1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu
tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Misi GBHN 1999-
2004 ditekankan bahwa peningkatan pengamalan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari bertujuan mewujudkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mencapai tujuan pendidikan
yang bernuansa religius tersebut, pemerintah menetapkan adanya
pendidikan agama pada semua jalur pendidikan formal baik negeri maupun
swasta. Adanya pendidikan agama pada semua pendidikan formal
diharapkan berfungsi membentuk peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memahami dan mengamalkan ajaran agamanya dengan benar. Dalam
Undang-Undang Sisdiknas No. 20/2003 menyebutkan bahwa pendidikan
keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan ajaran agamanya dan/atau
menjadi ahli ilmu agama.
“Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi luhur,berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung
jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani” ( Sri Banun, 2008 : 7 ).
Oleh karena itu mutu pendidikan Nasional perlu
ditingkatkan. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas tentunya
dibutuhkan tenaga pendidik yang profesional, seperti yang tertera dalam
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
“pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan” sehingga tujuan yang terdapat dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dan Misi GBHN 1999-2004 dapat tercapai sebagaimana
yang diharapkan.
2. 2
Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Penanggung jawab proses
belajar mengajar didalam kelas adalah guru, karena gurulah yang langsung
memberikan bimbingan dan latihan kepada siswa. Dalam upaya mencapai
tujuan tersebut guru tentunya memiliki seperangkat yang kemampuan yang
dipersiapkan melalui program kependidikan sehingga mampu menjadi guru
yang profesional. Dalam melaksanakan tugasnya para guru mata pelajaran
agama Islam tidak terlepas dari kesulitan dalam pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan oleh sekolah maupun institusi di atasnya; Karna itu
dibutuhkan peran pengawas guna membantu mereka menjelaskan dan
memperbaiki kekeliruan yang dilakukan para guru mata pelajaran agama
Islam di madrasah. Terutama pembuatan rencana pembelajaran, bagaimana
proses belajar mengajar menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, serta
bagaimana mengaktifkan siswa dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu,
profesionalisme guru sebagai tenaga kependidikan perlu ditingkatkan agar
mampu mengelola kelas dengan baik dan mampu memberikan bimbingan
dan latihan kepada siswa agar tercapai tujuan pendidikan tersebut.
Guru harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar
mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi
dan lingkungan belajar mengajar yang kondusif dan efektif . Disamping itu
juga guru dituntut agar mampu mengorganisasikan kelas, menggunakan
metode belajar yang berfariasi, maupun sikap dan karakteristik guru dalam
mengelola proses belajar mengajar.
Dalam meningkatkan profesionalisme, guru dapat dibimbing oleh
supervisor yang dalam istilah pendidikan disebut Pengawas. Pengawas
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, serta mempunyai
peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah
keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka membantu dan
membimbing guru ke arah tercapainya peningkatan kualitas pembelajaran
guru mata pelajaran, khususnya mata pelajaran agama Islam di lingkungan
sekolah-sekolah yang bernaung pada Kementerian Agama.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengawas Pendidikan Agama Islam
Banyak orang yang membicarakan tentang merosotnya mutu pendidikan
akan tetapi dilain fihak banyak pula yang menandaskan perlu dan pentingnya
pembaharuan pendidikan dan pengajaran, tetapi sedikit sekali yang
membicarakan tentang konsep-konsep pemecahan masalah dalam perbaikan
pendidikan dan pengajaran. Guru-guru membutuhkan orang lain yang
membantu dalam menjalankan kewajibannya. Mereka membutuhkan
pengalaman dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan dalam menilai
hasil belajar anak. Mereka juga mengharapkan bantuan dalam hal
memecahkan masalah jabatan maupun masalah pribadi. Semua masalah ini
membutuhkan bantuan pemecahan dari seseorang yang mempunyai
kelebihan. Orang yang berfungsi memberikan bantuan kepada guru-guru
dalam menstimulir kearah suasana belajar mengajar yang lebih baik, orang
yang dibutuhkan guru-guru dalam menyelesaikan masalah ini adalah
supervisor atau pengawas. “Pengawas adalah sekelompok jabatan fungsional
yang bertugas memonitoring, membimbing dan membina kehidupan
lembaga persekolahan” (Nadjamuddin S. Baropo, 2009 : 11 ).
Sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Menteri Agama No. 381
tahun 1999 Pengawas Pendidikan Agama adalah “Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk pengawasan
pendidikan agama disekolah dan madrasah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah”( Depag. RI,
2008:1).
Dalam SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN)
No. 118/1996 Bab I Pasal 1 angka ( 1 ) Tentang Jabatan Pungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya dinyatakan bahwa :
4. 4
Pengawas Sekolah Adalah Pegawai Negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan pengawasan di sekolah dengan melakukan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah ( Depag. RI, 2004 : 20 ).
Mengacu pada SK MENPAN tersebut, maka pengawas sekolah
dilingkungan Kementrian Agama adalah :
Pengawas pendidikan agama Islam adalah Pegawai Negeri sipil di
lingkungan Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam di
sekolah umum dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah dengan
melakukan penilaian dan pembinaan dari segi teknis dan administrasi pada
satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah
( Depag. RI, 2004 : 20 ).
Jadi Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah “Pegawai negeri sipil
dari lingkungan Kementrian Agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang penuh terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah
umum dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah dengan melakukan
penilaian dan pembinaan baik dari segi tehnis pendidikan dan maupun
administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan
menengah”
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat difahami bahwa tugas
pokok pengawas pendidikan agama Islam mencakup dua lembaga yang
berbeda yaitu pengawasan di sekolah umum dan pengawasan dan
penyelenggara pendidikan di madrasah.
Seperti yang dikutip Zainal Aqib dalam PP RI No.19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 39 Ayat 2 yang berbunyi: Kriteria
minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi:
a) Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau
kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang
pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi,
5. 5
b) Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan
pendidikan,
c) Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.
B. Tujuan dan Fungi Supervisi Akademik
a. Tujuan umum
Memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf
sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas
kinerjanya, terutama dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau perincian yang jelas
sasarannya dari tujuan umum, yaitu:
1) Meningkatkan kinerja siswa dalam peranannya sebagai peserta
didik agar mencapai prestasi belajar yang optimal.
2) Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu
siswa untuk mencapai prestasi belajar dan pribadi yang
diharapkan.
3) Meningkatkan efektifitas kurikulum sehingga berdaya guna, baik
dalam proses pembelajaran maupun dalam penguasaan
kompetensi lulusan.
4) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan dan
pemanfaatan sarana prasarana untuk keberhasilan belajar siswa.
5) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dengan
menciptakan suasana kerja yang optimal sehingga siswa bisa
mencapai prestasi yang diharapkan.
6) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah, sehingga tercipta
situasi yang tenang, tentram yang kondusif bagi kehidupan sekolah,
kualitas pembelajaran dan keberhasilan lulusan.
Jika dicermati, sesuai dengan pengelompokkan ruang lingkup supervisi,
tujuan umum sesuai dengan supevisi pendidikan secara umum,
sedangkan tujuan khusus sesuai dengan supervisi akademik.
6. 6
Arikunto mencatat sedikitnya ada tiga fungsi supervisi :
1) Meningkatkan mutu pembelajaran
Ini merupakan fungsi supervisi dalam ruang lingkup yang sempit, tertuju
pada aspek akademik, khususnya khususnya yang terjadi di ruang kelas
ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.
Perhatian utama supervisor tertuju pada perilaku belajar siswa dan
keberhasilannya, baik dengan dibantu maupun tanpa dibantu guru secara
langsung. Fungsi demikian ada dalam lingkup supervisi akademik.
2) Memicu unsur yang terkait dengan pembelajaran.
Fungsi ini tertuju pada faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan
kualitas pembelajaran, sifatnya melayani atau mendukung kegiatan
pembelajaran. Fungsi demikian ini ada dalam lingkup supervisi
administrasi.
3) Fungsi membina dan memimpin
Supervisi merefleksikan fungsi kepemimpinan bagi pejabat yang diserahi
memimpin sekolah, yaitu kepala sekolah.
Betapapun pendapat tersebut tidak menyebutkan untuk supervisi akademik,
isinya sudah mengarah pada peningkatan mutu pembelajaran yang ada pada
supervisi akademik. Kemudian, dengan mengacu pada pendapat Ametembun,
Satori mengemukakan fungsi supervisi akademik sebagai berikut:
1) Penelitian
Dalam fungsi ini supervisi bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
jelas dan obyektif tentang situasi pendidikan (khususnya sasaran
supervisi akademik) dengan menempuh prosedur : (a) perumusan pokok
masalah sebagai fokus penelitian, (b) pengumpulan data, (c) pengolahan
data, dan (d) penarikan kesimpulan yang diperlukan untuk perbaikan dan
peningkatan.
2) Penilaian
Yaitu dengan mengevaluasi hasil penelitian, sehingga bisa mengetahui
apakah situasi pendidikan yang diteliti itu mengalami kemunduran,
kemandegan atau kemajuan, memprihatinkan atau menggembirakan.
7. 7
3) Perbaikan
Yaitu melakukan langkah-langkah : (a) mengidentifikasi aspek-aspek
negatif - berupa kekurangan atau kemandegan, (b) mengklasifikasi
aspek-aspek negatif - menentukan yang ringan dan yang serius, (c)
melakukan perbaikan-perbaikan menurut prioritas, dengan mengacu
pada hasil penilaian.
4) Peningkatan
Supervisi berupaya memperhankan kondisi-kondisi yang yang telah
memuaskan dan bahkan meningkatkannya, karena dilakukan upaya
perbaikan melalui proses yang berkesinambungan dan terus menerus.
C. Sasaran Supervisi Akademik
Proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor : guru, peserta
didik, kurikulum, alat dan buku pelajaran, serta kondisi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Dalam konteks ini guru merupakan faktor yang paling
dominan. Oleh karena itu, supervisi akademik menaruh perhatian utama
pada upaya-upaya yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru-guru
untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih mampu dalam
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran. Dengan demikian, masih menurut Satori dapat
ditegaskan bahwa sasaran supervisi akademik adalah :
1) Terutama untuk memberdayakan akuntabilitas profesional guru yang
direfleksikan dalam kemampuan-kemampuan :
a) Merencanakan kegiatan pembelajaran (PBM).
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran (PBM).
c) Menilai proses dan hasil pembelajaran.
d) Memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan layanan
pembelajaran.
e) Memberikan umpan balik secara tepat, teratur, dan terus-menerus
kepada peserta didik.
f) Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
g) Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
8. 8
h) Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media
pembelajaran.
i) Memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia.
j) Mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan
teknik) yang tepat.
k) Melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran.
2) Menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai learning professionals. Yaitu
para profesional yang menciptakan budaya belajar dan mereka mau
belajar terus menyempurnakan pekerjaannya. Budaya ini memungkinkan
terjadinya peluang inovasi dari bawah (bottom-up innovation) dalam
proses pembelajaran. Dalam kepentingan ini kepala sekolah menduduki
posisi kunci.
D. Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas Pendidikan Agama Islam
Pengawas memiliki tugas dan tanggung jawab yang strategis dalam
mengembangkan pendidikan dan pengajaran. Perananan pengawas dalam
melaksannakan tugas-tugas kependidikan dan pembelajaran di sekolah,
madrasah, dan pondok pesantren (formal dan non formal ) yang memberikan
supervisi akademik dan manajerial, bukan saja sebagai supervisor
pendidikan namun pengawas juga sebagai konselor dan motivator agar dapat
menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar di sekolah,
madrasah, dan pondok pesantren serta meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru, kepala sekolah, dan pimpinan pondok pesantren serta
para stafnya menuju terselenggaranya pendidikan yang bermutu. Melihat
pentingnya peranan pengawas tersebut, ibarat ujung tombak pengawas
harus mampu menghujamkan mata tombak sebagai perantara berbagai
kebijakan pemerintah tentang kependidikan kepada sekolah, madrasah dan
pondok pesantren serta dengan kompetensi dan profesional yang dimiliki
dapat mewarnai dan menciptakan iklim kondusif dalam pembelajaran dan
kemapanan satuan pendidikan.
Kini tugas yang diamanatkan pemerintah kepada pengawas
pendidikan agama islam amatlah berat karena berkaitan dengan berbagai
9. 9
kebijakan baru pemerintah yang berhubungan dengan masalah-masalah
kependidikan dan pengajaran untuk menerapkan kurikulum dengan segala
aspeknya di sekolah dan madrasah, masalah peningkatan mutu pendidikan
yang harus terus dipacu bagi para penyelenggara pendidikan dengan dengan
segala bentuk pembinaannya juga masalah penanaman nilai-nilai akhlaq
mulia terhadap peserta didik melalui pembinaan agama yang semakin
intensif berkaitan dengan pengaruh arus globalisasi dengan segala dampak
budaya negatifnya, serta masalah terciptanya kerukunan umat beragama
yang dimulai dari peserta didik agar mempunyai sikap solidaritas yang tinggi
sebagai implementasi nilai-nilai demokrasi seutuhnya yang sedang dibangun.
Pengawas pendidikan agama Islam melaksanakan fungsi supervisi
pendidikan baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. “Supervisi
akademik adalah bantuan profesional kepada guru dalam rangka
meningkatkan mutu, proses dan hasil pendidikan. Sedangkan supervisi
manajerial adalah bantuan profesional kepada kepala madrasah dan
pimpinan pondok pesantren serta seluruh stafnya dalam meningkatkan mutu
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan” (Depag. RI, 2008: 3).
Surya Darma dalam Jurnalnya (2008:3) bahwa dalam melaksanakan
supervisi akademik, pengawas sekolah/madrasah hendaknya memiliki
peranan khusus sebagai:
a) Patner/mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran dan bimbingan di sekolah/madrasah binaannya
b) Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan
bimbingan di sekolah/madrasah binaannya
c) Konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah binaannya
d) Konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah
e) Motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga
kependidikan di sekolah/madrasah.
Sasaran supervisi akademik yang dilakukan pengawas yaitu
membantu guru dalam hal:
a) Merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan,
10. 10
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan,
c) Menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan,
d) Memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan
pembelajaran/bimbingan,
e) Memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus
pada peserta didik,
f) Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar,
g) Memberikan bimbingan belajar pada peserta didik,
h) Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
i) Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran
dan atau bimbingan,
j) Memanfaatkan sumber-sumber belajar,
k) Mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi,
teknik, model,pendekatan dan sebagainya) yang tepat dan berdaya guna.
Sedangkan dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas
sekolah/madrasah memiliki peranan khusus sebagai:
a) Konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah;
b) Programer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi,
misi,tujuan, dan program pendidikan di sekolah/madrasah;
c) Pomposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas
di sekolah/madrasah;
d) Reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan
menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di
sekolah/madrasah;
e) Builder yaitu: membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan
(manajemen) dan administrasi sekolah/madrasah berdasarkan
manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah dan
membina guru dan kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan
bimbingan konseling di sekolah/madrasah;
11. 11
f) Supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam
merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah/madrasah
g) Observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di
sekolah/madrasah; dan
h) User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu
kepala sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah.
Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala
sekolah/madrasah dan tenaga kependidikan di sekolah di bidang
administrasi sekolah/madrasah seperti yang dinyatakan dalam buku
Pedoman Pengembangan Profesi Kepengawasan, Depag. RI (2004:33) yang
meliputi:
a) Administrasi kepala madrasah,
b) Administrasi ketenagaan,
c) Administrasi kesiswaan,
d) Administrasi perpustakaan
e) Administrasi laboratorium, administrasi guru.
Kegiatan yang dilaksanakan pengawas baik pada supervisi akademik
maupun supervisi manajerial adalah melakukan pemantauan/monitoring,
penilaian, penilaian, pengawasan, pembinaan dan pengembangan serta
pelaporan. Oleh sebab itu peran yang harus dimainkan seorang pengawas
pendidikan sekolah, madrasah dan pondok pesantren adalah sebagai mitra
guru dan kepala sekolah sekaligus sebagai pelopor, inovator, kolabolator,
motivator, penilai, pembimbing, peneliti dan konsultan pendidikan.
Agar semua tugas dan peranan tersebut bisa dilaksanakan seperti
yang diharapkan, maka pengawas perlu meningkatkan pengembangan
dirinya. Dalam upaya meningkatkan profesi dan pengembangan diri para
pengawas tergabung dalam satu wadah kelompok kerja yaitu Kelompok
Kerja Pengawas (Pokjawas) bernaung pada kementrian Agama. Sekalipun
sudah tergabung dalam pokjawas masih banyak terjadi ketidak berdayaan
dalam melakukan berbagai aktivitas organisasi dan pembinaan peningkatan
kompetensi dan profesi, sehingga terjadi kelambanan bahkan ketertinggalan
12. 12
informasi dan komunikasi dan dinamisasi yang berkaitan dengan kebijakan-
kebijakan baru tentang pendidikan dan pengajaran di sekolah, Madrasah dan
pondok pesantren. Untuk mengoptimalkan tugas dan peranan,
pengembangan diri serta kiprah para pengawas pendidikan agama Islam,
perlu adanya perhatian dan pembinaan yang berkelanjutan dari pihak
berwenang terhadap wadah organisasi yang telah ada, seperti pokjawas yang
ada disetiap Kantor Kementrian Agama kabupaten maupun ditingkat
provinsi agar dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas pendidikan
agama Islam dalam membina guru- guru agama Islam di sekolah, madrasah
dan pondok pesantren sehingga tercapainya mutu pendidikan yang lebih
baik.
Tugas pengawas adalah “melaksanakan pengawasan Akademik dan
pengawasan manajerial” (Zainal Aqib 2009:48). Oleh karena itu setiap
pengawas wajib memiliki kemampuan yang profesional dalam dua bidang
tersebut.
a. Bidang tehnis pendidikan.
Hal-hal pokok yang berkaitan dengan tehnis pendidikan adalah
kurikulum, proses belajar mengajar, evaluasi, keterpaduan pendidikan agama
Islam dengan mata pelajaran lain.
b. Kurikulum.
Kurikulum yang dimaksud dalam konteks ini adalah kurikulum yang
berlaku secara nasional saat ini. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
berorientasi dan mengacu pada taksonomi tujuan pendidikan,seperti yang
dikemukakan oleh S. Bloom yang mencakup “domain kognitif,domain
psikomotorik dan domain apektif” (Piet A Sahertian, 2008 : 29 ). Pengawas
Pendidikan Agama Islam harus menguasai kurikulum tersebut secara rinci.
Hal ini sangat penting, karena atas dasar kurikulum itulah para pengawas
melakukan pembinaan teknis edukatif, tanpa menguasai kurikulum akan
sangat sulit dalam melakukan pembinaan kepada guru.
13. 13
c. Proses belajar mengajar
Pada dasarnya proses belajar mengajar adalah kegiatan interaksi dua
arah antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan belajar mengajar karena dalam
interaksi tersebut terjadi pengaruh timbal balik, artinya bukan hanya siswa
yang belajar dari gurunya, tetapi guru juga banyak belajar dari kegiatan
tersebut. Dengan kata lain guru dan siswa merupakan dua komponen yang
menentukan dalam kegiatan belajar mengajar disamping komponen-
komponen yang lain seperti materi, metode dan tujuan.
Pendidikan agama Islam menggunakan berbagai macam
pendekatan, antara lain pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan,
pendekatan rasonal, pendekatan emosional dan pendekatan keimanan.
1) Pendekatan Pengalaman adalah pendekatan yang dilakukan pemberian
pengalaman keagamaan kepada siswa untuk menghayati sendiri
berbagai kegiatan keagamaan,sehingga tertanam nilai-nilai agamis
dalam setiap gerak dan tindakannya. Pendekatan ini dapat diberikan
secara sendiri-sendiri maupun kelompok.
2) Pendekatan pembiasaan adalah pendekatan yang dilakukan dengan
cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan
atau memperlihatkan kemampuannya dalam melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan keagamaan, baik yang bersifat berbentuk
gerakan maupun ucapan, seperti gerakan sholat maupun ucapan-
ucapan kalimat yang dibaca dalam gerakan sholat.
3) Pendekatan rasional adalah pendekatan yang digunakan untuk
mengembangkan rasio peserta didik. Jalan yang ditempuh untuh
mengasah rasio peserta didik antara lain dengan tanya jawab,
pemecahan masalah sederhana dan diskusi baik secara individual
maupun kelompok. Pengembangan rasio ini dimaksudkan rasio yang
berkaitan dengan ayat-ayat ( tanda-tanda ) kebesaran Allah SWT, baik
yang terdapat dalam alam semesta maupun dalam ayat-ayat Al- Qur’an.
4) Pendekatan emosional adalah pendekatan yang digunakan untuk
menggugah perasaan/emosi siswa dalam meyakini, memahami dan
14. 14
menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini diharapkan
perasaan keagamaan siswa bertambah kuat dan keyakinannya tentang
keberadaan agama Allah semakin mantap.
5) Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang menekankan pada segi
manfaatnya dalam kehidupan siswa sesuai dengan perkembangan
psikologis dan kemampuan berfikirnya, baik kemampuan kognitif,
apektif maupun kemampuan psimotorik.
6) Pendekatan keimanan adalah landasan dari semua pendekatan yang
disebutkan diatas, artinya semua pendekatan tersebut diarahkan pada
penanaman dan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, baik yang berbentuk pengetahuan, keterampilan atau sikap dan
nilai dalam kehidupan sehari-hari, karena hal inilah yang menjadi dasar
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agama di sekolah-sekolah.
Disamping memperhatikan masalah pendekatan, guru juga harus
memperhatikan metodologi pengajaran yang akan digunakankarena dengan
penggunaan metode pengajaran yang tepat akan turut menentukan
efektifitan dan efisiensi pembelajaran. Mengingat situasi dan kondisi sarana
sekolah yang berbeda satu sama lain dan juga beragamnya kemampuan guru-
guru dalam mengajar, maka guru perlu memilih sendiri metode-metode
mengajar yang akan digunakan. “Metode pembelajaran harus dipilih dan
dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas peseta didik” (
E. Mulyasa, 2010 : 107 ).
Jadi dalam memilih metode pembelajaran hendaknya diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1) Metode yang dipilih disesuaikan dengan tujuan dan materi
2) Metode yang dipilih disesuaikan dengan sarana atau fasilitas yang ada
3) Metode yang dipilih dapat dikembangkan sesuai dengan perubahan yang
diperkirakan
4) Metode yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan guru
5) Metode yang dipilih harus mampu mendorong siswa aktif
Pada dasarnya metode yang digunakan merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu harus diusahakan agar
15. 15
penggunaan metode pembelajaran disesuaikan dengan hal-hal yang
disebutkan diatas dengan prinsip memberikan materi kepada siswa semudah
mungkin dan diusahakan pula agar materi yang diberikan dengan cara yang
menyenangkan dan menarik minat belajar peserta didik.
Selain menggunakan metode pembelajaran yang tepat guru juga
harus menggunakan strategi yang tepat dalam mengajar, Oliva
mengemukakan “strategi mengajar bisa didefinisikan sebagai prosedur atau
perangkat prosedur untuk menyampaikan sumber pelajaran atau
menyebarkan poko-pokok pelajaran dalam proses pengajaran yang
melibatkan keaktifan guru dan siswa” ( Sri Banun,2009 : 129 ). Jadi dalam
kegiatan belajar mengajar disamping menggunakan pendekatan dan metode
yang tepat, guru juga diharapkan mampu menerapkan strategi yang tepat.
d. Evaluasi.
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, kerena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks
yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses
penetapan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran dalam aspek kognitif,apektif maupun
psikomotorik oleh peserta didik.Penilaian terhadap aspek kognitif mencakup
semua unsur pokok pendidikan agama Islam, sedang untuk aspek apektif
lebih ditekankan pada pokok akhlak dan keimanan dan untuk aspek
psikomotorik lebih ditekankan pada materi ibadah, khususnya cara wudlu’
dan sholat yang benar serta membaca Al- Qur’an.
Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai. Kemampuan lain yang
harus dikuasai oleh guru sebagai evaluator adalah kemampuan dalm
memahami tehnik evaluasi, baik tes maupun nontes yang meliputi jenis
masing-masing tehnik. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh evaluator
16. 16
adalah perlunya melakukan penilaian secara adil agar penilaian tersebut bisa
lebih objektif.
Kegiatan pengawasan edukatif yang mencakup kurikulum, proses
belajar mengajar dan evaluasi dapat dilakukan oleh pengawas dengan
melakukan wawancara dengan kepala sekolah, pengamatan kelas, observasi
dokumen, diskusi dengan guru tentang masalah proses belajar mengajar dan
evaluasi dalam rangka pembinaan.
e. Bidang teknis administratif.
Hal pokokyang menjadi tugas pengawas yang berkaitan dengan
tehnis administratif yang tertera dalam buku Pedoman Pengembangan
Profesi Kepengawasan, Depag. RI ( 2004 : 33 ) adalah untuk membantu
kepala sekolah/madrasah dan tenaga kependidikan di sekolah di bidang
administrasi sekolah/madrasah yang meliputi:
1) Administrasi kepala madrasah,
2) Administrasi ketenagaan,
3) Administrasi kesiswaan,
4) Administrasi perpustakaan,Administrasi laboratorium dan
administrasi guru
Dalam melaksanakan tugas ini pengawas harus mempunyai tehnik-
tehnik yang efektif, Kemampuan profesional pengawas dalam bidang tehnis
edukatif dan tehnis administratif merupakan kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh pengawas, bila tidak maka kehadiran pengawas tidak akan
membwa pengaruh apapun dalam meningkatkan profesionalisme guru
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Jadi secara garis besarnya tugas pokok seorang pengawas yaitu:
1) Melaksanakan pengawasan akademik yaitu pembinaan terhadap guru
agar dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran, pembinaan dan
hasil belajar siswa.
2) Melaksanakan pengawasan manajerial dengan memberikan pembinaan
kepada kepala sekolah beserta seluruh stafnya agar dapat meningkatkan
mutu penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang dibinanya.
17. 17
Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan seorang pengawas
yaitu:
1) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan
2) Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah yang
dibinanya
3) Pengawas harus meningkatkan kemampuannya karena untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya pengawas harus memiliki
kualifikasi dan kompetensi yang lebih unggul dari guru dan kepala
sekolah yang dibinanya.
Seorang pengawas/supervisor yang baik, hendaknya memiliki
pribadi guru yang baik,memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi,
pandangan yang luas mengenai proses pendidikan, kepribadian yang
menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relition yang baik.
Menurut Ngalim Purwanto ( 2005 : 85 ) “Disamping harus memiliki ilmu
administrasi dan memahami fungsi-fungsi admnistrasi dengan sebaik-
baiknya untuk menjalankan fungsinya dengan baik,seorang supervisor harus
memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sepeti berikut :
a) Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang
berada dibawah pengawasannya.
b) Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah
digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
c) Berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang tehnik-tehnik
kepengawasan, terutama human relation.
d) Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah
hati.Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau
program yang telah digariskan/disusun”.
E. Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan
profesionalisme guru
Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada posisi atau status
seseorang di dalam suatu organisasi. Peranan pengawas dapat dilihat dari
tugas yang dikerjakannya. Suatu tugas yang dilaksanakan memberi status
18. 18
dan fungsi pada seseorang. Dalam berfungsi nampaknya bagi seorang
pengawas terlihat jelas peranannya. Sesuai dengan pengertian dari supervisi
maka peranan pengawas ialah membantu dan memberi suport kepada guru-
guru dalam melaksanankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Peranan pengawas dalam hal ini adalah menciptakan suasana yang bisa
membuat guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi
dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang
demikian hanya dapat terjadi apabila seorang pengawas menganut faham
demokrasi. Kebanyakan guru-guru seolah-olah mengalami tanpa inisiatif dan
daya kreatif karena pengawas dalam berinteraksi dan interelasi human
relation yang dikembangkan seorang pengawas bersifat mematikan
kemungkinan-kemungkinan perkembangan profesi guru-guru.
Direktur Tenaga Kependidikan Vol. 3 Surya Dharma (2008: 2)
mengemukakan bahwa “peranan umum pengawas sekolah/madrasah adalah
sebagai: observer (pemantau), supervisor,evaluator (pengevaluasi)
pelaporan, dan successor ( penindak lanjut hasil pengawasan )”.
Peranan sebagai pemantau adalah mengawasi kegiatan belajar
mengajar, Peranan sebagai supervisor adalah kegiatan melaksanakan
supervisi yang meliputi supervisi akademik dan supervisi manajerial.
Peranan sebagai pengevaluasi/evaluator pelaporan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang,dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan. Jadi yang menjadi peranan utamanya adalah mengkaji, menilai,
memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan mutu proses
pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru (perorangan atau
kelompok) melalui pendekatan dialog, bimbingan, nasihat dan konsultasi
dalam nuansa kemitraan yang profesional.
Menurut Zanal Aqib (2009:50) peranan pengawas pendidikan
antaralain;supervisor/mensuparvisi,evaluator/menilai,counselor/menyuluh,
motivator/memotifasi, konsultan/menasehati.
19. 19
Dilihat dari sifat kerjanya ada empat jenis peranan pengawas
pendidikan yaitu “Pengawasan yang bersifat korektif, Pengawasan yang
bersifat preventif, Pengawasan yang bersifat konstruktif dan Pengawasan
yang bersifat kreatif” ( Sahertian, 1981 : 32).
a. Pengawasan yang bersifat korektif.
Suatu kekurangan harus diartikan sebagai penemuan kearah
perbaikan dalam keseluruhan usaha. Bertolak dari pendirian ini, maka
jelaslah bahwa pekerjaan seorang pengawas yang bermaksud hanya untuk
mencari kesalahan akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan.
Kesalahan-kesalahan dalam setiap pekerjaan sering kali terjadi contohnya
seperti salah ucapan, keliru berbicara, salah dalam penggunaan istilah.
Sebagai pengawas perlu menyadari bahwa mencari kesalahan orang lain
sangat bertentangan dengan tujuan pengawasan. Perbuatan ini akan
menimbulkan akibat ketidak puasan kedua belah pihak baik guru maupun
pengawas itu sendiri. Selain itu guru tidak akan berubah dan berkembang
akan tetapi akan timbul sikap yang menentang atau acuh tak acuh.
Permasalahan penting yang perlu disadari oleh pengawas adalah
bagaimana menempatkan setiap persoalan dan kekurangan pada tempatnya
dalam seluruh proses pendidikan dan pengajaran. Apabila persoalan
persoalan itu sangat penting dan butuh perhatian dan penanganan dari
pengawas maka pengawas berkewajiban membantu dan membimbing guru-
guru dalam menyelesaikan persoalan tersebut agar kedepannya dapat
menyusun dan merencanakan tata kerja yang konstruktif menuju kearah
peningkatan profesionalisme yang lebih baik.
b. Pengawasan yang bersifat preventif.
Dalam hal ini pengawas berperan guru-guru pada persoalan yang
mungkin akan dihadapi pada masa yang akan datang. Ini bertujuan untuk
menekan sekecil mungkin efek-efek yang mungkin terjadi dan sekaligus
membantu guru-guru untuk mempersiapkan diri bila menghadapi suatu
masalah. Merupakan suatu kebijakan bila pengawas mempunyai pandangan
kemasa depan, ia dapat menyusun rencana kerja yang sitematis dan dapat
20. 20
dipertaanggung jawabkan. Dalam penyusunan rencana ini sebaiknya guru-
guru ikut dilibatkan.
Pengawasan yang besifat preventif ini akan membantu guru dalam
menjaga loyalitas dan membantu guru meningkatkan profesionalime sebab
guru akan merasa pengawas telah mempercayai guru-guru tersebut mampu
melanjutkan dan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya secara profesional. Dengan demikian guru-guru merasa
siapmenghadapi situasi baru dan opti,is dalam melihat masa depan bahwa
tugas yang diterimanya akan memberi harapan dalam perkembangan
profesinya.
c. Pengawasan yang bersifat konstruktif.
Pengawasan yang di lakukan oleh pengawas bukanlah merupakan
suatu kesalahan juga bukan hanya usaha perbaikan. Lebih baik pengawasan
diarahkan kepada tugas-tugas yang bersifat konstruktif. Pengawasan yang
bersifat konstruktif pada hakekatnya erat sekali hubungannya dengan
pengertian pendidikan yang sesungguhnya. Permulaan yang terbaik bagi
pengawas adalah ia sendiri meninjau masalah dari segi pendidikan. Baik
pengawas maupun guru-guru wajib memandang masa depan lebih banyak
dari masa lampau. Prosedur yang sehat adalah mengembangkan
pertumbuhan lebih banyak daripada memindahkan kesalahan. Tidak ada
guru yang tidak mempunyai kesalahan. Dari kesalahan-kesalahan inilah
mereka dapat memperbaiki diri dan memperoleh kecakapan dan
kesanggupan.
Sekolah-sekolah terkenal dan baik bukanlah karena gurunya tidak
mempunyai problema. Dengan banyaknya problema-problema yang dihadapi
memberikan kreasi baru dan pengawas dalam hal ini harus melihatnya dari
segi konstruktif. Guru-guru lebih senang dan lebih giat bekerja dalam situasi
perkembangan yang sehat daripada mereka menderita kelumpuhan
pedagogis.
21. 21
d. Pengawasan yang bersifat kreatif.
Perbedaan antara pengawasan yang berkreatif dengan pengawasan
yang bersifat konstruktif hanya terletak dalam aksentuasinya yaitu
kebebasan yang lebih besar. Kebebasan menghasilkan suatu ide. Pada
pengawasan kreatif lebih ditekankan pada kebebasan agar guru-guru dengan
kemampuanya berpikirnya dapat mencapai hasil dengan lebih efektif.
Dalam hubunganya dengan kebebasan ini Cubbberley pernah
mengemukakan yang dikutip (Sahertian, 1991: 37) bahwa tujuan utama dari
semua supervisi dalam kelas ialah “memberi kebebasan guru-guru,
kebebasan terhadap prosedur-prosedur yang pasti dan kaku, perintah-
perintah yang terten sejauh mungkin agar guru-guru menjadi seorang yang
kritis dan kreatif. Pendek kata guru-guru diberi kebebasan dalam batas-batas
keterikatan untuk mengembangkan daya kreasi dan daya karya, sehingga
tugas pengawasan hanya memberi rangsangan untuk menimbulkan daya
kreatif guru-guru. Namun demikian selalu dipelihara kerjasama yang erat
dan harmonis maka kerjasama di dalam melaksanakan tugas harus selalu
dipupuk.
F. Pengembangan Kompetensi Supervisi Pengawas PAI
1. Konteks
Tugas pokok pengawas (supervisor) sesuai Surat Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118 Tahun 1996, Bab II Pasal 3 ayat (1)
adalah “menilai dan membina teknis pelaksanaan Pendidikan Islam di
sekolah umum dan terhadap penyelenggaraan pendidikan di Madrasah, baik
negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya.” Dalam
implementasinya, pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan
manajerial dan akademik yang dilaksanakan pada satuan pendidikan.
Pengawasan manajerial bertujuan untuk membantu dan membina kepala
sekolah dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan melalui
optimalisasi kinerja sekolah, sedangkan pengawasan akademik bertujuan
membantu atau membina guru dalam meningkatkan mutu proses
pembelajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang lebih optimal.
22. 22
Dengan tugas dan tanggung yang sedemikian besar, pengawas sekolah
diharapkan memiliki beberapa kompetensi mendasar, yang meliputi
kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan kompetensi sosial.
Melalui kompetensi-kompetensi tersebut diharapkan pengawas dapat
membantu sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu
pendidikan, terutama pada sekolah yang menjadi wilayah binaannya. Agar
pengawas dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara baik,
maka ia harus memiliki kemampuan-kemampuan yang dipersyaratkan
sebagai pengawas profesional, yakni kemampuan yang berhubungan dengan
aspek manajerial dan akademik, atau yang dalam konteks kajian ini
difokuskan pada aspek kompetensi supervisi akademik.
Kompetensi supervisi akademik pengawas secara spesifik meliputi: a)
pemahaman konsep, teori dasar, prinsip, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan pendidikan agama di sekolah; b) pemahaman konsep, teori,
teknologi, prinsip, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses
pembelajaran dan bimbingan pendidikan agama di sekolah; c)
pembimbingan bagi guru pendidikan agama dalam menyusun silabus
pendidikan agama di sekolah berlandaskan standar isi, standar kompetensi,
kompetensi dasar, standar kompetensi lulusan, dan prinsip pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; d) pembimbingan bagi guru
pendidikan agama dalam memilih dan menggunakan strategi, metode, teknik
pembelajaran dan bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi
siswa dalam bidang pendidikan agama di sekolah; e) pembimbingan bagi
guru pendidikan agama dalam menyusun RPP pendidikan agama di sekolah;
f) pembimbingan bagi guru pendidikan agama dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan bimbingan di kelas dan atau di luar kelasuntuk
mengembangkan potensi siswa dalam bidang pendidikan agama di sekolah;
g) pembimbingan bagi guru pendidikan agama dalam mengelola, merawat,
mengembangkan, menggunakan media pendidikan, dan fasilitas
pembelajaran pendidikan agama di sekolah; dan h) pemberian motivasi bagi
guru pendidikan agama untuk memanfaatkan teknologi informasi dan
23. 23
komunikasi untuk pembelajaran dan bimbingan pendidikan agama di
sekolah.
Kompetensi supervisi akademik sebagaimana yang disebutkan di atas,
mencakup beberapa unsur penting yang menekankan kepada pengawas
untuk mampu merencanakan (planning) dan melaksanakan (actuating)
tugas-tugas akademik tersebut dalam fungsi kepengawasan. Khusus
pengawas Pendidikan Agama Islam, maka kegiatan pengawasan akademik
tersebut direncanakan dan dilaksanakan dengan tujuan membantu guru PAI,
baik yang ada di sekolah maupun madrasah agar dapat menjalankan fungsi-
fungsi pendidikan, terutama dalam aspek pembelajaran secara lebih baik.
Melalui pengembangan kompetensi supervisi akademik diharapkan
pengawas Pendidikan Agama Islam benar-benar dapat membantu guru
menjadi lebih produktif dalam proses pendidikan.
2. Pengembangan Kompetensi Supervisi Akademik Pengawas
Berbicara tentang pengembangan (Development), maka di dalamnya
mencakup beberapa unsur, di antaranya adalah perbaikan (improvement),
perubahan (change), pembaharuan (reform), peningkatan, perluasan dan lain
sebagainya. Istilah pengembangan sendiri lazim dimaknai sebagai hal yang
menunjuk pada suatu kegiatan yang menghasilkan cara baru setelah
diadakan penilaian dan penyempurnaan seperlunya. Dari pengertian ini
dapat dipahami bahwa pengembangan merupakan upaya
peningkatan;perubahan;pembaharuan, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif terhadap aspek-aspek yang akan dikembangkan. Dalam konteks
tulisan ini adalah peningkatan terhadap kompetensi supervisi akademik oleh
pengawas dalam pelaksanaan tugasnya.
Adapun kompetensi artinya kemampuan, kecakapan, keadaan
berwenang, atau memenuhui syarat menurut ketentuan hukum. Menurut UU
No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 ayat (10): “Kompetensi adalah
kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.” Dari pernyataan ini dapat dirumuskan bahwa kompetensi
24. 24
adalah kemampuan seseorang yang terukur, meliputi: pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas
sesuai dengan performance yang ditetapkan.
Untuk pengertian supervisi, menurut Carter adalah usaha dari
petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas
lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, serta merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi
pengajaran. Ngalim Purwanto mengartikan supervisi sebagai suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif, sedangkan Hadari
Nawawi menyebutkan bahwa supervisi adalah pelayanan yang disediakan
oleh pemimpin untuk membantu guru agar menjadi guru yang cakap sesuai
dengan perkembang ilmu pengetahuan dan pendidikan, guna meningkatkan
efektivitas proses belajar mengajar di sekolah. Singkatnya, supervisi
merupakan suatu usaha dalam bentuk bimbingan dari supervisor, baik oleh
supervisor eksternal sekolah yang disebut dengan pengawas, maupun
supervisor internal sekolah, yang dalam hal ini adalah kepala sekolah.
Supervisi akademik merupakan kegiatan terencana yang ditujukan
pada aspek kualitatif sekolah dengan membantu guru melalui dukungan dan
evaluasi pada proses belajar dan pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar. Ketrampilan utama dari seorang pengawas dalam aspek
akademik ini adalah melakukan penilaian dan pembinaan kepada guru untuk
secara terus menerus meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas hasil belajar siswa.
Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut pengawas diharapkan dapat
melakukan pengawasan akademik yang didasarkan pada metode dan teknik
supervisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan guru. Dengan kata lain,
pengawasan akademik berkaitan dengan fungsi pembinaan, penilaian,
perbantuan, dan pengembangan kemampuan guru dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.
25. 25
Agar kegiatan supervisi akademik terlaksana dengan baik, maka
diperlukan upaya pengembangan terhadap kompetensi para pengawas, yakni
kegiatan yang dilakukan pengawas dalam rangka pengamalan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan untuk peningkatan mutu
profesionalisme sebagai pengawas sekolah maupun dalam rangka
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan, khususnya dalam
kegiatan menilai dan membina penyelenggaraan pembelajaran. Perlu
disadari bahwa pembinaan profesional yang distimulasi oleh pihak eksternal
terhadap pegawai tidak akan berbuah manis bila tidak diikuti dengan
kesadaran pribadi. Karena dimensi pribadi pada pengembangan profesional
sama dengan membicarakan tentang motivasi, inteligensi, potensi, konsep
diri dan pengendalian diri.
Dengan demikian, pengembangan kompetensi supervisi akademik
pengawas pada hakikatnya adalah upaya peningkatan, perubahan, dan/atau
perbaikan terhadap kemampuan kerja pengawas dalam bidang akademik,
yakni mulai dari kemampuan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja dalam melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan fungsi
kepengawasan. Adapun aspek yang sangat ditekankan dalam proses
pengembangan tersebut adalah adanya peningkatan dari keadaan
sebelumnya; adanya perubahan ke arah yang lebih baik dan; adanya
perbaikan-perbaikan terhadap kekuarangan yang dimiliki selama ini.
3. Kompetensi Akademik Pengawas Pendidikan Agama Islam
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
standar mutu pendidikan, peranan pengawas sangat penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada satuan pendidikan yang
dibinannya. Oleh sebab itu, pengembangan kompetensi supervisi pengawas
sekolah/madrasah sangat diperlukan agar pengawas dapat melaksanakan
tugas kepengawasannya dengan lebih baik dan benar-benar memiliki
implikasi yang positif bagi kemajuan sekolah/madrasah. Khusus pengawas
Pendidikan Agama Islam, berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor
16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah, Pasal
26. 26
21 ayat (1) disebutkan bahwa “Kompetensi pengawas Pendidikan Agama
pada TK, SD, SMP, SMA, dan SMK meliputi kompetensi kepribadian,
supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian
pengembangan, dan sosial.” Sesuai dengan konteks kajian makalah ini, maka
kompetensi supervisi pengawas yang dijadikan fokus adalah berkenaan
dengan pengembangan kompetensi supervisi akademik.
Kompetensi supervisi akademik pengawas meliputi: a) pemahaman
konsep, teori dasar, prinsip, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan pendidikan agama di sekolah; b) pemahaman konsep, teori,
teknologi, prinsip, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses
pembelajaran dan bimbingan pendidikan agama di sekolah; c)
pembimbingan bagi guru pendidikan agama dalam menyusun silabus
pendidikan agama di sekolah berlandaskan standar isi, standar kompetensi,
kompetensi dasar, standar kompetensi lulusan, dan prinsip pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; d) pembimbingan bagi guru
pendidikan agama dalam memilih dan menggunakan strategi, metode, teknik
pembelajaran dan bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi
siswa dalam bidang pendidikan agama di sekolah; e) pembimbingan bagi
guru pendidikan agama dalam menyusun RPP pendidikan agama di sekolah;
f) pembimbingan bagi guru pendidikan agama dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan bimbingan di kelas dan atau di luar kelasuntuk
mengembangkan potensi siswa dalam bidang pendidikan agama di sekolah;
g) pembimbingan bagi guru pendidikan agama dalam mengelola, merawat,
mengembangkan, menggunakan media pendidikan, dan fasilitas
pembelajaran pendidikan agama di sekolah; dan h) pemberian motivasi bagi
guru pendidikan agama untuk memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk pembelajaran dan bimbingan pendidikan agama di
sekolah.
Dalam implementasinya, supervisi akademik merupakan serangkaian
kegiatan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam
mengelola PBM agar mencapai tujuan pembelajaran. Fungsinya adalah
sebagai penilaian kinerja guru dalam mengelola PBM sesuai dengan
27. 27
kemampuannya dan supervisi akademik sebagai refleksi praktis untuk
melihat realitas dalam pengelolaan KBM mulai dari perencanaan, penyajian
materi, penilaian dan perbaikan dari hasil PBM, melihat kelebihan dan
kekurangan guru, serta upaya untuk mengembangkan kemampuan guru
dalam memfasilitasi belajar murid, agar kualitas hasil belajar menjadi lebih
optimal.
Alfonso, Firth, dan Neville mengemukakan bahwa ada tiga konsep
pokok dalam pengertian supervisi akademik, yakni: Pertama, supervisi
akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan
perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Kedua, perilaku
supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus
didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program
pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program
supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena
supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor
dan guru, maka programnya perlu didesain bersama oleh supervisor dan
guru. Ketiga, tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin
mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.
Metode yang dapat digunakan oleh pengawas dalam aktivitas
supervisi, di antaranya adalah: 1) Monitoring, yakni kegiatan yang ditujukan
untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah,
apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah
ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam
pelaksanaan program; 2) Evaluasi, ditujukan untuk mengetahui sejauh mana
kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana
keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuannya
adalah untuk: (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b)
mengetahui keberhasilan program, (c) mendapatkan bahan/masukan dalam
perencanaan tahun berikutnya, (d) memberikan penilaian (judgement)
terhadap sekolah; dan 3) Workshop, sebagai salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini
bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil
28. 28
kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan
workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat
diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Kelompok
Kerja Pengawas Sekolah atau organisasi sejenis lainnya.
Berdasarkan fungsi, tujuan, dan aspek-aspek penting lain
sebagaimana terangkum dalam kompetensi supervisi akademik di atas, maka
apabila pengawas Pendidikan Agama Islam yang melaksanakan tugasnya di
sekolah menengah dapat mengadopsi dengan baik segala hal yang telah
diuraikan, lalu kemudian pengawas tersebut secara kreatif
mengembangkannya dalam pelaksanaan pengawasan, maka hal tersebut
tentu saja dapat mendorong kemajuan pada sekolah-sekolah yang dibina.
Melalui kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan secara baik oleh
pengawas diharapkan kinerja guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
dan memberikan pelayanan kepada siswa juga turut mengalami peningkatan.
Karena bagaimanapun, kualitas pelaksanaan akademik pada suatu sekolah
sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di sekolah tersebut secara umum.
4. Alternatif Pengembangan
Beberapa alternatif yang dapat ditawarkan agar perencanaan dan
pelaksanaan pengembangan kompetensi supervisi akademik pengawas PAI
menjadi lebih baik, di antara adalah:
a. Dari Sisi Personal Pengawas
Pertama, dalam aspek perencanaan pengembangan kompetensi
akademik, pengawas harus membuat program yang sesuai dengan dinamika
dan kebutuhan di lapangan. Perencanaan supervisi di bidang akademik harus
betul-betul disesuaikan dengan persoalan yang harus diselesaikan.
Kedua, dalam aspek pelaksanaan pengembangan kompetensi
akademik, pengawas harus melakukan hal-hal, sebagai berikut: a)
Meningkatkan kesadaran dan kedisplinan untuk hadir melakukan tugas
kepengawasan di sekolah secara rutin sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan; b) Meningkatkan kompetensi, khususnya di bidang akademik
melalui beberapa kegiatan yang mendukung upaya tersebut. Hal ini harus
29. 29
dilakukan mengingat dunia pendidikan selalu mengalami perubahan dan
kebutuhan sekolah maupun guru juga semakin kompleks; c) Berusaha secara
kreatif untuk menggunakan metode yang variatif dalam melakukan kegiatan
supervisi; dan d) Memperbanyak kontribusi terhadap peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Upaya ini bisa dilakukan dengan memperbanyak
kehadiran di sekolah, menyusun rencana program pengawasan yang baik,
membangun komunikasi yang intens kepada pihak sekolah khususnya guru,
serta melakukan hal-hal yang dapat memperkuat eksistensi pentingnya
kegiatan supervisi di sekolah.
b. Dari Sisi Kelembagaan/Institusi
Dari sisi kelembagaan/institusi yang dalam hal ini adalah instansi
yang berwenang dalam melakukan pembinaan terhadap pengawas PAI, perlu
melakukan upaya-upaya, sebagai berikut:
Pertama, meningkatkan perhatian dan upaya pembinaan terhadap
pengawas, di antaranya melalui monitoring dan evaluasi terhadap
perencanaan dan pelaksanaan program yang dilakukan pengawas di sekolah.
Monitoring dan evaluasi ini harus dilakukan secara berkala dan perlu
diterapkan sistem reward and punishment yang jelas dan tegas.
Kedua, memprogramkan secara rutin kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang peningkatan kompetensi pengawas, terutama yang berkaitan
dengan kompetensi profesional dengan tujuan untuk meningkatkan
kompetensi akademik pengawas. Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya
tersebut, di antaranya adalah: a) kegiatan pendampingan tugas pokok dan
fungsi pengawas; b) Diskusi terprogram; c) Forum ilmiah; d) Kegiatan ilmiah;
e)) Studi banding; dan f) Rakor pengawas.
Ketiga, mendorong dan memfasilitasi pengawas untuk berpartisipasi
dalam kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pada point (2), termasuk
memfasilitasi pengawas untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Hal penting yang harus dicatat dalam proses pengembangan
kompetensi supervisi akademik pengawas Pendidikan Agama Islam, baik
30. 30
dalam hal perencanaan maupun pelaksanannya harus dilakukan bersama-
sama, yakni antara usaha dari personal pengawas maupun dari
kelembagaan/instansi yang berwenang dalam melakukan pembinaan
terhadap pengawas. Kedua sisi tersebut harus berjalan secara seimbang guna
meningkatkan kompetensi akademik pengawas agar menjadi lebih baik.
31. 31
BAB III
KESIMPULAN
Kata pengawasan mengandung pengertian melihat dengan sangat
teliti pekerjaan secara keselurhan. Orang yang melakukan pengawasan
disebut supervisor.
Disamping tujuan, pengawasan pendidikan juga diarahkan pada dua
sasaran pokok, yaitu pengawasan kegiatan yang bersifat teknis edukatuif dan
teknis administratif. pengawasan teknis edukatif meliputi kurikulum, proses
belajar mengajar dan evaluasi/ penilaian. Sedangkan pengawasan teknik
administratif meliputi administrasi profesional, administrasi material,
administrasi kuangan, administrasi laboratorium, perpustakaan sekolah dan
lain-lain.
Setelah mengetahui dan memahami tujuan dan sasaran supervise,
maka hal penting lainnya yang perlu dikuasai pula oleh para supervisor
adalah fungsi-fungsi pengawasan. Secara garis besar fungsi pengawasan
dapat dikelompokkan dalam tiga bidang yaitu dalam bidang pendidikan,
dalam bidang pengawasan dan dalam bidang pelaksana.
Dalam dunia pendidiakn dan pengajaran terdapat tiga unsure pokok
yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur
dimaksud adalah unsur personal, material dan operasional.
Dalam melakukan tugas-tugas pengawasan, para supervisor
terutama pengawas dapat memilih dan mengunakan beberapa teknik
pengawasan, antara lain kunjungan kelas, kunjungan sekolah, tes dadakan,
konferensi kasus, observasi dokumen, wawancara, angket, laporan tertulis
dan sebagainya.
32. 32
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. (2008). Pedoman Pemilihan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas
Berprestasi. Bandung: Yrama Widya.
Danim, Sudarwan. (2006). Profesi Kependidikan. Bandung: CV. Alfabeta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Bahan Belajar Mandiri Kelompok
Kerja Pengawas Sekolah: Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial.
Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Pendidikan.
__________________________ . (2009). Bahan Belajar Mandiri Kelompok Kerja
Pengawas Sekolah: Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik.
Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Pendidikan.
Depag RI, (2004), Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta.
. (2005), Kepengawasan Kependidikan, Jakarta.
Kydd .L, Crawford M. & Riches, C. (ed). (1997). Professional Development for
Educational Management, terj. Ursula Gyani. Jakarta: Grasindo.
Nawawi, Hadari. (1989). Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Mas Agung.
Peraturan Menteri Agama RI Nomor: 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Pendidikan Agama pada Sekolah. Jakarta: Depag RI.
Purwanto, Ngalim. (2006). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sahertian, Piet A. dan Mataheru, Frans. (1981). Prinsip dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudjana, Nana. (2006). Standar Mutu Pengawas. Jakarta: Depdiknas.
Surat Keputusan Menteri PAN No. 118 Tahun 1996.