Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaDidi Sadili
tambak udang di pantura jawa sudah lama tidak berproduksi yang disebabkan kerusakan lingkungannya. untuk revitalisasinya maka diperlukan penataan kawasan-nya sesuai dengan daya dukung lingkungannya
Pertambangan merupakan opsi menarik untuk optimalisasi penggunaan lahan, menambah lapangan kerja, memenuhi kebutuhan dalam negeri dan penerimaan negara.
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaDidi Sadili
tambak udang di pantura jawa sudah lama tidak berproduksi yang disebabkan kerusakan lingkungannya. untuk revitalisasinya maka diperlukan penataan kawasan-nya sesuai dengan daya dukung lingkungannya
Pertambangan merupakan opsi menarik untuk optimalisasi penggunaan lahan, menambah lapangan kerja, memenuhi kebutuhan dalam negeri dan penerimaan negara.
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...NurdinUng
Upland is one of land potentials for maize development, but most farmers were using upland without soil conservation, so the soil erosion is difficult controlling and productivity is decreasing. This research was aimed to find of soil conservation technique combinations which can minimize soil erosion and rising of maize yields. This research was carried out in Biyonga Sub-Watershed of Gorontalo Regency. Experimental was conducted in afactorial random block design with2 main factors, where first factor was contour cultivation and the second was strip cropping which each factors consisted of 5 treatments for manure and mulching with 3 replicates. Erosion box and their soil collector were used to measure of soil erosion. Results showed that contour cultivation is ±1.24 higher than strip cropping toincrease maize yields, but soil erosion was ±1.20 higher than strip cropping. The highest of maize yield was 5.82 ha-1 tahun-1 and their soil erosion was 1.34 ton ha-1 tahun-1. Soil erosion on
the strip cropping was only 1.08 tonha-1 tahun-1 although maize yields were only 4.80 ton ha-1. The best dosage for manure and mulching were 10 ton ha-1 and 12 ton ha-1.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 />< 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringanparu
Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk meng
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutdianaeureka1
Presentasi tugas kelompok mata kuliah semester 4 Teknologi Produksi Tanaman Pangan pada lahan rawa pasang surut prodi Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Fakultas pertanian Universitas Bengkulu tahun 2018.
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
1. Management of Coastal Marginal Areas
Into Agricultural Cultivation
Rimba Yudha A
25315026
2. Outline
MARGINAL LAND
EVALUATION OF LAND SUITABILITY
COASTAL LAND
EXISTING PROBLEMS IN COASTAL LAND
TECHNOLOGY FOR COASTAL MARGINAL AREA
INTO AGRICULTURAL CULTIVATION
BENEFITS TO SOCIETY
3. MARGINAL LAND
• Land that has a low quality because it has several limiting factors if
used for a particular purpose.
• Land lost the ability to support plant activities that occur due to
the formation, damage to nature or the result of human activities,
which require more treatment for economic activity.
• Marginal land in Indonesia found both wetlands and dry land.
Rainfed Peatland Marshland
Coastal
5. COASTAL LAND
Tanah yang berada di antara pertemuan daratan dan lautan
baik dalam kondisi kering maupun dalam keadaan terendam air
yang dipengaruhi oleh salah satu sifat laut seperti pasang surut,
angin laut, dan perembasan air asin.
Gumuk-gumuk pasir
Bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, daya simpan
lengasnya rendah, status kesuburannya rendah, evaporasi
tinggi, dan tiupan angin laut kencang (Kertonegoro, 2003 cit.
Shiddieq et al., 2007).
6. EXISTING PROBLEMS IN COASTAL LAND
• Very low soil fertility, soil contribution to plant nutrition can
be said to be zero
• The wind speed is high enough, accompanied by gusts of
salt that are toxic to plants
• The physical properties of the soil were bad, to do with the
ability to hold moisture and nutrients
• Contribution of land to plant nutrition zero, completely
giving nutrients from outside the system
• The largest component is a media constituent fractions of
sand (not dust or clay)
• So cultivate plants in coastal land is actually a hydroponic
cultivation system
7. Penggunaan Mulsa
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pesisir Pantai
Pemberian bahan
organik
Pencampuran tanah permukaan
dengan lempung dan pupuk
organik
Penggunaan bahan-
bahan halus
Wind Breaker
Alley Cropping
Irigasi
8. Penggunaan Mulsa
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pasir Pantai
Bertujuan untuk mengurangi kehilangan air dari tanah.
Menggunakan lembaran plastik, jerami padi atau sisa-sisa
tanaman lainnya
Pemasangan mulsa di lahan pasir dengan bentuk cekung
ditengah
Menghemat lengas tanah sehngga kebutuhan lengas untuk
tanaman terutama pada musim kemarau diharapkan dapat
tercukupi
Material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan
untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan
pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat
tanaman tumbuh dengan baik
9. Pemberian bahan
organik
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pesisir Pantai
Pupuk kandang, pupuk hijau dan blotong
Penggunaan kompos dapat untuk
meningkatkan porositas, aerasi, komposisi
mikroorganisme tanah, meningkatkan daya
ikat tanah terhadap air, mencegah lapisan
kering pada tanah, dan menghemat
pemakaian pupuk kimia (Murbandono, 2002
cit. Siahaan 2012).
10. Pencampuran tanah permukaan
dengan lempung dan pupuk
organik
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pasir Pantai
Pupuk kandang, pupuk hijau dan blotong
Pencampuran tanah permukaan setebal kira-kira 10 cm dengan
lempung dan pupuk kandang dimaksudkan untuk terjadinya
perubahan sifat tanah, terutama adanya peningkatan
kesuburan fisika, kimia, dan biologi tanah lapisan atas yang
pada dasarnya merupakan (zone) utama bagi pertumbuhan
dan perkembangan akar tanaman.
15–20 ton per ha 60 ton/ha.
11. Lapisan Kedap
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pesisir Pantai
• Menghalagi infiltrasi air, sehingga air lebih
lama tertahan dalam lahan pasir.
• Lembaran plastik, semen, atau bahan kedap
lainnya yang dibuat dengan menggali tanah
kemudian lapisan dihamparkan, selanjutnya
diatas lapisan kedap diberi pasir yang akan
menjadi media tanam tanaman
• Tanaman butuh banyak air, padi
12. Wind Breaker
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pasir Pantai
Mereduksi dan mengurangi kerusakan mekanis
PermanenSementara
13. Sistem penanaman dengan menanam pohon-pohon
kecil dan semak dalam jalur-jalur, membentuk
lorong-lorong.
Alley Cropping
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pasir Pantai
Sistem lorong diterapkan untuk mengatasi
berbagai permasalahan seperti intensitas
matahari, erosi permukaan oleh angin, dan laju
evapotranspirasi. Selain itu, dapat juga
berfungsi sebagai pematah angin sehingga
mereduksi kecepatannya.
14. Ketersediaan air irigasi di lahan pantai yang
terbatas mengakibatkan perlunya upaya untuk
meningkatkan efisiensi
Irigasi
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pasir Pantai
Jangan menggunakan air tanah secara berlebihan
karena dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan,
untuk itu manajemen untuk mempertahankan
kelengasan sangat penting terutama dalah hal untuk
mengawetkan keberadaan sumber air tawar di pantai
15. Irigasi Tetes
Metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan
membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik
melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui
jaringan katup, pipa dan emitor
16. Irigasi Tetes
Keseragaman Irigasi
Cu = 100 {1 Cu = 100 {1 – Σ(xi – x)/Σxi}
Cu : koefisien keseragaman irigasi (%)
xi : volume air pada wadah ke I (ml) : volume air pada wadah ke
I (ml)
x : nilai rata : nilai rata-rata dari volume air pada wadah rata
dari volume air pada wadah
(ml)
Σ(xi – x): jumlah deviasi absolut rata x): jumlah deviasi absolut
rata-rata
pengukuran (ml)
Cu : >90%
Laju Tetesan Emiter
EDR : laju tetesan emiter (mm/jam)
q : debit emiter (m : debit emiter (m3/jam)
s : jarak lubang emiter (m) : jarak lubang emiter (m)
l : jarak lateral emiter (m) : jarak lateral emiter (m)
Waktu operasional : Etm /EDR
EDR = q / (s x l)
21. Potensi
Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 106.000 km dengan
potensi luas lahan 1.060.000 ha, secara umum termasuk lahan marginal
Alih Fungsi Lahan
Meningkatnya
kebutuhan pangan
padi rojolele mencapai 2-3 ton/ha, Melon 30 ton/ha,
kedelai 1,16 ton/ha, dan bawang merah 8-10 ton/ha.
`
Produksi padi tahun 2015 sebanyak 45 juta Ton
Produksi kedelai tahun 2015 sebanyak 1,27 Ton
23. Potensi
Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 106.000 km dengan
potensi luas lahan 1.060.000 ha, secara umum termasuk lahan marginal
padi rojolele mencapai 2-3 ton/ha, Melon 30 ton/ha,
kedelai 1,16 ton/ha, dan bawang merah 8-10 ton/ha.
`
Produksi padi tahun 2015 sebanyak 45 juta Ton
Produksi kedelai tahun 2015 sebanyak 1,27 Ton
24. Itensifikasi Pertanian
Permentan No.41/Permentan/OT. 140/9/2009
Tahun 2009
a. peningkatan kesuburan tanah;
b. peningkatan kualitas benih/bibit;
c. pendiversifikasian tanaman pangan;
d. pencegahan dan penanggulangan hama
tanaman;
e.pengembangan irigasi;
f. pemanfaatan teknologi pertanian;
g. pengembangan inovasi pertanian;
h. penyuluhan pertanian;
i. jaminan akses permodalan.
Cultivation in
Coastal Area
25. AMELIORATION Soil Improvement
Amelioran is a substance that can improve the fertility of peat soils
through improved physical and chemical conditions
AMELIORATION
Coastal land that had been abandoned
converted into green and productive land
can improve the economy of farmers in
produce competitive commodities results
agriculture
26. Penggunaan bahan-
bahan halus
Teknologi dalam Praktek Budidaya di Lahan
Pesisir Pantai
Tanah lempung, abu vulkanik, endapan saluran sungai, kolam
waduk
Meningkatkan jumlah koloid dalam tanah,
khususnya penambahan fraksi lempung.
Peningkatan jumlah bahan halus dalam
tanah akan bermanfaat terhadap peningkatan
hara dan air
Editor's Notes
Kesuburan lahan sangat rendah, sumbangan tanah terhadap nutrisi tanaman dapat dikatakan nol
Kecepatan angin cukup tinggi, disertai hembusan garam sehingga bersifat racun bagi tanaman
Sifat fisik tanah yang sangat jelek, kaitannya dengan kemampuan menahan lengas dan nutrisi
Kesuburan lahan sangat rendah, sumbangan tanah terhadap nutrisi tanaman dapat dikatakan nol
Kecepatan angin cukup tinggi, disertai hembusan garam sehingga bersifat racun bagi tanaman
Sifat fisik tanah yang sangat jelek, kaitannya dengan kemampuan menahan lengas dan nutrisi
Kesuburan lahan sangat rendah, sumbangan tanah terhadap nutrisi tanaman dapat dikatakan nol
Kecepatan angin cukup tinggi, disertai hembusan garam sehingga bersifat racun bagi tanaman
Sifat fisik tanah yang sangat jelek, kaitannya dengan kemampuan menahan lengas dan nutrisi
Sumbangan tanah terhadap nutrisi tanaman nol, nutrisi sepenuhnya pemberian dari luar sistem
Komponen terbesar penyusun media merupakan fraksi pasir (bukan debu maupun lempung)
Sehingga membudidayakan tanaman di lahan pantai sebenarnya merupakan budidaya sistem hidroponik