SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan yang konsisten,
ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses penyembuhan dari stres fisik
akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan diri dalam merawat bayinya1.
Bayi yang sehat, lahir dengan membawa cukup cairan dalam tubuhnya. Kondisi ini akan tetap
terjaga bahkan dalam cuaca panas sekalipun, bila bayi diberi ASI secara eksklusif siang dan
malam. Rendahnya pemeberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan ancaman bagi tumbuh kembang
anak. Seperti diketahui, bayi yang tidak diberi ASI, setidaknya hingga usia 6 bulan, lebih
rentan mengalami kekurangan nutrisi2.
Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi dari penyakit infeksi,
misalnya: infeksi saluran pernafasan, akut bagian bawah, ostitis media, dan diare. Anak yang
tetap diberikan ASI mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta
lebih cepat sembuh dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan ASI3.
1
Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia. Adapun target MDGs untuk AKI yaitu 102 per 100.000
Kelahiran Hidup (KH), sedangkan target AKB yaitu 23 per 1000 KH4.
Kematian bayi di Indonesia masih terbilang tinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara.
Angkanya 37 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Meski angkanya terus menurun, tapi posisi
Indonesia di Asia Tenggara tidak berubah. Indonesia menempati posisi keempat terbanyak5.
United Nations International Childern’s Emergency Fund (UNICEF) menyatakan Investasi pada
kebijakan nasional yang kuat dalam menyusui dan gizi dapat mencegah kematian sekitar 20.000
anak balita di Indonesia setiap tahun, meskipun sudah ada bukti kuat bahwa ASI eksklusif
mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia, yang menyebabkan 40% dari kematian balita di
Indonesia, tingkat pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama seorang bayi menurun di
Indonesia dari 40% di tahun 2002 dan 32% pada tahun 20076.
Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) sekaligus konselor ASI Indonesia mengatakan,
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan peningkatan terhadap angka
pemberian ASI eksklusif, dibandingkan SDKI 2007. Pada SDKI 2007 angka pemberian ASI
eksklusif itu hanya sekitar 32%, yang di SDKI 2013 sudah meningkat menjadi 42% jadi ada
peningkatan sebanyak 10%7.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan tahun 2012, diketahui AKI sebanyak
76 per 1000 kelahiran, sedangkan AKB tahun 2011 sebanyak 34 per 1000 kelahiran hidup dan
menurun menjadi 5 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 20128.
Data dari pencatatan Rumah Sikit Umum Daerah Bhayangkara Makassar pada bulan September
sampai dengan Desember tahun 2013 dan Januari sampai dengan April 2014 tercatat 1078 ibu
melahirkan dan sekitar 25 yang mengalami bendungan ASI.
Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa masalah yang menyebabkan
akhirnya ASI yang harusnya didapatkan bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan
adakalanya bayi tidak mendapatkan sama sekali ASI dari ibunya. Hal ini mungkin bukan suatu
kesengajaan, akan tetapi karena ketidak tahuan ibu akibat dari jika ASI tidak dikeluarkan atau
tidak ada hisapan dari sang bayi9.
B. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen Asuhan Kebidanan Post
Natal Pada Ny.”R” Dengan Masalah Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara
Makassar tahun 2014.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Post Natal pada Ny. “R” dengan
Bendungan Asi di RSUD Bhayangkara Makassar tanggal 03 s.d 05 Mei tahun 2014 dengan
menggunakan pendekatan Manajemen Kebidanan sesuai dengan wewenangan Bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dengan analisa data pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI
di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di
Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di
Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI
di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
e. Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di
Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di
Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit
Umum Bhayangkara Makassar tanggal tahun 2014.
h. Dapat mendokumentasiakan semua asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI
di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan dan penerapan ilmu yang telah
didapatkan pada program Diploma III Kebidanan Universitas Muslim Indonesia Makassar.
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan masukan / informasi bagi tenaga bidan di dalam menangani kasus khususnya
yang berkaitan dengan Bendungan ASI.
3. Manfaat Akademik (Institusi)
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan proses Asuhan Kebidanan
pada kasus Bendungan ASI.
4. Manfaat bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang sangat
berharga dalam penerapan Asuhan Kebidanan dengan Bendungan ASI.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi:
1. Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari berbaga buku-buku,l iteratur, pengambilan data dari internet, profil dari
kesehatan yang ada relevansinya dengan Karya Tulis ini.
2. Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah melalui asuhan
kebidanan yang meliputi: pengkajian, merumuskan diagnosis/masalah aktual maupun potensial,
implementasi serta melaksanakan evaluasi terhadap Manajemen Asuhan Kebidanan dengan
Bendungan ASI. Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik:
a. Anamnesa
Melakukan tanya jawab dengn ibu, suami maupun keluarganya yang dapat membantu
memberikan keterangan/informasi yang dibutuhkan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis untuk menjamin diperolehnya data yang lengkap
mulai dari kepala sampai ke kaki (haed to toe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan diagnostik lainnya dengan menggunakan format
pengkajian yang telah disusun sebelumnya.
c. Pengkajian Sosial
Pengkajian psikososial dilakukan meliputi pengkajian status emosional, respon terhadap kondisi
yang dialami serta pola interaksi ibu terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan ibu yang yang bersumber dari
catatan dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya
yang dapat memberi kontribusi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Diskusi
Yaitu penulis melakukan tanya jawab dengan dokter dan bidan yang menangani langsung ibu
tersebut serta mengadakan diskusi dengan dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini
F. Sistematika Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Penulisan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
2. Tujuan Perawatan Masa Nifas
3. Tahapan Masa Nifas
4. Peran Bidan pada Masa Nifas
5. Perubahan pada Masa Nifas
6. Perawatan Masa Nifas
7. Kebijakan Program pada Masa Nifas
B. Tinjauan Umum Tentang Proses Laktasi
1. Pengertian Laktasi
2. Fisiologi Laktasi
C. Tinjauan Khusus tentang Bendungan ASI
1. Pengertian Bendungan ASI
2. Tanda dan gejala Bendungan ASI
3. Etiologi Bendungan ASI
4. Pencegahan Bendungan ASI
5. Penatalaksanaan Bendungan ASI
6. Komplikasi Bendungan ASI
D. Tinjauan tentang ASI dalam pandangan Islam
E. Tinjauan tentang Proses Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan
3. Pendkumentasian Asuhan Kebidanan
F. Landasan hukum Kewenangan Bidan
1. Perundang-undangan yang terkait dengan Praktik Bidan
2. Standar Kompetensi Bidan
3. Standar Pelayanan Kebidanan pada Pemberian ASI
4. Kewenangan yang bisa dilakukan oleh Bidan dalam menjalankan Praktek
BAB III TINJAUAN KASUS
Langkah I Identifikasi Data Dasar
Langkah II Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Langkah III Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Langkah IV Tindakan Segera (Emergency)/Kolaborasi
Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan/
Intervensi
Langkah VI Implementasi Asuhan Kebidanan
Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
a. Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu10.
b. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu11.
2. Tujuan Perawatan Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
d. Memberikan Pelayanan Keluarga Berencana (KB)10.
3. Tahapan Masa Nifas
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah placenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak
masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, Bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontarksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling
KB10.
4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Asuhan kepada ibu harus dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa
kurun reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar, salah
satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa nifas, bidan mempunyai peran
dan tanggung jawab antara lain:
a. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk memastikan keduanya
dalam kondisi yang stabil.
b. Memeriksa Fundus tiap 15 menit pada jam pertama, dan 30 menit pada jam kedua.
c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, Nadi, perdarahan tiap 15 jam pertama dan 30 menit
pada jam kedua.
d. Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, membersihkan perineum, dan keanakan
pakaian bersih.
e. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai kebutuhan ibu
untuk mengurangi ketegangan fisik, dan psikologis selama masa nifas.
f. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
h. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibudan anak dan mampu
melakukan kegiatan administrasi.
i. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
j. Memberi konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik.
k. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulakn data, menetapkan diagnosa dan
rencana tindakan serta melaksanankannya untuk mempercepat proses pemulihan.
l. Memberikan asuhan secara professional9.
5. Perubahan pada Masa Nifas
a. Perubahan fisiologis masa nifas
1) Perubahan sistem Reproduksi
a) Uterus
Segera setelah lahirnya placenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang
lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian,
kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk
kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Dalam keadaan normal, uterus
mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat
uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusio. Satu minggu setelah
melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah
persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Otot-otot
uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot uterus akan menjepit. Proses ini akan menghenrikan perdarahan setelah placenta
dilahirkan.
Tabel 2.1. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio10
Involusio TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari bawah pusat 1.000 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
b) Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu :
(1) Lochia rubra (crueanta): berwanrna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, set-set desidua, verniks caseosa, lanuga, dan mekoneum selama 2 hari pascapersalinan
(2) Lochia sanguilenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-
3 sampai ke-7 pascapersalinan.
(3) Lochia serosa: Lokia ini bebrbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian kemudian
menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan.
(4) Lochia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih serta terdiri atas leukosit
dan sel-sel desidua.
(5) Lochia purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
(6) Lochiotosis: lochia tidak lancar keluarnya9.
c) Serviks
Serviks mengalami involusio bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistennya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah
kembali pada keadaan sebelum hamil1.
d) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum1.
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalianan.
Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi
penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama
pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada
akhir minggu keempat setelah melahirkan. Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami
proteinuria yang nonpatologis sejak pascamelahirkan sampai dua hari postpartum agar dapat
dikendalikan. Kandung kemih pada puerperium mempunyai kapasitas yang meningkat secara
relatif. Oleh karena itu, distensi yang berlebihan, urine residual yang berlebihan, dan
pengosongan yang tidak sempurna, harus diwaspadai dengan saksama. Ureter dan pelvis renalis
yang mengalami distensi akan kemabali normal pada dua sampai delapan minggu setelah
persalinan.
4) Perubahan Sistem Muskulosketetal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan
berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur,
sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat
diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali
secara perlahan-lahan.
5) Perubahan tanda-tanda Vital
a) Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Sesudah partus dapat naik kurang
lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius.
Sesudah dua jam pertama melahirkan umunya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih
dari 38 derajat celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien.
b) Nadi dan Pernapasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila
terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mingkin ada perdarahan berlebihan atau vitium
kordis pada penderita. Pada masa Nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti
keadaan semula.
c) Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa
pengobatan.
6) Perubahan Hematologi dan Kardiovaskular
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama
masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa
postpartum. Jumlah seal-sela darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga
25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Akan tetapi, berbagai jenis kemungkinan infeksi harus dikesampingan pada penemuan semacam
itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal
masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang
berubah-ubah10.
b. Perubahan Psikologis pada Ibu Nifas
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke
dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri luka jahitan, kurang
tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat yang cukup,
komunikasi yang baik dan asupan nitrisi.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif
sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,
dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dari ketergantungan bayinya.
Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran
barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya1.
6. Perawatan pada Masa Nifas
a. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah satu cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam
penuh dalam seharian. Dengan kata lain, rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan
bayi bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu
atau setiap saat ibu menyusui bayinya12.
b. Pemeriksaan umum
1) Kesadaran ibu
2) Keluhan yang terjadi setelah persalinan
c. Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan.
2) Fundus Uteri : tinggi fundus dan kontraksi
3) Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
4) Pengeluaran Lokia
5) Luka jahitan Episiotomi : apakah baik atau terbuk, apakah ada tanda-tanda infeksi (tumor,
rubor, calor, dolor, dan fungsiolaesa)
7. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan Bayi Baru
Lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Tabel 2.2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas 11
Kunjungan Waktu Tujuan
1

6-8 jam
setelah persalinan
1. Mencengah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: ruj
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu a
keluarga bagaiman mencegah perdarahan masa nifas karena
Uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara me
hipotermia
6. Melakukan hubungan antara Ibu dan Bayi Baru Lahir.
2

6 hari setelah
persalinan
1. Memastikan involusio uterus berjalan berjalan normal:
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perd
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perd
abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, caira
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperl
tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari
3
2 minggu setelah
persalinan
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu
setelah persalinan
1. Menayakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ib
bayinya alami
2. Memberi konseling KB.
B. Tinjauan Umum tentang Proses Laktasi
1. Pegertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai bayi menghisap
dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamlia termasuk
manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI aksklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara anak mendapatkan kekebalan
tubuh secara alami1.
2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempuayai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin).
a. Produksi ASI (prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
mesntruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu
maturasi alveoli. Sedangkan hormaon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plesenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
pengaruh hormon progesteron yang masih tinggi. Kadar estrogrn dan progesteron akan menurun
pada saat hari kedua atau ketinga pascapersalianan, sehingga terjai sekresi ASI. Pada proses
laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran yang timbul
akibat perangsangan puting susu diarenakan isapan bayi.
b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghisap rangsangan saraf
yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini
menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh
reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin di
keluarkan oleh hipofisis12.
C. Tinjuan Khusus Tentang Bendungan ASI
1. Pengertian Bendugan ASI
a. Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh
kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau ada kelainan dengan puting
susu13.
b. Bendungan ASI adalah penyumbatan pada duktus laktiferus akibat hambatan aliran air susu
karena tekanan internal dan eksternal (misalnya : pembesaran, BH, dan pakaian ketat)14.
c. Bendungan ASI ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis
pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatkan tekanan intrakaudal, yang akan
memerangaruhi segmen payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat10.
2. Tanda dan gejala
Ditandai dengan mammae panas serta keras pada berabaan dan nyeri, puting susu bisa mendatar
sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu kadang terhalang duktuli laktiferi menyempit,
payudara bengkak, panas, dan keras15.
3. Etiologi Bendungan ASI
Bedungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya.
Keluhan yang muncul adalah mammae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat. Penanganannya dengan mengosongan ASI dengan masase atau pompa, memberikan
estradiol sementara menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis hingga keluhan
berkurang16.
4. Pencegahan Bendungan ASI
Beberapa tindakan yang dapat di lakukan untuk mencegah Bendungan ASI adalah sebagai
berikut :
a. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perletakan yang benar
b. Menyusui bayi tanpa terjadwal (on-demand)
c. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
d. Jangan memberikan minuman lain kepada bayi
e. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase dan sebagainya)17.
5. Penatalaksanaan Bendungan ASI
a. Anjurkan Ibu untuk menyusui sedini mungkin dan tidak terjadwal
b. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang baik apakah dengan cara duduk atau berbaring
c. Gunakan BH yang menopang, hindari pakaian yang ketat karena dapat menekan duktus
laktiferus.
d. Lakukan Masase payudara dan memerah ASI untuk meningkatkan aliran ASI dengan
membersihkan sinus-sinus dan duktus-duktus laktiferus kolostrum yang lengket.
e. Peras ASI sedikit sebelum menyusui. Hal ini akan melunakkan daerah areola sekitar puting
susu sehingga bayi mudah dilekatkan18.
f. Melakukan perawatan payudara
Langkah-langkah perawatan payudara :
1) Pengurutan pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak (baby oil). Tempatkan kedua tangan diantara payudara.
Pengurutan dilakukan dimulai ke arah atas, terus pengurutan kebawah dan kesamping,
selanjutnya melintang. Ulangi masing-masing 20-30 gerakan tiap payudara.
2) Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada putting susu.
Lakukan 2 gerakan tiap payudara bergantian.
3) Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mengurut dengan sisi
kelingking dari arah puting susu. Lakukan sekitar 30 kali.
4) Pengurutan keempat
Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan kompres air
dingin. Kompres bergantian selama 3 kali dan diakhiri dengan kompres air hangat17.
g. Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa karena bayi menolak
menyusui, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa.
h. Langkah-langkah untuk memerah ASI
1) Topang payudara dengan satu tangan
2) Gunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah tangan lain dan tempatkan menyilang
terhadap satu sama lain pada sisi yang berlawanan dari putting dibatas luar areola (sinus
laktiferus terletak di area tepi luar areola)
3) Dengan menggunakan gerakan memerah, tekan kebelakang (menjauh dari areola), kemudian
kedalam (turun kedalam jaringan), kemudian arah depan (kearah puting), dan kemudian lepaskan
tekanan.
4) Beri tekanan perlahan tapi mantap. Tekanan yang tidak perlu dapat menyebabkan trauma
jaringan, tetapi tekanan harus cukup kuat untuk benar-benar mengompresi sinus.
5) Amati untuk melihat butiran kolostrum atau susu pada pemukaan putting. Yaitu tempat
muara duktus berada. Ibu mungkin tidak melihat butiran kolostrum atau susu ketika pertama kali
melakukan pemerahan. Namun, setelah melakukan tekanan berulang-ulang, semua duktus segera
mengalir bebas dan ibu tidak hanya akan melihat kolostrum atau susu, tetapi ia akan melihat
alitan kecil pada setiap gerakan memerah.
6) Dengan perlahan seka atau serap kolostrum atau susu dari permukaan puting dengan kain
bersih
7) Sesuai metode, gerakkan ibu jari dan jari mengelilingi areola, ulangi langkah 2 sampai 5
untuk masing-masing lokasi
8) Ketika pertama kali memerah ASI, lakukan gerakan memerah tidak lebih dari dua kali untuk
masing-masing payudara agar tidak membuat trauma jaringan ketika teknik ini dipelajari. Setelah
semua duktus dapat mengalirkan susu dengan bebas dan wanita telah menguasai teknik, memrah
ASI dapat dilakukan sampai aliran kolostrum atau susu berhenti14.
i. Bila perlu pemberian analgetika atau anti piretik untuk mengurangi rasa sakit serta obat
antibiotic yang aman untuk ibu menyusui, guna mengatasi infeksi.
j. Kompres payudara secara bergantian
Kompres dinginuntuk mengurangi oedema dan rasa sakit dan kompres air hangat mengakibatkan
pembuluh darah dilatasi dan secara tidak langsung mestimulasi produksi air susu dan
mengalirkannya
k. Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh ibu kembali. Cara ini
pun bisa meningkatkandaya tahan tubuh karena istirahat dapat memulihakan kondisi tubuh.
l. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi dan banyak minum karena kondisi bendungan
ASI membuat daya tahan tubuh ibu menurun. Daya tahan tubuh ibu yang meningkat dapat
mencegah infeksi.
6. Komplikasi Bendungan ASI
Komplikasi yang dapat tejadi bila Bendungan ASI tidak ditangani, antara lain :
a. Mastitis
Adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak, kadangkala diikuti rasa
nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan diluar kulit
menjadi merah. Kejadian ini tejadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan
oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut3.
b. Abses
Harus dibedakan antara Mastitis dan Abses. Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi
dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. Gejala
yang dirasakan adalah ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih mengkilap, benjolan lebih
lunak karena berisi nanah, sehingga perlu di insisi untuk mengeluarkan nanah tersebut10.
D. Tinjauan tentang ASI dalam pandangan Islam
Islam memperhatikan semua aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam hal kesehatan
jasmani. Agama dibawa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sejak sekitar 25 abad yang lalu,
telah membahas mengenai penyusunan bayi yang lahir dalam rumah tangga seorang muslim.
Didalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah ‘azza wa jalla menyinggung masalah pemberian ASI dan
hukum-hukum yang terkait dengannya. Sungguh, begitu besar perhatian Islam terhadap maslahat
kemanusiaan. Diantaranya adalah apa yang disebutkan pada firmal Allah ta’ala :
ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ۚ َ‫َة‬‫ع‬‫ا‬َ‫ض‬َّ‫الر‬ َّ‫م‬ِ‫ت‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫د‬‫ا‬ َ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ۖ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ل‬ِ‫َام‬‫ك‬ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ل‬ْ‫و‬َ‫ح‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫د‬ َ‫َل‬ْ‫و‬َ‫أ‬ َ‫ْن‬‫ع‬ ِ‫ض‬ْ‫ُر‬‫ي‬ ُ‫َات‬‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬َّ‫ُن‬‫ه‬ُ‫ت‬َ‫ْو‬‫س‬ِ‫ك‬َ‫و‬ َّ‫ُن‬‫ه‬ُ‫ق‬ْ‫ز‬ ِ‫ر‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ِ‫د‬‫و‬ُ‫ل‬
ِ‫إ‬ ٌ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ُ‫ف‬َّ‫ل‬َ‫ك‬ُ‫ت‬ َ‫َل‬ ۚ ِ‫وف‬ُ‫ْر‬‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ۗ َ‫ك‬ِ‫ل‬ََٰ‫ذ‬ ُ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ِ‫ث‬ ِ‫ار‬ َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ۚ ِ‫ه‬ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫و‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ٌ‫د‬‫و‬ُ‫ل‬ْ‫و‬َ‫م‬ َ‫َل‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫و‬ِ‫ب‬ ٌ‫ة‬َ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َّ‫ار‬َ‫ض‬ُ‫ت‬ َ‫َل‬ ۚ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ع‬ْ‫س‬ُ‫و‬ َّ‫َل‬‫َا‬‫د‬‫ا‬ َ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬
َ‫د‬ َ‫َل‬ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫ع‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫د‬َ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ۗ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ْه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ح‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫ج‬ َ‫َل‬َ‫ف‬ ٍ‫ر‬ُ‫َاو‬‫ش‬َ‫ت‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫اض‬ َ‫ر‬َ‫ت‬ ْ‫َن‬‫ع‬ ‫ا‬‫اَل‬َ‫ص‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ح‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫ج‬ َ‫َل‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬
‫ير‬ ِ‫ص‬َ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ َّ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬‫ا‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬ ۗ ِ‫وف‬ُ‫ْر‬‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ت‬‫آ‬
Terjemahannya :
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para
ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah [2] : 233).
Didalam ayat diatas Allah subhanahu wa ta’ala menuntun agar para ibu menyusui bayi mereka
selama dua tahun penuh, walaupun yang demikian bukan hal yang wajib. Ayat tadi juga
menunjukkan bahwa bayi dapat dicarikan ibu susu lain apabila sang ibu berhalangan atau
meninggal, agar tetap mendapatkan manfaat dari air susu ibu.
Susu merupakan makanan terpenting dan sumber kehidupan satu-satunya bayi di bulan-bulan
pertama usianya. Susu terbalik untuk anak adalah air susu ibu karena dengan menyusui terjadilah
kontak cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak. Ibu adalah orang yang paling mampu
memberikan cinta dan kehangatan yang sesungguhnya kepada anak dengan naluri keibuannya
yang diberikan Allah kepadanya.
Selain itu Imam Amirul Mu’minin Ali a.s berkata yang artinya “ Tidak ada Air Susu yang lebih
berbarokah bagi anak bayi melainkan dari Air Susu Ibunya sendiri ”. dalam riwayat ahlul bait
a.s pun menyatakan “Dengan menyusui , hubungan cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak
akan semakin erat dan akan semakin membuat anak merasa tenang dan aman”.
E. Tinjauan Tentang Proses Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di gunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi18.
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk yang digunakan oleh bidan dalam
memberi asuahn kebidanan. Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menggambarkan
alur pola berfikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi
masalah19.
Menurut Helen Varney, proses penyelesaian masalah merupakan salah satu upaya yang dapat
digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam melakukan
manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan berfikir secara kritis untuk
menegakkan diagnosa atau masalah potensial kebidanan. Selain itu, diperlukan pula kemampuan
kolaborasi atau kerja sama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan
selanjutnya20.
Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah berurutan diaman setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-
langkah yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai dengan kondisi klien.
2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan
Adapun dalam tahapan Manajemen Kebidanan yaitu :
a. Langkah I. Identifikasi Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan khusus
Infeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
4) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium, catatn terbaru, dan sebelumnya
b. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosa atau masalah kebutuhan
klien berasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulakan. Data dasar
yang sudah dikumpulkan di interpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik.
c. Langkah III. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ini lita mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan asuhan yang aman.
d. Langkah IV. Tindakan segera/Kolaborasi
Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Bidan
menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang alin berdasarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus
merumuskan tindakan emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilakukan
secara mandiri dan bersifat rujukan.
e. Langkah V. Rencana Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diadaptasi. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi
klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami oleh klien, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasiterhadap klien, serta penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien
bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, agama, kultural ataupun
masalah psikologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar dapat
melaksanakan dengan efektif. Sebab itu harus berdasarkan rasional yang relevan dan
kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus secara teoritas.
f. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan
Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi
dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain. Bidan
harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien.
g. Evaluasi Kebidanan
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikankepada klien. Pada tahap
evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi
klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul
masalah baru. Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk
menjawab pertanyaan sejauh mana tercapainya rencana yang dilakukan21.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pasien, dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada
pasien dan pendidikan kepada pasien, serta respon pasien tehadap semua kegiatan yang
dilakukan. Alur berfikir bidan dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui
apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis di
dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
a. S: Subjektif
Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah
I Varney.
b. O: Objektif
Menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan uji
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I
Varney.
c. A: Assesment
Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektifdalam
suatu identifikasi:
1. Diagnosis/Maslah
2. Antisipasi diagnosis/ Kemungkinan Masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi, dan atau perujukan
sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney
d. P: Planning
Menggambarkan dokumentasi tingkatan (I) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan
pengakjian langkah 5, 6, dan 7 Varney22.
Bagan pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Alur Pikir Bidan Pencatatan Dari
Asuhan Kebidanan
Proses Pendokumentasian Manajemen Asuhan
Kebidanan Kebidanan
7 Langkah dari
Halen Varney
5 Langkah Kompetensi
Bidan
Soap Notes
1. Pengumpulan data Data Subjektif
Objektif
2. Merumuskan
Diagnosa
3.Antisipasi Diagnosa/
Masalah Potensial
4. Tindakan Segera
dan kolaborasi
Assesment/
Diagnosa
Assesment/
Diagnosa
Asuhan Kebidanan
5. Rencana Tindakan
Asuhan Kebidanan
Membuat rencana Planning:
a. Konsul
b. Tes Lab
c. Rujukan
d. Pendidikan/
konseling
e. Follow Up
6. Implementasi Implementasi
7. Evaluasi Evaluasi
F. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kegiatan dalam upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing
bangsa bagi pembangunan nasional.
1. Perundang-Undangan yang terkait dengan praktik Bidan
Kepmenkes RI No. 900/MENKES/SK/VII/2002/ Tentang Registrasi dan Praktik Bidan yang
terdiri dari 11 bab dan 47 pasal
a. Bab I Ketentuan Umum
b. Bab II Pelaporan dan Registrasi
c. Bab III Masa Bakti
d. Bab IV Perizinan
e. Bab V Praktik Bidan
f. Bab VI Pencatatan dan Pelaporan
g. Bab VII Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut ijin praktik
h. Bab VIII Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut ijin praktik
i. Bab IX Sanksi
j. Bab X Ketentuan Peralihan
k. Bab XI Ketentuan Penutup
2. Standar Kompetensi Bidan
a. Kompetensi pertama
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan
budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
b. Kompetensi kedua
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap tehadap
budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan persiapan menjadi orang tua.
c. Kompetensi ketiga
Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan ibu
selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan.
d. Kompetensi keempat
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap pada budaya setempat selama
persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir.
e. Kompetensi kelima
Bidan dapat memberikan asuhan terhadap ibu nifas dn menyusui yang bermutu tinggi setra
tanggap terhadap budaya setempat.
f. Kompetensi keenam
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada Bayi Baru Lahir (BBL)
sehat sampai usia 1 bulan.
g. Kompetensi ketujuh
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita sehat (1-5
tahun).
h. Kompetensi kedelapan
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
i. Kompetensi sembilan
Melaksanakna asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
3. Standar Pelayanan Kebidanan pada pemberian ASI
Sesuai dengan standar kompetensi bidan point kelima yand disebutkan diatas, yakni Bidan
memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap
budaya setempat, adapun cakupannya :
1) Pengetahuan Dasar
Pengetahuan dasar pada kompetensi bidan point lima ini terdiri dari 13 point, dimana terdapat 3
point yang membahas mengenai menyusui yakni point 3, 7, dan 9 seperti berikut yang
menjelaskan bidan harus memiliki pengetahuan dasar mengenai :
a) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim
terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk.
b) “Bonding & attechment” orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan yang
positif.
c) Indikator masalah-masalah laktasi
2) Keterampilan dasar
Keterampilan dasar yang harus dimiliki Bidan pada standar kompetensi kelima ini terdiri dari 15
point, dimana terdapat 2 point yang terkait dengan menyusui yakni point ke 6 dan 14 seperti
berikut yang menjelaskan bidan harus memiliki keterampilan dasar mengenai :
a. Memulai mendukung pemberian ASI eksklusif
b. Memberikan antibiotika yang sesuai
4. Kewenangan yang bisa dilakukan bidan dalam menjalankan praktik kebidanan
a. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 16
Tentang pelayanan kebidanan pada ibu
b. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 18
Tentang pelayanan kebidanan pad anak
c. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 18
Tentang tindakan yang termasuk wewenang bidan
d. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 19
Tentang pelayanan Keluarga Berencana (KB)
e. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 20
Tentang pelayanan Kesehatan Masyar
DAFTAR PUSTAKA
(1) Ambarwati ER., Diah Wulandari. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cindekia;
2010. H. 129; 79-80; 88-9; 6
(2) Maryunani, Anik. ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Bogor: TIM; 2012. H. 95
(3) Kristiyana, weni. Asi, menyusui, & sadari. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009. H. 20-1, 57-8
(4) Ditjen BUK , Kemenkes RI. Bidan Berperan Penting Turunkan AKI dan AKB. (online)
(diakses tanggal 20 Mei 2014) didapati dari:
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=296:bidan-berperan-
penting-turunkan-aki-dan-akb&catid=113:keperawatan&Itemid=139.
(5) Kurniawan T. Berita satu.com (kesehatan). Indonesia Berada di Posisi 4 Jumlah Kematian
Bayi di Asia Tenggara. (online) (diakses tanggal 14 Mei 2014). Didapati dari:
http://www.beritasatu.com/kesehatan/115962-indonesia-berada-di-posisi-4-jumlah-kematian-
bayi-di-asia-tenggara.html
(6) UNICEF. 2012. Mari Jadikan Asi Eksklusif Prioritas Nasional. (online) (diakses pada
tanggal 20 Mei 2014). Didapati dari: http://www.unicef.org/indonesia/id/media_19265.html
(7) Vien Dimyati. 2013. Jurnal Nasional, Ibu Menyusui Meningkat 10 Persen. (online)
(diakses pada tanggal 20 Mei 2014). Diakses dari : http://www.jurnas.com/halaman/11/2013-01-
17/232071
(8) Admin. Dewan Koordinator Indonesia Support Facility. Sulsel lampaui Target MDG’s. 1
juni 2012. (online) (diakses pada tanggal 21 Mei 2014). Didapati dari :
http://ipad.fajar.co.id/berita.php?berita=20120529231615.
(9) Rukiyah, Ai yeyeh ., Yuliyanti Lia ., Liana Meida. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta:
TIM; 2010. H. 35; 3-4; 59-60
(10) Saleha, sitti. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009. H.
4-6, 54-6, 58-9, 105, 109,
48
(11) Prawirohardjo S. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Ed.1, Cetakan kelima.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. H. 122-3
(12) Yanti, Damai., Sundawati, Dian. Asuhan Kebidanan Nifas. Cimahi: Refika Aditama;
2011. H. 7-9
(13) Anggairini, yetti. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihana; 2010. H.
(14) Varney, Helen ., Kriebs Jan M ., Gegor, Carolyn L., Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4
Vol.2. jakarta EGC; 2008. H. 992
(15) Roito, Jaraida H., D,kk. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta EGC; 2011. H. 54
(16) IA Chandranita., D,kk. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Edisi 2. Jakarta
EGC; 2010. H. 420
(17) NL Vivian, dewi., Sunarsih, tri. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
Medika; 2012. H. 40. 29-30
(18) Muslihatun WN., D,kk. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya; 2009. H. 112,
122-4
(19) Yulita, ritah., Surachmindari. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika: 2013. H. 126
(20) Nurlita sari, Rury. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012. H. 91
(21) Estiwidani ., D,kk. Konsep Kebidanan, cetakan 1. Yogyakarta : Fitramaya; 2009. H. 143-
4.
(22) Saminem. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. Jakarta : ECG; 2010.
H. 45-7

More Related Content

What's hot

Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Operator Warnet Vast Raha
 
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalinPercakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Operator Warnet Vast Raha
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Al-Ikhlas14
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
sicua050896
 
Antenatal care-ppt
Antenatal care-pptAntenatal care-ppt
Antenatal care-ppt
herlizarefriani
 
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinanModul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
pjj_kemenkes
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
owik15
 
Percakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan denganPercakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan dengan
Septian Muna Barakati
 
midwifery care
midwifery caremidwifery care
midwifery care
Aprillia Indah Fajarwati
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Al-Ikhlas14
 
Standar praktik kebidanan
Standar praktik kebidananStandar praktik kebidanan
Standar praktik kebidanan
juniandrianirangkuti
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)
 
Pelayanan Bidan Pada Masyarakat Desa Dan Kota
Pelayanan Bidan Pada Masyarakat Desa Dan KotaPelayanan Bidan Pada Masyarakat Desa Dan Kota
Pelayanan Bidan Pada Masyarakat Desa Dan Kota
ieffaa
 
Dialog konseling pemakaian kb implant pada aseptor baru
Dialog konseling pemakaian kb implant pada aseptor baruDialog konseling pemakaian kb implant pada aseptor baru
Dialog konseling pemakaian kb implant pada aseptor baruOperator Warnet Vast Raha
 
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidananLegislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
febriok
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Andra Dewi Hapsari
 
pencatatan dan pelaporan dalam kesehatan masyarakat
pencatatan dan pelaporan dalam kesehatan masyarakatpencatatan dan pelaporan dalam kesehatan masyarakat
pencatatan dan pelaporan dalam kesehatan masyarakatHenni Yunira Yunirani
 

What's hot (20)

Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalinPercakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
Percakapan konseling antara bidan dengan pasien pada ibu bersalin
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
Power Point Asuhan Persalinan Kala 1
Power Point Asuhan Persalinan Kala 1Power Point Asuhan Persalinan Kala 1
Power Point Asuhan Persalinan Kala 1
 
Antenatal care-ppt
Antenatal care-pptAntenatal care-ppt
Antenatal care-ppt
 
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinanModul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
 
Percakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan denganPercakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan dengan
 
midwifery care
midwifery caremidwifery care
midwifery care
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
 
Standar praktik kebidanan
Standar praktik kebidananStandar praktik kebidanan
Standar praktik kebidanan
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 
Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 
Pelayanan Bidan Pada Masyarakat Desa Dan Kota
Pelayanan Bidan Pada Masyarakat Desa Dan KotaPelayanan Bidan Pada Masyarakat Desa Dan Kota
Pelayanan Bidan Pada Masyarakat Desa Dan Kota
 
Konsep kebidanan varney
Konsep kebidanan varneyKonsep kebidanan varney
Konsep kebidanan varney
 
Dialog konseling pemakaian kb implant pada aseptor baru
Dialog konseling pemakaian kb implant pada aseptor baruDialog konseling pemakaian kb implant pada aseptor baru
Dialog konseling pemakaian kb implant pada aseptor baru
 
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidananLegislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
Legislasi,registrasi,lisensi praktek kebidanan
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
 
pencatatan dan pelaporan dalam kesehatan masyarakat
pencatatan dan pelaporan dalam kesehatan masyarakatpencatatan dan pelaporan dalam kesehatan masyarakat
pencatatan dan pelaporan dalam kesehatan masyarakat
 

Viewers also liked

Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi terhadap ny
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi  terhadap nyAsuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi  terhadap ny
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi terhadap nyOperator Warnet Vast Raha
 
Infeksi Puerperalis
Infeksi PuerperalisInfeksi Puerperalis
Infeksi Puerperalis
Ai Ela Ayu Ningsih
 
INFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFASINFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFAS
Nova Ci Necis
 
Pondasi bendungan
Pondasi bendunganPondasi bendungan
Pondasi bendungan
tina002
 
Kti viona martin
Kti viona martinKti viona martin
Kti viona martin
KTIVIONAMARTIN
 
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa NifasKebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
pjj_kemenkes
 
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa NifasKebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
pjj_kemenkes
 
BAK, BAB, DAN SENAM NIFAS
BAK, BAB, DAN SENAM NIFAS BAK, BAB, DAN SENAM NIFAS
BAK, BAB, DAN SENAM NIFAS
Erlina Wati
 
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
rismaaap
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
pjj_kemenkes
 
Macam macam penyakit pada masa nifas
Macam macam penyakit pada masa nifasMacam macam penyakit pada masa nifas
Macam macam penyakit pada masa nifasTycha Wulandari
 
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFASUPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
Dokter Tekno
 
bendungan
bendunganbendungan
bendungan
guest942e13e
 
Komplikasi masa nifas
Komplikasi masa nifasKomplikasi masa nifas
Komplikasi masa nifas
PENCAK SILAT MERPATI PUTIH
 
Ppt nifas
Ppt nifasPpt nifas

Viewers also liked (16)

Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi terhadap ny
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi  terhadap nyAsuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi  terhadap ny
Asuhan kebidanan patologis pada ibu nifas dengan bendungan asi terhadap ny
 
Infeksi Puerperalis
Infeksi PuerperalisInfeksi Puerperalis
Infeksi Puerperalis
 
INFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFASINFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFAS
 
Pondasi bendungan
Pondasi bendunganPondasi bendungan
Pondasi bendungan
 
Kti viona martin
Kti viona martinKti viona martin
Kti viona martin
 
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa NifasKebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
 
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa NifasKebijakan Pemerintah Masa Nifas
Kebijakan Pemerintah Masa Nifas
 
BAK, BAB, DAN SENAM NIFAS
BAK, BAB, DAN SENAM NIFAS BAK, BAB, DAN SENAM NIFAS
BAK, BAB, DAN SENAM NIFAS
 
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
 
Macam macam penyakit pada masa nifas
Macam macam penyakit pada masa nifasMacam macam penyakit pada masa nifas
Macam macam penyakit pada masa nifas
 
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFASUPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KES. IBU BERSALIN DAN NIFAS
 
bendungan
bendunganbendungan
bendungan
 
Komplikasi masa nifas
Komplikasi masa nifasKomplikasi masa nifas
Komplikasi masa nifas
 
Ppt nifas
Ppt nifasPpt nifas
Ppt nifas
 
Bendungan tipe urugan
Bendungan tipe uruganBendungan tipe urugan
Bendungan tipe urugan
 

Similar to Studi kasus bendungan asi

manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
Warnet Raha
 
Kti akbid raha
Kti akbid rahaKti akbid raha
Kti akbid raha
Septian Muna Barakati
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Warnet Raha
 
Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3
Septian Muna Barakati
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Warnet Raha
 
Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2
Septian Muna Barakati
 
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
bagadang s
 
Kti AKBID PARAMATA RAHA
Kti AKBID PARAMATA RAHA Kti AKBID PARAMATA RAHA
Kti AKBID PARAMATA RAHA
Operator Warnet Vast Raha
 
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
c.	Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...c.	Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
Warnet Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariOperator Warnet Vast Raha
 
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asihubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
nikenwahyu
 
PANDUAN PKK
PANDUAN PKKPANDUAN PKK
PANDUAN PKK
heri stks
 
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalDeterminan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Ocie Sabrina
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
dwiariska4
 
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptxPPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
HariyantoDuri
 
Bersalin
BersalinBersalin

Similar to Studi kasus bendungan asi (20)

manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
 
Kta
KtaKta
Kta
 
Kti akbid raha
Kti akbid rahaKti akbid raha
Kti akbid raha
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2
 
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
 
Kti AKBID PARAMATA RAHA
Kti AKBID PARAMATA RAHA Kti AKBID PARAMATA RAHA
Kti AKBID PARAMATA RAHA
 
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
c.	Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...c.	Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asihubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
 
PANDUAN PKK
PANDUAN PKKPANDUAN PKK
PANDUAN PKK
 
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalDeterminan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptxPPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
 
Bersalin
BersalinBersalin
Bersalin
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
Operator Warnet Vast Raha
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMURPAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
jhanchoek885
 
Bab 13 Pelaporan segmen dan Interim ppt.
Bab 13 Pelaporan segmen dan Interim ppt.Bab 13 Pelaporan segmen dan Interim ppt.
Bab 13 Pelaporan segmen dan Interim ppt.
12Halimatussadiah
 
Strategi Pemasaran dalam kaitannya perilaku konsumen
Strategi Pemasaran dalam kaitannya perilaku konsumenStrategi Pemasaran dalam kaitannya perilaku konsumen
Strategi Pemasaran dalam kaitannya perilaku konsumen
mayamonfori
 
COMPANY PROFILE PT. WELLMAN DENYO DEVELOPMENT.pptx
COMPANY PROFILE PT. WELLMAN DENYO DEVELOPMENT.pptxCOMPANY PROFILE PT. WELLMAN DENYO DEVELOPMENT.pptx
COMPANY PROFILE PT. WELLMAN DENYO DEVELOPMENT.pptx
RezvaniDanumihardja2
 
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (1). ppt
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (1).       pptPASAR PERSAINGAN SEMPURNA (1).       ppt
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (1). ppt
forlifeyouu
 
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
Redis Manik
 
ATP & CP PPKn KELAS 5 (WEBSITEEDUKASI.COM) (1).docx
ATP & CP PPKn KELAS 5 (WEBSITEEDUKASI.COM) (1).docxATP & CP PPKn KELAS 5 (WEBSITEEDUKASI.COM) (1).docx
ATP & CP PPKn KELAS 5 (WEBSITEEDUKASI.COM) (1).docx
inekesarupy62
 
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang Terbaru 2024
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang  Terbaru 2024ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang  Terbaru 2024
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang Terbaru 2024
sayangkamuu240203
 
Bagaimana Memulai Usaha dan Menjadi Pengusaha
Bagaimana Memulai Usaha dan Menjadi PengusahaBagaimana Memulai Usaha dan Menjadi Pengusaha
Bagaimana Memulai Usaha dan Menjadi Pengusaha
ssuser437b77
 
sertifikat pembelajaran merdeka mengajar.pdf
sertifikat pembelajaran merdeka mengajar.pdfsertifikat pembelajaran merdeka mengajar.pdf
sertifikat pembelajaran merdeka mengajar.pdf
lilis056
 
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Bisa Deposit Memakai Bank BPD DIY Ad...
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Bisa Deposit Memakai Bank BPD DIY Ad...UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Bisa Deposit Memakai Bank BPD DIY Ad...
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Bisa Deposit Memakai Bank BPD DIY Ad...
unikbetslotbankmaybank
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Ada Deposit Via Bank Aceh Syariah Resmi ...
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Ada Deposit Via Bank Aceh Syariah Resmi ...UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Ada Deposit Via Bank Aceh Syariah Resmi ...
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Ada Deposit Via Bank Aceh Syariah Resmi ...
unikbetslotbankmaybank
 
MODERN!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Kaca Aluminium di Buleleng.pptx
MODERN!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Kaca Aluminium di Buleleng.pptxMODERN!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Kaca Aluminium di Buleleng.pptx
MODERN!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Kaca Aluminium di Buleleng.pptx
FORTRESS
 
materi tahun 2024 dan 2023 materi power point
materi tahun 2024 dan 2023 materi power pointmateri tahun 2024 dan 2023 materi power point
materi tahun 2024 dan 2023 materi power point
phbawaslujambi
 
COMPANY PROFILE PT. BOGOR SERVICIA INTEGRA.pdf
COMPANY PROFILE PT. BOGOR SERVICIA INTEGRA.pdfCOMPANY PROFILE PT. BOGOR SERVICIA INTEGRA.pdf
COMPANY PROFILE PT. BOGOR SERVICIA INTEGRA.pdf
MuhammadRijalulamin
 
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdfPertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
classroomastitiani
 
PENYUSUNAN POHON KINERJA ORGANISASI.pptx
PENYUSUNAN POHON KINERJA ORGANISASI.pptxPENYUSUNAN POHON KINERJA ORGANISASI.pptx
PENYUSUNAN POHON KINERJA ORGANISASI.pptx
dyanamaniz78
 

Recently uploaded (17)

PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMURPAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
 
Bab 13 Pelaporan segmen dan Interim ppt.
Bab 13 Pelaporan segmen dan Interim ppt.Bab 13 Pelaporan segmen dan Interim ppt.
Bab 13 Pelaporan segmen dan Interim ppt.
 
Strategi Pemasaran dalam kaitannya perilaku konsumen
Strategi Pemasaran dalam kaitannya perilaku konsumenStrategi Pemasaran dalam kaitannya perilaku konsumen
Strategi Pemasaran dalam kaitannya perilaku konsumen
 
COMPANY PROFILE PT. WELLMAN DENYO DEVELOPMENT.pptx
COMPANY PROFILE PT. WELLMAN DENYO DEVELOPMENT.pptxCOMPANY PROFILE PT. WELLMAN DENYO DEVELOPMENT.pptx
COMPANY PROFILE PT. WELLMAN DENYO DEVELOPMENT.pptx
 
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (1). ppt
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (1).       pptPASAR PERSAINGAN SEMPURNA (1).       ppt
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (1). ppt
 
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
 
ATP & CP PPKn KELAS 5 (WEBSITEEDUKASI.COM) (1).docx
ATP & CP PPKn KELAS 5 (WEBSITEEDUKASI.COM) (1).docxATP & CP PPKn KELAS 5 (WEBSITEEDUKASI.COM) (1).docx
ATP & CP PPKn KELAS 5 (WEBSITEEDUKASI.COM) (1).docx
 
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang Terbaru 2024
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang  Terbaru 2024ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang  Terbaru 2024
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang Terbaru 2024
 
Bagaimana Memulai Usaha dan Menjadi Pengusaha
Bagaimana Memulai Usaha dan Menjadi PengusahaBagaimana Memulai Usaha dan Menjadi Pengusaha
Bagaimana Memulai Usaha dan Menjadi Pengusaha
 
sertifikat pembelajaran merdeka mengajar.pdf
sertifikat pembelajaran merdeka mengajar.pdfsertifikat pembelajaran merdeka mengajar.pdf
sertifikat pembelajaran merdeka mengajar.pdf
 
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Bisa Deposit Memakai Bank BPD DIY Ad...
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Bisa Deposit Memakai Bank BPD DIY Ad...UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Bisa Deposit Memakai Bank BPD DIY Ad...
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Bisa Deposit Memakai Bank BPD DIY Ad...
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Ada Deposit Via Bank Aceh Syariah Resmi ...
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Ada Deposit Via Bank Aceh Syariah Resmi ...UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Ada Deposit Via Bank Aceh Syariah Resmi ...
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Ada Deposit Via Bank Aceh Syariah Resmi ...
 
MODERN!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Kaca Aluminium di Buleleng.pptx
MODERN!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Kaca Aluminium di Buleleng.pptxMODERN!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Kaca Aluminium di Buleleng.pptx
MODERN!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Kaca Aluminium di Buleleng.pptx
 
materi tahun 2024 dan 2023 materi power point
materi tahun 2024 dan 2023 materi power pointmateri tahun 2024 dan 2023 materi power point
materi tahun 2024 dan 2023 materi power point
 
COMPANY PROFILE PT. BOGOR SERVICIA INTEGRA.pdf
COMPANY PROFILE PT. BOGOR SERVICIA INTEGRA.pdfCOMPANY PROFILE PT. BOGOR SERVICIA INTEGRA.pdf
COMPANY PROFILE PT. BOGOR SERVICIA INTEGRA.pdf
 
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdfPertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
 
PENYUSUNAN POHON KINERJA ORGANISASI.pptx
PENYUSUNAN POHON KINERJA ORGANISASI.pptxPENYUSUNAN POHON KINERJA ORGANISASI.pptx
PENYUSUNAN POHON KINERJA ORGANISASI.pptx
 

Studi kasus bendungan asi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan yang konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses penyembuhan dari stres fisik akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan diri dalam merawat bayinya1. Bayi yang sehat, lahir dengan membawa cukup cairan dalam tubuhnya. Kondisi ini akan tetap terjaga bahkan dalam cuaca panas sekalipun, bila bayi diberi ASI secara eksklusif siang dan malam. Rendahnya pemeberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak. Seperti diketahui, bayi yang tidak diberi ASI, setidaknya hingga usia 6 bulan, lebih rentan mengalami kekurangan nutrisi2. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi dari penyakit infeksi, misalnya: infeksi saluran pernafasan, akut bagian bawah, ostitis media, dan diare. Anak yang tetap diberikan ASI mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan ASI3. 1 Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Adapun target MDGs untuk AKI yaitu 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), sedangkan target AKB yaitu 23 per 1000 KH4. Kematian bayi di Indonesia masih terbilang tinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Angkanya 37 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Meski angkanya terus menurun, tapi posisi Indonesia di Asia Tenggara tidak berubah. Indonesia menempati posisi keempat terbanyak5. United Nations International Childern’s Emergency Fund (UNICEF) menyatakan Investasi pada kebijakan nasional yang kuat dalam menyusui dan gizi dapat mencegah kematian sekitar 20.000 anak balita di Indonesia setiap tahun, meskipun sudah ada bukti kuat bahwa ASI eksklusif mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia, yang menyebabkan 40% dari kematian balita di Indonesia, tingkat pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama seorang bayi menurun di Indonesia dari 40% di tahun 2002 dan 32% pada tahun 20076. Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) sekaligus konselor ASI Indonesia mengatakan, Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan peningkatan terhadap angka pemberian ASI eksklusif, dibandingkan SDKI 2007. Pada SDKI 2007 angka pemberian ASI
  • 2. eksklusif itu hanya sekitar 32%, yang di SDKI 2013 sudah meningkat menjadi 42% jadi ada peningkatan sebanyak 10%7. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan tahun 2012, diketahui AKI sebanyak 76 per 1000 kelahiran, sedangkan AKB tahun 2011 sebanyak 34 per 1000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 5 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 20128. Data dari pencatatan Rumah Sikit Umum Daerah Bhayangkara Makassar pada bulan September sampai dengan Desember tahun 2013 dan Januari sampai dengan April 2014 tercatat 1078 ibu melahirkan dan sekitar 25 yang mengalami bendungan ASI. Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa masalah yang menyebabkan akhirnya ASI yang harusnya didapatkan bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan adakalanya bayi tidak mendapatkan sama sekali ASI dari ibunya. Hal ini mungkin bukan suatu kesengajaan, akan tetapi karena ketidak tahuan ibu akibat dari jika ASI tidak dikeluarkan atau tidak ada hisapan dari sang bayi9. B. Ruang Lingkup Penulisan Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen Asuhan Kebidanan Post Natal Pada Ny.”R” Dengan Masalah Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Post Natal pada Ny. “R” dengan Bendungan Asi di RSUD Bhayangkara Makassar tanggal 03 s.d 05 Mei tahun 2014 dengan menggunakan pendekatan Manajemen Kebidanan sesuai dengan wewenangan Bidan. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melaksanakan pengkajian dengan analisa data pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014. b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014. c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
  • 3. d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014. e. Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014. f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014. g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tanggal tahun 2014. h. Dapat mendokumentasiakan semua asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Praktis Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada program Diploma III Kebidanan Universitas Muslim Indonesia Makassar. 2. Manfaat Ilmiah Sebagai bahan masukan / informasi bagi tenaga bidan di dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan Bendungan ASI. 3. Manfaat Akademik (Institusi) Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan proses Asuhan Kebidanan pada kasus Bendungan ASI. 4. Manfaat bagi penulis Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan Asuhan Kebidanan dengan Bendungan ASI. E. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi: 1. Studi Kepustakaan Penulis mempelajari berbaga buku-buku,l iteratur, pengambilan data dari internet, profil dari kesehatan yang ada relevansinya dengan Karya Tulis ini.
  • 4. 2. Studi Kasus Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah melalui asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian, merumuskan diagnosis/masalah aktual maupun potensial, implementasi serta melaksanakan evaluasi terhadap Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Bendungan ASI. Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik: a. Anamnesa Melakukan tanya jawab dengn ibu, suami maupun keluarganya yang dapat membantu memberikan keterangan/informasi yang dibutuhkan. b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis untuk menjamin diperolehnya data yang lengkap mulai dari kepala sampai ke kaki (haed to toe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan diagnostik lainnya dengan menggunakan format pengkajian yang telah disusun sebelumnya. c. Pengkajian Sosial Pengkajian psikososial dilakukan meliputi pengkajian status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi ibu terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya. 3. Studi Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan ibu yang yang bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi kontribusi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Diskusi Yaitu penulis melakukan tanya jawab dengan dokter dan bidan yang menangani langsung ibu tersebut serta mengadakan diskusi dengan dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini
  • 5. F. Sistematika Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Ruang Lingkup Penulisan C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus D. Manfaat Penulisan E. Metode Penulisan F. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Masa Nifas 1. Pengertian Masa Nifas 2. Tujuan Perawatan Masa Nifas 3. Tahapan Masa Nifas 4. Peran Bidan pada Masa Nifas 5. Perubahan pada Masa Nifas 6. Perawatan Masa Nifas 7. Kebijakan Program pada Masa Nifas B. Tinjauan Umum Tentang Proses Laktasi 1. Pengertian Laktasi 2. Fisiologi Laktasi C. Tinjauan Khusus tentang Bendungan ASI 1. Pengertian Bendungan ASI 2. Tanda dan gejala Bendungan ASI 3. Etiologi Bendungan ASI 4. Pencegahan Bendungan ASI 5. Penatalaksanaan Bendungan ASI
  • 6. 6. Komplikasi Bendungan ASI D. Tinjauan tentang ASI dalam pandangan Islam E. Tinjauan tentang Proses Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan 2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan 3. Pendkumentasian Asuhan Kebidanan F. Landasan hukum Kewenangan Bidan 1. Perundang-undangan yang terkait dengan Praktik Bidan 2. Standar Kompetensi Bidan 3. Standar Pelayanan Kebidanan pada Pemberian ASI 4. Kewenangan yang bisa dilakukan oleh Bidan dalam menjalankan Praktek BAB III TINJAUAN KASUS Langkah I Identifikasi Data Dasar Langkah II Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Langkah III Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial Langkah IV Tindakan Segera (Emergency)/Kolaborasi Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan/ Intervensi Langkah VI Implementasi Asuhan Kebidanan Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan BAB IV PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan b. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Masa Nifas 1. Pengertian Masa Nifas a. Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu10. b. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu11. 2. Tujuan Perawatan Masa Nifas a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari. d. Memberikan Pelayanan Keluarga Berencana (KB)10. 3. Tahapan Masa Nifas
  • 8. a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah placenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, Bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontarksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu. b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB10. 4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas Asuhan kepada ibu harus dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa nifas, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab antara lain: a. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil. b. Memeriksa Fundus tiap 15 menit pada jam pertama, dan 30 menit pada jam kedua. c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, Nadi, perdarahan tiap 15 jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. d. Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, membersihkan perineum, dan keanakan pakaian bersih. e. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik, dan psikologis selama masa nifas. f. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. h. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibudan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
  • 9. i. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. j. Memberi konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik. k. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulakn data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanankannya untuk mempercepat proses pemulihan. l. Memberikan asuhan secara professional9. 5. Perubahan pada Masa Nifas a. Perubahan fisiologis masa nifas 1) Perubahan sistem Reproduksi a) Uterus Segera setelah lahirnya placenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusio. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan menjepit. Proses ini akan menghenrikan perdarahan setelah placenta dilahirkan. Tabel 2.1. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio10 Involusio TFU Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari bawah pusat 1.000 gr 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr 6 minggu Normal 50 gr 8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr b) Lokia
  • 10. Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : (1) Lochia rubra (crueanta): berwanrna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa, lanuga, dan mekoneum selama 2 hari pascapersalinan (2) Lochia sanguilenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke- 3 sampai ke-7 pascapersalinan. (3) Lochia serosa: Lokia ini bebrbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. (4) Lochia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua. (5) Lochia purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. (6) Lochiotosis: lochia tidak lancar keluarnya9. c) Serviks Serviks mengalami involusio bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistennya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil1. d) Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum1. 2) Perubahan Sistem Pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalianan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi. 3) Perubahan Sistem Perkemihan
  • 11. Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang nonpatologis sejak pascamelahirkan sampai dua hari postpartum agar dapat dikendalikan. Kandung kemih pada puerperium mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu, distensi yang berlebihan, urine residual yang berlebihan, dan pengosongan yang tidak sempurna, harus diwaspadai dengan saksama. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kemabali normal pada dua sampai delapan minggu setelah persalinan. 4) Perubahan Sistem Muskulosketetal Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan. 5) Perubahan tanda-tanda Vital a) Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umunya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien. b) Nadi dan Pernapasan Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mingkin ada perdarahan berlebihan atau vitium kordis pada penderita. Pada masa Nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. c) Tekanan Darah
  • 12. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan. 6) Perubahan Hematologi dan Kardiovaskular Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah seal-sela darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Akan tetapi, berbagai jenis kemungkinan infeksi harus dikesampingan pada penemuan semacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang berubah-ubah10. b. Perubahan Psikologis pada Ibu Nifas Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain: 1) Fase taking in Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat yang cukup, komunikasi yang baik dan asupan nitrisi. 2) Fase taking hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. 3) Fase letting go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dari ketergantungan bayinya.
  • 13. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya1. 6. Perawatan pada Masa Nifas a. Rawat Gabung Rawat gabung adalah satu cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharian. Dengan kata lain, rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu menyusui bayinya12. b. Pemeriksaan umum 1) Kesadaran ibu 2) Keluhan yang terjadi setelah persalinan c. Pemeriksaan Khusus 1) Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan. 2) Fundus Uteri : tinggi fundus dan kontraksi 3) Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI 4) Pengeluaran Lokia 5) Luka jahitan Episiotomi : apakah baik atau terbuk, apakah ada tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, calor, dolor, dan fungsiolaesa) 7. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan Bayi Baru Lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Tabel 2.2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas 11
  • 14. Kunjungan Waktu Tujuan 1  6-8 jam setelah persalinan 1. Mencengah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: ruj perdarahan berlanjut 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu a keluarga bagaiman mencegah perdarahan masa nifas karena Uteri 4. Pemberian ASI awal 5. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara me hipotermia 6. Melakukan hubungan antara Ibu dan Bayi Baru Lahir. 2  6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusio uterus berjalan berjalan normal: berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perd abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perd abnormal 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, caira istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperl tanda-tanda penyulit 5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari 3 2 minggu setelah persalinan Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan) 4 6 minggu setelah persalinan 1. Menayakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ib bayinya alami 2. Memberi konseling KB. B. Tinjauan Umum tentang Proses Laktasi 1. Pegertian Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamlia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI aksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami1. 2. Fisiologi Laktasi
  • 15. Laktasi atau menyusui mempuayai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). a. Produksi ASI (prolaktin) Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai mesntruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormaon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plesenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon progesteron yang masih tinggi. Kadar estrogrn dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketinga pascapersalianan, sehingga terjai sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu diarenakan isapan bayi. b. Pengeluaran ASI (Oksitosin) Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghisap rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin di keluarkan oleh hipofisis12. C. Tinjuan Khusus Tentang Bendungan ASI 1. Pengertian Bendugan ASI a. Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau ada kelainan dengan puting susu13. b. Bendungan ASI adalah penyumbatan pada duktus laktiferus akibat hambatan aliran air susu karena tekanan internal dan eksternal (misalnya : pembesaran, BH, dan pakaian ketat)14. c. Bendungan ASI ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatkan tekanan intrakaudal, yang akan memerangaruhi segmen payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat10. 2. Tanda dan gejala
  • 16. Ditandai dengan mammae panas serta keras pada berabaan dan nyeri, puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu kadang terhalang duktuli laktiferi menyempit, payudara bengkak, panas, dan keras15. 3. Etiologi Bendungan ASI Bedungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah mammae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. Penanganannya dengan mengosongan ASI dengan masase atau pompa, memberikan estradiol sementara menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis hingga keluhan berkurang16. 4. Pencegahan Bendungan ASI Beberapa tindakan yang dapat di lakukan untuk mencegah Bendungan ASI adalah sebagai berikut : a. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perletakan yang benar b. Menyusui bayi tanpa terjadwal (on-demand) c. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi d. Jangan memberikan minuman lain kepada bayi e. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase dan sebagainya)17. 5. Penatalaksanaan Bendungan ASI a. Anjurkan Ibu untuk menyusui sedini mungkin dan tidak terjadwal b. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang baik apakah dengan cara duduk atau berbaring c. Gunakan BH yang menopang, hindari pakaian yang ketat karena dapat menekan duktus laktiferus. d. Lakukan Masase payudara dan memerah ASI untuk meningkatkan aliran ASI dengan membersihkan sinus-sinus dan duktus-duktus laktiferus kolostrum yang lengket. e. Peras ASI sedikit sebelum menyusui. Hal ini akan melunakkan daerah areola sekitar puting susu sehingga bayi mudah dilekatkan18. f. Melakukan perawatan payudara Langkah-langkah perawatan payudara : 1) Pengurutan pertama
  • 17. Licinkan kedua tangan dengan minyak (baby oil). Tempatkan kedua tangan diantara payudara. Pengurutan dilakukan dimulai ke arah atas, terus pengurutan kebawah dan kesamping, selanjutnya melintang. Ulangi masing-masing 20-30 gerakan tiap payudara. 2) Pengurutan kedua Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada putting susu. Lakukan 2 gerakan tiap payudara bergantian. 3) Pengurutan ketiga Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mengurut dengan sisi kelingking dari arah puting susu. Lakukan sekitar 30 kali. 4) Pengurutan keempat Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan kompres air dingin. Kompres bergantian selama 3 kali dan diakhiri dengan kompres air hangat17. g. Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa karena bayi menolak menyusui, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa. h. Langkah-langkah untuk memerah ASI 1) Topang payudara dengan satu tangan 2) Gunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah tangan lain dan tempatkan menyilang terhadap satu sama lain pada sisi yang berlawanan dari putting dibatas luar areola (sinus laktiferus terletak di area tepi luar areola) 3) Dengan menggunakan gerakan memerah, tekan kebelakang (menjauh dari areola), kemudian kedalam (turun kedalam jaringan), kemudian arah depan (kearah puting), dan kemudian lepaskan tekanan. 4) Beri tekanan perlahan tapi mantap. Tekanan yang tidak perlu dapat menyebabkan trauma jaringan, tetapi tekanan harus cukup kuat untuk benar-benar mengompresi sinus. 5) Amati untuk melihat butiran kolostrum atau susu pada pemukaan putting. Yaitu tempat muara duktus berada. Ibu mungkin tidak melihat butiran kolostrum atau susu ketika pertama kali melakukan pemerahan. Namun, setelah melakukan tekanan berulang-ulang, semua duktus segera
  • 18. mengalir bebas dan ibu tidak hanya akan melihat kolostrum atau susu, tetapi ia akan melihat alitan kecil pada setiap gerakan memerah. 6) Dengan perlahan seka atau serap kolostrum atau susu dari permukaan puting dengan kain bersih 7) Sesuai metode, gerakkan ibu jari dan jari mengelilingi areola, ulangi langkah 2 sampai 5 untuk masing-masing lokasi 8) Ketika pertama kali memerah ASI, lakukan gerakan memerah tidak lebih dari dua kali untuk masing-masing payudara agar tidak membuat trauma jaringan ketika teknik ini dipelajari. Setelah semua duktus dapat mengalirkan susu dengan bebas dan wanita telah menguasai teknik, memrah ASI dapat dilakukan sampai aliran kolostrum atau susu berhenti14. i. Bila perlu pemberian analgetika atau anti piretik untuk mengurangi rasa sakit serta obat antibiotic yang aman untuk ibu menyusui, guna mengatasi infeksi. j. Kompres payudara secara bergantian Kompres dinginuntuk mengurangi oedema dan rasa sakit dan kompres air hangat mengakibatkan pembuluh darah dilatasi dan secara tidak langsung mestimulasi produksi air susu dan mengalirkannya k. Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh ibu kembali. Cara ini pun bisa meningkatkandaya tahan tubuh karena istirahat dapat memulihakan kondisi tubuh. l. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi dan banyak minum karena kondisi bendungan ASI membuat daya tahan tubuh ibu menurun. Daya tahan tubuh ibu yang meningkat dapat mencegah infeksi. 6. Komplikasi Bendungan ASI Komplikasi yang dapat tejadi bila Bendungan ASI tidak ditangani, antara lain : a. Mastitis Adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak, kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan diluar kulit menjadi merah. Kejadian ini tejadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut3. b. Abses
  • 19. Harus dibedakan antara Mastitis dan Abses. Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. Gejala yang dirasakan adalah ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih mengkilap, benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu di insisi untuk mengeluarkan nanah tersebut10. D. Tinjauan tentang ASI dalam pandangan Islam Islam memperhatikan semua aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam hal kesehatan jasmani. Agama dibawa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sejak sekitar 25 abad yang lalu, telah membahas mengenai penyusunan bayi yang lahir dalam rumah tangga seorang muslim. Didalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah ‘azza wa jalla menyinggung masalah pemberian ASI dan hukum-hukum yang terkait dengannya. Sungguh, begitu besar perhatian Islam terhadap maslahat kemanusiaan. Diantaranya adalah apa yang disebutkan pada firmal Allah ta’ala : ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ۚ َ‫َة‬‫ع‬‫ا‬َ‫ض‬َّ‫الر‬ َّ‫م‬ِ‫ت‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫د‬‫ا‬ َ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ۖ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ل‬ِ‫َام‬‫ك‬ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫ل‬ْ‫و‬َ‫ح‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫د‬ َ‫َل‬ْ‫و‬َ‫أ‬ َ‫ْن‬‫ع‬ ِ‫ض‬ْ‫ُر‬‫ي‬ ُ‫َات‬‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬َّ‫ُن‬‫ه‬ُ‫ت‬َ‫ْو‬‫س‬ِ‫ك‬َ‫و‬ َّ‫ُن‬‫ه‬ُ‫ق‬ْ‫ز‬ ِ‫ر‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ِ‫د‬‫و‬ُ‫ل‬ ِ‫إ‬ ٌ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ُ‫ف‬َّ‫ل‬َ‫ك‬ُ‫ت‬ َ‫َل‬ ۚ ِ‫وف‬ُ‫ْر‬‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ۗ َ‫ك‬ِ‫ل‬ََٰ‫ذ‬ ُ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ِ‫ث‬ ِ‫ار‬ َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ۚ ِ‫ه‬ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫و‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ٌ‫د‬‫و‬ُ‫ل‬ْ‫و‬َ‫م‬ َ‫َل‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫و‬ِ‫ب‬ ٌ‫ة‬َ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َّ‫ار‬َ‫ض‬ُ‫ت‬ َ‫َل‬ ۚ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ع‬ْ‫س‬ُ‫و‬ َّ‫َل‬‫َا‬‫د‬‫ا‬ َ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ َ‫د‬ َ‫َل‬ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬‫ع‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫د‬َ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ۗ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ْه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ح‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫ج‬ َ‫َل‬َ‫ف‬ ٍ‫ر‬ُ‫َاو‬‫ش‬َ‫ت‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫اض‬ َ‫ر‬َ‫ت‬ ْ‫َن‬‫ع‬ ‫ا‬‫اَل‬َ‫ص‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ح‬‫ا‬َ‫ن‬ُ‫ج‬ َ‫َل‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ ‫ير‬ ِ‫ص‬َ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ َّ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬‫ا‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬ ۗ ِ‫وف‬ُ‫ْر‬‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ت‬‫آ‬ Terjemahannya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah [2] : 233). Didalam ayat diatas Allah subhanahu wa ta’ala menuntun agar para ibu menyusui bayi mereka selama dua tahun penuh, walaupun yang demikian bukan hal yang wajib. Ayat tadi juga menunjukkan bahwa bayi dapat dicarikan ibu susu lain apabila sang ibu berhalangan atau meninggal, agar tetap mendapatkan manfaat dari air susu ibu. Susu merupakan makanan terpenting dan sumber kehidupan satu-satunya bayi di bulan-bulan pertama usianya. Susu terbalik untuk anak adalah air susu ibu karena dengan menyusui terjadilah kontak cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak. Ibu adalah orang yang paling mampu
  • 20. memberikan cinta dan kehangatan yang sesungguhnya kepada anak dengan naluri keibuannya yang diberikan Allah kepadanya. Selain itu Imam Amirul Mu’minin Ali a.s berkata yang artinya “ Tidak ada Air Susu yang lebih berbarokah bagi anak bayi melainkan dari Air Susu Ibunya sendiri ”. dalam riwayat ahlul bait a.s pun menyatakan “Dengan menyusui , hubungan cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak akan semakin erat dan akan semakin membuat anak merasa tenang dan aman”.
  • 21. E. Tinjauan Tentang Proses Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di gunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi18. Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuahn kebidanan. Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menggambarkan alur pola berfikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah19. Menurut Helen Varney, proses penyelesaian masalah merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosa atau masalah potensial kebidanan. Selain itu, diperlukan pula kemampuan kolaborasi atau kerja sama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjutnya20. Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah berurutan diaman setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah- langkah yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai dengan kondisi klien. 2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan Adapun dalam tahapan Manajemen Kebidanan yaitu : a. Langkah I. Identifikasi Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien untuk memperoleh data dilakukan dengan cara : 1) Anamnesis 2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya dan pemeriksaan tanda-tanda vital 3) Pemeriksaan khusus
  • 22. Infeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi 4) Pemeriksaan penunjang Laboratorium, catatn terbaru, dan sebelumnya b. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien berasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulakan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. c. Langkah III. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial Pada langkah ini lita mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar- benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan asuhan yang aman. d. Langkah IV. Tindakan segera/Kolaborasi Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang alin berdasarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan. e. Langkah V. Rencana Asuhan Kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diadaptasi. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami oleh klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasiterhadap klien, serta penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien
  • 23. bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, agama, kultural ataupun masalah psikologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar dapat melaksanakan dengan efektif. Sebab itu harus berdasarkan rasional yang relevan dan kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus secara teoritas. f. Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien. g. Evaluasi Kebidanan Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikankepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru. Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tercapainya rencana yang dilakukan21. 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pendokumentasian adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan pendidikan kepada pasien, serta respon pasien tehadap semua kegiatan yang dilakukan. Alur berfikir bidan dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis di dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu : a. S: Subjektif Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney. b. O: Objektif
  • 24. Menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. c. A: Assesment Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektifdalam suatu identifikasi: 1. Diagnosis/Maslah 2. Antisipasi diagnosis/ Kemungkinan Masalah 3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney d. P: Planning Menggambarkan dokumentasi tingkatan (I) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan pengakjian langkah 5, 6, dan 7 Varney22. Bagan pendokumentasian Asuhan Kebidanan Alur Pikir Bidan Pencatatan Dari Asuhan Kebidanan Proses Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan Kebidanan 7 Langkah dari Halen Varney 5 Langkah Kompetensi Bidan Soap Notes 1. Pengumpulan data Data Subjektif Objektif 2. Merumuskan Diagnosa 3.Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial 4. Tindakan Segera dan kolaborasi Assesment/ Diagnosa Assesment/ Diagnosa
  • 25. Asuhan Kebidanan 5. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan Membuat rencana Planning: a. Konsul b. Tes Lab c. Rujukan d. Pendidikan/ konseling e. Follow Up 6. Implementasi Implementasi 7. Evaluasi Evaluasi F. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. 1. Perundang-Undangan yang terkait dengan praktik Bidan Kepmenkes RI No. 900/MENKES/SK/VII/2002/ Tentang Registrasi dan Praktik Bidan yang terdiri dari 11 bab dan 47 pasal a. Bab I Ketentuan Umum b. Bab II Pelaporan dan Registrasi c. Bab III Masa Bakti d. Bab IV Perizinan e. Bab V Praktik Bidan f. Bab VI Pencatatan dan Pelaporan g. Bab VII Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut ijin praktik h. Bab VIII Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut ijin praktik i. Bab IX Sanksi j. Bab X Ketentuan Peralihan k. Bab XI Ketentuan Penutup
  • 26. 2. Standar Kompetensi Bidan a. Kompetensi pertama Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. b. Kompetensi kedua Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap tehadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan persiapan menjadi orang tua. c. Kompetensi ketiga Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan ibu selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan. d. Kompetensi keempat Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap pada budaya setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir. e. Kompetensi kelima Bidan dapat memberikan asuhan terhadap ibu nifas dn menyusui yang bermutu tinggi setra tanggap terhadap budaya setempat. f. Kompetensi keenam Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada Bayi Baru Lahir (BBL) sehat sampai usia 1 bulan. g. Kompetensi ketujuh Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita sehat (1-5 tahun). h. Kompetensi kedelapan Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
  • 27. i. Kompetensi sembilan Melaksanakna asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi. 3. Standar Pelayanan Kebidanan pada pemberian ASI Sesuai dengan standar kompetensi bidan point kelima yand disebutkan diatas, yakni Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat, adapun cakupannya : 1) Pengetahuan Dasar Pengetahuan dasar pada kompetensi bidan point lima ini terdiri dari 13 point, dimana terdapat 3 point yang membahas mengenai menyusui yakni point 3, 7, dan 9 seperti berikut yang menjelaskan bidan harus memiliki pengetahuan dasar mengenai : a) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk. b) “Bonding & attechment” orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan yang positif. c) Indikator masalah-masalah laktasi 2) Keterampilan dasar Keterampilan dasar yang harus dimiliki Bidan pada standar kompetensi kelima ini terdiri dari 15 point, dimana terdapat 2 point yang terkait dengan menyusui yakni point ke 6 dan 14 seperti berikut yang menjelaskan bidan harus memiliki keterampilan dasar mengenai : a. Memulai mendukung pemberian ASI eksklusif b. Memberikan antibiotika yang sesuai 4. Kewenangan yang bisa dilakukan bidan dalam menjalankan praktik kebidanan a. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 16 Tentang pelayanan kebidanan pada ibu b. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 18
  • 28. Tentang pelayanan kebidanan pad anak c. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 18 Tentang tindakan yang termasuk wewenang bidan d. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 19 Tentang pelayanan Keluarga Berencana (KB) e. KEPMENKES RI NO.900/SK/VII/2002 Pasal 20 Tentang pelayanan Kesehatan Masyar DAFTAR PUSTAKA (1) Ambarwati ER., Diah Wulandari. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cindekia; 2010. H. 129; 79-80; 88-9; 6 (2) Maryunani, Anik. ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Bogor: TIM; 2012. H. 95 (3) Kristiyana, weni. Asi, menyusui, & sadari. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009. H. 20-1, 57-8 (4) Ditjen BUK , Kemenkes RI. Bidan Berperan Penting Turunkan AKI dan AKB. (online) (diakses tanggal 20 Mei 2014) didapati dari: http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=296:bidan-berperan- penting-turunkan-aki-dan-akb&catid=113:keperawatan&Itemid=139. (5) Kurniawan T. Berita satu.com (kesehatan). Indonesia Berada di Posisi 4 Jumlah Kematian Bayi di Asia Tenggara. (online) (diakses tanggal 14 Mei 2014). Didapati dari: http://www.beritasatu.com/kesehatan/115962-indonesia-berada-di-posisi-4-jumlah-kematian- bayi-di-asia-tenggara.html (6) UNICEF. 2012. Mari Jadikan Asi Eksklusif Prioritas Nasional. (online) (diakses pada tanggal 20 Mei 2014). Didapati dari: http://www.unicef.org/indonesia/id/media_19265.html (7) Vien Dimyati. 2013. Jurnal Nasional, Ibu Menyusui Meningkat 10 Persen. (online) (diakses pada tanggal 20 Mei 2014). Diakses dari : http://www.jurnas.com/halaman/11/2013-01- 17/232071 (8) Admin. Dewan Koordinator Indonesia Support Facility. Sulsel lampaui Target MDG’s. 1 juni 2012. (online) (diakses pada tanggal 21 Mei 2014). Didapati dari : http://ipad.fajar.co.id/berita.php?berita=20120529231615. (9) Rukiyah, Ai yeyeh ., Yuliyanti Lia ., Liana Meida. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: TIM; 2010. H. 35; 3-4; 59-60 (10) Saleha, sitti. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009. H. 4-6, 54-6, 58-9, 105, 109, 48
  • 29. (11) Prawirohardjo S. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Ed.1, Cetakan kelima. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. H. 122-3 (12) Yanti, Damai., Sundawati, Dian. Asuhan Kebidanan Nifas. Cimahi: Refika Aditama; 2011. H. 7-9 (13) Anggairini, yetti. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihana; 2010. H. (14) Varney, Helen ., Kriebs Jan M ., Gegor, Carolyn L., Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 Vol.2. jakarta EGC; 2008. H. 992 (15) Roito, Jaraida H., D,kk. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta EGC; 2011. H. 54 (16) IA Chandranita., D,kk. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Edisi 2. Jakarta EGC; 2010. H. 420 (17) NL Vivian, dewi., Sunarsih, tri. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2012. H. 40. 29-30 (18) Muslihatun WN., D,kk. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya; 2009. H. 112, 122-4 (19) Yulita, ritah., Surachmindari. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika: 2013. H. 126 (20) Nurlita sari, Rury. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012. H. 91 (21) Estiwidani ., D,kk. Konsep Kebidanan, cetakan 1. Yogyakarta : Fitramaya; 2009. H. 143- 4. (22) Saminem. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. Jakarta : ECG; 2010. H. 45-7