2. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan
basin, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress
regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu.
Secara garis besar perkembangan tektonik Pulau Jawa tidak berbeda banyak dengan
perkembangan Pulau Sumatra. Hal ini disebabkan disamping keduanya masih
merupakan bagian dari batas tepi lempeng Mikro Sunda, jugakarena masih berada
dalam sistim yang sama, yaitu interaksi konvergen antaralempeng India-Australia dan
Lempeng Eurasia demgam lempeng Mikro Sunda.
Perbedaan utama dalam
pola interaksi ini terletak
pada arah mendekatnya
lempeng India-Australia
ke lempeng Sunda.
Di Jawa, arah tersebut
hadir hamir rtegak lurus.
3.
4. 1. Jawa Barat
• Secara fisiografi, van Bemmelen (1970) telah membagi daerah Jawa bagian barat
menjadi lima jalur fisiografi. Pembagian zona fisiografi daerah Jawa bagian barat
tersebut yaitu :
1. Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta
2. Zona Bogor
3. Zona Bandung
4. Zona Pegunungan Bayah
5. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat
5. 1. Zona Jakarta (Pantai Utara)
Northwestern Basinal Area
menempati bagian utara Jawa membentang barat-timur
mulai dari Serang, Jakarta, Subang,
Indramayu hingga Cirebon. Sebagian besar
tertutupi oleh endapan alluvial yang terangkut oleh
sungai-sungai yang bermuara ke Laut Jawa seperti
Ci Tarum, Ci Manuk, CI asem serta endapan lahar
dari G.Tangkuban Perahu, G.Gede, dan
G.Pangranggo menutupi zona sebagian dalam
bentuk vulkanik alluvial fan (endapan kipas alluvial)
khususnya yang berbatasan dengan zona Bandung.
6. 2. Zona Bogor
(Bogor Through)
Menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai Jakarta,
membentang mulai dari Tangerang, Bogor, Purwakarta,
Sumedang, Majalengka dan Kuningan. Zona Bogor
umumnya bermorfologi perbukitan yang memanjang
barat-timur dengan lebar maksimum sekitar 40 km.
Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan
batuan beku baik intrusif maupun ekstrusif. Morfologi
perbukitan terjal disusun oleh batuan beku intrusif,
seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan
Sanggabuana, Purwakarta. Van Bemmelen (1949),
menamakan morfologi perbukitannya sebagai
antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran.
7.
8. 3. Zona Bandung
(Modern Volcanic Arc)
Zona Bandung yang letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki
lebar antara 20 km hingga 40 km, membentang mulai dari
Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung hingga
Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan
curam yang dipisahkan oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van
Bemmelen (1949) menamakan lembah tersebut sebagai depresi
diantara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh tektonik
(intermontane depression). Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri
atas batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih secara tidak
selaras oleh batuan vulkanik berumur Kuarter. Akibat tektonik yang
kuat, batuan tersebut membentuk struktur lipatan besar yang disertai
oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin
Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan
berakhir (van Bemmelen, 1949). Contoh patahan Lembang, Kab
Bandung Barat, Jabar.
9. 4. Zona Pegunungan Selatan
(Southern Slope Regional Uplift)
Zona Pegunungan Selatan terletak di bagian selatan
Zona Bandung. Pannekoek, (1946), menyatakan
bahwa batas antara kedua zona fisiografi tersebut
dapat diamati di Lembah Cimandiri, Sukabumi.
Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri
yang merupakan bagian dari Zona Bandung
berbatasan langsung dengan dataran tinggi (pletau)
Zona Pegunungan Selatan. Morfologi dataran tinggi
atau plateau ini, oleh Pannekoek (1946) dinamakan
sebagai Plateau Jampang.
10. 5. Zona Pegunungan Bayah
(Banten Block)
5. Zona Pegunungan Bayah, zona ini terletak
bagian barat daya Jawa Barat. Morfologi yang
didapat dijumpai pada Zona Pegunungan Bayah
berupa kubah dan punggungan yang berada
pada zona depresi tengah.
Banten blok: bagian paling barat pulau Jawa yang
dapat dibagi ke dalam platform Seribu karbonat di
utara, Rangkas Bitung sedimen sub-DAS, dan Bayah
tinggi di selatan. di barat ada minor rendah dan
tertinggi disebut Ujung Kulon dan hinje kulon tinggi
dan Ujung dan barat Malingping rendah.
11. 2. Jawa Timur 1. Lereng utara meliputi Zona Rembang dan zona
transisi Randublatung
2. Zona Kendeng merupakan kemenerusan Zona
Bogor di sebelah timur, yang merupakan sebuah
cekungan laut dalam yang stabil.
3. Busur Vulkanik Modern
4. Lereng Selatan, wilayah pengangkatan regional.
batuan pembentuknya terdiri atas siliklastik,
volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat.
Secara umum Jawa Timur
dapat dikelompokkan
kedalam 4 propinsi tektonik
dari utara ke selatan, yaitu
(Yulihanti, dkk., 1995 dalam
Darman dan Sidi, 2000):
12. 1. Lereng Utara
(Northern Slope)
Lereng Utara meliputi Cekungan Jawa Timur Laut yang
terletak di antara Craton Sunda sampai utara dan busur
vulkanik ke selatan (Jawa Aksial Rentang). Cekungan dapat
diklasifikasikan sebagai cekungan busur belakang klasik. Hal ini
sebagian besar terdiri dari rak tanjung mencelupkan lembut
selatan, yang ditutupi oleh bagian stratigrafik relatif tipis (rata-rata
kurang dari 1850 meter). Sebaliknya, daerah cekungan
yang dalam berisi lebih dari 9000 meter sedimen. Konfigurasi
struktural dari bagian barat Cekungan Jawa darat TL subbasins
incluse dengan dua orientasi yang berbeda. Kecenderungan
Melalui Pati NE-SW, EW sedangkan subbasins Cepu dan
Bojonegoro yang selaras. Orientasi NE-SW Palung Pati
menggambarkan pengembangan struktur graben setengah
assymmetrical (Yulihanto et al, 1995).
13. 2. Zona Kendeng
(Kendeng Through)
Palung Kendeng adalah wilayah sangat dilipat dan kadang-kadang sangat
menyalahkan, terletak di selatan lereng utara. Penataan yang sangat baru dan mungkin
masih aktif.Sumbu Lipat berorientasi dalam timur ke arah barat; indikator bahwa rantai
vulkanik yang berdekatan dan paralel, setidaknya sebagian, bertanggung jawab untuk
kompresi. Zona Kendeng dapat dibagi menjadi timur dan wilayah barat, kira-kira dibagi
di lokasi bagian Bengawan Solo di Ngawi tonjolan. Timur dari sini lipatan yang ketat
tetapi biasanya tidak menyalahkan, setidaknya tidak di permukaan. Perhatikan bahwa
ke timur dari Ngawi usia sedimen outcropping di zona ini akan terus muda. Di timur,
selatan Surabaya, lipatan hampir hilang di bawah aluvium terbaru dan bahkan
Pleistosen jarang tanaman keluar.Barat Ngawi, menuju Semarang, mengekspos lipatan
batuan setua Miosen Awal dan banyak patahan telah dipetakan. Ini timur - barat
variasi dalam penataan mencerminkan tren anomali gravitasi, dengan nilai-nilai
gravitasi terendah di barat dari zona tersebut.Kompleksitas dan ketebalan sedimen
Tersier di bagian barat Zona Kendeng, serta berundulasi permukaan, diakui dari
seismik.
14.
15. 3. Busur Vulkanik Modern
(Modern Vukcanic Arc)
Aktivitas vulkanik dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok dari umur radiometrik dan posisi secara
geografik (Bellon et. Al., 1990). Busur vulkanik
dimungkinkan tidak terbentuk sejak pertengahan atau
akhir oligicene. Aktivitas periode pertama pada 40 sampai
19 MYBP atau pada eocene tengah sampai pertengahan
miocene. Fase kedua merupakan periode yang substansial
dari 19 sampai 11 MYBP (Pertengahan- awal miocene
samapai pertengahan miocene). Pada fase ini
dimungkinkan berhubungan dengan awal adri Busur
Sunda modern. Fase akhir dimulai sekitar 3 MYBP dan
menerus sampai saat ini.
16. 4. Lereng Selatan
(Southern Slope Regional Uplift)
• Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran
Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan utara,
sedangkan di sebelah timur oleh Waduk
Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan
oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara
Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta
dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian
utara berupa gawir Baturagung. Bentuk
Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur
sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-selatan
mempunyai lebar lk. 40 km (Bronto dan
Hartono, 2001).
17. • Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona
Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk.,
1997 dalam Bronto dan Hartono, 2001). Subzona Baturagung terutama terletak di
bagian utara, namun membentang dari barat (tinggian G. Sudimoro, ± 507 m,
antara Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung, ± 828 m), hingga ke sebelah timur (G.
Gajahmungkur, ± 737 m). Di bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk
tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung (± 706 m) dan G. Gajahmungkur (± 737
m). Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng
antara 100 – 300 dan beda tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun
oleh batuan asal gunungapi.
• Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian
tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya.
Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara,
sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung
Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat dan
menyatu dengan K. Opak (lihat Gambar 2.2). Sebagai endapan permukaan di
daerah ini adalah lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan
dasarnya adalah batugamping.
• Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu
bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut
dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga,
luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping serta
aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai
Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur.
18. Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya
merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah
selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup
kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55
km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah
selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan
Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut
Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas
kurang lebih 1400 km2 (Lehmann. 1939). Sedangkan
antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh
batugamping (limestone) juga tersusun oleh batuan hasil
aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain
granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949).
19. 3. Cekungan Jawa Tengah-Selatan
(South Central Java Basin)
• Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis
Jawa Tengah dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
• 1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan
• 2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona
Depresi
• 3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato
• Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari
zona Jawa Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo
merupakan salah satu plato yang sangat luas yang terkenal dengan
nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948). Daerah ini
merupakan daerah uplift yang memebentuk dome yang luas. Dome
tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar
32 km yang melintang dari arah utara - selatan, sedangkan lebarnya
sekitar 20 km pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome
tersebut diberi nama Oblong Dome.
20. 4. Busur Magmatik
(Magmatic Arc)
Pulau Jawa merupakan bagiand dari busur
magmatik yang ada di Indonesia. Sehingga
sepanjang Pulau Jawa terdapat gunung api aktif dan
tidak. Hal ini dapat dilihat dari morfologinya yang
berupa pegunungan dan perbukitan. Busur
magmatik ini diakibatkan adanya subduksi yang
memanjang dari barat Sumatera hingga selatan
Jawa. Busur ini diakibatkan peleburan batuan yang
berada di zona subduksi. Peleburan inilah yang
mengangkat naiknya magma mendesak batuan
yang ada di atasnya sehingga terbentuk gunungapi.
Contoh daerah Banten.
21. 5. Quarternary
Deposits
Batuan kuarter di Jawa dapat dikelompokkan menjadi hasil vulkanik dan tidak vulkanik. Di
Jawa Barat sedimen kuarter yaitu Citalang, Tambakan dan Formation Ciherang di
lingkungan lapisan non-marine. Formasi Citalang dan Tambahan persebaran pusat Jawa
Barat, dan Formasi Ciherang berada di utara Jawa.
22.
23. DAFTAR PUSTAKA
• http://geologitfugm.blogspot.com/
• http://anggajatiwidiatama.wordpress.com/2013/06/15/struktur-geologi-
regional-serayu-selatan/
• http://orion-sadewa.blogspot.com/2009/03/basin-jawa-timur.html
• http://thespymachine-rizkiboy.blogspot.com/2011/10/geologi-indonesia-
jawa-laut-jawa.html
• http://geoenviron.blogspot.com/2011/11/sejarah-geologi-pegunungan-
selatan-jawa.html
• http://earthfactory.wordpress.com/2009/06/18/fisiografi-regional-jawa-
bagian-barat-van-bemmelen/
• http://jsbudiman.wordpress.com/category/uncategorized/
• Darman dan Sidi. 2000. The Geology Of Indonesia. Jakarta :IAGI
24. Nama Kelompok 3:
1. Utami A610120007
2. Nurul Fahminingrum A610120011
3. Swastika Nugraheni A610120026
4. Seno W A610120020
5. Hernanda A610120004
6. Lail A610100041