Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Mencakup pedoman tentang operasi, pemeliharaan, pembiayaan dan kelembagaan beserta personalianya. Juga menjelaskan berbagai prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa yang memerlukan operasi dan pemeliharaan berkala.
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen sistem drainase perkotaan seperti saluran terbuka, saluran tertutup, waduk retensi, pintu air, pompa, bangunan persilangan, dan cara-cara penanganan masalah genangan di kawasan perkotaan melalui kolam retensi, pompa, dan polder.
Modul ini membahas tentang gambar bangunan air untuk desain irigasi, meliputi dasar-dasar gambar konstruksi, jenis gambar yang dibutuhkan, ketentuan gambar, contoh gambar bangunan utama dan saluran irigasi. Modul ini merupakan bagian dari seri modul hybrid learning untuk paket keahlian teknologi konstruksi dan properti.
Dokumen ini membahas perencanaan irigasi dan bangunan air untuk lahan sawah seluas 747,852 ha di daerah Kusamba, Bali. Termasuk di dalamnya adalah perencanaan debit saluran, dimensi saluran, pintu air, skema irigasi, dan diagram alir. Dokumen ini juga membahas definisi irigasi, tujuan dan manfaat irigasi, serta data yang dibutuhkan dalam perencanaan seperti data topografi, kapasitas saluran, dan kebutu
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar sistem drainase perkotaan yang meliputi fungsi, komponen, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti intensitas hujan, daerah tangkapan, dan pertumbuhan kota."
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Mencakup pedoman tentang operasi, pemeliharaan, pembiayaan dan kelembagaan beserta personalianya. Juga menjelaskan berbagai prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa yang memerlukan operasi dan pemeliharaan berkala.
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen sistem drainase perkotaan seperti saluran terbuka, saluran tertutup, waduk retensi, pintu air, pompa, bangunan persilangan, dan cara-cara penanganan masalah genangan di kawasan perkotaan melalui kolam retensi, pompa, dan polder.
Modul ini membahas tentang gambar bangunan air untuk desain irigasi, meliputi dasar-dasar gambar konstruksi, jenis gambar yang dibutuhkan, ketentuan gambar, contoh gambar bangunan utama dan saluran irigasi. Modul ini merupakan bagian dari seri modul hybrid learning untuk paket keahlian teknologi konstruksi dan properti.
Dokumen ini membahas perencanaan irigasi dan bangunan air untuk lahan sawah seluas 747,852 ha di daerah Kusamba, Bali. Termasuk di dalamnya adalah perencanaan debit saluran, dimensi saluran, pintu air, skema irigasi, dan diagram alir. Dokumen ini juga membahas definisi irigasi, tujuan dan manfaat irigasi, serta data yang dibutuhkan dalam perencanaan seperti data topografi, kapasitas saluran, dan kebutu
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar sistem drainase perkotaan yang meliputi fungsi, komponen, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti intensitas hujan, daerah tangkapan, dan pertumbuhan kota."
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPGHybrid1
Utilitas bangunan memberikan fasilitas pendukung untuk keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan komunikasi penghuni. Terdiri dari instalasi listrik, air bersih dan kotor, elevator, eskalator. Sistem air bersih menyediakan air minum dengan menyaring air mentah dari sumur atau PDAM. Sistem pembuangan air kotor memisahkan air hitam dan abu-abu, dilengkapi ventilasi dan bak septik sebelum dialirkan ke riol. Instalasi utilitas diranc
Penilaian Kinerja & AKNOP Daerah Irigasi Air LakitanAgung Noorsamsi
Laporan ini memberikan ringkasan kondisi prasarana fisik dan kinerja sistem irigasi di Daerah Irigasi Air Lakitan. Bendung Air Lakitan umumnya dalam kondisi baik meskipun beberapa bagian perlu perbaikan. Sebagian besar saluran sekunder memiliki kondisi rusak ringan hingga berat sehingga menghambat fungsi distribusi air dengan baik. Secara keseluruhan, kinerja sistem irigasi mencapai skor sedang meskipun terdapat variasi ant
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
Makalah ini membahas metode pelaksanaan konstruksi gedung, meliputi pekerjaan persiapan seperti pembersihan lokasi, pembuatan fasilitas sementara, dan pengadaan peralatan. Metode pelaksanaan struktur gedung mencakup pekerjaan pondasi, beton, dan rangka struktur lantai, atap, dan tangga. Makalah ini juga membahas metode instalasi sistem MEP seperti listrik, fire alarm, dan telepon.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
1. Dokumen membahas tentang saluran terbuka dan sifat-sifatnya, termasuk jenis saluran, geometri saluran, distribusi kecepatan aliran, rumus Chezy-Manning, dan pengukuran debit saluran terbuka.
2. Ada dua jenis saluran yaitu alami dan buatan, saluran buatan memiliki geometri yang tetap sedangkan saluran alami tidak.
3. Kecepatan aliran bervariasi di sepanjang kedalaman dan maksimum antara 0,75-
Proyek perluasan terminal 3 bandara Soekarno-Hatta mencakup pembangunan fasilitas baru di lahan 369.800 m2 untuk meningkatkan kapasitas bandara. Dokumen ini menjelaskan lokasi, data umum, struktur, fasilitas, manajemen proyek, dan sistem pelelangannya.
Makalah ini membahas tentang limpasan hujan dan pengukurannya. Secara singkat, makalah ini menjelaskan tentang:
1. Pemahaman limpasan hujan (runoff) dan bagan siklusnya
2. Metode Mock untuk menghitung ketebalan dan debit limpasan hujan
3. Teknik pengukuran debit sungai
Dokumen tersebut merupakan rencana mutu kontrak pengawasan teknik pembangunan jembatan strategis di Kabupaten TTS yang meliputi penggantian beberapa jembatan. Dokumen tersebut menjelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing personil tim pengawas mulai dari Site Engineer, Quality Engineer, Chief Inspector, Inspector, Surveyor terkait pengawasan mutu dan kemajuan pembangunan jembatan.
Kajian penetapan sempadan sungai bertujuan untuk menetapkan batas wilayah sempadan sungai sesuai ketentuan PP 38/2011. Kajian ini melibatkan tim teknis dan masyarakat untuk menganalisis aspek geomorfologi, sosial budaya, dan aksesibilitas guna melindungi fungsi sungai secara berkelanjutan.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan sumber daya air, mencakup pengertian pengembangan, pengelolaan, dan penyediaan sumber daya air. Juga membahas siklus hidrologi, komponen-komponennya, dan sumber-sumber air. Selanjutnya membahas konservasi daerah aliran sungai, infrastruktur keairan seperti bangunan pengatur sungai dan pengendali sedimen. Terakhir membahas pola dan rencana pengelolaan sum
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPGHybrid1
Utilitas bangunan memberikan fasilitas pendukung untuk keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan komunikasi penghuni. Terdiri dari instalasi listrik, air bersih dan kotor, elevator, eskalator. Sistem air bersih menyediakan air minum dengan menyaring air mentah dari sumur atau PDAM. Sistem pembuangan air kotor memisahkan air hitam dan abu-abu, dilengkapi ventilasi dan bak septik sebelum dialirkan ke riol. Instalasi utilitas diranc
Penilaian Kinerja & AKNOP Daerah Irigasi Air LakitanAgung Noorsamsi
Laporan ini memberikan ringkasan kondisi prasarana fisik dan kinerja sistem irigasi di Daerah Irigasi Air Lakitan. Bendung Air Lakitan umumnya dalam kondisi baik meskipun beberapa bagian perlu perbaikan. Sebagian besar saluran sekunder memiliki kondisi rusak ringan hingga berat sehingga menghambat fungsi distribusi air dengan baik. Secara keseluruhan, kinerja sistem irigasi mencapai skor sedang meskipun terdapat variasi ant
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
Makalah ini membahas metode pelaksanaan konstruksi gedung, meliputi pekerjaan persiapan seperti pembersihan lokasi, pembuatan fasilitas sementara, dan pengadaan peralatan. Metode pelaksanaan struktur gedung mencakup pekerjaan pondasi, beton, dan rangka struktur lantai, atap, dan tangga. Makalah ini juga membahas metode instalasi sistem MEP seperti listrik, fire alarm, dan telepon.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
1. Dokumen membahas tentang saluran terbuka dan sifat-sifatnya, termasuk jenis saluran, geometri saluran, distribusi kecepatan aliran, rumus Chezy-Manning, dan pengukuran debit saluran terbuka.
2. Ada dua jenis saluran yaitu alami dan buatan, saluran buatan memiliki geometri yang tetap sedangkan saluran alami tidak.
3. Kecepatan aliran bervariasi di sepanjang kedalaman dan maksimum antara 0,75-
Proyek perluasan terminal 3 bandara Soekarno-Hatta mencakup pembangunan fasilitas baru di lahan 369.800 m2 untuk meningkatkan kapasitas bandara. Dokumen ini menjelaskan lokasi, data umum, struktur, fasilitas, manajemen proyek, dan sistem pelelangannya.
Makalah ini membahas tentang limpasan hujan dan pengukurannya. Secara singkat, makalah ini menjelaskan tentang:
1. Pemahaman limpasan hujan (runoff) dan bagan siklusnya
2. Metode Mock untuk menghitung ketebalan dan debit limpasan hujan
3. Teknik pengukuran debit sungai
Dokumen tersebut merupakan rencana mutu kontrak pengawasan teknik pembangunan jembatan strategis di Kabupaten TTS yang meliputi penggantian beberapa jembatan. Dokumen tersebut menjelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing personil tim pengawas mulai dari Site Engineer, Quality Engineer, Chief Inspector, Inspector, Surveyor terkait pengawasan mutu dan kemajuan pembangunan jembatan.
Kajian penetapan sempadan sungai bertujuan untuk menetapkan batas wilayah sempadan sungai sesuai ketentuan PP 38/2011. Kajian ini melibatkan tim teknis dan masyarakat untuk menganalisis aspek geomorfologi, sosial budaya, dan aksesibilitas guna melindungi fungsi sungai secara berkelanjutan.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan sumber daya air, mencakup pengertian pengembangan, pengelolaan, dan penyediaan sumber daya air. Juga membahas siklus hidrologi, komponen-komponennya, dan sumber-sumber air. Selanjutnya membahas konservasi daerah aliran sungai, infrastruktur keairan seperti bangunan pengatur sungai dan pengendali sedimen. Terakhir membahas pola dan rencana pengelolaan sum
Dokumen tersebut membahas tentang sumber daya alam (SDA) yang mencakup pengertian, jenis, sifat pembaharuan, dan penggunaan SDA. Terdapat penjelasan mengenai pengelolaan berbagai komponen SDA seperti air, tanah, udara, hayati, laut, serta masalah kependudukan dan pengelolaan SDA.
Dokumen tersebut membahas pentingnya konservasi daerah aliran sungai (DAS) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. DAS merupakan satu kesatuan ekosistem yang perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai permasalahan dan strategi pengelolaan sumber daya alam serta teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan
Konservasi lahan gambut sangat penting untuk menjaga fungsi ekosistem dan mengurangi emisi karbon. Upaya konservasi meliputi mencegah kebakaran, penanaman kembali dengan tanaman penambat karbon tinggi, pengaturan tingkat air tanah, dan rehabilitasi lahan yang rusak. Aspek hukum dan pengelolaan lahan gambut diatur dalam Peraturan Pemerintah untuk melindungi lingkungan dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Teks tersebut membahas tentang budidaya udang di tambak, meliputi:
1) Definisi dan jenis tambak untuk budidaya udang
2) Teknis budidaya udang meliputi syarat teknis, tipe budidaya, benur, pengolahan lahan, pemasukan air, dan pemeliharaan
3) Keuntungan sistem wanamina (tambak berkelanjutan yang mengintegrasikan budidaya perikanan dan hutan mangrove)
Tugas ini membahas tentang rangkuman video mengenai Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS dijelaskan sebagai wilayah yang dibatasi oleh penghubung bukit yang menampung air hujan dan mengalirkannya melalui saluran air. DAS memiliki berbagai komponen seperti hutan, lahan pertanian, dan pemukiman serta perlu dikelola dengan baik untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pengelolaan DAS bertujuan untuk memperbaiki
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan alam dan buatan, termasuk contoh-contohnya seperti pegunungan, sungai, danau untuk lingkungan alam, serta waduk, lahan pertanian, tambak, dan perkebunan untuk lingkungan buatan. Dokumen ini juga menjelaskan cara memelihara lingkungan alam dan buatan, serta perilaku yang baik dalam melestarikannya.
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan alam dan buatan, termasuk contoh-contohnya seperti pegunungan, sungai, danau untuk lingkungan alam, serta waduk, lahan pertanian, tambak, dan perkebunan untuk lingkungan buatan. Dokumen ini juga menjelaskan cara memelihara lingkungan alam dan buatan, serta perilaku yang baik dalam melestarikannya.
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan alam dan buatan, termasuk contoh-contohnya seperti pegunungan, sungai, danau untuk lingkungan alam, serta waduk, lahan pertanian, tambak, dan perkebunan untuk lingkungan buatan. Dokumen ini juga menjelaskan cara memelihara lingkungan alam dan buatan, serta perilaku yang baik dalam melestarikannya.
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan alam dan buatan, termasuk contoh-contohnya seperti pegunungan, sungai, danau untuk lingkungan alam, serta waduk, lahan pertanian, tambak, dan perkebunan untuk lingkungan buatan. Dokumen ini juga menjelaskan cara memelihara lingkungan alam dan buatan, serta memberikan contoh perilaku yang baik dalam melestarikannya.
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 menetapkan pengelolaan kawasan lindung untuk melindungi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Dokumen ini mengatur tentang ruang lingkup, tujuan, dan pokok-pokok kebijakan kawasan lindung yang mencakup kawasan hutan lindung, bergambut, resapan air, sempadan pantai dan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, serta kawasan suaka alam dan cagar budaya.
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganYahya M Aji
Drainase adalah Tindakan Teknis Mengurangi Kelebihan Air (Akibat Air Hujan, Rembesan, Maupun Kelebihan Air Irigasi Dari Suatu Kawasan/Lahan) Agar Fungsi Kawasan Tidak Terganggu
Dalam Bidang Pertanian, Drainase Bertujuan Untuk
- Meningkatkan Produksi Pertanian
- Mendapatkan Hasil Yang Berkelanjutan
- Membantu Mencapai Keuntungan Yang Maksimal.
Persiapan lahan dan penanaman kelapa sawitIlham Johari
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan lahan dan penanaman kelapa sawit, meliputi tahapan pembukaan lahan, pengolahan tanah, pembuatan infrastruktur seperti jalan dan parit, serta tata cara penanaman bibit kelapa sawit secara detail.
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata airZaidil Firza
Dokumen tersebut membahas tentang monitoring dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), yang meliputi monitoring debit air, sedimentasi, dan kualitas air guna mengetahui perkembangan tata air DAS. Dokumen ini juga menjelaskan kriteria dan indikator untuk menilai kinerja pengelolaan DAS dalam aspek tata air, sedimen, dan kualitas air.
Dokumen tersebut merangkum sistem perencanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang terdiri dari empat jenis rencana yaitu Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan DAS, Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan Rancangan Kegiatan RHL. Keempat rencana tersebut disusun secara berjenjang untuk merencanakan kegiatan RHL.
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu merupakan rencana jangka panjang 15 tahun yang disusun secara partisipatif oleh para stakeholders untuk menyatukan persepsi dan komitmen bersama dalam pengelolaan sumber daya alam di DAS secara terpadu dan berkelanjutan. Rencana ini bersifat makro dan multi sektoral untuk menjadi payung bagi rencana sektoral yang lebih rinci di tingkat sub DAS.
Dokumen tersebut membahas tentang morfometri daerah aliran sungai (DAS) yang mempengaruhi hasil air dan distribusi aliran. Parameter morfometri DAS meliputi luas DAS, bentuk DAS, median elevasi DAS, panjang sungai, kepadatan alur sungai, dan lainnya. Morfometri DAS dipengaruhi oleh faktor geologi, geomorfologi, hujan, tanah, dan penutupan lahan di DAS tersebut.
Kuliah ini membahas pengelolaan daerah aliran sungai secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, hidrologi, dan sosial budaya masyarakat. Daerah aliran sungai merupakan sistem terbuka yang saling terkait antara lingkungan fisik dan ekosistem. Pengelolaan yang baik perlu memperhatikan daerah aliran sungai sebagai kesatuan wilayah dengan batasan alam.
2. PELAKSANAAN RHL
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi
hutan dan lahan sehingga daya dukung,
produktivitas dan peranannya dalam
mendukung sistem penyangga kehidupan
tetap terjaga
3. Sasaran kegiatan RHL meliputi kawasan
hutan dan bukan kawasan hutan, dengan
memperhatikan prioritas pada hutan
rusak/rawang dan lahan kritis pada DAS
Prioritas, terutama pada :
a. bagian hulu DAS yang sering
menyebabkan bencana banjir, kekeringan,
dan tanah longsor;
PELAKSANAAN RHL
4. b. daerah tangkapan air (catchment area)
dari waduk, bendungan dan danau;
c. daerah resapan air (recharge area) di hulu
DAS;
d. daerah sempadan sungai, mata air, danau,
waduk; dan
e. bagian hilir DAS yang rawan bencana
tsunami, intrusi air laut, dan abrasi pantai.
PELAKSANAAN RHL
5. Penyelenggaraan kegiatan RHL dilakukan
berdasarkan unsur-unsur:
a. perencanaan;
b. pengorganisasian/kelembagaan;
c. pelaksanaan kegiatan;
d. pengawasan dan pengendalian
PELAKSANAAN RHL
6. Pengorganisasian/kelembagaan dalam
kegiatan RHL dimaksudkan untuk
mengatur tugas dan pembentukan
lembaga/kelembagaan, peran dan fungsi
parapihak yang terkait dalam pelaksanaan
kegiatan RHL.
PELAKSANAAN RHL
7. Pelaksanaan kegiatan RHL diselenggarakan
melalui kegiatan :
a. reboisasi;
b. penghijauan;
c. pemeliharaan;
d. pengayaan tanaman;
e. penerapan teknik konservasi tanah secara
vegetatif dan pembuatan bangunan
konservasi tanah secara sipil teknis pada
lahan kritis dan tidak produktif
PELAKSANAAN RHL
9. Pelaksanaan Penanaman
Komponen pekerjaan penanaman meliputi:
pembersihan lahan
pembuatan / pengadaan dan pemancangan
patok batas
pembuatan jalur tanaman
pembuatan dan pemasangan ajir
pembuatan lubang tanaman
10. Pelaksanaan Penanaman
distribusi bibit ke lubang tanaman
penanaman
pemupukan (dasar dan lanjutan)
pembuatan gubuk kerja
pembuatan papan nama
pemeliharaan tahun berjalan yang meliputi
penyiangan, pendangiran dan penyulaman.
Jumlah bibit untuk penyulaman adalah ± 10 %
dari jumlah yang ditanam
11. Penyelenggaraan kegiatan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (RHL) di luar kawasan
hutan secara vegetatif (penghijauan)
meliputi pembuatan hutan
rakyat/pengkayaan, pembuatan hutan kota
dan penghijauan lingkungan
12. Persyaratan Lokasi Hutan Rakyat
a.Tanah milik rakyat, yang menurut
kesesuaian lahan dan pertimbangan
ekonomis lebih sesuai untuk hutan rakyat.
b.Tanah milik rakyat yang terlantar dan
berada di bagian hulu DAS.
c.Tanah desa, tanah marga/adat, tanah
negara bebas serta tanah lainnya yang
terlantar dan bukan kawasan hutan negara.
13. d.Tanah milik rakyat/tanah desa/tanah lainnya
yang sudah ada tanaman kayu-kayuan tetapi
masih perlu dilakukan pengkayaan tanaman.
e. Lokasi-lokasi tersebut di atas bisa dijadikan
lokasi pembuatan Hutan Rakyat bila
jumlah/kerapatan tegakan/anakan pohon yang
ada kurang dari 200 batang/Ha, sedangkan
untuk pengkayaan apabila jumlahnya lebih
dari 200 batang/Ha.
f. Luas areal hutan rakyat/pengkayaan minimal
seluas 25 Ha efektif.
Persyaratan Lokasi Hutan Rakyat
14. Hutan Kota
Pembangunan hutan kota dimaksudkan
sebagai upaya untuk perbaikan lingkungan
perkotaan dengan tujuan untuk
mewujudkan lingkungan hidup wilayah
perkotaan yang sehat, rapi dan indah
dalam suatu hamparan tertentu sehingga
mampu memperbaiki dan menjaga iklim
mikro, estetika, resapan air serta
keseimbangan lingkungan perkotaan.
15. Hutan Kota
Sasaran lokasi kegiatan adalah hamparan
lahan kosong di dalam wilayah perkotaan
baik pada tanah negara maupun tanah hak,
yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan
persyaratan yang diatur dalam PP Nomor 63
tahun 2002 tentang Hutan Kota. Hutan Kota
ini sebagai bagian dari ruang terbuka hijau
sesuai peruntukan dalam RTRW perkotaan.
16. Hutan Kota
Luas minimal hutan kota adalah 0,25 ha
dalam satu hamparan yang kompak
(menyatu).
Komponen kegiatan meliputi penyusunan
rancangan, penyediaan bibit, penanaman,
pemeliharaan I dan II.
Kegiatan penyusunan rancangan,
penanaman, dan pemeliharaan
dilaksanakan secara swakelola.
17. Penghijauan Lingkungan
Pembuatan tanaman penghijauan lingkungan
dimaksudkan sebagai upaya perbaikan
lingkungan pada lahan-lahan untuk fasilitas
umum, baik perkantoran, taman pemukiman
dan pemakaman umum, sekolah (umum,
pesantren, kampus universitas), halaman
bangunan peribadatan (masjid, gereja, pura,
vihara dll.), untuk meningkatkan kualitas iklim
mikro dan kenyamanan lingkungan hidup di
sekitarnya.
18. Penghijauan Lingkungan
Sasaran lokasi kegiatan adalah lahan
fasilitas umum dan fasilitas sosial serta
hamparan lahan kosong antara lain
halaman tempat ibadah, perkantoran,
sekolah dan pemukiman. Kegiatan
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
kualitas lingkungan melalui penanaman
pohon jenis kayu dan MPTS.
19. Penghijauan Lingkungan
Komponen kegiatan meliputi persiapan,
penanaman dan pemeliharaan.
Pelaksanaan penanaman dilaksanakan
secara swadaya oleh masyarakat/
pramuka/pelajar/mahasiswa/LSM/Ormas.
22. PenerapanTeknik Konservasi Tanah
dan Air
Penerapan konservasi tanah yang sering
dilakukan dalam kegiatan rehabilitasi hutan
dan lahan adalah :
A. Dam Pengendali (DPi)
B. Dam Penahan (DPn)
C. Pengendali Jurang (gully plug)
D. Embung Air (Embung)
23. PenerapanTeknik Konservasi Tanah
dan Air
E. Sumur Resapan Air (SRA)
F. Rorak (Saluran Buntu)
G. Strip Rumput ( Grass Barier)
H. Perlindungan Kanan Kiri /Tebing Sungai
I. Saluran Pembuangan Air (SPA) dan
BangunanTerjunan Air
J.Teras
K. Biopori
24. Pembuatan Dam Pengendali
(DPi)
Tujuan dibangunnya dam pengendali yaitu :
Mengendalikan endapan/aliran air yang ada
dipermukaan tanah yang berasal dari
daerah tangkapan air dibagian hulunya.
Menaikkan permukaan air tanah
sekitarnya.
Tempat persediaan air bagi masyarakat
(rumah tangga, irigasi, ternak dan lain-lain).
25. Pembuatan Dam Pengendali (DPi)
Persyaratan Lokasi
a. Lahan kritis dan potensial kritis, vegetasi
pada daerah tangkapan belum efektif dalam
pengendalian erosi/sedimentasi
b. Sedimentasi dan erosi sangat tinggi
c. Struktur tanah stabil (badan bendung)
d. Luas DTA 100 -250 ha
e.Tinggi badan bendung maksimal 8 meter
f. Kemiringan rata-rata daerah tangkapan 15-
35 %
g. Prioritas Pengamanan bangunan vital
27. Pembuatan Dam Penahan (DPn)
Tujuan dibangunnya dam penahan yaitu :
Mengendalikan endapan dan aliran air
permukaan dari daerah tangkapan air
dibagian hulu
28. Pembuatan Dam Penahan (DPn)
Persyaratan Lokasi
a. Lahan kritis dan potensial kritis
b. Sedimentasi dan erosi sangat tinggi
c. Pengamanan sumber air/bangunan vital
d. Luas DTA 10-30 ha
e.Tinggi maksimal 4 meter,
32. Pembuatan Pengendali Jurang (Gully
Plug)
Tujuan dibangunnya Pengendali Jurang
(Gully Plug) memperbaiki lahan yang rusak
berupa jurang/parit akibat gerusan air
guna mencegah terjadinya jurang/parit
yang semakin besar, sehingga erosi dan
sedimen terkendali.
33. Pembuatan Pengendali Jurang (Gully
Plug)
1. Persyaratan Lokasi
a. Lahan kritis dan potensial kritis
b. Kemiringan > 30 % dan terjadi erosi
parit/alur
c. Pengelolaan lahan sangat intensif atau
lahan terbuka
d. Sedimentasi tinggi
e. Curah hujan tinggi
f. Kemiringan alur maksimal 5%
35. Pembuatan Sumur Resapan Air (SRA)
Tujuan dibangunnya Sumur Resapan Air
untuk mengurangi aliran permukaan dan
meningkatkan air tanah sebagai upaya
untuk mengembalikan dan
mengoptimalkan fungsi/kerja setiap
komponen sistem tata air Daerah Aliran
Sungai (DAS) sesuai dengan kapasitasnya.
36. Pembuatan Sumur Resapan Air (SRA)
1. Persyaratan Lokasi
a. Daerah pemukiman padat penduduk
dengan curah hujan tinggi
b. Neraca air defisit (kebutuhan >
persediaan)
c.Aliran permukaan (run off) tinggi
d.Vegetasi penutup tanah <30 %
e. Rawan longsor
f.Tanah porous
38. PembuatanTeras
Tujuan dibangunnya teras adalah
memperkecil aliran permukaan, menekan
erosi, meningkatkan peresapan air ke
dalam tanah serta menampung dan
mengendalikan aliran air ke daerah yang
lebih rendah secara aman.
39. PembuatanTeras
Persyaratan Lokasi
◦ Sasaran lokasi pembuatan teras adalah lahan
yang dimanfaatkan secara intensif/terus
menerus untuk budidaya tanaman semusim
dengan kemiringan kurang dari 40%.
45. Pembuatan Embung Air (Embung)
Tujuan dibangunnya embung air adalah :
a. Menampung dan mengalirkan air pada
kolam penampung
b. Cadangan persediaan air untuk berbagai
kebutuhan pada musim kemarau
46. Pembuatan Embung Air (Embung)
Persyaratan Lokasi
◦ Lokasi calon embung sebagaimana tercantum dalam
RTT . Untuk pemilihan lokasi tapak (site) dilakukan
dengan cara inventarisasi terhadap beberapa calon
lokasi embung air dengan kriteria sebagai berikut:
a. Daerah kritis dan kekurangan air (defisit)
b.Topografi bergelombang dengan kemiringan <30%
c.Air tanah sangat dalam
d.Tanah liat berlempung atau lempung berdebu
e. Pembangunan embung air diprioritaskan di dekat
lokasi pemukiman dan lahan
pertanian/perkebunan dengan daya tampung air
500 m3
48. Pembuatan Rorak (Saluran Buntu)
Pembuatan rorak yang merupakan upaya konservasi
air adalah untuk menampung air dan meresapkannya
ke dalam tanah serta dimaksudkan untuk mengurangi
aliran permukaan dan menampung sedimen/endapan
akibat proses erosi.
Dengan demikian tujuan pembuatan rorak adalah untuk :
a. Mengurangi aliran air permukaan.
b. Meningkatkan proses pengendapan sedimen agar tidak
terbawa aliran air permukaan ke daerah di bawahnya,
serta dapat digunakan untuk menghasilkan kompos
bila dikombinasikan dengan mulsa.
c. Meningkatkan air tanah.
49. Pembuatan Rorak (Saluran Buntu)
Persyaratan Lokasi
a. Daerah / lokasi yang aliran permukaan
dan tingkat sedimennya tinggi seperti
lahan pertanian, pekarangan, perkebunan,
hutan, tepi jalan
b. Memiliki kelerengan antara 8% - 25%.
51. Strip Rumput (Grass Barrier)
Tujuan dilaksanakannya pola penanaman
dengan strip rumput (grass barrier) yaitu
untuk memperlambat aliran permukaan
dan menahan tanah/endapan yang
tererosi/terbawa aliran sehingga
mengurangi laju erosi, menyediakan pakan
ternak dari hasil pemangkasan rumput
serta terbentuknya teras alami karena
tanah yang terhanyut ditahan oleh strip
rumput di bawahnya.
52. Strip Rumput (Grass Barrier)
Persyaratan Lokasi
a. Lahan kering dibagian hulu DAS dan di
luar kawasan hutan
b. kemiringan (15 – 40) %
c. kondisi tanah miskin unsur hara.
d. lahan usaha yang secara intensif
diusahakan oleh masyarakat.
54. Perlindungan Kanan Kiri/Tebing Sungai
Manfaat upaya perlindungan kanan kiri/tebing
sungai antara lain :
a. Mencegah terjadinya longsor
b. Mencegah erosi masuk ke badan sungai
c. Menekan terjadinya banjir
d. Meningkatkan kualitas air sungai
e. Menekan terjadinya pendangkalan sungai
55. Perlindungan Kanan Kiri/Tebing Sungai
Persyaratan Lokasi
Lahan terbuka di kanan kiri/tebing sungai
yang mudah longsor/erosi, bertebing
curam, sempadan sungai yang gundul dan
curah hujan tinggi.
57. Saluran Pembuangan Air Dan Bangunan
Terjunan Air
Manfaat SPA adalah untuk mengarahkan
aliran air ke tempat yang aman dari erosi
jurang sekaligus meresapkan air ke dalam
tanah.
Manfaat dari bangunan terjunan air
merupakan kelengkapan SPA agar air yang
jatuh pada SPA tidak menyebabkan erosi
dan menimbulkan longsor.
58. Saluran Pembuangan Air Dan Bangunan
Terjunan Air
Persyaratan Lokasi
◦ Lahan usaha atau lahan terbuka lainnya
terutama yang terletak di lereng dengan
tingkat kelerengan cukup curam dan jenis
tanah mudah tererosi dan longsor.
60. Lubang Resapan Biopori (LRB)
Lubang Resapan Biopori merupakan
teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
untuk mengatasi banjir dengan cara
meningkatkan daya resapan air, mengubah
sampah organik menjadi kompos dan
mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan
metan), dan memanfaatkan peran aktivitas
guna tanah dan akar tanaman dan mengatasi
masalah yang ditimbulkan oleh genangan air
seperti penyakit demam berdarah dan
malaria.
61. Lubang Resapan Biopori (LRB)
Persyaratan Lokasi
◦ Untuk setiap 100 m2 lahan idealnya Lubang
Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30
titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m. Dengan
kedalam 100 cm dan diameter 10 cm setiap
lubang bisa menampung 7,8 liter sampah.
Sampah dapur dapat menjadi kompos dalam
jangka waktu 15-30 hari, sementara sampah
kebun berupa daun dan ranting bisa menjadi
kompos dalam waktu 2-3 bulan
62.
63. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat merupakan
upaya untuk meningkatkan kemampuan
dan kemandirian masyarakat dalam
mendapatkan manfaat sumberdaya hutan
dan lahan secara optimal melalui
pengembangan kapasitas dan pemberian
akses dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat.
64. Dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), pemberdayaan
masyarakat dilakukan melalui pendekatan sbb :
A. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan
B. Pengembangan Kesempatan Berusaha
C. Pemberian Akses Legalitas
D. Pemberian Insentif
E. Pengembangan Kerjasama Antar Sektor.
F. Pengembangan Akses Pasar
G. Pengembangan Kemitraan Usaha
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
65. Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan
Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dimaksudkan untuk
meningkatkan kapasitas kelompok tani
dalam penyelenggaraan RHL, baik aspek
teknis, kelembagaan maupun aspek
administrasi.
Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dilakukan melalui kegiatan :
66. Pelatihan :
Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap masalah teknis,
kelembagaan dan adminitrasi kegiatan RHL.
Pelatihan teknis
Pelatihan Kelembagaan
Pelatihan administasi
Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan
67. Pendampingan :
Pendampingan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan kelompok
pelaksana RHL dengan cara
pengembangan kelembagaan,
pengembangan kemampuan teknis dan
administrasi, pengembangan usaha,
pengembangan teknologi, perluasan akses
pasar, serta pembinaan kelompok.
Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan
68. Tujuan pendampingan :
a. Meningkatkan kemampuan kelompok
dalam mengelola dan mengembangkan
kelembagaan kelompok
b. Meningkatkan kemampuan kelompok
dalam menyusun perencanaan RHL
c. Meningkatkan kemampuan kelompok
dalam melaksanakan kegiatan RHL
Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan
69. d. Meningkatkan kemampuan kelompok
dalam mengembangkan usaha RHL
e. Meningkatkan kemampuan kelompok
dalam pemecahan masalah
f. Meningkatkan kemampuan kelompok
dalam mengembangkan kerja sama dalam
kelompok dan membangun jejaring kerja
antar kelompok tani serta lembaga lain.
Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan
70. Penyuluhan :
Penyuluhan merupakan pendidikan non formal
yang bertujuan untuk merubah perilaku
masyarakat menjadi pihak yang peduli terhadap
kelestarian fungsi hutan dan lahan. Penyuluhan
harus dilakukan secara berkesinambungan, karena
perubahan perilaku tidak dapat serta merta
terjadi, tetapi melalui proses yang secara umum
terdiri dari tahu, mau dan mampu melakukan
pelestarian hutan dan lahan melalui kegiatan RHL.
Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan