Farmasi dan kosmetik halal merupakan produk yang terbuat dari bahan yang sesuai dengan syariat Islam dan bebas dari unsur binatang atau bahan yang diharamkan. Produk ini harus diproduksi dan diproses menggunakan peralatan yang tidak tercampur oleh zat yang tidak sesuai dengan syariat serta mendapat sertifikasi halal dari MUI.
2. Pengertian Farmasi
Farmasi (bahasa Inggris: pharmacy, bahasa Yunani:
pharmacon, yang berarti: obat) adalah salah satu bidang
profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu
kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat.
3. Pengertian Kosmetik
adalah bahan/campuran bahan yang
digunakan utk membersihkan,
menjaga, meningkatkan penampilan,
merubah penampilan,
Bisa digunakan dgn cara :
1. Di oles
2. Di percikkan
3. Di semprot
4. Islam menganjurkan muslimah untuk memakai kosmetik yang mengandung bahan-bahan yang tidak
akan membahayakan tubuhnya, tidak berlebihan dan tidak mengubah ciptaan Allah SWT, Islam
memberikan batasan dalam persoalan berhias diri.
(Al-Qur’an surah Al-Azhab:33)
َّصال َنْمِقَأ َو ۖ ٰىَلوُ ْاْل ِةَّيِلِهاَجْال َجُّرَبَت َنْجَّرَبَت ََل َو َّنُكِتوُيُب يِف َن ْرَق َوَأ َو ََاَكََّّال َينِتت َو ََ َاَلُُي ِرُي اَمََِِّّ َُُلوُُ َر َو َ َّاَّل َنِِْْط
اًيرِهِْطَت ْمُك َرِهَِطُي َو ِتْيَبْال َلْهَأ َسْج ِالر ُمُكََّْع َبِهْذُيِل ُ َّاَّل
Artinya :
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah
dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul
bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
5. Farmasi & Kosmetik Halal
Farmasi dan kosmetik halal merupakan produk yang
terbuat dari bahan yang sesuai dengan syariat Islam.
Kandungan itu bebas dari unsur binatang yang
diharamkan dan yang disembelih tidak sesuai dengan
tuntunan Islam.
Komoditas itu harus diproduksi dan diproses
menggunakan alat yang tidak tercampur oleh zat yang
tidak sesuai dengan syariat.
Dengan demikian, farmasi dan kosmetik halal merupakan
harmonisasi dari syariat Islam, good manufacturing
practice (GMP) serta bahan baku halal (Rina, Khanapi, &
Hasan, 2013)
6. Apa itu sertifikasi halal?
• Sertifikat halal merupakan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan kehalalan suatu produk
sesuai dengan syariat Islam.
• Di dalamnya tertulis fatwa MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam dan
menjadi syarat pencantuman label halal dalam setiap produk pangan, obat-obatan, dan kosmetika.
• Tujuan pelaksanaan sertifikat halal pada produk pangan termasuk produk farmasi seperti obat-obatan dan
kosmetik adalah untuk memberikan kepastian kehalalan suatu produk sehingga dapat mententramkan batin
yang mengkonsumsinya.
• Sertifikat halal MUI diberikan oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI
sebagai lembaga otonom bentukan MUI yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan
memutuskan apakah produk-produk baiki pangan dan turunannya, obat-obatan dan kosmetika apakah aman
dikonsumsi baik dari segi kesehatan dan dari sisi agama Islam yakni halal atau baik dikonsumsi umat Muslim
khususnya di wilayah Indonesia, selain itu juga memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan
bimbingan kepada masyarakat.
7. Kaidah fikih (Kosmetik)
Beberapa kaidah fikih juga tidak luput dari rujukan yang diambil oleh MUI. Misalnya, yang
berbunyi "Hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh dan hukum asal sesuatu yang berbahaya
adalah haram." Kaidah lainnya, yaitu "(Hukum) segala sesuatu tergantung kepada tujuannya".
Dari rujukan di atas dan beberapa fatwa se belumnya, MUI menyimpulkan, penggunaan
kosmetika untuk kepentingan berhias boleh dengan syarat barang yang digunakan halal dan
suci.Kemudian, tidak berbahaya dan ditujukan untuk kepentingan yang diperbolehkan secara syar'i.
Penggunaan kosmetika dalam atau yang masuk ke dalam tubuh dengan bahan yang haram dan najis
hukumnya haram. Sedangkan, penggunaan kosmetika luar dengan bahan najis selain babi diperbolehkan
dengan syarat disucikan terlebih dahulu.
8. Syarat Kosmetik Halal
Tidak boleh mengandung bahan yang
berasal dari daging babi atau hewan yang
tidak disembelih dengan syariat islam.
Bahan yang berasal dari tanaman,
mineral, dan mikroorganisme (laut-darat)
dibolehkan selama tidak beracun dan
berbahaya bagi tubuh.
9. Sementara itu bahan sintetik kimia dibolehkan
selama tidak toksik dan bahaya.
Berikut persyaratannya :
1. Metode dalam pembuatan obat mulai dari tahap
persiapan, proses produksi, dan pengemasan
harus bebas dari bahan kotor atau mengandung
najis.
2. Penggunaan obat tidak menyebabkan efek
berbahaya dikemudian hari.
3. Aspek kebersihan pada setiap komponen harus
diperhatikan,termasuk kebersihan personil,
pakaian, peralatan, dan bangunan harus bebas
dari najis dan kotoran
10. Untuk memberikan kepastian bagi masyarakat
muslim di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia
secara khusus pada 20 Juli 2013 menetapkan fatwa
tentang Obat dan Pengobatan. Fatwa tersebut
memuat enam diktum ketetapan hukum dan empat
rekomendasi. Secara lengkap fatwa itu adalah
sebagai berikut:
1. Islam mensyariatkan pengobatan karena ia
bagian dari perlindungan dan perawatan
kesehatan yang merupakan bagian dari menjaga
Al-Dharuriyat Al-Khams.
2. Dalam ikhtiar mencari kesembuhan wajib
menggunakan metode pengobatan yang tidak
melanggar syariat.
3. Obat yang digunakan untuk kepentingan
pengobatan wajib menggunakan bahan yang
suci dan halal.
4. Penggunaan bahan najis atau haram dalam
obat-obatan hukumnya haram.
5. Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram
untuk pengobatan hukumnya haram kecuali memenuhi
syarat sebagai berikut:
a) digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-darurat),
yaitu kondisi keterpaksaan yang apabila tidak
dilakukan dapat mengancam jiwa manusia, atau
kondisi keterdesakan yang setara dengan kondisi
darurat (al-hajat allatitanzilu manzilah al-dlarurat),
yaitu kondisi keterdesakan yang apabila tidak
dilakukan maka akan dapat mengancam eksistensi
jiwa manusia di kemudian hari
b) belum ditemukan bahan yang halal dan suci dan
c) adanya rekomendasi paramedis kompeten dan
terpercaya bahwa tidak ada obat yang halal
Fatwa MUI
12. • Pangsa Pasar Kosmetik dalam Negeri
• (Miliar Rupiah)
Sumber: Euromonitor 2018
13. Alasan Industri Farmasi & Kosmetik Halal
Di Indonesia Masih Tertinggal
1. Tingkat kesadaran mengenai kehalalan produk dari pemain industri farmasi dan
kosmetik halal di Indonesia masih lemah.
2. Banyak pihak menilai proses pengujian dalam produk obat-batan dan kosmetik untuk
mendapat sertifikasi halal dianggap memakan waktu terlalu lama juga biaya yang tidak
murah.
3. Minimnya wawasan masyarakat terkait produk-produk berbasis syariah.
4. Kurangnya pemahaman tentang apa dan bagaimana halal obat dan kosmetik halal dari
para medis dan kosmetika.
17. Peluang Tantangan
Permintaan dan
pasar
1. Pertumbuhan jumlah umat Muslim
Indonesia dan dunia.
2. Target pasar di Indonesia sangat besar,
dengan pertumbuhan masyarakat
kelas menengah 7-8% per tahun
sehingga daya beli pun meningkat.
3. Meningkatnya tren konsumsi produk
kecantikan.
1. Produk mulitinasional yang mulai menggarap
sektor kosmetik halal.
2. Akses ke pasar internasional masih kecil
3.Kurangnya riset mengenai pergerakan pasar,
segmentasi dan selera pasar.
3. Kosmetik palsu yang beredar di pasaran.
4. Tingginya ketergantungan industri terhadap bahan
baku impor.
Teknologi dan
informasi
1. Perkembangan teknologi yang pesat
2. Bekembangnya e-commerce dan
media.
1. Pemanfaatan teknologi informasi masih rendah.
Regulasi
1. Dukungan pemerintah terhadap
industri halal secara umum melalui
UU no 33 tahun 2014.
2. Terdapat strategi dan kebijakan
pemerintah terkait dengan farmasi dan
kosmetik halal yang diusung
kementerian dan lembaga terkait.
1. Kebijakan antar kementerian dan lembaga
pemerintah masih belum selaras.
2. belum adanya panduan dan ketentuan untuk
infrastruktur yang dapat menunjang produksi farmsi
halal
18. Kerjasama
dengan sektor
lain
1. Peluang co-branding dengan sektor
pariwisata halal.
2. Peluang co-marketing dengan sektor
media dan rekreasi.
1. Asymmetric information antar sektor.
2. Birokrasi kerja sama antarsektor .
Pembiayaan
1. Semakin banyak platform alternatif
pembiayaan.
2. Peluang kolaborasi dengan lembaga
perbankan dan keuangan Syariah.
3. Semakin banyaknya skema
pembiayaan yang ramah IKM
(KUR, LPEI, Ventura)
1. Lembaga pembiayaan masih membutuhkan jaminan
yang tangible, seperti: ijazah, sertifikat, dan terutama
business plan, yang kebanyakan belum bisa dipenuhi
oleh para pelaku usaha
Riset &
Development
1. Kerja sama riset dengan badan
penelitian, universitas dan
perusahaan.
1. Kurangnya riset serta tindak lanjut mengenai uji bahan
kosmetik dan farmasi halal.
2. Ketersediaan database industri farmasi dan kosmetik
halal terbatas.