Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur dari dalam hati, ucapan, dan tindakan atas segala karunia nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah swt dalam kehidupan kita.
Ungkapan syukur ini diharapkan pula semakin menguatkan ketakwaan kepada Allah dalam wujud menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Ketakwaan ini sendiri merupakan tujuan sekaligus barometer kesuksesan seseorang dalam menjalankan puasa yang saat ini sedang kita laksanakan di bulan suci Ramadhan.
2. • َع َ
ض َرَف َو ،اًك َارَبُم اًرْهَش َانَضَمَر َلَعَج ِهللِ ُدْمَحْلَا
ى ٰ
وْقَّتال ِلْجَ ِ
ِل َامَي ِ
الص َانْيَل
.
ُدَهْشَأ
َأ ُدَهْشَأ َو ،ُهَل َْكي ِ
َرش ََل ُهَدْح َو ُهللا َّ
َلِإ َهٰلِإ ۧ َ
َل ْنَأ
ُهُل ْوُس َر َو ُهُدْبَع ًادَّمَحُم َّن
.
للَا
ِلَص َّمُه
ِلآ ىٰلَع َو ،ىٰبَتْجُمْال ٍدَّمَحَم َانِدِيَس ىٰلَع ْمِلَس َو
ىٰف َوْال َو ىٰقُّتال ِلْهَأ ِهِبْحَص َو ِه
.
َّمَأ
،ُدْعَب ا
• Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa mengungkapkan
rasa syukur dari dalam hati, ucapan, dan tindakan atas segala karunia
nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah swt dalam kehidupan kita.
• Ungkapan syukur ini diharapkan pula semakin menguatkan ketakwaan
kepada Allah dalam wujud menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi laranganNya. Ketakwaan ini sendiri merupakan tujuan sekaligus
barometer kesuksesan seseorang dalam menjalankan puasa yang saat ini
sedang kita laksanakan di bulan suci Ramadhan. Hal ini ditegaskan di ujung
ayat 183 dari Al-Qur’an surat Al-Baqarah
• َع َبِتُك اَمَك ُماَي ِ
الص ُمُكْيَلَع َبِتُك ا ْوُنَمٰا َْنيِذَّال اَهُّيَآٰٰي
ْوُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق ْنِم َْنيِذَّال ىَل
َن
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
3. • Tantangan puasa di Era Digital, jauh lebih berat dari era-era sebelumnya.
Kecanggihan teknologi dan informasi yang menjadi ciri utama dari era ini
adalah salah satu tantangan beratnya. Orang mungkin masih bisa kalau
sekadar tidak makan, minum dan berhubungan intim. Namun, apa bisa
lepas dengan gadget dan media sosial kekinian?
• Di dalam definisi fikih, memang puasa dikatakan batal ketika ketiga hal
yang membatalkannya (makan, minum dan berhubungan intim) dilakukan.
Namun, di atas hukum fikih ada hal-hal yang disampaikan nabi yang bisa
merusak puasa seperti, berkata dan berbuat dusta dan lain sebagainya.
• Masalahnya kemudian, mampukah setiap individu mengendalikan hal-hal
yang bisa merusak puasa, jika berbagai fasilitas di era digital begitu
memanjakan dan melenakan? Sebagai contoh, bisakah orang selama
Ramadhan berpuasa dari gadget HP kecuali kalau memang sangat butuh
untuk hal yang bermanfaat atau bagian dari pekerjaannya?
4. • Kenyataannya, di kantor, rumah, masjid, jalanan, kendaraan, dan
pusat keramaian hampir susah melihat orang yang tak sibuk dengan
HP masing-masing. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, HP menjadi
barang nomer wahid yang paling diingat.
• Keingintahuan akan berita terkini, update terbaru, kabar teman di FB,
Intagram, Twitter dan lain sebagainya lebih memikat dan membuat
penasaran hati daripada subtansi dari ibadah puasa.
• Padahal, ditilik dari segi bahasa, subtansi puasa adalah “al-
Imsaak” (pengendalian). Pengendalian diri ini kalau dibaca dalam
kitab fikih berikut sejarah nabi dan orang-orang saleh, bukan saja
menyangkut masalah jasmani tapi juga rohani.
5. • Maksimalisasi sisi positif dari kemudahan di era digital bagi puasa kita ini
bisa kita lakukan dengan memanfaatkannya sebagai WASILAH atau alat
dalam mempertebal keimanan serta meningkatkan ilmu dan pengetahuan
tentang agama.
• Saat ini, bisa dengan mudah kita dapatkan mauidzah hasanah, ceramah
agama, ataupun kajian berbagai jenis kitab melalui berbagai platform
program di internet. Melimpahnya konten-konten semacam ini harus bisa
kita manfaatkan khususnya di Ramadhan ini.
• Namun kemudahan ini juga harus diiringi dengan selektivitas tinggi dalam
memilih kajian agama di internet khususnya media sosial seperti Youtube,
Facebook, dan sejenisnya.
• Kehati-hatian memilih kajian Islam ini agar kita benar-benar belajar ilmu
agama dari ulama yang benar, jelas silsilah keilmuannya, serta alim dalam
bidangnya. Dengan maksimalnya kita memberi asupan rohani yang tepat
pada diri kita selama bulan puasa, maka insyaAllah kualitas puasa kita pun
akan meningkat. Ketika rohani kita mampu terisi dengan asupan positif,
maka kita pun akan memiliki ghirah (semangat) untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas ibadah lainnya di bulan suci Ramadahan ini.
6. • Shalat berjamaah menjadi semangat, membaca Al-Qur’an semakin
meningkat, kepedulian terhadap sesama melalui zakat dan sedekah juga
akan semakin kuat, serta ibadah-ibadah lain juga akan dapat dilakukan
dengan nikmat.
• Terlebih di bulan Ramadhan, pahala atas ibadah dan kebaikan kita akan
mendapatkan pahala berlipat-lipat. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim menyebutkan
• َأ ُرْشَع ُةَنَسَحْال ُفَعاَضُي َمَدآ ِْنبا ِلَمَع ُّلُك
ْع ِ
ض ِةَئاِم ِْعبَس ىَلِإ اَهِلاَثْم
ٍف
ىِل ُهَّنِإَف َم ْوَّصال ََّلِإ َّلَج َو َّزَع ُ َّ
َّللا َلاَق
ِهِب ى ِزْجَأ َانَأ َو
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan
dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa
tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.”
7. • Perkembangan di era digital saat ini juga memiliki dampak negatif bagi
kualitas ibadah puasa. Hal ini jika kita terlena dengan pemanfaatan media
digital yang tidak terkendali.
• Ambil contoh saja, dengan kemudahan yang ada, kita menghabiskan waktu
hanya untuk berselancar dan bermalas-malasan dengan HP kita setiap hari.
Kemudahan dalam mengakses dan kurang waspadanya kita dalam memilih
berbagai konten internet, juga semakin memberi peluang kita menemukan
serta melakukan banyak maksiat.
• Jika zaman dulu kemaksiatan dilakukan dengan cara konvensional maka
saat ini, kemaksiatan bisa juga dilakukan dengan cara digital, sengaja
maupun tidak sengaja. Naudzubillah.
• Belum lagi dampak negatif aktivitas-aktivitas negatif lainnya ketika kita
banyak bermedia sosial seperti melakukan ghibah, namimah, ujaran
kebencian, terpapar hoaks, dan pertengkaran di media sosial.
8. • Semua itu sudah dipastikan akan sangat menurunkan kualitas ibadah puasa
kita. Alih-alih mendapatkan pahala, kita bisa hanya mendapatkan lapar dan
dahaga saja dari ibadah puasa yang kita lakukan.
• Rasulullah bersabda:
• َس َو ِهْيَلَع ُهللا يَّلَص ِهللا ُل ْوُس َر َلاَق هريرة يِبَأ ْنَع
ْنِم ُهَل َ
ْسيَل ٍمِئاَص َّبُر َمَّل
شْطَعْال َو ِع ْوُجْال َلَّإ ِهِامَي ِ
ص
• “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Berapa banyak orang yang
berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja.”
(HR An-Nasai).
• Oleh karena itu, Hadirin, Marilah ke depan kita bijak dalam beraktivitas di
era digital, khususnya di bulan Ramadhan ini untuk meningkatkan kualitas
puasa kita. Kuatkan dalam diri untuk menggunakan teknologi digital secara
hati-hati dan hanya untuk hal-hal yang bermanfaat saja sehingga kita bisa
terhindar dari dosa-dosa digital. Amiin