Dokumen tersebut membahas tentang metode penelitian dakwah dan komunikasi. Terdapat penjelasan mengenai landasan filosofis penelitian, teori dakwah dan komunikasi, jenis penelitian, teknik analisis data, model analisis, peta dakwah dan komunikasi, serta teknik penulisan hasil penelitian.
3. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 2
Syarifudin
METODE PENELITIAN: Dakwah dan Komunikasi
@
Edisi Pertama, Cetakan Ke-II
Kencana, 2011 009
Hak Penerbitan Pada wad@akomsmart
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini
dengan cara apapun termasuk dengan cara fotocopy,
tanpa izin sah dari penerbit
Cover : Dinograf
Percetakan : wadakomsmart offset
Lay-out : Khuzainil
Perpustakaan Nasional : Katolog dalam tahun terbitan (KDT)
Syarifudin, M.Sos.I
METODE PENELITIAN:Dakwah dan Komunikasi
Ambon: www.hhttp; wadakomsmart
Ed. I Cet. I; 148 halaman: 21.5X15.5 cm
ISBN: 1973-0617-062-0
Cetakan ke I; 17 Juni 2011
wadakomsmart Ambon-Indonesia
4. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 3
Kata Pengantar
Berkat iradah dan karunia-Nya Allah swt sehingga mendapatkan sebuah
perbendaharaan yang paling indah dalam metode penelitian dakwah dan
komunikasi. Ilmu ini sifatnya ringan dibawa, dan bersinar jikala sepi serta
membantu jika susah, ia adalah ilmu. Buku ini termasuk serpihan dari
jutaan kajian ilmu sehingga memilih salah satu bidang kajian yakni metode
penelitian dakwah dan komunikasi kontemporer sebagai bahan pelengkap
bacaan bagi praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi.
Penulis harus jujur bahwa karya ini bukan murni pemikiran dari penulis
sendiri tetapi, karya banyak orang. Kerena tidak ada karya seseorang yang
tak lepas dari bantuan pemikiran orang lain. Penulis dibantu oleh berbagai
pandangan dan karya penulis sebelumnya terutama pemikiran Ali Mahfuz}
pendiri ilmu dakwah di Mesir, Muhammad Ali Aziz(ilmuan dakwah,
Sugiono, Sutrisno Hadi, Buku Panduan karya Ilmiah UIN Makassar tahun
2009, Mustarin Singke, Deddy Mulyana, Jalaluddin Rahmat, Stephen
Littlejhon(ahli komunikasi), Bogdan, Denis McQuwail, Lexy Moleong,
Burhan Bungin, Sapian Faisal, Robert K.Yin. Inovasi dan inspirasi dari
berbagai literatur inilah yang penulis kemas menjadi metode penelitian
dakwah dan komunikasi yang selama ini masih langkah dibahas secara
spesifik oleh ilmuan dakwah dan komunikasi.
Metode penelitian dakwah dan komunikasi dalam sarat dengan
perspektif, paradigma, citarasa dan metode penelitian sosial yang dapat
memudahkan mengungkap problematika Dakwah dan Komunikasi dan
kajian sosial lainnya. Buku ini lahir dari kelangkahan buku rujukan metode
penelitian dakwah dan komunikasi.
Buku ini sulit hadir didepan anda tanda bantuan para Dosen yang ahli
dibidangnya sehingga kami minta keikhlasan ilmunya sebagai guru, serta
ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Firdaus Muhammad, M.A dan Dr. Amar Ahmad, M.A (Dosen
Komunikasi Islam).
5. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 4
2. Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A dan Dr. Suf Kasman, M.A
(Jurnalistik Dakwah).
3. Dr. Arfah Siddiq, M.A dan Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A (Media
Dakwah Kontemporer).
4. Kepada Ibunda tercinta yang selalu mendoakan saya serta Istri dan
anakku Khuzainil Ardiansyah, Abdul Raihan, dan Andi Wahyuni
Ardani yang lucu sebagai inspirator dalam kesulitan moga dibalas
dengan karuniah yang lebih besar lagi.
Dengan demikian, hanya kepada Allah swt kami mengharap bimbingan,
hidayah, intuisi dan penalaran yang tajam sehingga panca indra kami dapat
merekam pesan-pesan Allah yang sifatnya tampak maupun yang tidak
tampak. Akhirnya hidupku, matiku dan seluruh perbuatanku aku pasrahkan
kehadirat Allah swt sebagai penguasa alam semesta, dan hanya Allah yang
Maha mengetahui dan Maha bijaksana melalui contoh dari Sunnah
Rasullullah saw.
Penulis
Syarifudin
6. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 5
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................... iii-iv
Daftar isi.....................................................................................................v-vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latarbelakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Permasalahan.......................................................... 3
BAB 2 LANDASAN FILOSOFIS
A. Ilmu Dakwah dan Komunikasi ................................................. 6
B. Pengertian penelitian................................................................. 6
C. Landasan Normatif. ................................................................... 6
D. Manusia dan masalahnya........................................................... 8
E. Kajian Filosofis........................................................................ 20
1. Ontologi.............................................................................. 24
2. Epistemologi....................................................................... 28
3. Aksiologi............................................................................. 39
F. Berpikir reflektif...................................................................... 40
G. Penelitian Natural/Kualitatif................................................... 47
BAB 3 TEORI DAKWAH DAN KOMUNIKASI
A. Pengertian................................................................................ 50
B. Ruang lingkup Kajian Teori.................................................. 52
C. Kajian Teori............................................................................. 54
1. Dakwah ............................................................................... 54
2. Komunikasi ......................................................................... 56
D. Jenis Karya Tulis Ilmiah.......................................................... 59
E. Bahasa Karya Tulis Ilmiah ...................................................... 62
BAB 4 METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 65
B. Teknik mengungkap pakta (eksplanasi) .................................. 74
C. Proses Pengambilan Data ....................................................... 78
7. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 6
D. Skala Pengukuran Istrumen..................................................... 81
E. Teknik Analisa Data................................................................ 85
1. Teknik Analisis Data kuantitatif ...................................... 85
2. Teknik Analisis Data kualitatif ........................................ 87
BAB 5 MODEL ANALISIS DAN PENDEKATAN
A. Pengertian................................................................................ 89
B. Analisis teks dan bahasa.......................................................... 89
1. Konten Analisis (analisis isi).............................................. 91
2. Analisis Bingkai (Framing analysis) .................................. 92
3. Analisis Semiotik ............................................................... 93
4. Analisis Hermeneutika ....................................................... 96
C. Analisis tema-tema budaya ..................................................... 96
1. Analisis kinerja dan individual........................................... 97
2. Analisis Focus Group Discussion (FGD) ........................... 98
3. Analisis Studi Kasus........................................................... 98
4. Analisis teknik biografi .................................................... 100
5. Analisis SWOT................................................................. 100
6. Analisis dokumenter........................................................ 103
7. Analisis Digital forensip................................................... 104
BAB 6 PETA DAKWAH DAN KOMUNIKASI
A. Pengertian.............................................................................. 105
B. Ruang lingkup penelitian....................................................... 109
C. Peta Dakwah dan Komunikasi............................................... 111
D. Sinopsis Penelitian Kualitatif............................................... 113
BAB 7 TEKNIK PENULISAN
A. Teks (Bagian Tubuh Tulisan)................................................ 128
B. Kutipan dalam Teks............................................................... 131
C. Pustaka................................................................................... 151
TEKNIK PENULISAN Artikel Internasional
8. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 7
A. Latar belakang
Spirit penelitian ilmu komunikasi adalah firman Allah swt
menjelaskan dalam Al-Quran surah Al-Imran ayat 190 yang menyuruh
manusia menelah, meneliti, dan menggunakan potensi akal untuk membaca
tanda-tanda pergantian siang dan malam seabgai objek penelitian. Perintah
penelitian ini Allah informasikan dalam QS Al-Imran/3: 190.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Ayat ini memberikan perintah untuk meneliti proses pergantian
siang dan malam sebagai khazanah dan kekayaan fenomena yang perlu
diperhatikan secara cermat dengan menggunakan metodologi yang
sistematis dan akurat sehingga tidak keliru dalam menentukan kebijakan
dan kesimpulan.
Salah satu tanda-tanda kebesaran Allah swt ketika cermat dan
sistematis membaca tanda-tanda perubahan sosial. Hal ini bisa terwujud
ketika para calon peneliti memiliki 3 fasilitas:
1. Calon penelitia cerdas membaca tanda fenomena sosial dan peka
terhadap sebab perubahan sosial.
2. Calon peneliti memiliki kecerdasan memahami tanda sebagai objek
penelitian, mampu memahami kronologis mulai dari awal sampai saat
ini. Analoginya dari sebutir benih menjadi pohon yang besar.
a. Model pertama dalam memahami objek penelitian bisa
menggunakan panca indra baik lahir maupun batin. Caranya baca
sabbhisma rabbikal ‘ala.
BAB 1
PENDAHULUAN
9. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 8
b. Model kedua baca bismillah niatkan dalam hati moga apa yang
dipahami dari kebesaran Allah bisa mendapatkan hikmah yang
besar bagi kemaslahatan umat manusia.
c. shalat sunat minta pentunjuk pada Allah kemudian baru
memahami objek yang akan diteliti.
PERBEDAAN JENIS RISET/PENELITIAN
Penelitian Sehari-Hari Penelitian Ilmiah
1. Intuisi
2. Anggapan Umum(Common
Sence).
3. Tidak ada aturan dalam
memahami, menjelaskan, dan
memberi nilai.
4. Dilakukan setiap saat dan pilih-
pilih (selektif).
5. Kebetulan
6. Lebih fokus pada kebutuhan
pribadi.
1. Menelaah, menjelaskan, dan
memberi nilai objek penelitian
berdasarkan teori.
2. Sistematis, terstruktur, dan bisa
diferifikasi kembali dengan metode
yg diterapkan.
3. Memiliki rencana
4. Objektif, tidak memihak apalagi
menghakimi objek penelitian.
Menggambarkan apa adanya
dengan menawarkan gagasan dan
ide baru yang manfaatnya lebih
besar bagi umat manusia.
5. Fokus pada bidang keilmuan yang
digunakan untuk memahami
realitas.
CIRI DAN KARAKTERISTIK METODE ILMIAH
1. Bersifat Publik a. Tergantung pada informasi/realitas yang
ada.
b. Memberitahukan hasil risetnya pada orang
lain.
c. Sangat terbukan terhadap koreksi dan
ferifikasi untuk mendapatkan ide dan
gagasan yang lebih baik.
2. Objektif a. Di atur dalam metodologi yang telah
disepakati secara ilmiah.
b. Berhubungan dengan fakta-fakta tidak
memihak karena sifatnya pada kemaslahan
umat manusia.
10. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 9
3. Empirikal a. Sifat penelitian dapat diukur dengan
pengetahuan manusia.
b. Menolak penelitian yang sifatnya tidak bisa
dideteksi oleh panca indra.
c. Konsep harus didefinisikan secara jelas
untuk memudahkan orang lain memahami
apa yg dimaksudkan.
4. Sistematis/Kumulatif a. Review literatur; artinya menelaah literatur
yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
publik.
b. Ide dan gagasan berpotensi memberikan
regulasi yang lebih banyak manfaatnya.
c. Memiliki konsistensi(istiqamah) yg tinggi
agar tidan menimbulkan tafsiran yang
berganda terhadap istilah yang digunakan
5. Prediktif a. Hasil penelitian dapat dijadikan kebijakan
dan mampu memprediksi kejadian masa
depan yang akan terjadi.
6. Dapat difevikasi kembali Metode yang digunakan terus berkembangan
dan diperbaiki untuk lebih mendalam dan
akurat prediksi penelitian yang dilakukan.
Metode penelitian ini lahir akibat dari kemajuan kemampuan cara
berpikir manusia untuk memperbaiki, memudahkan, dan menyelesaikan
permasalahan kehidupan manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Cara
mengungkap fakta tersebut berdasarkan pengamatan melalui realitas (data-
data) yang didapatkan melalui ketajaman dan kecerdasan indrawi menelaah
realitas sosial.
Ketajaman analisis sebuah masalah dan keluasan kegunaan sebuah
penelitian akan melahirkan perbedaan antara strata kajian S1, S2 dan S3.
Oleh karena itu calon peneliti perlu memilih, memilah, dan menetapkan
masalah yang dianggap dapat dikaji berdasarkan fakta dan referensi yang
dapat mendukung temuan anda. Penelitian yang bermutu tinggi akan tetap
menjadi rujukan calon peneliti dan akan tetap bertahan sepanjang masa.
Hasil penelitian itulah yang akan menjadi amal jariah secara on line,
11. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 10
sebagaimana James Watt menemukan energy listrik sampai sekarang ini
tetap digunakan untuk kemaslahatan umat manusia moderen dewasa ini.
Seni mendapatkan informasi dan memproduksi informasi dalam
penelitian dakwah dan komunikasi termasuk seni dokumentasi data dari
hasil temuan peneliti. Data yang valid adalah data yang diperoleh
bedasarkan kaidah-kaidah ilmiah yakni metode pengumpulan data dan
analisis serta dilandasi oleh motivasi (niat) yang jujur dan objektif untuk
kemaslahatan umat manusia.
Kejujuran peneliti dan objetifitas pengambilan data baik pustaka dan
data lapangan dibutuhkan kredibilitas peneliti sendiri. Karena hal ini
berhubungan dengan keabsahan data yang akan dijadikan sebagai pendapat
atau hujjah dalam melakukan dakwah dan komunikasi. Dengan demikian
kejujuran peneliti yang professional harus dilandasi oleh sifat:
1. Siddiq (dapat dipercaya),
2. Tablig (Memiliki kecerdasan menyampaikan pesan)
3. Amanah (bertanggungjawab)
4. Fat}anah (cerdas berpikir, menyampaikan argumentasi, dan cerdas
prilaku sebagai tada keilmuannya.
Keempat kriteria sifat yang harus dimiliki oleh seorang peneliti. Sifat ini
akan berhubungan dengan validitasi data yang sesuai kriteria ilmiah seperti:
1. Data dapat dipertanggungjawabkan.
2. Memiliki sistematika dan mekanisme yang dapat diikuti oleh orang
lain.
3. Kebenaran data bersifat universal
4. Tidak bertentangan dengan akal/Rasio
5. Dapat diferifikasi
6. Dapat dicernah oleh indra
7. Tidak bertentangan dengan Agama
12. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 11
Metodologi penelitian dakwah dan komunikasi termasuk mekanisme dan
cara menghimpun data sama dengan metode penelitian pada umumnya
yakni mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan.
Kesimpulan yang valid jika didukung oleh data yang lengkap dan memiliki
kualitas data yang kredibel. Kredibilitas data yang valid jika harus didukung
oleh teori ilmu pengetahuan Ontologi (ilmu tentang wujud/yang ada),
Epistemologi (ilmu tentang cara menyusun Ilmu), dan Aksiologi (nilai etika
dan estetika ilmu).
Metode penelitian dakwah dan komunikasi terus mengalami
perkembangan sesuai dengan ledakan jumlah penduduk, dan perkembangan
teknologi canggih sebagai instrumen kemajuan ilmiah. Fummel (1958)
menegaskan bahwa kajian akademik terus mengalami kemajuan cara
menyelesaikan permasalahan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.
Kajian akademik khususnya metode penelitian dakwah dan komunikasi
sampai saat ini masih mendapat problematika yang cukup signifikan. Kajian
ilmu tidak terbatas ia berjalan terus sesuai perkembangan manusia dalam
mencari kebenaran baik kebenaran positifistik, kebenaran relatifitas dan
kebenaran Mutlak yaitu Allah swt. Akhir dari ilmu adalah membentuk
prilaku manusia menjadi insan, dan akhlaqul qarimah dalam
menyebarluaskan ilmu untuk mencapai rahmat bagi alam semesta.
B. Identifikasi Permasalahan
Metode dakwah dan komunikasi jika melihat hasil penelitin yang ada
masih jauh dari apa yang diharapkan banyak problematika ilmu dakwah dan
komunikasi yang sampai sekarang ini belum banyak disentuh oleh para
praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya penyebaran
informasi kepada lapisan-lapisan masyarakat.
Dengan demikian perlu di indentifikasi problematika tersebut untuk
menelaah, menyelidiki dan memahami bagaimana metode penelitian yang
kredibel berdasarkan pada teori ilmu pengetahuan yaitu ontologi,
13. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 12
epistemologi dan aksiologi sebagai instrument ferfikasi metode penelitian
dakwah dan komunikasi.
Metode penelitian dakwah dan komunikasi sampai saat ini jika belum
maksimal memberikan kontribusi signifikan akibat permasalahan sebagai
berikut:
1. Pemerintah belum menjadi hasil kajian ilmiah sebagai informasi
yang penting dalam membuat kebijakan.
2. Banyak hasil penelitian yang tidak layak menjadi penentu kebijakan.
Peneliti dalam melakukan penelitian kurang mempertimbangkan
azas manfaat, baik manfaat akademik maupun manfaat praktis.
3. Mekanisme pengambilan data cenderung belum maksimal memenuhi
kaidah-kaidah penelitian sehingga peneliti kerap kali mengambil
jalan pintas sehingga hasil penelitiannya kurang kredibel.
4. Peneliti belum menjadi sebuah instrument Pemerintah untuk
membuat kebijakan yang strategis tetapi lebih pada kepentingan
pribadi.
5. Jasa peneliti belum dihargai oleh Pemerintah sesuai profesionalisme
dalam mengungkap probelmatika.
6. Peneliti di bidang akademik cenderung mulai sifat instan, yang
penting cepat selesai sehingga melakukan hal-hal yang kerap kali
bertentangan dengan kaidah metodologi penelitian.
7. Kurangnya panduan peneliti dalam bidang Dakwah dan komunikasi.
Rumpun ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di Kementrian
agama kurang memiliki para ahli sehingga perkembangannya kurang
signifikan.
Dari identifikasi permasalahan tersebut, maka perlu buku panduan
peneliti khusus bagi konsentrasi dakwah dan komunikasi untuk
memudahkan para ilmuan dan praktisi dakwah dan komunikasi dapat
maksimal melakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi serta
14. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 13
solusi berupa rekomendasi dan kebijakan strategis pada kementrian agama
dan instansi lain yang terkait sehingga, terjadi perubahan sosial yang lebih
baik di Indonesia.
Perubahan sosial dapat terjadi jika ada temuan seperti contoh penemuan
media teknologi komunikasi telah terbukti telah melakukan perubahan
sosial yang sangat cepat terhadap masyarakat dunia. Temuan ini, termasuk
penemuan yang spektakuler dari hasil analisis dan pendekatan ilmiah yang
mendalam.
Selain analisis dan pendekatan metode penelitian dakwah dan
komunikasi yang tidak kalah penting menurut Mustarin Singke adalah
tulisan itu harus runtut adalah dan memiliki satu kesatuan yang tak
terpisahkan sebagai contoh:
1. Pemilihan masalah harus jeli melihat hubungan dan batasan masalah
tersebut.
2. Relevansi antara Masalah dengan judul.
3. Relevansi antara judul bab dengan sub masalah.
4. Relevansi antara Bab dengan Bab.
5. Hubungan submasalah dengan tujuan, saran dan rekomendasi.
6. Hubungan kesimpulan dan sub-sub masalah
7. Relevansi antara kesimpulan, masalah dan abstrak.
Inilah yang akan menjadi perhatian serius dalam buku metodologi
penelitian dakwah dan komunikasi.
A. Pengertian penelitian
Metode penelitian dalam bahasa inggris disebut sebagai science research
method metodologi berasal dari kata metodologi maknanya ilmu yang
menyelidiki, menelaah, cara pencarian, penyusunan, pengejaran, atau
BAB 2
LANDASAN FILOSOFIS
15. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 14
penelitian. Research artinya melakukan pencarian. Berarti metodologi
penelitian adalah seperangkat ilmu pengetahuan tentang langkah-langkah,
sistematis logis, tentang mekanisme pencarian data yang berkenan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis kemudian diambil kesimpulan dan
rekomendasi demi kemaslahatan umat manusia.
B. Landasan Normatif.
Penelitian yang baik perlu memiliki landasan kebenaran korenspodensi,
koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri. Sejak awal prinsip ini perlu
dibangun untuk menentukan instrument (alat ukur kebenaran) dalam
melihat problematika berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Bagi kaum
positifisme kebenaran empiris yang menjadi alat ukur, tetapi untuk rumpun
ilmu dakwah dan komunikasi Islam melakukan kolaborasi antara khusuli
dan hudhuri dengan aliran empirisme, positifisme, dan idealisme.
Metode penelitian yang telah dianalisis perlu memperhatikan nilai-nilai
etika dan estetika keilmuan sehingga dapat dikategorikan sebagai ilmu.
Pemberlakuan unsur-unsur tersebut biasanya ditetapkan secara khusus
untuk konteks lingkungan akademik yang tertentu. Walaupun begitu, secara
umum, unsur-unsur di bawah ini dipandang berlaku umum dalam setiap
penulisan karya tulis ilmiah.
1. Memelihara kejujuran, ini berarti tulisan yang disajikan bukan
merupakan milik orang lain. Penulis karya tulis ilmiah harus secara
jujur membedakan antara pendapatnya dan pendapat orang lain yang
dikutip. Pengutipan pernyataan dari orang lain harus diberi kredit,
pengakuan atau penghargaan dengan cara menyebutkan sumbernya.
2. Menunjukkan sikap rendah hati (tawa>d}u‘). Karya tulis ilmiah, misal-
nya, tidak perlu mengobral kata-kata atau istilah-istilah asing dalam
konteks yang tidak tepat dan perlu karena penulis bermaksud mema-
merkan kemampuannya dalam bahasa asing yang bersangkutan.
Biasanya, penulisan kata-kata asing diperlukan jika padanannya
16. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 15
dalam bahasa Indonesia belum ada atau dianggap belum tepat. Begitu
juga pengutipan dan perujukan silang (cross reference), baik dalam
catatan kaki maupun dalam daftar pustaka, sebaiknya tidak memuat
literatur-literatur yang tidak relevan dengan topik karya tulis ilmiah,
sebab yang demikian itu dianggap hanya memamerkan kekayaan
literatur dan kemampuan bahasa (asing) penulisnya saja.
3. Bertanggung jawab atas informasi dan analisis yang diungkapkan,
serta tidak melemparkan kesalahan yang terdapat dalam karya tulis
itu kepada orang lain, atau pihak lain.
4. Bersikap terbuka, dalam arti memberikan kesempatan kepada pihak
lain untuk memeriksa kembali kesahihan data dan fakta yang
dikemukakan dalam karya tulis ilmiah itu.
5. Bersikap cermat dalam mengemukakan data, pernyataan, penulisan
nama orang, nama tempat, ejaan, dan lain-lain. Kesemberonoan dan
kemalasan dalam melakukan pengecekan ulang terhadap data yang
dikemukakan menunjukkan rendahnya etika dan tradisi ilmiah sese-
orang.
6. Bersikap objektif dalam menyajikan uraian. Salah satu faktor yang
menunjang sikap objektif dalam mengemukakan argumentasi dalam
sebuah uraian adalah pemahaman yang memadai tentang aturan-
aturan berpikir yang benar, yang dikenal dengan logika. Pemahaman
terhadap bidang pengetahuan ini memungkinkan seseorang
menghindari prosedur dan cara-cara berpikir yang salah (logical
fallacies).
C. Manusia dan masalahnya
Kesulitan-kesulitan dalam menghadapi masalah disebabkan oleh dua
faktor yaitu pertama; orang kurang tahu caranya memecahkan masalah yang
dihadapi itu. Kedua; orang kurang ilmu atau informasi tentang cara
menyelesaikan permasalahan tersebut. Semakin banyak masalah yang
17. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 16
dihadapi seseorang semakin sedikit ilmunya dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Orang yang memiliki banyak cara menyelesaikan permasalahan
hidupnya secara praktis umumnya cerdas keluar dari masalah yang dihadapi,
pengetahuan semacam ini disebut ilmu praktis/terapan. Ilmu adalah
kumpulan pengalaman-pengalaman kebenaran yang telah dirasakan secara
kontinyu oleh manusia dihimpung dalam satu struktur kalimat.
Cara penyelesaikan seseorang membutuhkan standar kebenaran sebagai
panduan penyelesaian masalah sebagai kebenaran yang disepakati yang
tertuang dalam bentuk aturan normatif oleh masing-masing komunitas
sesuai agama, budaya, dan idiologinya. Dalam kajian dakwah dan
komunikasi ukuran ilmiah berangkat dari kebenaran korespondesi,
koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri.
Dalam menyelesaikan permasalah menurut ilmu pengetahuan yang telah
ditemukan oleh para ilmuan yaitu cara berpikir analistik dan cara berpikir
sintetik. Filosofi Penelitian Kualitatif Sanapiah Faisal menganalogikan
metodologi penelitian kualitatif seperti lampu lalulintas (traffic lights) yang
berfungsi sebagai pengatur arus gerak kendaraan bermotor yang melintas di
persimpangan jalan. Jika lampu mera menyala maka kendaraanpun
berhenti.
Pertanyaannya adalah apakah arus gerak kendaraan itu termasuk bersifat
mekanistik? atau bersifat otomatiskah prilaku para pengendara kendaraan
tersebut? atau pengedara kendaraan itu mencerminkan mekanisme kausal?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut ternyata tidak tunggal.
Jawabannya sangat bergantung pada aliran pemikiran atau tradisi
pemikiran atau idiologi kebenaran yang dianut. Jawabannya tergantung
pada pemikiran filsafat yang dianut khususnya tentang mekanisme dalam
proses ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Dalam kajian metode dakwah dan Komunikasi Islam ini lahir untuk
memperkaya dan memberi nilai etika dan estetika kepada teori-teori
18. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 17
komunikasi moderen yang berkembang di Eropa dan di Indonesia yang
tampaknya indah dipandang mata tetapi kering dengan nilai-nilai moral
keilmuan. Dampak ini akibat kekeliruan membangun aksiologi keilmuan
dari warisan pemikiran Ibnu Rus, Ibnu Sina yang diadopsi oleh dunia Eropa
kurang memahami proses penerapan ilmu sehingga dapat memicu pola pikir
praktisi ilmuan menilai manusia hanya sekedar materi belaka.
Kekeliruan tersebut berpengaruh terhadap bangunan epistemologi
keilmuan, sehingga melahirkan eksplotasi terhadap alam, pelacuran sumber-
sumber energi tanpa ada program konservasi alam.
Orientasi epistemologi keilmuan melahirkan idiologi kapitalis,
materialisme, positifisme dan pragmatisme yang berdampak pada teori ilmu
komunikasi. Hemat penulis ini telah menyalahi adab/etika keilmuan yang
merubah pola pikir manusia menjadi bijaksana, cinta alam dan berbakti
pada Tuhan sebagai sumber ilmu. Dalam mendapatkan ilmu tradisi eropa
tidak memiliki adab/etika dalam mendapatkan ilmu sehingga ilmu yang
diproduksi cenderung liar dan tidak bisa di jinakkan. Sehingga lahirlah
produk demokrasi sebagai bentuk produk ilmu yang semata-mata mencari
kemenangan tetapi tidak mencari kebenaran inilah fakta dari ilmu yang
kering dengan nilai-nilai etika dan estetika.
Gregori Bateson juga memberikan sanggahan yang sangat tegas oleh
sebagian ilmuan barat yang beridiologi empirisme, materialism, dan
idialisme juga telah menyalahi kaidah-kaidah epistemologi yang
bertentangan dengan nilai-nilai h}ikmah.
Implikasi epistemologi yang keliru tersebut, berkorespondesi terhadap
produk teknologi dan komunikasi moderen yang menyebabkan rusaknya
lapisan-lapisan alam, insektisida, polusi, lapisan ozom rusak, jalur lalu-
lintas pesawat terbang, jarahan radioaktif, lalu-lintas informasi dan
menopoli satelit. Semua ini diakibatkan oleh kekeliruan membangun
epistemologi ilmu pengetahuan karena motivasi kapitalisme yang tidak
19. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 18
terkenali dijadikan idiologi dalam keilmuan yang berdampak pada
penerapan ilmu itu.
Hemat penulis inilah prediksi Ali bin Abi Thalib yang dikutip Amsal
Baktiar bahwa celakalah orang yang tidak mengetahui apa hakikat ilmu
pengetahuan tetapi tidak pernah bersujud pada pemberi ilmu pengetahuan
itu. ilmu ruhani akan hilang meninggalkan materi ilmu. Kelihatan hanya
jazat ilmu yang tampak menarik dipermukaan tetapi kering dengan nilai
kearifan, melainkan ia bringas laksana beringasnya harimau lapar.
Kebringasan itu tampak pada pencitraan negara Timur Tengah dan asia
tenggara dicitrakan lewat propaganda komunikasi lewat teknologi informasi
guna merusak citra masyarakat Timur Tengah sesama ciptaan Tuhan yang
diberi ruang untuk hidup diplanet bumi. Sikap yang sama juga diprediksikan
oleh Bacon mengenai ciri epistemologi keilmuan Barat yang mendewakan
materialisme dan sekularisme yang ingin menguasai alam adalah mustahil.
Bacon menilai bahwa epistemologi ilmu pengetahuan era sekarang hanya
menarik secara bentuk tetapi kurang memiliki jiwa perbaikan akibat proses
epistemologi yang keliru. Produk epistemologi ilmu komunikasi cenderung
memengaruhi, menjajah dalam berbagai macam produk keilmuan seperti,
demokrasi, budaya, teknologi dan eksploitasi sumber daya alam baik laut,
maupun udara karena idiologi yang dibangun adalah idiologi materialisme
yang berlebihan. Dampak negatif dari kekeliruan epitemologi tersebut,
melahirkan gempa dimana-mana serprti Aceh tahun 2003 Jepang tahun
2011, kerusakan alam, polisi udara, darat semua ini tidak terlepas dari
kekeliruan membangun epistemologi ilmu pengetahuan.
Gejolak penjajahan keilmuan barat tersebut sehingga perlu diberikan
nilai aksiologi Islam yang berbasis pada Al-Quran dan Sunnah sehingga
nilai informasi itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qana>ah. ada
titik temu antara ilmu langit dan ilmu alam. Doktrin sumber komunikasi
Islam yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw merupakan
20. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 19
sumber primer materi pengetahuan yang perlu didesain menjadi ilmu
pengetahuan yang memiliki fungsi kearifan antar sesama manusia.
Wacana komunikasi Islam disusun kemudian direalitaskan dalam bentuk
Aqidah, syariah dan Akhlaq dalam tataran implementatif trilogi ini harus
menyatu dalam membangun disiplin ilmu komunikasi Islam yang permanen.
Al-Quran, Sunnah Rasulullah, Fenonema alam wadah kajian ontologi yang
dapat mengungkap wujud sumber pengetahuan yang tersirat dalam Al-
Quran dan Sunnah perlu dieksplorasi menjadi materi keilmuan bagi
konsentrasi dakwah dan komunikasi.
Disiplin ilmu komunikasi Islam di Fakutas Dakwah dan Komunikasi di
seluruh Indonesia belum menjadi konsumsi permanen tetapi hanya sebatas
wacana pengetahuan semata belum menjadi sebuah disiplin ilmu yang dapat
diferifikasi secara ilmiah. Kajian ini menjadi penting untuk mendapatkan
format komunikasi Islam yang berasal dari perpaduan antara komunikasi
murnih yang bercorak bottom up dan komunikasi Islam yang bercorak top
douwn serta bagaimana model integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah
dan komunikasi murnih.
Al-Quran dan Sunnah sebagai wujud pengetahuan tersebut, perlu
didialogkan dengan fakta empiris tentang proses komunikasi sesama umat
manusia yang sesuai nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah. Untuk mendialogkan
Al-Quran dan Sunnah tersebut membutuhkan teori ilmu pengetahuan untuk
mendapatkan sumber materi kemudian disusun secara sistematis sesuai
kaidah-kaidah logika matriil filsafat ilmu pengetahuan berdasarkan pada
aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya sumber pengetahuan
dalam Al-Quran dan Sunnah jika melihat objek pengguna komunikasi Islam
yang berjumlah 5 Milyar jiwa, yang berbeda-beda suku etnis, agama,
budaya secara naluri membutuhkan pola komunikasi yang dapat
menyehatkan jiwa, serta meminimalisasi terjadinya konflik maka peran
komuniksi Islam sangat dibutuhkan.
21. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 20
Untuk menjadikan materi pengetahuan yang telah ditemukan dalam ayat
Al-Quran dan Sunnah tersebut, perlu diproses lewat epistemologi sebagai
teori ilmu pengetahuan yang mengkaji dan menyelidiki secara sistematis
wujud materi yang telah didapatkan dari penelusuran ayat Al-Quran,
Sunnah dan fakta empiris yang dapat cernah oleh akal dan panca indra
menjadi sebuah bangunan keilmuan yang mandiri.
Setelah telah disusun materi pengetahuan tersebut di dalam mesin
epistemologi secara sistematis maka proses selanjutnya ilmu tersebut dinilai
manfaat bagi kemaslahatan umat dalam teori ilmu pengetahuan yakni
aksiologi. Teori ilmu ini menyelidiki, mengkaji dan menelaah nilai etika dan
estetika dari materi ilmu tersebut.
Permasalahannya adalah komunikasi Islam masih bersifat parsial belum
berdiri menjadi satu disiplin tersendiri. Pertanyaan adalah bagaimana cara
komunikasi Islam dapat menjadi disiplin ilmu yang mandiri, dan bagaimana
pola integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah dan komunikasi. Dalam
makalah ini penulis rumuskan menjadi 3 pokok masalah yaitu:
1. Apa materi Dakwah dan komunikasi Islam dalam kajian ontologi,
epistemologi, dan aksiologi?
2. Bagaimana menyusun teori kebenaran menurut Dakwah dan
komunikasi Islam dalam kajian ontologi, epistemologi, aksiologi?
3. Mengapa harus ada proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan
komunikasi?
Untuk menghindari pemahaman yang keliru terhadap judul makalah ini,
maka perlu penulis jelaskan makna leksikal dan gramatikal kalimat dari
judul makalah ini. Hal ini dilatarbelakangi banyaknya pemahaman makna
lain dari kata dan kalimat dalam judul makalah di atas.
Pengertian Komunikasi Islam: Ilmu yang menyelidiki dan mempelajari
secara sistematis, analitis, proses pengiriman pesan dan penerimaan
informasi yang dapat merubah prilaku manusia menjadi lebih baik
22. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 21
berdasarkan sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Definisi komunikasi Islam
di atas maka proses selanjutnya adalah mendesain materi komunikasi Islam
baik objek formal (materi keilmuan) dan objek informasi (Prilaku
komunikasi manusia). Semua ini diferifikasi dalam mesin teori ilmu yakni
ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Komunikasi Islam adalah: disiplin ilmu yang menyelidiki, mempelajari,
dan menelaah secara kritis sistematis, proses komunikasi dengan Allah,
manusia dan alam baik yang bersifat rasional maupun metarasional,
menurut sifat, tujuan fungsi dan metodenya. Metarasional juga adalah
sebuah realitas yang dapat dirasakan serta dapat berpengaruh pada objek
yang matriil (prilaku manusia).
Komunikasi Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yang
mengungkap cara berkomunikasi para Nabi dan Rasul Allah, khususnya
sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. manusia dan alam
semesta. Adab penyebaran dan penerimaan informasi melalui komunikasi
Islam dalam mengekspresikan informasi lebih menekankan pada perubahan
prilaku yang dapat memacu suasana kebatinan untuk gemar melakukan
komunikasi secara baik (ah}san). Tradisi dan prinsip dasar komunikasi Islam
adalah gemar berkomunikasi yang dapat menyehatkan jiwa menjadi baik.
Menyehatkan jiwa termasuk fungsi komunikasi Islam yakni, didasari
oleh niat baik dalam mengubah sikap, memengaruhi, mendidik,
memperbaiki prilaku komunikasi yang dalam bentuk interpersonal,
antarpersonal, kelompok maupun secara massa. Fungsi komunikasi Islam
mencerahkan, menginformasikan, menghibur, dan memperbaiki masyarakat.
Kegemaran berkomunikasi dengan baik inilah yang perlu
diimplementasikan dalam bentuk empiris.
Mekanisme prilaku empiris dakwah dan komunikasi dapat dilakukan
melalui metode komunikasi Islam dengan berbagai macam cara yaitu
Teknik jurnalis Islam, Hablum minallah, Hablum minannas, kaligrafi,
23. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 22
komputer grafis, desain komunikasi visual Islam, khabar, jadilhum, dan
arsitektur teknologi informasi Islam. Dan analisis sistem informasi Islam.
Dengan demikian komunikasi Islam merupakan suatu sistem dari sumber
Al-Quran dan As-Sunnah, serta perenungan ekperimen rasional dan
metarasional yang memiliki satu kesatuan secara sitematis berdasarkan
kaidah-kaidah normatif yang dapat difahami lewat Al-Quran dan As-
Sunnah. Pemikiran komunikasi Islam menyatu dengan pemikiran teori
komunikasi Islam.
Sejarah komunikasi Islam tidak terlepas dari pergumulan dengan warisan
teologi klasik yang Pergolakan studi pemikiran Islam klasik melahirkan
faham besar yang menguasai pemikiran dunia Islam yakni faham
kejabariahan dan keqadariahan. Perdebatan teologi ini melahirkan cara
pandang dalam memahami komunikasi Islam dan alam realitas. Warisan
peradaban keilmuan klasik sangat menentukan target kemajuan ilmu
pengetahuan pada masa yang akan datang.
Paradigma komunikasi Islam ini tentunya membutuhkan kajian ilmiah,
yang menjadi under line adalah faham kejabariahan dan keqadariahan
tersebut telah menjadi kekayaan khazanah pemikiran komunikasi Islam
dalam pengembangan keilmuan. Hemat penulis faham kejabariahan dan
keqadariahan secara empiris yang menguasai pola pikir keilmuan
komunikasi Islam dewasa ini.
Perkembangan tiga mazhab teologi besar yakni, Mu’tazilah, Asy’ariyah
dan Maturidiyah peletak dasar konstruksi pemikiran komunikasi Islam yang
memiliki wawasan keislaman dan corak komunikasi yang berbeda-beda
secara teologis. Perbedaan ini lahir dari proses komunikasi yang panjang
sehingga menghasilkan wawasan dialektika komunikasi Islam hingga
sekarang. Perdebatan dalan sejarah peradaban Islam klasik ini hemat penulis
satu kekayaan intelektual dalam bidang komunikasi Islam.
Dari proses ontologi para ilmuan baik filosof maupun agamawan sangat
memengaruhi pola pengembangan keilmuan Komunikasi Islam khususnya
24. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 23
dalam membangun idiologi kebenaran. Semua ini akan berdampak pada
pengembangan keilmuan. Hemat penulis dalam bangunan teori dalam
komunikasi Islam harus lahir dari rahim akumulasi Al-Quran, Sunnah, dan
peradaban keilmuan yang ada di dunia barat dan timur. Karena ilmu itu
otoritas Tuhan yang ditempelkan pada diri manusia yang lemah, kemudian
dengan ilmu manusia dapat berbuat kebajikan, kesejahteraan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kemaslahatan seluruh makhluk Tuhan di
permukaan bumi ini.
Untuk menghindari hal tersebut, kajian komunikasi Islam harus lahir dari
rahim Al-Quran dan Sunnah yang didesain berdasarkan kaidah dialektika
logika yang baik, kemudian dikonfirmasikan dengan fakta empiris. Adapun
ciri dari ilmu pengetahuan komunikasi Islam yaitu ada perbedaan ontologi,
epsietemologis dan aksiologis dengan ilmu komunikasi murni. dibangun ada
beberapa kriteria proses ontologi yang perlu menjadi pertimbangan dalam
mendesain ilmu pengetahuan.
Banyak terminologi Al-Quran yang memiliki potensi sumber ilmu
pengetahuan disiplin ilmu komunikasi Islam yang bercorak perumpamaan
(Ams}}al). terlebih dahulu perlu diketahui apa hakikat manusia sebagai
makhluk yang diberi kuasa oleh Allah menjadi khalifah yang diberi amanah
membangun peradaban dunia berdasarakan kekuatan akal sehingga dapat
mengungkap yang abstrak menjadi nyata.
Selain itu unsur yang perlu ada dalam sebuah bangunan ilmu adalah
aspek objeknya, darimana sumber materi pengetahuan tersebut, apa
hakikatnya, bagaimana cara menyusunnya sehingga menjadi satu disiplin
ilmu baru, mungkinkah manusia dapat memahaminya, sampai dimana
batasannya, apa manfaatnya dan mengapa ilmu ini harus lahir.
Manusia sebagai penemu ilmu diciptakan memiliki peran memakmurkan
dunia ini berdasarkan informasi wahyu langsung maupun tidak langsung
serta batas kekuatan, kelemahan, hal yang diketahui, yang tidak dapat
diketahui yang diberikan kepada Allah. Manusia sebagai makhluk
25. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 24
komunikasi Al-Quran menginformasikan dengan menggunakan huruf alif,
nun dan sin semacam insan, ins, nas, atau unas, basyar, bani adam dan
zurriat Adam. Kata basyara di ambil dari kata basyarah yang artinya kulit
yang indah yang berbeda dengan kulit binatang lain. Dalam QS Al-
Kahfi/18: 110 Allah menginformasikan
Terjemahnya:
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".
Ayat ini memberikan isyarat bahwa dari sisi basyar manusia semua
sama secara anatomi diproses berdasarkan sunnahtullah yang sama. Hal ini
membuktikan bahwa yang akan membedakan manusia yang satu dengan
lain adalah kreatifitas mendapatkan ilmu. Semakin berkembang peradaban
keilmuan seseorang semakin canggih budipekerti dan kesejahteraan
hidupnya.
Semakin banyak ilmu kebaikan yang diinput melalui panca indra
semakin arif dalam melakukan tata tertib cara berkomunikasi, semakin
banyak menginput informasi negatif semakin tinggi kecendrungan
berkomunikasi yang tidak Islami.
Potensi manusia dalam menemukan ilmu banyak diinformasikan dalam
Al-Quran seperti: QS At-Tin/95:5, Al-Isra/17: 70, QS Ibrahim/14: 34, QS
Al-Kahfi/18: 54. Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda alam,
manusia terdiri dari Jazat : ( Unsur: Jiwa, Naps, Akal, Hati, dan fuad). (
Unsur Sifat: Air, Api, Tanah dan Angin (AATA/Hamba) Unsur cosmos
kemudian Allah fasilitasi rahasianya (Ruh), semua kekuatan yang Allah
berikan kepada manusia ini memiliki potensi melakukan rekayasa wujud-
26. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 25
wujud yang ada sesuai kadar yang telah ditentukan Allah swt dalam
menjelajahi alam semesta ini.
Arip Tiro dalam bukunya bagaimana aku berfikir. Ia menjelaskan
pentingnya dialektika berfikir unruk mendapatkan pengetahuan yang
melalui panca idra yang diberikan Tuhan. sesuai kemampuan panca indra
dalam menginterpretasi simbol-silmbol alam semesta ini sebagaimana di
informasikan dalam QS Al-Baqarah/2: 31-33.
Terjemahnya:
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar.
32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-
nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-
nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan
kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan
bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan.
TerjemahanQS Al-Baqarah / 2 : 31 yakni memberikan penjelasan proses
pancaindra merekam peristiwa terhadap terhadap tanda/simbol alam yang
dapat ditangkap oleh panca indra. Memperhatikan geonologi benda dan
fenomena yang tampak pada diri manusia dan alam dalam melakukan
komunikasi. Dalam tafsiran lain terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana
kurang tepat, karena arti hakim ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah
ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan
faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti
tersebut hampir mendekati arti Hakim.
27. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 26
F. Kajian Filosofis
Komunikasi Islam dalam makalah ini akan diwarnai oleh tradisi filsafat
Islam di mana ada 3 mazhab dominan di dalamnya yakni mazhab
peripatetik dengan tokoh Al-Farabi dan Ibnu Sina mudah dengan warna
rasionalistik Aristotelian yang begitu khas, mazhab illuminasionis (isyraqi)
dengan tokoh Suhrawardi Al-Maktul dengan corak sintesis antara
rasionalisme Aristotelian dengan intuisi neo-Platonisme, sehingga mazhab
Isyraq menggabungkan antara pemikiran rasional dengan pemikiran intuitif
yang bersumber dari wujud sang filosof melalui metode riyadhah.
Mazhab yang ketiga adalah al-Hikmah al-Muta’alliyah dengan tokoh
Mulla Shadra, mazhab ini bercorak Isyraqi hanya saja Mulla Shadra
menambahkan dimensi wahyu sebagai sumber sah gagasan filosofis. Dari
uraian ini terlihat bahwa pertentangan antara pengetahuan filsafat dan
pengetahuan mistik hanya terjadi pada mazhab peripatetik sedangkan pada
mazhab isyraqi dan Al-hikmah Al-muta’alliyah, filsafat justru dijadikan
lidah bagi pengungkapan pengetahuan-pengetahuan batin.
1. Sumber pengetahuan: Pengetahuan mistis bersumber dari kedalaman
wujud sang mistikus, ini berdasarkan kaidah ke-aku-an. Pengetahuan
adalah wujud itu sendiri, sepanjang hal-hal ilusif ke-dia-an yang
memakai topeng ke-aku-an tidak ditanggalkan, maka
wujud/pengetahuan akan tetap bercampur dengan
ketiadaan/kebodohan. Ke-dia-an (identitas ilusif aksidental yang
menempel dan terpahami sebagai hakikat-esensial seperti pangkat,
harta, garis darah) mesti dilebur, seperti emas yang dibakar agar logam
selain-emas bisa sirna, kedalam identitas sejati yakni kebergantungan
dan kefakiran itu sendiri terhadap Wujud Wajib, yakni Kekasih Sejati.
2. Alat/medium pengetahuan: Pengetahuan mistis diperoleh melalui hati
atau jiwa yang dibersihkan dari hal-hal yang menempelinya seperti
hasrat dan ketamakan, kebencian dan permusuhan, serta hal-hal yang
tidak adil lainnya (ifrat dan tafrid). Keadaan yang mesti digapai sang
28. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 27
mistikus adalah keadaan washatan atau pertengahan, yang berkonotasi
terhadap keadilan atau menempatkan sesuatu pada tempatnya.
3. Objek pengetahuan:Pengetahuan mistis juga menjadikan wujud sebagai
objek kajiannya, hanya saja dalam perkembangan selanjutnya, para
mistikus menganggap bahwa wujud hakiki hanya milik Tuhan semata,
dan seluruh mahluk hanya memiliki wujud metaforis belaka, seperti
pohon dan bayangannya atau matahari dan sinarnya. Keduanya,
matahari dan pohon, eksis hakiki. Sedangkan bayangan pohon dan
sinar matahari eksis hanya sebagai efek atau subordinasi dari pohon
dan matahari.
4. Cara memperoleh pengetahuan: Sang mistikus melakukan apa yang
disebut olah batin atau riyadhah yang disebut juga aktifitas untuk
menyingkirkan segala `ke-dia-an` sehingga yang tinggal hanya aku di
mana aku adalah `engkau` itu sendiri, ini berdasarkan hadist dari Nabi
Suci Saw. Bahwa Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal
Tuhannya`. Riyadhah bisa berbentuk zikir, shalat, puasa, atau aktivitas-
aktivitas manapun yang dianggap bisa meleburkan ego-rendah ke
dalam Ego-Ilahiyah. Poin lain yang mesti dicatat dalam cara
pengetahuaan mistik diperoleh adalah penekanan pada otoritas dan
tradisi, sehingga kehadiran pembimbing spiritual (mursyid) adalah
sesuatu yang vital.
Teori kebenaran yang paling kuno adalah teori pengetahuan ontologi,
epiatemologi dan aksiologi yang pertama kali digunakan oleh Thales.
Sumber ilmu pengetahuan komunikasi Islam didapatkan dari berbagai
sumber ilmu yaitu dari Al-Quran dan Sunnah dan fenomena alam yang
saling melengkapi dan tidak bertentangan dengan usaha mencari kebenaran.
Corak dan watak ilmu pengetahuan menurut Basman kerap kali
dipengaruhi oleh aliran subjektivitas dan objektivitas para ilmuan
29. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 28
berdasarkan fakta empiris dan standar kebenaran yang dibangun, sesuai
dengan kekuatan referensi yang ditelaah oleh panca indra.
Masalah Pokok yang dibahas dalam filsafat komunikasi Islam:Ontologi
(Wujud Metafisika): Mengkaji, menyelidiki tentang wujud Teologi,
Kosmologi dan Antropologi komunikasi Islam. Epistemologi: Cara
mengetahui wujud mengkaji, menyelidiki tentang hakikat pengetahuan,
sumber pengetahuan dan metode pengetahuan komunikasi Islam. Aksiologi:
Mengkaji, menyelidiki tentang etika (akhlaq natural dan akhlaq teologis),
dan Estetika (keindahan natural dan keindahan teologis) komunikasi Islam.
Ontologi: berasal dari bahasa Yunany yaitu ontos dan logos. Ontos
artinya: Sesuatu yang ada. Ontologis adalah teori ilmu tentang hakikat yang
ada yang menyelidiki apek teologis, kosmologi dan antropologi. Hal ini juga
diteguhkan oleh Neong Muhajir dalam bukunya filsafat ilmu ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh wujud tetapi ia adalah
inti materi yang bersifat universal.
Epistemologi: berasal dari bahasa Yunani yakni episteme dan logos.
episteme artinya pengetahuan atau kebenaran, logos artinya:pikiran kata
atau teori. Cara menyusun secara sistematis sumber pengetahuan yang telah
diproses oleh teori wujud pengetahuan (ontologi) menjadi sebuah bangun
ilmu pengetahuan yang bebas tekanan psikologi.
Aksiologi: berasal dari bahasa Yunani axios berarti nilai dan logos
berarti teori. Cara pengelolaan ilmu dengan menelaah aspek etika dan
estetika dari objek materi ilmu tersebut. Integrasi komunikasi Islam dengan
Dakwah dan Komunikasi murnih adalah penulis menggunakan terminology
Firdaus yaitu penyatuan displin ilmu tetapi tidak merubah jenis materi ilmu
tersebut.
Ketiga teori ilmu pengetahuan ini merupakan hal penting yang harus
dimiliki oleh setiap praktisi ilmuan dalam mendesain disilpin ilmu. Ilmu
yang mandiri memiliki struktur, sistematika yang bersifat universal, dapat
diferifikasi dan dapat dicernah oleh indra manusia. Konsep teori ini yang
30. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 29
berkembang didunia barat dan hampir seluruh lembaga akademik. Tapi
penulis memilih 3 teori kebenaran yaitu kebenaran empiris, kebenaran
relatifis, kebenaran pragmatis, yang bersifat linier dan unlinier (meta
empiris) inilah yang akan menjadi standar kebenaran ilmu komunikasi Islam
dalam kajian makalah ini.
1. Ontologi
Aspek kajian ontologi komunikasi Islam meliputi wujud teologi,
kosmologi dan antropologi. Para filosof pada masa pemerintahan Mu’tazila
selain melakukan proses kontenplasi, juga mengembangkan dan
memaksimalkan fungsi rasionalisme dan empirisme sebagai cara
mendapatkan pengetahuan untuk mengetahui alam realitas dengan
melakukan investasi ilmu dengan menerjemahkan buku-buku filsafat
Yunani kedalam bahasa Persia dan Arab.
Pada prinsipnya sumber pengetahuan komunikasi Islam bersifat top
down maka difahami dalam Al-Quran QS Ar-rahman/55: 1-5 Allah
menginformasikan lewat wahyu-Nya mengajarkan manusia pandai
berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal lewat simbol-simbol
qaulia dan kauniah yang dapat dicernah oleh panca indra oleh manusia.
Al-Quran dan Sunnah banyak menginformasikan wujud komunikasi
Islam lisan dan menggunakan media pena, tinta dan al-Qalam. Wujud
komunikasi Islam dalam Al-Quran dan Sunnah yang akan menjadi sumber
teori dalam komunikasi Islam adalah sebagai berikut:
Komunikasi bi al-Lisan, (Verbal) bi al-Qalam (NonVerbal) dan bi al-
Hal (Bodi Language/Komunikasi Tindakatan nyata).
Komunikasi Islam bentuk ilmu al-Badi (ilmu tentang cara mengatur
keindahan bahasa), ilmu al-Ma’ani (ilmu tentang cara memberikan
pemahaman) dan al-Bayan yakni (ilmu yang memberikan penjelasan).
31. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 30
Komunikasi Islam bentuk. Ams}al Musarrahah, adalah yang
didalamnya dijelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang
menunjukkan tasybih.
Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan
jelas lafadz tamsil (pemisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna
yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai
pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada orang yang serupa
dengannya. Ams}al Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak
menggunakan lafaz} tasybih secara jelas.
Komunikasi Qaulan baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23,
Qaulan layyinan QS Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2:
235, QS An-Nisa/4:5, Al-Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al-
Isra/17: 28 Qaulan Sadidan.
Instrumen Al-Quran di atas sebagai bentuk-bentuk metode komunikasi
Islam dan termasuk materi komunikasi Islam yang membutuhkan
epistemologi yang rapih sehingga memberi manfaat dan kemudahan bagi
praktisi keilmuan dalam bidang komunikasi Islam.
Cara Allah swt memberikan informasi kepada umat manusia yang dpat
dijadikan sebagai sumber pengetahuan (bahan mentah ilmu) yang kelak di
konstruksi menjadi ilmu pengetahuan hemat penulis perlu bantuan ilmuan
tafsir dan ahli komunikasi Islam dalam membangun khazanah komunikasi
Islam yang lebih konprehensip sehingga dapat menjelajahi pesan-pesan
komunikasi Islam dalam memahami Al-Quran dan Sunnah. Berikut ini
penulis kutip ayat dalam QS Arhman/ 55: 1-5 yang ditejermahkan secara
sederhana berikut ini.
Terjemahnya:
1. (tuhan) yang Maha pemurah, 2. yang telah mengajarkan Al Quran. 3.
Dia menciptakan manusia. , 4. mengajarnya pandai berbicara.5. matahari
dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Terjemahnya:
32. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 31
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. (QS An-Nahl/16:125).
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil. Sumber pengetahuan komunikasi Islam
secara lisan dalam ayat tersebut memberikan gambaran bahwa banyak
materi pengetahuan (firman Allah swt) yang perlu dikomunikasikan dengan
fakta empiris yang selama ini belum digaraf tuntas oleh para ilmuan
komunikasi murni yang lahir di dunia Eropa.
Sumber pengetahuan komunikasi Islam dalam bentuk verbal dan non
verbal penulis dapatkan dalam Al-Quran dan Sunnah berupa pena, tinta
dalam Al-Quran dan Sunnah berulan menyebutkan keutamaan pena dan
tinta. Salah satu aspek komunikasi Islam yang terdapat dalam QS Al-
Fussilat/41:33
Terjemahnya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Ayat ini memberikan informasi bahwa manusia itu dikukur pada
lisannya. Sebaik-baik lisannya maka orang tersebut termasuk dalam
manusia yang ahsan(baik). Hal ini sesuai dengan makna (علم) ain, lam, dan
mim. Simbol ‘ain berbentuk mulut bermakna menghimpun ilmu sebanyak-
banyaknya, simbol lam menjulang ke atas bermakna memanjatkan ilmu itu
kepada Allah sehingga ilmu itu berberkah, dan simbol mim bermakna ilmu
harus pragmatis (bermanfaat bagi kemaslahatan umat) serta berbekas
perbaikan setiap melakukan hamblum minannas kepada sesama manusia
dan alam.
33. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 32
Sumber pengetahuan juga dalam Sunnah Rasul saw berulang
menyebutkan keutamaan pena dan tinta yang dikeluarkan oleh Abu Hatim
dari riwayat Abu Khurairah r.a menyebutkan bahwa Rasulullah saw
bersabda: Allah telah menciptakan nun yakni dawat. Dalam hadis yang lain
Rasulullah saw memberikan informasi kepada manusia yang diriwayatkan
oleh Inbu Jarir dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw bersabda:
Setelah Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakan
qalam, Allah bertitah: Tulislah! Ya Rabbi, apa yang hamba tulis, jawab
Allah: Tulislah semua yang ada sampai hari kiamat.
Dua hadis di atas memberikan isyarat bahwa kata nun dalam QS Al-
Qalam/68: 1 tiada lain adalah dawat atau tinta walaupun sebagian ulama
menginterpretasikan pada makna lain. Karena salah satu kehebatan sumber
Al-Quran dan Sunnah para ilmuan diberikan banyak pilihan kebenaran
sesuai kebutuhan dan motivasinya masing-masing dari kajian ilmuan dalam
mendapatkan sumber-sumber ilmu pengetahuan.
2. Epistemologi
Ketergantungan manusia pada pengetahuan komunikasi Islam adalah
sesuatu yang natural. Ini karena manusia adalah mahluk yang
berpengetahuan dalam arti kemanapun dan dimanapun manusia berada,
maka ia senantiasa membawa pengetahuan komunikasi Islam bersama
dirinya, namun lebih dari itu, kebahagiaan manusia bergantung sepenuhnya
pada pengetahuannya; sejauh mana pengetahuannya bersesuaian dengan
realitas, maka sejauh itu pula kebahagiaan yang bisa digapainya, sebab
pengetahuanlah komunikasi Islam yang menjadikan manusia mampu
mengenali realitas dan bertindak sesuai dengan realitas.
Sampai pada poin ini, kesesuaian pengetahuan dengan realitas adalah
lapis luar dalam analisis kita. Lapis pertama, tentu saja, adalah pertanyaan
berikut, apakah pegetahuan itu mungkin? dalam arti sejauh mana
pengetahuan itu layak disebut pengetahuan? Tidakkah ia berpeluang
34. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 33
menipu? Analisis kita, jika kedua pertanyaan ini telah terjawab, akan
berlanjut pada pertanyaan dengan media apa kita mengetahui? serta apa
saja sumber pegetahuan itu?
Demikianlah sekelumit pertanyaan yang akan menyapa siapapun yang
akan menelisik persoalan epistemologi. Epistemologi berasal dari kata
episteme yang berarti pengetahuan, serta logos‘ yang juga berarti
pengetahuan, hanya saja yang disebut belakangan ini memiliki nuansa
struktural, sistematis dan teleologis. Jadi secara etimologis, epistemologi
berarti pengetahuan terstuktur tentang pengetahuan. Untuk lebih gayanya,
kita sebut saja epistemologi sebagai teori pengetahuan.
Secara terminologis, epistemologi bermakna cabang filsafat yang
meneliti pengetahuan dan apa-apa saja yang berkenaan dengannya, semisal
sumber pengetahuan, medium/alat pengetahuan, objek pengetahuan dan
cara memperoleh pengetahuan. Defenisi lain epistemologi blia diajukan,
sebagai bidang ilmu yang membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai
jenis dan ukuran kebenarannya. Posisi epistemologi sebagai cabang filsafat
sangat istimewa, khususnya dalam filsafat Islam.
Kecanggihan epistemomologi komunikasi Islam yang dikemas para
ilmuan menjadi titik aksentuasi validitas ilmu pengetahuan. Perbedaan titik
tekan pada epistemologi memiliki pengaruh terhadap hasil teori yang akan
digunakan. proses epistemologi komunikasi Islam Al-Gazali mensintesakan
rasionalisme, empirisme, dan kasyf-nya atau hanya mengadalkan kekuatan
rasio dan indra saja.
Jika dipelajari histografi pergulatan komunikasi Islam yang diwariskan
oleh para teolog klasik memberikan inspirasi wawasan yang sangat kaya
dengan unsur-unsur metode atau cara melakukan komunikasi khususnya
yang berhubungan dengan persoalan eksistensi ketuhanan dan alam kosmos.
Konflik pemikiran dan metode dakwah dan komunikasi Islam para
teolog klasik ini sangat memengaruhi alam pikiran umat Islam dewasa ini.
Tetapi kekeliruan yang dipelihara adalah munculnya pembenaran, klaim
35. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 34
kebenaran terhadap kelompok tertentu dan aliran cenderung alam
pikirannya yang paling benar. Hemat penulis ini adalah kekeliruan yang
kurang mengungtunkan dalam membangun konstruksi epistemologi dakwah
dan komunikasi Islam.
Tetapi harus kritis melihat perdebatan para teolog klasik ini, maka
banyak hikmah, pelajaran dan kekayaan epitemologi komunikasi Islam yang
dapat dipilih untuk membangun arsitektur konstruksi epistemologi
komunikasi Islam permanen yang dapat memberikan kontribusi dan
pelajaran bagi pengembangan komunikasi Islam dewasa ini.
Hemat penulis komunikasi Islam yang bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah serta warisan kekayaan intelektual para teolog klasik serta
fenomena alam semesta perlu dikomunikasi dengan fakta empiris dewasa
ini, bagaimana proses komunikasi profetik, komunikasi spiritual,
komunikasi telepati, intrapribadi, antar individu, antar kelompok, massa,
antar budaya sesama bangsa dan antar negara sekalipun.
Karunia Allah swt yang paling besar adalah diberi kekuatan berpikir dan
kepekaan rasa sehingga dapat menangkap pesan atau tanda-tanda kebesaran
Tuhan kemudian melakukan ekperimen-eksperimen teknologi yang dapat
memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Hemat penulis unsur-unsur media perakam ilmu pengetahuan manusia
adalah sebagai berikut: unsur-unsur pendeteksi materi pengetahuan dalam
dakwah dan komunikasi Islam.
a. Ruh (rahasia Allah)
b. Akal (Logika)
c. Al-Sama’u
(Pendengaran)
d. Al-Absa>ru
(Penglihatan)
e. An-Naps (Napsu)
f. Al-Fu’a>du (Hati)
Semua fasilitas yang Allah berikan ini, sebagai alat pendeteksi, perekam,
fenomena alam untuk melahirkan kebenaran dan proses penyusunan
pengetahuan menjadi sebuah bangunan ilmu pengetahuan. Unsur-unsur
36. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 35
primer (penyebab pertama) lahirnya komunikasi Islam yang bersumber dari
Allah yang Esa. Manusia diciptakan berasal dari sumber 4 anasir yaitu: Air,
Api, tanah dan Angin kemudian Allah tempelkan
rahasianya(ruh)/integrasikan dengan 4 anasir menjadi 5 unsur tersebut
sehingga membentuk namanya manusia yang fitrah. Kata fitra berasal dari
al-fatar (bayangan pencipta) sehingga sangat memungkinkan menjadi
khalifah di Bumi.
Dalam komuniksi Islam banyak inspirasi metode tomunikasi yang dapat
dijaidkan sebagai pedoman dala melakukan komunikasi untuk menghindari
terjadinya komunikasi yang tidak efektif adalah sebagai berikut:
1. Taqwallah Lugah (Takut berkomunikasi yang salah)
2. Da’wat al-Na>s bi al-Lisa>n (Berkomunikasi secara verbal).
3. H{usn al-Istima> wa al-Ins}a>t (Adab mendengar dan memusatkan
perhatian).
4. Al-Tadabbur (Komunikasi analisis)
5. Al-Muja>dalat bi allati> hiya Ah}san (Komunikasi sharing tingkat
tinggi)
6. Husn al-Qawl (pemilihan kata yang baik).
7. Isti’ma>l al-H{awa>s (memaksimalkan panca indra sebagai respon
terhadap aksi simbol). Bi H{ikmah wa al-Mau’zah al-H{asanah
(Mengungkap hikmah dalam proses komunikasi Islam dalam
Nasehat yang baik).
8. Al-Tadarruj fi> ta’dil al-sulu>k (tahapan Komunikasi Islam).
9. Tauzi> Al-Ta’allum (berproses Komunikasi Islam)
10. Al-Intiba>h (menarik Perhatian), Al-Tikra>r (Pengulangan-
pengulangan)
11. Al-Qudwah Al-H{asanah (Memiliki nilai entertainer), Al-H{iwa>r
(Dialog)
12. Darb al- Amsal wa al-Tawd}ih} al-Hiss>i li al-Ma’ani> (Membuat
analog-analog yang mudah dicernah panca indra manusia).
37. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 36
13. Al-Targhi>b wa al-Tarhi>b (Motivasi dan Inovasi)
14. Al-Qissi (Realitaskan dalam bentuk cerita/Kisah Cerita)
15. Al-Ibrah wa Maw’iz}at al-H{asanah (Komunikasi Produktif yang
mengadung nilai pelajaran), Al-S|awa>b wa al-‘Iqa>b (Memberikan
komunikasi yang sifatnya dapat menekan psikologi).
16. Al-Mumarasah al-Amaliyyah (Pagelaran/Gebyar Komunikasi)
17. Al-Rihlah al-Ilmiyyah (Komunikasi Ilmiyah).
18. Al-Ta’allum Mada> al-H{ayat (Komunikasi sepanjang masa)
19. Fastabiq Al-Khaira>t (kompetisi komunikasi yang baik)
20. Ijad al-Bi’ah al-Islamiyyah (Menciptakan suasana komunikasi yang
Islami).
Penduduk dunia yang tersebar di planet bumi ini dari sisi basyariah
manusia adalah makhluk komunikasi sebagai dasar naluri manusia secara
universal. Petunjuk Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber pokok materi
pengetahuan perlu pengkajian secara sistematis untuk memudahkan proses
desain ilmu pengetahuan bidang komunikasi Islam. Komunikasi Islam yang
lahir Top douwn sedangkan komunikasi murnih lahir secara bottom up. Hal
ini menarik dialogkan kedua disiplin ilmu tersebut sehingga mendapatkan
corak baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan baru dari
pengembangan konsentrasi dakwah dan komunikasi.
Secara ontologi banyak term Al-Quran yang dapat dijadikan sumber
pengetahuan yang kelak dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dalam
komunikasi Islam seperti yang tersurat dalam QS An-Nisa/4: 63, Qaulan
baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23, Qaulan layyinan QS
Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2: 235, QS An-Nisa/4:5, Al-
Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al-Isra/17: 28 Qaulan Sadidan QS An-
Nisa/4: 9, QS Al-Ahzab/33: 70-71.
Informasi sumber pengetahuan dalam Al-Quran tersebut akan menjadi
komponen utama bagi desain ilmu Komunikasi Islam. Sumber pengetahuan
38. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 37
yang terpelihara secara lisan (hafalan) maupun secara konseptual ini adalah
objek kajian ontologis bagi desain pengembangan ilmu komunikasi Islam.
Untuk mengungkap persoalan metafisik yang ada kaintannya dengan
sumber material ilmu komunikasi Islam dalam Al-Quran hemat penulis
perlu kesucian jiwa, dan motivasi (niat) yang suci dengan semata-mata
mengharap ridha dari Allah sebagai penguasa ilmu dilandasi oleh keahlian
dalam bidang ilmu tafsir dan ilmu komunikasi Islam.
Karena luasnya khazanah nilai dalam Al-Quran dan substansi pelajaran
komunikasi Islam yang tersirat maupun tersurat maka perlu pejelajahan dan
pemetaan sumber ilmu pengetahuan yang relevan dengan struktur ilmu
komunikasi Islam. Hal ini untuk melakukan pemetaan secara tematik
sumber pengetahuan komunikasi Islam dengan melakukan klasifikasi dan
spesialiasi dari ayat yang telah ditakrij secara tematik.
Komunikasi Islam adalah disiplin ilmu yang membawahi beberapa ilmu-
ilmu pengembangan yang erat kaintannya dengan kebutuhan dasar manusia
dalam melakukan interkasi khususnya cara berkomunikasi yang bewawasan
Islam antara lain seperti:
1. Komunikasi Spiritual: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam yang dilakukan seara ritual seperti: shalat, haji,
puasa, zakat dan tasawuf.
2. Komunikasi Islam Human Realtion dan Public Relation
mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam cara
membagun jaringan (Hablum minallah, Hablun Minannas dan
Alam).
3. Komunikasi Profetik: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul dalam
menyampaikan pesan agama dan kehidupan sosial sesuai
zamannya masing-masing.
4. Komunikasi Ulil Albab: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam yang dilakukan secara intrapersonal melalui
39. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 38
penjelajahan berfikir yang mendalam baik yang dilakukan secara
qiaman, waqu’udan, dan wajunubihim.
5. Teknologi Komunikasi Islam : Media cetak dan Elektromik (TV,
Radio,Hp, Internet baik yang sifatnya global maupun bersifat
LANI (Lokal Areal Network Islam).
6. Desain Komunikasi Visual Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan
efek dari komunikasi Islam yang dilakukan secara visualisasi
tanda dan simbol-simbol Islam (semiotika Islam) seperti
kaligrafi, gambar mekah/kabbah yang bergerak maupun yang
tidak bergerak.
7. Komunikasi Global Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek
dari komunikasi Islam yang dilakukan sistem telekomunikasi
(komunikasi jarak jauh) antara provinsi, antar negara, antar
bangsa seperti OKI dan sejenisnya.
8. Komunikasi Telepati: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam seperti ilmu magic, hipnotis dan sejenisnya.
9. Komunikasi Penyiaran Islam; mengkaji, menyelidiki cara dan
efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep dan
pola penyebaran informasi yang dilakukan dengan cara bi al-
Lisan, bi al-Qalam, bi al-Hal dengan menggunakan media
teknologi informasi.
10. Analogi Komunikasi dalam Al-Quran: mengkaji, menyelidiki cara
dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep
dan pola penyebaran informasi dengan menggunakan
perumpamaan. Biasanya dalam kajian ini hal persoalan abstrak
yang direalitaskan.
11. Manajemen Sistem Informasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara
dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep
pembelajaran kepemimpinan diri dan industri masyarakat,
manajemen pengembangan sumber daya masyarakat Islam
40. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 39
berdasarkan disiplin ilmu dan keterampilan yang dimiliki sesuai
kebutuhan jaman.
12. Psikologi Komunikasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan
efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep
tentang prilaku komunikasi Islam baik sesama suku, bahasa,
agama, bangsa dan budaya.
13. Sejarah, dan Filsafat Ilmu Komunikasi Islam serta metode
pengembangan dan proses integrasi dengan displin ilmu lain.
14. Komputer grafis Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam dari program komputerisasi bidang desain dan
arsitektur seperti merancang masjid yang ASRI (Aman, Senang/
Sejahterah, Ramah dan Indah) dan mendesain pola pencitraan
Islam baik bidang cetak maupun bidang animasi, grafika (Dunia
Percetakan) dengan menggunakan software 3 D Max, Adop
Premier, Corel Draw, Adobe Photosoft dan pelajaran tentang
bidang digital printing yang profesional .
15. Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat Islam: mengkaji,
menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dapat
merubah masyarakat dari prilaku yang kurang baik menjadi
prilaku yang gemar berbuat baik.
Adanya motivasi yang kuat dalam diri manusia untuk mencapai
kebenaran sehingga manusia berlomba-lomba mencari kebenaran tersebut.
Berbagai macam pola kebenaran yang lahir dari manusia seperti kebenaran
wahyu, kebenaran akal dan kebenaran perasaan. Selain itu ada kebenaran
ontologis (kebenaran hakikat), epistemologi (kebenaran berdasarkan
pengetahuan manusia yang difahami melalui wahyu dan pengalaman
empiris), kebenaran aksiologi (kebenaran berdasarkan etika dan Akhlaq).
Banyaknya pemahaman kebenaran inilah sehingga para filosof (ahli hikmah)
41. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 40
mendorong lahirnya epistemologi untuk mendeteksi mana yang mendekati
kebenaran hakiki.
Motivasi awal proses berpikir manusia adalah untuk mencapai kebenaran
yang sedapat mungkin pasti. Tetapi realitas dari hasil pikiran yang
dihasilkan belum tentu pasti kebenarannya. Dengan demikian perlu ada
ukuran kebenaran untuk menguji proposisi, pendapat berupa pengetahuan
yang diproses oleh cara panca indra merespon tanda dari fenomena yang
dicernah oleh panca indra manusia. Untuk mengindari konflik pemikiran
kebenaran maka perlu standar kebenaran untuk menguji kebenaran yang
dihasilkan dari proses ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dalam kajian
komunikasi Islam ada 3 teori yang perlu diketahui yaitu:
1. Teori kebenaran bercorak top douwn (kebenaran wahyu) memiliki
model komunikasi komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah.
Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq.
2. Teori kebenaran bercorak bottom up (kebenaran empiris) yang
sesuai dengan akal (logis), rasional untuk menguji kebenaran suatu
pemikiran. Karakter kebenaran ini sifatnya kebenaran yang hanya
dapat dicernah oleh panca indra dan cenderung propaganda.
3. Kriteria kebenaran ilmiah yang dianggap benar bagi para ilmuan
Eropa dan sebagian perguruan tinggi Islam di Indonesia, yang
berlaku secara umum di dunia akademik diseluruh dunia yang
menjadi ukuran dalam mendesain kajian penelitian:
a. Sistematis, objektif , Dapat dipertanggungjawabkan
b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan
dengan akal,
c. Memiliki objek formal, Mempunyai metodologi
4. Kriteria kebenaran ilmiah menurut komunikasi Islam:
a. Mempunyai metodologi, Sistematis, objektif, Dapat
dipertanggungjawabkan
42. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 41
b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan
dengan akal
c. Memiliki objek formal dan Infomal, dengan nilai materi
informasi bersifat ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq.
3. Aksiologi
Istilah aksiologi sebenarnya berasal dari kata axios dan logos. Axios
artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Aksiologi
artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status
metafisik dari nilai.1
Dalam pemikiran Yunani studi mengenai nilai
pemikiran Plato tentang idea tantang kebaikan, atau yang lebih dikenal
dengan summon bonum (kebaikan
tertinggi).http://mbasong.blogspot.com/2008/04/aksiologi-ushul-fiqh.html
- _ftn2 Diakui, bahwa dengan adanya ilmu pengetahuan, manusia banyak
mendapatkan manfaatnya, seperti kemajuan teknologi, kemudahan
komunikasi, kelancaran produksi, dan lainya. Pendek kata, ilmu mengabdi
kepada masyarakat sehingga menjadi sarana kemajuan guna menemukan
harta-harta ciptaan Tuhan. Berdasarkan perspektif filsafat, dapat dikatakan
bahwa fungsi dan kegunaan (aksiologi) suatu ilmu adalah untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi
manusia.http://mbasong.blogspot.com/2008/04/aksiologi-ushul-fiqh.html -
_ftn3
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya "Filsafat Ilmu", mendefinisikan
aksiologi dalam dua tahap. Tahap pertama, ilmu yang otonom terbebas dari
segenap nilai yang bersifat dogmatic (bebas nilai) maka dengan leluasa ilmu
dapat mengembangkan dirinya (fungsi internal). Tahap kedua, ilmu juga
bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut
1
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 95.
43. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 42
untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Berbekal konsep
mengenai kaitan antara hutan gundul dan banjir, umpamanya ilmu
mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir.
Pamor Aksiologi sebagai salah satu bidang kajian filsafat ternyata belum
mendapat tempat yang layak bagi para ilmuan dan filsuf ilmu, khususnya
dalam kajian filsafat Ilmu. Selama ini, yang sering mendapat perhatian
adalah aspek Ontologis dan Epistemologis ilmu.
D. Berpikir reflektif
Kasih sayang Allah kepada umatnya diberi karunia berupa kemampuan
berpikir, melihat, mendengar, merasa, dan memperhatikan tanda-tanda
kebesaran Tuhan yang dibentangkan di alam semesta ini. Prinsip ilmu
pengetahuan dialetika (seni berpikir) untuk mendapatkan materi
pengetahuan yang ada dilangit dan alam semesta. Substansi dari kreatifitas
berpikir adalah menjadi orang bijaksana dalam menelaah permasalahan yang
ada.
Berpikir adalah proses mengenal sesuatu sehingga menghasilkan
‚pengetahuan‛ yang bakal menjadi ilmu pengetahuan inilah proses ontologi
yang digunakan oleh praktisi ilmuan mulai dari Thales, aristoteles, Plato
Al-Farabi, Thomas Aquinus dan tokoh-tokoh ilmuan lainnya sampai pada
aliran rasionalis yang melahirkan aliran moderen sebagai warisan seni
berpikir oleh para ilmu di masa moderen yang akrab dikenal dengan aliran
strukturalime dan pragmatisme.
Dari gambaran aliran strukturalime dan pragmatisme para tokoh filosof
ini, dapat dipahami bahwa berpikir adalah seni mengolah pesan dari proses
komunikasi intrapersonal melalui pengalaman hidup yang direspon oleh
panca indra kemudian dikemas secara sistematik sehingga menghasilkan
ilmu pengetahuan yang berguna bagi orang lain. Dalam seni berpikir ada
beberapa kategori cara berfikir, hal ini menunjukkan tidak semua kerja
44. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 43
berpikir ini dapat menjadi pengetahuan, tetapi ada kaidah-kaidah yang
ditemukan oleh para ilmuan.
Pandangan seni berpikir ini terbagi menjadi dua yaitu seni berpikir yang
dilakukan oleh para filosof dan seni berpikir yang dilakukan oleh ilmua
agama. Dalam pembahasan ini penulis mengkaji ilmuan secara umum dan
ilmuan agama dalam menangkap pesan-pesan atau tanda-tanda fenomena
alam dibentangkan Tuhan lewat fenomena alam semesta ini. sebagai
berikut: Cara Berpikir reflektif menurut para filosof:
a. John Dewey mendefinisikan berpikir reflektif adalah: proses
interpretasi simbol yang direkam oleh mata dan dikonsultasikan oleh
otak kemudian lahirlah pengetahuan. Seperti contoh jika melihat
seekor burung terbang kemudian secara reflektif burung itu dilihat
dengan panca indra mata manusia maka rekaman proses tersebut
disebut proses berfikir reflektif.
b. Berfikir Kreatif: Proses olah otak dalam menangkap gejala kemudian
memberikan pengertian terhadap simbol yang dilihat kemudian
dicernah oleh otak. Dari cara berpikir inilah melahirkan teknologi
untuk memudahkan manusia memberika makna setiap perubahan
yang ada disekitarnya maupun diluar pikirannya. Seperti manusia
menciptakan alat recorder cahaya, (kamera), recorder audio (suara),
recorder inframera dan teknologi komputer yang sekarang ini
digunakan manusia.
c. Berfikir tepat: proses berpikir seperti ini disebut dengan pemikiran
logis artinya semua yang ditangkap oleh panca indra harus sesuai
dengan cara kerja akal yang penulis istilakan berfikir linier. Logika
ini dijadikan sebagai rumusan berpikir kebenaran. Menurut aliran
filosof barat yang berkembang pada abad ke 18-20 didominasi oleh 2
aliran besar yaitu Idialisme yang berkembang di Jerman, dan aliran
empirisme berkembanga di Inggris. Tokoh aliran idialisme di jerman
adalah Ficte (1762-1814), Hegel (1770-1831), Scheling (1775-1854).
45. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 44
Tokoh aliran empirisme di Inggris John Lucke (1632-1704), David
Hume (1711-1776), Herbert Spencer(1820-1903). Kedua aliran
memiliki takaran kebenaran masing-masing dalam kajian ilmiah.
Kebenaran menurut aliran idealisme mengatakan bahwa kebenaran
itu harus sesuai dengan takaran logika, sedangkan menurut aliran
empirisme kebenaran itu harus sesuai dengan pengalaman yang
dialami oleh panca indra manusia. Dan kebenaran relativisme yang
ditemukan oleh Albert Enstein yang berpendapat bahwa semua
kebenaran itu bersifat relatif dalam kajian ilmiah. Dan masih banyak
lagi definisi kebenaran para ilmuan barat tetapi setidaknya penulis
pilih 3 aliran ini karena aliran inilah yang menguasai idiologi
kebenaran para ilmuan barat dalam melakukan kajian ilmiah.
Cara berfikir reflektif ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu cara
berfikir rasional dan gabungan rasional-metarasional. Metode berpikir ini
dapat lihat pada pihak agamawan khususnya umat Islam mendapatkan
kebenaran bersifat top douwn (melalui wahyu) pesan yang di bersumber
pada Proses respon dari perjalan spiritual yang difahami lewat wahyu dan
warisan teologi klasik para ilmu muslim sehingga mendapatkan kebenaran.
Aliran-aliran dalam kaidah berpikir reflektif ini adalah: Mu’tazila,
Khawarij, Murjiah, Jabariah, Qadariah, Maturidiyah Syi’ah, dan ahlu
Sunnah waljamaah. Semua aliran ini memengaruhi dalam mendesain
kebenaran bagi ilmuan bercorak agama khususnya di dunia Islam.
a. Berfikir tepat: Semua fenomena alam adalah kebenaran mutlak dari
Tuhan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Panca indra
manusia menangkap pesan berupa tanda dan simbol-simbol yang
dibentangkan oleh alam langsung direkam oleh otak kemudian
dikonfirmasi oleh wahyu. karena Allah yang membuka mata hati,
mata fisik, dan pendengaran. Tokohnya adalah Ibnu Rusy, Ibnu Sina,
Al-Faraby, Al-Kindi.
46. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 45
b. Berfikir Kreatif: Cara berpikir dengan cara melakukan penapsiran
terhadap wahyu komunikasi dikomunikasikan atau didialogkan
dengan fakta empirik yang dikontrol oleh akal, kemudian
disistematiskan oleh logika sebagai metode dialiektika dalam
mendesain sebuah pengetahuan.
c. Berpikir reflektif: bentuk berpikir seperti ini lebih banyak didapatkan
lewat faham-faham jabariah. Menurut faham ini bahwa semua
fenomena alam yang tampak ini tidak terlepas dari remout control
Tuhan. Sementara aliran qadariah berpendapat bahwa rafleksi
berpikir adalah merupakan sunnatullah yang telah di instal pada diri
manusia tinggal memaksimalkan saja. Semua aliran Islam di atas
menggunakan takaran kebenaran yang difahami lewat wahyu.
Proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan komunikasi.
Setelah melewati pertarungan dialogis dari institusi satu ke institusi
yang lain mulai dari abad 19-20 dengan berbagai macam stereotype,
prejudice antara science dan agama mulai nampak pertemuan dalam
berbagai aspek baik aspek metodologis maupun pembuktian secara ilmiah.
Kecendrungan informasi-informasi agama mulai didialogkan dengan
temuan-temuan ilmiah. Misalnya ahli fisika, ahli biologi dan ahli tasawuf
bertemu pada titik kekaguman Allah atas semua ciptaannya. Walaupun
cara bersyukur dan berkontemplasi berbeda tetapi betemu pada pentauhidan
Allah swt.
Benturan antara ilmu agama dan ilmu terapan dewasa ini tidak lagi
menjadi wacana yang produktif, mulai saling menungjang dan
mengokohkan antara satu dengan yang lain. Hal ini tampak pada ilmu hadis
misalnya menggunakan ilmu sosiologi dan antropologi sebagai ilmu bantu
dalam mengungkap peristiwa sosial dan prilaku manusia pada hadis
dibukukan. Hal ini menunjukkan perkembangan ilmu komunikasi Islam
kedepan memiliki masa depan yang cerah karena komunikasi Islam bersifat
47. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 46
universal karena setiap orang dalam melakukan interaksi senang
berkomunikasi dengan cara yang sopan, santun dan dapat dipercaya. Sifat
komunikasi Islam itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq, dan qanaah.
Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq.
Komunikasi Islam salah satu bentuk ilmu baru yang berusaha
mengkomunikasi cara-cara komunikasi kenabian (profetik) mulai
didialogkan dengan cara komunikasi manusia. Hal ini menunjukkan kajian
komunikasi Islam akan menjadi kajian yang menarik dari ssisi
pengembangan ilmu pengetahuan karena banyak sekali ilmu langit yang
perlu dikomunikasi dengan kondisi di bumi inilah signifikansinya kajian
komunikasi Islam.
Pertemuan ilmu yang berbeda yang disebut integrasi keilmuan adalah
juga termasuk sunattulah dari pengembangan keilmuan. Intergrasi yang
dimaksudkan dalam kajian komunikasi Islam ini bersatu tetapi tetap
berbeda laksana suami istri perbedaan yang diikat oleh satu akad nikah
(ikatan kuat) sehingga hidup menjadi lebih kokok. Begitupula ilmu
komunikasi Islam dengan ilmu dakwah dan komunikasi murni. Karena harus
diakui pengembangan ilmu bumi telah sampai pada puncaknya dengan
ditemukannya teori relativisme. Cara mengukur kebenaran teori ini dalam
kajian ilmu empiris bahwa ilmu yang ada di planet bumi ini dicernah panca
indra bersifat relatif kebenarannya.
Dalam artian semua kebenaran berdasarkan fakta yang dilihat pada saat
itu, jika 100 tahun kemudiam lebih berkembang lagi berarti terjadi
perubahan cara menentukan kebenaran lagi inilah corak cara kerja teori
relatifisme. Sampai sekarang ini belum ada teori yang dapat menggugurkan
teori realtifisme tersebut.
Jika dianalogikan dengan warisan teologi klasik Jabariah lebih
mengandalkan kekuatan Tuhan semata sedangkan Qadariayah
mengandalkan sunnah Allah yang telah diciptakan untuk dipergunakan
semaksimalkan akal dan perlakuan ekperimen dan kajian-kajian untuk
48. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 47
mengetahui sunnatullah yang dihamparkan di planet bumi ini. Atau dapat
diartikan lain bahwa jabariah lebih banyak mengkaji ketahuidan tetapi
Jabarian lebih banyak mengkaji ciptaan Tuhan.
Begitupula komunikasi Islam dengan komunikasi murni saling
melengkapi antara satu dengan yang lain. Karena memang lahir dari rahim
tradisi ontologi dan epistemologi yang berbeda tetapi menuju pada satu
titik yakni berusaha melakukan komunikasi yang efektif dan antar sama
umat manusia yang berbeda-beda agama, ras, budaya dan bahasa.
Prinsipnya Komunikasi Islam dalam penyebaran informasi memiliki
indikator informasi seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq. Jika keluar dari kriteria
ini maka proses komunikasi tersebut tidak masuk pada wilayah komunikasi
Islam. Wallhu wa’lam
1. Sumber ilmu berasal dari satu sumber yaitu Dari Allah Panca indra
adalah wadah mendapatkan ilmu. Bentuk komunikasi Islam dalam
kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi menggali ide ilmu dari
Al-Quran dan Sunnah dengan memaksimalkan panca Indra dan
intuisi yang suci untuk mendaptakan ilmu yang suci pula. Semakin
suci suasana kebatinan seseorang semakin berkompeten menelaah
ayat Qauliah dan Qauniah.
2. Teori kebenaran menurut komunikasi Islam dalam kajian ontologi,
epistemologi, aksiologi, Khusuli dan khuduri. inilah kebenaran yang
dianut oleh sistem komunikasi Islan memiliki indikator informasi
seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh
prinsip Aqidah (Keyakinan kokoh pada pencipta Ilmu), Syari’ah
(tata tertib kuat dalam berpikir), dan Akhlaq (Kecerdasan
budipekerti yang luhur). Inilah kriteria atau indikator komunikasi
Islam.
3. Proses integrasi komunikasi Islam, dakwah, dan komunikasi.
Setiap ilmu berwatak saling mendukung dan mengkokohkan
49. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 48
sehingga dalam tahap implementatif ilmu komunikasi Islam, ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi memiliki keterpaduan metodologis
sehingga melahirkan banyak premis, paradigma dan citarasa dalam
mengungkap, menelaah, memetakan, setiap probelamatika yang
dihadapi oleh manusia.
E. Penelitian Natural/Kualitatif
Mendeskripkan tradisi penelitian kualitatif dalam ilmu sosial dapat
diambil analogi ‚arus gerak kendaraan dijalan raya yang dikendalikan oleh
lampu merah, hijau dan kuning. Pertanyaannya adalah:
a. Adakah teraturan pola arus gerak lalulintas kendaraan paa setiap
persimpangan?
b. Adakah regularitas arus gerak kendaraan bersifat menistik(seperti
mesin)?
c. Bersifat otomatikah arus kendaraan tersebut?
d. Apakah arus gerak kendaraan pada persimpangan jalan itu bersifat
kausalitas?
Jawaban atas pertanyaan ini ternyata tidak tunggal berdasarkan
mekanisme ilmiah masing sesuai aliran idiologi kebenaran, paradigma,
pemikiran yang dianut oleh sang peneliti. Jawabannya tergantung pada cara
merekonstruksi data, menyusun data, pendekatan, idiologi kebenaran,
dalam mengungkap objek yang diteliti sesuai tingkat kejujuran, kridibilitas,
dan kekuatan panca indra menangkap setiap fenomena yang dilihat
dilapangan.
Dalam kajian ilmiah disepakati beberapa aliran berpikir yang dibagi
menjadi beberapa aliran:
1. Inggris dan Perancis: paham kebenarannya harus bersifat: empiris,
behaviorisme, naturalism, dan saintisme, positifisme. Pemikiran ini
dipengaruhi oleh ilmu-ilmu kealaman atau dikenal dengan istilah
50. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 49
pengaruh Aristotelian. Ia berpandangan bahwa hakikat itu bersifat
materi atau kealaman.
2. Jerman dan Amerika: Tradisi pemikiran kebenaran dari Jerman
bersifat: Humanistik, relatifitas menganggap manusia adalah
segalanya. Pemikiran ini dipengaruhi oleh filsafat rasional (idealisme)
Platonis. Pemuka aliran ini seperti: Imanuel Kan, Hegel, David Hum
Albert Eistein sehingga mereka terkenal dengan gelaran
fenomenologisme.
3. Timur Tengah/Asia Tenggara: Aqidah (idiologi kebenaran mutlak,
Syariah (empiris, rasional, humanis, idealisme, behaviorisme,
naturalism) dan Akhlaq (khuduri dan ushuli). Ketiga ini menjadi
parameter dalam menetapkan kebenaran sehingga dapat
menghasilkan ilmu yang memberikan rahmat bagi seluruh alam.
Aliran-aliran inilah yang mewarnai mekanisme dalam membingkai
standar kebenaran, realitas, dalam memetakan permasalahan sekaligus
jawaban.
Penelitian natural inilah yang membedakan dengan penelitian kuantitatif
yang sifatnya serba kepastian pada kebenaran empiris. Sementara kualitatif
lebih pada metode berpikir induktif. Penelitian kualitatif tidak
menggunakan rumus statistik dalam menyimpulkan kebenaran tetapi
menggunakan berbagai macam analisis kontens, interasionis simbolik,
fenomenologi, analisis komparatif, analisis interaktif (simultan bolak balik
sampai mendapatkan kebenaran hakikat). dan pendekatan dalam
menetapkan kesimpulan.
Desain penelitian natural/kualitatif atau format penelitian kualitatif
pada umunya sama tergantung target pencapaian dalam mengungkap hal-
hal yang abstrak terhadap ketimpangan yang ada pada masyarakat menjadi
kenyataan lewat penelitian ilmiah yang dilakukan dalam rangka
memberikan solusi dari permasalahan yang krusial sehingga pola kehidupan
51. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 50
ini lebih berkualitas dan memiliki dampak perbaikan hidup lebih bermakna
demi kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Penelitian kuantitatif menurut Burhan Bungin (penelitan kualitatif:
2009: 74) lebih menonjolkan hubungan dan pengaruh antar variabel serta
jenis pengukuran yang akan dilakukan serta judulnya bersifat pasti.
Penelitian kualitatif lebih mengekspos femonena yang berhubungan
dengan variabel yang akan di diteliti serta mengungkap semua faktor yang
dapat memengaruhi variabel yang akan diteliti. Judul penelitian kualitatif
tidak bersifat final. Merancang konsep penelitian kualitatif bersifat kognitif
sosiologis dengan menimbah semua data yang berhubungan dengan tema
penelitian kita yang didapatkan di lapangan.
Penulisan karya ilmian tidak bisa terlepas dari kajian teori karena
teorilah yang digunakan sebagai pemandu dalam menelaah permasalahan
yang dihadapi dalam penelitian. Pentingnya kajian teori sehingga perlu
penulis deskripsikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian
dakwah dan komunikasi. Urgensi teori kajain ilmiah memiliki peran
strategis.
A. Pengertian Teori
Sebelum mengkaji kegunaan teori dalam penelitian dan dakwah dan
komunikasi perlu diberi apa itu teori. Teori berasal dari bahasa Yunani,
theoria, teori, diartikan sebagai suatu hipotesa yang digunakan untuk
menggambarkan fakta tentang keteraturan alam. Contoh teori yang telah
dihasilkan oleh para ilmuan seperti:
1. Teori Dakwah Ali Mahfuz} tentang pencitraan bahwa kredibilitas
adalah wajib dimiliki oleh setiap informan.
BAB 3
TEORI DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
52. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 51
2. Teori Gravitasi Bumi: Setiap benda yang dilemparkan keatas maka
pasti jatuh kebumi kembali.
3. Teori Relatifisme: semua yang ada didunia ini serba realitf.
4. Teori Respon balas: setiap simbol yang dilihat manusia pasti
direspon oleh panca indra.
5. Teori Media McLuhan adalah: Media merupakan perpanjangan
panca indra manusia.
Terminologi teori menurut Istilah:
1. Teori kamus Istilah (2006: 270) karya ilmiah popular Yooke
Tjuparma adalah: sebagai kumpulan dalil-dalil atau hipotesa
sebagai landasan berpikir.
2. Wilbur Schramm (1982: 10) teori adalah: Suatu perangkat
pernyataan yang saling berkaitan pada abstransi dengan kadar
yang tinggi dan proposisi yang telah teruji secara ilmiah.
3. Stephen W. Littlejohn Teori adalah: Kumpulan eksperimen
manusia yang telah teruji kebenarannya.
4. Richard Laningan (1987 : 390) Teori adalah: Studi tentang alam
realitas. Atau kumpulan pemikiran untuk mengetahui hubungan
antara manusia dengan manusia dan alam.
5. Joseph A. DeVito teori adalah: Hasil pemikiran kebenaran yang
didapatkan berdasarkan kajian empiris yang telah diuji
objetifitasnya.
6. Jujun Sumantri (2005: 63) teori adalah proposisi tentang cara
mengetahui keberadaan zat, pikiran, dan peran manusia di bumi.
7. Deddy Mulayana Teori adalah: Pengalaman eksperimen yang telah
dilakukan oleh orang yang ahli dibidannya dan terbukti secara
faktual kebenarannya secara terus menerus
53. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 52
8. Jalaluddin Rahmat teori adalah: Proposisi yang telah teruji
manfaatnya kepada manusia.
9. Syarifudin teori adalah kumpulan pengalaman ilmiah yang telah
diuji kebenarannya dipanggung akademik.
B. Ruang lingkup Kajian Teori
Setiap teori memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perlu
kecerdasan calon peneliti memilih teori yang paling relevan dengan objek
yang dikaji. Ruanglingkup kajiannya penting diberikan batasan untuk
memudahkan calon peneliti menyelesaikan permasalahan sesuai waktu,
biaya dan kemampuan yang dimiliki.
Menyusun karya tulis ilmiah merupakan rangkaian kegiatan
menuangkan hasil pemikiran, pendapat dalam bentuk tulisan dengan
memenuhi kriteria, etika dan kaidah ilmiah. Seorang penulis
mengeksplorasi hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan, terlebih dahulu
harus mengetahui kriteria dan etika penyusunan karya tulis ilmiah
berdasarkan teori-teori dakwah dan komunikasi yang telah diuji
kebenarannya sesuai kajian ilmiah dakwah dan komunikasi.
Kajian Ilmu Dakwah:dimulai pada tahun tahun 1912 di Mesir oleh Ali
Mahfuz} telah banyak memberikan kontribusi pencerahan umat dewasa ini.
Hal itu tampak pada perkembangan umat Islam sekarang ini tersebar
keseluruh penjuruh dunia yang berjumlah kurang lebih 1,7 milyar.
Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan pengembangan
keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu dakwah telah
berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti:
Ilmu Dakwah, Managemen Dakwah
Psikologi Dakwah, Bimbingan Penyuluhan
Pemberdayaan masyarakat Islam
Komunikasi Penyiaran Islam
Teknologi Informasi Dakwah (Media Kontemporer)
54. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 53
Studi Naskah Dakwah
Sosiologi Dakwah
Antropologi Dakwah.
Sistem Informasi Dakwah.
Semiotika Dakwah
Jurnalistik Dakwah
Inilah rumpun ilmu dakwah yang menjadi kajian ilmiah dipanggung
akademik konsentrasi dakwah dan komunikasi khususnya Universitas, IAIN
dan STAIN dibawa naungan kementrian agama.
Selain Ilmu Dakwah di Universitas, IAIN dan STAIN dibawa naungan
kementrian agama di Ilmu Komunikasi juga menjadi konsentrasi bidang
kajian ilmiah yang diintegrasikan dengan ilmu Dakwah. Ilmu komunikasi
yang bercorak profetik yang lahir dari para ahli dakwah sehingga
melahirkan satu ilmu baru yakni komunikasi Islam.
Sebagai calon peneliti perlu mengetahui perkembangan teori komunikasi
yang sangat pesat. Hal ini dipercepat dengan ditemukannya teknologi
informasi. Histografi perkembangan komunikasi tidak terlepas dari jasa-jasa
ilmuan eropa yang dipelopori oleh perintis komunikasi masa awal yaitu:
Harol Lasswel
Kurt Lewin
Paul Lazarsfeld
Carl Hovland
Wilbur Schramm
Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan
pengembangan keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu
komunikasi telah berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti:
Komunikasi pembangunan
Komunikasi Massa
Psikologi Komunikasi
Ilmu Komunikasi
55. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 54
Komunikasi Islam ( komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan unsur Amanah, siddiq, fat}anah, dan qanaah.
Komunikasi Kesehatan(ilmu yang mempelajari tentang cara
melakukan komunikasi yang dapat menyehatkan suasana spiritual
dan jasat manusia).
Komunikologi (Berkomunikasi dengan alam)
Komunikasi Data (Jenis komunikasi jarak jauh dengan menggunakan
jasa elektronik pengantar data pada mad’u yang di tuju).
Dari ruanglingkup kajian dan rumpun ilmu dakwah dan komunikasi di
atas, perlu penulis deskripsikan kajian teori dakwah dan komunikasi
sehingga dapat memudahkan calon peneliti memilih teori, sesuai
permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian baik penelitian pustaka
maupun penelitian lapangan.
C. Kajian Teori
1. Teori Dakwah
Pada hakikat dakwah Islam adalah merupakan aktualisasi iman yang
dimanisvestasikan dalam satu ekosistem kegiatan manusia beriman, dalam
bidang kemasyarakatan. Sehingga perlu teori sebagai panduan dalam
melakukan dakwah yang efektif dan efisien:
Teori Siqaah (Krediblitas Informan)
Teori Medan dakwah
Teori Proses dakwah
Teori Tahapan dakwah
Teori Badi (keindahan tata bahasa)
Teori Bayan (Kecerdasan menjelaskan)
Taori Mani (keindahan artikulasi bahasa)
Teori Qaula>n Layyinan (Lelembutan Berdakwah)
Teori Sadidan:
Teori Qaula>n Bali>g>a (Informasi yang berbekas pada hati seseorang):
Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah
56. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 55
diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi
itu.
Teori Qaula>n Maisyura(berasal dari kata Yasara artinya mudah):
Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah
diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi
itu.
Teori Ma’rufa: Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang
baik sesuai takaran budaya masyarakat setempat yang diajak
berbicara.
Teori Qaula>n Kari>ma>n: Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-
kalimat yang muliya dan penuh kebajikan sesuai takaran budaya
masyarakat setempat yang diajak berbicara.
Teori Qaula>n Sadi>da> : Cara kerja teori ini: informan perlu
meneguhkan nilai-nilai ketaqwaan dengan perkataan yang
berdasarkan pada wahyu yang dipahami dlam Al-Quran dan Sunnah.
Teori Uswatun Hasanah: Cara kerjanya seorang informan menjadi
garda terdepan mentradisikan melakukan komunikasi yang santun
kepada orang lain.
Teori Dakwah Syekh Mursyid: sistem dakwah amar ma’ruf
nahimunkar.
Teori Dakwah Ali Mahfuz: Teori Pencitraan.
2. Teori Komunikasi
Para tokoh ini cukup memberikan warna dalam bidang kajian ilmiah
ilmu komunikasi dewasa ini. Dengan karya mereka sehingga para ilmuan
kontemporer dapat mengembangkan teori yang telah ditancapkan oleh
pendahulu mereka. Kajian teori komunikasi melahirkan teori sebagai
berikut:
a) Teori masa awal pda tahun (1984):
57. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 56
- Laswel Model: who says what in which channel to whom with what
effect (Siapa mengatakan apa, melalui saluran apa kepada siapa,
dengan efek apa.
- S-O-R Teori: Stimulus Organisation Respon
- S-M-C-R Model: Source, Message, Channel, Receiver.
- The Matematical theory of communication oleh Claude Shannon dan
Weaver unsur-unsur teorinya: (Source, Message, Signal, Receiver,
Destination).
- The Osgood and Schramm Circular Model
- Dances’s Helical Model: sistem komunikasi mulai dari kecil sehingga
membesar.
- New Comb ABX Model
- The Teory of Cognitive Disonance
- Inoculation Theory
- The bullet Theori of Communication: teori peluruh atau teori ini
ibarat jarum hipordemik pesan laksana obat yang disuntikkan
kemudia obat bekerja dalam tubuh manusia.
b) Teori masa awal pada tahun (1950-an)
- Four Theories of the press
- Individual Differences Theory
- Social Categoris Theory
- Social Relatioship Theory
- Cultural Norms Theory
- Social Norms Theory
- Social Learning Theory
- Diffusion of Innovation Model
- Agenda Setting Model
- Uses and Gratification Model
- Clozentropy Theori
c) Teori masa awal pada tahun (1980-an)
58. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 57
- Theory difusi inovasi oleh Rogers, 1983 teori ini dalam penyebaran
informasi dengan berbagai kemasan informasi dalam memengaruhi
masyarakat.
- Teori Kulvitasi oleh Gerbner, Morgan pandangan teori ini bahwa
masyarakat adalah pecandu televisi sehingga tercipta realitas.
- Teory gatekeepers oleh Hiebert, dikembangkan dari teori Kurt Lewin
(palang pintu): setiap informasi yang didengar setiap hari akal
sebagai penentu (palang pintu) akhir diteri atau tidak
- Teory penyusunan agenda oleh: Agee, emery (1988) kemampuan
media memengaruhi masyarakat dengan cara mengarahkan perhatian
dengan mengkostruksi berita tertentu.
- Teori Motivasi
- Teori Defisiensi Motivasi
- Teori Heirarki
- Teori ERG
- Teori Kesehatan /Motivator
- Teori Harapan dan Motivasi
- Teori ESQ, SQ, IQ: Teori komunikasi yang pesannya lebih pada
penekanan pada emosional spirit seseorang.
- Teori Dissonansi Kognitif: dikembangkan oleh Leo Festinger. Cara
kerja teori ini bersifat kognitif, informasi yang dikeluarkan oleh
informan dianalisa oleh komunikan pesan itu dilakukan atau tidak.
- Teori Pertukaran Sosial
- Teori kredibilitas: Informasi itu dapat dipercaya jika informan
bersifat siddiq (dapat dipercaya atau telah ketahu jarang berbohong).
Dikembangan oleh Ali Mafuz} adalah Mesir.
- Teori Inokulasi: Cara kerja teori ini informasi disuntikan kepada
audiens kemudian dan informasi itu akan bekejra pada diri audiens
sehingga dapat merubah prilaku audiens. Dikembangkan oleh
McGuire (1964)
59. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 58
- Teori behaviorisme
- Teori Interaksi Simbolik
- Teory Nonverbal Expectancy Vilation
- Teory Interpersonal Deception
- Teory Penetrasi Sosial
d) Teori Komunikasi kontemporer
- Teori propaganda moderen
- Teori Pembentukan opini
- Teory Efek
- Teory Fenomenistik Joseph Klapper
- Teory Media Sebagai Perpanjangan Panca Indra
- Teori Informasi: Mc.Luhan, bahwa Media: Perpanjangan panca
indra manusia.
- Teori J.D. Vito Tentang Presepsi dan Ekspresi: Seseorang
tergantung pada intensitas Informasi yang didengar.
- Teori Prejudice (Prasangka/Penafsiran).
- Teori perbedaan penafsiran interkasionis simbolik: teori komunikasi
verbal dan non verbal.
- Teori Stereotype: Teori strategi pemecahan masalah sistematis
Krames. Teori Strategi Solso, Teori Strategi Wankat dan Oreovoc.
- Teori Penafsiran masyarakat multikultural, Teori strategi
pemecahan masalah sistematis Krames. Teori Raymond Willayam
dikuti Lari May tentang sistem Interaksi dan Penafsiran
masyarakat Multikultural.
Dari definisi teori di atas jelas bahwa teori adalah hasil telaah metode
ilmiah yang memiliki prinsip objektif, sistematis, faktual, dapat diferifikasi,
pragmatis, bersifat universal dan dapat dipertanggungjawabkan yang
disusun oleh seseorang.