SlideShare a Scribd company logo
Surveilans Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Wahyudi Andrianto_24403001_MIK-XEL41/24
Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak-anak dan dapat berakibat fatal bila
tidak ditangani secara cepat tepat, akurat dan benar. Keberhasilan penanganan penyakit demam berdarah
sangat tergantung pencegahan, pengobatan, ketepatan dan kecepatan diagnosa penyakit demam berdarah.
Sampai sekarang pemberantasan infeksi dengue di dasarkan pada kontrol terhadap nyamuk penyebar
dengue yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Pemutusan siklus penularan penyakit demam berdarah dengue dilakukan dengan penyemprotan nyamuk
dewasa khususnya pada wilayah dengan indikasi adanya kasus. Menurut CDC (2003), beberapa negara
berhasi mengendalikan penyakit ini, sebagaimana pemberlakuan destruction of disease bearing insect act
di Singapura sejak tahun 1966. Dengan undang-undang ini dilakukan inspeksi jentik dari rumah ke rumah,
dengan sanksi akan diterapkan pada rumah positif jentik.
Kemampuan deteksi dini, baik pada penderita maupun lingkungan menjadi salah satu kunci keberhasilan
pemberantasan demam berdarah. Sebagai tenaga kesehatan masyarakat kita dituntut lebih profesional pada
aspek proses pencegahan penyakit dan surveillance.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini sebagian besar menyerang anak-anak dan dapat berakibat fatal bila tidak ditangani secara cepat
tepat, akurat dan benar. Keberhasilan penanganan penyakit ini sangat tergantung pencegahan, pengobatan,
ketepatan dan kecepatan diagnosa penyakit demam berdarah. Sampai sekarang pemberantasan infeksi
dengue di dasarkan pada kontrol terhadap nyamuk penyebar dengue yaitu Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.
Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah Virus Dengue yang termasuk group B Arthropod Borne
Viruses (Arbovirosis), terdiri dari 4 tipe (tipe 1, 2, 3, 4). Serotipe virus dominan di Indonesia adalah tipe 3
yang tersebar di berbagai daerah dan menyebabkan kasus yang berat Daerah yang terdapat lebih dari satu
serotipe berkosirkulasi atau daerah mengalami epidemi secara berurutan yang disebabkan oleh serotipe
yang berbeda maka akan ditemukan infeksi yang berat dan dikenal sebagai dengue shock sindrome (DSS).
Studi epidemiologis menunjukkan DHF/DSS sebagian besar terjadi pada penderita yang terinfeksi untuk
ke dua kalinya oleh virus dengan serotipe berbeda dari infeksi virus yang pertama kalinya. Infeksi virus
DBD dapat asimtomatis dan simptomatis.
Kriteria diagnosis klinik DBD menurut WHO berupa panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab jelas, tanda-
tanda perdarahan atau pembesaran hati, jumlah trombosit < 100.000/mm3 (modifikasi Depkes <
150.000/mm3) dan hematokrit meningkat lebih atau sama dengan 20 %.
Menurut Depkes RI, kasus DBD adalah semua penderita DBD dan tersangka DBD. Penderita penyakit
DBD adalah penderita dengan tanda-tanda yang memenuhi kreteria WHO dan tersangka DBD yang hasil
pemeriksaan serologis (haemaglutination inhibition test atau dengue blot) positip.
Fogging dan Usaha Pencegahan Pemberantasan DBD.
Usah pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan pemerintah, antara lain dengan metode
pengasapan (fogging) dan abatisasi. Pelaksanaan pengabutan dengan aplikasi ultra low volume (ULV)
masih merupakan metode yang paling diandalkan dalam pengendalian vector. Namun metode aplikasi
penggunaan bahan kimia jika tidak terkontrol dapat berakibat pada terjadinya pencemaran lingkungan, serta
berpotensi pada terjadinya resistensi vector.
Sementara secara teknis, beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas pengkabutan antara lain:
1. Faktor alamiah seperti cuaca yang meliputi faktor angin, suhu, kelembaban, hujan.
2. Faktor sosial seperti masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam melakukan pemberantasan
sarang nyamuk.
3. Faktor teknis seperti peralatan yang digunakan dan pengetahuan petugas dalam melaksanakan
pengendalian vektor DBD.
Metode pengasapan menurut WHO (2000), merupakan metode utama pemberantasan demam berdarah
dengue yang telah dilakukan hampir selama 25 tahun di banyak Negara. Penyemprotan sebaiknya tidak
dipergunakan, kecuali keadaan genting selama terjadi KLB atau wabah. Penyemprotan di masyarakat akan
menimbulkan rasa aman semu, walaupun erdasarkan aspek politis metode ini lebih disukai karena terlihat
lebih nyata dan pemerintah terkesan sudah melakukan usaha pencegahan dan pemberantasan DBD.
Sesuai rekomendasi Depkes RI, setiap kasus DBD harus segera ditindaklanjuti dengan penyelidikan
epidemiologi dan penanggulangan lainnya untuk mencegah penyebarluasan atau mencegah terjadinya KLB.
Penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue merupakan kegiatan pencarian penderita atau
tersangka lainnya, serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dirumah penderita atau tersangka dan
rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang¬kurangnya 100 meter. Juga pada tempat umum yang
diperkirakan menjadi sumber penularan penyakit. Tujuannya utama kegiatan ini untuk mengetahui ada
tidaknya kasus DBD tambahan serta terjadinya potensi meluasnya penyebaran penyakit padad wilayah
tersebut
Sedangkan pengertian pengamatan penyakit DBD merupakan kegiatan pencatatan jumlah kasus DBD dan
kasus tersangka DBD menurut waktu dan tempat kejadian, yang dilaksanakan secara teratur dan
menyebarkan informasinya sesuai kebutuhan program pemberantasan penyakit DBD. Laporan
kewaspadaan DBD merupakan laporan secepatnya kasus DBD agar dapat segera dilakukan tindakan atau
langkah¬langkah untuk membatasi penularan penyakit DBD.
Komponen kegiatan diatas antara lain dengan melakukan pengamatan jentik. Pengamatan ini dilakukan
dengan menggunakan indikator ukuran kepadatan jentik yaitu: angka bebas jentik (ABJ), house index (HI),
container index (CI) dan bruteau index (BI). HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah
tertentu (Depkes, 1990). Apabila HI kurang dari 5% menunjukkan kecepatan penularan DBD cukup,
sedangkan bila lebih 5% berarti potensial terjadi penularan DBD.
Hasil penyelidikan epidemiologi akan menentukan langkah selanjutnya dalam pemberantasan penyakit
DBD. Dinas Kesehatan akan melakukan tindakan seperti fogging atau tidak fogging, dan pokja DBD serta
masyarakat melakukan PSN-DBD dengan gerakan 3 M. Tindakan penanggulangan KLB dilakukan
bersama kegiatan penyelidikan epidemiologi, penggerakan PSN DBD dengan abatisasi, fogging focus dan
fogging massal.
Refference, antara lain :
Suroso T., Umar, A.I. 2000. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD, FK UI. Jakarta
Suroso T, dkk,. 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue. Depkes RI
WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengua dan Demam Berdarah Dengue,
Depkes RI 1992. Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue.
CDC. 2003. Dengue Fever. Division of Vector-Borne Infectious Diseases

More Related Content

Similar to Surveilans Pengendalian Demam Berdarah Dengue.docx

KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdfKP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
andrekesuma1
 
Pemeriksaan demam berdarah dengue (ns1)
Pemeriksaan demam berdarah dengue (ns1)Pemeriksaan demam berdarah dengue (ns1)
Pemeriksaan demam berdarah dengue (ns1)
materipptgc
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
MTHORIEKIKI
 
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptxCRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
SyauqiFaidhunNiam
 

Similar to Surveilans Pengendalian Demam Berdarah Dengue.docx (20)

KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdfKP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
 
Angka kesakitan dbd
Angka kesakitan dbdAngka kesakitan dbd
Angka kesakitan dbd
 
Dengue Fever.pptx
Dengue Fever.pptxDengue Fever.pptx
Dengue Fever.pptx
 
TM 7_Surveilans PTVZ.pdf
TM 7_Surveilans PTVZ.pdfTM 7_Surveilans PTVZ.pdf
TM 7_Surveilans PTVZ.pdf
 
MATERI penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdf
MATERI  penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdfMATERI  penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdf
MATERI penaggulangan dbd - dr Asik Surya MPPM_2.pdf
 
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptx
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptxHilangnya demam berdarah di indonesia.pptx
Hilangnya demam berdarah di indonesia.pptx
 
Investigasi Wabah.pptx
Investigasi Wabah.pptxInvestigasi Wabah.pptx
Investigasi Wabah.pptx
 
Dengue Hemorargic Fever
Dengue Hemorargic FeverDengue Hemorargic Fever
Dengue Hemorargic Fever
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
demam berdarah dengue
demam berdarah denguedemam berdarah dengue
demam berdarah dengue
 
Bismillah PPT Sempro NISA_revisi.pptx
Bismillah PPT Sempro NISA_revisi.pptxBismillah PPT Sempro NISA_revisi.pptx
Bismillah PPT Sempro NISA_revisi.pptx
 
Health literacy
Health literacyHealth literacy
Health literacy
 
Pemeriksaan demam berdarah dengue (ns1)
Pemeriksaan demam berdarah dengue (ns1)Pemeriksaan demam berdarah dengue (ns1)
Pemeriksaan demam berdarah dengue (ns1)
 
Investigasi outbreak ppi
Investigasi outbreak ppiInvestigasi outbreak ppi
Investigasi outbreak ppi
 
KAK Baru DBD.docx
KAK Baru DBD.docxKAK Baru DBD.docx
KAK Baru DBD.docx
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
 
Kebijakan Zoonosis.pptx
Kebijakan Zoonosis.pptxKebijakan Zoonosis.pptx
Kebijakan Zoonosis.pptx
 
Referat.docx no name
Referat.docx no nameReferat.docx no name
Referat.docx no name
 
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptxCRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
 
Kak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensKak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailens
 

Recently uploaded

Umpan Balik Memahami perbedaan individual peserta Didik.docx
Umpan Balik Memahami perbedaan individual peserta Didik.docxUmpan Balik Memahami perbedaan individual peserta Didik.docx
Umpan Balik Memahami perbedaan individual peserta Didik.docx
sapudin2
 
noun clause powerpointnoun clause powerpoint
noun clause powerpointnoun clause powerpointnoun clause powerpointnoun clause powerpoint
noun clause powerpointnoun clause powerpoint
akunoppoa31rhn
 

Recently uploaded (20)

Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJARAKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Teori Sosiologi Emile Durkheim (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Sosiologi Emile Durkheim (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Sosiologi Emile Durkheim (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Sosiologi Emile Durkheim (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Umpan Balik Memahami perbedaan individual peserta Didik.docx
Umpan Balik Memahami perbedaan individual peserta Didik.docxUmpan Balik Memahami perbedaan individual peserta Didik.docx
Umpan Balik Memahami perbedaan individual peserta Didik.docx
 
noun clause powerpointnoun clause powerpoint
noun clause powerpointnoun clause powerpointnoun clause powerpointnoun clause powerpoint
noun clause powerpointnoun clause powerpoint
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
PPT Tentang Penyusunan Modul Ajar Untuk Guru.pptx
PPT Tentang Penyusunan Modul Ajar Untuk Guru.pptxPPT Tentang Penyusunan Modul Ajar Untuk Guru.pptx
PPT Tentang Penyusunan Modul Ajar Untuk Guru.pptx
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
 

Surveilans Pengendalian Demam Berdarah Dengue.docx

  • 1. Surveilans Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Wahyudi Andrianto_24403001_MIK-XEL41/24 Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak-anak dan dapat berakibat fatal bila tidak ditangani secara cepat tepat, akurat dan benar. Keberhasilan penanganan penyakit demam berdarah sangat tergantung pencegahan, pengobatan, ketepatan dan kecepatan diagnosa penyakit demam berdarah. Sampai sekarang pemberantasan infeksi dengue di dasarkan pada kontrol terhadap nyamuk penyebar dengue yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pemutusan siklus penularan penyakit demam berdarah dengue dilakukan dengan penyemprotan nyamuk dewasa khususnya pada wilayah dengan indikasi adanya kasus. Menurut CDC (2003), beberapa negara berhasi mengendalikan penyakit ini, sebagaimana pemberlakuan destruction of disease bearing insect act di Singapura sejak tahun 1966. Dengan undang-undang ini dilakukan inspeksi jentik dari rumah ke rumah, dengan sanksi akan diterapkan pada rumah positif jentik. Kemampuan deteksi dini, baik pada penderita maupun lingkungan menjadi salah satu kunci keberhasilan pemberantasan demam berdarah. Sebagai tenaga kesehatan masyarakat kita dituntut lebih profesional pada aspek proses pencegahan penyakit dan surveillance. Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak-anak dan dapat berakibat fatal bila tidak ditangani secara cepat tepat, akurat dan benar. Keberhasilan penanganan penyakit ini sangat tergantung pencegahan, pengobatan, ketepatan dan kecepatan diagnosa penyakit demam berdarah. Sampai sekarang pemberantasan infeksi dengue di dasarkan pada kontrol terhadap nyamuk penyebar dengue yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah Virus Dengue yang termasuk group B Arthropod Borne Viruses (Arbovirosis), terdiri dari 4 tipe (tipe 1, 2, 3, 4). Serotipe virus dominan di Indonesia adalah tipe 3 yang tersebar di berbagai daerah dan menyebabkan kasus yang berat Daerah yang terdapat lebih dari satu serotipe berkosirkulasi atau daerah mengalami epidemi secara berurutan yang disebabkan oleh serotipe yang berbeda maka akan ditemukan infeksi yang berat dan dikenal sebagai dengue shock sindrome (DSS). Studi epidemiologis menunjukkan DHF/DSS sebagian besar terjadi pada penderita yang terinfeksi untuk ke dua kalinya oleh virus dengan serotipe berbeda dari infeksi virus yang pertama kalinya. Infeksi virus DBD dapat asimtomatis dan simptomatis.
  • 2. Kriteria diagnosis klinik DBD menurut WHO berupa panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab jelas, tanda- tanda perdarahan atau pembesaran hati, jumlah trombosit < 100.000/mm3 (modifikasi Depkes < 150.000/mm3) dan hematokrit meningkat lebih atau sama dengan 20 %. Menurut Depkes RI, kasus DBD adalah semua penderita DBD dan tersangka DBD. Penderita penyakit DBD adalah penderita dengan tanda-tanda yang memenuhi kreteria WHO dan tersangka DBD yang hasil pemeriksaan serologis (haemaglutination inhibition test atau dengue blot) positip. Fogging dan Usaha Pencegahan Pemberantasan DBD. Usah pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan pemerintah, antara lain dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi. Pelaksanaan pengabutan dengan aplikasi ultra low volume (ULV) masih merupakan metode yang paling diandalkan dalam pengendalian vector. Namun metode aplikasi penggunaan bahan kimia jika tidak terkontrol dapat berakibat pada terjadinya pencemaran lingkungan, serta berpotensi pada terjadinya resistensi vector. Sementara secara teknis, beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas pengkabutan antara lain: 1. Faktor alamiah seperti cuaca yang meliputi faktor angin, suhu, kelembaban, hujan. 2. Faktor sosial seperti masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk. 3. Faktor teknis seperti peralatan yang digunakan dan pengetahuan petugas dalam melaksanakan pengendalian vektor DBD. Metode pengasapan menurut WHO (2000), merupakan metode utama pemberantasan demam berdarah dengue yang telah dilakukan hampir selama 25 tahun di banyak Negara. Penyemprotan sebaiknya tidak dipergunakan, kecuali keadaan genting selama terjadi KLB atau wabah. Penyemprotan di masyarakat akan menimbulkan rasa aman semu, walaupun erdasarkan aspek politis metode ini lebih disukai karena terlihat lebih nyata dan pemerintah terkesan sudah melakukan usaha pencegahan dan pemberantasan DBD. Sesuai rekomendasi Depkes RI, setiap kasus DBD harus segera ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan lainnya untuk mencegah penyebarluasan atau mencegah terjadinya KLB. Penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue merupakan kegiatan pencarian penderita atau tersangka lainnya, serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dirumah penderita atau tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang¬kurangnya 100 meter. Juga pada tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan penyakit. Tujuannya utama kegiatan ini untuk mengetahui ada tidaknya kasus DBD tambahan serta terjadinya potensi meluasnya penyebaran penyakit padad wilayah tersebut Sedangkan pengertian pengamatan penyakit DBD merupakan kegiatan pencatatan jumlah kasus DBD dan kasus tersangka DBD menurut waktu dan tempat kejadian, yang dilaksanakan secara teratur dan menyebarkan informasinya sesuai kebutuhan program pemberantasan penyakit DBD. Laporan
  • 3. kewaspadaan DBD merupakan laporan secepatnya kasus DBD agar dapat segera dilakukan tindakan atau langkah¬langkah untuk membatasi penularan penyakit DBD. Komponen kegiatan diatas antara lain dengan melakukan pengamatan jentik. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan indikator ukuran kepadatan jentik yaitu: angka bebas jentik (ABJ), house index (HI), container index (CI) dan bruteau index (BI). HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah tertentu (Depkes, 1990). Apabila HI kurang dari 5% menunjukkan kecepatan penularan DBD cukup, sedangkan bila lebih 5% berarti potensial terjadi penularan DBD. Hasil penyelidikan epidemiologi akan menentukan langkah selanjutnya dalam pemberantasan penyakit DBD. Dinas Kesehatan akan melakukan tindakan seperti fogging atau tidak fogging, dan pokja DBD serta masyarakat melakukan PSN-DBD dengan gerakan 3 M. Tindakan penanggulangan KLB dilakukan bersama kegiatan penyelidikan epidemiologi, penggerakan PSN DBD dengan abatisasi, fogging focus dan fogging massal. Refference, antara lain : Suroso T., Umar, A.I. 2000. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD, FK UI. Jakarta Suroso T, dkk,. 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Depkes RI WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengua dan Demam Berdarah Dengue, Depkes RI 1992. Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue. CDC. 2003. Dengue Fever. Division of Vector-Borne Infectious Diseases