Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Tales of hope Muatan Lokal Dalam kurikulum 2013
1. ”TALES OF HOPE”
MUATAN LOKAL
(DOMESTIK SAINS)
DALAM KURIKULUM 2013
Disampaikan oleh
Dewi Utama Faizah
Dalam Workshop
Pendampingan
Pelaksanaan Kurikulum
2013 Regional 1
Medan, 4 Juli 2014
2. Kondisi Kekinian
Anak-anak kita hidup dalam generasi 9 C
Connected, Curious, Chameleon
(bunglon), Content Creator,
Constantly Changing, Customize (
penyesuaian) , Co-Creation, Digital
Creatives, Crackers (krupuk
sinkong).
3. * tidak pernah berhenti belajar
Manajemen dan
Kepemimpinan
Iklim Akademik dan
Budaya Sekolah
Kerangka Kerja Pengembangan Kurikulum
Psikologi Pedagogi Sosio-eko-kultural
Peserta Didik
Kesiapan:
-Fisik
-Emosional
-Intelektual
- Spiritual
Pembelajaran
Lulusan yang
Kompeten
Kurikulum
(SKL, Struktur Kurikulum, Standar-standar: Isi, Proses, dan
Penilaian)
Pribadi beriman, bertakwa, berakhlak
Pembelajarm yualina g Sukses *
Individu yang Percaya Diri
WN yang Bertanggung Jawab
Kontributor Peradaban yang Efektif
Kebutuhan:
-Individu (It’s Self)
-Masyarakat, Bangsa, Negara, Dunia (It’s People)
-Peradaban (Learning to Live Together)
Kelayakan:
-Materi
-Metode Penyampaian
-Metode Penilaian
Buku Pegangan (Buku Babon)
(Buku Pegangan Siswa, Buku Pegangan Guru)
Rumusan Kompetensi Guru dan Penyiapan
Guru
Peserta Didik 3
4. Membangun Wajah Indonesia
yang Lebih Baik Melalui Sosio Eko
Kultural
Bagai
menempa
sebuah keris
“Tempa besi
selagi panas”
Pesan Budaya
Persepsi, Memori, Historis
It’s Self ---- It’s People
"Sekolah, setengahnya karena salah sendiri, setengahnya tidak, telah
terasing dari penghidupan sejati; ia telah membentuk dunianya sendiri
yang asing, di mana segala-galanya diukur menurut ukuran dan
pahamnya sendiri. Selama hal itu tidak berubah, sekolah tidak dapat
memenuhi tujuan hidupnya dan ia akan melakukan paksaan-paksaan
kepada masyarakat. Sedang menurut aturan, sekolah seharusnya
mengabdi kepada masyarakat. Sudah pada tempatnya "sekolah cara
baru" menghendaki bukan saja "sekolah kerja", akan tetapi juga
"sekolah kehidupan" yang akan menjadi milik masyarakat”
(Kutipan dari Buku Dasar-Dasar Pendidikan oleh M. Syafei yang akan segera diterbit ulang)
5. Ada 7 warisan Indonesia
yang diakui Unesco
Keris
Batik
Pendidikan
Batik
Wayang
Tari Saman
Angklung
Noken
Tahun 2014 ini fokus
pada bahan ajar Muatan
Lokal:
1. Keris
2. Batik
3. Wayang
Menyusun bahan ajar sebagai
pedoman bagi guru, untuk
diimplementasikan dalam
kegiatan siswa untuk 3
pengajaran:
Keris (SMA kelas 1)
Batik (SD kelas 3)
Wayang (SMP kelas 1)
6. “Creative Capitalism”
Bill Gate MENGUASAI MASA DEPAN
Dunia terlalu cepat berubah
Memerlukan kemampuan
manusia
Yang mudah beradaptasi
Cepat berpikir mencari solusi
Imajinatif
Penuh Ide
Inovasi
Mengembangkan desain
Keunggulan
Komparasi
(Comparative Advantage)
7. MANUSIA MASA DEPAN
(Mengakar ke Bumi, Menjulai ke Langit)
Creator and Emphatizer
(otak kanan)
Pattern Recognizer
(Otak kiri)
Artis
Desainer
Storyteller
Inventors
Caregivers
Conselors
High Tech ???
High Concept
High Touch
Meaning Maker
(HOLISTIK)
8. “THE WHOLE NEW MIND
DANIEL PINK (2006) :
Mengembangkan pendidikan
yang banyak melibatkan
kemampuan otak kanan
manusia al
art, beauty, design, play,
humor, symphoni, caring,
empathy, and meaning”.
9. Dia yang berakar ke bumi
Menjulai ke langit
Djitron Pha dari desa Oebello Timor
10. Seberapa Besar
Sumbangan IQ untuk karier
50 – 60 % kah?
35 – 45 % kah?
23 – 29 % kah?
15 – 20 % kah?
4 – 10 %
Daniel H. Pink
A Whole New Mind
11. Pr. Dr. I. C. Van Houte
Ketua Perhimpunan Pekerjaan Tangan untuk Pendidikan di
Belanda, 1923
”Keperluan memasukkan pekerjaan tangan
sebagai mata pelajaran, dalam sedikit
tempo lagi tidak saja akan dirasakan oleh
umum, tetapi sungguh-sungguh akan
dimasukkan. Seperti terhadap pada
kebanyakan perubahan di dunia
pendiMdieklaanhi rdkaann pseeklaojlaahra ank”t.if, sekolah-sekolah
kerja, sekolah-sekolah
mencipta,
sekolah-sekolah kreatif, sekolah-sekolah
berkualitas
12. Pentingkah tangan?
Dalam Tinjauan Studi Psikologi
”Tangan manusia adalah suatu alat sejagat yang
sangat dikagumi. Ia mengalami itu ketika ia
mengambil bagian di dalam berbagai-bagai macam
pekerjaan. Tangan yang mula-mula hanya
dipergunakan untuk menangkap atau memegang,
otak mengubahnya menjadi tangan yang bekerja”.
Profesor Dr. G. Revesz
”Dalam perkembangan dan pertumbuhan
manusia lahir batin, waktu melakukan pekerjaan
di masyarakat, di tiap-tiap lapangan tangan yang
aktif menduduki tempat yang penting”.
13. Mata Pelajaran Ranah Domestik
Sains/Mulok Bagaimana Sekarang?
Pekerjaan Tangan
Kerajinan Tangan
‘Prakarya’
‘Kertakes’
‘Pendidikan Seni dan Budaya’
‘Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
(PKK)?
Penjaskes
Brain Memory
Muscle Memory
Muscle memory anak-anak kita terlupa
untuk dididik dan hanya berfokus pada
mendidik Brain memory semata (Rhenald
Kasali “crackers”).
14. Kelas Konvensional VS Kelas Modern
Kelas konvensional di mana guru
mempertontonkan kebolehannya mengajar ,
harus berubah menjadi kelas modern di mana
siswa yang menampilkan praktik-praktik
belajar yang kreatif.
Kelas dipenuhi hasil karya anak sebagai bukti
otentik mereka melakukan sesuatu dalam
proses pembelajaran seperti yang
dikehendaki dalam Kurikulum 2013.
15. Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum Mulok sudah ada sejak tahun 1984.
Sebagai bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan
proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap
potensi di daerah tempat tinggalnya.
Permen 81A tahun 2013, lampiran 2 :
“Pedoman Pengembangan Muatan Lokal”
sebagai bekal sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
kepada peserta didik agar mengenal dan menjadi akrab dengan
lingkungan alam, sosial dan budayanya. Berguna bagi dirinya maupun
lingkungan masyarakatnya, dan memiliki sikap dan perilaku yang
selaras
dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta
melestarikan dan mengembangkan nilai luhur budaya setempat dalam
rangka
menunjang pembangunan nasional
16. Lokal Inisiatif Sangat Dibutuhkan
Mengembalikan “Roh” yang mendasari kurikulum ada di
sekolah dengan konteks lingkungan (bahasa, adat istiadat
budaya, nilai-nilai kebajikan, latar geografis).
Agar anak-anak Indonesia mengenali jati diri, identitas diri
sebagai bangsa Indonesia. Penanaman nilai-nilai
kebangsaan dengan mengenali kekayaan sumber daya
alamnya dan keberagaman sebagai bangsa.
Lebih dari 3000 kelompok etnis tersebar dari kilometer nol di
ujung pulau Sumatra hingga daratan Papua (Cockerham,
William. The Global Society. USA: Mc- Graw Hill, 1995)
17. Kondisi Muatan lokal
Kurikulum 91
(kur nas 80 %
dan kurmulok
20%) ternyata
tidak
dimanfaatkan
dengan baik
Kur 2006, mulok
menjadi 2 jam
saja.
18. Kendala Muatan lokal
Daerah tidak fokus mengurus mulok karena
seringnya ganti-ganti pejabat yang mengurus
mulok
Model Bahan Ajar sebagai ilustrasi kepada
daerah yang kondisi Indonesia terlalu
beragam belum seluruhnya dimiliki kemdikbud
kebudayaan
19. Betapa dahsyatnya Muatan
Lokal
“Tools” dalam proses pembelajaran di sekolah
(interaksi sosiokultural) --- sebagai komponen sosial
meningkatkan kognitif anak
Mengasah kehangatan hati sebagai penyubur hubungan
sosial yang mengharmonikan pribadi anak dengan
lingkungannya (Multiple Intelligence).
Anak sebagai pemelajar mengkonstruk sendiri
pengetahuannya “scaffolding”– “ZPD”---Akan lahir anak-anak
kreatif dan unggul.
20. Menangkis Wabah
Depresi Kehidupan Modern
Kearifan Lokal
“Anak-anak bersahabat
dengan bumi di mana ia pijak”
Mengenal dan belajar lebih dekat
dengan lingkungan sekitar
Berkomitmen dan Terbuka
21. “the Drugs of the
Millennium”
Seminar eksekutif Penanggulangan Adiksi
Pornografi di Grand Kemang tgl 27 September 2010
Pembicara 3 org pakar kelas dunia
Dr Mark B Kastleman Pakar adiksi Pornografi dari
AS
Dr RandallF Hyde Psikiater
Dan Prof Dr. Malik Badri seorang Ilmuwan Islam
Perilaku Narsisis
Perilaku Machiavelis
Perilaku Psikopatis
‘Narkoba Lewat Mulut
Narkoba Lewat Mata
(Visual CrackCoccain)’
Revolusi Teknologi Revolusi
Seks
22. Bahaya yang Tak Menentu.....
Saat penyakit
tanaman
datang,
Saat hujan dan
panas datang tanpa
aturan
Kiamat atau penciptaan
teknologi Baru?
Saat cadangan
energi fosil
mulai menipis
Saat tenaga
nuklir
digunakan
Saat rawan
pangan
melanda
manusia
Saat hutan-hutan
gundul
Saat semua biji-biji
mulai langka
23. Bagaimana Cara Manusia
Belajar?
Dari yang ia lihat
Dengar
Cecap
Baui
Sentuh
Lakukan dengan
tangan
Bayangkan
Intuisikan
Rasakan
Jeannette Vos
“Potensi Alamiah
(nature) Siswa Harus
Digali”
Character Education
Manusia yang
Berbudaya
Dengan Nilai2
Kebangsaan
24. Kurikulum Pertama Manusia
‘Lingkungan Alamiah’---natural world
Bahasa,
Adat Istiadat,
Budaya,
Nilai-Nilai
Kebajikan
Latar Geografis
“Hidden Curriculum”
-Vygotsky –
Zone of Proximal Development
Dasar dan Prinsip
pembelajaran Kontekstual
25. Pesan Budaya Lokal dan
Tuntutan HOTS dalam Kurikulum
2013
Vygotsky (1896-1934)
“Kontribusi budaya, interaksi sosial, dan sejarah
dalam pengembangan mental individual anak
sangat berpengaruh. Khususnya dalam
pengembangan bahasa, membaca, dan
menulis yang mengacu pada perkembangan
fungsi mental tinggi (Higher Order Thinking
Skill)----berdampak pada persepsi, memori,
dan berpikir anak”.
26. Fungsi Bahasa Ibu (Mother
Tongue)
Ida Wayan Oka Granoka
mengistilahkan gerak bahasa bayi dengan ibunya
sedari dalam rahim dengan istilah
“Guttural-Palatal-Cerebral”.
“Bahasa Ibu Sakti” yang memperkuat gerak
bahasa menjadi menyempurna. Kosakata
bersabda
menguatkan literasi dalam membaca, menulis,
dan berkarya.
Program Literasi Dunia (Unicef) mengusung“bahasa
Ibu”
28. Modal Sosial Bali yang Tumpah
Ruah
Bahasa,
Adat Istiadat,
Seni, Budaya
Nilai-Nilai
Kebajikan
Perlakuan terhadap
alam (Sistem
Subak)
Latar Geografis
Kurang Dimanfaatkan
Dalam Proses Pembelajaran
Silabus dan RPP
Copy Paste
Sebagai Kitab Suci!
29. Kurikulum Pertama Manusia
‘Lingkungan Alamiah’---natural world
Bahasa,
Adat Istiadat,
Budaya,
Nilai-Nilai
Kebajikan
Latar Geografis
“Hidden Curriculum”
-Vygotsky –
Zone of Proximal Development
Dasar dan Prinsip
pembelajaran Kontekstual
Muatan Lokal
30. Lesson Learnt Adat Minang nan
Terbentang….
Adat nan dipakai baru,
Kain nan dipakai usang
Cupak nan sepanjang betung
Adat nan sapanjang jalan
31. “Untuk mendidik seorang anak seluruh
kampung ikut terlibat”
“Education for All---no child left
behind”
Anak dipangku kamanakan
dibimbing
“It Takes a Whole Village to Raise a
Rumah Gadang
Surau
Limbago adat
“Memfungsikan”
Ada, Amak Rahmah, Ibu Rosnidar,
Mak One, Mak Icam, Mak Pokeng,
Cik Elok Jali, Anduang Oleng
dsbnya
“Para bundo kandung”
“Female Modesty”
Samuik tapijak indak mati
Alu tataruang patah tigo
Child”
(Turkey, African Proverb—Hillary Clinton)
32. Communitarian Capitalism
Berdunsanak memagari dunsanak
Bakampuang memagari kampung
Bernagari memagari nagari
Berbangsa memagari bangsa
Creative Capitalism ????
“Bill Gates”
Sawah ladang labuah nan pasa
Padi manjadi jaguang maupiah
Lumbuang baririak di halaman
Rankiang tujuh sajaja
Ciek si Bajau-bajau
Panenggang anak dagang lalu
Sabuah si Tinjau Lauik
Panenggang anak korong kampuang
Birawari lumbung nan banyak
Makanan anak kamanakan
Masyarakat Madani
Yang Sejahtera
33. Cupak Nan Duo:
Cupak Usali dan Cupak Buatan
Gantang nan pepat
Bungkal nan piawai
Teraju yang tak
berpaling
Berjenjang naik
bertangga turun
Nan hitam tahan tapa
Nan putih tahan sasah
Berukur bertentukan
Nan berbaris nan
berpahat
Nan ditekuk yang
”Nan dikisa laju,
nan dicabuik mati”
ditebang
“Rasa Periksa, Alur dan Patut dalam Mendidik”
34. Alam Takambang Manjadi Guru
Panakiak pisau sirauik
Patungkek batang lintabuang
Salodong ambia ka niru
Satitiak jadikan lauik
Sakapa jadkan gunuang
Alam takambang jadikan guru.
Kuniang kunyik,
putiah kapua
Merah sago, kuriak
kundi
Manciok ayam,
badanciang basi
Bulek manggolong,
picak malayang
Hinggok mancakam,
tabang manumpu
Virtue
Hidden Curriculum
ESD
Kata nan Empat
Randai
Alat musik sederhana
Tarian
Verbal Art
35. “Generasi Berkualitas”
Hamka, Agus Salim, Marah Rusli, Sjahrir,
Hatta, Sutan Sahrir, M. Natsir, M. Syafei, Tan
Malaka, Bahder Djohan, Rasuna Said,
Marah Rusli, Muchtar Naim, Hasyim Ning,
Deliar Noer, Chairil Anwar, dan banyak lagi
lainnya.
36. Lesson Learnt
PENDIDIKAN ALAMIAH
Belajar Dari Pendidikan di Jepang
Tahun 1919 Moromizato seorang guru yang
sangat terkenal dari Seijo Jepang
mengenalkan sebuah mata pelajaran baru
yang memutar kiblat pendidikan sejak dini
diJepang.
Alasan Moromizato ….
“anak-anak membutuhkan langsung
bagaimana mengeksplorasi alam
dengan indera yang mereka miliki”
37. Kurikulumnya…
Mengamati bagaimana
kehidupan kupu-kupu, ulat,
belalang, kunang-kunang,
dan capung di sekitar
mereka. Halaman dan
kebun sekolah ditanami
berbagai aneka tanaman,
ada sayur dan kacang-kacangan,
umbi-umbian,
ada petak sawah dan padi,
ada ternak dan hewan
peliharaan, ada gelembung
sabun, juga kaca pembesar.
Pendidikan alami
bertumpu pada alam
semesta yang
tumbuh subur itu
sempat terhenti
karena terjadi perang
dunia ke 2, namun
pemerintah kembali
menghidupkannya
setelah perang
berakhir dengan
program lanjutan
bernama “Pendidikan
Konservasi”.
Pendidikan
konservasi membagi
diri dengan
“Pendidikan Polusi”.
Inquiry/Saintific Learning
Hands on Learning
38. Hi wa manako, kokuu wa kokoro,
kaze wa iki, umi yama kakete, wagami narikeri
Kearifan lokal
“ALAM TERKEMBANG MENJADI GURU”
Matahari adalah mata
penglihatan kita
Langit biru adalah hati
sanubari kita
Angin adalah nafas
kehidupan kita
Laut dan gunung
adalah tubuh kita
yang terbentang
39. Regulasi Muatan Lokal
Disahkan oleh Perda Gubernur
Kabupaten juga bisa menentukan,
menetapkan, melaksanakan MULOK sesuai
dengan kondisi daerah yang diatur oleh
Bupati/Walikota
Sekolah menentukan pilihan sesuai dengan
potensi sekolah dengan ketersediaan tenaga
pendidik dan kependidikan untuk
terlaksananya Mulok yang dipilih.
40. Struktur Penyelenggaraan Muatan
Lokal
Provinsi
Kabupaten
Keunggulan Sekolah
Muatan Kurikulum pada tingkat daerah
ditetapkan oleh Bupati/Walikota
Tahun 2014 ini akan disusun modul mulok
bertumpu pada pendidikan karakter di
Sumatera Barat
41. Kondisi Muatan lokal
Kurikulum 91 (kur nas 80 % dan kurmulok
20%) ternyata tidak dimanfaatkan dengan baik
Kur 2006, mulok menjadi 2 jam saja.
42. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
Nomor 81 A Tahun 2013
Tentang Implementasi Kurikulum, Pedoman Pengembangan
Muatan Lokal.
Dalam Pasal 77N Peraturan Pemerintaj Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional dinyatakan bahwa : (1) Muatan Lokal untuk setiap satuan
pendidikan berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan
keunikan lokal; (2) Muatan Lokal dikembangkan dan dilaksanakan pada
setiap satuan pendidikan.
Selanjutnya dalam Pasal 77P, antara lain dinyatakan bahwa: (1)
Pemerintah Daerah Provinsi melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menegah; (2) Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan
muatan lokal pada pendidikan dasar; (3) Pengelolaan muatan lokal meliputi
penyiapan, penyusunan, daan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal,
buku teks pelajaran, dan buku panduan guru; dan (4) Dalam hal seluruh
kabupaten/kota pada satu (1) provinsi sepakat menetapkan 1 (satu)
muatan lokal yang sama, koordinasi dan supervisi pengelolaan kurikulum
pada pendidikan dasar dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi.
43. Muatan Lokal sebagai bahan kajian yang membentuk
pemahaman terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya
bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan,
dan keterampilan kepada peserta didik agar:
Mengenal dan menjadi akrab dengan lingkungan alam,
sosial, dan budayanya;
Memiliki bekal kemampuan dan ketrampilan serta
pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya
maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; dan
Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/
aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
44. Tales of Hope Local Genius
Konstruktivis
me
Kecerdasan
Sosial dan
Kebajikan
“Learning To
Live Together
With…”
Local Genius
45. Muatan lokal bermanfaat untuk memberikan
bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan
kepada peserta didik agar:
1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan
lingkungan alam, sosial, dan budayanya;
2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan
serta pengetahuan mengenai daerahnya yang
berguna bagi dirinya maupun lingkungan
masyarakat pada umumnya; dan 3. memiliki sikap
dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/
aturan- aturan yang berlaku di daerahnya,
serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
luhur budaya setempat dalam rangka menunjang
pembangunan nasional.
46. Muatan Lokal dikembangkan melalui
tahapan sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi dan analisis konteks kurikulum.
Identifikasi konteks kurikulum meliputi analisis ciri khas,
potensi, keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan
daerah. Metode identifikasi dan analisis disesuaikan dengan
kemampuan tim.
2. Menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan.
Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang
merupakan persinggungan antara budaya lokal (dimensi
sosio- budaya-politik), kewirausahaan, pra-vokasional
(dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan kekhususan
lokal lainnya (dimensi fisik).
47. Penjelasan
a. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang
mendasar, nilai-nilai sosial, dan artifak-artifak (material dan
perilaku) yang luhur yang bersifat lokal.
b. Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang
mencakup pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi
jiwa usaha dan kecakapannya.
c. Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah
mata pelajaran muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal
lingkungan lebih baik, mengembangkan kepedulian terhadap
lingkungan, dan mengembangkan potensi lingkungan.
d. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-vokasional,
lingkungan hidup, dan kekhususan lokal lainnya
yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup.
48. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata
dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan
lokal yang dapat diangkat sebagai bahan
kajian sesuai dengan dengan keadaan dan
kebutuhan satuan pendidikan.
49. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan
pada kriteria berikut:
a. kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
b. kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang
diperlukan;
c. tersedianya sarana dan prasarana;
d. tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
e. tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
f. kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan
pendidikan;
g. karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah;
h. komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi,
keunggulan, dan kebutuhan/tuntutan);
i. mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada
kompetensi inti;
j. menyusun silabus muatan lokal.
50. Rambu-rambu pengembangan muatan lokal:
1. Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar beserta
silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan
lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan dapat
melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan
yang direncanakan oleh satuan pendidikan, atau
dapat meminta bantuan kepada satuan pendidikan
terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa
satuan pendidikan dalam satu daerah yang belum mampu
mengembangkannya dapat meminta bantuan tim
pengembang kurikulum daerah atau
51. Meminta bantuan dari Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di
provinsinya
Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik yang mencakup
perkembangan pengetahuan dan cara berpikir,
emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajaran
diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan
tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional.
Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal
dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR).
52. Program pengajaran dikembangkan dengan
melihat kedekatannya dengan peserta didik
Meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis.
Dekat secara fisik berarti bahwa terdapat dalam
lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik,
sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan
kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan
berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia
peserta didik.
53. Bahan pengajaran perlu disusun
berdasarkan prinsip belajar yaitu:
(1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak;
(2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum
diketahui;
(3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru;
(4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit.
Selain itu, bahan kajian/pelajaran diharapkan bermakna
bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat
membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
54. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan
harus bersifat utuh
Dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang
jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun
demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak
harus secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas I
sampai dengan kelas VI, atau dari kelas VII sampai
dengan kelas IX, atau dari kelas X sampai dengan kelas
XII. Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan
diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua
semester, atau satu tahun ajaran.
6. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan
lokal perlu memperhatikan jumlah hari/minggu dan
minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada
setiap semester.
55. Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan
dan pengelolaan muatan lokal, antara lain :
1. Satuan pendidikan Kepala sekolah, guru, dan komite
sekolah/madrasah secara bersama- sama mengembangkan
materi/ substansi/program muatan lokal yang sesuai dengan
kebutuhan dan potensi di sekitarnya.
2. Pemerintah provinsi Gubernur dan dinas pendidikan provinsi
melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal
pada pendidikan menengah (SMA dan SMK).
3. Kantor Wilayah Kementerian Agama melakukan koordinasi dan
supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah
(MA dan MAK).
4. Pemerintah Kabupaten/Kota Bupati/walikota dan dinas
pendidikan kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (SD dan SMP).
5. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melakukan
koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada
pendidikan dasar (MI dan MTs).
56. Sebuah Mimpi Kita Bersama......"Berbudaya Mutu”
Indonesia memerlukan ledakan pemikiran yang
maha sintesis, akselerasi kreatif, untuk
menyongsong seabad Indonesia merdeka.
Manakala berbagai disiplin Ilmu, dan Agama
sudah tak mampu membangkitkan kembali
kehidupan nilai-nilai, maka munculkanlah seni
untuk mensucikannya (Ida Wayan Oka
Granoka).
Seni mendidik dan mengajar yang bernilai
ekonomi dan kaya citarasa Indonesia, yang
secara falsafati diusung dengan nama
Pendidikan dengan Muatan Lokal sejatinya
57. Terimakasih
Dewi Utama Faizah 081314693825
dufa.fayza@gmail.com
Good teaching is one fourth
preparation and three
fourths pure theatre
(Gail Godwin)