradisional lebih tinggi jumlahnya sebesar
70% dibandingkan yang tidak menggunakan obat tradisional sebesar 30%
responden.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa tanaman yang
banyak digunakan sebagai antidiabetes adalah bidara laut, sirsak, ketumbar,
lamtoro, mimba dan mengkudu.
B. SARAN
Adanya penelitian lebih lanjut mengenai profil penggunaan obat tradisional anti
diabetes yang komplikasi dengan penyakit lain.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
BPOM RI. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 tentang Kriteria dan
Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka. Jakarta : Kepala BPOM.
Bustan, Nadjib. 2008. 505 Tanya Jawab Epidemiologi. Makassar:Putra Asaad
Print.
Chaerunisaa, Y. A. Surahman, E. dan Soeryati, S. 2009. Farmasetika Dasar,
Konsep Teoritis Dan Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjadjaran.
Bandung.
Chang, Sang Ah. 2012. Smoking and Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes &
Metabolism Journal. Volume 36 :399-403.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI.
CetakanKeenam.Jakarta:Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan
Makanan. Halaman 92-94, 195-199.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
RI.(2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Militus.
Jakarta.
Dirjen POM, (1994) “ Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat Tradisional
Yang Baik (CPOTB)”, Jakarta.
Ditjen POM.(1986). Sediaan Galenik. Jilid II.Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Halaman 19 - 22.
46
47
Gusti & Erna. 2014. Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan
dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah.Volume 8. No.1 : 39-
44.
Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta:Penerbit Grasindo
Irawan Edi. 2011. Pola Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Umum
Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Mataram.
Universitas Muhammadiyah Mataram.
Karlina Nova. 2013. Evaluasi Ketepatan Obat Anti Dislipidemia Pada Pasien
Dislipidemia Rawat Inap di RSUD dr.Moewardi Surakarta Periode Januari
– Desember 2013. Surakarta. Universitas Sebelas maret Surakarta.
Katzung, Bertram, G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik , EdisiKe6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 737-741.
Kemenkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes RI. 2008. Pedoman Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes elitus.
Direktorat PPTM Ditjend PP&PL.
Kumala Sari,L.O. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan
Manfaat Dan Keamanannya. Program Studi Farmasi universitas Jember.
Jember.
Ladywati, Endang. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Masriadi. 2012. Epidemiologi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Mihardja, Laurentia. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula
Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.59. No.9 : 418-424.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal
Gejala,Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi. Jakarta:Pustaka
Populer Obor.
Mosihuzzaman, M., Choundary M. I. (2008). Protocols on Safety, Efficacy,
Standardization, and documentation of Herbal Medicine. IUPAC
Technical Report,80,2195-2230.
48
Mutmainah, 2014. Karakteristik penggunaan obat modern dan obat tradisional
berdasarkan pengetahuan masyarakat di desa teteuri kecamatan
Sabbang kabupaten luwu utara Tahun 2014. Sekolah tinggi ilmu
kesehatan (stikes)Bhakti pertiwi luwu raya : Palopo.
Pahandayani, putri.2014 faktor - faktor yang berhubungan dengan pemilihan
pengobatan alternatif jamu pada pasien diabetes melitus di rumah
riset jamu hortus medicus tawangmangu. Program studi kesehatan
masyarakatfakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah
surakarta.
Santoso, S. S, Imam. W dan Kasnodiharjo. 2000. Profil Penderita Diabetes
Melitus yang Berobat ke PengobatTradisional di DKI Jakarta,
diYogyakarta, dan Surabaya. Bulletin Penelitian Kesehatan, Vol. 27.
No. 3 dan 4- 1999/2000.
Sekaran Uma.2006.Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta :Selemba Empat.
Sugiono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R n D. Alfabeta.
Bandung.
Supardi, S., & Susyanty, A.L (n.d). Penggunaan Obat Tradisional dalam Upaya
Pengobatan Sendiri Di Indonesia.
Tobing, Ade dkk. 2008. Care Your Self : DiabetesMellitus. Jakarta: Penebar Plus.
Trisnawati , Shara Kurnia dan Soedijono Setyorogo. 2013. Faktor Risiko Kejadian
Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol.5 No.1 : 6-
11.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
Katzung, Bertram, G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik , Edisi
Ke6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 737-741.
Wulandari Putri. 2013. Studi Pengobatan Hipertensi Pada Pasien Diabetes
Militus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Inap dr. Soebandi. Jember.
Universitas Jember.
Wibowo S. 2013. Herbal Ajaib Tumpas Macam-Macam Penyakit (Asam URat,
Diabetes, Darah Tinggi, Ginjal, Liver, Kanker, dll). Jakarta: Pustaka
Makmur.
Yuningsih, Rahmi.2012.Pengobatan Tradisional di Unit Pelayanan Kesehatan.Info
singkat Kesejahteraan sosial.
49
L A M P I R A N
50
Lampiran 1. Surat Tugas
51
Lampiran 2. Rekomendasi Ijin Penelitian dari Kecamatan Wera Kabupaten Bima
52
Lampiran 3. Quiesioner Gambaran Profil Pengguna Obat Tradisional
QUESIONER I
GAMBARAN PROFIL PENGGUNA OBAT TRADISIONAL DI
DESA TAWALI KECAMATAN WERA KABUPATEN BIMA
No. Urut Responden :
Tanggal Wawancara :
Karakteristik Responden (√ )
1) Nama :
2) Alamat :
3) Jenis Kelamin : L/P
4) Umur : ……….. Tahun
5) Pendidikan :
tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi / Akademi
6) Jenis Kelamin:
Laki-laki
Perempuan
7) Pekerjaan
Mahasiswa/mahasiswi
Petani
Pegawai negeri sipil
Pegawai swasta
Ibu rumah tangga
Lain-lain
53
NO PERTANYAAN
JAWABAN
YA TIDAK
1 Apakah anda tahu tentang penyakit diabetes?
2 Apakah anda menggunakan obat tradisional untuk penyakit diabetes?
3 Apakah anda sering menggunakan obat tradisonal sebagai penurun gula
darah?
4 Apakah anda mengetahui secara jelas khasiat / kegunaan dari tanaman
obat yang anda gunakan?
5 Apakah anda mengetahui cara mengolah bahan tersebut sehingga
dapat dijadikan obat tradisional?
6 Apakah ada efek samping yang anda rasakan setelah mengkonsumsi
obat tradisional tersebut?
7 Apakah setelah anda menggunakan obat tradisional, gula darah anda
normal?
8 Apakah anda lebih memilih obat tradisional dibandingkan obat kimia
(moderen) sebagai penurun gula darah?
54
Lampiran 4. Quiesioner Penggunaan Obat Tradisional
QUESIONER II
PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL SEBAGAI ANTIDIABETES
1. Tanaman obat apa yang sering anda gunakan sebagai antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
2. Apakah satu tanaman obat saja yang anda gunakan dan tidak ada
campuran dari tanaman lainnya yang anda gunakan sebagai antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
3. Bagaimana cara pengolahan tanaman obat tradisional yang anda lakukan
agar tanaman tersebut dapat digunakan sebagai antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
4. Bagaimana aturan pakai penggunaan obat tradisional yang anda terapkan?
........................................................................................................................
.....
5. Apakah hanya tanaman obat tradisional saja yang anda gunakan sebagai
antidiabetes dan tidak ada obat lain yang anda gunakan?
......................................................................................................................
6. Bagian apa yang anda manfaatkan dari tanaman tersebut sebagai obat
antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
7. Kenapa memilih obat tradisional sebagai terapi antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
55
Lampiran 5. Master Tabel Profil Penggunaan Obat Tradisional Sebagai Anti
Diabetes di Masyarakat Desa Tawali.
MASTER TABEL
No Jenis
Kelamin
Umur Pendidikan Jenis
Pekerjaan
Penggunaan
obat tradisional
Kriteria
(1 dan 0)
1 P 36 Peguruan Tinggi PNS 0
2 L 49 Tidak Sekolah PETANI 1
3 P 40 Peguruan Tinggi PNS 1
4 P 62 SMA PETANI 1
5 P 53 Peguruan Tinggi SWASTA 1
6 P 50 SMA PETANI 1
7 L 44 SMA PETANI 1
8 L 49 SD PETANI 1
9 P 65 Tidak Sekolah PETANI 1
10 P 40 SMA IBU RT 0
11 L 35 Peguruan Tinggi PNS 1
12 P 53 SMA PETANI 1
13 P 55 SMA PETANI 0
14 L 42 SMA PETANI 0
15 P 50 Tidak Sekolah IBU RT 1
16 P 56 Tidak Sekolah IBU RT 1
17 P 50 SMA IBU RT 1
18 L 45 SMA PNS 1
19 P 35 Peguruan Tinggi SWASTA 0
20 L 48 Peguruan Tinggi PNS 0
21 L 46 Peguruan Tinggi PNS 1
22 L 38 SD SWASTA 1
23 P 36 SMP PETANI 1
24 P 51 Tidak Sekolah PETANI 1
25 P 49 Tidak Sekolah PETANI 1
26 L 60 SD SWASTA 0
27 P 47 SMA IBU RT 1
28 P 51 Peguruan Tinggi SWASTA 0
29 P 40 Peguruan Tinggi PNS 1
30 L 49 SMP SWASTA 0
31 P 48 SMP IBU RT 1
32 P 63 Tidak Sekolah PETANI 1
33 L 34 SMA SWASTA 0
56
34 P 44 Tidak Sekolah PETANI 1
35 P 65 SMP IBU RT 1
36 L 60 Peguruan Tinggi PETANI 1
37 P 48 SMA IBU RT 1
38 P 46 SMA IBU RT 1
39 L 55 SMA PETANI 1
40 P 50 Peguruan Tinggi PNS 0
41 P 54 Peguruan Tinggi PNS 0
42 P 40 SMA IBU RT 1
43 P 35 Tidak Sekolah IBU RT 1
44 P 51 Peguruan Tinggi PNS 0
45 P 39 Tidak Sekolah IBU RT 1
46 L 59 SMA PETANI 0
47 L 35 SMA PETANI 1
48 P 51 SMP PNS 0
49 P 56 Tidak Sekolah IBU RT 1
50 L 36 Peguruan Tinggi PNS 1
Keterangan:
Penggunaan Obat Tradisional Sebagai Anti Diabetes
Kreteria Skor
Ya 1
Tidak 0
57
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

More Related Content

What's hot

Bangunan Tahan Gempa
Bangunan Tahan GempaBangunan Tahan Gempa
Bangunan Tahan Gempa
afifsalim12
 
Jenis-jenis pelabuhan
Jenis-jenis pelabuhanJenis-jenis pelabuhan
Jenis-jenis pelabuhan
Wardi Al-Qadri
 
BAB III METODOLOGI - TRANSPORTASI LAUT
BAB III METODOLOGI - TRANSPORTASI LAUTBAB III METODOLOGI - TRANSPORTASI LAUT
BAB III METODOLOGI - TRANSPORTASI LAUT
Yogga Haw
 
Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030
Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030
Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030
Indonesia Infrastructure Initiative
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
MOSES HADUN
 
6 1 1 nautika kapal penangkap ikan
6 1 1 nautika kapal penangkap ikan6 1 1 nautika kapal penangkap ikan
6 1 1 nautika kapal penangkap ikan
OchaWeniarti
 
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur IkanBiologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Aji Sanjaya
 
Karakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintasKarakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintas
bangkit bayu
 
09 e00282
09 e0028209 e00282
09 e00282
nurimans
 
Definisi sifat fluida
Definisi sifat fluidaDefinisi sifat fluida
Definisi sifat fluida
oilandgas24
 
current meter
current meter current meter
current meter
brama_nalendra
 
CONTOH PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
CONTOH PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))CONTOH PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
CONTOH PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
GLC
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat
 
Ikhtiologi
IkhtiologiIkhtiologi
Ikhtiologi
Retno Kusumasuci
 
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhanJuknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Yogga Haw
 
Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunan
Paul Aurel
 
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUMDESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
EDIS BLOG
 
Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl
Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tlPeraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl
Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl
stipakharuddin step
 
Manajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintasManajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintasikhsan93
 

What's hot (20)

Bangunan Tahan Gempa
Bangunan Tahan GempaBangunan Tahan Gempa
Bangunan Tahan Gempa
 
Jenis-jenis pelabuhan
Jenis-jenis pelabuhanJenis-jenis pelabuhan
Jenis-jenis pelabuhan
 
BAB III METODOLOGI - TRANSPORTASI LAUT
BAB III METODOLOGI - TRANSPORTASI LAUTBAB III METODOLOGI - TRANSPORTASI LAUT
BAB III METODOLOGI - TRANSPORTASI LAUT
 
Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030
Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030
Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
6 1 1 nautika kapal penangkap ikan
6 1 1 nautika kapal penangkap ikan6 1 1 nautika kapal penangkap ikan
6 1 1 nautika kapal penangkap ikan
 
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur IkanBiologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
 
Karakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintasKarakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintas
 
09 e00282
09 e0028209 e00282
09 e00282
 
kata pengantar
kata pengantarkata pengantar
kata pengantar
 
Definisi sifat fluida
Definisi sifat fluidaDefinisi sifat fluida
Definisi sifat fluida
 
current meter
current meter current meter
current meter
 
CONTOH PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
CONTOH PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))CONTOH PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
CONTOH PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
Ikhtiologi
IkhtiologiIkhtiologi
Ikhtiologi
 
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhanJuknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
 
Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunan
 
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUMDESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
 
Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl
Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tlPeraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl
Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl
 
Manajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintasManajemen lalu lintas
Manajemen lalu lintas
 

Viewers also liked

Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
Warnet Raha
 
Isran esra kti
Isran esra ktiIsran esra kti
Isran esra kti
Warnet Raha
 
Hubungan pengetahuan, motivasi kerja, disiplin kerja dan saranan penunjang de...
Hubungan pengetahuan, motivasi kerja, disiplin kerja dan saranan penunjang de...Hubungan pengetahuan, motivasi kerja, disiplin kerja dan saranan penunjang de...
Hubungan pengetahuan, motivasi kerja, disiplin kerja dan saranan penunjang de...
Operator Warnet Vast Raha
 
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesisTingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesisOperator Warnet Vast Raha
 
Buku Kimia XII budi utami
Buku Kimia XII budi utamiBuku Kimia XII budi utami
Buku Kimia XII budi utami
Dnr Creatives
 
Lks Kelarutan
Lks KelarutanLks Kelarutan
Lks Kelarutan
Nova Spj
 
Budi utami kimia kelas 1 sma
Budi utami kimia kelas 1 smaBudi utami kimia kelas 1 sma
Budi utami kimia kelas 1 sma
Dnr Creatives
 
Kelarutan dan hasil kali kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutanKelarutan dan hasil kali kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutanA.p. Nugroho
 
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
Milantika Dyah Puspitasari
 
Materi Kuliah 1. Penggolongan Obat
Materi Kuliah 1. Penggolongan ObatMateri Kuliah 1. Penggolongan Obat
Materi Kuliah 1. Penggolongan Obat
Robby Candra Purnama
 
PPT KIMIA KSP + soal
PPT KIMIA KSP + soalPPT KIMIA KSP + soal
PPT KIMIA KSP + soal
Nafiah RR
 
Soal2phlarutan 101127171342-phpapp02
Soal2phlarutan 101127171342-phpapp02Soal2phlarutan 101127171342-phpapp02
Soal2phlarutan 101127171342-phpapp02
Theodora Catriona Tanaya
 
Bab9 kelarutan dan hasil kali kelarutan | Kimia Kelas XI
Bab9 kelarutan dan hasil kali kelarutan | Kimia Kelas XIBab9 kelarutan dan hasil kali kelarutan | Kimia Kelas XI
Bab9 kelarutan dan hasil kali kelarutan | Kimia Kelas XI
Bayu Ariantika Irsan
 
Kelarutan dan hasil kali kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutanKelarutan dan hasil kali kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutanAmelia Dian
 
Koloid
KoloidKoloid
Kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp)
Kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp)Kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp)
Kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp)
Thareq Kemal
 
Buku doen 2015
Buku doen 2015 Buku doen 2015
Buku doen 2015
hersu12345
 
Kunci jawaban esay
Kunci jawaban esayKunci jawaban esay
Kunci jawaban esay
Nova Oktrianita
 

Viewers also liked (20)

Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
Isran esra kti
Isran esra ktiIsran esra kti
Isran esra kti
 
Hubungan pengetahuan, motivasi kerja, disiplin kerja dan saranan penunjang de...
Hubungan pengetahuan, motivasi kerja, disiplin kerja dan saranan penunjang de...Hubungan pengetahuan, motivasi kerja, disiplin kerja dan saranan penunjang de...
Hubungan pengetahuan, motivasi kerja, disiplin kerja dan saranan penunjang de...
 
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesisTingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
 
Buku Kimia XII budi utami
Buku Kimia XII budi utamiBuku Kimia XII budi utami
Buku Kimia XII budi utami
 
Lks Kelarutan
Lks KelarutanLks Kelarutan
Lks Kelarutan
 
Budi utami kimia kelas 1 sma
Budi utami kimia kelas 1 smaBudi utami kimia kelas 1 sma
Budi utami kimia kelas 1 sma
 
Kelarutan dan hasil kali kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutanKelarutan dan hasil kali kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutan
 
Macam hormon yang dihasilkan sistem endokrin
Macam hormon yang dihasilkan sistem endokrinMacam hormon yang dihasilkan sistem endokrin
Macam hormon yang dihasilkan sistem endokrin
 
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
Laporan Praktikum Kimia- Koloid (materi kelas 11 IPA)
 
Materi Kuliah 1. Penggolongan Obat
Materi Kuliah 1. Penggolongan ObatMateri Kuliah 1. Penggolongan Obat
Materi Kuliah 1. Penggolongan Obat
 
PPT KIMIA KSP + soal
PPT KIMIA KSP + soalPPT KIMIA KSP + soal
PPT KIMIA KSP + soal
 
Soal2phlarutan 101127171342-phpapp02
Soal2phlarutan 101127171342-phpapp02Soal2phlarutan 101127171342-phpapp02
Soal2phlarutan 101127171342-phpapp02
 
Bab9 kelarutan dan hasil kali kelarutan | Kimia Kelas XI
Bab9 kelarutan dan hasil kali kelarutan | Kimia Kelas XIBab9 kelarutan dan hasil kali kelarutan | Kimia Kelas XI
Bab9 kelarutan dan hasil kali kelarutan | Kimia Kelas XI
 
Kelarutan dan hasil kali kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutanKelarutan dan hasil kali kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutan
 
Menghitung p h asam dan basa
Menghitung p h asam dan basaMenghitung p h asam dan basa
Menghitung p h asam dan basa
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp)
Kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp)Kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp)
Kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp)
 
Buku doen 2015
Buku doen 2015 Buku doen 2015
Buku doen 2015
 
Kunci jawaban esay
Kunci jawaban esayKunci jawaban esay
Kunci jawaban esay
 

Similar to Skripsi isi obat tradisional diabetes

PPT-UEU-Pengantar-Farmasi-Pertemuan-2.pdf
PPT-UEU-Pengantar-Farmasi-Pertemuan-2.pdfPPT-UEU-Pengantar-Farmasi-Pertemuan-2.pdf
PPT-UEU-Pengantar-Farmasi-Pertemuan-2.pdf
nurselahijriani2018
 
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obatFARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
RizkiUlinaSari1
 
DASAR-DASAR KEFARMASIAN X FKK
DASAR-DASAR KEFARMASIAN X FKKDASAR-DASAR KEFARMASIAN X FKK
DASAR-DASAR KEFARMASIAN X FKK
bohir
 
Kuliah bahan baku obat tradisional
Kuliah bahan baku obat tradisionalKuliah bahan baku obat tradisional
Kuliah bahan baku obat tradisional
ShesanthiCitrariana
 
Materi utk STIKES.pptx
Materi utk STIKES.pptxMateri utk STIKES.pptx
Materi utk STIKES.pptx
vardaarianti
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Vina Widya Putri
 
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Danang Setiawan
 
Obat
ObatObat
Farmakologi pengertian obat.pdf
Farmakologi   pengertian obat.pdfFarmakologi   pengertian obat.pdf
Farmakologi pengertian obat.pdf
Amirullah Latarissa
 
es krim jamu
es krim jamues krim jamu
es krim jamu
Hana Asri
 
Penggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptxPenggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptx
Yenny Tanjung
 
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Puskesmas Duduksampeyan
 
Pengobatan tradisional dan kedokteran moderen
Pengobatan tradisional dan kedokteran moderenPengobatan tradisional dan kedokteran moderen
Pengobatan tradisional dan kedokteran moderenAnatta Budiman
 
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptxKONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
awaldarmawan3
 
farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)
Stikes BTH Tasikmalaya
 
Obat herbal
Obat herbalObat herbal
Obat herbal
LilisKarlinda1
 
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhhpertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
2022971607
 
Kebijakan dan Peran Badan POM dalam rangka Pengawasan Obat Bahan Alam_Seminar...
Kebijakan dan Peran Badan POM dalam rangka Pengawasan Obat Bahan Alam_Seminar...Kebijakan dan Peran Badan POM dalam rangka Pengawasan Obat Bahan Alam_Seminar...
Kebijakan dan Peran Badan POM dalam rangka Pengawasan Obat Bahan Alam_Seminar...
septiliawahyuhadiati
 

Similar to Skripsi isi obat tradisional diabetes (20)

PPT-UEU-Pengantar-Farmasi-Pertemuan-2.pdf
PPT-UEU-Pengantar-Farmasi-Pertemuan-2.pdfPPT-UEU-Pengantar-Farmasi-Pertemuan-2.pdf
PPT-UEU-Pengantar-Farmasi-Pertemuan-2.pdf
 
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obatFARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
 
DASAR-DASAR KEFARMASIAN X FKK
DASAR-DASAR KEFARMASIAN X FKKDASAR-DASAR KEFARMASIAN X FKK
DASAR-DASAR KEFARMASIAN X FKK
 
Kuliah bahan baku obat tradisional
Kuliah bahan baku obat tradisionalKuliah bahan baku obat tradisional
Kuliah bahan baku obat tradisional
 
Materi utk STIKES.pptx
Materi utk STIKES.pptxMateri utk STIKES.pptx
Materi utk STIKES.pptx
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
 
Penggolongan obat
Penggolongan obatPenggolongan obat
Penggolongan obat
 
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
 
Obat
ObatObat
Obat
 
Obat
ObatObat
Obat
 
Farmakologi pengertian obat.pdf
Farmakologi   pengertian obat.pdfFarmakologi   pengertian obat.pdf
Farmakologi pengertian obat.pdf
 
es krim jamu
es krim jamues krim jamu
es krim jamu
 
Penggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptxPenggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptx
 
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
 
Pengobatan tradisional dan kedokteran moderen
Pengobatan tradisional dan kedokteran moderenPengobatan tradisional dan kedokteran moderen
Pengobatan tradisional dan kedokteran moderen
 
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptxKONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
 
farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)
 
Obat herbal
Obat herbalObat herbal
Obat herbal
 
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhhpertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
 
Kebijakan dan Peran Badan POM dalam rangka Pengawasan Obat Bahan Alam_Seminar...
Kebijakan dan Peran Badan POM dalam rangka Pengawasan Obat Bahan Alam_Seminar...Kebijakan dan Peran Badan POM dalam rangka Pengawasan Obat Bahan Alam_Seminar...
Kebijakan dan Peran Badan POM dalam rangka Pengawasan Obat Bahan Alam_Seminar...
 

More from mataram indonesia

MSDS, CA,CO, Tanda" dalam Farmasi
MSDS, CA,CO, Tanda" dalam FarmasiMSDS, CA,CO, Tanda" dalam Farmasi
MSDS, CA,CO, Tanda" dalam Farmasi
mataram indonesia
 
peningkatan komunikasi efektif
peningkatan komunikasi efektifpeningkatan komunikasi efektif
peningkatan komunikasi efektif
mataram indonesia
 
Obat kangker anti muntah
Obat kangker anti muntahObat kangker anti muntah
Obat kangker anti muntah
mataram indonesia
 
Physical chemical dan mikroorganisme hazard in food
Physical chemical dan mikroorganisme hazard in foodPhysical chemical dan mikroorganisme hazard in food
Physical chemical dan mikroorganisme hazard in food
mataram indonesia
 
Sindrom koroner akut (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN JANTUNG KORONER)
Sindrom koroner akut (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN JANTUNG KORONER)Sindrom koroner akut (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN JANTUNG KORONER)
Sindrom koroner akut (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN JANTUNG KORONER)
mataram indonesia
 
Pc depresi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF)
Pc depresi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF)Pc depresi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF)
Pc depresi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF)
mataram indonesia
 
Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)
Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)
Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)
mataram indonesia
 
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
mataram indonesia
 
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
mataram indonesia
 
Buku saku hipertensi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT hipertensi)
Buku saku hipertensi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT hipertensi)Buku saku hipertensi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT hipertensi)
Buku saku hipertensi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT hipertensi)
mataram indonesia
 
PIO Artritis
PIO ArtritisPIO Artritis
PIO Artritis
mataram indonesia
 
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMKkaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
mataram indonesia
 
hirarki per uu an, Uu,pp,pkm dan pbom 2017
hirarki per uu an, Uu,pp,pkm dan pbom 2017hirarki per uu an, Uu,pp,pkm dan pbom 2017
hirarki per uu an, Uu,pp,pkm dan pbom 2017
mataram indonesia
 
Modul statistik spss
Modul statistik spssModul statistik spss
Modul statistik spss
mataram indonesia
 
Tabel tanaman obat untuk diabetes
Tabel tanaman obat untuk diabetesTabel tanaman obat untuk diabetes
Tabel tanaman obat untuk diabetes
mataram indonesia
 
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
mataram indonesia
 
Cpob kel. 7
Cpob kel. 7Cpob kel. 7
Cpob kel. 7
mataram indonesia
 
Bab i
Bab iBab i
Makalah kimbal
Makalah kimbalMakalah kimbal
Makalah kimbal
mataram indonesia
 
Ppt protein
Ppt proteinPpt protein
Ppt protein
mataram indonesia
 

More from mataram indonesia (20)

MSDS, CA,CO, Tanda" dalam Farmasi
MSDS, CA,CO, Tanda" dalam FarmasiMSDS, CA,CO, Tanda" dalam Farmasi
MSDS, CA,CO, Tanda" dalam Farmasi
 
peningkatan komunikasi efektif
peningkatan komunikasi efektifpeningkatan komunikasi efektif
peningkatan komunikasi efektif
 
Obat kangker anti muntah
Obat kangker anti muntahObat kangker anti muntah
Obat kangker anti muntah
 
Physical chemical dan mikroorganisme hazard in food
Physical chemical dan mikroorganisme hazard in foodPhysical chemical dan mikroorganisme hazard in food
Physical chemical dan mikroorganisme hazard in food
 
Sindrom koroner akut (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN JANTUNG KORONER)
Sindrom koroner akut (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN JANTUNG KORONER)Sindrom koroner akut (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN JANTUNG KORONER)
Sindrom koroner akut (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN JANTUNG KORONER)
 
Pc depresi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF)
Pc depresi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF)Pc depresi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF)
Pc depresi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENDERITA GANGGUAN DEPRESIF)
 
Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)
Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)
Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)
 
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
K3 ifrs (PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ISTALASI RUMAH SAKIT)
 
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
Home pharmacy care (PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH)
 
Buku saku hipertensi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT hipertensi)
Buku saku hipertensi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT hipertensi)Buku saku hipertensi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT hipertensi)
Buku saku hipertensi (PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT hipertensi)
 
PIO Artritis
PIO ArtritisPIO Artritis
PIO Artritis
 
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMKkaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
 
hirarki per uu an, Uu,pp,pkm dan pbom 2017
hirarki per uu an, Uu,pp,pkm dan pbom 2017hirarki per uu an, Uu,pp,pkm dan pbom 2017
hirarki per uu an, Uu,pp,pkm dan pbom 2017
 
Modul statistik spss
Modul statistik spssModul statistik spss
Modul statistik spss
 
Tabel tanaman obat untuk diabetes
Tabel tanaman obat untuk diabetesTabel tanaman obat untuk diabetes
Tabel tanaman obat untuk diabetes
 
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
 
Cpob kel. 7
Cpob kel. 7Cpob kel. 7
Cpob kel. 7
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah kimbal
Makalah kimbalMakalah kimbal
Makalah kimbal
 
Ppt protein
Ppt proteinPpt protein
Ppt protein
 

Recently uploaded

Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 

Recently uploaded (20)

Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 

Skripsi isi obat tradisional diabetes

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan, Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan. Bangsa indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kumala, 2006). Penggunaan obat herbal sebagai alternatif penyembuhan penyakit semakin meningkat di indonesia karena sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa obat herbal tidak mempunyai efek samping. Selama kurun waktu 2000 – 2006 terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional, yang dilakukan untuk pengobatan sendiri ( swamedikasi) dari 15,2 % menjadi 38,30 %. Peningkatan ini terjadi mungkin disebabkan adanya intervensi pemerintah melalui promosi pemanfaatan obat asli indonesia dan penggalakan TOGA (tanaman obat 1
  • 2. 2 keluarga) atau mungkin juga berkaitan dengan peningkatan jumlah industri obat tradisional di indonesia. Penyakit yang biasa ditangani secara swamedikasi dengan obat tradisional biasanya merupakan penyakit-penyakit ringan ( Supardi & susyanty, n.d.). Tidak menutup kemungkinan penggunaan obat tradisional dilakukan oleh pengidap penyakit kronis seperti diabetes militus yang periode pengobatannya cukup lama. Diabetes millitus atau dikenal juga dengan sebutan penyakit kencing manis merupakan salah satu penyakit kronis yang mengharuskan pasiennya selalu memonitoring kadar gula darahnya. Walaupun tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal jika pengelolanya tidak tepat. Pengelola diabetes militus memerlukan penanganan secara multidisiplin yang cukup terapi non-obat dan terapi obat. Pengidap diabetes millitus juga harus selalu mengkosumsi obat untuk menstabilkan kadar gula darahnya ( Ditjen Binafar & Alkes, Depkes RI, 2005). Keadaan pasien diabetes millitus yang tidak kunjung sembuh terkadang menimbilkan rasa bosan dalam berobat dan mulai mencari-cari alternatif pengobatan lain yang dirasa memberikan kenyamanan bagi psikis dan mental. Bagi beberapa kalangan, atas dasar ekonomi alasan tidak mampu mengakses pengobatan moderen, mendorong mereka untuk beralih ke pengobatan tradisional, salah satunya dengan mengkosumsi obat herbal (Mosihuzzan & Choudhar, 2008). Pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima Kecamatan Wera Desa Tawali khususnya, penggunaan tanaman obat sebagai obat tradisional masih sering digunakan sebagai alternatif pengobatan suatu penyakit. Pengolahan
  • 3. 3 tanaman obat sebagai alternatif pengobatan diabetes militus masilah sangat sederhana karena pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima Kecamatan Wera Desa Tawali khususnya, masih sering menggunakan tanaman obat sebagai obat tradisional sebagai antidiabetes. Ditinjau dari masalah tersebut, maka akan diteliti profil penggunaan obat tradisional sebagai antidiabetes pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima Kecamatan Wera Desa Tawali. B. Rumusan masalah Bagaimana gambaran pengguna dan penggunaan obat tradisonal dan tanaman obat apa yang masih digunakan sebagai antidiabetes dan apa alasan masyarakat memilihnya ? C. Tujuan Penelitian Untuk memperoleh gambaran pengguna dan penggunaan obat tradisonal sebagai antidiabetes dan apa alasan masyarakat memilihnya, dan jenis tanaman obat apa yang masih digunakan oleh masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima sebagai obat antidiabetes.
  • 4. 4 D. Manfaat Penelitian 1. Masyarakat Dapat menjadi bahan kajian untuk penambah wawasan bagi Masyarakat untuk menggunakan obat tradisional agar tujuan terapi tercapai sesuai yang diharapkan. 2. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam menyusun skripsi.
  • 5. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tentang Obat 1. Pengertian Obat Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Menurut Katzung (1997), obat dalam pengertian umum adalah suatu substansi yang melaui efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi biologik. 2. Peran Obat Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut: a. Penetapan diagnosa b. Untuk pencegahan penyakit c. Menyembuhkan penyakit d. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan e. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu f. Penigkatan kesehatan g. Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, dkk, 2009) 5
  • 6. 6 3. Penggolongan Obat (Chaerunisaa, dkk, 2009). a. Obat Bebas Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan. Gambar 1. Logo Obat Bebas b. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertaidengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas
  • 7. 7 c. Obat Keras dan Obat Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Gambar 3. Logo Obat Keras dan Obat Psikotropika d. Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan (Depkes, 2006). Gambar 4. Logo Narkotika
  • 8. 8 B. Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994). Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional (Dirjen POM, 1994). Obat tradisional mencakup jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Perbedaan ketiga jenis obat tradisional ini adalah ada tidaknya data pendukung terhadap manfaat obat, yaitu data empiris, data preklinik atau data klinik. Dan ketiga jenis obat tersebut harus melalui standar penilaian yang dilakukan Badan
  • 9. 9 Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga khasiat dan keamanannya terjamin.Pada kategori jamu, biasanya obat tradisional yang satu ini memiliki bukti berupa data empirik, yaitu bukti akan manfaat yang didasarkan pada pengalaman masyarakat yang telah mengkonsumsi jamu secara turun-temurun (Yuningsih, 2012). 1. Penggolongan Obat Tradisional a. Jamu Jamu adalah obat tradisional yang diracik dengan menggunakan bahan tanaman sebagai penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan. Satu jenis jamu yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5 – 10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Walaupun demikian, jamu harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu (Mutmainah, 2014). Jamu hanya dapat dikonsumsi sebagai mencegah, mengurangi atau mengatasi keluhan yang dialami seseorang. Bukan menyembuhkan suatu diagnosa penyakit. Secara umum, jamu dibedakan menjadi dua yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Gambar 5. Logo Jamu
  • 10. 10 b. Herbal Terstandar Herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian- penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis. Gambar 6. Logo Herbal Terstandar c. Fitofarmaka Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan 2005, Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Gambar 7. Logo Obat Fitofarmaka
  • 11. 11 2. Penggolongan Simplisia (Menurut Material Medika, 1995) a. Simplisia Nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia. b. Simplisia Hewani Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. c. Simplisia Pelikan (Mineral) Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia. Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan digunakan dalam campuran obat tradisional karena obat tradisional diperjual belikan secara bebas. Dengan sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan dengan ramuan obat tradisional dapat berakibat buruk bagi kesehatan (Dirjen POM, 1986). C. Tanaman Obat Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat ini sudah lama dimiliki oleh nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara ilmiah. Dan pemanfaatan tanaman obat indonesia akan terus meningkat mengingat
  • 12. 12 kuatnya keterkaitan bangsa indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu, bagian-bagian yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia. 1. Kulit (cortex) Kortek adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu. 2. Kayu (lignum) Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang. 3. Daun (folium) Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan sebagai bahan baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri. 4. Herba Simplisia herba pada umumnya berupa produk tanaman obat dari jenis herba yang bersifat herbaceous. 5. Bunga (flos) Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tungga atau majemuk, bagian bunga majemuk serta komponen penyusun bunga. 6. Akar (radix) Akar tanaman yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari jenis tanaman yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang tinggi. 7. Umbi (bulbus) Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi akar, atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis tanamannya.
  • 13. 13 8. Rimpang (rhizoma) Rhizoma atau rimpang adalah produk tanaman obat berupa potongan- potongan atau irisan rimpang. 9. Buah (fructus) Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar. 9. Kulit Buah (perikarpium) Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang lunak, keras bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi. 10. Biji (semen) Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam- macam tergantung dari jenis tanaman . D. Diabetes 1. Pengertian Diabetes memiliki nama lengkap diabetes mellitus yang secara harfiah bermakna “gula madu”, berasal dari bahasa yunani yang berarti, mengalirkan melalui pipa dengan tekanan atmosfer. Secara eksplisit, kata tersebut menggambarkan dengan tepat mengenai penyakit ini, di mana pada tubuh penderita diabetes, air melewati tubuh seolah-olah dialirkan dari mulut dan
  • 14. 14 langsung keluar melalui saluran kemih. Diabetes juga dikenal kencing manis, sebab air seni seseorang mengandung gula (Wibowo, 2013). Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh karena itu akan menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa. Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nepropati, gangren, dan lainnya (Mihardja, 2009). 2. Jenis-Jenis Diabetes Ada beberapa jenis penyakit diabetes mellitus diantaranya: a. Diabetes Tipe 1 Diabetes tipe ini disebut insulin dependent diabetes mellitus, meliputi sistoma ketoasidosis hingga rusaknya sel β di dalam pangkreas, sehingga pangkreas tidak menghasilkan insulin. Diabetes tipe 1 biasanya muncul sejak usia kanak-kanak. Ada juga yang menderita penyakit ini sejak usia di bawah umur 30 tahun. b. Diabetes Tipe 2 Pada diabetes tipe 2, masalahnya bukan karena pangkreas tidak membuat insulin. Pangkreas tetap bisa memproduksi insulin tetapi jumlah tidak mencukupi atau sebagian besar insulin terserap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.
  • 15. 15 c. Diabetes Tipe 3 Diabetes tipe ini termasuk kategori gestasional, diabetes tersebut terjadi selama masa kehamilan, setelah melahirkan kembali pulih seperti sedia kala ( Wibowo, 2013). 3. Patofisologi (Depkes RI, 2006) a. Diabetes Mellitus Tipe 1 Diabetes tipe ini umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau lengerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun adapula yang di sebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CM Virus, Herpes, dan lainsebagainya. b. Diabetes Mellitus Tipe 2 Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya diabetes tipe 2 antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan. c. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes mellitus gestasional adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer. 4. Gejala Penyakit Diabetes Berikut ini merupakan gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita diabetes mellitus (Tobing dkk, 2008):
  • 16. 16 a. Sering buang air kecil. Tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang air kecil menjadi lebih banyak. Bahkan tidur di malam hari kerap terganggu karena ingin buang air kecil. b. Haus dan banyak minum. Banyaknya urin yang keluar menyebabkan cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air minum meningkat. c. Fatigue/ lelah , muncul karena energy menurun akibat berkurangnya glukosa dalam jaringan dan sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi tidak bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin sehingga orang yang menderita diabetes kekurangan energi. d. Pusing dan berkeringat serta tidak dapat berkonsentrasi. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya kadar gula. Setelah seseorang mengkonsumsi gula, reaksi pankreas meningkat menimbulkan hipoglikemik. e. Meningkatnya berat badan disebabkan terganggunya metabolisme karbohidrat karena hormone lainnya juga terganggu. f. Gatal disebabkan oleh mengeringnya kulit akibat gangguan regulasi cairan tubuh. g. Gangguan imunitas. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah menyebabkan penderita diabetes rentan terhadap infeksi. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel darah putih. h. Gangguan mata. Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang karena kelumpuhan pada otot mata.
  • 17. 17 i. Polyneuropathy atau gangguan sensorik pada saraf peripheral di kaki dan tangan. macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai ketika seseorang pergi ke pelayanan kesehatan dan diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang gambaran klinik dari diabetes mellitus tidak jelas dan baru ditemukan pada saat pemeriksaan skrining atau pemeriksaan untuk penyakit lain (Misnadiarly, 2006). 5. Diagnosis Diagnosis klinik umumnya akan diperkirakan apabila ada keluhan khas diabetes millitus berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dijelaskan penyebabnya. Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes millitus, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini (Depkes RI,2006). Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma 2 jam setelah makan Normal <100 mg/dl <140 mg/dl Pra diabetes 100-125 mg/dl - IFG atau IGT - 140 – 199 mg/dl Diabetes ≥ 126 mg/dl > 200 mg/dl Tabel 1. Kriteria Penegakan diagnosis.
  • 18. 18 6. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi sebagai berikut (Depkes RI, 2005): a. Hipoglikemia Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas, gemetaran, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita lupa makan pagi siang atau malam, berolah raga terlalu berat, mengkosumsi obat diabetes dalam dosis lebih besar dari seharusnya, minum alkohol dan mengkosumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan hipoglikemia. b. Hiperglikemia Hiperglikemia disebabkan antara lain oleh setres, infeksi dan kosumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia di tandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah dan pandangan kabur. c. Makrovaskular Ada 3 jenis komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner ( coronary heart disease), penyakit pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh darah parifer ( peripheral vascular disease).
  • 19. 19 d. Mikrovaskular Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi ( termasuk HbA1c) menyebabkan diding pembuluh darah menjadi makin lemah, rapuh dan terjadi penyubatan pada pembuluh- pembuluh darah kecil. Hal ini yang mendorong komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. 7. Faktor Risiko Faktor risiko atau risk factor merupakan salah satu istilah dari risiko berupa penjabaran dari faktor-faktor determinan epidemiologi suatu penyakit yang menentukan kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko bisa berupa karakteristik, perilaku, gejala, atau keluhan dari seseorang yang tidak menderita yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden sebuah penyakit (Bustan, 2008). Pengukuran faktor risiko diabetes millitus dilakukan terhadap masyarakat yang berusia 20 tahun ke atas sesuai dengan jenis faktor risiko yang disebutkan pada consensus perkenin 2006 (Kemenkes RI, 2008). Ruang lingkup faktor risiko diabetes millitus dibagi atas dua faktor yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi (unmodifiable risk factor), Faktor risiko yang sudah melekat pada seseorang sepanjang
  • 20. 20 hidupnya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko diabetes millitus yang tidak dapat di modifikasi antara lain: 1. Ras dan Etnik Rasa tau etnik yang dimaksud adalah seperti suku atau kebudayaan setempat dimana suku atau budaya dapat menjadi salah satu faktor risiko diabetes millitus yang berasal dari lingkungan. Biasanya, penyakit yang berhubungan dengan ras atau etnik pada umumnya berkaitan dengan faktor genetik dan faktor lingkungan (Masriadi, 2012). 2. Umur Umur merupakan salah satu karakteristik yang melekat pada host atau penderita penyakit. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta sifat resistensi tertentu. Umur juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku, juga karakteristik tempat dan waktu. Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut usia sangat berhubungan dengan perbedaan tingkat keterpaparan dan proses patogenesis (Masriadi, 2012). Diabetes seringkali ditemukan pada masyarakat dengan usia tua karena pada usia tersebut, fungsi tubuh secara fisiologis menurun dan terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal (Gusti & Erna, 2014).
  • 21. 21 3. Riwayat Keluarga Penderita Diabetes Millitus Seorang anak merupakan keturunan pertama dari orang tua dengan diabetes millitus (Ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan). Risikoseorang anak mendapat diabetes millitus tipe 2 adalah 15% bila salah seorang tuanya menderita diabetes millitus dan kemungkinan 75% bilamana kedua-duanya menderita diabetes millitus. Pada umumnya apabilaseseorang menderita diabetes millitus maka saudara kandungnya mempunyai risiko diabetes millitus sebanyak 10% (Kemenkes RI, 2008). Risiko untuk mendapatkan diabetes millitus dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan diabetes millitus. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu (Trisnawati dan Soedijono, 2013). 4. Pernah Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan ≥ 4000 gram Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram dianggap berisiko terhadap kejadian diabetes mellitus baik tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg (4.000 gram/ 9 pounds) biasanya dianggap sebagai pra diabetes(Lanywati, 2001). 5. Riwayat Lahir Dengan Berat Badan Lahirdengan Berat Badan <2500 Gram Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ialah apabila seseorang ketika lahir dengan berat badan <2500 gram.
  • 22. 22 Seseorang yang lahir dengan berat badan lahir rendah dimungkinkan memiliki kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin akan terganggu. Hal tersebut menjadi dasar mengapa riwayat berat badan lahir rendah seseorang dapat berisiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah (Kemenks, 2008). b. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi Faktor risiko yang dapat di modifikasi (Modifiable risk factor) artinya faktor risiko ini akan bisa di hindari dengan memodifikasi atau di siasati dengan tindakan tertentu sehingga faktor risiko itu menjadi tidak ada lagi.Faktor risiko yang bisa di modifikasi : 1. Obesitas Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan hati). Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan (Gusti & Erna, 2014). Indeks masa tubuh orang dewasa normalnya ialah antara 18,5-25 kg/m2. JIka lebih dari 25 kg/m2 maka dapat dikatakan seseorang tersebut mengalami obesitas. 2. Kuranya Aktivitas Fisik Menurut WHO yang dimaksud dengan aktifitas fisik adalah kegiatan paling sedikit 10 menit tanpa henti dengan melakukan kegiatan fisik ringan, sedang dan berat.
  • 23. 23 3. Pola Konsumsi Tidak Sehat Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, usia, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Disamping itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh (Kemenkes RI, 2002). 4. Merokok Merokok merupakan faktor risiko terkenal dalam banyak penyakit, termasuk berbagai jenis kanker dan penyakit kardiovaskular termasuk diabetes millitus. Merokok meningkatkan kejadian diabetes dan memperburuk homeostasis glukosa dan komplikasi diabetes kronis. Dalam komplikasi mikrovaskuler, onset dan perkembangan nefropati diabetes sangat berhubungan dengan merokok. Merokok dikaitkan dengan resistensi insulin, peradangan dan dyslipidemia. Dalam komplikasi makrovaskuler, merokok dikaitkan dengan kejadian 2 sampai 3 kali lebih tinggi kematian. Namun, pencegahan merokok dan berhenti merokok mungkin tidak cukup ditekankan dalam diabetes klinik (Chang, 2012).
  • 24. 24 8. Pencegahan Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diabetes: a. menurunkan berat badan dan mencegah penumpukan lemak dalam tubuh, sebab lemak tersebut menyerap insulin. b. banyak mengkosumsi makanan berserat tinggi yang mengandung banyak glukosa kompleks. c. Mengurangi mengkosumsi makanan berlemak, makanan awetan, dan goreng-gorengan. d. Banyak minum air putih dan olahraga teratur. e. Menghindari stres, mengkosumsi alkohol dan softdring.
  • 25. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian. 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif yang merupakan suatu pendekatan penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, sehingga data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata/ kalimat maupun gambar, wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi, memo ataupun dokumen resmi lainnya ( Irawan, 2011). 2. Jenis Penelitian. Penelitian deskriptif melakukan penelitian taraf deskripsi, yaitu menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai permasalahan yang akan di teliti. Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum ( Wulandari, 2013). 25
  • 26. 26 B. Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dikalangan masyaratat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB). C. Sumber Data. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung ( dari tangan pertama), sementara data skunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudh ada ( Sekaran, 2006). Sumber data dalam penelitian ini adalah yang diperoleh secara langsung dari masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima yang pernah ataupun yang sedang mengalami diabetes millitus. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data siapa sumbernya dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh, apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder). Teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket atau kuesioner dan wawancara. 1. Teknik Kuesioner Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada orang lain
  • 27. 27 yang dijadikan sebagai reponden untuk dijawab. Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya (Sekaran, 2006). 2. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatapmuka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara kuisioner dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada orang lain yang di jadikan sebagai reponden untuk dijawab. Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Karlina, 2013). Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima, yang berjumlah 500 KK.
  • 28. 28 2. Sampel Menurut Sugiyono (2012) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu sampel yang telah ditentukan oleh peneliti seperti masyarakat yang mengidap penyakit diabetes. Menurut Arikunto (2010) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar berfungsi sebagai sampel. Apabila subyek kurang dari 100 maka pengambilan sampel semuanya, apabila lebih dari 100 maka pengambilan cukup 10 –15 % atau 20 –25 %. Dimana sampel yang digunakan sebanyak 50 orang yang mewakili dari 500 populasi. F. Teknik Analisis data Data yang diperoleh dikelola secara manual dan dilihat jumlah pengguna, jenis tanaman, cara penggunaan obat tradisional sebagai antidiabetes dan dinyatakan dalam bentuk presentase. G. Definisi Operasional 1. Profil penggunaan obat yaitu data mengenai jumlah pengguna, jenis obat tradisional dan cara penggunaan obat tradisional anti diabetes di masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima 2015. 2. Obat Tradisional adalah obat secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat
  • 29. 29 bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit 3. Diabetes adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan sehingga terjadi kelonjakan kadar gula dalam darah melebih normal. H. Penggunaan Obat Tradisional Jumlah pertanyaan tentang menggunakan obat tradisonal sebagai antihi diabetes dan tidak menggunakan, sebanyak 15 nomor dengan penelitian ini menggunakan skala Guttman. Menurut Sugiyono (2006) skala Guttman digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang jelas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan, bila jawaban benar diberi skor 1 dan bila jawaban salah diberi skor nol. Rumus (Sugiyono, 2006) I = Keterangan I = Interval R = Range/Kisaran K = Jumlah Kategori Skor = 10 x 1 = 10 (100%) K R
  • 30. 30 Skor = 10 x 0 = 0 (0%) Range = skor tertinggi – skor terendah = 100% - 0% = 100% Kriteria objektif sebanyak 2 kategori yaitu Ya dan Tidak. Interval = range Jumlah Kategori I = 100% 2 = 50% Kriteria Objektif : Ya : Apabila nilai jawaban responden ≥ 50% Tidak : Apabila nilai jawaban responden ≤ 50 %. I. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 8. Kerangka Konsep Pendidikan Pekerjaan Umur Jenis kelamin Obat Tradisional Sebagai Antidiabetes Diabetes
  • 31. 31 keterangan: : Variabel Independen : Variabel Dependen : Variabel Yang Diteliti :Variabel Yang Tidak Diteliti J. Tahapan –Tahapan Penelitian Dan Jadwalnya. Tahap kegiatan (Bulan) Tahun 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan. a. Perencanaan b. Penyusunan proposal 2. Pelaksanaan a. Peermohonan surat isin penelitian. b. Pelaksanaan penelitian 3. Penyusunan a. Pengolahan hasil penelitian Tabel 2. Tahapan –Tahapan Penelitian Dan Jadwalnya Keterangan : : Pelaksanaan Kegiatan
  • 32. 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilaksanakan dilapangan mulai tanggal 25 Maret sampai 10 April di Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima tahun 2015. Penelitian ini dilakukan pada kelompok Masyarakat dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah responden yaitu 50 orang responden diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Gambaran Umum Responden (Profil Pengguna Obat Antidiabetes) Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Profil responden dijelaskan berdasarkan data di bawah ini, data meliputi umur, jenis kelamin, pendidikn dan pekerjaan. a. Umur Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Umur Jumlah (n) Persen (%) Dewasa ( 26 – 45 Tahun) 17 34 Lansia awal ( 46 – 55 Tahun) 24 48 Lansia Ahir ( 56-65 Tahun) 9 18 Total 50 100 % Sumber : Data Primer 32
  • 33. 33 Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa resonden yang memiliki usia kategori lansia awal dapat beresiko lebih besar terkena diabetes berjumlah 24 orang dengan presentase sebesar (48%), kemudia responden yang masuk kategori dewasa berjumlah 17 orang dengan presentase sebesar (34%), yang paling sedikit memiliki reseiko terkena diabetes yang masuk kategori lansia ahir berjumlah 9 orang dengan presentase sebesar (18%). Hal ini di sebabkan oleh banyak faktor terutama kebiasaan hidup yang kurang baik ( obesitas, diet tinngi lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan). b. Jenis Kelamin Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini. Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%) Laki-laki 17 34 Perempuan 33 66 Total 50 100 % Sumber : Data Primer Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah yaitu (66%) berjumlah 33 responden berjenis kelamin perempuan kemudian selebihnya berjumlah 17 orang yaitu (34%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan beberapa faktor di antaranya faktor psikologis dan makanan.
  • 34. 34 c. Pekerjaan Distribusi responden menurut pekerjaan di Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini. Pekerjaan Jumlah (n) Persen (%) Petani 18 36 PNS 12 24 Swasta 7 14 Ibu Rumah Tangga 13 26 Total 50 100 % Sumber : Data Primer Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tertinggi yaitu memiliki pekerjaan sebagai petani berjumlah 18 orang dengan presentase sebesar (36%), kemudian yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga berjumlah (26%), kemudian yang memiliki pekerjaan sebagai pegawe negeri sipil berjumlah 12 orang dengan presentase sebesar (24%), dan responden yang terendah memiliki pekerjaan sebagai swasta berjumlah 7 orang dengan presentase sebesar (14%). d. Pendidikan Terakhir Distribusi responden menurut pendidikan terakhir di Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
  • 35. 35 Pendidikan Terakhir Jumlah (n) Persen (%) Tidak Tamat SD 11 22 SD 3 6 SMP 5 10 SMA 17 34 Perguruan Tinggi 14 28 Total 50 100 % Sumber : Data Primer Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa yang tertinggi memiliki pendidikan terakhir SMA berjumlah 17 responden dengan presentase sebesar (34%), kemudian yang tamat dari perguruan tinggi berjumlah 14 responden dengan presentase (28%), yang tidak tamat SD berjumlah 11 responden dengan presentase (22%) dan yang masuk dalam kategori terendan yaitu pendidikan terakhir SMP dan SD berjumlah 5 dan 3 responden dengan presentase sebesar (10%) dan (6%). e. Penggunaan Obat Tradisional Distribusi responden menurut penggunaan obat tradisional di Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini. Jawaban Responden Jumlah (n) Persen (%) Menggunakan ( ya) 35 70 Tidak Menggunakan (tidak) 15 30 Total 50 100 % Sumber : Data Primer
  • 36. 36 Dari tabel 7 diatas dapat di lihat hampir sebagian besar responden yang mengidap penyakit diabetes millitu menggunakan obat tradisional sebagai terapi penurun gula darah sebesar (70%) berjumlah 35 responden dan yang tidak menggunakan obat tradisional berjumlah 15 responden dengan presentase (30%). Hal ini di karenakan faktor ekonomi dan jauhnya jarak rumah sakit dari tempat tinggal responden. 2. Penggunaan Obat Tradisional Penggunaan obat tradisional pada masyarakat di Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima dilakukan dengan cara memberikan kuesioner atau pertanyaan kepada responden mengenai tanaman apa yang digunakan, bagian apanya yang digunakan, cara pengolahanya dan cara penggunaanyan. a. Penggunaan Obat Tradisional Tunggal Tabel 8. Penggunaan Obat Tradisional Tunggal Sebagai Antidiabetes di Masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera 2015 No Nama Bahan Yang digunakan Bagian yang digunakan Cara Pengolahan Atura Pakai 1 Anggur Hijau Daun Direbus dengan air sebanyak 2 gelas sehingga menjadi 1 gelas kemudian airnya diminum setelah didinginkan. 3 x perhari ½ gelas 2 Ketumbar Daun Daun ketumbar sebanyak 5-10 lembar, kemudian di rebus dengan air secukupnya didiamkan hingga dinginkan lalu diminum. 2 x perhari 1 gelas
  • 37. 37 3 Mimba Daun Daun mimba secukupnya direbus dengan 4 gelas air lalu di minum. 3 x sehari 1 gelas 4 Lamtoro/ pete Biji Digoreng hingga berubah warna kehitaman kemudian ditumbuk dan diseduh dengan air mendidih. 1 x sehari 1 gelas 5 Pinang Buah Direbus buah pinang kemudian didiamkan hingga dingin dan diminum. 2 x sehari 1 gelas 6 Sirsak daun yang muda Direbus dan didiamkan hingga dingin kemudian di minum 1 x sehari ½ gelas 7 Pare Biji Direbus dengan air secukupnya, kemudian diminum. 2 x sehari ½ gelas 8 Sambung nyawa Daun Ambil daun sambung nyawa secukupnya dicuci bersih dimakan seperti lalapan. 1 x sehari 7- 10 helai daun 9 Songga/Bidara Laut Batang Direbus beberapa potong batang hingga mendidih, kemudian diminum 3 x sehari ½ gelas 10 Manggis Kulit buah Kulit buah manggis yang sudah kering, kemudian direbus dengan air secukupnya 2 x sehari 1 gelas 11 Mengkudu Buah Ambil 1 buah mengkudu, kemudian di blender lalu diminum. 1 x sehari 1 gelas 12 Sirih Daun Direbus dengan air secukupnya, kemudian diminum 1 x sehari 1 gelas 13 Songga/ Bidara Laut Batang Hangatkan air secukupnya, kemudian dimasukan ke dalam gelas yang terbuat dari batang songga didiamkan hingga berubah warna lalu diminum. 2 x sehari 1 gelas 14 Jamblang Biji Sediakan sekitar 15 biji jamblang kemudian dikeringkan, sesudah kering di tumbuk baru dimasak kemudian diminum. 2-3 x sehari 1 gelas 15 Lamtoro/pete Biji Digoreng hingga berubah warna kehitaman, kemudian ditumbuk dan diseduh dengan air mendidih. 2 x sehari 1 gelas 16 Kumis Kucing Daun Ambil beberapa helai daun 1 x sehari 1
  • 38. 38 kumis kucing, kemudian cuci bersih lalu direbus, baru diminum. gelas 17 Sirsak Daun Ambil daun sirsak secukupnya, direbus dengan 3 gelas air, lalu diminum. 2 x sehari 1 gelas 18 Lidah Buaya Daun Ambil lidah buaya 1 – 2 helai kemudian di potong dan di rebus dengan 2 gelas air lalu diminum. 2-1 sehari ½ gelas 19 Pare Buah Ambil 1-2 buah pare kemudian di potong-potong, diblender dengan 1 gelas air lalu diminum. 1 x sehari 1 gelas 20 Manggis Kulit buah Sediakan kulit manggis yang sudah kering secukupnya, kemudian dimasak lalu di minum. 3 x sehari 1 gelas 21 Songga/ Bidara Laut Batang Hangatkan air secukupnya kemudian dimasukan ke dalam gelas yang terbuat dari batang songga didiamkan hingga berubah warna lalu diminum. 3 x sehari 1 gelas 22 Sirih Daun Direbus daun sirih 7-10 helai dengan air secukupnya kemudian diminum 2 x sehari ½ gelas 23 Mimba Daun Daun mimba secukupnya direbus dengan 2 gelas air, lalu diminum. 2 x sehari ½ gelas 24 Pinang Buah Ambil 2-4 biji pinang kemudian direbus dengan air 2 gelas. 1 x sehari ½ gelas Sumber: Data Primer
  • 39. 39 b. Penggunaan Obat Tradisional Kombinasi Tabel 9. Penggunaan Obat Tradisional Kombinasi Sebagai Antidiabetes di Masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera 2015 No Nama Bahan Yang digunakan Bagian yang digunakan Cara Pengolahan Atura Pakai 1 Mengkudu Buah Sediakan 1-3 buah mengkudu lalu direbus dengan 2 gelas air, kemudian masukan ke dalam gelas, dan ditambahkan madu 1-2 sendok makan. 2 x perhari ½ gelas Madu 2 Ketumbar Daun Ambil 10 helai daun ketumbar, kemudian direbus bersamaan dengan beberpa potong kayu manis direbus dengan 3 gelas air lalu diminum. 1 x sehari 1 gelasKayu manis Batang 3 Kunyit Rimpang Rebus beberapa potong kunyit kering kemudian ditambahkan bawang putih secukupnya lalu diminum. 1 x sehari 1 gelasBawang putih Umbi 4 Songga/ Bidara Laut Batang Masak batang songga yang sudah dipotong-potong dan kulit manggis dengan air 3 gelas hingga mendidih dimasukan ke dalam gelas dicampur dengan madu 2 sendok 1 x sehari 1 gelas Manggis Kulit Buah Madu 5 Lamtoro/ pete Biji Goreng lamtoro dan kopi secukupnya hingga warna kehitaman, kemudian ditumbuk hingga halus, lalu diseduh dengan air hangat. 3 x sehari ½ gelasKopi Biji 6 Ketumbar Daun Ambil 7-10 helai daun ketumbar kemudian direbus bersamaan dengan kayu manis dengan 2 gelas air lalu diminum. 2 x sehari 1 gelasKayu manis Batang 7 Mimba Daun Sediakan ke tiga jenis daun secukupnya, lalu direbus 3 x sehari 1 gelasBrotowali Daun
  • 40. 40 Kejibeling Daun dengan 3 gelas air kemudian diminum waktu hangat 8 Ketumbar Daun Ambil beberapa helai daun ketumbar, kemudian direbus bersamaan dengan kayu manis dengan 2-4 gelas air lalu diminum. 2 x sehari 1 gelasKayu Manis Batang 9 Mimba Daun Rebus beberpa helai daun mimba hingga mendidih, kemudian dimasukan ke dalam gelas yang terbuat dari batang songga. 1 x sehari 1 gelasSongga/ Bidara Laut Batang 10 Kumis Kucing Daun Sediakan 10 lembar daun kumis kucing, 7 lembar daun sirsak direbus hingga mendidih dengan 4 gelas air. 2 x sehari 1 gelas Daun sirsak Daun 11 Sirsak Daun Ambil 5-7 lembar daun sirsak, kemudian direbus dengan kulit manggis yang sudah kering secukupnya sampai mendidih. 3 x sehari 1 gelasKulit manggis Kulit buah Sumber: Data Primer c. Uraian mekanisme berbagai tanaman obat Nama Tanaman Obat Kandungan Untuk Diabetes Anggur Kandungan gizi anggur antara lain, energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, gula, kalsium, besi, magnesium, fosfor, vitamin, dan kalium. Sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa konsumsi anggur setiap hari dapat memperlambat perkembangan diabetes tipe I dan konsumsi anggur juga dapat mengurangi tekanan darah pada diabetes tipe II dan mencegah resistensi insulin. Ketumbar Ketumbar mengandung minyak atsiri tanin asam malat, kalsium oksalat. Daun ketumbar memiliki efek merangsang kelenjar endokrin, sekresi insulin meningkat dari pankreas yang kemudian meningkatkan insulin dalam darah. Proses ini mengatur asimilasi yang tepat dan penyerapan gula dalam darah. Mimba Kandungan kimia daun mimba antara lain azachdirichtin, minyak gliserda, asam asetiloksituranoe. Dalam buku yang berjudul mimba tanaman multi fungsi, di tulis oleh dr. Sukrasno, tahun 2004. Aktivitas hipoglikemik ekstrak daun mimba setingkat dengan glibenklamid. Glibenklamid merupakan bahan aktif yang berfungsi sebagai antidiabetes. Lamtoro/ Pate Biji lamtoro mempunyai beragam kandungan kimia yang sangat
  • 41. 41 bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Diantaranya yaitu karbohidrat,protein,kalsium,kalium,kromium,kalori,hidratarang,fosfor, vitamin A, B1 , C dan zat besi. Kandungan kimia yang paling tinggi dalam Petai Cina adalah Kalsium dan kalium. Kalium pada Petai cina berperan merangsang pancreas memproduksi insulin, sedangkan Kalsium dalam Petai cina berfungsi untuk meningkatkan kepekaan insulin. Sirsak Beberapa zat atau senyawa yang terkandung di dalam daun sirsak seperti lemak, vitamin A, vitamin B, fruktosa, protein, kalsium senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, steroid dan juga asetogenin inilah yang membantu tubuh untuk mengendalikan kadar gula darah untuk tetap berada pada batas normal. Penelitian febbyola S.moniaga,2014.Subjek penelitian berupa tikus Wistar jantan berjumlah 18 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok, kelompok kontrol negatif dan 5 kelompok tikus Wistar hiperglikemik akibat pemberian alloxan dengan dosis 110 mg/kg berat badan tikus. Tikus hiperglikemik diberi ekstrak daun sirsak dosis 1000, 2000, dan 5000 mg/kg BB tikus, kelompok kontrol positif yang diberi novomix flexpen, dan 1 kelompok hanya diberi alloxan. Data diperoleh dari pemeriksaan kadar gula darah pada semua kelompok tikus Wistar pada hari pertama, hari kedua , hari ketiga pada menit ke-0 ,30, 60, 90, dan menit ke-120. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak mempunyai efek terhadap penurunan kadar gula darah tikus Wistar yang telah diinduksi alloxan. Pare Kandungan yang terdapat pada buah pare adalah energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, C dan air. Pakar nutrisi mengatakan kandungan sufonylurea pada buah pare bersifat hipoglikemik. Sambung Nyawa Zat yang terkandung dalam tanaman sambung nyawa di antaranya senyawa flavanoid, polifenol, minyak atsiridan sterol tak jenuh.Daun sambung nyawa bersifat hipoglikemik. Songga/Bidara Laut Menurut penelitian supriadi dari Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin pada 1986. Riset memakai kelinci itu menguji pengaruh konsentrasi (5, 10, 15, dan 20%) rebusan kayu songga. Hasilnya pemberian konsentrasi 20% sebanyak 5 ml/kg bobot badan (bb) memberikan efek terbesar penurunan gula darah sebesar 43,96%. Penurunan itu terjadi setelah 5 jam konsumsi. Manggis Kandungan mangiferin untuk menurunkan kadar gula darah dan bisa menurunkan kadar resistensi insulin dan Anti oksidan pada kulit manggis bisa mencegah kerusakan pada sel beta pangkreas akibat serangan radikal bebas. Menurut penelitian adinda ayu dyahnugra menunjukkan bahwa ekstrak bubuk simplisia kulit manggis mengandung senyawa antioksidan dengan aktivitasnya sebesar 84.42% yang diketahui total
  • 42. 42 fenol sebesar 41.12 mg GAE/g sampel. Dosis ekstrak kulit manggis yang diberikan selama perlakuan berpengaruh sangat nyata (α = 0,01) pada penurunan kadar glukosa darah, peningkatan berat badan serta peningkatan asupan pakan pada tikus percobaan. Pemberian ekstrak dengan dosis sebesar 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB selama 4 minggu percobaan dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 105.92 mg/dl dan 134.25 mg/dl. Mengkudu Dalam penelitian vivi 2013. hasil analisis sesudah perlakuan didapatkan bahwa rerata kadarglukosa darah sewaktu untuk kelompok kontrol adalah 321,01±12,08 mg/dL dan untuk kelompok perlakuan adalah 272,70±39,16 mg/dL. Analisis kemaknaan dengan uji t- independent menunjukkan terdapat perbedaan secara bermakna (p<0,05) yang berarti ekstrak buah mengkudu berkhasiat terhadap penurunan glukosa darah. Sirih Para ahli pengobatan tradisional telah banyak menggunakan tanaman sirih merah oleh karena mempunyai kandungan kimia yang penting untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Dari buku ”A review of natural product and plants as potensial antidiabetic” dilaporkan bahwa senyawa alko-koloid dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah. Jamblang Dalam buku fakta ilmiah buah dan sayur di tulis dr setiawan dalimartha dan dr. Felix Adrian,2013. Jamblang mengandung fatty oil 3-5% oleic acid mampu menurunkan kadar glukosa dara (hipoglikemik). Kumis Kucing Tanaman ini mengandung orthosiphon glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, garam kalium dan miyoinositol.menurunkan kadar gula darah. Buku atlas tumbuhan obat indonesia. Di tuli oleh dr. Setiawan dalimartha. Jilid 2, 2006.Pemberian infusa kombinasi daun kumis kucing dan daun sambiloto 0,129 g/kg bb dan 0,3 g/kg bb mampu menurunkan kadar gula dara. Lidah Buaya Mengandung asam amino, air, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, enzim, hormon dan masih banyak kandungan lainnya. Dalam penelitian arisyi sunu pradono, 2011. Pemberian decocta daun lidah buaya (Aloe vera L.) pada dosis 2,5 ml, 5 ml, dan 10 ml dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban glukosa. Efek hipoglikemik decocta daun lidah buaya (Aloe vera L.)dengan dosis diatas kurang kuat bila dibandingkan efek hipoglikemik Glibenklamid 0,126 gr. Kunyit Penelitian khairi amruddin, 2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan kadar glukosa darah yang signifikan pada semua
  • 43. 43 kelompok perlakuan. Terdapat kematian hewan uji pada kelompok kontrol positif (dosis tungal glibenklamid) dan kelompok perlakuan 3 (kombinasi glibenklamid+ekstrak 500 mg).Proses penurunan kadar glukosa darah cukup baik dan efektif terjadi pada kel ompok perlakuan 1 (kombinasi glibenklamid+ekstrak 150 mg). Kombinasi glibenkalimid dan ekstrak kunyit cukup efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih sebagai model diabetes tipe 2. Kayu Manis Kayu manis mengandung minyak atsiri, damar, zat penyamak, eugenol, dafrole, tannin, kalsium oksanat dan sinamadehid. Kayu manis mampu meningkatkan sentivitas insulin dalam darah, sehingga akan banyak glukosa yang digunakan darah untuk diubah menjadi energi. B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan obat tradisional sebagai antidiabetes di masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima 2015. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 50 responden yang diambil secara Purposive Sampling menggunakan 15 pertanyaan masing-masing pada penggunaan obat tradisional sebagai antidiabetes. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima menggunakan obat tradisional sebagai antidiabetes karena mudah didapatkan dan ekonomis, didukung oleh hasil penelitian Santoso dkk, (2000) menunjukkan bahwa alasan pasien diabetes melitus berobat ke pengobatan tradisional karena biaya yang lebih murah dibandingkan pengobatan konvensional,cocok, pelayanan yang baik, biasa kepengobatan tradisional, takut ke pelayanan kesehatan konvensional, ketakuan akan efek samping karena obat konvensional yang
  • 44. 44 mengandung bahan kimia, dan ke pelayanan kesehatan konvensional belum sembuh. Pengobatan tradisional yang dilakukan penderita diabetes melitus dengan menggunakan tanaman obat mempunyai fungsi untuk mengendalikan atau mengontrol gula darah, mencegah timbulnya komplikasi diabetes dan memperbaiki kerusakan jaringan sel (Pahandayani, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa responden yang menggunakan obat tradisional lebih tinggi jumlahnya sebesar 70% dibandingkan yang tidak menggunakan obat tradisional sebesar 30% responden.
  • 45. 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa tanaman yang banyak digunakan sebagai antidiabetes adalah bidara laut, sirsak, ketumbar, lamtoro, mimba dan mengkudu. B. SARAN Adanya penelitian lebih lanjut mengenai profil penggunaan obat tradisional anti diabetes yang komplikasi dengan penyakit lain. 45
  • 46. 46 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta BPOM RI. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Jakarta : Kepala BPOM. Bustan, Nadjib. 2008. 505 Tanya Jawab Epidemiologi. Makassar:Putra Asaad Print. Chaerunisaa, Y. A. Surahman, E. dan Soeryati, S. 2009. Farmasetika Dasar, Konsep Teoritis Dan Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjadjaran. Bandung. Chang, Sang Ah. 2012. Smoking and Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes & Metabolism Journal. Volume 36 :399-403. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan. Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta. Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. CetakanKeenam.Jakarta:Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Halaman 92-94, 195-199. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.(2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Militus. Jakarta. Dirjen POM, (1994) “ Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB)”, Jakarta. Ditjen POM.(1986). Sediaan Galenik. Jilid II.Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman 19 - 22. 46
  • 47. 47 Gusti & Erna. 2014. Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah.Volume 8. No.1 : 39- 44. Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta:Penerbit Grasindo Irawan Edi. 2011. Pola Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien Umum Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Mataram. Universitas Muhammadiyah Mataram. Karlina Nova. 2013. Evaluasi Ketepatan Obat Anti Dislipidemia Pada Pasien Dislipidemia Rawat Inap di RSUD dr.Moewardi Surakarta Periode Januari – Desember 2013. Surakarta. Universitas Sebelas maret Surakarta. Katzung, Bertram, G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik , EdisiKe6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 737-741. Kemenkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI. 2008. Pedoman Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes elitus. Direktorat PPTM Ditjend PP&PL. Kumala Sari,L.O. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan Keamanannya. Program Studi Farmasi universitas Jember. Jember. Ladywati, Endang. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Masriadi. 2012. Epidemiologi. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Mihardja, Laurentia. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.59. No.9 : 418-424. Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi. Jakarta:Pustaka Populer Obor. Mosihuzzaman, M., Choundary M. I. (2008). Protocols on Safety, Efficacy, Standardization, and documentation of Herbal Medicine. IUPAC Technical Report,80,2195-2230.
  • 48. 48 Mutmainah, 2014. Karakteristik penggunaan obat modern dan obat tradisional berdasarkan pengetahuan masyarakat di desa teteuri kecamatan Sabbang kabupaten luwu utara Tahun 2014. Sekolah tinggi ilmu kesehatan (stikes)Bhakti pertiwi luwu raya : Palopo. Pahandayani, putri.2014 faktor - faktor yang berhubungan dengan pemilihan pengobatan alternatif jamu pada pasien diabetes melitus di rumah riset jamu hortus medicus tawangmangu. Program studi kesehatan masyarakatfakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah surakarta. Santoso, S. S, Imam. W dan Kasnodiharjo. 2000. Profil Penderita Diabetes Melitus yang Berobat ke PengobatTradisional di DKI Jakarta, diYogyakarta, dan Surabaya. Bulletin Penelitian Kesehatan, Vol. 27. No. 3 dan 4- 1999/2000. Sekaran Uma.2006.Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta :Selemba Empat. Sugiono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R n D. Alfabeta. Bandung. Supardi, S., & Susyanty, A.L (n.d). Penggunaan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri Di Indonesia. Tobing, Ade dkk. 2008. Care Your Self : DiabetesMellitus. Jakarta: Penebar Plus. Trisnawati , Shara Kurnia dan Soedijono Setyorogo. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol.5 No.1 : 6- 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Katzung, Bertram, G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik , Edisi Ke6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 737-741. Wulandari Putri. 2013. Studi Pengobatan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Militus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Inap dr. Soebandi. Jember. Universitas Jember. Wibowo S. 2013. Herbal Ajaib Tumpas Macam-Macam Penyakit (Asam URat, Diabetes, Darah Tinggi, Ginjal, Liver, Kanker, dll). Jakarta: Pustaka Makmur. Yuningsih, Rahmi.2012.Pengobatan Tradisional di Unit Pelayanan Kesehatan.Info singkat Kesejahteraan sosial.
  • 49. 49 L A M P I R A N
  • 51. 51 Lampiran 2. Rekomendasi Ijin Penelitian dari Kecamatan Wera Kabupaten Bima
  • 52. 52 Lampiran 3. Quiesioner Gambaran Profil Pengguna Obat Tradisional QUESIONER I GAMBARAN PROFIL PENGGUNA OBAT TRADISIONAL DI DESA TAWALI KECAMATAN WERA KABUPATEN BIMA No. Urut Responden : Tanggal Wawancara : Karakteristik Responden (√ ) 1) Nama : 2) Alamat : 3) Jenis Kelamin : L/P 4) Umur : ……….. Tahun 5) Pendidikan : tidak tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi / Akademi 6) Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 7) Pekerjaan Mahasiswa/mahasiswi Petani Pegawai negeri sipil Pegawai swasta Ibu rumah tangga Lain-lain
  • 53. 53 NO PERTANYAAN JAWABAN YA TIDAK 1 Apakah anda tahu tentang penyakit diabetes? 2 Apakah anda menggunakan obat tradisional untuk penyakit diabetes? 3 Apakah anda sering menggunakan obat tradisonal sebagai penurun gula darah? 4 Apakah anda mengetahui secara jelas khasiat / kegunaan dari tanaman obat yang anda gunakan? 5 Apakah anda mengetahui cara mengolah bahan tersebut sehingga dapat dijadikan obat tradisional? 6 Apakah ada efek samping yang anda rasakan setelah mengkonsumsi obat tradisional tersebut? 7 Apakah setelah anda menggunakan obat tradisional, gula darah anda normal? 8 Apakah anda lebih memilih obat tradisional dibandingkan obat kimia (moderen) sebagai penurun gula darah?
  • 54. 54 Lampiran 4. Quiesioner Penggunaan Obat Tradisional QUESIONER II PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL SEBAGAI ANTIDIABETES 1. Tanaman obat apa yang sering anda gunakan sebagai antidiabetes? ........................................................................................................................ ..... 2. Apakah satu tanaman obat saja yang anda gunakan dan tidak ada campuran dari tanaman lainnya yang anda gunakan sebagai antidiabetes? ........................................................................................................................ ..... 3. Bagaimana cara pengolahan tanaman obat tradisional yang anda lakukan agar tanaman tersebut dapat digunakan sebagai antidiabetes? ........................................................................................................................ ..... 4. Bagaimana aturan pakai penggunaan obat tradisional yang anda terapkan? ........................................................................................................................ ..... 5. Apakah hanya tanaman obat tradisional saja yang anda gunakan sebagai antidiabetes dan tidak ada obat lain yang anda gunakan? ...................................................................................................................... 6. Bagian apa yang anda manfaatkan dari tanaman tersebut sebagai obat antidiabetes? ........................................................................................................................ ..... 7. Kenapa memilih obat tradisional sebagai terapi antidiabetes? ........................................................................................................................ .....
  • 55. 55 Lampiran 5. Master Tabel Profil Penggunaan Obat Tradisional Sebagai Anti Diabetes di Masyarakat Desa Tawali. MASTER TABEL No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Jenis Pekerjaan Penggunaan obat tradisional Kriteria (1 dan 0) 1 P 36 Peguruan Tinggi PNS 0 2 L 49 Tidak Sekolah PETANI 1 3 P 40 Peguruan Tinggi PNS 1 4 P 62 SMA PETANI 1 5 P 53 Peguruan Tinggi SWASTA 1 6 P 50 SMA PETANI 1 7 L 44 SMA PETANI 1 8 L 49 SD PETANI 1 9 P 65 Tidak Sekolah PETANI 1 10 P 40 SMA IBU RT 0 11 L 35 Peguruan Tinggi PNS 1 12 P 53 SMA PETANI 1 13 P 55 SMA PETANI 0 14 L 42 SMA PETANI 0 15 P 50 Tidak Sekolah IBU RT 1 16 P 56 Tidak Sekolah IBU RT 1 17 P 50 SMA IBU RT 1 18 L 45 SMA PNS 1 19 P 35 Peguruan Tinggi SWASTA 0 20 L 48 Peguruan Tinggi PNS 0 21 L 46 Peguruan Tinggi PNS 1 22 L 38 SD SWASTA 1 23 P 36 SMP PETANI 1 24 P 51 Tidak Sekolah PETANI 1 25 P 49 Tidak Sekolah PETANI 1 26 L 60 SD SWASTA 0 27 P 47 SMA IBU RT 1 28 P 51 Peguruan Tinggi SWASTA 0 29 P 40 Peguruan Tinggi PNS 1 30 L 49 SMP SWASTA 0 31 P 48 SMP IBU RT 1 32 P 63 Tidak Sekolah PETANI 1 33 L 34 SMA SWASTA 0
  • 56. 56 34 P 44 Tidak Sekolah PETANI 1 35 P 65 SMP IBU RT 1 36 L 60 Peguruan Tinggi PETANI 1 37 P 48 SMA IBU RT 1 38 P 46 SMA IBU RT 1 39 L 55 SMA PETANI 1 40 P 50 Peguruan Tinggi PNS 0 41 P 54 Peguruan Tinggi PNS 0 42 P 40 SMA IBU RT 1 43 P 35 Tidak Sekolah IBU RT 1 44 P 51 Peguruan Tinggi PNS 0 45 P 39 Tidak Sekolah IBU RT 1 46 L 59 SMA PETANI 0 47 L 35 SMA PETANI 1 48 P 51 SMP PNS 0 49 P 56 Tidak Sekolah IBU RT 1 50 L 36 Peguruan Tinggi PNS 1 Keterangan: Penggunaan Obat Tradisional Sebagai Anti Diabetes Kreteria Skor Ya 1 Tidak 0