2. What?
Landasan Teori:
1. Jarak lokasi pertanian ke pasar
2. Sifat produk pertanian (keawetan, harga, beban angkut, dll)
“tinggi rendahnya sewa tanah (land-rent) menjadi penentu utama pemilihan
lokasi atau penggunaan tanah (land-use)”
3. Who?
Johann Heinrich von Thünen (lahir
di Wangerland, 24 Juni 1783 –
meninggal 22 September 1850 pada
umur 67 tahun) adalah ekonom
terkemuka abad ke-19. Von Thünen
merupakan tuan tanah
di Mecklenburg(Jerman Utara), di mana
karyanya The Isolated State (1826),
mengembangkan perlakukan serius
yang pertama terhadap ekonomi
spasial, yang menghubungkan hal
tersebut dengan teori sewa tanah.
4. Asumsi Model Von Thunen
1. Wilayah analitis bersifat terisolir (isolated state)
2. Bersifat single market, single destination, dan maximum oriented
3. Tipe pemukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar)
4. Biaya transportasi meningkat bersamaan dengan jarak terhadap pasar
5. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah, topografi, jenis transportasi,
dan atribut lingkungan yang seragam
6. Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya)
7. Kecuali perbedaan jarak ke pasar, semua faktor alamiah yang
mempengaruhi
8. Penggunaan tanah adalah seragam dan konstan
5. Klasifikasi Zona
1. Zona 1: paling mendekati kota/pasar, diusahakan tanaman
yang mudah rusak (highly perishable), seperti sayuran dan
kentang (freecash cropping)
2. Zona 2: merupakan hutan dengan hasil kayu(foresting)
3. Zona 3: menghasilkan biji-bijian seperti gandum,dengan
hasil yang relatif tahan lama dan ongkos transportasi murah
4. Zona 4: merupakan lahan garapan danrerumputan yang
ditekankan pada hasil perahan seperti susu, mentega dan keju.
5. Zona 5: untuk pertanian yang berubah-ubah, dua sampai
tiga jenis tanaman
6. Zona 6: berupa lahan yang paling jauh dari pusat, digunakan
untuk rerumputan dan peternakan domba dan sapi.
6. Pola Penggunaan Lahan dari Von
Thunen
Di sekitar kota akan ditanam produk-produk yang kuat
hubungannya dengan nilai (value). Selain itu juga ditemukan
produk yang mudah rusak, sehingga harus digunakan secara
cepat.
Semakin jauh dari kota lahan akan secara progresif
memproduksi barang.
Terbentuk lingkaran konsentrik disekeliling kota, dengan
produk pertanian utama tertentu. Setiap lingkaran produk
pertanian memiliki sistem pertanian yang berbeda.
7. Rumus Von Thunen
R = E ( p – a ) – E. f. k
Keterangan:
R = Rent (produktivitas lahan)
E = Produksi per unit area
p = Harga per unit komoditi
a = Biaya produksi per unit komoditi
f = Ongkos angkut per unit jarak per unit komoditi
k = Jarak terhadap pasar
8. Studi Kasus
Petani A dan B menanam jeruk dengan hasil panen 2 ton/ha, sedangkan
harga jeruk di pasar Rp. 5 juta/ton dan biaya produksi Rp. 1.5 juta/ton. Untuk
mengangkut jeruk ke pasar diperlukan biaya Rp. 100 ribu/ton/km. Berapa
produktivitas lahan maksimum di lahan A dan B bila jarak A ke pasar adalah 1
km dan B adalah10 km?
Jawaban:
(A)
R = E (p–a) – Efk
R = 2 (5–1.5) – (2)(0.1)(1)
R = 7 – 0.2
R = 6.8
(B)
R = E (p–a) – Efk
R = 2 (5–1.5) – (2)(0.1)(10)
R = 7 – 2
R = 5
9. Kelebihan Teori Von Thunen
Merupakan model keseimbangan yang sifatnya parsial, tidak memuat
interelasi antara variabel yang telah di khususkan, perhitungan akan susah
dilakukan bila terjadi perubahan di masa mendatang.
Tidak memperhatikan faktor non ekonomis yang mempengaruhi produksi.
Tidak memperhitungkan perbedaan luas perusahaan pertanian atau luas
pasaran yang tak menghasilkan ekonomi berskala produksi atau pasaran
yang bersangkutan sehingga dapat merusak zona tata guna lahan
10. Kekurangan Teori Von Thunen
a) Keterkaitannya pada waktu;
b) Keterkaitannya pada wilayah karena:
• Kemajuan di bidang transportasi telah menghemat banyak waktu dan uang
(mengurangi resiko busuk komoditi);
• Adanya berbagai bentuk pengawetan, memungkinkan pengiriman jarak jauh
tanpa resiko busuk;
• Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak
terpengaruh pada kota;
• Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut
pemasaran (tidak selalu memanfaatkan jasa kota dalam pemasarannya).