SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Bab 10 Akuntabilitas Pendidikan

       Dalam penjelasan UURI nomor 21 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional,
pada bagian umum dijelaskian bahwa pndidikan mempunyai misi salah 1 fungsi tersebut
untuk meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan
standar nasional dan global (UU no. 20 Tahun 2003). Di sekolah yang melakukan,
akuntabilitas lembaga pendidikan secara yuridis formal adalah kepala sekolah.

       Akuntabilitas identik dengan pertanggungjawaban seseorang/ badan hukum kepada
pihak-pihak yang berwenang. Lembaga administrasi Negara (2003) merumuskan bahwa
akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerapkan kinerja dan tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawab.

   A. Konsep Akuntabilitas
              Akuntabilitas diterapkan pada semua aspek pendidikan, yakni mulai dari
       penyusunan program program pengajaran sampai pada pengelolaan lembaga
       pendidikan (pertanggungjawaban lembaga dan pencapaian tujuan pendidikan).
       Corton (1976), mengemukakan ada 3 kunci akuntabilitas yakni:
          1) Siapa yang bertanggungjawab.
          2) Tentang apa
          3) Kepada siapa

             Akuntabilitas     pendidikan   secara   sederhana   dapat    diartika   sebagai
       pertanggungjawaban atas keberhasilan proses belajar dan perkembangan peserta didik
       dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan.

             Dalam penyusunan pelaporan akuntabilitas yang tidak kalah pentingnya adalah
       apabila ada 1 program yang gagal, maka perlu juga dilaporkan dan sekaligus
       memberikan penjelasan mengapa sampai gagal.

       1. Jenis-jenis Akuntabilitas
           Dalam Depdikbud, 1983/1984 menjabarkan bahwa akuntabilitas pendidikan dapat
           terbagi dalam 3 jenis :
                  Akuntabilitas keberhasilan
Akuntabilitas Profesional
          Akuntabilitas Sistem
2. Pelanggaran Terhadap Akuntabilitas Pendidikan
          Suatu tindakan dalam bidang pendidikan dianggap menyimpang kalau
   tindakan itu mengakibatkan kerugian bagi kepentingan orang lain dan/ atau
   kepentingan umum baik secara moril maupun materiil.
   Halim (1982) membagi menjadi 14 kelompok, yakni :
   1) Penekanan yang dilakukan oleh pengajar kepada siswanya.
   2) Penekanan dari pengajar kepada siswanya untuk memenuhi kemauan
      pengajar.
   3) Perlakuan-perlakuan yang tidak wajar yang dilakukan oleh pengajar kepada
      siswanya baik secara fisik maupun secara mental.
   4) Pelaksanaan pengajaran dengan member isi dan metode yang bermutu rendah
      yang    hampir   tidak     ada   manfaatnya   bagi   siswa,   bahkan    dapat
      membahayakannya.
   5) Pencurian, pemalsuan atau pembajakankarya ilmiah orang lain dalam bentuk
      apapun baik seluruhnya atau sebagian.
   6) Penipuan atau pengakuan palsu dari seseorang mengenai jabatan dan/atau
      hasil karya tertentu dengan maksud agar dipercaya orang lain sehinggar dapat
      memperoleh sesuatu yang sebenarnya bukan haknya.
   7) Pencemaran nama baik atau wibawa suatu lembaga formal melalui perbuatan
      tidak layak yang dilakukan dengan melibatkan orang dalam lembaga itu.
   8) Berbagai pemborosan rahasia yang merusak objektifitas nilai serta mutu
      pendidikan dan pengajaran.
   9) Penyalahgunaan jabatan dalam bentuk manifestasinya merugikan kepentingan
      umum dan merusak kewibawaan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
   10) Penyelewengan dan penyalahgunaan beasiswa.
   11) Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang menyimpang dari
      kebenaran umum tanpa dapat dipertanggungjawabkan oleh pengajar yang
      bersangkutan serta berakibat buruknya bagi siswa.
   12) Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang menyimpang dari nilai-nilai
      kesopanan, kesusilaan, hokum dan ketertiban umum.
13) Berbagai tindakan pengacauan terhadap situasi dan kondisi yang normal untuk
          penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
      14) Tindakan-tindakan pengancaman, penggeseran, pemojokan, pemfitnahan,
          penghalang-halangan dan sejenisnya terhadap pihak yang sunggunh-sungguh
          ingin   mengusut/membongkar/menindak       setiap    pelaku   tindak   pidana
          pendidikan.

B. Peranan Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Akuntabilitas Lembaga
   Pendidikan
          Dalam Depdikbud (1997), dijelaskan kepala sekolah memiliki tanggungjawab
   terhadap penyelenggaraan sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas :
   1) Penyelenggaraan program kerja sekolah
   2) Pembinaan kesiswaan
   3) Pelaksanaan bimbingan dan penilaian bagi guru dan tenaga kependidikan lainya
   4) Penyelenggaraan    administrasi   sekolah,   melihat    administrasi   ketenagaan,
      keuangan, kesiswaan, perlengkapan dan kurikulum
   5) Pelaksanaan hubungan sekolah dengan lingkungan dan/atau masyarakat

          Dalam Depdikbud (1999/2000) di jelaskan secara rinci 7 komponen peran
   kepala sekolah, yaitu kepala sekolah sebagai pendidik, manajer, pengelola
   administrasi, penyelia, pemimpin, pembaru, dan pendorong. Dan dalam melaksanakan
   tugas tersebut, kepala sekolah membuat laporan kegiatan secara periodik sebagai
   wujud dari akuntabilitas lembagapandidikan yang dikelolanya atau di bawah
   wewenangnya.

C. Peran Komite Sekolah
          Komite sekolah dibentuk di setiap sekolah sebagai hasil dari SK Menteri No.
   202 untuk desentralisasi. Komite diharapkan bekerjasama dengan kepala sekolah
   sebagi partner untuk mengembangkan kualitas sekolah dengan menggunakan konsep
   manajemen berbasis sekolah dan masyarakat yang demokratis, transparan, dan
   akuntabel. UU pendidikan bulan Juni 2003 (pasal 56) memberikan kepada komite
   sekolah dan madrasah peran untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan
   melalui nasihat, pengarahan, bantuan personalia, material dan fasilitas maupun
   pengawasan pendidikan.
Suryadi (2005) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pokok pikiran yang
   disampaikan pada sosialisasi Dewen Sekolah dan Komite Sekolah, Yaitu :
   1) Penyusunan rencana dan program
   2) Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapata dan Belajar Sekolah (RAPBS)
   3) Pelaksanaan program pendidikan
   4) Akuntabilitas pendidikan

D. Pengelolaan Keuangan Sekolah
   Menurut Mulyasa (2005), dalam pengelolaan keuangan sekolah terdapat 3 komponen
   :
   1. Uang dan Pendidikian, kaitannya dalam besar alokasi uang untuk pendidikan
       Merupakan tugas dan tanggungjawab dari administrasi sekolah, sebagai berikut :
       a. Perencanaan anggaran dan                       e. Pengaturan pegawai
          financial                                      f. Penataran
       b. Pengaturan pemasokan                           g. Pelaksanaan rencana
       c. Perencanaan                 dan                h. Transportasi
          peningkatan          fasilitas                 i. Layanan makanan
          sekolah                                        j. Keuangan dan laporan
       d. Hubungan                dengan                 k. Manajemen kantor
          masyarakat

   2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS)
       Proses pengembangan RAPBS menempuh langkah-langkah pendekatan dengan
       proseduran sebagai berikut :
       a. Pada tingkat kelompok kerja
       b. Pada tingkat kerjasama dengan komite sekolah

   3. Sosialisasi dan Legalitas
       Setelah RAPBS dibicarakan dengan komite sekolah selanjutnya disosialisasikan
       kepada berbagai pihak. Pada tahap ini kelompok kerja melakukan konsultasi
       dalam laporan kepada pihak pengawas serta mengajukan usulan RAPBS kepada
       kantor inspeksi pendidikan untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.
E. Hubungan antara Sekolah dengan Sekolah yang Efektif
   Depdiknas (2000), menyatakan bahwa pada umumnya sekolah yang efektif memiliki
   sejumlah karakteristik proses sebagai berikut :
   1. Proses belajar-mengajar yang efektifitasnya tinggi
   2. Kepemimpinan sekolah yang kuat
   3. Lingkunagn sekolah yang aman dan tertib
   4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
   5. Sekolah memiliki budaya mutu
   6. Sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis
   7. Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian)
   8. Partisipasi yang tinggi dari warga dan masyarakat
   9. Sekolah memiliki keterbukaan (transparasi) manajemen
   10. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (Psikologis dan fisik)
   11. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
   12. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
   13. Memiliki komunikasi yang baik
   14. Sekolah memiliki akuntabilitas
   15. Sekolah memiliki kemampuan manajemen sustainabilitas
Bab 11 Kepala Sekolah dan MPMBS

  A. Pola Manajemen
            Pada dasarnya definisi manajemen dapat didefinisikan suatu aktifitas
     mengelola organisasi atau kelompok manusia dalam menggerakkan komponen-
     komponennya demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien.
            Kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah dan merupakan orang
     terpenting di suatu sekolah. Dari berbagai peneliti dan pengamatan tidak formal
     diketahui bahwa kepala sekolah merupakan kunci bagi pengembangan dan
     peningkatan suatu sekolah. Indicator keberhasilan sekolah adalah kalau sekolah
     berfungsi dengan baik.

  B. Manajemen Berbasis Sekolah
            Seiring dengan berlakunya UU RI no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
     daerah (otonomi daerah) dan bukti-bukti empiris tentang kurang efektif dan efisiennya
     manajemen berbasis pusat, maka dekdiknas melalui, perubahan dan penyesuaian,
     salah 1 diantaranya melalui pergeseran pendekatan manajemen, yaitu Manajemen
     Berbasis Pusat manjadi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
     1. Pola Manajemen Berbasis Sekolah
        Dapat dikemukakan bahwa otonomi dapat diartikan sebagai kemandirian. Dengan
        demikian otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengurus dan
        mengatur kepentingan semua warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan
        aspirasi warga sekolah sesuai peraturan dan perundangan pendidikan nasional
        yang berlaku.
        Berikut adala dimensi-dimensi perubahan pola manajemen pendidikan
        Pola Lama                                Menuju        Pola Baru
                Subordinasi                                          Otonomi
                Pengambilan          keputusan                       Pengambilan      keputusan
                terpusat                                              partisipatif
                Ruang gerak kaku                                     Ruang gerak luwes
                Pendekatan birokratis                                Pendekatan professional
                Sentralistik                                         Desentralistik
                Diatur                                               Motivasi diri
                                                     
                Over regulasi                                         Deregulasi
Mengental                                           Mempengaruhi
          Mengareahkan                                        Memfasilitasi
          Menghindari resiko                                  Mengelola resiko
          Menggunakan uang seenaknya                          Menggunakan uang efisien
          Individu tercerdas                                  Team Work ce4rdas
          Informasi terpribadi                                Informasi terbagi
                                                
          Pendelegasian                                        Pemberdayaan
                                                
          Organisasi hierarki                                  Organisasi datar


   Dari tabel di atas dapat disimpulkan sebaga berikut :
   1) Pada pola lama tugas dan fungsi sekolah lebih pada melaksanakan program
      daripada mengambil inisiatif untuk merumuskan dan melaksanakan program
      peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah.
   2) Pada pola baru sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan
      lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif, dan
      partisipasi masyarakat menjadi semakin besar. Sekolah menjadi lebih luwes
      dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih diutamakan
      daripada pendekatan birokratis, pengelolaan sekolah lebih desentralisasi,
      perubahan sekolah lebih didorong motivasi diri daripada diatur dari luar,
      regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan pusat lebih bergeser dari
      mengontrol memengaruhi dan dari mengarahkan menjadi memfasilitasi dari
      menghindari resiko menjadi mengelola resiko, penggunaan uang menjadi lebih
      efisien.

2. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
   Menurut dekdiknas (2001), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan
   bentuk alternative yang dapat diartikan sebagai pengkoordinasian dan penyerasian
   sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan
   semua kelompok kepentingan yang berkaitan dengan sekolah. MBS juga
   bertujuan memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian
   wewenang, keluwesan dari sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah.
C. Kepala Sekolah dalam Era MPMBS
  Pada hakikatnya peran kepala sekolah dalam era MPMBS dapat dirinci sebagai
  berikut :
  1. Memiliki masukan manajemen yang lengkap dan jelas yang ditampilkan oleh
      kelengkapan administrasi serta kejelasan dalam tugas, rencana ketentuan/ limitasi
      pengendalian, dan dapat memberikan kesan yang baik bagi anak buahnya.
  2. Memahami, menghayati, dan melaksanakan pernnya sebagi manajer, pemimpin,
      pendidik, penyelia, pencipta iklim kerja, pengurus/ administrator, pembaru, dan
      pembangkit motivasi.
  3. Mampu menciptakan tantangan kinerjanya berangkat dari sinilah, kemudian
      merumuskan sasaran apa yang akan dicapai oleh sekolah, melanjutkan dengan
      melakukan analisis SWOT, dan berupaya mencari langkah-langkah pencegahnya.
  4. Menciptakan Team Work yang kompang/kohesif dan cerdas, serta menciptakan
      koneksi dan saling ketergantungan antar fungsi dan antar warganya sehingga
      membentuk suatu system yang utuh dan benar yang dapat menjamin kepastian dan
      kebermanfaatan hasilnya.
  5. Mampu menciptakan situasi dan menumbuhkan kreatifitas dan memberikan
      peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasi dalam rangka mencari
      penemuan-penemuan baru walaupun kurang akurat atau salah sehingga kepala
      sekolah mendorong warganya untuk mengambil resiko dan dilindungi apabila
      hasilnya salah.
  6. Mampu dan sanggup menciptakan sekolah sebagai tempat belajar. Suatu lembaga
      pendidikan atau sekolah perlu penataan.
  7. Mampu dan mempunyai kesanggupan untuk melaksanakan manajemen berbasis
      sekolah sebagai konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen dari
      kebijakan manajemen pusat menjadi manajemen berbasis sekolah.
  8. Mampu memutuskan perhatian terhadap pengelolaan proses belajar-mengajar
      sebagai kegiatan utamanya karena kegiatan-kegiatan lainnya dipandang sebagai
      kegiatan pendukung/penunjang proses belajar-mengajar.
  9. Sangup dan mampu memberdayakan sekolahnya, terutama sumber daya manusia
      melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan kemandirian sehingga nantinya
      komitmen yang tinggi dari warganya terhadap visi dan misi sekolah, tingkat
      kemandirian tinggi dan tingkat ketergantungan rendah, bersifat adaptif dan
      proaktif.
D. Kinerja Kepala Sekolah
   1. Kinerja
      Dapat didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas
      dan kewajibannya menurut ukuran yang berlaku dan ditetapkan untuk pekerjaan
      yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa kinerja kepala
      sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan
      kewajibannya menurut ukuran yang berlaku serta ketetapan pekerjaan yang
      bersangkutan.

   2. Faktor-faktor yang Menentukan Tingkat Kinerja Kepala Sekolah
      Menurut Depdiknas (2000), kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah 1
      faktor yang mendorong kepala sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan
      sasaran sekolahnya. Pada dasarnya kepala sekolah memiliki tugas dan fungsi yang
      sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses persekolahan.
      Faktor-faktor yang menentukan tingkat kinerja kepala sekolah, antara lain
      lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kerja, umpan balik,
      dan administrasi.
      Kinerja kepala sekolah dalam hal ini mempunyai beberapa aspek, Yaitu :
      a. Rencana Program Pengembangan Sekolah
         Dalam Depdikbud            (1998), rencana program        pengembangan sekolah
         merupakan        rencana    yang   komprehensif   untuk    mengoptimalkan   dan
         memanfaatkan segala sumber daya yang ada sehingga mampu mencapai
         tujuan yang diinginkan di masa yang akan datang.
      b. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)
         Dalam penyusunan rencana anggaran ada 3 bagian pokok anggaran , yaitu :
         1) Target penerimaan
         2) Rencana pengeluaran
         3) Sumber dana lainnya (Sisa dana periode sebelumnya)

         Adapun langkah-langkah dalam penyusunan anggaran adalah :

         1) Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan
         2) Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya
         3) Menentukan program kerja dan rincian program kerja
         4) Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program kerja
5) Menghitung dana yang dibutuhkan
   6) Menentukan sumber dana yang membiayai rencana
c. Pengambilan Keputusan Partisipatif
   Menurut Depdiknas (2001) pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu
   cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka
   dan demokratis. Dalam keputusan tersebut warga sekolah, yaitu guru, siswa,
   karyawan, orang tua siswa, komite sekolah menyusun dan didorong untuk
   terlibat langsung dalam proses pengambiloan keputusan yang akan
   berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.
d. Kemandirian
   Sekolah memiliki kemandirian untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya
   sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang
   tidak selalu menggantungkan pada atasan untuk menjadi mandiri, sekolah
   harus memiliki sumber daya yang cakap untuk menjalankan tugasnya.
e. Keterbukaan
   Sekolah memiliki keterbukaan manajemen. Keterbukaan dalam pengeloloaan
   sekolah merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan Manajemen
   Berbasis Sekolah (MBS). Keterbukaan di tunjukkan dalam pengambiloan
   keputusan, perencanaan dan pelaksanaan tugas atau kegiatan, penggunaan
   uang dsb.
f. Akuntabilitas
   Akuntabilitas adalah suatu kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban
   atas tindakan seseorang, badan hokum atau pimpinan kolektif suatu organisasi
   kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan
   atau pertanggungjawaban.
g. Kerjasama
   Menurut Depdiknas (2001) output sekolah merupakan hasil kolektif warga
   sekolah sehingga budayaq kerjasama antar omponen dalam sekolah dengan
   pihak luar sekolah merupakan factor kunci keberhasilan peloaksanaan MBS.
Bab 12 Kepala Sekolah dan Supervisi Pengajaran

   A. Mutu Pendidikan dan Supervisi Pengajaran

             Paradigm     baru   mengenai   pendidikan    tinggi   terdiri   atas   akreditasi,
      akuntabilitas, evaluasi, otonomi, dan mutu. Kelima paradigm baru tersebut ,
      hakikatnya terkait 1 sama lain. Untuk itu, sebaiknya dijadikan acuan dalam proses
      peningkatan mutu pendidikan.

             Pada dasarnya, permasalahan pendidikan yang diidentifikasikan (Depdikbud
      1983) sebagai berikut :

        1. Masalah Kuantitatif, masalah yang timbul sebagai hubungan akibat antara
           pertumbuhan system pendidikan pada 1 pihak dan pertumbuhan penduduk
           Indonesia pada pihak yang lain
        2. Masalah Kualitatif, berkaitan dengan bagaimana peningkatan kualitas sumber
           daya manusia dan bangsa Indonesia dapat mempertahankan eksistensinya.
           Tercangkup pula masalah ketertinggalan bangsa Indonesia dan perkembangan
           modern.
        3. Masalah Relevansi, masalah yang timbul dari hubungan antara system
           pendidikan dan pembangunan nasional serta antara kepentingan perorangan,
           keluarga, masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
        4. Masalah Efisiensi,     masalah pengelolaan pendidikan nasional.            Adanya
           keterbatasan dana dan daya manusia sungguh memerlukan system pengelolaan
           yang efisien dan terpadu. Yang tercangkup antara unsur dan unit secara
           keseluruhan.
        5. Masalah Efektifitas, manyangkut keampuhan pelaksanaan pendidikan nasional.
           Daloam hubungan dengan permasalahan keseimbangan yang dinamis antara
           kualitas dan kuantitas, efektivitas proses pendidikan juga penting.


   B. Mutu Tenaga Kependidikan

             Peningkatan mutu pendidikan merupakan tugas yang tidak mudah kaena
      dipengaruhi oleh beberapa factor, dalam hal ini lebih difokuskan pada mutu guru yang
      merupakan factor yang paling konsisten dan kuat dalam mempengaruhi mutu
      pendidikan.
Dalam meningkatkan kemampuan guru diperoleh kesimpulan bahwa guru
   yang bermutu diukur dengan 4 faktor utama, yakni :

      1) Kemapuan professional. Terdiri atas kemampuan intelegensi, sikap dan
          prestasi dalam bekerja.
      2) Upaya      professional.    Merupakan      upaya    seorang     guru    dalam
          menteransformasikan kemampuan professional yang dimiliki kedalam proses
          belajar-mengajar.
      3) Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan professional. Menunjukkan intensitas
          waktu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk tugas-tugas profesionalnya.
      4) Kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya. Factor yang mempengaruhi
          kemampuan profesional seorang guru.


C. Konsep Dasar Supervisi Pengajaran di Sekolah Dasar

          Mengkaji tugas-tugas supervise pengajaran tersebut, dapat ditelaah dari tujuan
   supervise pengajaran itu sendiri. Sesuai dengan fungsi pokok supervise, yaitu
   memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar dalam rangka mencapai
   tujuan pendidikan nasional. Maka tujuan supervise nasional mencangkup tujuan
   dasar, umum, dan khusus.

          Berdasarkan penjabaran di atas dapat di kemukakan bahwa untuk
   meningkatkan kualitas belajar-mengajar guru merupakan factor sentral yang perlu
   mendapat    perhatian   secara   optimal.   Adapun   media    untuk    meningkatkan
   profesionalisme guru melalui supervise.


D. Profesionalisme Guru Seolah Dasar

          Dalam kurikulum Sekolah Dasar 1975, garis-garis besar program pengajaran
   buku 3 D Pedoman Administrasi dan Supervisi dijelaskan bahwa sikap professional
   hanya dilihat dari moral kerja guru.. moral kerja ialah reaksi mental (emosi) guru
   dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang disertahkan padanya. Dari reaksi
   mental guru terhadap tugas yang diserahkan kepadanya dapat dilihat secara nyata
   professional guru. Hal tersebut dapat diukur melalui penilaian segi-segi kegiatan,
   yakni berkaitan dengan kehadiran guru, tugas mengajar, dan hubungan kerjasama.
E. Pendekatan Profesionalisme

          Menurut Danim (2002), dalam konteks profesionalisasi istilah profesi dapat
   dijelaskan dengan 3 pendekatan :

    1. Pendekatan Karakteristik, yang memandang bahwa profesi mempunyai
        seperangkat elemen inti yang membedakannya dari pekerjaan yang lain.
        Karakteristik profesi tersebut dapat di bagi menjadi :
            a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan.
            b. Memiliki pengetahuan spesialisasi.
            c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat dipergunakan langsung oleh
               orang lain/klien (bersifat aplikatif).
            d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan (communicable).
            e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri (self
               organization).
            f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism).
            g. Memiliki kode etik.
    2. Pendekatan Institusional, memandang profesi dari segi proses institusional atau
        perkembangan asosiasional, mengemukakan 5 langkah :
            a. Merumuskan suatu pekerjaan yang penuh waktu/ full time, bukan
               pekerjaan sambilan.
            b. Menetapkan sekolah sebagai tempat menjalani proses pendidikan/
               pelatihan.
            c. Mendirikan asosiasi profesi.
            d. Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya
               perlindungan hokum terhadap asosiasi/ perhimpunan tersebut.
            e. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan
    3. Pendekatan Legalistik, pendekatan yang menekankan adanya pengakuan atas
        suatu profesi oleh suatu Negara/ pemerintahan
F. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan

          Menurut suparno (2002) Kepemimpinan seorang kepala sekolah mencangkup
   cara-cara dan usahanya dalam memengaruhi, mendorong, membimbing, serta
   menggerakkan guru, staf, siswa, dan orang tua siswa demi tercapainya tujuan sekolah.
   Segala cara tersebut mengharuskan seorang kepala sekolah menguasai :

     a. Tujuan pendidikan sekolah yang dipimpinnya
     b. Pengetahuan yang cukup mengenai bidangnya dan medan tugas yang ada di
         bawah pimpinannya
     c. Ketrampilan professional meliputi ketrampilan teknis, relasi kemanusiaan, dan
         ketrampilan konseptual.

More Related Content

What's hot

1. uu no 14 tentang guru dan dosen
1. uu no 14 tentang guru dan dosen1. uu no 14 tentang guru dan dosen
1. uu no 14 tentang guru dan dosenWahyu Puji Yuwono
 
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007: Standar Pengelolaan
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007: Standar PengelolaanPermendiknas Nomor 19 Tahun 2007: Standar Pengelolaan
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007: Standar PengelolaanYani Pieter Pitoy
 
Fungsi manajemen berbasis sekolah
Fungsi manajemen berbasis sekolahFungsi manajemen berbasis sekolah
Fungsi manajemen berbasis sekolahUmiNartabett
 
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaanPermendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaanemri ardi
 
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...Drs. HM. Yunus
 
8 standar nasional pendidikan
8 standar nasional pendidikan8 standar nasional pendidikan
8 standar nasional pendidikanSugeng Arianto
 
5.permendiknas no. 19 tahun 2007,18022008(pengelolaan)
5.permendiknas no. 19 tahun 2007,18022008(pengelolaan)5.permendiknas no. 19 tahun 2007,18022008(pengelolaan)
5.permendiknas no. 19 tahun 2007,18022008(pengelolaan)MA'ARIF NU CILACAP
 
PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Stan...
PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Stan...PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Stan...
PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Stan...IWAN SUKMA NURICHT
 
Manajemen pengembangan fasilitas sekolah
Manajemen pengembangan fasilitas sekolahManajemen pengembangan fasilitas sekolah
Manajemen pengembangan fasilitas sekolahseira nawareh
 
Ringkasan materi mbs
Ringkasan materi mbsRingkasan materi mbs
Ringkasan materi mbsOwner Fashion
 
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)firdian87
 
Konsep_Pengawasan PAI_tehArsya
Konsep_Pengawasan PAI_tehArsyaKonsep_Pengawasan PAI_tehArsya
Konsep_Pengawasan PAI_tehArsyaarsyazahra
 
Makalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaMakalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaarsyazahra
 
Tugas administrasi pendidikan Vinsensia Welin
Tugas administrasi pendidikan Vinsensia WelinTugas administrasi pendidikan Vinsensia Welin
Tugas administrasi pendidikan Vinsensia Welinfirdian87
 
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuanKurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuanAhmad Wahyudin Rock'n Roll
 
Standar pengelolaan pendidikan
Standar pengelolaan pendidikanStandar pengelolaan pendidikan
Standar pengelolaan pendidikanUNIB
 

What's hot (19)

1. uu no 14 tentang guru dan dosen
1. uu no 14 tentang guru dan dosen1. uu no 14 tentang guru dan dosen
1. uu no 14 tentang guru dan dosen
 
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007: Standar Pengelolaan
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007: Standar PengelolaanPermendiknas Nomor 19 Tahun 2007: Standar Pengelolaan
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007: Standar Pengelolaan
 
Fungsi manajemen berbasis sekolah
Fungsi manajemen berbasis sekolahFungsi manajemen berbasis sekolah
Fungsi manajemen berbasis sekolah
 
Undang undang guru dan dosen no 14 tahun 2005
Undang undang guru dan dosen no 14 tahun 2005Undang undang guru dan dosen no 14 tahun 2005
Undang undang guru dan dosen no 14 tahun 2005
 
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaanPermendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
 
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
Implementasi tugas dan fungsi pengawas dalam pendidikan islam dalam meningkat...
 
8 standar nasional pendidikan
8 standar nasional pendidikan8 standar nasional pendidikan
8 standar nasional pendidikan
 
5.permendiknas no. 19 tahun 2007,18022008(pengelolaan)
5.permendiknas no. 19 tahun 2007,18022008(pengelolaan)5.permendiknas no. 19 tahun 2007,18022008(pengelolaan)
5.permendiknas no. 19 tahun 2007,18022008(pengelolaan)
 
Tugas administrasi pendidikan
Tugas administrasi pendidikanTugas administrasi pendidikan
Tugas administrasi pendidikan
 
PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Stan...
PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Stan...PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Stan...
PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Stan...
 
Tajuk 7 done
Tajuk 7 doneTajuk 7 done
Tajuk 7 done
 
Manajemen pengembangan fasilitas sekolah
Manajemen pengembangan fasilitas sekolahManajemen pengembangan fasilitas sekolah
Manajemen pengembangan fasilitas sekolah
 
Ringkasan materi mbs
Ringkasan materi mbsRingkasan materi mbs
Ringkasan materi mbs
 
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
 
Konsep_Pengawasan PAI_tehArsya
Konsep_Pengawasan PAI_tehArsyaKonsep_Pengawasan PAI_tehArsya
Konsep_Pengawasan PAI_tehArsya
 
Makalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaMakalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsya
 
Tugas administrasi pendidikan Vinsensia Welin
Tugas administrasi pendidikan Vinsensia WelinTugas administrasi pendidikan Vinsensia Welin
Tugas administrasi pendidikan Vinsensia Welin
 
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuanKurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
 
Standar pengelolaan pendidikan
Standar pengelolaan pendidikanStandar pengelolaan pendidikan
Standar pengelolaan pendidikan
 

Similar to Supervisi Pendidikan

Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)firdian87
 
Tugas kepala sekolah dan peran kepala
Tugas kepala sekolah dan peran kepalaTugas kepala sekolah dan peran kepala
Tugas kepala sekolah dan peran kepalaSepti C-phe
 
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis SekolahManajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis SekolahGhian Velina
 
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdfadhanoorfedy2
 
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptxResume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptxfaqihfirman3
 
Bab vi bastiar
Bab vi bastiarBab vi bastiar
Bab vi bastiartiar1
 
2. mulyati ojl keuangan
2. mulyati ojl keuangan2. mulyati ojl keuangan
2. mulyati ojl keuanganMulyati Rahman
 
6. anina kusumawati (06111404006)
6. anina kusumawati (06111404006)6. anina kusumawati (06111404006)
6. anina kusumawati (06111404006)Dewi_Sejarah
 
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN.docx
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN.docxMAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN.docx
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN.docxranimandina
 
18. yunia mondrow (06111404018)
18. yunia mondrow (06111404018)18. yunia mondrow (06111404018)
18. yunia mondrow (06111404018)Dewi_Sejarah
 
Administrasi pendidikan
Administrasi pendidikanAdministrasi pendidikan
Administrasi pendidikanrimalestariri
 
Administrasi pendidikan dalam profesi keguruan
Administrasi pendidikan dalam profesi keguruanAdministrasi pendidikan dalam profesi keguruan
Administrasi pendidikan dalam profesi keguruanIg Fandy Jayanto
 
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsMakalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsrinanj
 
Manajemen sekolah lely
Manajemen sekolah lelyManajemen sekolah lely
Manajemen sekolah lelyFahmi Amrullah
 

Similar to Supervisi Pendidikan (20)

Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
Tugas administrasi pendidikan vinsensia welin (2012620169)
 
Tugas administrasi pendidikan umi bunga
Tugas administrasi pendidikan umi bungaTugas administrasi pendidikan umi bunga
Tugas administrasi pendidikan umi bunga
 
Tugas kepala sekolah dan peran kepala
Tugas kepala sekolah dan peran kepalaTugas kepala sekolah dan peran kepala
Tugas kepala sekolah dan peran kepala
 
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis SekolahManajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
 
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
 
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptxResume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
 
MAKALAH
MAKALAHMAKALAH
MAKALAH
 
Bab vi bastiar
Bab vi bastiarBab vi bastiar
Bab vi bastiar
 
2. mulyati ojl keuangan
2. mulyati ojl keuangan2. mulyati ojl keuangan
2. mulyati ojl keuangan
 
6. anina kusumawati (06111404006)
6. anina kusumawati (06111404006)6. anina kusumawati (06111404006)
6. anina kusumawati (06111404006)
 
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN.docx
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN.docxMAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN.docx
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN.docx
 
18. yunia mondrow (06111404018)
18. yunia mondrow (06111404018)18. yunia mondrow (06111404018)
18. yunia mondrow (06111404018)
 
Administrasi pendidikan
Administrasi pendidikanAdministrasi pendidikan
Administrasi pendidikan
 
Administrasi pendidikan dalam profesi keguruan
Administrasi pendidikan dalam profesi keguruanAdministrasi pendidikan dalam profesi keguruan
Administrasi pendidikan dalam profesi keguruan
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Manajemen Kesiswaan
Manajemen KesiswaanManajemen Kesiswaan
Manajemen Kesiswaan
 
Makalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolahMakalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolah
 
Pengelolaan keuangan
Pengelolaan keuangan Pengelolaan keuangan
Pengelolaan keuangan
 
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsMakalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
 
Manajemen sekolah lely
Manajemen sekolah lelyManajemen sekolah lely
Manajemen sekolah lely
 

Recently uploaded

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 

Recently uploaded (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 

Supervisi Pendidikan

  • 1. Bab 10 Akuntabilitas Pendidikan Dalam penjelasan UURI nomor 21 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pada bagian umum dijelaskian bahwa pndidikan mempunyai misi salah 1 fungsi tersebut untuk meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global (UU no. 20 Tahun 2003). Di sekolah yang melakukan, akuntabilitas lembaga pendidikan secara yuridis formal adalah kepala sekolah. Akuntabilitas identik dengan pertanggungjawaban seseorang/ badan hukum kepada pihak-pihak yang berwenang. Lembaga administrasi Negara (2003) merumuskan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerapkan kinerja dan tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawab. A. Konsep Akuntabilitas Akuntabilitas diterapkan pada semua aspek pendidikan, yakni mulai dari penyusunan program program pengajaran sampai pada pengelolaan lembaga pendidikan (pertanggungjawaban lembaga dan pencapaian tujuan pendidikan). Corton (1976), mengemukakan ada 3 kunci akuntabilitas yakni: 1) Siapa yang bertanggungjawab. 2) Tentang apa 3) Kepada siapa Akuntabilitas pendidikan secara sederhana dapat diartika sebagai pertanggungjawaban atas keberhasilan proses belajar dan perkembangan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan. Dalam penyusunan pelaporan akuntabilitas yang tidak kalah pentingnya adalah apabila ada 1 program yang gagal, maka perlu juga dilaporkan dan sekaligus memberikan penjelasan mengapa sampai gagal. 1. Jenis-jenis Akuntabilitas Dalam Depdikbud, 1983/1984 menjabarkan bahwa akuntabilitas pendidikan dapat terbagi dalam 3 jenis : Akuntabilitas keberhasilan
  • 2. Akuntabilitas Profesional Akuntabilitas Sistem 2. Pelanggaran Terhadap Akuntabilitas Pendidikan Suatu tindakan dalam bidang pendidikan dianggap menyimpang kalau tindakan itu mengakibatkan kerugian bagi kepentingan orang lain dan/ atau kepentingan umum baik secara moril maupun materiil. Halim (1982) membagi menjadi 14 kelompok, yakni : 1) Penekanan yang dilakukan oleh pengajar kepada siswanya. 2) Penekanan dari pengajar kepada siswanya untuk memenuhi kemauan pengajar. 3) Perlakuan-perlakuan yang tidak wajar yang dilakukan oleh pengajar kepada siswanya baik secara fisik maupun secara mental. 4) Pelaksanaan pengajaran dengan member isi dan metode yang bermutu rendah yang hampir tidak ada manfaatnya bagi siswa, bahkan dapat membahayakannya. 5) Pencurian, pemalsuan atau pembajakankarya ilmiah orang lain dalam bentuk apapun baik seluruhnya atau sebagian. 6) Penipuan atau pengakuan palsu dari seseorang mengenai jabatan dan/atau hasil karya tertentu dengan maksud agar dipercaya orang lain sehinggar dapat memperoleh sesuatu yang sebenarnya bukan haknya. 7) Pencemaran nama baik atau wibawa suatu lembaga formal melalui perbuatan tidak layak yang dilakukan dengan melibatkan orang dalam lembaga itu. 8) Berbagai pemborosan rahasia yang merusak objektifitas nilai serta mutu pendidikan dan pengajaran. 9) Penyalahgunaan jabatan dalam bentuk manifestasinya merugikan kepentingan umum dan merusak kewibawaan lembaga pendidikan yang bersangkutan. 10) Penyelewengan dan penyalahgunaan beasiswa. 11) Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang menyimpang dari kebenaran umum tanpa dapat dipertanggungjawabkan oleh pengajar yang bersangkutan serta berakibat buruknya bagi siswa. 12) Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang menyimpang dari nilai-nilai kesopanan, kesusilaan, hokum dan ketertiban umum.
  • 3. 13) Berbagai tindakan pengacauan terhadap situasi dan kondisi yang normal untuk penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. 14) Tindakan-tindakan pengancaman, penggeseran, pemojokan, pemfitnahan, penghalang-halangan dan sejenisnya terhadap pihak yang sunggunh-sungguh ingin mengusut/membongkar/menindak setiap pelaku tindak pidana pendidikan. B. Peranan Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Akuntabilitas Lembaga Pendidikan Dalam Depdikbud (1997), dijelaskan kepala sekolah memiliki tanggungjawab terhadap penyelenggaraan sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas : 1) Penyelenggaraan program kerja sekolah 2) Pembinaan kesiswaan 3) Pelaksanaan bimbingan dan penilaian bagi guru dan tenaga kependidikan lainya 4) Penyelenggaraan administrasi sekolah, melihat administrasi ketenagaan, keuangan, kesiswaan, perlengkapan dan kurikulum 5) Pelaksanaan hubungan sekolah dengan lingkungan dan/atau masyarakat Dalam Depdikbud (1999/2000) di jelaskan secara rinci 7 komponen peran kepala sekolah, yaitu kepala sekolah sebagai pendidik, manajer, pengelola administrasi, penyelia, pemimpin, pembaru, dan pendorong. Dan dalam melaksanakan tugas tersebut, kepala sekolah membuat laporan kegiatan secara periodik sebagai wujud dari akuntabilitas lembagapandidikan yang dikelolanya atau di bawah wewenangnya. C. Peran Komite Sekolah Komite sekolah dibentuk di setiap sekolah sebagai hasil dari SK Menteri No. 202 untuk desentralisasi. Komite diharapkan bekerjasama dengan kepala sekolah sebagi partner untuk mengembangkan kualitas sekolah dengan menggunakan konsep manajemen berbasis sekolah dan masyarakat yang demokratis, transparan, dan akuntabel. UU pendidikan bulan Juni 2003 (pasal 56) memberikan kepada komite sekolah dan madrasah peran untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan melalui nasihat, pengarahan, bantuan personalia, material dan fasilitas maupun pengawasan pendidikan.
  • 4. Suryadi (2005) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pokok pikiran yang disampaikan pada sosialisasi Dewen Sekolah dan Komite Sekolah, Yaitu : 1) Penyusunan rencana dan program 2) Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapata dan Belajar Sekolah (RAPBS) 3) Pelaksanaan program pendidikan 4) Akuntabilitas pendidikan D. Pengelolaan Keuangan Sekolah Menurut Mulyasa (2005), dalam pengelolaan keuangan sekolah terdapat 3 komponen : 1. Uang dan Pendidikian, kaitannya dalam besar alokasi uang untuk pendidikan Merupakan tugas dan tanggungjawab dari administrasi sekolah, sebagai berikut : a. Perencanaan anggaran dan e. Pengaturan pegawai financial f. Penataran b. Pengaturan pemasokan g. Pelaksanaan rencana c. Perencanaan dan h. Transportasi peningkatan fasilitas i. Layanan makanan sekolah j. Keuangan dan laporan d. Hubungan dengan k. Manajemen kantor masyarakat 2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS) Proses pengembangan RAPBS menempuh langkah-langkah pendekatan dengan proseduran sebagai berikut : a. Pada tingkat kelompok kerja b. Pada tingkat kerjasama dengan komite sekolah 3. Sosialisasi dan Legalitas Setelah RAPBS dibicarakan dengan komite sekolah selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak. Pada tahap ini kelompok kerja melakukan konsultasi dalam laporan kepada pihak pengawas serta mengajukan usulan RAPBS kepada kantor inspeksi pendidikan untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.
  • 5. E. Hubungan antara Sekolah dengan Sekolah yang Efektif Depdiknas (2000), menyatakan bahwa pada umumnya sekolah yang efektif memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut : 1. Proses belajar-mengajar yang efektifitasnya tinggi 2. Kepemimpinan sekolah yang kuat 3. Lingkunagn sekolah yang aman dan tertib 4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif 5. Sekolah memiliki budaya mutu 6. Sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis 7. Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) 8. Partisipasi yang tinggi dari warga dan masyarakat 9. Sekolah memiliki keterbukaan (transparasi) manajemen 10. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (Psikologis dan fisik) 11. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan 12. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan 13. Memiliki komunikasi yang baik 14. Sekolah memiliki akuntabilitas 15. Sekolah memiliki kemampuan manajemen sustainabilitas
  • 6. Bab 11 Kepala Sekolah dan MPMBS A. Pola Manajemen Pada dasarnya definisi manajemen dapat didefinisikan suatu aktifitas mengelola organisasi atau kelompok manusia dalam menggerakkan komponen- komponennya demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien. Kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah dan merupakan orang terpenting di suatu sekolah. Dari berbagai peneliti dan pengamatan tidak formal diketahui bahwa kepala sekolah merupakan kunci bagi pengembangan dan peningkatan suatu sekolah. Indicator keberhasilan sekolah adalah kalau sekolah berfungsi dengan baik. B. Manajemen Berbasis Sekolah Seiring dengan berlakunya UU RI no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah (otonomi daerah) dan bukti-bukti empiris tentang kurang efektif dan efisiennya manajemen berbasis pusat, maka dekdiknas melalui, perubahan dan penyesuaian, salah 1 diantaranya melalui pergeseran pendekatan manajemen, yaitu Manajemen Berbasis Pusat manjadi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). 1. Pola Manajemen Berbasis Sekolah Dapat dikemukakan bahwa otonomi dapat diartikan sebagai kemandirian. Dengan demikian otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengurus dan mengatur kepentingan semua warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai peraturan dan perundangan pendidikan nasional yang berlaku. Berikut adala dimensi-dimensi perubahan pola manajemen pendidikan Pola Lama Menuju Pola Baru Subordinasi  Otonomi Pengambilan keputusan  Pengambilan keputusan terpusat partisipatif Ruang gerak kaku  Ruang gerak luwes Pendekatan birokratis  Pendekatan professional Sentralistik  Desentralistik Diatur  Motivasi diri  Over regulasi Deregulasi
  • 7. Mengental  Mempengaruhi Mengareahkan  Memfasilitasi Menghindari resiko  Mengelola resiko Menggunakan uang seenaknya  Menggunakan uang efisien Individu tercerdas  Team Work ce4rdas Informasi terpribadi  Informasi terbagi  Pendelegasian Pemberdayaan  Organisasi hierarki Organisasi datar Dari tabel di atas dapat disimpulkan sebaga berikut : 1) Pada pola lama tugas dan fungsi sekolah lebih pada melaksanakan program daripada mengambil inisiatif untuk merumuskan dan melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah. 2) Pada pola baru sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif, dan partisipasi masyarakat menjadi semakin besar. Sekolah menjadi lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih diutamakan daripada pendekatan birokratis, pengelolaan sekolah lebih desentralisasi, perubahan sekolah lebih didorong motivasi diri daripada diatur dari luar, regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan pusat lebih bergeser dari mengontrol memengaruhi dan dari mengarahkan menjadi memfasilitasi dari menghindari resiko menjadi mengelola resiko, penggunaan uang menjadi lebih efisien. 2. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Menurut dekdiknas (2001), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan bentuk alternative yang dapat diartikan sebagai pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang berkaitan dengan sekolah. MBS juga bertujuan memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang, keluwesan dari sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah.
  • 8. C. Kepala Sekolah dalam Era MPMBS Pada hakikatnya peran kepala sekolah dalam era MPMBS dapat dirinci sebagai berikut : 1. Memiliki masukan manajemen yang lengkap dan jelas yang ditampilkan oleh kelengkapan administrasi serta kejelasan dalam tugas, rencana ketentuan/ limitasi pengendalian, dan dapat memberikan kesan yang baik bagi anak buahnya. 2. Memahami, menghayati, dan melaksanakan pernnya sebagi manajer, pemimpin, pendidik, penyelia, pencipta iklim kerja, pengurus/ administrator, pembaru, dan pembangkit motivasi. 3. Mampu menciptakan tantangan kinerjanya berangkat dari sinilah, kemudian merumuskan sasaran apa yang akan dicapai oleh sekolah, melanjutkan dengan melakukan analisis SWOT, dan berupaya mencari langkah-langkah pencegahnya. 4. Menciptakan Team Work yang kompang/kohesif dan cerdas, serta menciptakan koneksi dan saling ketergantungan antar fungsi dan antar warganya sehingga membentuk suatu system yang utuh dan benar yang dapat menjamin kepastian dan kebermanfaatan hasilnya. 5. Mampu menciptakan situasi dan menumbuhkan kreatifitas dan memberikan peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasi dalam rangka mencari penemuan-penemuan baru walaupun kurang akurat atau salah sehingga kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil resiko dan dilindungi apabila hasilnya salah. 6. Mampu dan sanggup menciptakan sekolah sebagai tempat belajar. Suatu lembaga pendidikan atau sekolah perlu penataan. 7. Mampu dan mempunyai kesanggupan untuk melaksanakan manajemen berbasis sekolah sebagai konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen dari kebijakan manajemen pusat menjadi manajemen berbasis sekolah. 8. Mampu memutuskan perhatian terhadap pengelolaan proses belajar-mengajar sebagai kegiatan utamanya karena kegiatan-kegiatan lainnya dipandang sebagai kegiatan pendukung/penunjang proses belajar-mengajar. 9. Sangup dan mampu memberdayakan sekolahnya, terutama sumber daya manusia melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan kemandirian sehingga nantinya komitmen yang tinggi dari warganya terhadap visi dan misi sekolah, tingkat kemandirian tinggi dan tingkat ketergantungan rendah, bersifat adaptif dan proaktif.
  • 9. D. Kinerja Kepala Sekolah 1. Kinerja Dapat didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menurut ukuran yang berlaku dan ditetapkan untuk pekerjaan yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa kinerja kepala sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menurut ukuran yang berlaku serta ketetapan pekerjaan yang bersangkutan. 2. Faktor-faktor yang Menentukan Tingkat Kinerja Kepala Sekolah Menurut Depdiknas (2000), kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah 1 faktor yang mendorong kepala sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya. Pada dasarnya kepala sekolah memiliki tugas dan fungsi yang sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses persekolahan. Faktor-faktor yang menentukan tingkat kinerja kepala sekolah, antara lain lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kerja, umpan balik, dan administrasi. Kinerja kepala sekolah dalam hal ini mempunyai beberapa aspek, Yaitu : a. Rencana Program Pengembangan Sekolah Dalam Depdikbud (1998), rencana program pengembangan sekolah merupakan rencana yang komprehensif untuk mengoptimalkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan di masa yang akan datang. b. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Dalam penyusunan rencana anggaran ada 3 bagian pokok anggaran , yaitu : 1) Target penerimaan 2) Rencana pengeluaran 3) Sumber dana lainnya (Sisa dana periode sebelumnya) Adapun langkah-langkah dalam penyusunan anggaran adalah : 1) Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan 2) Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya 3) Menentukan program kerja dan rincian program kerja 4) Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program kerja
  • 10. 5) Menghitung dana yang dibutuhkan 6) Menentukan sumber dana yang membiayai rencana c. Pengambilan Keputusan Partisipatif Menurut Depdiknas (2001) pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratis. Dalam keputusan tersebut warga sekolah, yaitu guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, komite sekolah menyusun dan didorong untuk terlibat langsung dalam proses pengambiloan keputusan yang akan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah. d. Kemandirian Sekolah memiliki kemandirian untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada atasan untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya yang cakap untuk menjalankan tugasnya. e. Keterbukaan Sekolah memiliki keterbukaan manajemen. Keterbukaan dalam pengeloloaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Keterbukaan di tunjukkan dalam pengambiloan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan tugas atau kegiatan, penggunaan uang dsb. f. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah suatu kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atas tindakan seseorang, badan hokum atau pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. g. Kerjasama Menurut Depdiknas (2001) output sekolah merupakan hasil kolektif warga sekolah sehingga budayaq kerjasama antar omponen dalam sekolah dengan pihak luar sekolah merupakan factor kunci keberhasilan peloaksanaan MBS.
  • 11. Bab 12 Kepala Sekolah dan Supervisi Pengajaran A. Mutu Pendidikan dan Supervisi Pengajaran Paradigm baru mengenai pendidikan tinggi terdiri atas akreditasi, akuntabilitas, evaluasi, otonomi, dan mutu. Kelima paradigm baru tersebut , hakikatnya terkait 1 sama lain. Untuk itu, sebaiknya dijadikan acuan dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Pada dasarnya, permasalahan pendidikan yang diidentifikasikan (Depdikbud 1983) sebagai berikut : 1. Masalah Kuantitatif, masalah yang timbul sebagai hubungan akibat antara pertumbuhan system pendidikan pada 1 pihak dan pertumbuhan penduduk Indonesia pada pihak yang lain 2. Masalah Kualitatif, berkaitan dengan bagaimana peningkatan kualitas sumber daya manusia dan bangsa Indonesia dapat mempertahankan eksistensinya. Tercangkup pula masalah ketertinggalan bangsa Indonesia dan perkembangan modern. 3. Masalah Relevansi, masalah yang timbul dari hubungan antara system pendidikan dan pembangunan nasional serta antara kepentingan perorangan, keluarga, masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 4. Masalah Efisiensi, masalah pengelolaan pendidikan nasional. Adanya keterbatasan dana dan daya manusia sungguh memerlukan system pengelolaan yang efisien dan terpadu. Yang tercangkup antara unsur dan unit secara keseluruhan. 5. Masalah Efektifitas, manyangkut keampuhan pelaksanaan pendidikan nasional. Daloam hubungan dengan permasalahan keseimbangan yang dinamis antara kualitas dan kuantitas, efektivitas proses pendidikan juga penting. B. Mutu Tenaga Kependidikan Peningkatan mutu pendidikan merupakan tugas yang tidak mudah kaena dipengaruhi oleh beberapa factor, dalam hal ini lebih difokuskan pada mutu guru yang merupakan factor yang paling konsisten dan kuat dalam mempengaruhi mutu pendidikan.
  • 12. Dalam meningkatkan kemampuan guru diperoleh kesimpulan bahwa guru yang bermutu diukur dengan 4 faktor utama, yakni : 1) Kemapuan professional. Terdiri atas kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi dalam bekerja. 2) Upaya professional. Merupakan upaya seorang guru dalam menteransformasikan kemampuan professional yang dimiliki kedalam proses belajar-mengajar. 3) Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan professional. Menunjukkan intensitas waktu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk tugas-tugas profesionalnya. 4) Kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya. Factor yang mempengaruhi kemampuan profesional seorang guru. C. Konsep Dasar Supervisi Pengajaran di Sekolah Dasar Mengkaji tugas-tugas supervise pengajaran tersebut, dapat ditelaah dari tujuan supervise pengajaran itu sendiri. Sesuai dengan fungsi pokok supervise, yaitu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka tujuan supervise nasional mencangkup tujuan dasar, umum, dan khusus. Berdasarkan penjabaran di atas dapat di kemukakan bahwa untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar guru merupakan factor sentral yang perlu mendapat perhatian secara optimal. Adapun media untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui supervise. D. Profesionalisme Guru Seolah Dasar Dalam kurikulum Sekolah Dasar 1975, garis-garis besar program pengajaran buku 3 D Pedoman Administrasi dan Supervisi dijelaskan bahwa sikap professional hanya dilihat dari moral kerja guru.. moral kerja ialah reaksi mental (emosi) guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang disertahkan padanya. Dari reaksi mental guru terhadap tugas yang diserahkan kepadanya dapat dilihat secara nyata professional guru. Hal tersebut dapat diukur melalui penilaian segi-segi kegiatan, yakni berkaitan dengan kehadiran guru, tugas mengajar, dan hubungan kerjasama.
  • 13. E. Pendekatan Profesionalisme Menurut Danim (2002), dalam konteks profesionalisasi istilah profesi dapat dijelaskan dengan 3 pendekatan : 1. Pendekatan Karakteristik, yang memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dari pekerjaan yang lain. Karakteristik profesi tersebut dapat di bagi menjadi : a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat dipergunakan langsung oleh orang lain/klien (bersifat aplikatif). d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan (communicable). e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri (self organization). f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). g. Memiliki kode etik. 2. Pendekatan Institusional, memandang profesi dari segi proses institusional atau perkembangan asosiasional, mengemukakan 5 langkah : a. Merumuskan suatu pekerjaan yang penuh waktu/ full time, bukan pekerjaan sambilan. b. Menetapkan sekolah sebagai tempat menjalani proses pendidikan/ pelatihan. c. Mendirikan asosiasi profesi. d. Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya perlindungan hokum terhadap asosiasi/ perhimpunan tersebut. e. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan 3. Pendekatan Legalistik, pendekatan yang menekankan adanya pengakuan atas suatu profesi oleh suatu Negara/ pemerintahan
  • 14. F. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan Menurut suparno (2002) Kepemimpinan seorang kepala sekolah mencangkup cara-cara dan usahanya dalam memengaruhi, mendorong, membimbing, serta menggerakkan guru, staf, siswa, dan orang tua siswa demi tercapainya tujuan sekolah. Segala cara tersebut mengharuskan seorang kepala sekolah menguasai : a. Tujuan pendidikan sekolah yang dipimpinnya b. Pengetahuan yang cukup mengenai bidangnya dan medan tugas yang ada di bawah pimpinannya c. Ketrampilan professional meliputi ketrampilan teknis, relasi kemanusiaan, dan ketrampilan konseptual.