Teks tersebut membahas tentang budidaya udang di tambak, meliputi:
1) Definisi dan jenis tambak untuk budidaya udang
2) Teknis budidaya udang meliputi syarat teknis, tipe budidaya, benur, pengolahan lahan, pemasukan air, dan pemeliharaan
3) Keuntungan sistem wanamina (tambak berkelanjutan yang mengintegrasikan budidaya perikanan dan hutan mangrove)
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaDidi Sadili
Ā
tambak udang di pantura jawa sudah lama tidak berproduksi yang disebabkan kerusakan lingkungannya. untuk revitalisasinya maka diperlukan penataan kawasan-nya sesuai dengan daya dukung lingkungannya
Restore mangrove with the local community: Building with Nature Program in De...CIFOR-ICRAF
Ā
Presented by Eko Budi Priyanto, Coordinator of Community Development at Wetlands International Indonesia, at Inception Workshop "Capacity building of local government and community members for Mangrove Restoration", 15 July 2021.
In this session, the speaker shares the experience from the Building with Nature Program in Demak Regency, Central Java Province.. Speaker shares how the BioRights scheme as one of the strategies for the Building with Nature Program, plays an important role by involving the local community to restore the mangrove ecosystem in Demak Regency. BioRights scheme is the conditional loan to link environmental conservation/rehabilitation activities with community economic improvement.
pengembangan lahan gambut untuk pertanian tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat fisika maupun kimia gambut, namun dipengaruhi pula oleh manajemen yang akan diterapkan.
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaDidi Sadili
Ā
tambak udang di pantura jawa sudah lama tidak berproduksi yang disebabkan kerusakan lingkungannya. untuk revitalisasinya maka diperlukan penataan kawasan-nya sesuai dengan daya dukung lingkungannya
Restore mangrove with the local community: Building with Nature Program in De...CIFOR-ICRAF
Ā
Presented by Eko Budi Priyanto, Coordinator of Community Development at Wetlands International Indonesia, at Inception Workshop "Capacity building of local government and community members for Mangrove Restoration", 15 July 2021.
In this session, the speaker shares the experience from the Building with Nature Program in Demak Regency, Central Java Province.. Speaker shares how the BioRights scheme as one of the strategies for the Building with Nature Program, plays an important role by involving the local community to restore the mangrove ecosystem in Demak Regency. BioRights scheme is the conditional loan to link environmental conservation/rehabilitation activities with community economic improvement.
pengembangan lahan gambut untuk pertanian tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat fisika maupun kimia gambut, namun dipengaruhi pula oleh manajemen yang akan diterapkan.
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan RawaMuhammadTeguh8
Ā
Nama kelompok : 1
Jurusan : TAN 7 B
Universitas : POLBANGTAN Medan
Mata Kuliah : Pelestarian Sumber Daya Lahan
Dosen Pengampu : Makruf Wicaksono, SST, MP
Tugas ini merupakan tugas mata kuliah Pelestarian Sumber Daya Lahan yang mengangkat tema tentang Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa di Indonesia.
Kegiatan perikanan budidaya dikenal baik
menjadi penyumbang utama terhadap peningkatan tingkat limbah organik dan bahan
beracun dalam industri budidaya. Seiring dengan perkembangan budidaya perikanan yang
intensif di Cina, menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan dampak dari limbah
budidaya yang semakin meningkat baik terhadap produktivitas internal sistem budidaya dan
terhadap ekosistem perairan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, jelas bahwa proses
pengelolaan limbah yang sesuai sangat diperlukan untuk pengembangan budidaya
perikanan yang berkelanjutan. Tinjauan ini bertujuan untuk mengidentifikasi status terkini
perikanan budidaya dan produksi limbah perikanan budidaya di Cina
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan RawaMuhammadTeguh8
Ā
Nama kelompok : 1
Jurusan : TAN 7 B
Universitas : POLBANGTAN Medan
Mata Kuliah : Pelestarian Sumber Daya Lahan
Dosen Pengampu : Makruf Wicaksono, SST, MP
Tugas ini merupakan tugas mata kuliah Pelestarian Sumber Daya Lahan yang mengangkat tema tentang Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa di Indonesia.
Kegiatan perikanan budidaya dikenal baik
menjadi penyumbang utama terhadap peningkatan tingkat limbah organik dan bahan
beracun dalam industri budidaya. Seiring dengan perkembangan budidaya perikanan yang
intensif di Cina, menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan dampak dari limbah
budidaya yang semakin meningkat baik terhadap produktivitas internal sistem budidaya dan
terhadap ekosistem perairan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, jelas bahwa proses
pengelolaan limbah yang sesuai sangat diperlukan untuk pengembangan budidaya
perikanan yang berkelanjutan. Tinjauan ini bertujuan untuk mengidentifikasi status terkini
perikanan budidaya dan produksi limbah perikanan budidaya di Cina
Materi ini disampaikan oleh El Kail atau Lembaga Kajian Advokasi & Informasi Lingkungan Hidup dalam acara Amprokan Blogger Bekasi 2011, tanggal 17 September 2011
Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)Ria Tan
Ā
A community project to restore mangroves in abandoned aquaculture ponds at Pulau Ubin. Why restore mangroves? Who are involved? What will we be doing? Where will we be working?
Also, what is Ecological Mangrove Restoration (EMR)?
More details on the RUM blog http://rum-initiative.blogspot.sg/
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Ā
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Ā
Tambak kepiring bakau
1. Disusun oleh :
Nita Habibah
Jurusan : Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Perairan
Nrp : 50125210829
TAMBAK
2. Pengertian Tambak
ā¢ Definisi tambak atau kolam menurut Biggs et al. (2005)
adalah badan air yang berukuran 1 m2 hingga 2 ha yang
bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara
alami atau buatan manusia.
ā¢ Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan,
biasanya di daerah pantai, yang diisi air dan
dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan
(akuakultur). Hewan yang dibudidayakan adalah
hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang.
Penyebutan "tambak" ini biasanya dihubungkan
dengan air payau atau air laut. Kolam yang berisi air
tawar biasanya disebut kolam saja atau empang.
ā¢ Kondisi dasar tambak merupakan suatu keadaan fisik
dasar tambak beserta proses yang terjadi di dalamnya
baik yang menyangkut biologi, kimia, fisika maupun
ekologi yang secara langsung maupun tidak langsung
ikut berpengaruh pada kehidupan udang maupun
organisme lainnya dalam suatu keterkaitan ekosistem
perairan tambak.
3. ļ¬ Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan
ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol (UU No. 31/ 2004).
ļ¬ Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi:
tambak intensif, tambak semi intensif, tambak
tradisional dan tambak organik
ļ¬ Hewan yang dibudidayakan dalam tambak adalah
4. Wanamina (Silvofishery)
Silvofishery atau sering disebut sebagai wanamina adalah suatu
bentuk kegiatan yang terintegrasi (terpadu) antara budidaya
tambak air payau dengan pengembangan mangrove pada lokasi yang
sama. Konsep wanamina ini dikembangkan sebagai salah satu
bentuk budidaya perikanan berkelanjutan dengan input yang
rendah.Fitzgerald (1997) menyatakan bahwa wanamina bertujuan untuk konservasi
dan
memanfaatkan sumberdaya hutan mangrove serta perairannya. Dengan
adanya wanamina tersebut diharapkan peran hutan mangrove dapat terjaga
serta kerusakannya dapat dicegah. Model wanamina yang banyak diterapkan
di Indonesia adalah model empang parit dan komplangan (Santoso et al.,
2010).
Wanamina merupakan pola pendekatan teknis yang cukup baik, yang terdiri
atas
rangkaian kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya ikan dengan kegiatan
penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya pelestarian hutan
mangrove. Sistem ini memiliki teknologi sederhana, dapat dilakukan tanpa
merusak tanaman bakau yang ada dan dapat dilakukan sebagai kegiatan sela
(antara), sambil berusaha menghutankan kembali kawasan jalur hijau di
5. Wanamina Pola Empang Parit
(Bengen, 2002)
Fitzgerald dan William (2002) menyatakan bahwa model wanamina
pang parit memberikan hasil terbaik terhadap upaya reforestasi. Pada model
juga dapat dilakukan pemeliharaan berbagai jenis ikan, udang dan kepiting.
6. namina Pola Empang Parit Disempurnakan (Bengen, 2002)
Untuk memelihara ikan/udang kanal berukuran lebar 3-5 m dan kedalaman
sekitar 40-80 cm dari muka pelataran digunakan modifikasi disain dasar
tersebut, maka luasan perairan terbuka yang dapat digunakan untuk memelihara
ikan/udang dapat disesuaikan hingga mencapai 50%. Berbagai jenis ikan, seperti
bandeng, kerapu lumpur, kakap putih dan baronang, serta udang dan kepiting
bakau, dapat dipelihara secara intensif di kanal tersebut
7. Keuntungan menggunakan Wanamina:
ā¢ Keuntungan:
a. Cahaya matahari yang menyinari cukup baik
b. Biaya penyempurnaan empang parit dapat
dilaksanakan secara bertahap setiap pemeliharaannya
ā¢ Hambatan:
a. Pemeliharaan ikan kurang terintegrasi (petak
pemeliharaan terpisah dengan petak mangrove)
b. Lebar parit relatif kecil sehingga cahaya matahari yang
menyinari tidak cukup banyak.
8. Sistem Komplangan (Selang-seling)
ā¢ Sistem komplangan merupakan suatu sistem silvofishery dengan desain
tambak berselang-seling atau bersebelahan dengan lahan yang akan ditanami
mangrove.
ā¢ Model ini juga dapat menjaga kelimpahan keanekaragaman sumberdaya alam
hayati.
Wanamina Pola Komplangan (Bengen, 2002)
9. Dari beberapa penjelasan tersebut, diketahui bahwa silvofishery sistem
empang parit dan komplangan dapat diterapkan untuk menjaga
kelestarian dan fungsi kawasan mangrove dengan kegiatan budidaya
perikanan tetap dapat berlangsung di areal tersebut.
Keuntungan:
ā¢ a. Cahaya matahari yang menyinarinya cukup baik;
ā¢ b. Dapat diterapkan budidaya semi intensif;
ā¢ c. Perkembangan hutan dan ikan tidak saling menghambat.
Hambatan:
ā¢ a. Membutuhkan biaya investasi lebih tinggi untuk pembuatan
komplang.
Selanjutnya menurut Fitzgerald and William (2002) beberapa hal yang
harus dipertimbangkan dalam desain kolam silvofishery adalah sebagai
berikut:
a) Rasio antara mangrove area dan area air kolam.
b) Rasio antara area air dan panjang tanggul kolam (menunjukan luas area
produksi
dengan nilai ongkos investasi).
c) Rasio lebar pintu untuk memasukan benih alam dan flushing tambak (50
cm/ha).
d) Tidal flushing rate dan tidal flushing range.
e) Mengalirkan air pada kolam ketika air stagnan, yaitu terjadi kadar
oksigen rendah
10. Manfaat dan Keuntungan Tambak Wanamina
ā¢ Beberapa manfaat atau kelebihan dari tambak ramah lingkungan
diantaranya (Sualia et al., 2010):
1) Biaya dan resiko produksi jauh lebih rendah dan dapat dioperasikan dalam
skala kecil (rumah tangga);
2) Dapat menghasilkan produksi sampingan dari hasil tangkapan alam
ā¢ Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menerapkan silvofishery,
yaitu (Sualia et al., 2010):
1) Kontruksi pematang tambak akan menjadi kuat karena akan terpegang akar-
akar
mangrove dari pohon mangrove yang ditanam di sepanjang pematang tambak
dan pematang akan nyaman dipakai para pejalan kaki karena akan dirimbuni
oleh tajuk tanaman mangrove.
2) Petambak dapat mengunakan daun mangrove terutama jenis Rhizophora sp,
sebagai pakan kambing sedangkan jenis Avicennia sp, Bruguiera sp,
11. A.BUDIDAYA UDANG
Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan
mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu
tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan.
Selepas tahun 1995 produksi udang windu mulai mengalami penurunan.
B. TEKNIS BUDAYA
Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor,
yaitu :
1. Syarat Teknis
Ā· Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada
daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat
atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga
mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
Ā· Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33
ppt dengan suhu optimal 26 ā 300C dan bebas dari
pencemaran bahan kimia berbahaya.
Ā· Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air
keluar/outlet yang terpisah.
Ā· Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur,
pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain.
Ā· Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran
listrik dari PLN atau mempunyai Generator sendiri.
12.
13. 2. Tipe Budidaya.
ā¢ Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan
menjadi :
ā¢ ļ·Tambak Ekstensif atau tradisional.
ā¢ ļ·Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa
bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan
obat-obatan dan program pakan tidak teratur.
ā¢ ļ·Tambak Semi Intensif.
ā¢ ļ·Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih
berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah,
penggunaan pakan buatan masih sedikit.
ā¢ ļ·Tambak Intensif.
ā¢ ļ·Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran
petakan dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang, padat
tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.
14. 3. Benur
ā¢ Benur yang baik mempunyai
tingkat kehidupan (Survival
Rate/SR) yang tinggi, daya
adaptasi terhadap perubahan
lingkungan yang tinggi, berwarna
tegas/tidak pucat baik hitam
maupun merah, aktif bergerak,
sehat dan mempunyai alat tubuh
yang lengkap. Uji kualitas benur
dapat dilakukan secara sederhana,
yaitu letakkan sejumlah benur
dalam wadah panci atau baskom
yang diberi air, aduk air dengan
cukup kencang selama 1-3 menit.
Benur yang baik dan sehat akan
tahan terhadap adukan tersebut
dengan berenang melawan arus
putaran air, dan setelah arus
berhenti, benur tetap aktif
bergerak.
15. 4. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan, meliputi :
Ā· Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa
pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun
yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan
cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
Ā· Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk
membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan
tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
Ā· Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan
dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.
Ā· Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh
bibit penyakit.
Ā· Perlakuan pupuk TON (Tambak Organik Nusantara). Untuk mengembalikan kesuburan lahan serta
mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi
perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol TON
untuk areal tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan sejumlah TON ke dalam air, kemudian aduk
hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak.
16. 5. Pemasukan Air
ā¢ Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25
cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah
dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa
dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton
sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.
6. Penebaran Benur.
ā¢ Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan
kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur
masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran benur adalah :
ā¢ ļ·Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu
antara air di kolam dan di dalam plastik.
ā¢ ļ·Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan
terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam
air di plastik.
ā¢ ļ·Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam
plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya,
sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
ā¢ ļ·Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak.
Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat
dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.
17. 7. Pemeliharaan
ā¢ Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa,
untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan
perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang
diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan
hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk
menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1 ā 2
botol TON/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-
bahan beracun dari luar tambak.
ā¢ Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui
pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah
udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi bahan
organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu
sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha.
Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON.
ā¢ Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan kontrol
terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna
keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1-2 botol/ha.
Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas
air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres,
yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat
menyebabkan terjadinya kanibalisme.
18. 8. Panen.
ā¢ Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot
panen (panen normal) dan karena terserang penyakit
(panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan
pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal
rata-rata 40 ā 50. Sedang panen emergency dilakukan
jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala
luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak
segera dipanen, udang akan habis/mati.
ā¢ Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik
adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin,
bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar.
Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan
dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan
tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini
hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari
sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi
merah/rusak.
19. C. Pakan Udang.
ā¢ Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan
alami yang terdiri dari plankton, siput-siput
kecil, cacing kecil, anak serangga dan
detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang
membusuk). Pakan yang lain adalah pakan
buatan berupa pelet. Pada budidaya yang
semi intensif apalagi intensif, pakan buatan
sangat diperlukan. Karena dengan padat
penebaran yang tinggi, pakan alami yang
ada tidak akan cukup yang mengakibatkan
pertumbuhan udang terhambat dan akan
timbul sifat kanibalisme udang.
ā¢ Pelet udang dibedakan dengan penomoran
yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan
udang yang normal.
20. ā¢ 1. Umur 1-10 hari pakan 01
ā¢ 2. Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02
ā¢ 3. Umur 16-30 hari pakan 02
ā¢ 4. Umur 30-35 campuran 02 dengan 03
ā¢ 5. Umur 36-50 hari pakan 03
ā¢ 6. Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S. (jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70
hari).
ā¢ 7. Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan
pakan 05 hingga panen.
ā¢ Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali
ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah
pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3
jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari
pemberian.
ā¢ Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan.
Untuk itu, pakan harus dicampur dengan VITERNA Plus dan POC NASA yang mengandung
mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur
dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen.
21. D. Penyakit.
ā¢ Beberapa penyakit yang sering menyerang
udang adalah :
1.Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi
penyebab sebagian besar kegagalan
budidaya udang. Disebabkan oleh infeksi
virus SEMBV (Systemic Ectodermal
Mesodermal Baculo Virus).
2.Insang Merah. Ditandai dengan terbentuknya
warna merah pada insang. Disebabkan
tingginya keasaman air tambak, sehingga
cara mengatasinya dengan penebaran kapur
pada kolam budidaya. Pengolahan lahan
juga harus ditingkatkan kualitasnya.
3. Nekrosis. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang
nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama
pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya
ditambah perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk
segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau dengan
pengapuran.