Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Economic Industrial Agglomeration became main trend of today economic geography. This phenomenon happens due to globalization and spatial integration of economic activities in global scale. While common economic analysis relied so much to macroeconomics indicator, does it will be better if we consider regional aspects of today economy?
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
Economic Industrial Agglomeration became main trend of today economic geography. This phenomenon happens due to globalization and spatial integration of economic activities in global scale. While common economic analysis relied so much to macroeconomics indicator, does it will be better if we consider regional aspects of today economy?
EKONOMI REGIONAL - PUSAT PERTUMBUHAN
1. DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PUSAT PEMBANGUNAN
2. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PERENCANAAN
3. PEMBANGUNAN WILAYAH
4. AGLOMERASI
5. LANGKAH PENDIRIAN PUSAT PERTUMBUHAN
6. PERMASALAHAN PUSAT PERTUMBUHAN SERTA
7. PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
8. PENERAPAN KONSEP PUSAT PERTUMBUHAN
9. STUDI KASUS
Mulai edisi tahun 2014, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia akan dilakukan dengan metodologi yang sedikit berbeda, yaitu dengan memakai angka Harapan Lama Sekolah dan Produk Nasional Bruto per kapita untuk menggantikan Angka Melek Huruf dan Produk Domestik Bruto sebagai indikator penghitungan IPM. Selain itu, agregasi angka IPM tidak lagi menggunakan rata-rata aritmatik, tetapi menggunakan rata-rata geometrik.
DI dalam slide ini dijelaskan mengenai pengertian migrasi penduduk, jenis-jenis migrasi, faktor-faktor yang mendorong terjadinya migrasi, dan dampak positif dan negatif dari migrasi penduduk.
EKONOMI REGIONAL - PUSAT PERTUMBUHAN
1. DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PUSAT PEMBANGUNAN
2. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PERENCANAAN
3. PEMBANGUNAN WILAYAH
4. AGLOMERASI
5. LANGKAH PENDIRIAN PUSAT PERTUMBUHAN
6. PERMASALAHAN PUSAT PERTUMBUHAN SERTA
7. PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
8. PENERAPAN KONSEP PUSAT PERTUMBUHAN
9. STUDI KASUS
Mulai edisi tahun 2014, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia akan dilakukan dengan metodologi yang sedikit berbeda, yaitu dengan memakai angka Harapan Lama Sekolah dan Produk Nasional Bruto per kapita untuk menggantikan Angka Melek Huruf dan Produk Domestik Bruto sebagai indikator penghitungan IPM. Selain itu, agregasi angka IPM tidak lagi menggunakan rata-rata aritmatik, tetapi menggunakan rata-rata geometrik.
DI dalam slide ini dijelaskan mengenai pengertian migrasi penduduk, jenis-jenis migrasi, faktor-faktor yang mendorong terjadinya migrasi, dan dampak positif dan negatif dari migrasi penduduk.
Landasan dari teori lokasi adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi. Dalam studi tentang wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah permukaan baik yang berada diatasnya maupun dibawahnya. Lokasi menggambarkan posisi dalam ruang tersebut (dapat ditentukan bujur dan lintangnya).
Teori lokasi mempelajari analisa keruangan dan aplikasinya yang dapat dipahami melalui hubungan politis dan ekonomis antara satu daerah dengan daerah yang lain, bentuk hubungan sosial ekonomi serta dapat memahami bagaimana bagaimana suatu daerah-daerah berkembang berhubungan dengan daerah yang lain. Analisis pola keruangan yang ada dalam suatu regional wilayah.
Teori lokasi adalah ilmu yang yang menyelidiki tata ruang (spatial order) dengan kegitan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Dalam mempelajari lokasi berbagai kegitan, ahli ekonomi regional atau geografi terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisis adalah datar dan kondisinya disemua arah adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan ‘gangguan’ ketika manusia berhubungan atau berpegian dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi kelokasi lainnya.
Dalam penentuan lokasi permukiman, dibutuhkan analisis dengan metode yang tepat agar lokasi tersebut optimal. Penentuan lokasi permukiman ini perlu memperhatikan aspek-aspek yang terdapat di dalamnya. Aspek tersebut dapat disebut sebagai satuan permukiman. Adapun syarat dari satuan permukiman antara lain adanya lokasi (lahan) dengan lingkungan dan sumber daya yang mendukung, adanya kelompok manusia (masyarakat), sumber daya buatan, dan terdapat fungsi kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya. Teori Christaller (1993) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya dalam satu wilayah. Bunyi teori Cristaller adalah jika persebaran penduduk dan daya beli sama baiknya dengan bentang alam, sumber daya, dan fasilitas transportasinya semuanya berjalan seragam, lalu pusat-pusat permukiman menyediakan layanan yang sama besar, maka hal tersebut akan membentuk kesamaan jarak antara satu pusat permukiman lainnya.
bersama pak wisnu gtg
pas ini aku tidur di kelas haha --" tp pas menit terakhir aja kok dan tetep nyatet tapi ya gitu catetannya ga kebaca haha
ngerjainnya pas studio haha ~
Landasan dari teori lokasi adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi. Dalam studi tentang wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah permukaan baik yang berada diatasnya maupun dibawahnya. Lokasi menggambarkan posisi dalam ruang tersebut (dapat ditentukan bujur dan lintangnya).
Teori lokasi mempelajari analisa keruangan dan aplikasinya yang dapat dipahami melalui hubungan politis dan ekonomis antara satu daerah dengan daerah yang lain, bentuk hubungan sosial ekonomi serta dapat memahami bagaimana bagaimana suatu daerah-daerah berkembang berhubungan dengan daerah yang lain. Analisis pola keruangan yang ada dalam suatu regional wilayah.
Teori lokasi adalah ilmu yang yang menyelidiki tata ruang (spatial order) dengan kegitan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Dalam mempelajari lokasi berbagai kegitan, ahli ekonomi regional atau geografi terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisis adalah datar dan kondisinya disemua arah adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan ‘gangguan’ ketika manusia berhubungan atau berpegian dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi kelokasi lainnya.
Dalam penentuan lokasi permukiman, dibutuhkan analisis dengan metode yang tepat agar lokasi tersebut optimal. Penentuan lokasi permukiman ini perlu memperhatikan aspek-aspek yang terdapat di dalamnya. Aspek tersebut dapat disebut sebagai satuan permukiman. Adapun syarat dari satuan permukiman antara lain adanya lokasi (lahan) dengan lingkungan dan sumber daya yang mendukung, adanya kelompok manusia (masyarakat), sumber daya buatan, dan terdapat fungsi kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya. Teori Christaller (1993) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya dalam satu wilayah. Bunyi teori Cristaller adalah jika persebaran penduduk dan daya beli sama baiknya dengan bentang alam, sumber daya, dan fasilitas transportasinya semuanya berjalan seragam, lalu pusat-pusat permukiman menyediakan layanan yang sama besar, maka hal tersebut akan membentuk kesamaan jarak antara satu pusat permukiman lainnya.
Perkembangan klaster industri digambarkan sebagai suatu siklus hidup klaster industri. Siklus hidup klaster merupakan sesuatu hal yang mulai menjadi prioritas untuk dipelajari saat ini (Bergman, 2008). Semenjak tahun 1998 hingga sekarang, telah banyak penelitian dilakukan untuk mempelajari dinamika klaster dengan tujuan mencari bagaimana bentuk siklus hidup klaster (Maskell & Kebir, 2005). Penelitian tersebut dilakukan untuk melakukan identifikasi karakteristik serta kebijakan dan strategi yang diberikan dalam tiap tahapan perkembangan klaster. Selain itu, penelitian dilakukan dengan mempelajari kondisi nyata yang terjadi pada klaster yang telah dikembangkan. Hal itu dilakukan untuk menjawab mengapa klaster-klaster dengan kondisi awal yang sama ketika terbentuk, tetapi hasil perkembangannya dapat jauh berbeda (Bergman, 2008). Kemungkinan hasil perkembangan yang dapat terjadi yaitu terdapat klaster yang berkembang dengan pesat sedangkan lainnya justru mengalami penurunan kinerja bahkan dapat mengalami kegagalan.
Penelitian untuk mengidentifikasi siklus hidup klaster telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda ((Swann, 2002); (Brenner, 2004); (Maskell & Kebir, 2005); (Bergman, 2008); (Menzel & Fornahl, 2009)). Brenner (2004) mengemukakan teori klaster serta teori siklus hidup klaster secara lengkap setelah melakukan identifikasi menyeluruh pada keseluruhan tahapan siklus hidup mulai dari entry, exit dan growth. Penelitian tersebut disempurnakan oleh Menzel (2009). Dalam penelitiannya, Menzel (2009) menggunakan pendekatan knowledge-based dalam menganalisa siklus hidup klaster. Penelitian tersebut berhasil menemukan penjelasan mengapa siklus hidup klaster berbeda dengan siklus hidup industri serta menemukan kemungkinan adanya tahap renewal setelah klaster mengalami tahap decline atau lock-in.
Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan tersebut menggunakan obyek yaitu spontaneus cluster yang berada pada negara maju. Sedangkan penelitian tentang siklus hidup pada government driven cluster (klaster inisiasi pemerintah) yang biasanya banyak terdapat pada negara berkembang, masih sedikit dilakukan.
Telah diketahui bahwa klaster Industri di Indonesia secara dominan merupakan hasil inisiasi pemerintah (Depperin, 2008). Klaster industri telah menjadi suatu kebijakan pemerintah Indonesia dengan tujuan memperkuat struktur industri Indonesia semenjak tahun 2005 (Depperin, 2007). Tetapi dalam perkembangannya masih belum menunjukkan hasil positif yang signifikan memperkuat struktur industri.Dalam makalah ini penulis membahas tentang Klaster Industri dan Aglomerasi serta study kasus terkait Klaster dan Aglomerasi serta keterkaitan antara Klaster dan Aglomerasi dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Alat analisis dalam perdagangan/ekonomi internasional
Teori lokasi dan terbentuknya kota
1. TEORI LOKASI &
TERBENTUKNYA KOTA
Bahan Kuliah Ekonomi Perkotaan
di Program S2 IESP Undip
Dosen: Dr. Nugroho SBM
2. PENTINGNYA LOKASI
PERUSAHAAN
• Kota berkembang di sekitar konsentrasi tenaga
kerja yang diserap oleh perusahaan. Maka
pemilihan lokasi oleh perusahaan memegang
peran penting terhadap lokasi kota.
• Ada 2 jenis perusahaan yaitu:
a. Perusahaan manufaktur yg memproses
bahan baku atau barang ½ jadi menjadi
barang jadi
b. Perusahaan dagang (komersial) yg menjual
barang tetapi tidak memproduksinya.
3. MACAM-MACAM TEORI LOKASI
1. Hoover dan Giarratan (2007)
Teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki tata ruang
kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai
ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya
yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya
terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan
lain Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit
aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti:
- bahan baku lokal (local input).
- permintaan lokal (local demand).
- bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input).
- permintaan luar (outside demand).
4. MACAM-MACAM TEORI LOKASI
2. Von Thunen (1826)
mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan
pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan
ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling
mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari
pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan
jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.
Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya
produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang
berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya
untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan
itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola
penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori
Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan
makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
5. MACAM-MACAM TEORI LOKASI
3. Weber (1909)
Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan
atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa
lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan
keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya
transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah
identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.
Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi
lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga
kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.
6. MACAM-MACAM TEORI LOKASI
4. Teori Christaller (1933)
Menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota,
jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah.
5. August Losch
Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat
digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen
makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk
mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch
cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di
pasar atau di dekat pasar.
7. MACAM-MACAM TEORI LOKASI
5. August Losch
Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat
digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen
makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk
mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch
cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di
pasar atau di dekat pasar.
6. D.M. Smith
memperkenalkan teori lokasi memaksimumkan laba
dengan menjelaskan konsep average cost (biaya rata-rata)
dan average revenue (penerimaan rata-rata) yang
terkait dengan lokasi.
8. MACAM-MACAM TEORI LOKASI
7. McGrone (1969)
• Berpendapat bahwa teori lokasi bertujuan
memaksimumkan keuntungan sulit ditangani dalam
keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis
dinamik.
• Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian
biaya dan pendapatan di masa depan pada tiap lokasi,
biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan
pertimbangan lain membuat model maksimisasi
keuntungan lokasi sulit dioperasikan.
8. Menurut Isard (1956)
• Masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya
dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi
ketidakpastian yang berbeda-beda
9. LOKASI PERUSAHAAN DAGANG
(KOMERSIAL)
• Perusahaan dagang mengumpulkan
barang dari pemasok dan
mendistribusikan barang tsb ke
konsumen, sehingga akan berlokasi pada
titik-titik pengumpulan untuk
pengangkutan. Hal ini menyebabkan
tumbuhnya kota-kota pelabuhan dan kota
perdagangan
10. LOKASI PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
• Ada 2 jenis perusahaan manufaktur dan
lokasinya:
a. Yg harus dekat dg input karena biaya
transpor untuk input lebih besar dari
biaya transpor untuk output menum-buhkan
kota pelabuhan & kota berbasis
sumberdaya
b. Yg harus dekat dg pasar karena biaya transor
outputnya > inputmenumbuhkan kota
pelabuhan dan kota2 pd umumya saat ini
11. LOKASI MEDIAN DARI PERUSAHAAN
BERORIENTASI/ MENDEKATI PASAR
• Sesuai pronsip lokasi median maka perusahaan
yg dekat dg pasar atau berorientasi pasar akan
berlokasi di lokasi transpor median yaitu lokasi
yg membagi konsumennya dalam dua bagian
sama besar.
• Hal ini menjelaskan mengapa kota-kota besar
bertumbuh secara cepat. Lokasi median
seringkali berada di kota-kota besar sehingga
banyak perusahaan yg berorientasi atau
mendekati pasar berlokasi di kota-kota besar
12. LOKASI MEDIAN DARI PERUSAHAAN
BERORIENTASI/ MENDEKATI PASAR
B. Lokasi median juga menjelaskan
mengapa perusahaan yg mendekati/
berorientasi input berlokasi di titik-titik
pengumpulan barang atau di pelabuhan.
Hal tsb dikarenakan pelabuhan seringkali
menyediakan titik pusat pengumpulan
input dan titik distribusi tunggal untuk
outputnya.
13. PERUSAHAAN YG BERORIENTASI/
MENDEKATI INPUT LOKAL
• Input lokal adalah input yg tidak bisa
diangkut dalam jarak jauh (karena rusak,
busuk, dll)
a. Perusahaan akan berorientasi pada
input lokal jika: (1) dia menggunakan
input lokal yg harganya bervariasi antar
lokasi, & (2) dia harus mengeluarkan
anggaran besar untuk input lokal
14. PERUSAHAAN YG BERORIENTASI/
MENDEKATI INPUT LOKAL
b. Perusahaan berorientasi input lokal akan
berlokasi dekat dg input lokal yg harganya
murah. Hal ini menyebabkan
perkembangan kota di dekat input-input
lokal ( energi, tenaga kerja, dan barang ½
jadi) yg murah.
15. PERUSAHAAN YG MEMBUTUHKAN
LOKASI YG NYAMAN
• Perusahaan yg mempekerjakan tenaga
kerja yg sensitif thd lokasi yg nyaman
(cuaca yg baik, pendidikan yg berkualitas,
tingkat kejahatan yg rendah, lingkungan
hidup yg bersih, dan kultur yg baik) akan
berlokasi di lokasi yg menawrkan berbagai
kenyamanan tsb.
16. BEBERAPA STUDI TTG LOKASI
PERUSAHAAN
1. Sebuah studi ttg keputusan lokasi perusahaan
yg memproduksi komponen elektronik, produk
plastik, dan peralatan transmisi elektronik
menunjukkan bahwa faktor lokasi yg paling
penting adalah upah dan biaya energi, output
industri (yg menghasilkan keuntungan
lokalisasi), dan tersedianya ahli-ahli teknik
(teknisi). Pajak dan insentif2 yg diberikan
pemerintah bukan faktor yg dipertimbangkan
dlm pemilihan lokasi.
17. BEBERAPA STUDI TTG LOKASI
PERUSAHAAN
2. Studi lain yg lebih baru menyimpulkan faktor pajak
apakah akan dipertimbangkan sebagai faktor dlm
pemilihan lokasi akan tergantung untuk apa pajak tsb
digunakan:
a. Jika pajak tsb digunakan untuk
membangun fasilitas/ infrastruktur
publik (jalan, pendidikan, kesehatan,dll)
maka justru akan menarik perusahaan
berlokasi di situ)
b. Jika pajak digunakan untuk program bantuan
sosial maka tidak akan menarik perisahaan berlokasi
di situ
18. BEBERAPA STUDI TTG LOKASI
PERUSAHAAN
3. Dalam beberapa dekade terakhir, studi juga
menunjukkan makin kurang pentingnya biaya
transpor dalam pertimbangan lokasi karena
inovasi dlm transportasi dan produksi.
a. Banyak perusahaan berorientasi bahan
baku dan pasar berubah menjadi
perusahaan yg berorientasi input lokal.
b. Perubahan orientasi lokasi perusahaan
telah mengubahpertumbuhan ekonomi tinggi
dari wilayah/ kota yg kaya sumberdaya (bahan
mentah) ke lokasi tenaga kerja yg murah.
19. PERAN PEMERINTAH DLM
PENENTUAN LOKASI
• Tidak semua kota tumbuh akibat keputusan lokasi dari
perusahaan tetapi juga akibat keputusan/ kebijakan
pemerintah.
• Ada beberapa pengaruh kebijakan pemerintah:
a. Kegiatan administratif pemerintah yg
membutuhkan tenaga kerja banyak
menstimulasi aktivitas lain
b. Penyediaan fasilitas publik seperti universitas
juga akan menstimulasi aktivitas lain
c. Kebijakan di bidang hukum, misal melegalkan
perjudian juga akan berdampak pada munculnya
aktivitas lain
21. 1. METODE BEBAN SKOR (DELPHI)
Yaitu dengan memberi skor untuk tiap faktor
yang dinilai terhadap alternatif lokasi
pabrik. Dari berbagai faktor diberi bobot
berdasarkan tingkat kepentingan masing-masing
faktor. Faktor yang paling penting
diberi bobot paling tinggi.
Alternatif pilihan terbaik adalah yang
memiliki bobot skor tertinggi
23. 2. METODE PERBANDINGAN BIAYA
• Metode ini dilakukan dengan
memperbandingkan total biaya
masing-masing alternatif
• Langkah tahapan al;
– Tentukan fungsi biaya dari setiap alternatif
lokasi pabrik, TC=`TFC+VC (X)
– Hitung total biaya setiap alternatif lokasi
pabrik pada kapasitas produksi yang
direncanakan
24. CONTOH
JJeenniiss BBiiaayyaa LLookkaassii PPootteennssiiaall
AA ((RRpp)) BB ((RRpp)) CC ((RRpp))
FFCC 330000..000000 445500..000000 660000..000000
VVCC//uu 880000 660000 440000
PP//uu 11..660000 11..660000 11..660000
• Rencana produksi ditetapkan pada jumlah 500 unit untuk
setiap lokasi
• Tentukan lokasi mana yang terbaik untuk dipilih
25. CONTOH:
SEBUAH PERUSAHAAN YANG MEMPRODUKSI SUATU BARANG
MEMPERTIOMBANGKAN TIGA LOKASI UNTUK DIDIRIKAN PABRIK BARU. STUDI
YANG TELAH DILAKUKAN MENGHASILKAN DATA SEBAGAI BERIKUT: HARGA
JUAL = RP 120.000,- JUMLAH PRODUKSI PALING EKONOMIS = 2.000 UNIT PER
TAHUN
Lokasi Biaya tetap Biaya variable/unit Biaya Total
F V TC = F + Vx
X Rp 30.000.000,- Rp 75.000,- 30.000.000 + (75.000x2.000)
= Rp 180.000,-
Y Rp 60.000.000,- Rp 45.000,- 60.000.000 + (45.000x2.000)
= Rp 150.000.000,-
Z Rp 110.000.000,- Rp 25.000,- 110.000.000 + (25.000x2.000)
= Rp 160.000.000,-
Jadi dengan jumlah produksi yang diharapkan 2.000 unit maka
Lokasi Y yang memberikan biaya paling kecil, direkomendasikan
untuk dipilih.Cara yang dilakukan tersebut adalah cara matematis.